j. Penanggulangan
Penanggulangan KLB dilaksanakan terhadap 3 kegiatan utama yaitu upaya
penyelidikan, upaya pengobatan dan upaya pencegahan KLB. Untuk setiap kasus
DBD harus dilakukan Penyelidikan epidemiologi meliputi radius 100 meter dari
rumah penderita. Apabila ditemukan bukti2 penularan yaitu adanya penderita DBD
lainnya, ada 3 penderita demam atau ada faktor risiko yaitu ditemukan jentik, maka
dilakukan penyemprotan (Fogging Focus) dengan siklus 2 kali disertai larvasidasi,
dan gerakan PSN.
Upaya pengobatan penderita DBD tidak saja pada peningkatan kemampuan
tatalaksana kasus di unit pelayanan, tetapi juga kemampuan diagnosis dan tatalaksana
kasus di rumah serta kemampuan menentukan kapan dan kemana kasus DBD harus
dirujuk oleh keluarga. Kegagalan tatalaksana kasus dan rujukan masyarakat seringkali
menjadi penyebab kematian kasus DBD. Upaya pencegahan KLB ditujukan pada
pengelolaan lingkungan, perlindungan diri, pengendalian biologis, dan pengendalian
dengan bahan kimia. Pengelolaan lingkungan untuk mengendalikan A. aegypti dan A.
Albopictus serta mengurangi kontak vector – manusia adalah dengan melakukan
pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perindukan nyamuk buatan dan perbaikan desain rumah. Penderita dilakukan isolasi
dengan menempatkan pada ruangan atau daerah bebas nyamuk, sehingga tidak
menjadi sumber penularan baru.
Efektifitas pengobatan dan upaya pencegahan terus menerus dimonitor dan
diarahkan oleh sistem surveilans ketat selama periode KLB. Sistem surveilans ketat
yang dianjurkan adalah intensifikasi pemantauan wilayah setempat kasus DBD dari
mingguan menjadi harian, intensifikasi pemantauan jentik berkala dan pemetaan
daerah pelaksana upaya-upaya pengobatan dan upaya-upaya pencegahan.
k. Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Upaya pencegahan terhadap penularan DBD dilakukan dengan pemutusan
rantai penularan DBD berupa pencegahan terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Kegiatan yang optimal adalah melakukan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) dengan cara “3 M” plus selain itu juga dapat dilakukan dengan
larvasidasi dan pengasapan (foging).
l. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus
Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempattempat lainnya seminggu
sekali.
Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/ rusak.
Tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain dengan tanah.
Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung air seperti pelepah
pisang atau tanaman lainnya
Mengeringkan tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di
pekarangan, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong dan lain sebagainya.
Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan cupang, ikan kepala timah,
ikan tempalo, ikan nila, ikan guvi dan lain-lain
Pasang kawat kasa
Jangan menggantung pakaian di dalam rumah
Tidur menggunakan kelambu
Atur pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
Gunakan obat anti nyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk.
Lakukan larvasidasi yaitu membubuhkan larvasida misalnya temephos di
tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air.
Menggunakan ovitrap, Larvitrap maupun Mosquito trap.
Menggunakan tanaman pengusir nyamuk seperti: lavender, kantong semar,
sereh, zodia, geranium dan lain-lain
m. Larvasidasi
Larvasidasi adalah pengendalian larva (jentik) nyamuk dengan pemberian
larvasida yang bertujuan untuk membunuh larva tersebut. Pemberian larvasida ini
dapat menekan kepadatan populasi untuk jangka waktu 2 bulan. Jenis larvasida ada
bermacam-macam, diantaranya adalah temephos, piriproksifen, metopren dan bacillus
thuringensis.
Temephos Temephos 1 % berwarna kecoklatan, terbuat dari pasir yang dilapisi
dengan zat kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam jumlah sesuai
dengan yang dianjurkan aman bagi manusia dan tidak menimbulkan keracunan.
Jika dimasukkan dalam air, maka sedikit demi sedikit zat kimia itu akan larut
secara merata dan membunuh semua jentik nyamuk yang ada dalam tempat
penampungan air tersebut. Dosis penggunaan temephos adalah 10 gram untuk
100 liter air. Bila tidak alat untuk menakar, gunakan sendok makan peres (yang
diratakan di atasnya). Pemberian temephos ini sebaiknya diulang
penggunaannya setiap 2 bulan.
Metopren 1,3% Metopren 1,3% berbentuk butiran seperti gula pasir berwarna
hitam arang. Dalam takaran yang dianjurkan, aman bagi manusia dan tidak
menimbulkan keracunan. Metopren tersebut tidak menimbulkan bau dan
merubah warna air dan dapat bertahan sampai 3 bulan. Zat kimia ini akan
menghambat/membunuh jentik sehingga tidak menjadi nyamuk. Dosis
penggunaan adalah 2,5 gram untuk 100 liter air. Penggunaan Metopren 1,3 %
diulangi setiap 3 bulan.
Piriproksifen 0,5% Piriproksifen ini berbentuk butiran berwarna coklat
kekuningan. Dalam takaran yang dianjurkan, aman bagi manusia, hewan dan
lingkungan serta tidak menimbulkan keracunan. Air yang ditaburi piriproksifen
tidak menjadi bau, tidak berubah warna dan tidak korosif terhadap tempat
penampungan air yang terbuat dari besi, seng, dan lain-lain. Piriproksifen larut
dalam air kemudian akan menempel pada dinding tempat penampungan air dan
bertahan sampai 3 bulan. Zat kimia ini akan menghambat pertumbuhan jentik
sehingga tidak menjadi nyamuk. Dosis penggunaan piriproksifen adalah 0,25
gram untuk 100 liter air. Apabila tidak ada takaran khusus yang tersedia bisa
menggunakan sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram.
Bacillus Thuringiensis Baccilus thuringensis israelensis (Bti) sebagai pembunuh
jentik nyamuk/larvasida yang tidak mengganggu lingkungan. Bti terbukti aman
bagi manusia bila digunakan dalam air minum pada dosis normal. Keunggulan
Bti adalah menghancurkan jentik nyamuk tanpa menyerang predator
entomophagus dan spesies lain. Formula Bti cenderung secara cepat mengendap
didasar wadah, karena itu dianjurkan pemakaian yang berulang kali.
n. Fogging (Pengasapan)
Nyamuk dewasa dapat diberantas dengan pengasapan menggunakan
insektisida (racun serangga). Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena dengan
pengasapan itu yang mati hanya nyamuk dewasa saja. Jentik nyamuk tidak mati
dengan pengasapan. Selama jentik tidak dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk
yang baru menetas dari tempat perkembangbiakannya.
o. Kegiatan Pokok Pengendalian DBD
Persiapan
Bila jumantik menjumpai seseorang yang diduga menderita sakit DBD dengan
gejala/tanda awal, maka berilah petunjuksebagai berikut:
Beri minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti air
susu, teh atau air mium lainnya. Dapat juga diberikan larutan oralit
Berikan kompres air hangat
Berikan obat penurun panas (parasetamol)
Bila jumantik menjumpai seseorang yang diduga menderita sakit DBD dengan
gejala/tanda lanjut, maka anjurkan segera untuk memeriksa ke dokter, poliklinik,
puskesmas atau rumah sakit untuk memastikan penyakitnya dan mendapat pertolongan
tepat.
q. Surveilans Kasus
Pengertian
Tujuan
Tujuan umum
Secara umum tujuan surveilans dengue adalah tersedianya data dan informasi
epidemiologi penyakit dengue sebagai dasar menajemen kesehatan untuk
mengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta respon terhadap kejadian luar
biasa yang cepat dan tepat.
Tujuan khusus
Tujuan khusus surveilans dengue adalah
a. Memantau kecendrungan penyakit dengue
b. Mendeteksi dan memprediksi terjadinya KLB DBD serta penanggulangannya
c. Menindaklanjuti laporan kasus DBD dengan melakukan PE, serta melakukan
penanggulangan seperluna
d. Memantau kemajuan program pengendalian DBD
1) Pengumpulan data: mulai dari Puskesmas dan jejaringnya, sampai Rumah sakit,
laboratorium kabupaten/kota dan provinsi menggunakan form pelaporan DBD yang
dikoordinasi oleh dinas kesehatan provinsi di tingkat provinsi
2) Pengolahan dan penyimpana data: dilaksanakan disetia tingkat unit pelaksana
surveilans
3) Analisis data: deskripti dan analitik, dilakukan disetiap unit pelaksana surveilans
sesuai dengan keampuan masing-masing
4) Penyebarluasan informasi: dilaksanakan disetiap unit pelaksana surveilans kepada
pihak yang membutuhkan data tersebut
1. Sumber data
● Laporan mingguan dari Puskesmas Pembantu/Polindes
● Data kunjungan pasien infeksi dengue di puskesmas
● Laporan masyarakat
2. Pengolahan dan Penyajian Data
● Jumlahkan masing-masing penderita DD, DBD, EDS per minggu
● Berdasarkan data mungguan dapat diketahui adanya KLB DBD atau keadaan
yang menjurus pada KLB DBD
● Bila terjadi KLB, makan lakukan tindakan sesuai dengan prosedur
penanggulangan KLB DBD dan laporkan segera ke Dinkes Kabupaten/Kota
menggunakan formulir W1
3. Laporan data dasar perorangan oenderita DD, DBD, SRD, EDS menggunakan
formulir DP-DBD yang disampaikan perbulan
4. Laporan bulanan
● Jumlahkan penderita/kematian DD, DBD, SRD, EDS termasuk beberapa
kegiatan pokok pemberantasan/ penanggulangannya setiap bulan
● Laporkan ke Dinkes Kabupaten/Kota dengan formulir K-DBD
5. Penentuan stratifikasi endemisitas DBD tingkat Kelurahan/ Desa
6. Indikator Kinerja Surveilans
Kinerja Surveilans dengue puskesmas dinilai baik jika memenuhi indicator berikut ini
● Tersedianya data kasus infeksi dengue perorangan termasuk data kegiatan
penanggulangannya (DP-DBD)
● Tersedia data endemisitas dan distribusi kasus per keluaran/ desa(table, grafik,
mapping)
● Dapat menentukan saat terjadinya musim penularan di kelurahan/ desa
berdasarkan analisis data DBD yang tersedia
● Dapat melihat kecendrungan penyakit DBD di kelurahan/ desa berdasarkan
analisis data yang tersedia
Gambar 4. Form Pemeriksaan Jentik dan Form Surveilans Ketat pada KLB DBD
Sistim Pelaporan Kasus/ Penyakit Dengue