Anda di halaman 1dari 19

a.

Demam Berdarah Dengue


Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut
yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty. Penyakit DBD masih merupakan salah
satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hampir seluruh
Kab/Kota di Indonesia endemis terhadap penyakit ini. Sejak ditemukan pertama kali
tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya, saat ini penyebarannya semakin meluas
mencapai seluruh provinsi di Indonesia (33 provinsi). Penyakit ini seringkali
menimbulkan KLB dan menyebabkan kematian.
b. Gambaran Klinis
Gambaran klinis infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue, demam
berdarah dengue atau sindrom virus lain, demam berdarah dengue dapat diikuti
dengan syok/ renjatan (sindrom syok dengue). Demam Dengue (DD) biasanya
ditandai adanya:
 Demam tinggi mendadak (biasanya >=39C)
 Nyeri kepala
 Nyeri belakang bola mata,
 Nyeri otot dan tulang
 Ruam kulit
 Leukopenia (leukosit <=5000/mm3)
 Trombositopenia (trombosit <150.000/mm3) dan
 Peningkatan hematokrit 5-10%.
Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai adamya:
 Panas tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas
 Berlangsung selama 2 – 7 hari terus-menerus
 Kadang-kadang bifasik, akhir fase demam setelah hari ke-3 saat demam
mulai turun dimana merupakan fase kritis terjadinya syok, adanya gejala:
 Perdarahan baik yang spontan seperti petekie, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena
 Uji tourniquet (Rumple Leede) positif; Trombositopnia (Trombosit ≤
100.000/mm³) Adanya kebocoran plasma (plasma leakage) akibat dari
peningkatan permeabilitas vaskular yang ditandai dengan peningkatan
hematokrit >=20% dari nilai baseline dan efusi pleura, asites atau
hipoproteinemia atau hipoalbuminemia, hepatomegali.
Demam berdarah dengue dengan syok (Sindrom Syok Dengue/SSD) ditandai
dengan adanya kriteria DBD dan ditemukan tanda serta gejala syok hipovolemik yang
terkompensasi maupun yang dekompensasi. Tanda bahaya (warning sign untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya syok pada panderita demam berdarah yaitu:
● Klinis: demam turun tetapi keadaan anak memburuk, nyeri perut dan nyeri tekan
abdomen, muntah persisten, letargi, perdarahan mukosa, pembesarann hati,
akumulasi cairan, oliguri.
● Laboratorium: peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan penurunan
cepat hematokrit, hematokrit awal tinggi.
c. Etiolgi
Penyebab penyakit Dengue adalah Arthrophod borne virus, famili
Flaviviridae, genus flavivirus. Terdapat Empat serotipe virus yang dikenal yakni
DEN-1, DEN-2, DEN- 3 dan DEN-4. Ke empat serotipe virus ini telah ditemukan di
berbagai wilayah Indonesia. Dengue-3 merupakan serotipe yang paling luas
distribusinya di Indonesia.
d. Masa Inkubasi
Terdapat masa inkubasi ekstrinsik dan masa inkubasi intrinsik. Masa inkubasi
ekstrinsik merupakan periode waktu perkembangbiakan virus dalam kelenjar liur
nyamuk sampai dapat menularkan pada manusia yang berkisar 8 – 10 hari. Masa
inkubasi intrinsik merupakan periode waktu perkembangbiakan virus didalam tubuh
manusia sejak masuk sampai timbulnya gejala penyakit yang berkisar 4 - 6 hari.
e. Sumber dan cara Penularan
Sumber penularan penyakit adalah manusia dan nyamuk Aedes. Manusia
tertular melalui gigitan nyamuk Aedes yang telah terinfeksi virus dengue, sebaliknya
nyamuk terinfeksi ketika menggigit manusia dalam stadium viremia. Viremia terjadi
pada satu atau dua hari sebelum awal munculnya gejala dan selama kurang lebih lima
hari pertama sejak timbulnya gejala. Di Indonesia teridentifikasi ada 3 jenis
nyamuk yang bisa menularkan virus dengue yaitu: Aedes aegypti, Aedes
albopictus dan Aedes scutellaris. Ae. aegypti merupakan vektor utama.
f. Pengobatan
Pengobatan demam dengue adalah simtomatif dan suportif. Tirah baring
selama demam, pengobatan ditujukan untuk mencegah penderita DBD masuk ke fase
syok. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah memberi minum sebanyak
penderita mampu, memberi obat antipiretik atau kompres air hangat, dianjurkan
pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, disamping air putih,
dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari. Apabila penderita tidak dapat
minum atau muntah-muntah pasang infus cairan ringer laktat atau NaCl dan segera
rujuk ke Rumah Sakit.
Pengobatan demam berdarah dengue derajat I dan II bersifat suportif dengan
pemberian cairan (Ringer Lactat/Asetat atau NaCL) dosis rumatan (maintenance) dan
simptomatis dengan analgetik antipiretik (parasetamol) disertai monitoring yang ketat
tanda-tanda vital, kemungkinan terjadinya kebocoran plasma (hemokonsentrasi),
jumlah dan frekuensi diuresis. Penderita dirawat di rumah sakit bila terdapat kenaikan
kadar hematokrit > 20%, disertai jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3, atau
menunjukkan tanda-tanda perdarahan spontan selain petekia.
g. Epidemiologi
Di Indonesia kasus DBD berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung
semakin meningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin
luas. Pada tahun 2016, DBD berjangkit di 463 kabupaten/kota dengan angka.
kesakitan sebesar 78,13 per 100.000 penduduk, namun angka kematian dapat ditekan
di bawah 1 persen, yaitu 0,79 persen. KLB DBD terjadi hampir setiap tahun di tempat
yang berbeda dan kejadiannya sulit diduga.
DBD diperkirakan akan masih cenderung meningkat dan meluas
sebarannya. Hal ini karena vektor penular DBD tersebar luas baik di tempat
pemukiman maupun ditempat umum. Selain itu kepadatan penduduk, mobilitas
penduduk, urbanisasi yang semakin meningkat terutama sejak 3 dekade yang terakhir.
Berdasarkan data yang ada dapat diidentifikasi terjadinya peningkatan frekuensi
serangan setiap 3-5 tahun sekali dengan jumlah penderita yang lebih besar. Walaupun
risiko kematian diantara penderita DBD (CFR) semakin menurun tetapi jumlah
kematian DBD (angka kematian) semakin meningkat.
h. Kejadian Luar Biasa
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah. (Permenkes No. 1501 Tahun 2010). KLB DBD ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Permenkes No. 1501/2010 bila ditemukan satu
atau lebih kondisi berikut:
● Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal pada suatu daerah.
● Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis
penyakitnya.
● Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Penanggulangan KLB DBD diarahkan pada upaya mencegah kematian dan
menekan penyebaran kasus. Upaya pencegahan kematian dilaksanakan dengan
penemuan dini kasus yang diikuti dengan tatalaksana kasus yang benar,
termasuk monitoring secara ketat terhadap kemungkinan terjadinya kebocoran
plasma berlebihan. Sementara upaya pencegahan diarahkan pada upaya
pemutusan mata rantai penularan manusia-nyamuk-manusia dengan
pemberantasan sarang nyamuk, atau membunuh nyamuk dewasa terinfeksi.
i. Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap laporan adanya penderita DBD,
terutama apabila terjadi peningkatan kejadian atau adanya kematian DBD. Pada
daerah yang selama beberapa waktu tidak pernah ditemukan kasus DBD, maka
adanya satu kasus DBD perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi. Disamping upaya
penegakan diagnosis, penyelidikan epidemiologi ditujukan pada penemuan kasus lain
disekitar penderita, kasus indeks, serta sumber dan cara penularan. Penyelidikan
epidemiologi juga ditujukan kepada identifikasi adanya nyamuk penular DBD, tempat
perindukan dan distribusinya.
Penyelidikan epidemiologi dapat menentukan kemungkinan peningkatan dan
penyebaran kasus DBD serta kesiapsiagaan penanggulangan KLB di Puskesmas,
Rumah Sakit, dan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, serta kemungkinan
peningkatan Sistem Kewaspadaan Dini KLB DBD. KLB DBD dinyatakan telah
berakhir apabila selama 14 hari keadaan telah kembali kepada jumlah normal tanpa
ada kematian karena DBD atau DD.
Gambar 1. Bagan Penyelidikan Epidemiologi
Gambar 2: Form Penyelidikan Epidemiologi KLB

j. Penanggulangan
Penanggulangan KLB dilaksanakan terhadap 3 kegiatan utama yaitu upaya
penyelidikan, upaya pengobatan dan upaya pencegahan KLB. Untuk setiap kasus
DBD harus dilakukan Penyelidikan epidemiologi meliputi radius 100 meter dari
rumah penderita. Apabila ditemukan bukti2 penularan yaitu adanya penderita DBD
lainnya, ada 3 penderita demam atau ada faktor risiko yaitu ditemukan jentik, maka
dilakukan penyemprotan (Fogging Focus) dengan siklus 2 kali disertai larvasidasi,
dan gerakan PSN.
Upaya pengobatan penderita DBD tidak saja pada peningkatan kemampuan
tatalaksana kasus di unit pelayanan, tetapi juga kemampuan diagnosis dan tatalaksana
kasus di rumah serta kemampuan menentukan kapan dan kemana kasus DBD harus
dirujuk oleh keluarga. Kegagalan tatalaksana kasus dan rujukan masyarakat seringkali
menjadi penyebab kematian kasus DBD. Upaya pencegahan KLB ditujukan pada
pengelolaan lingkungan, perlindungan diri, pengendalian biologis, dan pengendalian
dengan bahan kimia. Pengelolaan lingkungan untuk mengendalikan A. aegypti dan A.
Albopictus serta mengurangi kontak vector – manusia adalah dengan melakukan
pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perindukan nyamuk buatan dan perbaikan desain rumah. Penderita dilakukan isolasi
dengan menempatkan pada ruangan atau daerah bebas nyamuk, sehingga tidak
menjadi sumber penularan baru.
Efektifitas pengobatan dan upaya pencegahan terus menerus dimonitor dan
diarahkan oleh sistem surveilans ketat selama periode KLB. Sistem surveilans ketat
yang dianjurkan adalah intensifikasi pemantauan wilayah setempat kasus DBD dari
mingguan menjadi harian, intensifikasi pemantauan jentik berkala dan pemetaan
daerah pelaksana upaya-upaya pengobatan dan upaya-upaya pencegahan.
k. Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Upaya pencegahan terhadap penularan DBD dilakukan dengan pemutusan
rantai penularan DBD berupa pencegahan terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Kegiatan yang optimal adalah melakukan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) dengan cara “3 M” plus selain itu juga dapat dilakukan dengan
larvasidasi dan pengasapan (foging).
l. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus

Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus meliputi:


 Menguras tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/WC, drum dan
sebagainya sekurang-kurangnya seminggu sekali
 Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti gentong air/ tempayan dan
lain-lain.
 Mendaur ulang barangbarang bekas yang dapat menampung air seperti botol
plastik, kaleng, ban bekas dll atau membuang pada tempatnya

Selain itu ditambah dengan cara lainnya (PLUS) yaitu:

 Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempattempat lainnya seminggu
sekali.
 Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/ rusak.
 Tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain dengan tanah.
 Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung air seperti pelepah
pisang atau tanaman lainnya
 Mengeringkan tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di
pekarangan, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong dan lain sebagainya.
 Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan cupang, ikan kepala timah,
ikan tempalo, ikan nila, ikan guvi dan lain-lain
 Pasang kawat kasa
 Jangan menggantung pakaian di dalam rumah
 Tidur menggunakan kelambu
 Atur pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
 Gunakan obat anti nyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk.
 Lakukan larvasidasi yaitu membubuhkan larvasida misalnya temephos di
tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air.
 Menggunakan ovitrap, Larvitrap maupun Mosquito trap.
 Menggunakan tanaman pengusir nyamuk seperti: lavender, kantong semar,
sereh, zodia, geranium dan lain-lain

m. Larvasidasi
Larvasidasi adalah pengendalian larva (jentik) nyamuk dengan pemberian
larvasida yang bertujuan untuk membunuh larva tersebut. Pemberian larvasida ini
dapat menekan kepadatan populasi untuk jangka waktu 2 bulan. Jenis larvasida ada
bermacam-macam, diantaranya adalah temephos, piriproksifen, metopren dan bacillus
thuringensis.
 Temephos Temephos 1 % berwarna kecoklatan, terbuat dari pasir yang dilapisi
dengan zat kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam jumlah sesuai
dengan yang dianjurkan aman bagi manusia dan tidak menimbulkan keracunan.
Jika dimasukkan dalam air, maka sedikit demi sedikit zat kimia itu akan larut
secara merata dan membunuh semua jentik nyamuk yang ada dalam tempat
penampungan air tersebut. Dosis penggunaan temephos adalah 10 gram untuk
100 liter air. Bila tidak alat untuk menakar, gunakan sendok makan peres (yang
diratakan di atasnya). Pemberian temephos ini sebaiknya diulang
penggunaannya setiap 2 bulan.
 Metopren 1,3% Metopren 1,3% berbentuk butiran seperti gula pasir berwarna
hitam arang. Dalam takaran yang dianjurkan, aman bagi manusia dan tidak
menimbulkan keracunan. Metopren tersebut tidak menimbulkan bau dan
merubah warna air dan dapat bertahan sampai 3 bulan. Zat kimia ini akan
menghambat/membunuh jentik sehingga tidak menjadi nyamuk. Dosis
penggunaan adalah 2,5 gram untuk 100 liter air. Penggunaan Metopren 1,3 %
diulangi setiap 3 bulan.
 Piriproksifen 0,5% Piriproksifen ini berbentuk butiran berwarna coklat
kekuningan. Dalam takaran yang dianjurkan, aman bagi manusia, hewan dan
lingkungan serta tidak menimbulkan keracunan. Air yang ditaburi piriproksifen
tidak menjadi bau, tidak berubah warna dan tidak korosif terhadap tempat
penampungan air yang terbuat dari besi, seng, dan lain-lain. Piriproksifen larut
dalam air kemudian akan menempel pada dinding tempat penampungan air dan
bertahan sampai 3 bulan. Zat kimia ini akan menghambat pertumbuhan jentik
sehingga tidak menjadi nyamuk. Dosis penggunaan piriproksifen adalah 0,25
gram untuk 100 liter air. Apabila tidak ada takaran khusus yang tersedia bisa
menggunakan sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram.
 Bacillus Thuringiensis Baccilus thuringensis israelensis (Bti) sebagai pembunuh
jentik nyamuk/larvasida yang tidak mengganggu lingkungan. Bti terbukti aman
bagi manusia bila digunakan dalam air minum pada dosis normal. Keunggulan
Bti adalah menghancurkan jentik nyamuk tanpa menyerang predator
entomophagus dan spesies lain. Formula Bti cenderung secara cepat mengendap
didasar wadah, karena itu dianjurkan pemakaian yang berulang kali.
n. Fogging (Pengasapan)
Nyamuk dewasa dapat diberantas dengan pengasapan menggunakan
insektisida (racun serangga). Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena dengan
pengasapan itu yang mati hanya nyamuk dewasa saja. Jentik nyamuk tidak mati
dengan pengasapan. Selama jentik tidak dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk
yang baru menetas dari tempat perkembangbiakannya.
o. Kegiatan Pokok Pengendalian DBD

 Surveilans epidemiologi: meliputi kegiatan surveilans aktif dan pasif,


surveilens vector (Aedes Sp.), surveilans laboratorium dan surveilans factor
risiko penularan penyakit seperti pengaruh cuaca, kenaikan suhu dan
kelembapan serta surveilans akibat adanya perubahan iklim (climate change)
 Penemuan dan tatalksana kasus: penyediaan sarana dan prasarana untuk
melakukan pemeriksaan dan penanganan penderita di Puskesmas dan Rumah
Sakit
 Pengendalian Vektor: upaya ini dilakukan pada fase nyamuk dewasa
(dilakukan dengan pengasapan untuk memutuskan rantai penularan antara
yang terinfeksi kepada manusia) dan pada jentik nyamuk dilakukan upaya
PSN dengan kegitatan 3M Plus:
1. Secara fisik dengan menguras, menutup dan memanfaatkan barang
bekas
2. Secara kimiawi dengan larvasidasi
3. Secara biologis dengan pemberian ikan
4. Cara lainnya (menggunakan repellent, obat nyamuk bakar, kelambu,
memasang kawat kasa dll)
 Peningkatan peran serta masyarakat: sasaran terdiri dari keluarga melalui
peran PKK dan organisasi kemasyarkatan atau LSM, murid sekolah melalui
UKS dan pelatihan guru, tatanan institusi (kantor, tempat umum dan tempat
ibadah).
 System kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan KLB: untuk mencegah
terjadi KL dan bila telahterjadi KLB dapat segera ditanggulangi dengan cepat
dan tepat, dengan melaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE) dan
penanggulangan seperlunya meliputi fogging focus, penggerakan masyarakat
dan penyuluhan untuk PSN serta larvasidasi
 Penyuluan: promosi kesehatan dengan alat bantu leaflet, poster dan perubahan
perilaku dalam pemberantasan sarang nyamuk sesudai kondisi setempat.
Metode ini antara lain dengan COMBI, PLA, dsb.
 Kemitraan/jejaring kerja: wadah koordinasi dan jejaring kemitraan dalam
pengendalian DBD.
 Capacity building: peningkatan kapasitas dari sumber daya manusia/sarana
prasarana sangat mendukung tercapainya target dan indicator dalam
pengendalian DBD, sehingga secara rutin perlu diadakan
sosialisasi/penyegaran/pelatihan kepada petugas dar tingkat kader, Puskesmas
sampai pusat.
 Penelitian dan survey
 Monitoring dan evaluasi: dilaksanakan berjenjang dari tingkat kelurahan/desa
sampai ke pusat menyangkut pengendalian DBD, dimulai dari input, proses,
output dan outcome yang dicapai setiap tahun.
p. Pemantauan/Pemeriksaan Jentik Dan Penyuluhan Kesehatan

Persiapan

a. Pengurus RT melakukan pemetaan dan pengumpulan data penduduk, data rumah/


bangunan pemukiman dan tempat-tempat umum lainnya seperti sarana
pendidikan, sarana kesehatan, sarana olahraga, perkantoran, masjid/ mushola,
gereja, pasar, terminal dan lain-lain.
b. Pengurus RT mengadakan pertemuan tingkat RT dihadiri oleh warga setempat,
tokoh masyarakat (Toma), tokoh agama (Toga), dan kelompok potensial lainnya.
Pada pertemuan tersebut disampaikan tentang perlunya setiap rumah melakukan
pemantauan jentik dan PSN 3M Plus secara rutin seminggu sekali dan
mensosialisasikan tentang pentingnya Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dengan
membentuk Jumantik rumah/lingkungan.
c. Pengurus RT membentuk koordinator jumantik dan jumantik lingkungan
berdasarkan musyawarah warga.
d. Para koordinator jumantik menyusun rencana kunjungan rumah.
Kunjungan Rumah
Koordinator Jumantik melakukan kunjungan ke rumah/bangunan berdasarkan
data yang tersedia dan mempersiapkan bahan/alat yang diperlukan untuk pemantauan
jentik. Hal-hal yang perlu dilakukan saat kunjungan rumah adalah sebagai berikut:
a. Memulai pembicaraan dengan menanyakan sesuatu yang sifatnya menunjukkan
perhatian kepada keluarga itu. Misalnya menanyakan keadaan anak atau anggota
keluarga lainnya
b. Menceritakan keadaan atau peristiwa yang ada kaitannya dengan penyakit demam
berdarah, misalnya adanya anak tetangga yang sakit demam berdarah atau adanya
kegiatan di desa/ kelurahan/RW tentang usaha pemberantasan demam berdarah
atau berita di surat kabar/ majalah/televisi/radio tentang penyakit demam berdarah
dan lain-lain.
c. Membicarakan tentang penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya, serta
memberikan penjelasan tentang hal-hal yang ditanyakan tuan rumah.
d. Gunakan gambar-gambar (leaflet) atau alat peraga untuk lebih memperjelas
penyampaian
e. Mengajak pemilik rumah bersama-sama memeriksa tempat-tempat yang
berpotensi menjadi sarang jentik nyamuk. Misalnya bak penampungan air, tatakan
pot bunga, vas bunga, tempat penampungan air dispenser, penampungan air
buangan di belakang lemari es, wadah air minum burung serta barang-barang
bekas seperti ban, botol air dan lain-lainnya.
● Pemeriksaan dimulai di dalam rumah dan dilanjutkan di luar rumah.
● Jika ditemukan jentik nyamuk maka kepada tuan rumah/pengelola
bangunan diberi penjelasan tentang tempat-tempat perkembangbiakan
nyamuk dan melaksanakan PSN 3M Plus.
● Jika tidak ditemukan jentik maka kepada tuan rumah/pengelola bangunan
disampaikan pujian dan memberikan saran untuk terus menjaga agar selalu
bebas jentik dan tetap melaksanakan PSN 3MPlus.
Tatacara Pemantauan Jentik
Tatacara dalam melakukan kegiatan pemantauan jentik di rumah, TTU dan TTI
adalah sebagai berikut:
a. Periksalah bak mandi/WC, tempayan, drum dan tempat-tempat penampungan air
lainnya.
b. Jika tidak terlihat adanya jentik tunggu sampai kira-kira satu menit, jika ada jentik
pasti akan muncul ke permukaan air untuk bernafas.
c. Gunakan senter apabila wadah air tersebut terlalu dalam dan gelap.
d. Periksa juga tempat-tempat berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk
misalnya vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng bekas, botol plastik,
ban bekas, tatakan pot bunga, tatakan dispenser dan lain-lain
e. Tempat lain di sekitar rumah yaitu talang/saluran air yang terbuka/tidak lancar,
lubang-lubang pada potongan bambu atau pohon lainnya.
Cara Mencatat dan Melaporkan Hasil Pemantauan Jentik
a. Pencatatan hasil pemantauan jentik pada kartu jentik
1. Jumantik Keluarga/Lingkungan. Setelah melakukan pemeriksaan jentik,
Jumantik Keluarga/Lingkungan menuliskan hasilnya pada kartu jentik
seperti di bawah ini.
Jumantik Keluarga/Lingkungan mengisi kartu jentik seminggu sekali
dengan tanda ”-” jika tidak ditemukan jentik atau tanda ”+” jika
menemukan jentik.
Kartu Jentik seperti di bawah ini:

Gambar 3: Contoh Kartu pemeriksa Jentik Rumah/ Lingkungan


Cara melakukan penyuluhan kelompok
Penyuluhan kelompok dapat dilaksanakan di kelompok Dasawisma, pertemuan
arisan atau pada pertemuan antar warga RT/RW, pertemuan dalam bidang keagamaan
atau pengajian dan sebagainya. Langkah-langkah melakukan penyuluhan kelompok:
 Setiap peserta diusahakan duduk dalam posisi saling bertatap muka satu sama
lain. Misalnya berbentuk huruf U, O, atau setengah lingkaran.
 Mulailah dengan memperkenalkan diri dan perkenalan semua peserta
 Kemudian disampaikan pentingnya membicarakan DBD, antara lain bahanya,
dapat menyerang semua orang, bagaimana cara pencegahannya
 Jelaskan materi yang telah disiapkan sebelumnya secara singkat dengan
menggunakan gambar atau alat peraga seperti lembar bali atau leaflet
 Setelah itu beri kesempatan kepada peserta untuk berbicara atau mengajukan
pertanyaan tentang materi yang dibahas
 Pada akhirnya penyuluhan, ajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui
sejauh mana materi yang disampaikan telah dipahami

Bila jumantik menjumpai seseorang yang diduga menderita sakit DBD dengan
gejala/tanda awal, maka berilah petunjuksebagai berikut:

 Beri minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti air
susu, teh atau air mium lainnya. Dapat juga diberikan larutan oralit
 Berikan kompres air hangat
 Berikan obat penurun panas (parasetamol)

Bila jumantik menjumpai seseorang yang diduga menderita sakit DBD dengan
gejala/tanda lanjut, maka anjurkan segera untuk memeriksa ke dokter, poliklinik,
puskesmas atau rumah sakit untuk memastikan penyakitnya dan mendapat pertolongan
tepat.

q. Surveilans Kasus

Pengertian

Surveilans kasus merupakan kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus


menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan
penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna
mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulan secara efektif dan efisien.

Tujuan
Tujuan umum
Secara umum tujuan surveilans dengue adalah tersedianya data dan informasi
epidemiologi penyakit dengue sebagai dasar menajemen kesehatan untuk
mengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta respon terhadap kejadian luar
biasa yang cepat dan tepat.
Tujuan khusus
Tujuan khusus surveilans dengue adalah
a. Memantau kecendrungan penyakit dengue
b. Mendeteksi dan memprediksi terjadinya KLB DBD serta penanggulangannya
c. Menindaklanjuti laporan kasus DBD dengan melakukan PE, serta melakukan
penanggulangan seperluna
d. Memantau kemajuan program pengendalian DBD

Pelaksanaan Survilans DBD:

1) Pengumpulan data: mulai dari Puskesmas dan jejaringnya, sampai Rumah sakit,
laboratorium kabupaten/kota dan provinsi menggunakan form pelaporan DBD yang
dikoordinasi oleh dinas kesehatan provinsi di tingkat provinsi
2) Pengolahan dan penyimpana data: dilaksanakan disetia tingkat unit pelaksana
surveilans
3) Analisis data: deskripti dan analitik, dilakukan disetiap unit pelaksana surveilans
sesuai dengan keampuan masing-masing
4) Penyebarluasan informasi: dilaksanakan disetiap unit pelaksana surveilans kepada
pihak yang membutuhkan data tersebut

r. Surveilans Dengue di Puskesmas

1. Sumber data
● Laporan mingguan dari Puskesmas Pembantu/Polindes
● Data kunjungan pasien infeksi dengue di puskesmas
● Laporan masyarakat
2. Pengolahan dan Penyajian Data
● Jumlahkan masing-masing penderita DD, DBD, EDS per minggu
● Berdasarkan data mungguan dapat diketahui adanya KLB DBD atau keadaan
yang menjurus pada KLB DBD
● Bila terjadi KLB, makan lakukan tindakan sesuai dengan prosedur
penanggulangan KLB DBD dan laporkan segera ke Dinkes Kabupaten/Kota
menggunakan formulir W1
3. Laporan data dasar perorangan oenderita DD, DBD, SRD, EDS menggunakan
formulir DP-DBD yang disampaikan perbulan
4. Laporan bulanan
● Jumlahkan penderita/kematian DD, DBD, SRD, EDS termasuk beberapa
kegiatan pokok pemberantasan/ penanggulangannya setiap bulan
● Laporkan ke Dinkes Kabupaten/Kota dengan formulir K-DBD
5. Penentuan stratifikasi endemisitas DBD tingkat Kelurahan/ Desa
6. Indikator Kinerja Surveilans
Kinerja Surveilans dengue puskesmas dinilai baik jika memenuhi indicator berikut ini
● Tersedianya data kasus infeksi dengue perorangan termasuk data kegiatan
penanggulangannya (DP-DBD)
● Tersedia data endemisitas dan distribusi kasus per keluaran/ desa(table, grafik,
mapping)
● Dapat menentukan saat terjadinya musim penularan di kelurahan/ desa
berdasarkan analisis data DBD yang tersedia
● Dapat melihat kecendrungan penyakit DBD di kelurahan/ desa berdasarkan
analisis data yang tersedia

Gambar 4. Form Pemeriksaan Jentik dan Form Surveilans Ketat pada KLB DBD
Sistim Pelaporan Kasus/ Penyakit Dengue

Gambar 5. Bagan Alur Pelaporan Penyakit Dengue

s. Penentuan stratifikasi endemisitas kabupaten/kota


Cara menentukan stratifikasi kabupaten/kota:
a) Buatlah tabel kabupaten/kota dengan menjumlahkan penderita DD, DBD dan EDS
dalam 3 (tiga) tahun terakhir
b) Tentukan stratifikasi masing-masing kabupaten/kota, seperti ketentuan sebagai
berikut :
● Wilayah Endemis adalah kecamatan/kelurahan/desa yang dalam 3 tahun
terakhir ditemukan kasus pada setiap tahunnya.
● Wilayah Sporadis adalah kecamatan/kelurahan/desa yang dalam 3 tahun
terakhir terdapat kasus tetapi tidak setiap tahun.
● Wilayah Potensial adalah kecamatan/kelurahan/desa yang dalam 3 tahun
terakhir tidak pernah ada kasus, tetapi persentase rumah yang ditemukan
jentik lebih atau sama dengan 5%.
● Wilayah Bebas yaitu kecamatan/kelurahan/desa yang tidak pernah ada
kasus selama 3 tahun terakhir dan persentase rumah yang ditemukan jentik
kurang dari 5%.

t. Penentuan stratifikasi Endemisitas DBD Tingkat Kecamatan


Cara menentukan stratifikasi Kecamatan:
a) Buatlah tabel Kecamatan dengan menjumlahkan penderita DBD, SRD dan EDS
dalam 3 (tiga) tahun terakhir
b) Tentukan stratifikasi masing-masing Kecamatan, seperti ketentuan sebagai
berikut:
● Kecamatan Endemis adalah kecamatan yang dalam 3 tahun terakhir
ditemukan kasus pada setiap tahunnya.
● Kecamatan Sporadis adalah kecamatan yang dalam 3 tahun terakhir
terdapat kasus tetapi tidak setiap tahun.
● Kecamatan Potensial adalah kecamatan yang dalam 3 tahun terakhir
tidak pernah ada kasus, tetapi persentase rumah yang ditemukan jentik
lebih atau sama dengan 5%.
● Kecamatan Bebas yaitu kecamatan yang tidak pernah ada kasus selama 3
tahun terakhir dan persentase rumah yang ditemukan jentik kurang dari
5%.

u. Penentuan stratifikasi Endemisitas DBD Tingkat Kelurahan/Desa.


Cara menentukan stratifikasi Kelurahan/Desa:
b) Buatlah tabel Kelurahan/Desa dengan menjumlahkan penderita DBD, SRD dan
EDS dalam 3 (tiga) tahun terakhir
c) Tentukan stratifikasi masing-masing Kecamatan, seperti ketentuan sebagai
berikut:
● Kelurahan/Desa Endemis adalah kelurahan/desa yang dalam 3 tahun
terakhir ditemukan kasus pada setiap tahunnya.
● Kelurahan/Desa Sporadis adalah kelurahan/desa yang dalam 3 tahun
terakhir terdapat kasus tetapi tidak setiap tahun.
● Kelurahan/Desa Potensial adalah kelurahan/desa yang dalam 3 tahun
terakhir tidak pernah ada kasus, tetapi persentase rumah yang ditemukan
jentik lebih atau sama dengan 5%.
● Kelurahan/Desa Bebas yaitu kelurahan/desa yang tidak pernah ada kasus
selama 3 tahun terakhir dan persentase rumah yang ditemukan jentik
kurang dari 5%.

Anda mungkin juga menyukai