Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TREND DAN ISSUE PERAWATAN LUKA

MODERN

Dosen Pengampu:
Ns. Nila Indrayanti, S.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Oktika Nurjanah 09180000001
Melian Gita Dewi 09180000006
Nia Wahda Aprilia 09180000010
Bella Amelia Catrin 09180000011
Izma Febry Yani 09180000017
Shintia 09180000019
Kristina Tamo Inya 09180000025
Novitasari Siregar 09180000027

S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
Gedung. HZ. Jln. Harapan No 50 Lenteng Agung Jakarta Selatan 12610
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji serta syukur atas ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya, yang berjudul “Trend dan Issue Perawatan Luka
Modern”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas keperawatan komplementer.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ns. Nila Indrayanti, S.Kep, selaku dosen pengampu mata kuliah
keperawatan komplementer
2. Ibu dan Bapak kami yang selalu mendukung kami selama penyusunan
makalah ini.
3. Para Anggota kelompok yang saling mensupport, memotivasi serta
bekerjasama dengan baik dalam mengerjakan makalah ini.
Demikian kiranya yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Jakarta, 28 Septermber 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................................3
A. Penutup Luka (Wound Dressing)..............................................................3
BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................5
A. Perawatan Luka Dengan Modern Wound Dressing..................................5
B. Kriteria Penyembuhan Luka Dengan Modern Wound Dressing...............6
C. Prinsip Perawatan Luka Modern...............................................................6
D. Perbedaan Balutan Konvensional dengan modern wound dressing..........7
E. Jenis-jenis Modern Wound Dressing........................................................9
BAB IV PENUTUP..............................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................15
B. Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dunia yang sudah berkembang saat ini, perawatan luka telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade
terakhir. Di samping itu pula, isu terkini yang berkait dengan perawatan luka
ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi
penyakit degeneratif dan kelainan metabolik semakin banyak ditemukan.
Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekomplekan suatu luka dimana
perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai
dengan optimal.
Perkembangan perawatan luka (wound care) berkembang dengan
sangat pesat di dunia kesehatan. Metode perawatan luka yang berkembang
saat ini adalah perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture
balance. Perawatan luka tersebut dikenal sebagai metode moisture balance
dan memakai alat ganti balut yang lebih modern.
Turner dan Hartman (2002) menyatakan bahwa perawatan luka
dengan konsep lembab yang dilakukan secara kontinyu akan mempercepat
pengurangan luka dan mempercepat proses pembentukan jaringan granulasi
dan reepitelisasi.
Menurut Ovington (2002) bahwa penggunaan kassa baik dengan cara
kering atau dilembabkan memiliki beberapa kekurangan yaitu dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman saat penggantian balutan, menunda proses
penyembuhan terutama epitelisasi, meningkatkan resiko infeksi dan kurang
efektif serta efisien dalam hal penggunaan waktu dan tenaga.
Hasil riset Winter (1962) menyatakan kelembaban pada lingkungan
luka akan mempercepat proses penyembuhan luka. Pembahasan ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat efektivitas perawatan luka moisture balance
terhadap penyembuhan luka pada pasien

1
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara dan fungsi penutup luka (wound dressing)
2. Untuk mengetahui perawatan luka dengan modern wound dressing
3. Untuk mengetahui penyembuhan luka dengan modern wond dressing
4. Untuk mnegetahui prinsip perawatan luka modern
5. Untuk mengetahui perbedaan balutan konvensional dengan modern wond
dressing
6. Untuk mengetahui jenis-jenis balutan

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Penutup Luka (Wound Dressing)


Penyembuhan adalah mengembalikan integritas dari jaringan yang
terluka dan mecegah organisme dari deregulasi homeostasis.
Penyembuhan luka telah berkembang dari zaman kuno. Aplikasi bahan
penutup bertujuan untuk menghentikan pendarahan dan melindungi luka
dari iritasi lingkungan sekitar seperti contohnya air dan gangguan
elektrolit. Ada tiga kategori dari penutup luka antara lain: biologis, sintetis
dan biologi-sintetis. Alloskin (kulit dari donor) atau pigskin adalah
termasuk dalam katagori penutup luka biologis dan umumnya digunakan
secara klinis, tetapi mereka memiliki beberapa kelemahan, seperti
persediaan yang terbatas, antigen yang tinggi, daya rekat yang rendah dan
resiko kontaminasi silang. Penutup luka sintetis memiliki masa pakai yang
lama, menyebabkan reaksi inflamasi yang minimal dan hampir tidak ada
resiko penularan patogen. Penutup luka biologis-sintetik terdiri dari
polimer dan bahan biologis (Suzuki et al., 1990).
Penutup luka yang ideal harus dapat memelihara lingkungan yang
lembab di permukaan luka, memungkinkan pertukaran gas, bertindak
sebagai penghalang bagi mikroorganisme dan menghilangkan kelebihan
eksudat. Harus tidak beracun, tidak menimbulkan alergi, harus terbuat dari
bahan biomaterial yang banyak tersedia, memiliki sifat antimikroba dan
dapat menyembuhkan luka (Jayakumar et al., 2011).
Beberapa fungsi penutup luka menurut Novriansyah (2008)
diantaranya adalah :
1. Melindungi terhadap pengaruh mekanik dan melindungi terhadap
kontaminasi
2. Melindungi infeksi sekunder
3. Melindungi kekeringan dan hilangnya cairna tubuh
4. Melindungi terjadinya penguapan

3
Penutup luka juga dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka
melalui aktivitas pembersihan luka, menciptakan suasana atau iklim
disekitar luka yang meningkatkan penyembuhan luka dan penutup luka
juga akan menjaga selalu dalam keadaan istirahat. Penutupan luka terbagi
atas metode penutupan secara kering dan lembab, penutupan secara
lembab merupakan penutup luka yang bersifat permeabel bagi oksigen dan
uap air serat bersifat oklusif terhadap bakteri dan air. Penutupan secara
lembab menciptakan lingkungan sekitar luka yang mengandung banyak
uap air sehingga penyembuhan luka akan lebih cepat. Penutup luka yang
dapat mempertahankan kelembaban luka akan mempertahankan sel
makrofag tetap hidup, lingkungan luka yang tetap lembab akan
menyebabkan makrofag mengeluarkan faktor pertumbuhan yang dapat
menstimulasi proliferasi fibroblas, keratinosit, dan endotel. Menjaga
kelembaban luka juga penting untuk reaksi enzim yang tergantung
terhadap air dan oksigen sehingga proses penyembuhan luka tidak
terganggu (Novriansyah, 2008).

4
BAB III
PEMBAHASAN

A. Perawatan Luka Dengan Modern Wound Dressing


Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah
menggunakan prinsip moisture balance, yang disebutkan lebih efektif
dibandingkan metode konvensional. Perawatan luka menggunakan prinsip
moisture balance ini dikenal sebagai metode modern dressing. Selama ini, ada
anggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka tersebut telah
mengering. Namun faktanya, lingkungan luka yang kelembapannya seimbang
memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen dalam matriks
nonseluler yang sehat. Pada luka akut, moisture balance memfasilitasi aksi
faktor pertumbuhan, cytokines, dan chemokines yang mempromosi
pertumbuhan sel dan menstabilkan matriks jaringan luka. Jadi, luka harus
dijaga kelembapannya. Lingkungan yang terlalu lembap dapat menyebabkan
maserasi tepi luka, sedangkan kondisi kurang lembap menyebabkan kematian
sel, tidak terjadi perpindahan epitel dan jaringan matriks. Perawatan luka
modern harus tetap memperhatikan tiga tahap, yakni mencuci luka,
membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Mencuci luka bertujuan
menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan sisa balutan lama,
debridement jaringan nekrotik atau membuang jaringan dan sel mati dari
permukaan luka.
Perawatan luka konvensional harus sering mengganti kain kasa
pembalut luka, sedangkan perawatan luka modern memiliki prinsip menjaga
kelembapan luka dengan menggunakan bahan seperti hydrogel. Hydrogel
berfungsi menciptakan lingkungan luka tetap lembap, melunakkan serta
menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat, yang
kemudian terserap ke dalam struktur gel dan terbuang bersama pembalut
(debridemen autolitik alami). Balutan dapat diaplikasikan selama tiga sampai
lima hari, sehingga tidak sering menimbulkan trauma dan nyeri pada saat
penggantian balutan.

5
B. Kriteria Penyembuhan Luka Dengan Modern Wound Dressing
Prinsip dan Kaidah Balutan luka (wound dressings) telah mengalami
perkembangan sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Teori yang
mendasari perawatan luka dengan suasana lembap antara lain:
1) Mempercepat fibrinolisis.
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih
cepat oleh neutrofi l dan sel endotel dalam suasana lembap.
2) Mempercepat angiogenesis.
Keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang
pembentukan pembuluh darah lebih cepat.
3) Menurunkan risiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan perawatan kering.
4) Mempercepat pembentukan growth factor.
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk
membentuk stratum korneum dan angiogenesis.
5) Mempercepat pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembap, invasi neutrofi 1 yang diikuti oleh
makrofag, monosit, dan limfosit ke daerah luka berlangsung lebih dini.

C. Prinsip Perawatan Luka Modern


Manajemen luka sebelumnya tidak mengenal adanya lingkungan luka
yang lembab. Manajemen perawatan luka yang lama atau disebut juga dengan
metode konvensional dimana hanya membersihkan luka dengan normal salin
atau larutan NaCl 0,9% dan ditambahkan dengan iodine providine, kemudian
ditutup dengan kassa kering. Tujuan dari balutan konvensional ini adalah
untuk melindungi luka dari infeksi (Rainey, 2002).
Menurut Morison (2003), pada balutan konvensional ketika akan
merawat luka pada hari berikutnya, kassa akan menempel pada luka dan
menyebabkan rasa sakit pada klien, di samping itu juga sel-sel yang baru

6
tumbuh juga akan rusak. Untuk itu diperlukan pemilihan metode balutan luka
yang tepat untuk mengoptimalkan proses penyembuhan luka.
Saat ini, teknik perawatan luka telah banyak mangalami
perkembangan, dimana perawatan luka sudah menggunakan balutan modern.
Prinsip dari produk perawatan luka modern adalah mempertahankan dan
menjaga lingkungan luka tetap lembap untuk memfasilitasi proses
penyembuhan luka, mempertahankan kehilangan cairan jaringan dan
kematian sel (De Laune, 2002 dalam Dewi, 2008).
Frank (2006) mengatakan meskipun dari beberapa penelitian
membuktikan bahwa balutan modern lebih efekif dibandingkan balutan kassa,
hasil dari penelitian tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi luka (luas,
kedalaman luka, dan lama perawatan luka) dan standar biaya perawatan yang
ditetapkan. Beberapa aspek pembiayaan individu bisa berbeda di negara lain
dengan kondisi yang sama pada klien sehingga perlu penelitian lebih lanjut di
setiap negara.
Menurut Frank (2006), dalam manajemen perawatan luka, hasil yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas suatu tindakan adalah : 1)
perubahan area luka, 2) perbaikan keparahan luka, 3) perbaikan secara
subyektif pada luka, 4) waktu penyembuhan luka, 5) penyembuhan luka
secara total

D. Perbedaan Balutan Konvensional dengan modern wound dressing


Harman (2007), penggunaan balutan kassa merupakan standart dalam
perawatan luka dan masih banyak digunakan secara luas dalam proses
perawatan luka. Produk perawatan luka dengan balutan kassa banyak
keuntungan yang didapat :
1. Seperti lebih murah
2. Mudah digunakan
3. Dapat dipakai pada area yang sulit dijangkau.
Balutan kassa termasuk material pasif dengan fungsi utamanya :
1. Sebagai pelindung

7
2. Menjaga kehangatan
3. Menutupi penampilan luka yang tidak menyenangkan.
Disamping itu balutan kassa juga dipakai untuk :
1. Melindungi luka dari trauma
2. Mempertahankan area luka
3. Dan untuk mencegah kontaminasi bakteri.
Menurut Morison (2003), pada balutan konvensional ketika akan
merawat luka pada hari berikutnya, kassa akan menempel pada luka dan
menyebabkan rasa sakit pada klien, di samping itu juga sel-sel yang baru
tumbuh juga akan rusak. Untuk itu diperlukan pemilihan metode balutan luka
yang tepat untuk mengoptimalkan proses penyembuhan luka.
Produk bahan perawatan luka modern membawa kontribusi yang
besar dalam metode perawatan luka kronis salah satunya adalah luka diabetes.
Prinsip dari produk perawatan luka modern adalah mempertahankan dan
menjaga lingkungan luka tetap lembap untuk memfasilitasi proses
penyembuhan luka, mempertahankan kehilangan cairan jaringan dan
kematian sel (De Laune, 1998 dalam Dewi, 2008).
Menurut (Gitarja, 2008). Lingkungan luka yang lembab (moist) dapat
mempercepat proses penyembuhan luka dengan cara
1. membantu menghilangkan fibrin yang terbentuk pada luka kronis dengan
cepat (fibrinolitik) oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab
2. menurunkan angka kejadian infeksi dibandingkan dengan perawatan
kering (2,6% dan 7,1%)
3. membantu mempercepat pembentukan growth factor yang berperan
dalam proses penyembuhan, dan mempercepat invasi netrofil yang diikuti
oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka
Frank (2006) mengatakan meskipun dari beberapa penelitian
membuktikan bahwa balutan modern lebih efekif dibandingkan balutan
kassa, hasil dari penelitian tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi luka
(luas, kedalaman luka, dan lama perawatan luka) dan standar biaya
perawatan yang ditetapkan. Beberapa aspek pembiayaan individu bisa

8
berbeda di negara lain dengan kondisi yang sama pada klien sehingga
perlu penelitian lebih lanjut di setiap negara.

E. Jenis-jenis Modern Wound Dressing


Luka Saat ini, lebih dari 500 jenis modern wound dressing dilaporkan
tersedia untuk menangani luka kronis. Bahan modern wound dressing dapat
berupa hidrogel, film dressing, hydrocolloid, calcium alginate, foam/
absorbant dressing, antimicrobial dressing, antimicrobial hydrophobic.
1) Hidrogel

Dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh


sendiri. Berbahan dasar gliserin/air yang dapat memberikan kelembapan;
digunakan sebagai dressing primer dan memerlukan balutan sekunder
(pad/kasa dan transparent fi lm). Topikal ini tepat digunakan untuk luka
nekrotik/berwarna hitam/kuning dengan eksudat minimal atau tidak ada.
Cara pemakaian :
a. Bersihkan permukaan luka danseluruh kulit dengan larutan
pembersih dan keringkan ke seluruh kulit.
b. Lakukan pengukuran luka
c. Penggantian balutan dapat dilakukan :
1. Bila penutup balutan bocor atau di angkat untuk pengganti rutin
2. Pada luka bersih sampai 3 hari
3. Pada nekrotik antara 1-3 hari
4. Pada luka infeksi 24 jam
d. Beberapa jenis hidrogel wakt pemakaian bisa sampai 7 hari.

9
2) Film Dressing

Jenis balutan ini lebih sering digunakan sebagai secondary


dressing dan untuk lukaluka superfisial dan non-eksudatif atau untuk luka
post-operasi. Terbuat dari polyurethane film yang disertai perekat
adhesif; tidak menyerap eksudat Indikasi: luka dengan epitelisasi, low
exudate, luka insisi. Kontraindikasi: luka terinfeksi, eksudat banyak.
3) Hydrocolloid

Balutan ini berfungsi mempertahankan luka dalam suasana


lembap, melindungi luka dari trauma dan menghindarkan luka dari risiko
infeksi, mampu menyerap eksudat tetapi minimal; sebagai dressing
primer atau sekunder, support autolysis untuk mengangkat jaringan
nekrotik atau slough. Terbuat dari pektin, gelatin,
carboxymethylcellulose, dan elastomers. Indikasi: luka berwarna
kemerahan dengan epitelisasi, eksudat minimal. Kontraindikasi: luka
terinfeksi atau luka grade III-IV.
Cara pemakaian:
1. Bersihkan area luka dengan larutan fisiologis (saline) atau air
2. Keringkan kulit di sekitar luka dengan lembut dan pastikan tidak
terdapat residu atau sisa-sisa kotoran.

10
3. Pilih ukuran dan bentuk penutup luka yang sesuai dengan luka.
Lebihkan 1,5-2 cm dari batas luka
4. Lepaskan bagian kertas pelindung penutup luka.
5. Gunakan bagian yang terbuka, dengan pusatnya di atas luka
6. Jangan menyentuh permukaan adhesive untuk meminimalisir resiko
kontaminasi. Lalu lepaskan seluruh kertas pelindung pada penutup
luka dan lekatkan.
7. Pastikan bahwa penutup luka melekat dengan baik. Jika dibutuhkan,
gunakan plester di sekitar penutup
4) Calcium Alginate

Digunakan untuk dressing primer dan masih memerlukan balutan


sekunder. Membentuk gel di atas permukaan luka; berfungsi menyerap
cairan luka yang berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah.
Terbuat dari rumput laut yang berubah menjadi gel jika bercampur
dengan cairan luka. Indikasi: luka dengan eksudat sedang sampai berat.
Kontraindikasi: luka dengan jaringan nekrotik dan kering. Tersedia
dalam bentuk lembaran dan pita, mudah diangkat dan dibersihkan
Contohnya: utimed alginate,kaltostat,seasorb,curasorb,comfell plus
Cara pemakaian:
1. Bersihkan luka disekitar kulit dengan larutan pembersih dan
keringkan
2. Pilih balutan yang ideal,menurut ukuran luka
3. Potong atau lipat balutan alginate menurut bentuk luka
4. Jika luka dalam,pedati luka dengan balutan alginate yang telah
digunting seperti tali

11
5. Tutup luka yang di balut dengan alginate
6. Penggantian balutan
7. Cara pemakaian alginate pada luka yang mendalami perdarahan
8. Bersihkan luka secara perlahan dengan irigasi
9. Saat mengeringkan cukup dengan menggunakan kassa,tetapi tidak
melakukan swab
10. Tutup luka denga alginate lakukan penekanan sekitar 10-15 menit
11. Tutup luka dengan alginate sesuai dengan kebutuhan dan luasnya
luka
12. Sekondary dressing dapat menggunakan kassa,kemudian plester,bila
perlu lakukan pembebatan
5) Foam/absorbant dressing

Balutan ini berfungsi untuk menyerap cairan luka yang jumlahnya


sangat banyak (absorbant dressing), sebagai dressing primer atau
sekunder. Terbuat dari polyurethane; non-adherent wound contact layer,
highly absorptive. Indikasi: eksudat sedang sampai berat. Kontraindikasi:
luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam. Contonya:
cutimed cativy,cutimed siltec,allevin
Cara pemakaian:
Pastikan area luka bersih dan kering, Pilihlah ukuran foam
dressing yang sesuai untuk memungkinkan dressing untuk tumpang
tindih dengan tepi luka minimal 2-3 cm. Foam dressing harus diposisikan
dengan sisi halus menghadap luka, dan ditahan dengan adhesive
tape/perban.

12
6) Dressing Antimikrobial

Balutan mengandung silver 1,2% dan hydrofi ber dengan


spektrum luas termasuk bakteri MRSA (methicillin-resistant
Staphylococcus aureus). Balutan ini digunakan untuk luka kronis dan
akut yang terinfeksi atau berisiko infeksi. Balutan antimikrobial tidak
disarankan digunakan dalam jangka waktu lama dan tidak
direkomendasikan bersama cairan NaCl 0,9%.
Cara pemakaian/penggunaan :
1. Bersihkan luka dengan cara yang umum digunakan,tetapi jangan
kering seluruhnya
2. Pastikan kontak langsung balutan hidrofobik dengan permukaan luka
unutk memastikan terikat bakteri
3. Hanti balutan hidrofobik sehari sekali sampai dengan 3 kali
seminggu sekali,tergantung banyaknya eksudat dan derajat
kontaminasi luka
4. Aplikasi balutan hidrofobik sesuai dengan tipe luka dan jika kondisi
luka sangat bereeksudat,dapat dikombinasikan dengan balutan
absorbent (penyerap) sebagai ablutan sekunder
5. Tutup balutan (dressing) dengan balutan fiksasi/plester
6. Pada saat luka telah bersih,direkomendasikan untuk mengganti
dengan balutan luka yang lainnya yang lebih sesuai (misalnya :
meneruskan perawatan untuk luka dalam dengan balutan untuk luka
basah)

13
7. Sembilan cara pemakaian dalam luka berongga :
a. Pada luka yang berongga dapat digunakan wound dressing yang
menyerap eksudat dan mengangkat bakteri ketika dilakukan
penggantian balutan hidrofobik
b. Balutan jenis ini harus mengisi luka,tetapi tidak diisikan sampai
terlalu penuh,jika terlalu penuh akan menekan jaringan
sekitarnya,sehingga proses penyembuhan luka menjadi lama
c. Yang terpenting dalam pemakaian dressing ini adalah usahakan
jangan sampai ada ruangan (space) pada luka karena dapat
menjadi tempat berkembangnya
7) Medical Collagen Sponge

Terbuat dari bahan collagen dan sponge. Digunakan untuk


merangsang percepatan pertumbuhan jaringan luka dengan eksudat
minimal dan memerlukan balutan sekunder.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka
dapat memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat. Prinsip utama
dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang komprehensif
agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan
pasien. Diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis untuk
menunjang perawatan luka yang berkualitas, terutama dalam penggunaan
modern dressing.

B. Saran
1. Pembaca diharapkan mengerti dan memahami makalah ini.
2. Penulis diharapkan lebih baik lagi dalam menulis makalah ini.
3. Penulis diharapkan mengkaji lebih dalam hal yang berkaitan dengan judul
makalah.
4. Semoga bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fatmadona, R., & Oktarina, E. (2016). Aplikasi Modern Wound Care Pada
Perawatan Luka Infeksi Di RS Pemerintah Kota Padang. Ners Jurnal
Keperawatan Volume 12 No.2, 159-165.

Marvinia, S., & Widaryati. (2013). Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture
Balance Terhadap Penyembuhan Luka Pada Pasien Ulkus Diabetikum Di
Klinik Perawatan Luka Fikes UMM. S1 Ilmu Keperawatan, 4-5.

Nurhaida. (2017). Gambaran Efektifitas Perawatan Luka Diabetik Menggunakan


Wound Dressing Dan Konvensional Di Asri Wound Care Center Dan RSU
Martha Friska Medan. Jurnal Ilmiah Pannmed Vol.11 No.3, 185.

Safitri, A., Novitasari, D., Lutfiana, E., Irham, & Zaskiyah. (2015, Mei). Blogspot.
Retrieved from Wound Dressing Selection (Pemulihan Balutan Luka):
http://anysawounddressing.blogspot.com/?m=1

Tiara, Shinta, Sukawana, I. W., & Suindrayana, M. (2012). Efektifitas Perawatan


Luka Kaki Diabetik Menggunakan Balutan Modern Di RSUP sanglah
Denpasar Dan Klinik Dhalia Care. 1-9.

16

Anda mungkin juga menyukai