PENDAHULUAN
2.
3.
4.
Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan yang tepat bagi penderita penyakit DBD ?
1.3 Tujuan
1.
ditimbulkan.
2.
Agar masyarakat lebih mewaspadai bahaya dari penyakit Demam Berdarah Dengue.
4.
Agar tidak ada lagi kesalahpahaman dalam mendiagnosis penyakit Demam Berdarah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah
tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan:
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama
2 7 hari
2. Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis,
ekimosis, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena,
hematuri) termasuk uji Tourniquet (Rumple Leede) positif;
3. Trombositopeni (jumlah trombosit 100.000/l);
4. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%);
5. Disertai dengan atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali)
2.2 Mekanisme terjadinya penyakit
Berhubungan dengan strain virus, dengan urutan Den 2, Den 3, Den 4 dan Den 1
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan
mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi
penduduk disekitarnya.
Spektrum
Klinis
Manifestasi Klinis
DD
Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi
4
Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.
Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri
retroorbita, mialgia dan nyeri perut.
Hepatomegali.
DBD
Trombositopenia.
Hemokonsentrasi.
Hari ke 3-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat
berkembang menjadi syok
Keterangan:
Uji torniquet positif : terdapat 10 20 atau lebih petekiae dalam diameter 2,8 cm (1
inchi).
2.4
Cara Penularan
Penularan DBD umumnya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti meskipun dapat
juga ditularkan oleh Aedes albopictus yang biasanya hidup di kebun-kebun.
Nyamuk penular DBD ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di
tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
2.5
Gambaran Klinis
2. Untuk membedakannya regangkan kulit, jika hilang maka bukan petekie. Uji
Tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai sebagai
presumptif test (dugaan keras) oleh karena uji Tourniquet positif pada hari-hari
pertama demam terdapat pada sebagian besar penderita DBD. Namun uji
Tourniquet positif dapat juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak,
demam chikungunya), infeksi bakteri (Typhus abdominalis) dan lain-lain. Uji
Tourniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10 atau lebih petekie pada seluas 1
inci persegi (2,52,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat
siku (fossa cubiti)
2.6
Gambaran Laboratorium
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya
peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja DBD.
2.7
Diagnosis
terjadi adalah demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia
dan leukopenia relatif.Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia untuk memastikan
diagnosa demam berdarah jika terindikasi secara klinis. Mendiagnosis demam berdarah
secara dini dapat mengurangi risiko kematian daripada menunggu akut.
Diagnosis DD ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang
berikut:
1.
Kriteria klinis
Hepatomegali.
Syok
2.
Kriteri laboratoris
Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila memenuhi kriteria : 2 kriteria klinis pertama +
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat sudah
ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi)
Derajat Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
I
perdarahan lain.
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,
Derajat tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,
III
sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan anak tampak
gelisah.
Derajat Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan
IV
Meningkatkan derajat berat ringan penyakit berbeda-beda, maka diagnosa secara klinis dapat
dibagi atas (WHO 75).
1. derajat demam I (ringan)
Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klien lain, dengan manifestasi perdarahan dengan
uji truniques positif
2. derajat II (sedang)
Penderita dengan gejala sama, sedikit lebih berat karena ditemukan perdarahan spontan kulit
dan perdarahan lain.
4. derajat IV (berat)
Penderita shoch berat dengan tensi yang tak dapat diukur dan nadi yang tak dapat diraba.
(Faizah,2004)
Diagnosis etiologis :
1.
Serologis eliza, memeriksa IgM dan IgG dengue, lakukan pada hari sakit 5, untuk
lebih memperoleh hasil positip
2.
3.
Virologi, isolasi virus dari spesimen darah, usahakan pengambilan serum saat periode
febris, kemudian dengan dry ice dikirim ke pusat-pusat pemeriksaan virologi (dilakukan
saat riset)
Diagnosis Banding
Demam Berdarah Dengue grade I/II perlu dibedakan dengan Demam Dengue
Demam Berdarah Dengue grade III/IV yang disertai febris perlu dibedakan dengan
sepsis.
Exanthema subitum
Germ
an Measles
Chikungunya
Penyulit
Dehidrasi
Kejang demam
Asidosis
Perdarahan
2.8
Penatalaksanaan
11
3. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
4. Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 2448 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.
d. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
terkompensasi (compensated shock).
3) Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
1. Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
2. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
3. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 1020ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
5. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4
13
jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
6. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
pemberian yang terlalu sedikit.
2.9
Cara-cara Pencegahan
1. Fisik
cara ini dikenal dengan kegiatan 3 m yaitu : menguras, (dan menyikat) baik bak mandi, bak
wc, dan lain-lain, menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan
lain-lain), serta mengubur, menyingkirkan atau memusnakan barang-barang bekas (seperti
kaleng, ban dan lain-lain), pengurasan tempat-tempat penampungan air (TPA) perlu
dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat
berkembang biak ditempat itu. Pada saat ini telah dikenal dengan istilah 3 M yang perluas.
Bila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk aedes aegypti
dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Untuk itu
upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku
masyarakat.
2. Kimia
Cara memberantas jentik aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik
(larvasida) ini antara lain dikenal istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan antara
lain adalah Temephos. Formulasi temephos yang digunakan adalah granules (sand granules),
14
dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram ( 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air,
larvasida dengan temephos ini mempunyai efek resdu 3 bulan.
3. Biologi
Dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang/tempalo,
dan lain-lain). Dapat juga digunakan bacillus thuringlen sisvar, isrealiensis (Bti).
1. Fogging/ Pengasapan
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pemyemprotan
(pengasapan/pengabutan=fogging) dengan insektisida, mengingat kebiasaan nyamuk senang
hinggap pada benda-banda bergantung, maka penyemprotan tidak dilakukan di dinding
rumah seperti pemberantasan nyamuk penular malaria.
Inseksida yang padat digunakan antara lain inseksida golongan:
1. organophospat, misalnya malathion
2. pyretroid sintetic, misalnya lamda sihalotri, cypermetrin dan alfa methin
3. carbamat
Alat yang digunakan untuk penyemprotan adalah mesin fog atau mesin ULV dan
penyemprotan dengan cara pengasapan tidak mempunyai efek residu. Untuk membasmi
penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua siklus dengan interval 1 minggu, pada
penyemprotan siklus pertama semua nyamuk yang mengandung virus dengue (nyamuk
infektif) dan nyamuk-nyamuk yang lainnya akan mati, tetapi akan segera muncul nyamuknyamuk baru yang diantaranya akan menghisap darah penderita vevimia yang masih ada
yang dapat menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan
penyemprotan siklus kedua, penyemprotan yang kedua dilakukan 1 minggu sesudah
penyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum
sempat menularkan pada orang lain.(DepkesRI.2005).
2. Abatiasi (Penggunaan Abate)
Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut :
15
Pengobatan
Pengobatan terhadap penyakit ini terutama untuk mengatasi perdarahan,
mencegah/mengatasi keadaan syok/presyok dengan mengusahakan agar penderita
banyak minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infuse, demam
diusahakan diturunkan dengan kompres dingin atau antipivetika
Cara-cara Pengobatan
Pengobatan terhadap penyakit ini terutama untuk mengatasi perdarahan,
mencegah/mengatasi keadaan syok/presyok dengan mengusahakan agar penderita banyak
minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infuse, demam diusahakan
diturunkan dengan kompres dingin atau antipivetika
16
Pengobatan penderita penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a.
b.
Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter 2 liter dalam 24 jam seperti : air
Apabila kadar hemotokrit turun sampai 40% muka harus diinfus Nacl atau
ringer.
e.
f.
Pada saat penderita syok atau pingsan maka boleh diberikan oksigen.
g.
yang signifikan.
h.
Hal yang perlu diperhatikan saat pemberian cairan pengganti tubuh atau infus, harus
diawasi selama 24 jam sampai dengan ditandai jumlah urine cukup, denyut nadi yang kuat
dan tekanan darah membaik. Apabila pemberian cairan intravena diteruskan setelah ada
tanda-tanda tersebut maka akan terjadi over hidrasi yaitu dapat mengakibatkan meningkatnya
jumlah cairan dalam pembuluh darah, edema paru-paru dan gagal jantung.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dalam paper di atas maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit febril akut yang ditemukan
di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria.
2. Penyebab penyakit DBD di Indonesia adalah virus dengue dengan tipe
Den 1, Den 2, Den 3, dan Den 4.
3. Perlunya kewaspadaan yang tinggi terhadap penyakit Demam Berdarah
Dengue terutama pada waktu musim penghujan.
4. Cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit Demam Berdarah
Dengue adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M PLUS.
3.2
Saran
18
1. Bagi setiap masyarakat hendaknya mau menerapkan pola hidup sehat serta
menjaga kebersihan lingkungan.
2. Hendaknya diberikan penyuluhan dan bimbingan terhadap para siswa di
sekolah tentang penyakit Demam Berdarah Dengue.
3. Perlunya dilakukan 3M PLUS yaitu menutup, menguras, menimbun serta
beberapa plus-plus lainnya seperti memelihara ikan cupang atau ikan pemakan
jentik.
.
DAFTAR PUSTAKA
19