Anda di halaman 1dari 12

PRE PLANNING MATA KULIAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN

KERJA PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN DI DUSUN GUNDANG DESA


SUMBER JAMBE KECAMATAN SUMBER JAMBE
KABUPATEN JEMBER

LAPORAN

oleh
Endah Novianti 112310101002
Rosita Debby Irawan 112310101003
Aldila Kurnia Putri 112310101006
Siti Muawanah 112310101008
Ria Aridya Liarucha 112310101011
Ria Rohmawati 112310101015
Kartika Nurif Adeline Putri 112310101018
Aldita Berliandra. W. 112310101021
Rr. C. Y. Pristahayuningtyas 112310101024
Ratna Lauranita 112310101029
Bima Satriya Dewantara 112310101030
Mohammad Rifki Wibowo 112310101040
Reza Riyadi Pragita 112310101042
Nofita Nurhidayanti 112310101044
Yudha Bintang Saputra 112310101045
Eka Desi Pratiwi 112310101053
Rilla Kartika 112310101058
Kukuh Aria Wijaya 112310101059
Ahmat Robbi Tricahyono 112310101061

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Dewasa ini, peningkatan akan teknologi dan pengetahuan tentunya juga
menimbulkan berkembangnya dampak negatif di lain sisinya bagi semua lini
profesi tidak terkecuali petani. Kecanggihan alat dan semua ketersediaan sarana
prasarana serta kebiasaan yang sudah ada terkadang membuat banyak petani lalai
untuk menjaga dan memelihara kesehatannya. Beberapa masalah yang sering
dialami khususnya oleh petani yaitu nyeri punggung belakang, infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA), dan masalah kesehatan kulit. Menururt WHO (World
Health Organization) pada tahun 2003 melaporkan gangguan otot rangka
(musculoskeletal disorder) salah satunya low back pain sebesar 60% dari semua
penyakit akibat kerja. Selanjutnya, untuk masalah ISPA sendiri WHO
memperkirakan angka kejadiannya sebesar 15 – 20%. Menurut WHO terdapat
150 masalah kesehatan kulit akibat kerja.
Berdasarkan penelitian Community Oriented Program for Controle of
Rheumatic Disease (COPORD) Indonesia menunjukan prevalensi nyeri punggung
18,2 % pada laki-laki dan 13,6 % pada wanita. National Safety Council pula
melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiannya paling tinggi
adalah sakit/nyeri pada punggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus (Tarwaka, dkk,
2004). Sedangkan untuk ISPA prevalensinya menurut Riskesdas sebesar 25, 0%.
Masalah selanjutnya yaitu kesehatan kulit di Indonesia berdasarkan hasil
penelitian D. Savitri dan H. Sukanto pada tahun 1997-2001, prevalensinya
mencapai 67,7%.. Data dari Balai Hiperkes Depnaker RI menunjukkan 80%
penyakit kulit akibat kerja disebabkan oleh dermatitis kontak akibat kerja
(Firdaus, 2002 dalam Susanti, 2010).
Berdasarkan (Riskesdas, 2013) di jawa timur sendiri untuk masalah kesehatan
tulang dan sendi angka kejadiannya cukup besar yaitu 26,9% dari jumlah populasi
masyarakat jawa timur. Sedangkan untuk ISPA di jawa timur sendiri angka
kejadiannya sebesar 28,3% dari jumlah populasi masyarakat jawa timur.
Selanjutnya untuk masalah kesehatan kulit akibat kerja di jawa timur menurut
data Riskesdas (2013) terdapat dua masalah kulit akibat cedera yaitu luka lecet
sebesar 49,6% dan keracunan sebesar 0,6%.
Berdasarkan hasil pengkajian (wawancara) yang dilakukan pada tanggal
04 November 2014 terhadap ketua kelompok tani “Setia Tani” di dusun Gundang
desa Sumber Jambe (Bp. Fadli) didapatkan hasil bahwa terdapat 25 orang anggota
dalam kelompok tani ini. Kelompok tani “Setia Tani” dibentuk sekitar tahun
2009. Menurut Bp. Fadli, untuk pertemuan rutin sendiri untuk saat ini kurang aktif
semenjak pergantian kepala dinas. Menurut Bp. Fadli, kebanyakan anggotanya
akhir – akhir ini mengeluhkan demam, sakit pinggang, ISPA, dan penyakit kulit.
Biasanya para petani pada musim tanam tidak mengenakan pakaian dikarenakan
udara yang panas. Selain itu juga, para petani tidak menggunakan alas kaki atau
sepatu bot, selain itu juga hampir semua anggota tidak menggunakan sarung
tangan dalam proses kerjanya. Hanya terkadang menggunakan caping untuk
melindungi kepala dari terik matahari. Selanjutnya menurut Bp. Fadli, para
anggotanya ketika berada di sawah dan hendak makan, mereka hanya melakukan
cuci tangan di air petak sawah yang menggenang atau di saluran irigasi.
Kebiasaan lainnya yaitu, merokok di sawah disertai mencuci peralatan pasca
memupuk dilakukan di saluran irigasi yang setiap harinya juga digunakan oleh
warga untuk MCK.

1.2 Analisis SWOT


NO DATA Keterangan
S 1. Kelompok tani “SETIA TANI” telah memiliki struktur
organisasi yang legal dibuktikan dengan SK POKTAN.
2. Pengurus kelompok tani “SETIA TANI” memiliki
SDM yang kompeten dibuktikan oleh ketua dan
sekertaris yang menjadi Kepala Dusun.
3. Kelompok Tani memiliki tempat perkumpulan yang
strategis.
4. Irigasi persawahan yang lancar
W 1. Manajemen kelompok tani tidak berjalan (hanya
situasional jika ada program).
2. Pertemuan kelompok tani tidak berjalan
3. SDM kelompok tani masih kurang dalam
pemahaman kesehatan.
4. Kelompok Tani belum tahu permasalahan dan
penanggulangan masalah kesehatan dalam bekerja.
5. Perilaku kelompok tani yang masih kurang tepat
dalam pemakaian APD, dan menjaga pola hidup
bersih dan sehat
6. Hama tanaman yang saat ini masih belum bisa
diatasi
7. Kurangnya perhatian petani terhadap kesehatan
8. Keterbatasan sarana dan prasarana bagi petani
untuk melakukan kegiatan pertanian sesuai standar
kesehatan keselamatan kerja.
9. Kesadaran para petani tentang penggunaan alat
pelindung diri dan keselamatan kerja masih sangat
minim.
10. Sikap dan pola perilakau para petani terhadap
kesehatan lingkungan masih kurang (seperti
merokok, mencuci tempat fungisida di sungai,dll).
11. Peran tenaga kesehatan yang belum optimal dalam
upaya preventif dan promotif bagi petani.
O 1. Program K3 menjadi program PUSKESMAS
2. Posyandu dapat turut berperan serta dalam
pelaksanaan pendidikan kesehatan, karena dapat
saling berhubungan dengan baik.
T 1. Kelompok Tani di dusun lain lebih aktif dan paham
tentang permasalahan kesehatan petani.
2. Kelompok Tani di dusun lain memiliki kegiatan-
kegiatan kelompok tani yang membuat kelompok tani
semakin kompak

1.3 Perumusan Masalah


Bagaimana meningkatkan status kesehatan kelompok tani “Setia Tani” di
dusun Gundang?
BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari program ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
kemauan, dan kemampuan untuk meningkatkan derajat kesehatan pada
Kelompok Tani di Desa Sumberjambe Dusun Gundang dalam rangka
mewujudkan kesehatan dan keselamatan kerja di kelompok Tani
tersebut.

2.1.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari kegiatan ini antara lain:
a. meningkatkan pengatahuan pekerja terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja.
b. membentuk sikap preventif terhadap kecelakaan kerja.
c. melaksanakan pelatihan dan pendidikan kesehatan mengenai
program-program dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan
kerja.

2.2 Manfaat
Manfaat dari program ini antara lain:
a. bagi masyarakat
memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang konsep kesehatan dan
keselamatan kerja pada kelompok tani di masyarakat.
b. bagi petani
meningkatkan derajat kesehatan dan meningkatkan produktivitas kerja dan
hasil pertanian dan perkebunan.
c. bagi mahasiswa
mengaplikasikan keperawatan kesehatan dan keselamatan kerja yang
didapatkan di perkuliahan.
BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan
praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan
yang mungkin terjadi (Rijanto, 2010). Keselamatan kerja adalah faktor yang
sangat penting agar suatu proyek dapat berjalan dengan lancar. Dengan situasi
yang aman dan selamat, para pekerja akan bekerja secara maksimal dan semangat.
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan
dan kerusakan di tempat kerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi
mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja (Simanjuntak, 1994).
Dalam Undang-Undang No. 23/ 1992 tentang Kesehatan juga telah
dissebutkan terkait kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan bahwa
kesehatan kerja dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi
kesehatan yang baik tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat,
dan supaya mereka dapat mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai
dengan program perlindungan tenaga kerja (Departmen Kesehatan 2002).
Menurut Suma’mur (2006), tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja
yaitu :
1. Agar setiap pekerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
dan seefektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan perlindungan kesehatan gizi
pekerja.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
7. Agar setiap pekerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Sebagian besar masyarakat Indonesia bermata pencaharian sebagai petani.
Begitu juga di Jember, sektor wilayah kabupaten Jember banyak yang
mengandalkan pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan
daerah. Sektor pertanian sendiri memiliki banyak resiko dan bahaya kesehatan
bagi para petani, oleh karena itu perlu adanya kesehatan dan keselamatan kerja
bagi para petani. Pestisida dapat menyebabkan keracunan atau penyakit yang
serius. Mesin mesin dan alat-alat berat yang digunakan untuk pertanian
merupakan sumber bahaya yang dapat menyebabkan cedera dan kecelakaan kerja
yang berakibat fatal. Debu binatang dan tumbuhan hasil bumi dapat
mengakibatkan alergi dan penyakit pernafasan.
Resiko-resiko dan bahaya kesehatan yang dapat dialami para petani yaitu sakit
pinggang (karena alat cangkul yang tidak ergonomis), gangguan kulit akibat
pestisida, gangguan agrokimia dan gangguan pernafasan. Bahaya-bahaya lain
meliputi semua jenis nyeri otot akibat keseleo atau terkilir karena mengangkat dan
membawa beban, melakukan pekerjaan yang sama berulang-ulang, dan bekerja
dengan postur tubuh yang salah, dan berbagai masalah psikososial. Selain itu,
tidak adanya atau kurangnya air bersih untuk diminum dan higiene yang tidak
memadai dapat menimbulkan penyakit menular. Terkena tanaman beracun/
berbahaya, serangan binatang buas, gigitan serangga dan ular juga merupakan
risiko bahaya yang sudah umum diketahui. Kondisi kesehatan awal petani
berpengaruh terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.
Seperti penderita anemia karena kekurangan gizi disebabkan kecacingan di sawah
maupun kurang pasokan makanan, kemudian dapat diperburuk dengan keracunan
organofosfat (zat pestisida) (Azwar, 2004).

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah


Para petani sering mengabaikan kesehatan keselamatan fisik saat mereka
bekerja. Permasalahan yang sering terjadi dikelompok petani terkait kesehatan
keselamatan kerja yaitu kurangnya pengetahuan petani dalam menjaga kesehatan.
Masalah kesehatan yang sering terjadi dikalangan petani yaitu masalah penyakit
kulit dan nyeri punggung. Berkaitan dengan masalah kesehatan keselamatan kerja
tersebut, sebenarnya telah ditetapkan kebijakan pemerintah dalam pemeliharaan
kesehatan keselamatan kerja. Kebijakan pemerintah dalam upaya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja adalah Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja. Undang-Undang ini menyatakan bahwa secara khusus
perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental, dan
kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat
kerja baru sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta
pemeriksaan kesehatan secara berkala. Pekerja juga berkewajiban memakai alat
pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23
tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya
kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh
produktifitas kerja yang optimal. Tujuan kesehatan kerja adalah:
1. memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di
semua lapangan pekerjaan ke tingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik,
mental maupun kesehatan social;
2. mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya seperti nyeri
punggung, masalah kesehatan terkait penyakit kulit;
3. memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan;
4. menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, kewajiban dan hak tenaga kerja adalah sebagai berikut:
1. memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja;
2. memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
3. memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan;
4. meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan yang diwajibkan;
5. menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas
dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-jawabkan.
Mayoritas penduduk dusun Krajan Sumbejambe bermata pencaharian
sebagai petani dan mereka belum memakai APD yang memadai. Berdasarkan
hasil wawancara dengan kelompok tani didapatkan data kebanyakan para petani
mengeluhkan nyeri punggung, masalah kulit, ISPA, dan batuk pilek. Upaya
penyelesaian masalah yang dapat dilakukan untuk membantu para petani dalam
pemeliharaan kesehatannya yaitu memberikan pengetahuan dan informasi terkait
kesehatan dan keselamatan di dalam bekerja. Pengetahuan dan informasi yang
diberikan diharapkan dapat merubah perilaku petani akan pentingnya menjaga
kelamatan dan kesehatan saat bekerja. Solusi yang dapat kita berikan sebagai
change agent pelayanan kesehatan adalah dengan memberikan suatu pendidikan
kesehatan dan demonstrasi terkait upaya untuk menjaga kesehatan dan
keselamatan kerja seperti pentingnya cuci tangan, penggunaan APD, posisi tubuh
sesuai ergonomik, serta manajemen nyeri.
Kebijakan
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
2. Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 tentang
Kesehatan Kerja
3. pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, kewajiban dan hak tenaga kerja

Masalah Kesehatan kelompok tani

1. Penyakit kulit
2. Nyeri punggung
3. Ketidakpatuhan terhadap
penggunaan APD

Penyelesaian

1. Pendekatan kepada kelompok tani

2. Pengkajian terkait masalah kesehatan dan


keselamatan kerja pada kelompok tani
3. Pemberian informasi

PENDIDIKAN KESEHATAN

Gambar 3.2 Bagan Kerangka Penyelesaian Masalah


BAB 4. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Pendidikan kesehatan dan demonstrasi terkait upaya untuk menjaga
kesehatan dan keselamatan kerja seperti pentingnya cuci tangan, penggunaan
APD, posisi tubuh sesuai ergonomik, serta manajemen nyeri dilakukan pada hari
Kamis dan Jumat tanggal 6 dan 7 bulan November 2014, pukul 08.30-10.00 di
kediaman Bpk. Fadli, Dusun Gundang, Desa Sumberjambe, Kel. Sumberjambe,
Kec. Sumberjambe, Jember.

4.2 Khalayak Sasaran


Target sasaran pendidikan kesehatan dan demonstrasi terkait upaya untuk
menjaga kesehatan dan keselamatan kerja seperti pentingnya cuci tangan,
penggunaan APD, posisi tubuh sesuai ergonomik, serta manajemen nyeri pada
seluruh anggota kelompok tani Setia Tani. Selain itu, peran TOMA (Tokoh
Masyarakat) dan pengurus kelompok tani akan ikut serta berperan dalam proses
penyuluhan dan demonstrasi.

4.3 Metode yang Digunakan


Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan dan
demonstrasi terkait upaya untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja seperti:
a. pentingnya cuci tangan,
b. penggunaan APD,
c. posisi tubuh sesuai ergonomik, serta
d. senam low back pain.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar A. 2004. Aspek Kesehatan dan Gizi dalam Ketahanan Pangan. Prosiding
Widya karya nasional Pangan dan Gizi VIII.

Depkes RI. 1992. Undang-Undang Kesehatan No 23 Tahun 1992. Tentang


Kesehatan. Jakarta : Depkes RI.

Rijanto, B. 2010. Pedoman Praktis Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan


Lingkungan (K3L).Jakarta : Mitra Wacana Media.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan: Kementerian Kesehatan.

Simanjuntak, P. 1994. Manajemen Keselamatan Kerja. Jakarta: Himpunan


Pembina Sumberdaya Manusia Indonesia (HIPSMI).

Suma’mur P. 2006. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko
Gunung Agung.

Anda mungkin juga menyukai