A. PENGERTIAN
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema (Harnawati,
2008).
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan
darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan
preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia
umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada
yang ditemukan pada awal masa kehamilan.
B. ETIOLOGI
Sampai saat ini, etiologi pasti dari pre-eklampsi/eklampsia belum diketahui. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya:
5. Pre eklampsia berkisar antara 3% sampai 5% dari kehamilan yang dirawat ( Ida
Bagus. 2008).
C. KLASIFIKASI
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi rebah
terlentang/tidur berbaring, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2
x pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat badan 1 kg atau
lebih perminggu.
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih perliter, kwalitatif 1+atau 2+ pada urin
kateter atau midstream ( Ida Bagus, 2008).
2. Pre-eklampsi berat:
d. Keluhan subjektif :
1) Nyeri di epigastrium
2) Gangguan penglihatan
3) Nyeri kepala
e. Pemeriksaan :
D. PATOFISIOLOGI
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air
yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin
disebabkan oleh retensi air dan garam. proteinuri mungkin disebabkan oleh spasmus
Arteriola sehingga terjadi perubahan glomerulus.
Perubahan pada organ-organ:
1. Perubahan pada otak
Pada pre-eklampsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-
batasn ormal. Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula
pada pembuluh darah otak. Edema terjadi pada otak yang dapat menimbulkan
kelainan serebral dan kelainan pada visus. Bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi
perdarahan.
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal kurang. Hal ini
menyebabkan filfrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya
terjadilah retensi garam dan air. Filnasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari
normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
Dapat ditemukan adanya edema retina spasmus pembuluh darah. Bila ini
dijumpai adalah sebagai tanda pre-eklampsi berat. Pada eklampsi dapat terjadi
ablasio retinae, disebabkan edema intra-okuler dan hal ini adalah penderita berat
yang merupakan salah satu indikasi untuk terminasi kehamilan. Suatu gejala lain
yang dapat menunjukkan arah atau tanda dari pre-eklampsi berat akan terjadi
eklampsi adalah adanya: skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan
perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam
retina.
E. MANIFESTASI KLINIS
2. Diikuti edema
3. Hipertensi
4. Akhirnya proteinuria.
Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala – gejala subyektif. Pada pre
eklampsia berat didapatkan :
F. PENATALAKSANAAN
(Manuaba, 2009)
G. PENCEGAHAN
Untuk mencegah kejadian pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang
tentang dan berkaitan dengan:
1. Diet makanan
Makanan tinggi protein tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak.
Kurangi garan apabila berat badan bertanbah atau edema. Makanan berorientasi pada
empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah portein dengan tambahan sau
butir telur stiap hari.
2. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja dan disesuaikan
dengan kmampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga
aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke
tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
5) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjl, fungsi hati, gambaran darah
umum, pemeriksaan retina mata.
2) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan
air ketuban
(Helen, 2011)
H. PENANGANAN
1. Rawat jalan dengan skemaa periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 x seminggu
2. Rawat inap
Dengan cara di atas biasanya pre-eklampsi ringan jadi tenang dan hilang, ibu
hamil dapat dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering dari biasa. Bila pada beberapa
kasus gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap. Lakukan monitor keadaan janin
: kadar estriol urin, amnioskopik dan ultrasografi dan sebagainya. Bila keadaan
mengizinkan, barulah padakehamilan minggu ke 37 ke atas dilakukan induksi partus.
Pre-eklampsi berat
4) Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan :
induksi partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan.
b. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu.
(Bobak, 2015)
I. KOMPLIKASI
1. Pada ibu
a. Eklampsia
b. Solusio plasenta
f. Ablasio retina
b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito- Moyet,Lynda juall. 2016. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Vol.2
Edisi 8. Jakarta : EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN PREEKLAMSIA BERAT
OLEH:
2020