Anda di halaman 1dari 9

1

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK) atau disebut juga Large for
Gestational Age (LGA) adalah bayi dengan berat lahir lebih, yaitu dengan berat
badan > 4000 gram. Atau dengan kata lain bayi BMK adalah sebutan untuk bayi
yang lahir dengan berat 90% lebih besar dari bayi lain yang lahir pada usia
kehamilan sama. Misalnya, jika bayi lahir pada 37 minggu memiliki berat lebih
dari 10 kilogram, maka bayi tersebut tergolong BMK (Markum, 1996). Karena
ukuran bayi yang tergolong besar, mempengaruhi proses persalinan melalui
vagina, sehingga kemungkinan terjadinya cedera semakin besar. Agar tidak
membahayakan jiwa bayi maupun ibunya, pilihannya adalah bedah caesar.

2.2 Epidemiologi
Bayi dengan berat lahir dari 4000 g atau lebih terdiri hingga 10% dari
bayi yang lahir di Amerika Serikat, dan, pada tahun 1998, 1,5% dari semua
neonatus memiliki berat lahir sama dengan atau lebih besar dari 4500 gram. Bayi
laki-laki lebih cenderung menjadi bayi BMK dibanding bayi perempuan.
Bayi BMK, seperti yang didefinisikan oleh berat badan lahir lebih besar
dari 4000-4500 gram, terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi pada kehamilan
yang lebih lama dari tarksiran persalinan.
Morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan bayi BMK dapat dibagi ke
dalam kategori ibu, janin, dan bayi. Sebuah studi baru-baru ini menyelidiki efek
dari berat lahir pada kematian janin yang lebih tinggi menunjukkan bahwa angka
kematian janin yang dikaitkan dengan berat lahir lebih besar dari 4250 gram pada
ibu nondiabetes dan berat lahir dari 4000 gram pada ibu diabetes.
1. Ibu
BMK dikaitkan dengan insiden yang lebih tinggi kelahiran sesar dan
dengan luka lahir kanal yang terkait dengan kelahiran melalui vagina.
Dalam studinya, Mulik et al menemukan morbiditas ibu terkait dengan
berat lahir dari 4500 gram atau lebih tinggi dibandingkan dengan berat
2

lahir kurang dari 4000 gram. Perdarahan postpartum terjadi pada 3,1% dari
ibu dengan bayi yang baru lahir dengan berat 4500 gram atau lebih
dibandingkan dengan 1,5% pada ibu dengan bayi yang baru lahir dengan
berat kurang dari 4000 gram. Transfusi darah terjadi pada 15,4% dari ibu
dengan bayi yang baru lahir dengan berat 4500 gram atau lebih
dibandingkan dengan 3,1% pada ibu dengan bayi yang baru lahir dengan
berat kurang dari 4000 gram.
2. Neonatal
Neonatus BMK beresiko untuk distosia bahu dan trauma kelahiran. Risiko
ini secara langsung berkaitan dengan berat lahir neonatal dan mulai
meningkat secara substansial ketika berat badan lahir melebihi 4500 gram
dan terutama ketika melebihi 5000 gram. Cedera Brakialis pleksus jarang,
dengan kejadian kurang dari 2 kasus per 1000 kelahiran vagina. Risiko ini
adalah sekitar 20 kali lebih tinggi ketika berat badan lahir lebih dari 4500
gram. Mulik et al melaporkan insiden yang lebih tinggi dari penerimaan
NICU untuk neonatus dengan berat badan lahir lebih tinggi dari 4500
gram dibandingkan dengan bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang
dari 4000 gram (9,3% vs 2,7%). Risiko distosia bahu adalah 10 kali lebih
tinggi pada bayi yang lebih besar (4,1% vs 0,4%).
3. Janin
Bila dikaitkan dengan diabetes, janin BMK menunjukkan kontrol glukosa
miskin ibu, dan bayi ini berada pada risiko bayi lahir mati. Lahir mati pada
bayi BMK tingkat dua kali lebih tinggi, terlepas dari diabetes. Namun,
untuk berat lahir 4500-5000 gram, angka kematian janin kurang dari 2
kematian per 1000 kelahiran bagi perempuan nondiabetes dan sekitar 8
kematian per 1000 kelahiran untuk wanita diabetes. Untuk berat lahir dari
5000-5500 gram, tingkat ini adalah 5-18 kematian per 1000 kelahiran bagi
perempuan nondiabetes dan sekitar 40 kematian per 1000 kelahiran untuk
wanita diabetes (Arvin Behrman Kliegmen, 1996).
2.3 Etiologi
3

Penyebab utama dari bayi yang sangat besar adalah diabetes yang diderita
oleh ibunya (Markum, 1996). Semakin buruk pengendalian gula darah ibu saat
hamil, maka semakin besar ukuran bayi yang akan dilahirkan.
Wanita yang mengalami obesitas atau memiliki riwayat melahirkan bayi
yang besar sebelumnya juga beresiko untuk melahirkan bayi besar. Beberapa bayi
BMK disebabkan oleh faktor genetik.
Sebab terjadinya pertumbuhan janin yang berlebih bervariasi, tetapi
terutama disebabkan oleh adanya zat gizi yang melimpah. Pada wanita hamil
dengan diabetes, sejumlah besar gula (glukosa) masuk ke janin melalui plasenta
dan menyebabkan tingginya kada glukosa di dalam darah janin. Sebagai respon
terhadap tingginya kadar glukosa, maka pankreas janin menghasilkan sejumlah
besar insulin, yang menyebabkan akselerasi pertumbuhan janin, meliputi semua
organ, kecuali otak, yang tumbuh dengan normal.
Terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir:
1. Faktor lingkungan internal yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran,
paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan,
dan penyakit pada saat kehamilan (Markum, 1996).
a. Usia ibu hamil
Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah
umur 16 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih
tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur.
Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi
dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan
kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu
tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan
sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil,
maka akan terjadi bahaya bayi lahir kurang bulan, perdarahan dan bayi
lahir ringan.
b. Jarak kehamilan/kelahiran
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga
berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau
4

lebih, kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang


ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah
melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab
kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Risiko proses
reproduksi dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2
tahun.
c. Paritas
Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan,
prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang
dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan.
Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke
empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak
dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun,
sering mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat
jalan lahir dan letak bayi sungsang ataupun melintang.
d. Kadar hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi
yang dilahirkan. Menurut Sarwono (2002), seorang ibu hamil
dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 12
gr/dl. Diketahui bahwa 24,5% ibu hamil menderita anemia. Anemia
pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir
rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan,
bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil
tersebut menderita anemia berat (Bobak, 2005). Hal ini disebabkan
karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang
akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin.
e. Status gizi ibu hamil
Status gizi dapat diartikan sebagai keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Berdasarkan
pengertian diatas status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil. Status
5

gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat


mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.
Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka
pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran
antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu
hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan
adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas
(LLA) selama kehamilan.
f. Pemeriksaan kehamilan
Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan
mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga
kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu
dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan.
Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui
apabila terjadi gangguan / kelainan pada ibu hamil dan bayi yang
dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes
RI, 2008).
g. Penyakit saat kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi
lahir diantaranya adalah Diabetes melitus (DM). Penyakit DM adalah
suatu penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula
sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup
memproduksi insulin/tidak dapat menggunakan insulin yang ada.
Bahaya yang timbul akibat DM diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa
mengalami keguguran, persalinan prematur, bayi lahir mati, bayi mati
setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu
besar lebih dari 4000 gram dan kelainan bawaan pada bayi (Poedji
Rochjati, 2003).
2. Faktor lingkungan eksternal yaitu meliputi kondisi lingkungan, asupan zat
gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.
6

a. Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan


serta ketinggian tempat tinggal.
b. Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan
dan pengetahuan ibu hamil.
3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi
pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC).

2.4 Manifestasi Klinis


Gejala-gejala yang muncul pada bayi BMK (Prawiroharjo, 2002):
1. Jumlah sel-sel darah merah yang berlebihan (polisitemia). Bayi baru lahir
yang besar untuk masa kehamilan bisa tampak kemerahan, karena terlalu
banyak sel-sel darah merah yang dihasilkan. Selain itu, karena banyak sel-
sel darah yang dipecahkan, maka terbentuklah bilirubin dalam jumlah
besar, yang mengakibatkan terjadinya jaundice.
2. Kadar gula darah yang rendah (hipoglikemia). Pada bayi baru lahir dari
ibu yang mengalami diabetes, terjadi penghentian suplai glukosa dari
plasenta secara tiba-tiba saat bayi dilahirkan, yaitu saat tali pusat dipotong,
dan karena produksi insulin besar oleh pankreas terus terjadi, maka kadar
gula darah bayi menjadi rendah (hipoglikemia). Hipoglikemia seringkali
tidak menimbulkan gejala. Terkadang, bayi baru lahir tampak lesu, lemas,
atau gelisah. Selain ukuran tubuh yang besar, bayi baru lahir dari ibu
dengan diabetes seringkali tidak bisa makan dengan baik selama beberapa
hari pertama.
3. Gangguan paru. Terjadi hambatan dalam perkembangan paru pada bayi
baru lahir dengan ibu memilki diabetes.

2.5 Patofisiologi
Patofisiologi bayi BMK berkaitan dengan kondisi ibu atau janin terkait
yang bertanggung jawab atas perkembangannya. Secara umum, tidak terkontrol
diabetes, obesitas ibu, dan berat badan yang berlebihan ibu semua yang
berhubungan dengan bayi BMK dan memiliki periode intermiten hiperglikemia
7

yang sama. Hiperglikemia pada hasil janin dalam stimulasi insulin, faktor
pertumbuhan insulin, hormon pertumbuhan, dan faktor pertumbuhan lainnya,
yang dapat merangsang pertumbuhan janin dan timbunan lemak dan glikogen.
Usia lanjut hasil kehamilan dalam berat lahir yang lebih besar pada persalinan
dengan memungkinkan proses untuk melanjutkan pertumbuhan dalam rahim.
Bayi BMK mungkin terkait dengan trauma kelahiran untuk neonatus dan laserasi
jalan lahir, misalnya, perineum, vagina, leher rahim dan kelahiran, atau bedah
caesar untuk ibu. Namun, bayi BMK pada neonatus dari ibu diabetes dapat
menunjukkan kontrol glukosa yang buruk (Wiknjosastro, 2005). Bayi ini berada
pada peningkatan risiko kematian intrauterin sehingga membutuhkan pemantauan
ketat dan pengujian janin antepartum.

2.6 Komplikasi dan Prognosis


2.6.1 Komplikasi
Komplikasi umum bagi bayi dengan BMK misalnya kelebihan jumlah sel
darah merah (polisitemia), ditandai dengan warna kulit kemerahan karena terlalu
banyak sel darah merah yang diproduksi (Bobak, 2005). Sel darah merah ini
kemudian dipecah sehingga terbentuklah bilirubin. Jika tak disertai nutrisi yang
baik, muncullah penyakit kuning atau jaundice. Bayi BMK juga berisiko memiliki
kadar gula darah rendah (hipoglikemia), ditandai dengan penampakan bayi yang
lesu, lemas, gelisah, dan tidak menyusu dengan semangat pada beberapa hari
pertama. Selain itu, bayi BMK juga mungkin memiliki masalah tertundanya
perkembangan paru-paru dan berisiko tinggi cedera ketika persalinan. Setiap bayi
akan dilakukan pemeriksaan kesehatan ketika lahir, untuk menjaga kesehatan
bayi.
Peningkatan resiko terjadinya cedera lahir. Bayi baru lahir yang berukuran
lebih besar dari usia kehamilan beresiko tinggi untuk mengalami cidera lahir,
misalnya regangan saraf di daerah bahu dan patah tulang selangka. Persalinan per
vagina, terutama pada posisi sungsang, mungkin sulit untuk dilakukan, karena
ukuran kepala janin yang besar dibandingkan dengan ukuran panggul ibu. Oleh
karena itu, janin mungkin perlu dilahirkan secara caesar.
8

Bayi dari ibu yang memiliki dabetes juga memiliki angka kejadian cacat
lahir yang lebih tinggi dibandingkan bayi baru lahir lainnya. Bayi baru lahir yang
besar untuk masa kehamilan yang dilahirkan oleh ibu dengan diabetes cenderung
akan memiliki berat badan berlebih saat masa kanak-kanak dan saat dewasa.
Selain itu, terdapat predisposisi genetik yang membuat mereka beresiko untuk
mengalami diabetes tipe 2 (Mary, 1995).

2.6.2 Prognosis
Pada panggul normal janin dengan berat badan 4000-4500 gram umumnya
tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Distosia akan diperoleh bila janin lebih
besar dari 4500-5000 gram atau pada kepala yang sudah keras (postmaturitas) dan
pada bahu yang lebar. Apabila disproporsi sefalo atau feto-pelvic ini dibiarkan
maka terjadi kesulitan baik pada ibu maupun pada janin (Bobak, 2005). Pada
keadaan dimana janin telah mati sebelum bahu dilahirkan, dapat dilakukan
kleidotomi pada satu atau kedua klavikula (tulang disamping leher) untuk
mengurangi kemungkinan perlukaan jalan lahir.

2.7 Penatalaksanaan
Penanganan terutama ditujukan untuj mengatasi komplikasi yang ada:
1. Untuk mengatasi hipoglikemia pada bayi baru lahir, dapat diberikan
glukosa melalui pembuluh darah atau diberikan melalui mulut.
2. Bayi dengan sindroma gawat nafas memerlukan pemberian oksigen
tambahan, misalnya melalui selang oksigen yang diberikan di hidung atau
dengan alat bantu nafas, seperti ventilator.
3. Bayi yang mengalami jaundice bisa diberikan phototherapy.

Selain itu terdapat beberapa penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan


yaitu:
1. Pemantauan glukosa darah (Pada saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap
6 jam sampai 24 jam atau bila kadar glukosa ³ 45 gr% dua kali berturut-turut).
2. Pemantauan elektrolit
9

3. Pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi


4. Bolus glukosa parenteral sesuai indikasi
5. Hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila pemberian glukosa
parenteral tidak efektif

2.8 Pencegahan
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah bayi baru lahir yang
besar untuk masa kehamilan adalah dengan menjaga kadar gula darah tetap baik
pada ibu hamil dengan diabetes. Ibu dengan diabetes atau obesitas harus menjaga
ketat asupan makanan dan rajin kontrol ke dokter untuk memantau perkembangan
janin (Mary, 1995). Selain itu, olahraga dan pola tidur juga diperlukan agar janin
senantiasa sehat, serta perlu dilakukan perawatan yang teratur selama masa
kehamilan dan memantau pertambahan berat badan ibu selama hamil.

4.2 Diagnosa
1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipoglikemi pada bayi
2. Resiko asfiksia berhubungan dengan pengeluaran bayi terhambat
3. Resiko cedera berhubungan dengan pertolongan kelahiran (vacum ekstraksi
dan forceps)

Anda mungkin juga menyukai