Anda di halaman 1dari 14

Measles pada Anak dan Manifestasi Klinis

102015175 Rendy Damar Nugraha


102016095 Jessica Leatemia 
102020040 Dennis Anderson
102020015 Winda Pakpahan
102020037 Cinndy Chandra
102020076 Mashyera Nindea Sharon
102020104 Adisa Berliana
102020107 Josi Jonathan Tanjung 
102020143 Niken Karisma Suprihata

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510. Telepon: 021-5694 2061; Fax: 021-563 1731

Abstrak

Campak atau measles adalah penyakit bersifat infeksius yang endemik di seluruh dunia
dan disebabkan oleh virus. Measles menyerang segala umur terutama anak- anak dengan
gejala umum berupa demam sedang, batuk, coryza, dan mata kemerahan. Gejala khas
penyakit ini adalah munculnya bercak koplik pada buccal mukosa dan timbulnya bercak ruam
kemerahan dimulai dari dahi yang menyebar ke area belakang telinga, wajah, leher, batang
tubuh, kemudian ke area ekstremitas tubuh. Hampir semua infeksi virus termasuk campak
adalah penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya seiring membaiknya pertahanan tubuh
dan dapat ditunjang dengan tindakan suportif umum, pengobatan simptomatik, isolasi
penderita, dan pemberian antibiotic untuk infeksi sekunder. Pencegahan penyakit campak
adalah dengan vaksinasi campak atau vaksin MMR (mumps, measles, rubella) sedari dini dan
diulang seiring bertambahnya usia pada waktunya sesuai anjuran.

Kata kunci: Infeksius, Measles, Ruam

Abstract

Measles in Children and Clinical Manifestations

Rubeola or ordinary measles is an infectious disease that become endemic worldwide


caused by virus. Measles attack all ages especially children with common symptoms such as
moderate fever, cough, coryza, and conjunctivitis. Characteristic of this disease are koplik
spots in buccal mucosa and red rashes started from hairlines in the forehead spread to the
back of ears, continuing to face, neck, thorax, and extremities. Almost all viral infection is a
self-limiting disease which means can cured by itself as the body immune goes up as well and
can be supported by general supportive act, symptomatic treatment, isolation, and by giving
antibiotics for secondary infection. Preventive action for measles is by giving measles’s
vaccine or vaccine for MMR (mumps, measles, rubella) from an early age and continuously
giving in period of time as suggested.

Keywords: Infectious, Measles, Rash

PENDAHULUAN

Measles atau campak merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh
Morbillivirus. Karakterisik dari ruam yang timbul pada umumnya mulai tampak pada bagian
atas wajah, mejalar kebelakang telinga, dan menyebar sampai keleher. Gejala penyerta dapat
berupa demam tinggi, bercak koplik pada mukosa Buccal, dan sensitivitas yang sedang
sampai berat terhadap cahaya. Penyakit ini biasanya lebih berat pada kasus-kasus bayi,
dewasa, dan juga anak-anak malnutrisi. Measles dapat menyerang sistem kekebalan tubuh,
sehingga penderita measles menjadi rentan terhadap berbagai infeksi lainnya.1 Dengan
demikian dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai Measles melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang, working dan differential diagnosis, etiologi, epidemiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, pencegahan dan prognosis
untuk konsep pemahaman dalam menegakkan diagnosis penyakit yang disebabkan infeksi
Morbillivirus.

PEMBAHASAN

Anamnesis

Anamnesis merupakan wawancara yang dilakukan dengan komunikasi percakapan


antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung (auto-anamnesis) atau tidak
langsung melalui orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien (alo-anamnesis). Proses
anamnesis memiliki tujuan untuk mendapatkan data pasien, keluhan yang dialaminya,
sehingga membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan
fisik dan penunjang.2

Teknik anamnesis yang baik, pada awalnya dokter harus membangun hubungan yang
baik dan kondisi yang nyaman dengan pasien. Sebelum melakukan anamnesis lebih dalam
mengenai penyakit yang di alami pasien, kita harus menanyakan identitas pasien terlebih
dahulu yang meliputi nama lengkap, umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama, dan
pekerjaan. Setelah mengetahui identitas pasien, terdapat 5 hal pokok yang perlu ditanyakan
yaitu :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Melalui wawancara riwayat penyakit sekarang pada pasien, hal ini meliputi keluhan utama
dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah keluhan yang membuat seseorang datang
ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari pertolongan. Keluhan utama ini sebaiknya
tidak lebih dari satu keluhan. Setelah keluhan utama, dilakukan anamnesis secara
sistematis meliputi beberapa poin berikut:
1. Lokasi Sakit (dimana, menyebar atau tidak)
2. Onset dan kronologis (kapan terjadinya dan sudah berapa lama)
3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat dan seberapa sering terjadi)
4. Kualitas keluhan (rasanya seperti apa)
5. Faktor – faktor yang memperberat keluhan
6. Faktor – faktor yang memperingan keluhan
7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama berupa keluhan lain yang timbul dan
faktor pencetusnya (apakah berhubungan dengan aktivitas makan, bagaimana buang
air besar, adakah ikterik, adakah pembengkakan, benjolan, tumor, atau nyeri tekan,
adakah demam, batuk, sesak napas, nyeri dada, berdebar – debar, keringat dingin.)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Dalam RPD, ditanyakan apakah penderita pernah menderita penyakit serupa sebelumnya,
bila pernah, kapan dan sudah berapa kali mengalami penyakit dengan keluhan yang sama,
serta obat yang diberikan saat itu (mencari penyakit relevan dengan keadaan sekarang dan
penyakit kronik, riwayat dirawat, rawat inap, riwayat pengobatan, dan menstruasi untuk
wanita).
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Wawancara RPK bertujuan untuk mencari ada atau tidaknya penyakit keturunan dari pihak
keluarga atau riwayat penyakit yang menular.
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Wawancara riwayat sosial dan ekonomi, bertujuan untuk mengetahui status sosial pasien
yang meliputi pendidikan, pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola makan,
tidur, minum alkohol, merokok, obat – obatan, aktivitas seksual, sumber keuangan,
asuransi kesehatan, dan kepercayaan).
5. Faktor Risiko dan Faktor Prognostik
Faktor risiko adalah faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya suatu
penyakit, misalnya adanya riwayat alergi terhadap makanan tertentu, adanya mengonsumsi
obat-obat atau jamu tertentu dalam jangka panjang. Tinggal di daerah endemik penyakit
menular juga sebagai faktor risiko. Sedangkan faktor prognostik adalah faktor-faktor yang
memengaruhi perjalanan suatu penyakit atau hasil pengobatan penyakit. Faktor risiko dan
faktor prognostik dapat berasal dari pasien, keluarganya maupun lingkungan.
Berdasarkan skenario yang akan di bahas, diketahui bahwa pasien merupakan seorang
anak laki-laki berusia 5 tahun dengan keluhan utama demam merah sejak 3 hari yang lalu.
Dalam pengambilan RPS, diketahui sifat demam terus menerus sepanjang hari, bercak dan
ruam dimulai di dahi, menyebar ke area wajah dan leher. Dalam pengambilan data RPD
pasien, diketahui imunisasi pasien tidak lengkap, dan tidak memiliki riwayat alergi
makanan/obat-batan. Keluhan lain yang menyertai keluhan utama pasien adalah adanya batuk
dan pilek, dengan batuk jarang dan tidak sesak, tidak terdapat rasa gatal pada ruam, mata
memerah.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan duduk di tepi tempat tidur atau meja
periksa, dalam pemeriksaan fisik meliputi inspeksi dan palpasi yang dilakukan pada kulit.
Pemeriksaan dimulai dari observasi wajah dilanjutkan dengan identifikasi adanya lesi,
perhatikan lokasi, distribusi, susunan tipe, dan warnanya. Lanjutkan pada pengkajian kulit
saat memeriksa bagian tubuh lain.3

Pemeriksaan fisik yang harus selalu dilakukan kepada setiap pasien adalah memeriksa
tekanan darah, suhu, nadi, serta pernafasan pasien. Pada pemeriksaan fisik ini, didapatkan
bahwa pasien tampak sakit sedang, suhu tubuh 37,8o C, denyut nadi 100x/menit, frekuensi
pernafasan (RR) 24x/menit. Keadaan umum pasien sakit sedang dan kesadaran compos
mentis. Dari pemeriksaan fisik ditemukan macula-papula eritema tosus pada bagian dahi,
leher, dan belakang telinga. Tidak disertai dengan perbesaran kelenjar getah bening. Pada
bagian mata terdapat conjungtivitis Oculo Dextra Sinistra (ODS) tanpa disertai sekret. Tidak
terdapat strawberry tounge maupun bercak koplik, serta faring tidak hiperemis. Thorax dan
abdomen normal. Akral teraba dingin dan didapatkan Capillary Refill Time (CRT) 2 detik.

Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakan diagnosis
measles : 4
 Pemeriksaan Hematologi rutin : Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam
kasus measles ini adalah pemeriksaan darah rutin. Pada pemeriksaan darah perifer
lengkap, didapatkan leukopenia dan limfositopenia
 Pemeriksaan sitologi: Pemeriksaan sitologi adalah pemeriksaan dari cairan tubuh manusia
yang kemudian diproses, yaitu dilakukan fiksasi dan pemberian pigmen kemudian
dilakukan pembacaan dengan mikroskop. Dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi virus.
Akan ditemukan sel datia berinti banyak pada sekret. Virus measles dapat diisolasi dari
urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa
prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama
sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.
 Uji serologi : Pemeriksaan serologi atau tes antibodi adalah salah satu prosedur
pemeriksaan yang dilakukan melalui sampel serum darah. Pemeriksaan antibodi
Imunoglobulin M (IgM) merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi
campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya
rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari ketiga untuk
menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu setelah
muncul rash. Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul,
terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG
masih dapat ditemukan sampai beberapa tahun kemudian.

Working Diagnosis

Penyakit akut menular seperti campak ditandai oleh tiga stadium. Pertama, stadium
inkubasi sekitar 10-12 hari dengan tanpa atau sedikit gejala. Stadium prodromal dengan
enantem atau bercak koplik pada mukosa buccal dan faring, demam ringan sampai sedang,
konjungtivitis ringan, coryza, dan batuk yang semakin berat. Stadium akhir dengan ruam
makula yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tubuh, dan kaki yang disertai
demam tinggi.6
Berdasarkan anamnesis ditemukan beberapa persamaan yang menunjukkan tanda-
tanda atau gejala measles. Pasien berusia 2 tahun mengalami demam sejak 3 hari yang lalu.
Tetapi pasien belum dapat dipastikan menderita measles yang disebabkan Morbillivirus.
Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan
darah rutin.
Diferent Diagnosis

1. Rubella

Rubela atau campak jerman adalah penyakit infeksi virus akut oleh virus Rubivirus
(fam. Togaviridae), yang merupakan virus RNA. Masa inkubasi adalah 14-21 hari.
Ditandai dengan gejala umum ringan, ruam kulit menyerupai campak ringan atau demam
skarlatina, pembesaran dan nyeri pada kelenjar getah bening oksipital belakang, belakang
telinga dan leher. Gejala lain yang biasa muncul adalah sakit kepala, konjungtivitis mata
ringan, coryza (hidung tersumbat dan basah), adanya rasa sakit dan bengkak persendian.
Ruam yang muncul biasanya muncul mulai dari wajah lalu menyebar ke bawah dengan
cepat (leher,badan, dan ekstremitas). Ruam pada akhir hari pertama mulai merata di badan
kemudian pada hari ke dua ruam di muka mulai menghilang, dan pada hari ke tiga ruam
tampak lebih jelas di ekstremitas sedangkan di tempat lain mulai menghilang. menuju ke
badan. Pada anak, virus tersebar di secret nasofaring, darah, tinja dan urin. Ciri khasnya
adalah limfadenopato retro aurikuler, servikal belakang dan oksipital belakang yang
timbul kira-kira 24 jam sebelum erupsi. Pada 20 % kasus dapat dijumpai anantema berupa
bercak putih di palatum (bercak Forchheimer) sesaat sebelum terjadi ruam kuku.
Eksantema timbul mulai di wajah, menyebar dengan cepat dan menghilang dengan cepat
pula tanpa meninggalkan bekas. Ruam kadang-kadang disertai dengan rasa gatal. Limpa
sering teraba sedikit membesar. Rubella dapat dicegah dengan vaksin MMR atau vaksin
campak. Terapi untuk rubella adalah terapi simptomatik, isolasi penderita selama peiode
infeksi, tindakan suportif umum, dan pemberian antibiotic untuk infeksi sekunder.
Komplikasi pada penyakit ini adalah terjadi arthritis. Pada ibu hamil dapat menyebabkan
retardasi pertumbuhan, katarak, ketulian, cacat jantung bawaan, cacat organ lain, dan
keterbelakangan mental pada janin.6

2. Roseola infantum

Roseola infantum (exsanthem subitum, sixth disease) adaah infeksi yang disebabkan
oleh human herpes virus 7 (HHV7) dan terutama oleh virus herpes-6 atau human herpes
virus 6 (HHV6). Umumnya terjadi pada masa bayi usia 6 bulan sampai umur 3 tahun
dengan ditandai oleh adanya eksantema. Manifestasi infeksi sangat bervariasi, sering
bersifat tidak spesifik yaitu demam tanpa erupsi, infeksi saraf pusat, penyakit mirip
dengan hepatitis. Gejala penyakit adalah demam tinggi dengan suhu lebih dari 39 0C
selama 3-5 hari disertai batuk, pilek, sakit tenggorokan, anoreksia, kelenjar getah bening
yang membesar, diare, accipital adenopathy, dan ditandai dengan adanya rash
makulopapolar pada eksantema subitum. Setelah demam, akan mulai timbul bercak dan
ruam dimulai dari leher dan thorax atau batang tubuh yang kemudian menyebar ke wajah
dan ekstremitas tubuh. Tindakan preventif untuk penyakit ini adalah menghindari kontak
dengan penderita. Manifestasi klinis dengan penurunan hitung leukosit (leukopenia). Tata
laksana yang dapat dilakukan adalah pengobatan simptomatik, tindakan suportif umum,
dan pemberian antibiotic untuk infeksi sekunder. Komplikasi penyakit ini adalah
otitismedia dengan disertai kejang demam, pneumonia, dan radang otak.6
3. Varicella zoster
Varicella zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh herpes virus varicellae atau
human (alpha) herpes virus 3 (HHV3), atau varicella zoster virus (VVZ). Gejala umum
yang timbul adalah demam, malaise, timbul nyeri kepala, mual dan anoreksia (biasa terjadi
1-2 hari sebelum timbulnya lesi di kulit). Tanda khas penyakit varisela adalah terdapat
bermacam-macam stadium lesi. Lesi timbul mula-mula di dada dan muka kemudian
sedikit menuju ke lengan. Hal ini menunjukkan tanda yang sama pada pemeriksaan fisik
dimana lesi ditemukan di seluruh tubuh dengan sebaran lesi sentripetal (menjauhi pusat).
Varisela memiliki periode inkubasi 13-17 hari. Untuk menegakkan diagnosis perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang pada kerokan atau bilasan dasar vesikel, cek darah
rutin, pemeriksaan sitologi, dan uji serologi. Pencegahan penyakit ini adalah dengan
pemberian vaksin VZIG, Tzanck Smear, DFA, atau dilakukan PCR berkala. Terapi
penyakit ini adalah dengan asiklovir, valaksiklovir, fan farnasiklovir. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah sepsis kulit sekunder, pneumonia, ensefalitis serebelar pascainfeksi,
dan cacar air yang terjadi pada masa kehamilan akan menyebabkan komplikasi lanjut bagi
janin.6
4. Kawasaki disease

Penyakit Kawasaki atau Mucocutaneous Lymphnode Syndrome adalah penyakit


radang pada pembuluh darah. Gejalanya adalah demam bebarapa hari, ruam atau bercak
merah, pembengkakan pada kaki, mata merah, iritasi dan peradangan selaput lender mulut,
bibir dan tenggorokan serta pembengkakan kelenjar getah bening di leher. Komplikasi
jangka panjang adalah kerusakan arteri koroner yang disebut aneurysm. Aneurysm pada
arteri koroner disebabkan oleh radang pada pembuluh arteri tersebut disebut vasculitis.
Inilah yang membuat sindrom Kawasaki menjadi penyebab utama timbulnya penyakit
jantung bawaan (PJB) Kawasaki hampir selalu menyerang anak, terutama usia di bawah 5
tahun. Demam timbul cepat dan naik turun sedang sampai tinggi sekitar 41 0C selama 3
minggu. Kelenjar getah bening di salah satu sisi leher membengkak. Ruam dan bercak
merah biasanya timbul pada fase awal penyakit. Kedua mata merah tanpa secret yang
timbul pada minggu pertama masa sakit. Lidah menjadi merah dan timbul bintil-bintil
yang dikenal sebagai lidah strobery. Bibir menjadi kering dan pecah dan selaput lender
mulut menjadi lebih merah. Tangan dan kaki membengkak dan telapak tangan dan kaki
menjadi merah.terkadang terjadi kaku kuduk. Saat demam mereda, ruam, mata merah dan
pembesaran kelenjar menghilang.6

5. Erupsi obat
Adverse drug reaction (ADR) menurut World Health Organization (WHO)
didefinisikan sebagai respons yang tidak diinginkan terhadap pemberian obat dengan dosis
normal pada manusia. Erupsi obat merupakan masalah kesehatan yang penting di
masyarakat, terutama yang termasuk di dalam ADR tipe B (unpredictable reaction).
Reaksi tipe B ini dapat mengenai kulit, dan organ lain seperti hepar, paru, sumsum tulang,
dan ginjal. Beberapa reaksi masih belum jelas, tetapi beberapa diasumsikan sebagai reaksi
imunologis sehingga disebut sebagai reaksi hipersensitifitas obat.7
Etiologi

Measles disebabkan oleh adanya infeksi virus dari famili paramyxovirus dan genus
morbilivirus virus dengan RNA untai tunggal yang memiliki satu tipe antigen. Struktur virus
ini mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis, virus gondongan (mumps), virus
metapneumovirus, RSV (Respiratory Syncytial Virus) dan parainfluenza. Virus campak
berukuran 100-250 µm dengan inti untai RNA tunggal yang diselubungi lapisan pelindung
lipid. Memiliki 6 struktur protein utama. Protein H (Hemagglutinin) berperan dalam
perlekatan virus ke sel penderita. Protein F (Fusion) meningkatkan penyebaran virus dari sel
ke sel. Protein M (Matrix) di permukaan dalam lapisan pelindung virus berperan penting
dalam penggabungan virus. Di bagian dalam virus terdapat protein L (Large), NP
(Nucleoprotein), dan P (Polymerase phosphoprotein). Protein L dan P berperan dalam
aktivitas polymerase RNA virus, protein NP berperan sebagai struktur protein nucleocapsid.
Virus campak menyerang traktus respiratorius atas serta kelenjar limfe regional dan
menyebar secara sistemik selama viremia yang berlangsung singkat seiring dengan titer virus
yang rendah. Virus measles dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia atau jaringan ginjal
kera rhesus. Perubahan sitopatik akan mulai tampak dalam 5-10 hari yang terdiri atas sel
raksasa multinucleus. Antibody dalam sirkulasi dapat dideteksi apabila mulai muncul ruam.4

Dengan munculnya sel raksasa dan proses peradangan, ini merupakan dasar patologik
ruam dan infiltrate peribronchial paru. Selain itu, terdapat juga oedema, bendungan, serta
perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran yang terjadi pada epitel dan
kulit akan menyebabkan terjadinya batuk, pilek, mata merah dan demam yang berangsur
semakin tinggi. Gejala seperti panas, batuk, pilek akan semakin berat pada hari ke 10 sejak
awal infeksi, kemudian mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan. Setelah ruam
timbul, virus aktif dapat ditemukan pada sekret nasofaring, darah, dan air seni dalam waktu
sekitar 34 jam pada suhu kamar. Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf pusat
dan menimbulkan gejala klinik encephalitis. Virus ini dapat bertahan selama beberapa hari
dalam suhu 00C dan selama 15 minggu pada sediaan beku. Di luar tubuh manusia, virus ini
hanya dapat bertahan 1 jam pada suhu kamar (short survival time) dan kehilangan
infektivitasnya sekitar 60% selama 3-5 hari. Virus dapat diinaktivasi dengan suhu panas
(>370C), suhu dingin (200C), kadar pH ekstrim (pH <5 dan >10). Virus ini mudah hancur oleh
sinar ultraviolet. 4

Epidemiologi

Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi 145.700
kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400 kematian setiap hari
atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak kurang dari 5 tahun. Berdasarkan
laporan DirJen PP&PL DepKes RI tahun 2014, masih banyak kasus campak di Indonesia
dengan jumlah kasus yang dilaporkan mencapai 12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173
kejadian dengan 2.104 kasus. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-
sekolah dan usia SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada
kelompok umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus). 4
Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000 dengan jumlah kematian
1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih ditemukan di negara maju. Sebelum melakukan
vaksin pada tahun 1963 di Amerika Serikat, terdapat lebih dari 1,5 juta kasus campak kasus
setiap tahun. Mulai tahun 1963 kasus campak menurun drastis dan hanya ditemukan kurang
dari 100 kasus pada tahun 1998.8

Patofisiologi

Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari penderita.
Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel epitel saluran napas
(nasofaring) ataupun konjungtiva. Infeksi virus terjadi di sel epitel. Setelah melekat, virus
bereplikasi dan diikuti dengan penyebaran ke kelenjar limfe regional. Setelah penyebaran ini,
terjadi viremia primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati,
dan kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus di epitel
saluran napas juga di sistem retikuloendotelial regional dan kemudian menyebar. Pada hari
ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan
saluran pernapasan sehingga menimbulkan gejala infeksi di kulit dan saluran napas pada hari
ke-7 sampai ke-11. Lesis esensial measles terdapat pada kulit, membrane mukosa nasofaring,
bronkus, serta saluran cerna, dan pada konjungtiva. Di kulit reaksi utama menonjol pada
sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik terdiri dari eksudat serosa dan
proliferasi endotel yang serupa dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi peradangan secara
menyeluruh pada mukosa buccal dan faring dan meluas ke dalam jaringan limfoid serta
membrane mukosa trakeobronkial. Pada kasus ensefalomielitis yang mematikan dapat terjadi
demielinasi perivaskuler pada derah otak dan medulla spinalis. Pada hari ke-11 sampai hari
ke14, virus ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari
kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-
sel epitel, monosit, dan makrofag.4

Gejala Klinis

Measles merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang tergolong dalam genus
morbillivirus famili paramyxovirus, virus dengan rantai tunggal RNA yang memiliki 1 tipe
antigen. Measles memliki masa inkubasi 10-12 hari, pada measles akan ditemukan bercak
koplik yang muncul 1-4 hari sebelum muncul ruam. Bercak koplik merupakan bercak
kemerahan dengan puncak berwarna putih kebiruan. Measles memiliki 4 stadium pada masa
inkubasi. stadium inkubasi, prodromal, eksantematosa dan fase penyembuhan atau
kovalesens:4

1. Stadium inkubasi sekitar 10-12 hari dengan tanpa atau sedikit gejala.
2. Stadium prodromal adalah munculnya gejala demam sedang yang makin lama meninggi,
3C (cough, conjungtivity, coryza) batuk, pilek, konjingtivitis dan tanda patognomonik
bercak koplik (bintik putih keabuan sebesar butisan pasir 1-2 hari sebelum dan setelah
muncul ruam) pada mukosa bukalis. Virus dapat ditemukan pada sekret saluran
pernapasan, kulit dan dapat ditularkan melalui droplet berukuran besar dari saluran
pernafasan atas dan memerlukan kontak erat dengan penderita. Virus ini stabil pada suhu
ruang selama 1-2 hari.
3. Stadium erupsi/ eksantem, dimana ruam makulopopular, eritematuos, konfluens,
menyebar dari belakang telinga hingga ke seluruh tubuh . pada fase ini demam akan
bertahan 3 hari sesudah menyebar keseluruh tubuh dan suhu badan akan mencapai
puncaknya saat ruam mulai timbul. Penderita campak menularkan virus selama 1-2 hari
sebelum timbulnya gejala sampai 4 hari setelah timbulnya ruam.
4. Stadium penyembuhan/konvalesens dimana demam mulai turun dan ruam akan
meninggalkan bekas hiperpigmentasi selama 1 -2 minggu.

Tatalaksana

Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah baring,
antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4 jam), cairan
yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A dapat berfungsi sebagai
imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi terhadap virus campak. Pemberian
vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare dan pneumonia.
Vitamin A diberikan satu kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai berikut :4

- 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih

- 100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan

- 50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan

Pemberian vitamin A tambahan satu kali dosis tunggal dengan dosis sesuai umur
penderita diberikan antara minggu ke-2 sampai ke-4 pada anak dengan gejala defisiensi
vitamin A. Pada campak dengan komplikasi otitis media dan/atau pneumonia bakterial dapat
diberi antibiotik. Komplikasi diare diatasi dehidrasinya sesuai dengan derajat dehidrasinya.

Komplikasi

Komplikasi yang disebabkan oleh measles sering terjadi pada anak-anak usia <1 tahun
mengalami malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor), tempat pemukiman padat penduduk yang
lingkungannya kotor, anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV,
malnutrisi, atau keganasan, dan anak dengan defisiensi vitamin. Komplikasi dapat terjadi
pada berbagai organ tubuh antara lain adalah ensefalitis akut yang timbul pada 0,01 – 0,1%
kasus campak. Gejala berupa demam, nyeri kepala, letargi, dan perubahan status mental yang
biasanya muncul antara hari ke-2 sampai hari ke-6 setelah munculnya ruam. Umumnya self-
limited (dapat sembuh sendiri), tetapi pada sekitar 15% kasus terjadi perburukan yang cepat
dalam 24 jam. Gejala sisa dapat berupa kehilangan pendengaran, gangguan perkembangan,
kelumpuhan, dan kejang berulang. - Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE): suatu
proses degeneratif susunan saraf pusat yang disebabkan infeksi persisten virus campak,
timbul beberapa tahun setelah infeksi (umumnya 7 tahun). Penderita mengalami perubahan
tingkah laku, retardasi mental, kejang mioklonik, dan gangguan motorik. Komplikasi lain
dapat terjadi pada mata yaitu keratitis. Dan komplikasi pada sistemik berupa septikemia
karena infeksi bakteri sekunder.4

Pencegahan

Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi MMR (Measles,


Mumps, Rubella). Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014, vaksin campak
diberikan pada usia 9 bulan. Selanjutnya, vaksin penguat dapat diberikan pada usia 2 tahun.
Apabila vaksin MMR diberikan pada usia 15 bulan, tidak perlu vaksinasi campak pada usia 2
tahun. Selanjutnya, MMR ulangan diberikan pada usia 5-6 tahun. Dosis vaksin campak
ataupun vaksin MMR 0,5 mL subkutan. Imunisasi ini tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak
dengan imunodefisiensi primer, pasien tuberkulosis yang tidak diobati, pasien kanker atau
transplantasi organ, pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak
immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak terinfeksi HIV tanpa imunosupresi berat
dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat imunisasi campak. Reaksi KIPI
(Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi) yang dapat terjadi pasca-vaksinasi campak berupa demam
pada 5-15% kasus, yang dimulai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi, dan berlangsung selama
5 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, yang timbul pada hari ke 7 s/d 10 sesudah
imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Reaksi KIPI dianggap berat jika ditemukan
gangguan sistem saraf pusat, seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca-imunisasi. Risiko
kedua efek samping tersebut dalam 30 hari sesudah imunisasi diperkirakan 1 di antara
1.000.000 dosis vaksin. Reaksi KIPI vaksinasi MMR yang dilaporkan pada penelitian
mencakup 6000 anak berusia 1-2 tahun berupa malaise, demam, atau ruam 1 minggu setelah
imunisasi dan berlangsung 2-3 hari. Vaksinasi MMR dapat menyebabkan efek samping
demam, terutama karena komponen campak. Kurang lebih 5-15% anak akan mengalami
demam >39,40 C setelah imunisasi MMR. Reaksi demam tersebut biasanya berlangsung 7-12
hari setelah imunisasi, ada yang selama 1-2 hari. Dalam 6-11 hari setelah imunisasi, dapat
terjadi kejang demam pada 0,1% anak, ensefalitis pasca-imunisasi terjadi pada <1/1.000.000
dosis.4

KESIMPULAN

Campak merupakan penyakit viral infection yang sangat infeksius. Penyebab campak
adalah measles virus (MV). Virus campak berasal dari genus Morbilivirus dan famili
Paramyxoviridae. Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan bermultiplikasi
pada epitel nasofaring. Manifestasi klinis berupa demam sedang, batuk, pilek, konjungtivitis,
dan ruam seluruh tubuh yang dimulai dari area dahi dan adanya koplik spots pada buccal
mucose. Pada umumnya, semua viral infection adalah self limiting disease sehingga akan
sembuh dengan sendirinya seiring pertahanan tubuh yang membaik. Jadi, tatalaksana umum
untuk campak adalah suportif disertai pemberian vitamin A sesuai usia penderita. Pencegahan
dilakukan dengan imunisasi vaksin campak atau vaksin MMR.
DAFTAR PUSTAKA

1. Liwu TS, Rampengan NH, Tatura SN. Hubungan status gizi dengan berat ringannya
campak pada anak. e-CliniC. 2016;4(1). [Citied 15 November 2021] Available from :
HTTPS://EJOURNAL.UNSRAT.AC.ID/INDEX.PHP/ECLINIC/ARTICLE/VIEW/1
0961/10550
2. Zein U, Buku Saku Anamnesis. Medan : USU Press; 2012. h 3-16
3. Bickley LS, Szilagyi PG. Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates: buku saku.
Ed.8. Jakarta: EGC; 2009.h.1-9,15,64-70.
4. Halim RG. Campak pada anak. Cermin Dunia Kedokteran. 2016 Mar 1;43(3):186-9.
[Citied 15 November 2021] Available from :
http://103.13.36.125/index.php/CDK/article/view/31.
5. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson textbook of pediatrics. 19th ed. Jakarta: EGC;
2011.h.836-1071.
6. Rahayu T, Tumbelaka AR. Gambaran Klinis Penyakit Eksantema Akut Pada Anak.
Sari Pediatri. 2016 Dec 6;4(3):104-3. [Citied 15 November 2021] Available from :
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/viewFile/950/882.
7. Damayanti D. Konsep Patomekanisme Erupsi Obat Terkini. Berkala Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin. 2019 Nov 30;31(3):236-41. [Citied 15 November 2021] Available
from : https://www.e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/7623.
8. World Health Organization. Measles. 2015 February. [Citied 15 November 2021]
Available from : http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs286/en/

Anda mungkin juga menyukai