Anda di halaman 1dari 17

PAKET PENYULUHAN

TENTANG HIPOGLIKEMI

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)

RUANG ICU RUMAH SAKIT BAPTIS BATU

2016
HALAMAN PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG HIPOGLIKEMI

DI RUANG ICU RUMAH SAKIT BAPTIS BATU

OLEH:

KELOMPOK 10

MAHASISWA PROFESI NERS

MALANG, 2016

MENGETAHUI,

PEMBIMBING INSTITUSI CI RUANGAN

( ) ( )
SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Konsep Hipoglikemi


Sub Pokok Bahasan : Hipoglikemi
Sasaran : Keluarga pasien, dan pengunjung
Tempat : Ruang Rekreasi Rumah Sakit Baptis Batu
Hari / Tanggal : Sabtu , 26 November 2016
Waktu : 10- 15 menit
Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners

I. LATAR BELAKANG

Hipoglikemia adalah keadaan kadar gula darah di bawah nilai normal ( < 45 50 mg / dL).
Hipoglikemia perlu dicegah pada pasien diabetes yang mendapatkan terapi pengendalian kadar
glukosa darah karena dapat menyebabkan kematian apabila kadar gula darah tidak segera
ditingkatkan.
Hipoglikemia adalah salah satu komplikasi yang dihadapi oleh penderita diabetes melitus.
Tidak seperti nefropati diabetik ataupun retinopati diabetik yang berlangsung secara kronis,
hipoglikemia dapat terjadi secara akut dan tiba tiba dan dapat mengancam nyawa. tersebut
disebabkan karena glukosa adalah satu satunya sumber energi otak dan hanya dapat diperoleh
dari sirkulasi darah karena jaringan otak tidak memiliki cadangan glukosa. Kadar gula darah
yang rendah pada kondisi hipoglikemia dapat menyebabkan kerusakan sel sel otak. Kondisi
inilah yang menyebabkan hipoglikemia memiliki efek yang fatal bagi penyandang diabetes
melitus, di mana 2% 4% kematian penderita diabetes melitus disebabkan oleh hipoglikemia.
Hipoglikemia dapat dialami oleh semua penderita diabetes melitus (DM) dalam terapi
pengendalian kadar gula darah, di mana pasien DM tipe 1 dapat lebih sering mengalami
hipoglikemia dibandingkan dengan pasien DM tipe 2. Pasien DM Tipe 1 dapat mengalami 2
episode hipoglikemia asimptomatis dalam 1 minggu dan mengalami 1 kali serangan
hipoglikemia berat setiap tahun. Pada DM tipe 2 didapatkan kejadian hipoglikemia berat terjadi
3 72 episode per 100 pasien per tahun Hipoglikemia merupakan faktor penyulit dalam
pengendalian kadar gula darah penderita diabetes melitus.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Pada akhir proses penyuluhan, klien mengerti tentang pengertian dan penyebab, tanda dan gejala
hipoglikemi, penanganan hipoglikemia.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan, klien dapat :
1. Menyebutkan pengertian Hipoglikemi
2. Menjelaskan penyebab Hipoglikemi
3. Mengetahui tanda dan gejala Hipoglikemi
4. Mengetahui penanganan bila terjadi Hipoglikemi
5. Mengetahui obat untuk Hipoglikemi

IV. Materi
a. Definisi Hipoglikemi
b. Penyebab Hipoglikemi
c. Tanda dan gejala terjadinya Hipoglikemi
d. Penatalaksanaan diet penderita Hipoglikemi
V. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Kegiatan perawat Kegiatan klien
Pembukaan 1. Salam pembuka 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Menyambut penyaji
( 5 menit)
3. Menjelaskan maksud dan tujuan 3. Mendengarkan
penyuluhan keterangan penyaji
4. Menggali pengetahuan peserta tentang 4. Menyampaikan
materi yang akan disampaikan pengetahuan tentang
materi yang
disampaikan
Penyajian dan 1. Feedback konsep penyakit 1. Peserta berperan aktif
diskusi hipoglikemi dan antusias
a.Peserta menjawab
( 20 menit)
a. Penyaji menanyakan pengetahuan pertanyaan penyaji tentang
peserta tentang hipoglikemi konsep hipoglikemi b.
Peserta menyimak apa yang
b. Penyaji memberikan reinforcement
disampaikan penyaji
jawaban peserta
c.Peserta memahami
c. Penyaji menyimpulkan konsep fraktur konsep hipoglikemi
2. Peserta berperan aktif
2. Mendiskusikan konsep hipoglikemi
dan antusias

a. Penyaji menjelaskan pengertian a. Peserta menyimak apa


hipoglikemi yang disampaikan penyaji
b. Peserta memahami
b. Penyaji menjelaskan tanda-tanda
konsep hipoglikemi
hipoglikemi
c. Penyaji menjelaskan apa yang
3. Peserta berperan aktif
harus dilakukan bila mengalami
dan antusias
hipoglikemi
d. Penyaji menjelaskan apa yang a. Peserta menjawab
dilakukan setelah pulang dari pertanyaan penyaji
rumah sakit tentang konsep
e. Penyaji menjelaskan akibat tidak hipoglikemi Peserta
mendapatkan penanganan yang menyimak apa yang
benar disampaikan penyaji
b. Peserta memahami
f. Penyaji menjelaskan cara
konsep hipoglikemi
menolong korban kecelakaan
dengan hipoglikemi

3. Evaluasi pemahaman peserta

a. Penyaji mengevaluasi kembali


materi yang telah di jelaskan

Penutup 1. Menyimpulkan kembali materi yang 1. Peserta memperhatikan


(5 menit) telah disampaikan apa yang disimpulkan
2. Memberikan motivasi kepada keluarga
penyaji
agar selalu optimis dalam merawat 2. Peserta termotivasi
anggota keluarganya yang sedang 3. Peserta menjawab salam
dirawat penutup
3. Memberi salam penutup

VI. Metode
Ceramah dan tanya jawab

VI. Media urat


Leaflet yang berisi tentang penyakit hipoglikemi

VIII. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Kesiapan media meliputi:
Leaflet
Penentuan waktu
Penentuan tempat
Pemberitahuan kepada warga

b. Evaluasi Proses
Input
Warga datang dengan tepat waktu
Warga mengajukan pertanyaan
Warga mengikuti kegiatan sampai selesai
Proses
Kegiatan penyuluhan berjalan tertib
Warga mengikuti kegiatan sampai selesai
Output
Tim penyuluh memberikan materi secara sistematis dan menarik
Tim penyuluh dapat menjawab pertanyaan warga
c. Evaluasi Hasil
Warga dapat menjawab dengan benar 75% dari pertanyaan penyuluh.
Soal soal:
a.Apa definisi hipoglikemi ?
b.Apa penyebab hipoglikemi ?
c.Apa tanda dan gejala terjadinya hipoglikemi?
d.Bagaimana penatalaksanaan diet penderita hipoglikemi ?

MATERI
I. DEFINISI HIPOGLIKEMI
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa
darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan
yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai
dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi
kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang
kesadaran (syok hipoglikemia).

II. KLASIFIKASI HIPOGLIKEMIA


Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun
normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi
hiperinsulin.
Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami
malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.
Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi
peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme
Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :
Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan
adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan
dan rasa lapar.
Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar untuk
bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup
keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain
untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit
dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.
Definisi hipogikemia pada anak.belum bisa ditetapkan dengan pasti, namun berdasarkan .
pendapat dari beberapa sarjana dapat dikemukakan angka-angka seperti terlihat pada table. Nilai
kadar glukose darah/ plasma atau serum untuk diagnosis Hipoglikemia pada berbagai kelompok
umur anak :

III. ETIOLOGI HIPOGLIKEMIA


Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes
untuk menurunkan kadar gula darahnya
Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :


1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai
dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau kadar
gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula
darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki
monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan
obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan
makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini
terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda berolah
raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan
menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa
darah tanpa menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes
pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat
misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda
akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap
beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan
penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus
mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga
kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus. Hal
ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang
kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru
menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna
untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah
menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11Riwayat hipoglikemia sebelumnya. Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek
yang masih terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi
belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi..
IV. FAKTOR RESIKO HIPOGLIKEMIA
1. Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)

2. Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)

3. Bayi prematur dan lebih bulan


4. BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan lemak
tubuh

5. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi cadangan kalori

6. Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)

7. Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen, intoleransi


glukosa)

8. Neonatus puasa

9. Neonatus dengan polisitemia

10. Neonatus dengan eritroblastosis

11. Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker

Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan


insulin atau sulfonylurea:
1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
a. pengurangan/keterlambatan makan
b. kesalalahan dosis obat
c. latihan jasmani yang berlebihan
d. penurunan kebutuhan insulin
o penyembuhan dari penyakit
o nefropati diabetic
o hipotiroidisme
o penyakit Addison
o hipopituitarisme
e. hari-hari pertama persalinan
f. penyakit hati berat
g. gastro paresis diabetic

V. TANDA DAN GEJALA HIPOGLIKEMIA


Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan
rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala
hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan
melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin
merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang
menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung
berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan
berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala,
perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma.
Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala
yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun
secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat
hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada
pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan
olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-
waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1 Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus
sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat,
tremor, ketakutan, ra
Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi otak,
gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan
motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).
Adapun gejala- gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah sebagai berikut:
Perubahan tingkah laku
Serangan sinkop yang mendadak
Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi
Keringat berlebihan waktu tidur malam
Bangun malam untuk makan
Hemiplegi/ afasia sepintas
Angina pectoris tanpa kelainan arteri koronaria

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA


1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan
nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang
sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c
menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin
tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya
komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi
VII. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
1. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler,
10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150-
200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya
coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum
ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat
kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian
gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10
menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia
dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15
menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila pasien
sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok
makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti
crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang
singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27
menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang
panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif.
Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.

3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi
40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10
% 6 kolf/jam.

DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Hegner, Barbara R. 1994. Asisten Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Edisi 6. (20010). Alih Bahasa: Jane F. Budhi dkk. Jakarta: EGC

Junadi, Purnawan. (2011). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Price, Sylvia Anderson. (2008). Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit.


EGC. Jakarta.

Rubeinstein, David, dkk. (2009). Lecture Notes Kedokteran Klinis. 2007. Alih bahasa
Annisa Rahmalia. Edisi ke-6. Erlangga.

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai