Anda di halaman 1dari 70

10/07/2020

MODUL 3
PENYAKIT TROPIS AKIBAT
VIRUS
1
MODUL 3
PENYAKIT TROPIS AKIBAT VIRUS
Skenario
Bintik – bintik Merah Bikin Pusing
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun diantar ibunya ke RS dengan keluhan
demam sejak 4 hari yang lalu. Demam muncul mendadak dan terjadi terus
menerus sepanjang hari disertai nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri otot disertai
dengan bintik merah di tubuh. Teman sekelas pasien juga ada yang menderita
keluhan serupa tetapi disertai mimisan dan gusi berdarah. Sebelumnya pasien
juga pernah didiagnosis dengan penyakit campak. Di lingkungan sekitar tempat
tinggal pasien juga banyak ditemukan jentik nyamuk. Karena banyaknya kasus
tersebut, pihak puskesmas akan melaporkan kejadian tersebut ke pihak dinas
terkait unutuk melakukan fooging dan meminta masyarakat untuk melakukan
PSN.
Bagaimana anda menjelaskan pengelolaan dan program pengendalian penyakit
diatas?
10/07/2020
JUMP 1
3
10/07/2020
1. Mimisan: Suatu kondisi yang ditandai dengan
keluarnya darah melalui lubang hidung.
2. Campak: Merupakan infeksi virus yang disebabkan
oleh virus golongan paramixovirus yang ditandai
dengan munculnya ruam diseluruh tubuh dan bersifat
sangat menular.
3. Fogging: Tindakan penyemprotan pestisida yang
bertujuan untuk membasmi nyamuk dewasa.
4. PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk): Suatu tindakan
untuk menekan pertumbuhan atau menularan penyakit
DBD melalui nyamuk yang dilakukan oleh masyarakat.
4
10/07/2020
JUMP 2 & 3
5
1. Apa penyebab keluhan anak tersebut?
Jawab: Kemungkinan adanya infeksi yang terjadi pada anak tersebut sehingga
terjadi gejala seperti demam akibat peningkatan set point thermoregulasi di
hypothalamus. Nyeri dapat muncul akibat lepasnya mediator inflamasi seperti
prostaglandin. Bintik-bitnik merah dapat terjadi akibat terjadinya kebocoran
plasma akibat permeabilitas kapiler yang meningkat.

2.Adakah hubungan usia-Jenis kelamin dengan keluhan dan penyakit yang


dialami anak tersebut, dan factor lain apakah terkait dengan penyakit
tersebut?
Jawab: ada, perempuan memiliki peluang 3,33 kali lebih besar dibandingkan
laki-laki. Usia yang biasa terkena adalah anak-anak (5-12 tahun) dan lansia
Faktor lain seperti sanitasi lingkungan, personal hyegien, social ekonomi yang
rendah dan kondisi geografis.
3.Pemeriksaan apakah yang dapat dianjurkan terhadap anak tersebut?
Jawab: PF (Hepatomegali, splenomegaly)
Laboratorium darah(biasanya ditemukan trombositopenia, peningkatan hematokrit)
Serologi IgM anti dengue

4. Apakah DD dan Diagnosa terhadap anak tersebut?


Jawab: DD (Demam dengue, Chikungunya, demam thypoid, malaria, campak, ispa,
influenza)
Dx: Demam dengue

5. Apakah ada kesamaan antara anak laki tersebut dengan temannya?


Jawab: Ada, kemungkinan teman anak tersebut juga terinfeksi virus dengue yang
memiliki klinis lebih parah yang ditandai dengan perdarahan akibat kebocoran
plasma.
6.Apakah ada hubungan keluhan pasien dengan riwayat campak yang pernah
diderita?
Jawab: Tidak ada hubungan yang signifikan, walaupun kemungkinan adanya peran
imunitas yang berkurang karena pernah terinfeksi virus sebelumya.

7. Bagaimanakah tatalaksana terhadap anak tersebut?


Jawab: Sifat dari infeksi virus adalah self limiting disease. Oleh karenanya
tatalaksana lebih berorientasi kepada penguatan daya imunitas anak tersebut
melalui pemberian cairan yang adekuat, istirahat yang cukup dan obat simptomatik.

8. Bagaimanakah upaya pencegahan terhadap penyakit tersebut?


Jawab: Pemberantasan jentik (PSN, Program 3M plus, larvasidasi, dan menggunakan
ikan pemakan jentik)
Pencegahan gigitan nyamuk(Pemakaian kelambu, lotion anti nyamuk,
penyemprotan)
Edukasi masyarakat tentang bahaya DBD dan upaya pencegahannya
9. Apakah tujuan dilakukkannya fogging dan apakah persyaratannya?
Jawab: Fogging dilakukan sebagai upaya pemberantasan nyamuk dewasa sbg rantai
DBD dengan 2 jenis yakni fogging focus dan fogging massal. Syaratnya (adanya
penemuan kasus meninggal akibat DBD, adanya 2 orang positif DBD di daerah
tersebut, adanya penemuan lebih dari 3 rumah positif memiliki jentik-jentik nyamuk
dan adanya penderita demam secara bersamaan.

10.Bagaimanakah karakteristik nyamuk sebagai vector DBD?


Jawab: Sayap dan badannya belang-belang/bergaris putih
Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah
Jarak terbang 100 m dan tahan terhadap suhu panas dan
kelembapan yang tinggi

11. Bagaimanakah peran pemerintah dan puskesmas dalam


memberantas DBD?
Jawab: membentuk regulasi dan pedoman penatalaksanaan, bekerja sama dengan
berbagai sector terkait, meningkatkan kualitas penanganan kuratif DBD, penemuan
kasus secara dini atau surveilans serta upaya promotive dan preventif kepada
masyarakat dengan penyuluhan
12. Bagaimanakah komplikasi dan prognosis anak laki-laki tersebut?
Jawab:
Komplikasi yang mungkin terjadi (Kehilangan cairan secara massif, PSMBB,
PSMBA, Syok dengue)
Prognosis bonam bila ditangani dengan segera dengan benar.
JUMP 4: SKEMA

Penyakit Tropis Akibat


Virus

Definisi, Epidemiologi,
Etiologi, Faktor Risiko

Patogenesis, Patofisiologi,
Manifestasi Klinis

Pemeriksaan
Fisik
&Penunjang

Diagnosa &
Diagnosa Banding

Medis
Upaya Pencegahan &
Penatalaksanaan &Non
Pemberantasan
Medis

Prognosis &
Komplikasi
JUMP 5
Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Penyakit:
1. DBD
2. Chikungunya
3. Campak
4. Poliomielitis
5. Hepatitis
6. Verisela
10/07/2020
LO 1. DBD

13
 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak dua
sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu,
gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit
berupa petechie, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan
gusi, hematemesis, melena, hepatomegali, trombositopeni, dan
kesadaran menurun atau renjatan.
 Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini
termasuk dalam grup B Antropod Borne Virus
(Arboviroses) kelompok flavivirus dari family
flaviviridae, yang terdiri dari empat serotipe, yaitu DEN
1, DEN 2, DEN 3, DEN 4.
TEMPAT PERKEMBANGBIAKAN
AEDES AEGYPTI
 a. Tempat Penampungan Air (TPA), yaitu tempat-tempat
untuk menampung air guna keperluan sehari-hari, seperti:
tempayan, bak mandi, ember, dll.
 b. Bukan tempat penampungan air (non TPA), yaitu tempat-
tempat yang biasa menampung air tetapi bukan untuk
keperluan sehari-hari, seperti : tempat minum hewan
peliharaan (ayam, burung, dan lain-lain), barang bekas
(kaleng,botol, ban,pecahan gelas, dan lain-lain), vas
bunga,perangkap semut, penampung air dispenser, dll.
 c. Tempat penampungan air alami, seperti : Lubang pohon,
lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang,
pangkal pohon pisang, potongan bambu, dll.
Kriteria klinis DBD menurut WHO :
 Demam akut yang tetap tinggi selama 2-7 hari,
kemudian turun secara lisis. Demam disertai gejala tidak
spesifik.
 Manifestasi perdarahan.

 Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus

 Dengan/adanya renjatan

 Kenaikan nilai hematokrit.


DERAJAT PENYAKIT DBD
 Derajat 1 :
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi
perdarahan (uji tourniquet positif)
 Derajat II :

Seperti derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan


perdarahan lain pada hidung (epistaksis)
 Derajat III:

Ditemukan kegagalan sirkulasi dengan adanya nadi cepat dan


lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari 20 mm/Hg) /
hipotensi disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah
 Derajat IV:

Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang
tidak dapat diukur, akral dingin dan akan mengalami syok.
DIAGNOSIS
 a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari,
biasanya bersifat bifasik
 b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan
seperti uji tourniquet positif, terdapat petekie, perdarahan
mukosa atau perdarahan dari bagian tubuh lain dan
hematemesis atau melena
 c. Trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari
100.000/ul)
 d. Terdapat minimal satu tanda dari kebocoran plasma
seperti peningkatan hematokrit lebih dari 20%, penurunan
hematokrit lebih dari 20% setelah mendapat terapi cairan
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya dan
tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, ascites, atau
hipoproteinemia.
TATALAKSANA
a. DBD tanpa Renjatan
1.Beri minum banyak ( 1 ½ -2 Liter / hari )
2. Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga
dilakukan kompres
3. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

b. DBD dengan Renjatan


1. Pasang infus RL
2. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma
expander ( 20–30 ml/ kg BB )
3. Tranfusi jika Hb dan Ht turun
PENCEGAHAN
 Pemberantasan nyamuk DBD (PSN-DBD).
Bisa melalui penggunaan insektisida untuk langsung
membunuh nyamuk Aedes aegypti dewasa. Malation
adalah insektisida yang lazim dipakai saat ini. Cara
penggunaan malation adalah dengan pengasapan
(thermal fogging), atau pengabutan (cold fogging). Ada
juga insektisida yang bertujuan membunuh jentik-jentik
nyamuk yakni abate. Cara penggunaan bubuk abate
adalah dengan menaburkan bubuk abate pada tempat
yang menjadi sarang nyamuk.
Sedangkan PSN-DBD tanpa menggunakan
insektisida adalah 3M, menguras bak mandi, tempayan
minimal seminggu sekali, karena perkembangan nyamuk
memerlukan waktu 7-10 hari. Selanjutnya menutup
tempat penampungan air rapat-rapat dan langkah terakhir
dari 3M adalah membersihkan halaman rumah dari
barang-barang yang memungkinkan nyamuk tersebut
bersarang dan bertelur.
10/07/2020
LO.2 CHIKUNGUNYA

23
 Chikungunya adalah penyakit mirip demam dengue yang
disebabkan oleh virus chikungunya dan di tularkan oleh
nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes africanus
 Penularanya
 Penularan chikungunya yang cepat hingga terjadinya
KLB dipengaruhi oleh :

1. perubahan iklim dan cuaca yang mempengaruhi


perkembangan populasi nyamuk
2. mobilisasi penduduk dari dan kedaerah yang terinfeksi
3. prilaku masyarakat
4. sanitasi lingkungan yang berhubungan dengan tempat
berkembang biaknya nyamuk
 Gejala
-demam
-ruam kulit
-limfadenopati
-artralgia
-mialgia

 Px lab
 Px hematologi

 -hb : normal

 -trombositopenia

 -leukopenia

 -leukositosis

 LED meningkat

 Px serologi ,dilakukan dengan RDT,ELISA,HI,IFA yaitu untuk mendeteksi


antibodi IgG dan IgG
 PENGOBATAN
1.Pengobatan suportif
-istirahat tirah baring
-Berikan vitamin
-rehabilitasi

2.Pengobatan analgetik
-obat antipiretik atau analgetik non-aspirin
-anti infalamasi nonsteroid(OAINS)

3.INFUS bila perlu


10/07/2020
LO 3. CAMPAK

28
EPIDEMIOLOGI
 Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada
tahun 2013 terjadi 145.700 kematian yang disebabkan
oleh campak di seluruh dunia pada sebagian besar anak
kurang dari 5 tahun.
 Berdasarkan laporan DirJen PP&PL DepKes RI tahun
2014, masih banyak kasus campak di Indonesia dengan
jumlah kasus yang dilaporkan mencapai 12.222 kasus.
 Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-
sekolah dan usia SD.

10/07/2020 29
ETIOLOGI
 Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan
oleh RNA virus genus Morbillivirus, famili
Paramyxoviridae.

10/07/2020 30
Hari Patogenesis
0 Virus campak dalam droplet terhirup dan melekat pada permukaan epitel
nasofaring ataupun konjungtiva. Infeksi terjadi di sel epitel dan virus
bermultiplikasi.
1-2 Infeksi menyebar ke jaringan limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Virus bermultiplikasi di epitel saluran napas, virus melekat pertama kali, juga
di sistem retikuloendotelial regional dan kemudian menyebar.
5-7 Viremia sekunder
7 - 11 Timbul gejala infeksi di kulit dan saluran napas
11 - 14 Virus terdapat di darah, saluran napas, kulit, dan organ-organ tubuh lain.
15 - Viremia berkurang dan menghilang.
17

10/07/2020 31
 Gejala klinis klasik campak adalah adanya stadium
prodromal demam disertai coryza, batuk, konjungtivitis,
dan penyebaran ruam makulopapular.

10/07/2020 32
DIAGNOSIS

Anamnesis Demam, batuk, pilek, mata merah dan ruam yang mulai

timbul dari belakang telinga sampai ke seluruh tubuh


suhu badan tinggi (>38˚C)
Pemeriksaan fisik ●


mata merah
ruam makulopapular


pemeriksaan darah berupa leukopenia dan limfositopenia.
Pemeriksaan penunjang ●
Pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) campak sejak hari
pertama dan ke-2 setelah timbulnya ruam

10/07/2020 33
DIAGNOSIS BANDING
1. Rubella (Campak Jerman) dengan gejala lebih ringan dan
tanpa disertai batuk. „
2. Roseola infantum dengan gejala batuk ringan dan demam
yang mereda ketika ruam muncul. „
3. Parvovirus (fifth disease) dengan ruam makulopapular
tanpa stadium prodromal. „
4. Demam scarlet (scarlet fever) dengan gejala nyeri
tenggorokan dan demam tanpa konjungtivitis ataupun
coryza. „
5. Penyakit Kawasaki dengan gejala demam tinggi,
konjungtivitis, dan ruam, tetapi tidak disertai batuk dan
bercak Koplik. Biasanya timbul nyeri dan pembengkakan
sendi yang tidak ada pada campak.
10/07/2020 34
TATALAKSANA
 Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah
baring, antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai
setiap 4 jam), cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A
dapat berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi
terhadap virus campak. Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka
kejadian komplikasi seperti diare dan pneumonia. Vitamin A diberikan satu
kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai berikut:
 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih „
 100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan „
 50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan „

 Pemberian vitamin A tambahan satu kali dosis tunggal dengan dosis sesuai
umur penderita diberikan antara minggu ke-2 sampai ke-4 pada anak dengan
gejala defisiensi vitamin A.
 Pada campak dengan komplikasi otitis media dan/atau pneumonia bakterial
dapat diberi antibiotik. Komplikasi diare diatasi dehidrasinya sesuai dengan
derajat dehidrasinya.

10/07/2020 35
KOMPLIKASI
Umumnya terjadi pada anak risiko tinggi, yaitu:
Usia muda, terutama di bawah 1 tahun „
 Malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor) „

 Pemukiman padat penduduk yang lingkungannya kotor „

 Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV,


malnutrisi, atau keganasan „ Anak dengan defisiensi vitamin
Komplikasi dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, antara lain:
 Saluran pernapasan: bronkopneumonia, laringotrakeobronkitis (croup) „

 Saluran pencernaan: diare yang dapat diikuti dengan dehidrasi „

 Telinga: otitis media „

 Susunan saraf pusat:

- Ensefalitis akut: timbul pada 0,01 – 0,1% kasus campak.


- Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE): suatu proses degeneratif
susunan saraf pusat yang disebabkan infeksi persisten virus campak, timbul
beberapa tahun setelah infeksi
10/07/2020 36
PROGNOSIS
 Mortalitas dan morbiditas meningkat pada penderita
dengan faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya
komplikasi. Di negara berkembang, kematian mencapai
1-3%, dapat meningkat sampai 5-15% saat terjadi KLB
campak.

10/07/2020 37
PENCEGAHAN
 Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun
vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella).

10/07/2020 38
10/07/2020
LO 4. POLIOMIELITIS

39
 Poliomyelitis atau sering disebut polio, paralisis infantil
adalah penyakit akut yg menyerang sistem saraf perifer
yg disebabkan oleh virus polio dengan gejala utama nya
adalah kelumpuhan
EPIDEMIOLOGI

 Polio tersebar di seluruh dunia


 Polio banyak menyerang bayi dan anak-2

 Di negara endemis, 70-80% pdrt usia < 3 th, 80-90% usia


< 5 th.
 Kelompok rentan; anak-2 yg tdk terdaftar, menolak
immunisasi, minoritas, migran musiman, nomaden,
pengungsi dan masyarakat miskin perkotaan

41
EPIDEMIOLOGI
 DiIndonesia pernah terjadi polio akibat virus 3 di Jawa
Tengah tahun 1995.

 Tahun 2005 tercatat sampai 303 kasus, dan terjadi pertama


kali di Cidahu, Sukabumi.

 Menurut penyelidikan WHO dan Depkes RI, virus polio


liar di Indonesia tahun 2005 berasal dari Sudan atau
Nigeria, yang ditularkan oleh jemaah haji, umroh atau
tenaga kerja.

42
ETIOLOGI
 Disebabkan oleh virus polio termasuk genus enterovirus
 Tipe 1,2,3
 Bertahan 48 jam (kemarau), 2 minggu (hujan)

 Tahan terhadap sabun, detergen, alkohol, eter dan


chloroform
 Tdk tahan formaldehida 0,3%, klorin, pemanasan dan
ultraviolet

43
INFEKTIVITAS

 Masa inkubasi: 7-14 hari (3 – 35 hr)


 Manusia satu-satunya reservoir
 Penularan route : oro-fekal, ttp dapat melalui sekret faring
pd sanitasi yg baik
 Susu, makanan & bahan tercemar dpt menularkan, ttp blm
ada bukti penularan melalui serangga
 Potensial menular : pada akhir masa inkubasi & pada awal
gejala, terutama penderita yg tanpa gejala (inapparent)

44
GEJALA & TANDA

 Gejala awal : nyeri tenggorok, rasa tdk enak di perut, demam


ringan, lemas, nyeri kepala ringan.
 Gejala klinis yg mengarah pada polio : demam, kelumpuhan
akut.
 Kelumpuhan umumnya bersifat lumpuh layuh (flaccid),
terjadi pada tungkai bawah, asimetris, lemas tanpa gangguan
saraf perasa, otot dapat mengecil, refleks negatif
 Dapat disertai nyeri kepala, muntah, kekakuan leher dan
punggung

45
 Diagnosis pasti  pemeriksaan laboratorium
terakreditasi WHO: Lab Biofarma, BBLK Surabaya atau
Lab Puslit Penyakit Jakarta
PENGOBATAN

 Tdk spesifik
 Simptomatik : meredakan gejala

 Suportif : meningkatkan stamina

 Fisioterapi : meminimalkan kelumpuhan dan


mengurangi atrofi otot
 Ortopedik : utk kelumpuhan yg menetap

47
PENCEGAHAN & PEMBERANTASAN

1. Eradikasi Polio (erapo)


keadaan di mana suatu negara bebas kasus polio liar selama
3 tahun berturut-turut dan didukung sistem surveilans yang
mantap

Sistem surveilans mantap :


- Zero report ; lap mingguan lengkap & tepat
- AFP rate 1 (100%) ; hrs bs menemukan kasus AFP dan
membuktikan dgn lab penyebabnya bukan polio

48
Strategi erapo :

a. Mempertahankan immunisasi rutin dengan cakupan


yang tinggi
b. Melaksanakan program immunisasi tambahan; PIN, sub-
PIN, mopping up
c. SAFP sesuai standar sertifikasi
d. Pengamanan virus polio di laboratorium

49
2. SAFP (Surveilance Acute Flaccid Paralysis)

 Pengamatan ketat pada semua kasus kelumpuhan akut yang


mirip polio ; akut (< 2 mgg), flaccid, pada anak < 15 th
 Dimaksudkan untuk mengidentifikasi daerah berisiko tinggi
akan transmisi virus polio liar
 Memantau perkembangan program erapo

 Alat pembuktian Indonesia Bebas Polio

50
 Satu kasus AFP =KLB
 Tiap menemukan 1 AFP, petugas harus mendapatkan
spesimen tinja penderita dlm 24-48 jam (maks 2 mgg), lalu
dikirim ke lab, kmd visitasi ulang setelah 60 hr.

3. Immunisasi
 Mrpk faktor terpenting dalam pemberantasan polio
 Tdp 2 jenis vaksin; OPV (oral polio vaccine) dan IPV
(injection polio vaccine)

51
10/07/2020
LO 5. HEPATITIS

52
HEPATITIS A
Definisi
Infeksi hati akut yang disebabkan oleh virus hepatitis A
atau virus entero72 dari kelas picornavirus.
Picornavirus dapat ditemukan dalam tinja pasien
Penularan
Hepatitis A ditularkan secara fekal-oral dari orang ke orang atau
makanan dan minuman yang terinfeksi. Dan dapat juga
ditularkan melalui hubungan seksual
Gejala dan tanda
 1-2 minggu : ikterik,demam,anorexia,mual,muntah,gejala tidak
khas lainnya.
 1-5 hari sebelum ikterik : kencing berwarna kuning
kecoklatan,tinja pucat,enzim hati akan meningkat pada
pemeriksaan laboratorium.
Pemberantasan
Untuk mengendalikan morbiditas dan mortalitas
a. Surveilans epidemiologi
Kegiatan pemantauan pada perkembangan kasus penyakit
b. Penyelidikan epidemiologis
Mengkonfirmasi dan mendapatkan informasi lebih jauh untuk
penyebaran penyakit
c. Penanggulangan
 Menemukan dan mengobati penderita ke rumah sakit

 Mensterilkan sumber air bila diperlukan

 Memberikan penyuluhan tentang penyakit,higiene, dan sanitasi


HEPATITIS B
Definis
Infeksi hati akut yang disebabkan oleh virus hepatitis B
yang berukuran sekitar 42nm. Virus ini mempunyai lapisan
luar yang berfungsi sebagai antigen HBsAg
Patogenesis
Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui aliran darah untuk
mencapai sel hati. Di dalam sel hati virus memperbanyak diri
melalui proses transkripsi-replikasi dengan bantuan sel hati. Inti
virus mengalami replikasi dengan bantun sel hati, sedangkan
selaput virus dibantu oleh sitoplasma sel hati.

Penularan
 Suntikan

 Transfusi darah

 Hubungan seksual

 Transmisi vertikal dari ibu ke anak


Gejala dan tanda
1. Fase predormal : keluhan yang tidak khas seperti
mual,anorexia,demam
2. Fase ikterik : air seni berwarna teh, kulit menguning,keluhan
menguat
3. Fase penyembuhan : sudah mulai terbentuk anti-HB

Pencegahan
Imunisasi Hepatitis B yang diberikan saat bayi
10/07/2020
LO 6. VARICELLA

59
 Sinonim : cacar air, chicken pox

 Varisela adalah :
 penyakit infeksi virus akut,

 cepat menular,

 disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang


polimorf, terutama berlokasi di sentral tubuh,
 merupakan infeksi primer pada penderita yang rentan

 Etiologi
 Virus varicela zoster
EPIDEMIOLOGI
 Tersebar di seluruh dunia
 Terutama menyerang anak2, walaupun dapat juga
menyerang orang dewasa
 Pada orang dewasa umumnya gejala konstitusi lebih
berat
 Transmisi penyakit berlangsung secara erogen

 Masa penularan lebih kurang 7 hari dari saat timbulnya


erupsi kulit
GAMBARAN KLINIK
 Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari
 Pada anak2 stadium prodromal jarang dijumpai

 Pada anak lebih besar dan orang dewasa munculnya erupsi kulit
didhului gejala prodromal seperti demam, malaise, sakit kepala,
anokreksia, sakit punggung, pada beberapa individu disertai batuk
kering, sore throat berlangsung singkat 1-3 hari
 Masa prodromal disusul stadium erupsi, ditandai dengan:

- terbentuknya vesikula khas seperti tetesan embun (ear drops)


- vesikula akan berubah menjadi pustula, kmd pecah menjadi
krusta yang peralihannya hanya memakan waktu selama 8-12 jam
saja
 Vesikula baru akan timbul lagi di sekitar vesikula lama
 Stadium erupsi disebut stadium erupsi bergelombang

 Terjadi berbagai ruam kulit -- polimorfi

 Penyebaran lesi terutama di derah badan, kemudian menyebar


secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas
 Dinding vesikula bersifat tipis, apabila krusta lepas tidak
menimbulakn bekas
 Dekrustasi sempurna biasanya terjadi setelah 1-3 minggu
infeksi virus

Fase multiplikasi traktus respiratorius


pertama bagian atas/ orofaring

Viremia primer multiplikasi virus setempat

Fase multiplikasi kedua pembuluh drh/sal limfe

Viremia sekunder virus dimakan sel2 RE

aliran drh ...> demam malaise

kulit
membrana mukosa
seluruh tubuh
GAMBARAN KLINIS
VESIKULA PADA KULIT PENDERITA
KOMPLIKASI
 Komplikasi pada anak jarang terjadi
 Pada orang dewasa dapat terjadi ensefalitis. Pneumonia, karditis,
glomerulonefritis, hepatitis, keratitis, konjungtivitis, otitis dan
artritis
 Infeksi pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan
kelainan kongenital
 Infeksi pada beberapa hari menjelang persalinan dapat
menimbulkan varisela kongenital pada neonatus

Diagnosis banding:
- Dengan variola, penyakit lebih berat, penyebaran sentripetal dari
akral tubuh baru ke badan, gambaran lesi monomorf
PENGOBATAN
 Tidak ada terapi spesifik terhadap varisela
 Untuk panasnya diberika antipiretika

 Bila ada gatal dapat diberikan antihistamin oral

 Topikal dibei bedak atau losio kalamin

 Bila terjadi infeksi sekunder baru berikan antibiotik

 Yang penting pada penyakit virus umumnya adalah istirahat/tirah


baring

Prognosis
Dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene, prognosis
penyakit adalah baik
`

10/07/2020
THANKYOU !
70

Anda mungkin juga menyukai