Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit tropis merupakan penyakit yang ditemukan didaerah tropis, hal ini karena
Serangga seperti nyamuk dan lalat yang pembawa penyakit yang paling umum, atau vector
aktif pada daerah beriklim tropis. Serangga ini dapat membawa parasit, bakteri atau virus
yang menular kepada manusia dan hewan. Salah satu yang menyerang manusia adalah
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau disebut juga Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF). Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh
pelosok Indonesia, kecuali daerah-daerah yang memiliki ketinggian lebih dari seribu meter
dari permukaan air laut.
Hampir setiap tahunnya di Indonesia ada saja orang yang terjangkit penyakit DBD.
Hal ini membuktikan bahwa sebagian masyarakat masih kurang sadar terhadap kebersihan
lingkungan serta lambatnya pemerintah dalam mengantisipasi dan merespon terhadap
merebaknya kasus DBD ini.
Masyarakat seringkali salah dalam mendiagnosis penyakit DBD ini dengan penyakit
lain seperti flu atau typhus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang
menyebabkan DBD bersifat asistomatik atau tidak jelas gejalanya. Pasien DBD biasanya atau
seringkali menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual maupun diare.
Masalah bisa bertambah karena virus DBD dapat masuk bersamaan dengan infeksi
penyakit lain seperti flu atau typhus. Oleh karena itu, permasalahan DBD masih belum
mencapai titik terang hingga sekarang.

1.2 Rumusan Masalah


1.

Apa yang dimaksud dengan penyakit Demam Berdarah Dengue?

2.

Apa penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue ?

3.

Apa gejala-gejala yang akan ditimbulkan penyakit Demam Berdarah Dengue ?

4.

Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan yang tepat bagi penderita penyakit DBD ?

1.3 Tujuan
1.

Mengetahui pengertian penyakit Demam Berdarah Dengue dan gejala-gejala yang

ditimbulkan.
2.

Mengetahui penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue tersebut serta cara

pencegahan terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue.


3.

Agar masyarakat lebih mewaspadai bahaya dari penyakit Demam Berdarah Dengue.

4.

Agar tidak ada lagi kesalahpahaman dalam mendiagnosis penyakit Demam Berdarah

Dengue dalam lingkungan masyarakat awam, sehingga mampu melakukan langkah-langkah


pengobatan terhadap penyakit DBD dengan benar.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah
tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan:
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama
2 7 hari
2. Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis,
ekimosis, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena,
hematuri) termasuk uji Tourniquet (Rumple Leede) positif;
3. Trombositopeni (jumlah trombosit 100.000/l);
4. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%);
5. Disertai dengan atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali)
2.2 Mekanisme terjadinya penyakit

Berhubungan dengan strain virus, dengan urutan Den 2, Den 3, Den 4 dan Den 1

Berhubungan dengan infeksi sekunder

Berhubungan dengan antibody- dependent enhancement


Proses Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan

mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi
penduduk disekitarnya.

2. 3 Penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue


Penyakit Demam Berdarah Dengue ini disebabkan oleh Virus dengue yang sampai
sekarang dikenal 4 serotipe (Dengue-1, Dengue-2,Dengue-3 dan Dengue-4), termasuk dalam
group B Arthropod Borne Virus (Arbovirus). Ke-empat serotipe virus ini telah ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3
sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas
distribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue-4.Dari empat tipe virus yang
banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe Den 1 dan Den 3.
Keempat tipe virus tersebut merupakan genus dari flaviverus famili flaviviridae.
Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi silang dan wabah yang
disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Penyakit Demam Berdarah
Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ini disebarkan kepada manusia oleh nyamuk
Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.
Dapat dijumpai gejala gastro intestinal, berupa diare dan gejala saluran napas atas berupa
batuk serta pilek yang ringan

Manifestasi klinis infeksi virus dengue

Spektrum
Klinis

Manifestasi Klinis

DD

Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi
4

berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia, manifestasi perdarahan,


dan leukopenia.

Dapat disertai trombositopenia.

Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.

Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri
retroorbita, mialgia dan nyeri perut.

Uji torniquet positif.

Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.

Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis,


perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri.

Hepatomegali.

Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke


rongga peritoneal.

DBD

Trombositopenia.

Hemokonsentrasi.

Hari ke 3-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat
berkembang menjadi syok

Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).


Gejala syok :Anak gelisah, hingga terjadi penurunan
kesadaran,sianosis.Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.Tekanan
darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.Akraldingin, capillary refill turun.
SSD

Diuresis turun, hingga anuria.

Keterangan:

Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan terutama perdarahan


GIT lebih dominan pada DBD.

Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi peningkatan


permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma yang mengakibatkan
haemokonsentrasi, hipovolemia dan syok.

Uji torniquet positif : terdapat 10 20 atau lebih petekiae dalam diameter 2,8 cm (1

inchi).

2.4

Cara Penularan
Penularan DBD umumnya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti meskipun dapat
juga ditularkan oleh Aedes albopictus yang biasanya hidup di kebun-kebun.

Nyamuk penular DBD ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di
tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

2.5

Gambaran Klinis

1. Masa inkubasi biasanya berkisar antara 4 7 hari


2. Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2 7 hari. Panas dapat
turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas
mendadak turun.
3. Tanda-tanda perdarahan
1. Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa
uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih
manifestasi perdarahan sebagai berikut: Petekie, Purpura, Ekimosis,
Perdarahan konjungtiva, Epistaksis, Pendarahan gusi, Hematemesis, Melena
dan Hematuri. Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk.

2. Untuk membedakannya regangkan kulit, jika hilang maka bukan petekie. Uji
Tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai sebagai
presumptif test (dugaan keras) oleh karena uji Tourniquet positif pada hari-hari
pertama demam terdapat pada sebagian besar penderita DBD. Namun uji
Tourniquet positif dapat juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak,
demam chikungunya), infeksi bakteri (Typhus abdominalis) dan lain-lain. Uji
Tourniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10 atau lebih petekie pada seluas 1
inci persegi (2,52,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat
siku (fossa cubiti)

4. Pembesaran hati (hepatomegali)


1. Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit
2. Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
3. Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus.
5. Renjatan (syok)
1. Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan
kaki
2. Penderita menjadi gelisah
3. Sianosis di sekitar mulut
4. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba
5. Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang.
6. Trombositopeni
1. Jumlah trombosit 100.000/l biasanya ditemukan diantara hari ke 3 7 sakit

2. Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bag. Hemokonsentrasi


(peningkatan hematokrit)
3. Peningkatnya nilai hematokrit (Ht) menggambarakan hemokonsentrasi selalu
dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya perembesan
plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala.
4. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan hematokrit.
Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit > 20% (misalnya 35%
menjadi 42%: 35/100 x 42 = 7, 35+7=42), mencerminkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Perlu mendapat perhatian,
bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh penggantian cairan atau perdarahan.
Penurunan nilai hematokrit >20% setelah pemberian cairan yang adekuat,
nilai Ht diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian cairan.
7. Gejala klinik lain
1. Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri otot,
anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan kejang
2. Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan
kesadaran sehingga sering di diagnosis sebagai ensefalitis
3. Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan
gastrointestinal dan renjatan

2.6

Gambaran Laboratorium

Trombositopenia (100 000/l atau kurang)

Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan


manifestasi sebagai berikut:

o Peningkatan hematokrit 20% dari nilai standar


o Penurunan hematokrit 20%, setelah mendapat terapi cairan
o Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.

Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya
peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja DBD.
2.7

Diagnosis

terjadi adalah demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia
dan leukopenia relatif.Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia untuk memastikan
diagnosa demam berdarah jika terindikasi secara klinis. Mendiagnosis demam berdarah
secara dini dapat mengurangi risiko kematian daripada menunggu akut.
Diagnosis DD ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang

sesuai tabel 1, dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda perembesan plasma


(hemokonsentrasi, hipovolemia, dan syok).
Sedangkan diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO sebagai

berikut:
1.

Kriteria klinis

Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus


selama 2-7 hari.

Terdapat manifestasi perdarahan : uji torniquet positif, petekiae,


ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena.

Hepatomegali.

Syok

2.

Kriteri laboratoris

Trombositopenia (trombosit =100.000 mm3)

Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit =20% menurut standar


umur dan jenis kelamin)

Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila memenuhi kriteria : 2 kriteria klinis pertama +
trombositopenia dan hemokonsentrasi.

Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat sudah
ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi)
Derajat Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
I

perdarahan ialah uji bendung.

Derajat Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau


II

perdarahan lain.
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,

Derajat tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,
III

sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan anak tampak
gelisah.

Derajat Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan
IV

darah tidak terukur.

Meningkatkan derajat berat ringan penyakit berbeda-beda, maka diagnosa secara klinis dapat
dibagi atas (WHO 75).
1. derajat demam I (ringan)
Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klien lain, dengan manifestasi perdarahan dengan
uji truniques positif
2. derajat II (sedang)
Penderita dengan gejala sama, sedikit lebih berat karena ditemukan perdarahan spontan kulit
dan perdarahan lain.

3. derajat III (berat)


Penderita dengan gejala shoch/kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menyempit (<20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan penderita menjadi
gelisah.
10

4. derajat IV (berat)
Penderita shoch berat dengan tensi yang tak dapat diukur dan nadi yang tak dapat diraba.
(Faizah,2004)
Diagnosis etiologis :
1.

Serologis eliza, memeriksa IgM dan IgG dengue, lakukan pada hari sakit 5, untuk
lebih memperoleh hasil positip

2.

Serologis hemaglutinasi inhibisi, dengan mengambil serum sepasang, di mana serum


pertama saat masuk rumah sakit dan serum kedua usahakan 7 hari kemudian (sering
kali susah dipenuhi).

3.

Virologi, isolasi virus dari spesimen darah, usahakan pengambilan serum saat periode
febris, kemudian dengan dry ice dikirim ke pusat-pusat pemeriksaan virologi (dilakukan
saat riset)

Diagnosis Banding

Demam Berdarah Dengue grade I/II perlu dibedakan dengan Demam Dengue

Demam Berdarah Dengue grade III/IV yang disertai febris perlu dibedakan dengan
sepsis.

Exanthema subitum

Germ

an Measles

Chikungunya

Penyulit

Dehidrasi

Kejang demam

Asidosis

Efusi pleura dan ascites, apalagi kalu masif

Perdarahan

Disseminated Intravascular Coagulation

2.8

Penatalaksanaan
11

1) Penatalaksana demam berdarah dengue (pada anak)


1. Adakah tanda kedaruratan, yaitu tanda syok (gelisah, nafas cepat, bibir biru, tangan
dan kaki dingin, kulit lembab), muntah terus-menerus, kejang, kesadaran menurun,
muntah darah, tinja darah, maka pasien perlu dirawat / dirujuk.
2. Apabila tidak dijumpai tanda kedaruratan, periksa uji Tourniquet dan hitung trombosit
o Bila uji Tourniquet positif dan jumlah trombosit 100.000/l, penderita dirawat /
dirujuk.
o Bila uji Tourniquet negatif dengan trombosit > 100.000/l atau normal, pasien
boleh pulang dengan pesan untuk datang kembali setiap hari sampai suhu
turun.
3. Pasien dianjurkan minum banyak, seperti: air teh, susu, sirup, oralit, jus buah dan lainlain.
4. Berikan obat antipiretik golongan parasetamol jangan golongan salisilat.
5. Apabila selama di rumah demam tidak turun pada hari sakit ketiga, evaluasi tanda
klinis adakah tanda-tanda syok, yaitu anak menjadi gelisah, ujung kaki / tangan
dingin, sakit perut, tinja hitam, kencing berkurang; bila perlu periksa Hb, Ht dan
trombosit.
6. Apabila terdapat tanda syok atau terdapat peningkatan Ht dan / atau penurunan
trombosit, segera rujuk ke rumah sakit.
2) Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok
Anak dirawat di rumah sakit
a. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu,
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
b. Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obatobatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
12

c. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:


1. Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
2. Kebutuhan cairan parenteral

Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam

Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam

Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

3. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
4. Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 2448 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.
d. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
terkompensasi (compensated shock).
3) Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
1. Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
2. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
3. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 1020ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
5. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4
13

jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
6. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
pemberian yang terlalu sedikit.

2.9

Cara-cara Pencegahan
1. Fisik

cara ini dikenal dengan kegiatan 3 m yaitu : menguras, (dan menyikat) baik bak mandi, bak
wc, dan lain-lain, menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan
lain-lain), serta mengubur, menyingkirkan atau memusnakan barang-barang bekas (seperti
kaleng, ban dan lain-lain), pengurasan tempat-tempat penampungan air (TPA) perlu
dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat
berkembang biak ditempat itu. Pada saat ini telah dikenal dengan istilah 3 M yang perluas.
Bila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk aedes aegypti
dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Untuk itu
upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku
masyarakat.
2. Kimia
Cara memberantas jentik aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik
(larvasida) ini antara lain dikenal istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan antara
lain adalah Temephos. Formulasi temephos yang digunakan adalah granules (sand granules),
14

dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram ( 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air,
larvasida dengan temephos ini mempunyai efek resdu 3 bulan.
3. Biologi
Dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang/tempalo,
dan lain-lain). Dapat juga digunakan bacillus thuringlen sisvar, isrealiensis (Bti).
1. Fogging/ Pengasapan
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pemyemprotan
(pengasapan/pengabutan=fogging) dengan insektisida, mengingat kebiasaan nyamuk senang
hinggap pada benda-banda bergantung, maka penyemprotan tidak dilakukan di dinding
rumah seperti pemberantasan nyamuk penular malaria.
Inseksida yang padat digunakan antara lain inseksida golongan:
1. organophospat, misalnya malathion
2. pyretroid sintetic, misalnya lamda sihalotri, cypermetrin dan alfa methin
3. carbamat
Alat yang digunakan untuk penyemprotan adalah mesin fog atau mesin ULV dan
penyemprotan dengan cara pengasapan tidak mempunyai efek residu. Untuk membasmi
penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua siklus dengan interval 1 minggu, pada
penyemprotan siklus pertama semua nyamuk yang mengandung virus dengue (nyamuk
infektif) dan nyamuk-nyamuk yang lainnya akan mati, tetapi akan segera muncul nyamuknyamuk baru yang diantaranya akan menghisap darah penderita vevimia yang masih ada
yang dapat menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan
penyemprotan siklus kedua, penyemprotan yang kedua dilakukan 1 minggu sesudah
penyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum
sempat menularkan pada orang lain.(DepkesRI.2005).
2. Abatiasi (Penggunaan Abate)
Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut :
15

untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk ABATE


contoh :
untuk 10 liter air ABATE yang diperlukan = (100/10)x 1 gram = 10 gram ABATE, untuk
menakar ABATE digunakan sendok makan, satu sendok peres berisi 10 gram ABATE.
Bila memerlukan ABATE kurang dari 10 gram, maka dapat dilakukan sebagai berikut :
1. ambil 1 sendok makan peres ABATE dan tuangkan pada selembar kertas.
2. Lalu bagilah ABATE menjadi 2,3 atau 4 bagian sesuai dengan takaran yang
dibutuhkan.
Setelah dibubuhkan ABATE maka :
1. selama 3 bulan bubuk ABATE dalam air tersebut mampu membunuh jentik aedes
aegypti.
2. selama 3 bulan bila tempat penampungan tersebut akan dibersihkan / diganti airnya,
hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding tempat penampungan air tersebut.
3. air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar tidak membahayakan dan
tetap aman bila air tersebut diminum.(Depkes,RI,2005)
2.10

Pengobatan
Pengobatan terhadap penyakit ini terutama untuk mengatasi perdarahan,
mencegah/mengatasi keadaan syok/presyok dengan mengusahakan agar penderita
banyak minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infuse, demam
diusahakan diturunkan dengan kompres dingin atau antipivetika

Cara-cara Pengobatan
Pengobatan terhadap penyakit ini terutama untuk mengatasi perdarahan,
mencegah/mengatasi keadaan syok/presyok dengan mengusahakan agar penderita banyak
minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infuse, demam diusahakan
diturunkan dengan kompres dingin atau antipivetika
16

Pengobatan penderita penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a.

Untuk mengantisipasi demam dapat diberikan Paracetamol.

b.

Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter 2 liter dalam 24 jam seperti : air

teh, gula sirup, jus buah-buahan atau susu.


c.

Sebagai pertolongan pertama dapat diberi Oralit (garam elektrolit) kalau

perlu 1 sendok makan tiap 3-5 menit.


d.

Apabila kadar hemotokrit turun sampai 40% muka harus diinfus Nacl atau

ringer.
e.

Antibiotik boleh diberikan apabila terjadi infeksi sekunder.

f.

Pada saat penderita syok atau pingsan maka boleh diberikan oksigen.

g.

Transfusi darah boleh diberikan apabila penderita mengalami pendarahan

yang signifikan.
h.

Penggantian cairan tubuh.

Hal yang perlu diperhatikan saat pemberian cairan pengganti tubuh atau infus, harus
diawasi selama 24 jam sampai dengan ditandai jumlah urine cukup, denyut nadi yang kuat
dan tekanan darah membaik. Apabila pemberian cairan intravena diteruskan setelah ada
tanda-tanda tersebut maka akan terjadi over hidrasi yaitu dapat mengakibatkan meningkatnya
jumlah cairan dalam pembuluh darah, edema paru-paru dan gagal jantung.

17

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dalam paper di atas maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit febril akut yang ditemukan
di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria.
2. Penyebab penyakit DBD di Indonesia adalah virus dengue dengan tipe
Den 1, Den 2, Den 3, dan Den 4.
3. Perlunya kewaspadaan yang tinggi terhadap penyakit Demam Berdarah
Dengue terutama pada waktu musim penghujan.
4. Cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit Demam Berdarah
Dengue adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M PLUS.

3.2

Saran

Dalam upaya mengatasi penyakit Demam Berdarah Dengue ada beberapa


saran dari penulis yang dapat diikuti, diantaranya :

18

1. Bagi setiap masyarakat hendaknya mau menerapkan pola hidup sehat serta
menjaga kebersihan lingkungan.
2. Hendaknya diberikan penyuluhan dan bimbingan terhadap para siswa di
sekolah tentang penyakit Demam Berdarah Dengue.
3. Perlunya dilakukan 3M PLUS yaitu menutup, menguras, menimbun serta
beberapa plus-plus lainnya seperti memelihara ikan cupang atau ikan pemakan
jentik.
.

DAFTAR PUSTAKA

Indra Cahaya.2003.Pemberantasan vector demam berdarah di Indonesia.


Depkes RI.2005.Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengu Di
Indonesia.Jakarta:Dirjen PP&PL
Tim Editor.2007. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Departemen IPD FKUI.
Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Medika Salemba.
Noto Adminodjo, S.2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

19

Anda mungkin juga menyukai