Anda di halaman 1dari 25

OBSTETRI

Dosen Pengampu : dr. Rahmat Rizal Budi Wicaksono, SpOG

Anggota Kelompok :
Alfina Rohmah
Ayu Puspaningrum
Dian Pratama Anggraini
Windynilam Suwandari
Malvasea Qulbita WP
Tri Wahyuningtyas
Titian Arya
Anis Fitriana

S1 TERAPAN KEBIDANAN SEMARANG SEMESTER III


Mola Hidatidosa
(Hamil Anggur)
Apa itu Mola Hidatidosa?
• Mola Hidatidosa (latin), Mola berarti massa,
Hidatidosa berasal dari kata Hydats yang
berarti tetesan air.
• Mola hidatidosa adalah kehamilan yang
berkembang tidak wajar (konsepsi yang
patologis) dimana tidak ditemukan janin dan
hampir seluruh vili korialis mengalalami
perubahan hidropik.
• Mola Hidatidosa atau Complete mole tidak
ditemukan janin
• Bila disertai janin atau bagian janin  Mola
Parsialis atau Partial mole.
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2010).      
    
• Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang
berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan
janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami
perubahan berupa degenerasi hidropik.
• Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah
dikenal yaitu berupa gelembung- gelembung
putih, tembus pandang, berisi cairan jernih,
dengan ukuran bervariasi dari beberapa
milimeter sampai 1 atau 2 cm.
Menurut Mochtar, (2000).

• Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion


(chorionic villi) yang tumbuh bergandang
berupa gelembung-gelembung kecil yang
mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena
itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan.
Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas
yang jinak (benigna)
Menurut Hamilton, C. Mary
(1995 : 104)
• Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal
dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang
menyerupai anggur yang dipenuhi dengan
cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan
cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan
sejumlah besar human chorionic gonadotropin
(hCG)
Gambaran Klinik
Gambaran Klinik Mola hidatidosa adalah :
• Amenore dan tanda-tanda kehamilan
• Perdarahan pervaginaan berulang. Darah cenderung
berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar
gelembung mola.
• Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
• Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak
terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar
setinggi pusat atau lebih
• Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum
kehamilan 24 minggu.
Etiologi
• Penyebab mola hidatidosa belum diketahui
secara pasti, namun ada faktor-faktor
penyebabnya adalah :
1. Faktor ovum
Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang
atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel sperma.
2. Imunoselektif dari trofoblas
Perkembangan molahidatidosa diperkirakan
disebabkan oleh kesalahan respon imun ibu
terhadap invasi oleh trofoblas.
Etiologi
3. Usia
Menurut penelitian umur memegang peranan, umur di
bawah 20 tahun dan diatas 40 tahun mempunyai resiko
lebih tinggi menderita kehamilan mola ini.
4. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
Secara umum sebagian besar negara di dunia 1: 1000
kehamilan. Hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar
negara Asia mempunyai jumlah penduduk yang masih
di bawah garis kemiskinan ( status sosio ekonomi yang
rendah ) yang menyebabkan tingkat gizi yang rendah
khususnya defisiensi protein, asam folat dan karoten.
Etiologi
5. Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi
kehamilan molahidatidosa karena trauma kelahiran atau
penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat
diidentifikasikan dengan penggunaan stimulandrulasi seperti
klomifen atau menotropiris (pergonal). Namun juga tidak dapat
dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan
molahidatidosa.

6. Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian
tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan
rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu
hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam
makanan mengakibatkan pertumbuhan pada janin tidak
sempurna.
Etiologi
7. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak
selalu menimbulkan penyakit ( disease ). Hal ini sangat
tergantung dari jumlah mikroba ( kuman atau virus ) yang
termasuk virulensinya serta daya tahan tubuh.
8. Riwayat kehamilan mola sebelumnya
Kekambuhan molahidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2%
kasus. Dalam suatu kejadian terhadap 12 penelitian yang
total mencangkup hampir 5000 Kelahiran, frekwensi mola
adalah 1,3%. Dalam suatu ulasan tentang molahidatidosa
berulang tapi pasangan yang berbeda bisa disimpulkan
bahwa mungkin terdapat “ masalah oosit primer”
Gejala
1. Perdarahan  biasanya terjadi bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-rata

12-14 minggu.

Sifat perdarahan intermiten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga

menyebabkan syok atau kematian. Oleh karena perdarahan ini umumnya pasien

mola hidatidosa masuk dalam keadaan anemia.

2. Muntah terus dan tidak dapat makan pada kehamilan.

3. Mual dan muntah  Gejala yang sering ditemukan pada kehamilan trimester I.

Mual biasa terjadi pada pagi hari, gejala ini biasa terjadi 6 minggu setelah HPHT

dan berlangsung selama 10 minggu. Perasaan mual karena meningkatnya hormon

estrogen dan HCG dalam serum. Mual dan muntah sampai mengganggu aktivitas

sehari-hari dan keadaan umum menjadi lebih buruk, dinamakan hipremesis

gravidarum.
Gejala
4. Selaput kelopak mata pucat Salah satu tanda anemia adalah kelopak mata

dalam pucat. Anemia dalam kehamilan disebabkan defisiensi zat besi dan

perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Anemia pada

trimester I dapat disebabkan karena mual muntah pada ibu hamil dan

perdarahan pada ibu hamil trimester I.

5. Demam tinggi  Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38˚C dalam

kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala

adanya infeksi dalam kehamilan. Menurut SDKI tahun 2007 penyebab kematian

ibu karena infeksi (11%).

Penanganan demam antara lain : istirahat baring, minum banyak dan

mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin, 2002).


Patofisiologi
• Teori Missed Abortion
Mudigan mati pada kehamilan tiga sampai lima
minggu, karena terjadi gangguan peredaran
darah, sehingga terjadi penemuan cairan dalam
jaringan masenkim dari villi dan akhirnya
terbentuk gelembung-gelembung.
Patofisiologi
• Teori Neoplasma dari park
Bahwa yang normal adalah sel trofoblast yang
mempunyai fungsi abnormal pula,dimana
terjadi cairan yang berlebihan dalam villi
sehingga timbul gelembung,hal ini
menyebabkan peredaran gangguan peredaran
darah dan kematian mudigan.
Tes Diagnostik
1. Pemeriksaan kadar beta hCG : pada penderita
mola,terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau
urin
2. Uji Sonde : Sonde (penduga rahim, dimasukkan pelan
dan hati hati ke dalam kanalis servikalis dan cavum
uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde di putar setelah di
tarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan
kemungkinan itu mola ( cara acosta-sison )
3. Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tulang tulang
janin (pada kehamilan 3-4 minggu)
4. Ultrasonografi : pada mola akan terlihat seperti badai
salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat janin
5. Foto thorax : pada mola ada gambaran emboli udara
6. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis
Penatalaksanaan Medik
1. Penanganan yang biasa dilakukan pada mola
hidatidosa adalah : Diagnosis dini akan
menguntungkan Prognosis.
2. Pemeriksaan USG sangat membangu diagnosis
Pada fasilitas kesehatan dimana sumber
daya sangat terbatas, dapat dilakukan :
Evaluasi klinik dengan fokus pada riwayat
haid terakhir dan kehamilan.
Perdarahan tidak teratur atau spotting.
Pembesaran abnormal uterus.
Penatalaksanaan Medik
Pelunakan serviks dan korpus uteri.
Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin.
Pastikan tidak ada janin (Ballpttement) atau
DJJ sebelum upaya diagnosis dengan :
 1 x 1 bulan selama 4 bulan (4x1)
 1 x 3 bulan selama 1 tahun (4x)
 Dilakukan sampai 2x) pemeriksaan berturut-
turut negatif.
Untuk tidak mengacaukan pengamatan, pasien
dianjurkan menggunakan kontrasepsi kondom
dan tidak hamil selama pengawasan.
Komplikasi
Komplikasi mola hidrosa meliputi :
• Perdarahan hebat
• Anemis
• Syok
• Infeksi
• Perforasi uterus
• Keganasan ( PTG )
Diagnosa Keperawatan yang Lazim Muncul

Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada


kasus Mola hidatidosa adalah :
• Nyeri
• Intoleran aktivitas
• Gangguan pola tidur
• Gangguan rasa nyaman
• Kecemasan
• Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
• Resiko terjadi infeksi
• Resiko terjadinya gangguan perfusi jaringan
Daftar Pustaka
• Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia. 2018.
Kebidanan Teori dan Asuhan Volume 2,
Jakarta: EGC.
• Dr. Taufan Nugroho. 2014.Buku Ajar Obstetri
Untuk Mahasiswa Kebidanan, Yogyakarta: Muha
Medika.
• http://
suryadun.blogspot.com/2015/04/molahidatidos
a.html

Anda mungkin juga menyukai