FEB 21
karya ilmiah DBD
OLEH DEWIMAULIDAH PADA FEBRUARI 21, 2011
BAB 1
PENDAHULUAN
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang ditemukan
di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh
salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda
sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat
terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)}
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem
pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Kondisi masyarakat saat ini, masih banyak yang terkena demam berdarah dengue. Masyarakat masih belum
menyadari apa yang mereka lakukan yaitu dapat merugikan orang-orang disekitarnya. Dari tahun ke tahun
penderita penyakit demam berdarah Dengue semakin meningkat.
Penyakit demam berdarah ini sangat penting untuk di bahas, karena banyak warga di Indonesia yang masih
menganggap penyakit ini, penyakit yang biasa. Terutama pada anak-anak sering terkena Demam Berdarah
Dengue.
Agar bisa mengetahui gejala Demam Berdarah Dengue yang dialami oleh para penderita penyakit ini.
Agar bisa mengetahui cara pengobatan yang mudah dan praktis
Agar bisa mencegah datangnya penyakit Demam Berdarah Dengue
1.4 Manfaat penelitian
Metode yang digunakan yaitu menggunakan metode observasi, dengan cara meneliti dan mencari tahu
beberapa informasi dari berbagai sumber.
BAB 1 : Pendahuluan
BAB 2 : Teori
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran-saran
BAB II
TEORI
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang ditemukan
di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh
salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda
sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat
terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)}
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem
pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di
seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air
laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak Mantri seringkali salah dalam
penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain seperti Flu dan
Tipes (Typhoid).
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah
manusia.
Selama nyamuk aides aigypti tidak terkontaminasi virus dengue maka gigitan nyamuk dbd tersebut tidak
berbahaya. Jika nyamuk tersebut menghisap darah penderita dbd maka nyamuk menjadi berbahaya karena
bisa menularkan virus dengue yang mematikan. Untuk itu perlu pengendalian nyamuk jenis aedes aegypti
agar virus dengue tidak menular dari orang yang satu ke orang yang lain
Epidemiologi
Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit
ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di Asia Tenggara pada 1950-an
dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab kematian utama di antaranya yang terjadi pada
anak-anak di daerah tersebut.
Nyamuk Aedes Aegypti bertubuh belang hitam-putih, suka berkembang biak di tempat yang bisa
digenangi air terutama air bersih.
Nyamuk betina biasanya yang menghisap darah
Nyamuk ini biasanya menghisap darah seiap 2-3 hari sekali, biasanya pada pagi hari antara pukul
08.00 – 12.00 dan sore hari antara pukul 16.00 – 17.00 mereka perlu menghisap banyak darah untuk
menyuburkan telurnya.
Setelah kenyang nyamuk betina perlu istirahat, mereka suka santai-santai si tempat lembab,
diruangan remang-remang, digerumbul tanaman hias, ditirai rumah, bahkan di baju-baju yang di
gelantung.
PERKEMBANGBIAKAN NYAMUK
Nyamuk Aedes Aegypti biasa bertelur di dinding tempat air yang tidak mengalir
Setelah 7-10 hari, telur-telur ini akan tumbuh menjadi nyamuk
Rata-rata umur nyamuk betina 2-3 bulan, sedangkan yang jantan hanya 14 hari.
Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam tinggi terus menerus, disertai adanya tanda perdarahan,
contohnya ruam. Ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang. Selain itu tanda dan gejala
lainnya adalah sakit perut, rasa mual, trombositopenia, hemokonsentrasi, sakit kepala berat, sakit pada
sendi (artralgia), sakit pada otot (mialgia). Sejumlah kecil kasus bisa menyebabkan sindrom shock
dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi. Kondisi waspada ini perlu disikapi dengan pengetahuan
yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi ke dokter apabila pasien/penderita
mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi
fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut.
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit
ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh
karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus
segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian.
Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil
terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.
Orang yang terindikasi terserang demam berdarah harus secepatnya diberi pertolongan medis dengan
dibawa ke puskesmas, dokter atau rumah sakit untuk diobati. Terlambat memberi pertolongan pada penderita
DBD dapat menyebabkan penderita meninggal dunia.
Jelas demam ini bukan seperti demam yang ada pada artikel ku sebelumnya yang disebabkan oleh infeksi-
radang, tetapi oleh virus DBD yang ada pada nyamuk. Jadi kenali dengan baik demam pada DBD ini agar
tepat penanganannya.Demam pada DBD mempunyai siklus demam yang khas disebut “Siklus Pelana Kuda”
Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang mata, badan ngilu dan nyeri, serta
mual/muntah, kadang disertai bercak merah di kulit.
Fase demam turun drastic dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan.
Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya “Dengue Shock Syndrome”
Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, sehingga
pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan mungkin ada penderita lainnya
bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi penduduk disekitarnya.
Pengobatan
Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan untuk menjaga
penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan
dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang
berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Pengobatan alternatif yang
umum dikenal adalah dengan meminum ekstrak daun jambu biji. Merujuk hasil kerja sama penelitian Fakultas
Kedokteran Unair dan BPOM, ekstrak daun jambu biji bisa menghambat pertumbuhan virus dengue. Bahan
itu juga meningkatkan trombosit tanpa efek samping. Masyarakat mesti memperhatikan informasi penting ini.
Berdasarkan hasil kerja sama dalam uji pre klinis Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa
Timur dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang dilansir di Jakarta, Rabu (10/3) siang, ekstrak
daun jambu biji dipastikan bisa menghambat pertumbuhan virus dengue penyebab demam berdarah dengue
(DBD). Bahan itu juga mampu meningkatkan jumlah trombosit hingga 100 ribu milimeter per kubik tanpa efek
samping. Peningkatan tersebut diperkirakan dapat tercapai dalam tempo delapan hingga 48 jam setelah
ekstrak daun jambu biji dikonsumsi.
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi
keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter
air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).
Penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis.
Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang timbul, misalnya :
– Paracetamol membantu menurunkan demam
– Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare
– Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder
Lakukan kompress dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis
menyarankan kompres dapat dilakukan dengan alkohol. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah
dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan
tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.
Ada cara yang bisa ditempuh tanpa harus diopname di rumah sakit, tapi butuh kemauan yang kuat untuk
melakukannya. Cara itu adalah sebagai berikut :
1. Minumlah air putih minimal 20 gelas berukuran sedang setiap hari (lebih banyak lebih baik)
2. Cobalah menurunkan panas dengan minum obat penurun panas
3. Beberapa teman dan dokter menyarankan untuk minum minuman ion tambahan (tapi banyak juga
yang tidak menganjurkannya)
4. Minuman lain yang disarankan: Jus jambu merah untuk meningkatkan trombosit (ada juga yang
menyarankan: daun angkak, daun jambu, dsb)
5. Makanlah makanan yang bergizi dan usahakan makan dalam kuantitas yang banyak (meskipun
biasanya minat makan akan menurun drastis).
Sebenarnya, semua usaha di atas bertujuan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap serangan demam
berdarah, karena pada dasarnya demam berdarah tidak perlu obat tertentu (dan memang tidak ada obat untuk
itu). Ketahanan tubuh dapat dilihat dari jumlah leukosit dalam darah. Ketika leukosit mulai meningkat
(membaik), maka biasanya trombosit yang kemudian akan bertambah.
Bila anda mampu melakukan no.1 dari usaha di atas tanpa kurang sedikit pun, anda tak perlu ke rumah sakit
untuk opname (menghemat bukan?)
Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamukdemam
berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga) telah terbukti
berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali,
dan membuang hal – hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah,
sebagai berikut:
1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup;
2. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M,
yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-
barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal
mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik
bila barang-barang bekas tersebut didaur-ulang;
3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abateakan
mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan
nyamuk;
4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau panas
tinggi
5. Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena
nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak
nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.
Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau
pengendalian vektornya adalah :
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Serangan penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) bisa muncul kapan saja sepanjang tahun dan bisa
menyerang siapa saja mulai dari anak-anak hingga lanjut usia, orang yang sehat kuat hingga yang sedang
sakit, orang yang tinggal di perumahan mewah sampai yang gelandangan semua bisa kena penyakit Demam
Berdarah Dengue yang berbahaya dan mematikan.
Penyakit DBD berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Masyarakat yang kurang peduli
kebersihan lingkungan dan ancaman penyakit berbahaya merupakan lokasi yang sangat baik sebagai
endemik DBD. Diperlukan kesadaran dan peran aktif semua lapisan masyarakat untuk mengenyahkan
demam berdarah dengue dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Untuk memberantas nyamuk aedes aegypty yang menularkan demam berdarah dengue diperlukan 3M di
wilayah lingkungan tempat tinggal yaitu 3M PLUS yang akan dijelaskan pada bagian lain di web situs
organisasi.org ini.
4.2 Saran
1. Menguras tempat-tempat penampungan air atau barang-barang yang bisa digenangi air, seperti bak
mandi, ember, vas bunga, dan tampat minum burung.
2. Menutup rapat semua penampungan air seperti ember, tempayang, gentong dan drum.
3. Mengubur semua barang bekas yang dapat digenangi air.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
Fathi, 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue Di Kota Mataram:
Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.2, No. 1, Juli 2005: 1-10.
Gunarsa, 2001. PengantarPsikologiPendidikan. Jakarta: Mutiara.
Hasyimi. 1993. Pengetahuan dan Sikap Penduduk Terhadap Nyamuk DBD di kelurahan Ancol Jakarta Utara.Artikel Media
Litbangkes
Holan.1997. Variabel yang mempengaruhi partisipasi ibu rumah tangga dalam pelaksanaan pemberantasan sarang
nyamuk. Cermin Dunia Kedokteran.
Inggrid K. Dengue Virus Infection :Epidemiology, Pathogenesis, Clinical Presentation,Diagnosis and Prevention. J
Pedriatic. 1997. : 131(4):516-24.
Ishak, H. 2006. Upaya Strategis Dalarn Penanggulangan DBD di Indonesia. FKM UNHAS Kep. Dirjen PPM.PLP.
1992. Petunjuk Teknis Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk(PSN). Jakarta: Bakti Husada.
Kittigul L. Suankeow K, Sujirajat D., Yoksan S. Dengue hemorrhagic fever: knowledge, attitude and practice in Ang Thong
Province. Ang Thong. South Asian J Trop Med Public Health. 2003;34(2): 385-92.
Koenraadt Constantianus J.M., Tuiten W., Sithiraprasasna R., Kijchalao U., Jones James W., Scott Thomas W.. Dengue
knowledge and practices and their impact on Aedes Aegepty population in Kamphaeng Phet, Thailand.
Kamphaeng Phet. Am. J. Trop. Med. 2006. 74(4): 692-700.
Kristina, dkk. 2005. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Litbang Depkes RI http://www.litbang.depkes.go.id. Diakses
tanggal 5 November 2007
Kristina, dkk. 2005. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Litbang Depkes RI
Langkap, 2004. Partisipasi Keluarga Dalam Pencegahan DBD di Kabupaten Kota Waringin Timur. (Tesis Universitas Gajah
Mada)
Litbang Depkes. 2007. <http://www.litbang.depkes.go.id. Diakses tanggal 5 November 2007>
Mardikanto, T. 2005. Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue Berbasis Keluarga. Simposium Dengue Control Up
Date. Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta.
Murti, B. 2006. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Murt, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Di Bidang Kesehatan. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Nelson WE., Kligman R. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab.2000. Jakarta: EGC. 2000.
Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. p. 114-134.
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 2007. p. 133-151.
Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : Rineka Cipta; 2007. P. 36-43.
Notoatmojo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat.jakarta: Rineka Cipta
Notoatmojo, 2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmojo, 2007. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi Demam
Berdarah Dengue Volume 2. 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Available from:
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN DBD.pdf
Satari, H.I dan Meihandari Mila.2004. Demam Berdarah Perawatan di Rumah Sakit dan Rumah Sakit + Menu.
Jakarta: Puspa Swara
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Simposium & Workshop: Update Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Semarang:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2010. p. 1- 25.
Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi dan Penyakit Tropis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 2010.
Suroso, T. 2001. Partisipasi Masyarakat dalam pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue di
Purwokerto. Seminar Hasil di Hotel Rosenda, Batu Raden, Purwokerto 13 September 2001.
Wagenaar JFP, Mairuhu ATA., van Gorp ECM. Genetic Influences on Dengue Virus Infection. Dengue Bulletin. 2004; 28(1):
126-135.
Warniningsih, 2007. Hubungan Kecemasan Dan Partisispasi Masyarakat Menghadapi DBD di Desa Ngestiharjo
Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. (Tesis Universitas Gajah Mada)
Widodo, A. 2005. Peningkatan pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Ibu-ibu PKK Desa Makamhaji Mengenai
Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (Warta), Vol. 10. No.1, Maret 2007: 10-18.
http//www.eprint.ums.ac.id. Diakses 10 Maret 2007
Widyanti, I. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan DBD di Desa
Makam Haji Wilayah Kerja Puskesmas II Sukoharjo. (Skripsi). Surakarta: Fakultas Ilmu Kedokteran UMS
WHO. Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention And Control. 2009. [cited: November 08, 2011]. Available
from: http://apps.who.int/tdr/svc/publications/training-guideline-publications/dengue-diagnosis-
treatment.
WHO Regional Office for South-East Asia. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue
Haemorrhagic Fever. 2010. [cited: November 08, 2011]. Available from :
http://www.searo.who.int/LinkFiles/Dengue_DHF_preventioncontrol_guidelines_rev.pdf.
WHO. The Dengue Strategic Plan For The Asia Pasific Region 2008-2015. 2008. [cited : November 08, 2011]. Available
from : http://www.searo.who.int/LinkFiles/Dengue_Dengue_Strategic_Plan_for_the_Asia-
Pacific_Region_(2008-2015).pdf
WHO. Working to overcome the global impact of neglected tropical diseases. 2010. [cited: November 08, 2011]. Available
from : http://www.who.int/neglected_diseases/2010report/WHO_NTD_report_update_2011.pdf.