Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PERAWATAN DIABETES (ULKUS DIABETIKUM)

KELOMPOK

NAMA ANGGOTA KELOMPOK

1. ALDEGONDA F JEHARUT
2. EGIDIUS MERA
3. MARIA HELENA NEI
4. V.C AGNESS BATA

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang

berjudul “Perawatan Luka Ulkus Diabetikum” tepat pada waktunya. Adapun

tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk mengetahui bagaimana teknik

perawatan luka pada pasien yang mengalami ulkus diabetikum. Penulis berharap

agar tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua orang guna untuk

menambah ilmu pengetahuan.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................1

KATA PENGANTAR.....................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................4

A. Latar belakang.............................................................................4

B. Tujuan...........................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................5

A. Diabetes Melitus.........................................................................5

B. Ulkus Diabetikum.........................................................................6

C. Perawatan Luka Ulkus Diabetikum.............................................7

D. SOP Perawatan Luka DM............................................................11

E. Riview Jurnal ...............................................................................15

BAB III PENUTUP.........................................................................................22

A. Kesimpulan .................................................................................22

B. Saran ............................................................................................22

Daftar pustaka ...........................................................................23

3
BAB I

LATAR BELAKANG

A. Pendahuluan
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai
dengan terjadinya hiperglikemia yang disebabkan oleh karena gangguan
produksi insulin oleh pankreas atau terjadinya resistensi insulin. WHO
memprediksikan bahwa diabetes akan menjadi penyebab utama
kematian ke-7 di Dunia pada tahun 2030 dan berdasarkan International
Diabetes Foundation (IDF) ditemukan 207 juta orang penduduk dunia
menderita DM. Pada tahun 2019 jumlah pasien Diabetes Melitus terus
meningkat mencapai 415 juta orang di dunia yang menderita DM. Hal ini
menunjukkan bahwa penderita DM di dunia terus meningkat setiap tahun.
Diabetes melitus dapat menyebabkan berbagai komplikasi kronis
seperti diabetes ketoasidosis, sindrom hiperglikemi, makrovaskuler,
mikrovaskuler, ulkus diabetikum. Komplikasi DM terjadi akibat kadar gula
darah yang tidak terkontrol. Salah satu komplikasi DM adalah ulkus
diabetikum atau ulkus kaki diabetik. Ulkus diabetikum adalah kerusakan
sebagian atau keseluruhan pada kulit ektermitas yang dapat meluas ke
jaringan dibawah kulit, tendon, otot tulang atau persendian yang
menyebabkan terjadinya infeksi yang parah (Djauhar et al., 2018).
Ulkus diabetikum merupakan komplikasi yang parah yang terjadi
ada penderita DM. Penatalaksanaan dari ulkus diabetikum yaitu dengan
melakukan perawatan luka untuk mencegah infeksi yang semakin parah.
Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi silang dan mempercepat proses
penyembuhan luka (S. Yusra, 2015).
B. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu Diabetes Melitus
2. Untuk mengetahui apa itu Ulkus Diabetikum
3. Untuk mengetahui Etiologi dari Ulkus Diabetikum
4. Untuk mengetahui patogenesis Ulkus Diabetikum
5. Untuk mengetahui klasifikasi Ulkus Diabetikum
6. Untuk mengetahui perawatan luka pada penderita Ulkus Diabetikum

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Diabetes Melitus
1. Defenisi Diabetes Melitus
a. Menurut WHO Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme
kronis dengan banyak etiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan tingginya gangguan karbohidrat,
gangguan produksi insulin dapat menyebabkan insufisiensi insulin
oleh sel-sel beta Langerhans pada kelenjar pankreas, atau sel-sel
tubuh kurang responsif terhadap insulin (Artini, 2016)
b. Diabetes Melitus adalah kumpulan beberapa penyakit metabolik
yang ditandai dengan hiperglikemia atau tingginya kadar gula
didalam darah yang disebabkan oleh kerusakan sekresi insulin,
kinerja insulin atau keduanya (Priscilla, 2015).
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus terdiri dari empat tipe yaitu diabetes melitus tipe 1
diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus gestasional dan diabetes
melitus tipe lain (Ningsi, 2019)
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 atau dikenal dengan insulin dependent
diabetes dikarakteristikan dengan kerusakan sel beta pankreas.
Faktor yang berkontribusi terhadap keruskan sel beta pankreas
adalah faktor genetik, imunologi, dan lingkungan, contohnya
pengaruh virus.
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 atau non insulin dependent diabetes lebih
sering terjadi pada individu yang berusia lebih dari 30 tahun dan
obesitas. Pada DM tipe 2 meskipun terjadi gangguan sekresi
insulin, sel beta pankreas masi bisa menghasilkan insulin yang
cukup untuk mencegah pemecahan lemak.
c. Diabetes Gestational

5
Diabetes gestational adalah intoleransi glukosa yang terjadi
selama kehamilan. Hiperglikemia atau tingginya kadar gula darah
berkembang selama kehamilan disebabkan karena sekresi
hormon plasenta yang menyebabkan resistensi insulin.
d. Diabetes tipe lain
Diabetes ini terjadi pada beberapa orang akibat kondisi medis
atau akibat pengobatan medis yang menyebabkan kadar glukosa
didalam darah tidak normal.
B. Ulkus Diabetikum
1. Defenisi ulkus diabetikum
Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi jangka
panjang yang disebabkan oleh penyakit Diabetes Melitus. Ulkus
diabetikum adalah infeksi kronis pada ekstermitas bawa yang terjadi
pada pasien diabetes melitus, dimana ditemukan infeksi, tukak atau
destruksi ke jaringan kulit yang paling dalam pada kaki pasien
diabetes melitus, banyak dari penderita ulkus diabetikum yang
dilakukan amputasi untuk mencegah infeksi yang semakit parah.
Ulkus diabetikum atau ulkus kaki diabetik terjadi karena gangguan
saraf yang dialami oleh sebagian besar penderita diabetes dan
menyebabkan kehilangan sensasi nyeri terhadap cedera. Ulkus kaki
diabetik rawan mengalami infeksi yang disbebkan oleh penurunan
respon sel darah putih (Hamon, 2017).
2. Etiologi ulkus diabetikum
Terjadinya ulkus diabetikum diawali dengan adanya hiperglikemia
pada penyandang DM yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan
neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati baik
sensorik, motorik atau autonomik akan mengakibatkan berbagai
perubahan pada kulit dan juga otot yang kemudian akan
menyebabkan perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan
terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi
yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut
menambah rumitnya pengelolahan kaki diabetes melitus (Djauhar et
al., 2018)

6
3. Patogenesis ulkus diabetikum
Terjadinya ulkus diabetik di pengruh oleh faktor seperti
hipeglikemia kronik, neuropati perifer, keterbatasan sendi dan
deformitas. Hiperglikemia dapat menyebabkan perubahan fisiologi
pada ekstermitas bawah termasuk penurunan potensial pertukaran
oksigen dengan membatasi proses pertukaran atau melalui induksi
kerusakan pada sistem saraf otonom yang menyebabkan shunting
darah yang kaya oksigen menjauhi permukaan kulit. Sistem saraf
dirusak oleh keadaan hiperglikemia melalui berbagai cara sehingga
lebih mudah terjadinya cedera pada saraf tersebut. Sedikitnya ada 3
mekanisme kerusakan saraf yang disebabkan oleh hiperglikemia,
yaitu efek metabolik, kondisi mekanik, dan efek kompresi
kompartemen tungkai bawah. Penurunan kadar oksigen jaringan,
yang digabung dengan fungsi saraf sensorik dan motorik yang
terganggu bisa menyebabkan UKD.
Kerusakan saraf pada diabetes melitus dapat mengenai serat
motorik, sensorik dan jufa otonom. Neuropatik motorik menyebabakan
kelemahan pada otot, atrofi dan juga paresis. Neuropati sensorik
menyebabkan hilangnya sensasi nyeri, tekanan dan panas yang
propektif. Neuropati otonm yang menyebabkan vasodilatasi dan
penguangan keringat juga biasa menyebabkan kehilangan integritas
kulit yang membentuk lokasi ideal untuk invasi mikrobial.
Keterbatasan mobilitas sendi pada subtalar dan metatarsalphalangeal
sangat sering terjadi pada pasien DM tipe 2 berhubungan dengan
glikosiliasi kolagen yang menyebabkan penebalan struktur
periatikuler, seperti tendon, ligamen dan kapsul sendi. Hilanganya
sensasi karena neuropatik pada sendiri menyebabkan atropati kronik,
progresif dan deskruktif. Glikosiliasi kolagen ikut memperburuk
penurunan fungsi tendon Achilles padapasien DM tipe 2 sehingga
pergerakan tendon tendon Achilles menyebabkan deformitas. Pada
keadaan di atas bila kaki mendapat tekanan yang tinggi maka
memudahkan terjadinya ulserasi pada pasien DM tipe 2. Ulkus kaki

7
diabetik dapat juga disbebkan oleh karena terjadinya gangguan pada
aliran pembuluh darah tunglai yang merupakan manifetasi dari penykit
arteri perifer. Penyakit arteri perifer pada pembuluh darah tungkai
didasari oleh karena hiperglikemia kronik, kerusakan endotel dan
terbentuknya plak aterosklerosis (Decroli, 2019)
4. Klasifikasi ulkus diabetikum

Ulkus diabetikum dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian yaitu :


(Djauhar et al., 2018)
a. Derajat 0
Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelaianan bentuk kski deperti :”claw, callus”
b. Derajat I
Ulkus superfisial terbatas pada kulit
c. Derajat II
Ulkus dalam menembus tendon dan tulang
d. Derajat III
Abses dalam dengan atau tanpa Osteomeilitis
e. Derajat IV
Ganggren jari kaki atau bagian disal kaki dengan atau selulitis
f. Derajat V
Ganggren seluruh kaki atau sebagian tungkai
C. Perawatan Luka Diabetik
Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang bertujuan untuk
mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan mempercepat proses
penyembuhan luka. Perawatan luka kaki diabetik pada pasien diabetes

8
melitus membutuhkan waktu yang panjang agar sembuh kembali (S.
Yusra, 2015)
Teknik perawatan luka diabetes dapat dilakukan dengan teknik berikut
(Desmawati, 2019)
1. Pencucian Luka
Pencucian bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka
yang berlebihan, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolik
tubuh pada cairan luka. Mencuci dapat meningkatkan, memperbaiki
dan mempercepat penyembuhan luka serta menghindari terjadinya
infeksi. Pencucian luka merupakan aspek yang penting dan mendasar
dalam manajemen luka, merupakan basis untuk proses penyembuhan
luka yang baik, karena luka akan sembuh jika luka dalam keadaan
bersih. Cairan normal salin/NaCl 0,9% atau air steril merupakan
cairan yang direkomendasikan sebagai cairan pembersih luka pada
semua jenis luka. Cairan ini merupakan cairan isotonis, tidak toksik
terhadap jaringan, tidak menghambat proses penyembuhan dan tidak
menyebabkan reaksi alergi. Tujuan penggunaan antiseptik adalah
untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri pada luka
2. Debridement
Jaringan nekrotik dapat menghalangi proses penyembuhan luka
dengan menyediakan tempat untuk bakteri. Untuk membantu
penyembuhan luka, maka tindakan debridement sangat dibutuhkan.
Debridement dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti
mechanical, surgical, enzimatic, autolisis dan biochemical. Cara yang
paling efektif dalam membuat dasar luka menjadi baik adalah dengan
metode autolisis debridemen. Autolisis debridemen adalah suatu cara
peluruhan jaringan nekrotik yang dilakukan oleh tubuh sendiri dengan
syarat utama lingkungan luka harus dalam keadaan lembab. Pada
keadaan lembab, proteolitik enzim secara selektif akan melepas
jaringan nekrosis dari tubuh. Pada keadaan melunak, jaringan
nekrosis akan mudah lepas dengan sendirinya ataupun dibantu
dengan pembedahan (surgical) atau mechanical debridement.
Tindakan debridemen lain juga bisa dilakukan dengan biomekanikal
menggunakan maggot (larva atau belatung).

9
3. Dressing
Terapi topikal atau bahan balutan topical (luar) atau dikenal juga
dengan istilah dressing adalah bahan yang digunakan secara topical
atau menempel pada permukaan kulit atau tubuh dan tidak digunakan
secara sistemik (masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan dan
pembuluh. Berdasarkan perkembangan modernisasi, tehnik dressing
di Indonesia dibagi menjadi 2, yaitu: konvensional dressing dan
modern dressing (moist wound healing)
a) Konvensional Dressing
Perawatan luka konvensional yang sering dipakai di Indonesia
adalah dengan menggunakan perawatan seperti biasa dan
biasanya yang dipakai adalah dengan cairan rivanol, larutan
betadin 10% yang diencerkan ataupun dengan hanya memakai
cairan NaCl 0,9% sebagai cairan pembersih dan setelah itu
dilakukan penutupan pada luka tersebut.
b) Modern Dressing (Moist Wound Healing)
Perawatan luka Moist Wound Healing adalah teknik perawatan
luka dengan mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap
lembab dengan menggunakan balutan penahan kelembapan,
oklusive, semi oklusive, impermeable dressing berdasarkan
pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan
(safety) sehingga penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan
dapat terjadi secara alami serta dapat mepercepat penyembuhan
dan mengurangi komplikasi infeksi dan pertumbuhan jaringan
parut residual, sehingga dapat membantu proses epitelisasi dan
penyembuhan luka (Ose, M. A. , 2018)
Tujuannya adalah :
1) Mempercepat fibrinolisi
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih
cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.

10
2) Mempercepat angiogenesis Dalam keadaan hipoksia pada
perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan
pembuluh darah dengan lebih cepat.
3) Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan perawatan kering.
4) Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk
membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana
produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam
lingkungan yang lembab.
5) Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh
makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih
dini.
D. SOP Perawatan Luka Diabetes

Standar Operasional Prosedur Perawatan Luka Diabetes


Dengan Teknik Moist Wound Healing

Pengertian Suatu tindakan merawat luka pada kaki penderita ulkus


diabetikum dengan menggunkan metode yang mempertahankan
lingkungan luka tetap terjaga kelembapannya untuk mefasilitasi
penyembuhan luka.

Tujuan 1. Membersikan luka pada penderita ulkus diabetikum


2. Menutup luka pada penderita ulkus diabetikum
3. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif
4. Menurunkan resiko infeksi

Peralatan Persiapan alat dan bahan


1. Bak instrumen berisi pinset anatomi 1 buah dan pinset
cirurgis 1 buah steril, gunting arteri 1, kom 1 buah, gunting

11
jaringan.
2. Bengkok 2 buah
3. Larutan NaCl 0,9 %
4. Sarung tangan/ handscoen satu pasang
5. Desinfektan
6. Kassa steril secukupnya
7. Alkohol 70 %
8. Dresssing : hydklid, hydroaktif gekk, calcium alginate
9. Duk steril
10. Plester
11. Gunting plester
12. Supratulle
13. Perlak dan pengalas, verban

Prosedur 1. Mengucapkan salam terapeutik kepasa pasien


Tahap orientasi 2. Memperkenalkan diri bila pertemuan pertama kali
3. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang
prosedure dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
4. Inform cosent apakah pasien setuju dilakukan rindakan
atau tidak
5. Klien diberikan kesempatan kepada pasien atau keluarga
jika ada hal yang ingin ditanyakan terkait prosedure
tindakan
6. Membuat kontrak waktu dengan pasien

Tahap kerja 1. Perawat mencuci tangan 6 langkah


2. Memasang skrem untuk menjaga privasi klien
3. Mendekatkan alat-alat yang telah disiapkan ke dekat
pasien
4. Memasang sarung tangan bersih
5. Buka balutan luka dan buang ke bengkok
6. Lakukan pengkajian luka yang meliputi :
a. Ukuran atau luas luka

12
b. Jaringan nekrotik
c. Jumlah jaringan nekrotik
d. Warna kulit sekitar luka
e. Kedalaman luka
f. Cairan eksudat yang dikeluarkan
g. Jaringan granulasi dan epitelisasi
h. Adanya ganggren
7. Lakukan pembersihan luka atau pencucian luka
Bisa membersikan luka dengan menggunakan salah satu
teknik atau kombinasi seperti :
a. Irigasi : memberikan tekanan atau menyemprotkan
cairan NaCl pada luka yang digunakan untuk
membersikan luka
b. Perendaman : merendam luka
c. Swabbing : mengusap atau ,menggosok secara
perlahan
8. Kemudian luka dikeringkan dengan menggunakan kassa
steril
9. Sambil membersihkan perhatikan apakah pasien
merasakan nyeri pada saat perawatan luka
10. Perhatikan apakah terdapat jaringan nekrotik, jika ada
lakukan CSWD (Conservative Sharp Wound Healing) yaitu
pengangkatan jarigan nekrotik dengan menggunakan
gunting atau pinset hanya pada jarigan mati yag sudah
bisa diangkat.
11. Selanjutnya ganti sarug tangan dengan handscoe steril
12. Lakukan dressing atau pembalutan
Primari dressing :
Gunakan balutan sesuai hasil pengkajian
a. Gunakan hydrogel dengan mengoleskan gel ke
permukaan luka atau hydrkoloid untuk mencegah
infeksi dan menjaga moist luka serta membantu
kenyamanan pasien

13
b. Bisa menggunakan calcium alginate bila terdapat
perdarahan
c. Kemudian tutup menggunakan kassa steril
Secondary dressing :
d. Tutp luka dengan kassa gullung dan pleseter
menggunakan hipafik dengan oclusive dressig (luka
jangan sampai tampak kelihata dari luar. Ukur
ketebalan kassa atau bahan gel yang ditempelkan ke
luka harus mampu membuat suasana optimal atau
moist balance.
e. Rapikan seluruh alat alat dan sampah
f. Rapikan pasien dan atur posisi pasien senyaman
mungkin
g. Buka skrem kembali

Tahap Terminasi 1. Tanyakan perasaan pasien setelah dilakukan perawatan


luka
2. Akhiri kegiatan dengan memberikan reward atau
mengucapkan terima kasih kepada pasien
3. Diskusikan kontrak waktu selanjutnya dengan pasien
4. Mengucapkan salam terapeutik
5. Catat hari tanggal waktu dilakukan tindakan, serta identitas
pasien dan nama perawat
6. Catat tindakan yang dilakukan serta hasil dan respon klien
pada catatan perkembangan

Sumber : (Desmawati, 2019)

14
E. Riview Jurnal

Critical Appraisal

Judul Artikel : Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet Dry Dan
Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Dibetikum

Jurnal : Journal of Borneo Holistic Health Volume 1 No 1

Peneliti : Maria Imaculata Ose, Putri Ayu Utami , Ana Damayanti

Tahun Terbit : 2018

YA/
KOMPONEN YANG DI NILAI PENJELASAN
TIDAK

1. Judul dan a. Apakah judul sesuai Ya Isi dari artikel menjelaskan tentang
abstrak dengan isi perbandingan dari 2 teknik perawatan
luka yang diberikan pada pasien yang
berada di rumah sakit Tarakan.
Dimana responden di bagi dalam 2
kelompok dan diberikan perawatan
luka yang berbeda yaitu Wet Dry 18
responden dan Wound Healing 15
responden. Kemudian dilihat
perbedaan dari kedua teknik
perawatan luka tersebut.

b. Apakah tujuan penelitian Ya Tujuan dilakukan penelitian ini adalah

15
disebutkan? Apa? untuk melihat efektivitas penyembuhan
luka dengan membandingkan
penggunaan balutan dengan teknik
Wet Dry dan dengan teknik balutan
Moist Wound Healing.

c. Apakah abstrak Ya Abstrak menjelaskan tentang


memberikan informasi komplikasi Ulkus Diabetikum dimana
yang lengkap: latar ulkus merupakan menyebabkan 50-75
belakang, tujuan, % amputasi. Tujuan dari penelitian
metode, hasil? dijelaskan di dalam abstrak yaitu untuk
untuk melihat efektivitas penyembuhan
luka dengan membandingkan
penggunaan balutan dengan teknik
Wet Dry dan dengan teknik balutan
Moist Wound Healing. Hasil
menunjukan bahwa terdapat
perbedaan antara kelompok
penyembuhan luka dengan teknik Wet
Dry dengan teknik Moist Wound
Healing.

2. Justifikasi, a. Apakah dijelaskan alasan Ya Didalam latar belakang dijelaskan


metodologi, melakukan penelitian (di bahwa alasan peneliti ingin melakukan
dan desain latar belakang dan penelitian ini adalah karena peneliti
tinjauan pustaka) ingin membandingkan bagaiamana
pengaruh perawatan luka ulkus
diabetik dengan teknik balutan Wet Dry
dan Moist Wound Healing.

b. Apakah tinjauan Ya Tinjauan pustaka menjalaskan dengan


pustakanya lengkap mulai dari metode penelitian
lengkap/cukup yang digunakan, populasi dan sampel
penelitian, intervensi yang diberikan
berupa teknik perawatan luka yang
diberikan serta hasil dari pemeberian 2

16
jenis perawatan luka ulkus diabetik.

c. Apakah menggunakan Tidak Dilihat dari referensi yang digunakan


referensi baru (maks 5 dalam penelitian ini rata-rata referensi
tahun) yang digunakan adalah 10 tahun
terakhir baik buku maupun jurnal yang
digunakan.

d. Apakah hipotesisnya Ya Di dalam jurnal di jelaskan bahwa pada


disebutkan? Tahap uji hipotesis dengan Uji t-
berpasangan. Uji ini membandingkan
dua mean antar variabel. Dengan uji ini
didapatkan hasil nilai probabilitas <
taraf signifikan 5% atau 0,05%
sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan adanya perbedaan dalam
dua kelompok tersebut.
e. Jika eksperimen, apakah Ya Penelitian ini merupakan penelitian
kelompok intervensi dan Quasi ekperimen dimana peneliti ini
kontrol di jelaskan membagi reponden kedalam 2
kelompok untuk diberikan intervensi
yaitu kelompok yang diberikan
perawatan luka dengan teknik Wet Dry
perawatan luka dengan teknik Moist
Wound Healing.

f. Apakah kelompok Tidak Pada penelitian ini peneliti membagi


intervensi dan kontrol di responden kedalam dua kelompok
matchingkan atau tidak untuk diberikan intervensi yang
berbeda yaitu kelompok 1 yang
berjumlah 18 responden diberikan
perawatan luka dengan menggunakan
metode Wet Dry dan kelompok 2 yang
berjumlah 15 responden diberikan
perawatan luka dengan metode Moist
Wound Healing.

17
3. Sampling a. Bagaimana populasi di Ya Populasi dipilih dari RSUD Tarakan
pilih dengan teknik purposive sampling
dengan menggunkan kriteri inklusi
yaitu : pasien dengan ulkus diabetik
grade II sampai dengan grade IV,
hemodinamik stabil dan kadar gula
darah stabil.

b. apakah ukuran sampel Ya Sampel di pilih dengan mengikuti


cukup kriteria inklusi dan didapatkan dari
populasi RSUD Tarakan jumlah sampel
yang terpilih sesuai kriteria yaitu 38
responden yang di bagi menjadi 2
kelompok

4. Pengumpulan a. bagaimana cara Ya Cara pengumpulan data dilakukan


data pengumpulan datanya dengan memilih reponden pasien
diabetes melitus dirawat di Ruang
Flamboyan dan ruang Dahlia RSUD
Tarakan dan balutan lembab (Moist
wound healing) pada pasien Homecare
di Kota Tarakan. Penyembuhan luka
yang dilakukan penilaian dengan
menggunakan lembar observasi Bates-
Jansen.

b. siapa yang Ya Pengumpulan data dillakukan oleh


mengumpulkan data penulis di mulai dari pengumpulan
populasi dari bulan oktober sampai
desember.

c. apakah instrumen Ya Instrumen yang digunakan dalam


pengumpulan data penelitian ini adalah dengan
dijelaskan menggunakan lembar observasi Bates-
Jansen, yang mengevaluasi ukuran
luka, kedalaman luka, keadaan tepi
luka, terowongan pada luka, tipe

18
jaringan nekrotik, luas jaringan
nekrotik, jenis eksudat, jumlah eksudat,
keadaan kulit sekitar luka, oedem
perifer, ukuran jaringan granulasi,
indurasi jaringan perifer dan ukuran
epitelisasi.

d. apakah instrumen diuji Ya Analisa bivariat adalah analisis secara


dulu simultan dari dua variabel. Sebelum
dilakukan uji bivariat, peneliti
melakukan uji normalitas data dengan
menggunakan Uji Saphiro-Wilk karena
responden kurang dari 50

e. apakah counfouding Tidak Di dalam jurnal tidak dijelaskan atau


factors diidentifikasi ? tidak diidentifikasi faktor perancu atau
counfouding factors

f. apakah ada penjelasan Tidak Jurnal tidak menjelaskan validitas dan


validitas dan reabilitas reabilitas instrumen
instrument
5. Pertimbangan a. apakah penelitian Tidak Penelitian ini tidak menyertakan
etik menggunakan ethical penggunaan approved dari komite etik
approved dari komite
etik?
b. apakah informed Tidak Tidak terdapat infomed consent dalam
consent dalam penelitian
penelitian ?
6. Analisa data a. apakah hasil Ya Hasil dari penelitian disampaikan
dan hasil disampaikan dengan dengan jelas didalam jurnal. Dimana
jelas teknik perawatan luka dengan Wet dri
dan Moist Wound Healing terlihat
perbedaan efektifitas.

b. apakah p- value dan Ya Hasil analisa menunjukan bahwa rata-


confience interval rata efektifitas perawatan luka pada
dilaporkan ? kelompok perawatan luka dengan
menggunakan teknik Wet dry sebesar

19
2,33 sedangkan dengan teknik Moist
Wound Healing rata-rata 1,40. Uji t-
berpasangan menunjukan nilai
signifikan p = 0,004 yang mana nilai p
Value < 0,05 sehingga ini menunjukan
bahwa terdapat perbedaan antara
kelompok penyembuhan luka dengan
perawatan Wet dr dengan Moist
Wound Healing.

c. apakah hasilnya Ya Dari hasil penelitian menunjukan Uji t-


significant ? berpasangan menunjukan nilai
signifikan p = 0,004 yang mana nilai p
Value < 0,05

d. apakah kesimpulan Ya Keseimpulan dari penelitian adalah


penelitian ini di Dari hasil penelitian yang dilakukan
jelaskan? tentang proses penyembuhan luka
pada pasien dengan ulkus diabetik
dengan menggunakan teknik balutan
Wet-dry dan teknik Moist Wound
Healing didapatkan hasil uji statistik
adanya perbedaan antara proses
penyembuhan dengan teknik moist
healing dan Wet-dry sehingga
disimpulkan bahwa pasien dengan
ulkus diabetik yang perawatan luka
dengan menggunakan moist healing
cenderung proses penyembuhan
lukanya lebih cepat.
7. Hasil dan a. Apakah hasil bisa Ya Dari hasil penelitian menemukan
keterbatasan digeneralisasikan ? bahwa teknik balutan Wet-dry dan
penelitian teknik Moist Wound Healing
didapatkan hasil uji statistik adanya
perbedaan antara proses
penyembuhan dengan teknik moist

20
healing dan wet-dry sehingga
disimpulkan bahwa pasien dengan
ulkus diabetik yang perawatan luka
dengan menggunakan moist healing
cenderung proses penyembuhan
lukanya lebih cepat dan dapat
diterapkan sebagai intervensi
keperawatan dalam melakukan
perawatan luka diabetik.

b. Apakah keterbatasan Tidak Penelitian ini tidak menjlaskan


penelitian disebutkan ? keterbatasan dalam melakukan
penelitian

c. Apakah saran untuk Ya Saran untuk peneliti selanjutkan


penelitian selanjutnya ? dijelaskan dalam jurnal yaitu bagi
peneliti lain diharapkan dapat
meneruskan penelitian ini dengan
menambah jumlah sampel pada kedua
kelompok penelitian atau meningkatan
penelitian dengan
d. Apakah implikasi Ya Implikasi dari penelitian ini adalah
penelitian tersebut dalam perawatan luka dapat dilakukan
dengan teknik balutan Moist Healing
yang mempercepat proses
penyembuhan luka, meningkatkan laju
epitelisasi, dapat menurunkan kejadian
infeksi, lebih efektif dan efisien dalam
biaya juga dapat memberikan
keuntungan psikologis dan mudah
digunakan.

BAB III

PENUTUP

21
A. Kesimpulan
Perawatan luka merupakan suatu tindakan yang bertujuan untuk
mempercepat proses penyembuhan dan mencegah infeksi yang semakin
parah. Ulkus dibetik merupakan salah satu komplilkasi jangka panjang
yang disebabkan oleh DM. Ulkus diabetik adalah infeksi kronis pada
ekstermitas bawa yang terjadi pada pasien diabetes melitus, dimana
ditemukan infeksi, tukak atau destruksi ke jaringan kulit yang paling dalam
pada kaki pasien diabetes melitus, sehingga perawatan luka merupakan
salah satu penatalaksanaan yang penting bagi penderita ulkus diabetik.
Perawatan luka dapat dilakukan dengan teknik Konvensional Dressing
atau Modern Dressing (Moist Wound Healing).
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca guna
untuk menambah ilmu pengetahuan tentang perawatan luka pada
penderita ulkus diabetik.

DAFTAR PUSTAKA

Artini, I. (2016). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kadar Glukosa Darah

22
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Gedong Air Bandar Lampung Tahun 2016. Jurnal Medika
Malahayati, 3(1), 38–43.

Decroli, E. (2019). No Diabetes Melitus Tipe 2 (Pertama). Diterbitkan Pertama


Kali Oleh : Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.

Desmawati, R. (2019). Asuhan Keperawatan dalam Penatalaksanaan Perawatan


Luka Ulkus Diabetikum dengan Moist Wound Healing Pada Ny. M di
Ruangan Ambun Suri Lantai IV RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2018/2019 (pp. 1–135).

Djauhar, F., Kadrianti, E., Hanaruddin, D. Y., Nani, S., & Makassar, H. (2018).
Gambaran Perawatan Luka Diabetik Pada Pasien Diabetes. 12(4), 459–
465.

Ningsi, O. S. (2019). Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus dan Diabetes Self-


Management Education (DSME) (Pertama). PKBM SAMBI POLENG.

Ose, M. A., Utami, P. A., & Damayanti, A. (2018). Efektivitas Perawatan Luka
Teknik Balutan Wet-dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan
Ulkus Diabetik. Journal of Borneo Holistic Health, 1(1), 101–112.
http://jurnal.borneo.ac.id/index.php/borticalth/article/view/401/263

Priscilla, L. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. EGC.

S. Yusra, I. A. (2015). Perawatan Luka Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes


Mellitus Di Cindara Wound Care Center Jepara. 2(2), 25–30.

23

Anda mungkin juga menyukai