Anda di halaman 1dari 18

KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

Blok Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan Pencegahan II

DISUSUN OLEH :
KELAS A
KELOMPOK 2 (DUA)

1. AGNERDHA LOVELYVHIRAN H : 201811005


2. AHMAD TSAQIF : 201811006
3. ALEYA ZEFANIA T : 201811009
4. AMBAR PURWANINGRUM K : 201811015
5. AMELIA ORIBELL F : 201811016
6. ANANDA RIZKIA A : 201811017
7. ANDINI NURFADHILA S : 201811018
8. ANNISA FAKHRANA F : 201811022

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Kesehatan Lingkungan Kerja.  Makalah ini merupakan tugas
mata kuliah Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan Pencegahan II di program studi
fakultas kedokteran gigi di UPDM (B). Selanjutnya penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Ilmu
Kesehatan Gigi Masyarakat dan Pencegahan II kami.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kesehatan Lingkungan


Kerja dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi pembaca. Kami mohon maaf
apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Jakarta, 3 Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2

PEMBAHASAN......................................................................................................2

2.1 Pengertian Kesehatan Kerja......................................................................2

2.1.1 Kesehatan kerja dalam praktik...........................................................3

2.1.2 Profesi kesehatan kerja.......................................................................5

2.1.3 Etika kesehatan kerja.........................................................................6

2.2 Konsep Green Dentistry............................................................................8

2.1.4 Hemat Energi, Air, dan Uang.............................................................9

2.1.5 High-tech Dentistry..........................................................................10

2.1.6 Wellness-Based Dentistry................................................................10

BAB III..................................................................................................................11

PENUTUP..............................................................................................................11

3.1 Kesimpulan..........................................................................................11

3.2 Saran....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan kerja merupakan masalah setiap individu karena bekerja
dibutuhkan semua orang sebagai sumber pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Kesehatan kerja, bertujuan untuk mengenal (rekognisi)
hazard kesehatan di tempat kerja, menilai risiko hazard dan melakukan
intervensi terhadap risiko, agar menghilangkan atau meminimasi risiko
kejadian penyakit. Potensi masalah kesehatan pada pekerja tidak hanya
terbatas pada masalah kesehatan yang spesifik, seperti kasus kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja. Tetapi masalah penyakit menular dan
penyakit tidak menular juga merupakan kondisi kesehatan yang sangat
dipengaruhi oleh perilaku di tempat kerja dan lingkungan kerja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang


akan diungkapkan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan konsep lingkungan fisik di tempat praktek?

2. Apa yang dimaksud dengan konsep green dentistry?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun makalah ini bertujuan
untuk menyampaikan informasi yang meliputi :

1. Agar mahasiswa/i dapat mengerti tentang konsep lingkungan fisik di


tempat praktek.

2. Agar mahasiswa/i dapat mengerti tentang konsep green dentistry.

1
3.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Kerja


Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan
derajat kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang
setinggi-tingginya. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan; perlindungan pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang
merugikan kesehatan. penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja disesuaikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologinya,
dan disimpulkan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap
manusia kepada pekerjaannya.1

Aspek dasar perlindungan kesehatan diantaranya adalah manajemen


risiko kesehatan dan pendidikan dan pelatihan. Manajemen risiko kesehatan
adalah proses yang bertahap dan berkesinambungan. Tujuan utama
manajemen risiko kesehatan adalah menurunkan risiko pada tahap yang
tidak bermakna sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan
pekerja. Tetapi, keberhasilan kegiatan manajemen risiko kesehatan dengan
efektifitas dan efisiensinya sangat tergantung pada kerjasama antara
berbagai pihak yang terlibat dalam program kesehatan dan keselamatan
kerja, termasuk pekerja.2

Pendidikan dan pelatihan merupakan komponen penting dalam


perlindungan kesehatan pekerja. Tujuan utama pendidikan dan latihan ini
adalah agar pekerja:2

1. Mengerti, paling tidak pada tingkat dasar, bahaya kesehatan yang


terdapat di lingkungan kerjanya.
2. Terbiasa dengan prosedur kerja dan melakukan pekerjaan sesuai
prosedur untuk mengurangi tingkat pajanan.
3. Menggunakan alat pelindung diri dengan benar dan memelihara agar

3
tetap berfungsi baik.
4. Mempunyai kebiasaan sehat dan selamat serta higine perorangan yang
baik.
5. Mengenal gejala dini gangguan kesehatan akibat pajanan bahaya
tertentu.
6. Melakukan pertolongan pertama apabila terjadi gang- guan kesehatan
sesegera mungkin.2

Fokus utama upaya Kesehatan Kerja mencapai tiga tujuan:

1. Pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan pekerja dan kapasitas


kerjanya
2. Perbaikan kondisi lingkungan kerja dan pekerjaan yang kondusif bagi
K3
3. Pengembangan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja ke arah
yang mendukung K3. Juga meningkatkan kondisi sosial yang positif
dan operasi yang lancar dan dapat meningkatkan produktivitas
perusahaan.1

Di Indonesia dalam UU no. 23/1992 tentang keehatan pasal 23


disebutkan bahwa Kesehatan Kerja bertujuan untuk mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal. Cara mencapainya meliputi pelayanan
kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan
kerja.1

2.1.1 Kesehatan kerja dalam praktik

Definisi Kesehatan Kerja menyiratkan pemeliharaan dan


peningkatan kesehatan pekerja agar tidak sakit, jauh lebih luas daripada
sekedar menyembuhkan penyakit. Membina kesehatan masyarakat
pekerja dan menciptakan pekerja yang sehat dan produktif, tidak bisa

4
dilaksankan hanya dengan pendekatan kedokteran. Untuk itu, perlu
dilakukan pendekatan holistic, multi sector dan release approach yaitu
menciptakan pekerja yang sehat, produktif, mandiri dalam menjaga
kesehatan. Para pekerja diharapkan lebih tahan terhadap penyakit, tidak
tergantung pada obat dan pelayanan medis yang bersifat kuratif;
membetulkan, memperbaiki atau mengembalikan sesuatu yang telah
terjadi.1

Pada praktik di lapangan, pengandil (stakeholders) kesehatan kerja


meliputi pekerja dan wakilnya (serikat pekerja), manajemen atau pemilik
usaha, dan pemerintah. Komponen pemerintah meliputi Depertemen
Kesehatan, Depertemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral serta instansi teknis terkait lainnya,
selain itu termasuk juga akademisi dan asosiasi profesi.1

Isu terkini dalam praktik kesehatan kerja di Indonesia antara lain


meliputi perkembangan:

1. Kebutuhan peningkatan koordinasi dan sinergi antar pengandil


2. Kebutuhan pada harmonisasi peraturan perundang-undangan dan
sistem informasi/ pelaporan kepada instansi terkait yang lebih
terarah dan tidak tumpang tindih.
3. Kebutuhan dukungan pemerintah dalam penegakkan kewajiban dan
penegakkan hukum (law enforcement), serta dukungan sumber daya
manusia dan fasilitas (capacity building) dalam pelaksanaan
kesehatan kerja di dunia usaha dan dunia kerja.
4. Kebutuhan standar kompetensi profesi Kesehatan Kerja untuk
menjamin mutu pelayanan.
5. Konsep dosis pajanan. Praktisi membutuhkan nilai ambang batas
pajanan toksikan atau substansi lainnya yang berada di lingkungan
kerja, agar pekerja tidak terkena dampak kesehatan.
6. Rekognisi hubungan antara tugas atau pekerjaan tertentu dengan
status kesehatan atau penyakit. Misalnya pengemudi taksi dengan
penyakit nyeri punggung bawah (low back point) studi eoidemiologi

5
yang menentukan hubungan antara penyakit dan faktor risiko.

2.1.2 Profesi kesehatan kerja

Kesehatan Kerja bersifat multidisiplin. Pelaksanaan upaya


kesehatan kerja yang berbasis komunitas memerlukan koordinasi serta
kerja sama antar profesi dari berbagai disiplin ilmu, antara lain dokter,
engineer, industrial higienist, ahli ergonomi, safety engineer (ahli
keselamatan kerja), ahli faal, kimia, fisika, kesehatan masyarakat,
sosiologi, psikologi, pendidikan, hukum dan manajemen. Hal tersebut
berbeda dengan Kedokteran Kerja atau Occupational Medicine yang
merupakan bagian dari ilmu kedokteran dan berbasis klinik yang hanya
dikerjakan oleh dokter dan paramedis, Kesehatan Kerja adalah ilmu
multidisiplin yang memerlukan koordinasi dan kerja sama berbagai
profesi.1

Dokter perusahaan sebagai salah satu anggota dari tim kesehatan


kerja, dituntut memiliki pengetahuan yang lebih luas dari sekedar ilmu
kedokteran. Dengan demikian, mereka dapat bekerja sama dengan
profesi lain guna mempertahankan dan meningkatkan kesehatan pekerja.
Hal tersebut antara lain dilakukan dengan menyusun program kesehatan
sesuai kebutuhan dan mampu memimpin pelaksanaannya. Diagnosis dan
terapi penyakit umum dan PAK/PTK merupakan bagian dari ilmu
kedokteran kerja yang selayaknya dilaksanakan oleh dokter. Upaya
proteksi, pencegahan dan promosi perilaku hidup sehat dan bekerja sehat
yang dilakukan terhadap pekerja, bertujuan agar pekerja tidak terkena
penyakit umum dan PAK/PTK.1

Hal tersebut merupakan bagian penting dari tanggung jawab profesi


Kesehatan Kerja yang terlibat secara langsung atau tidak langsung
berasal dari berbagai latar belakang dengan pembagian tugas, antara lain
meliputi:

6
1. Upaya pencegahan penyakit dengan penempatan pekerja, surveilans
medis, diagnosis dini, terapi segera, rehabilitasi dan kompensasi.
Dokter Kesehatan Kerja dan dokter terlatih Dasar Kesehatan Kerja
selama 10 minggu merupakan tenaga kesehatan terdepan untuk
diagnosis dan terapi Perawat terlatih tentang Dasar Kesehatan Kerja
selama 10 minggu, membantu dokter untuk mencatat riwayat
pekerjaan/tugas dan riwayat pajanan, data surveilans efek kesehatan
akibat pajanan faktor risiko, terapi dan rehabilitasi pekerja yang
menderita PAK/PTK (PAK: penyakit akibat kerja, PTK: pedoman
tata kerja). Dokter Spesialis Okupasi dan Dokter Kesehatan Kerja
pendidikan strata II) merupakan konsulen, employment medical
advisor dan peneliti/pengembang ilmu. Dokter Penasehat (versi
Depnaker) bertanggung jawab bila terjadi keraguan penetapan cacat
dan kompensasi KAK/ PAK/ PTK (KAK: kecelakaan akibat kerja.1
2. Untuk mencegah kejadian PAK/PTK dilakukan perbaikan
lingkungan, pekerjaan, pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja
oleh higyenist, ergonomis, psikologi industri dan profesi manajemen
sumber daya manusia. Penilaian dan talaksana risiko kesehatan
dilakukan sesuai bidang masing-masing. Penilai efek hazard yang
bersumber lingkungan, pekerjaan, pengorganisasian pekerjaan dan
budaya kerja melibatkan dokter.1
3. Promosi perilaku dan bekerja sehat dilakukan oleh tim yang terdiri
dari dokter, psikolog, safety engineer dan perawat (fasilitator),
personalia (motivator), wakil manajemen (penentu kebijakan), wakil
serikat pekerja (peers educator), dan trainers yang terlatih
(eksekutor).1

2.1.3 Etika kesehatan kerja

Pelaksanaan upaya kesehatan kerja dengan subjek manusia tersebut


memerlukan etika, karena ada unsur HAM yang harus dihormati dan
dijaga. Etika kesehatan kerja tidak persis sama dengan etika kedokteran,

7
karena:1

1. Tanggung jawab profesi kesehatan kerja yang kompleks terhadap


pekerja, pemberi kerja, lembaga terkait kesehatan masyarakat,
kesejahteraan sosial dan hukum.
2. Profesi kesehatan kerja terdiri dari banyak individu yang berasal dari
berbagai disiplin ilmu.
3. Pendekatan multidisiplin dengan latar belakang yang bervariasi.1

Di Indonesia kode etik yang terkait dengan kesehatan kerja telah


disusun oleh beberapa organisasi profesi, antara lain elah disusun oleh
beberapa organisasi profesi, antara lain:

1. Kode Etik Dokter Kesehatan Kerja disusun IDKI (1999).

2. Kode Etik Spesialis Kedokteran Okupasi disusun PERDOKI (2004).


Di tingkat internasional, kode etik pertama profesi kesehatan kerja
dipublikasi oleh ICOH pada tahun 1992 dan direvisi pada tahun
2002. Kode etik ini relevan bagi profesional yang bertugas di
perusahaan, sektor swasta/ umum, berkaitan dengan K3, higiene dan
lingkungan kerja. Kode etik tersebut juga berlaku bagi
individu/organisasi pelayanan K3 terhadap pelanggan dan dalam
pelayanan kesehatan masyarakat atau komersial.1

Kesehatan kerja bertujuan memberikan pelayanan kesehatan dan


kesejahteraan sosial bagi pekerja, individu atau kelompok. Praktik
kesehatan kerja harus berdasarkan standar tertinggi profesi dan prinsip
etika. Kebijakan dan program kesehatan kerja melindungi kehidupan &
kesehatan pekerja, menjunjung HAM dan etika Berintegritas, tidak
apriori, menjaga kerahasiaan data dan privacy pekerja. Dan bebas
berkarya sebagai ahli dalam menjalankan fungsi kesehatan kerja.
Mendapatkan dan menjaga kompetensi serta kondisi yang diperlukan

8
dalam menjalankan tugas sesuai praktik yang baik dan etika profesi.1

2.2 Konsep Green Dentistry


Eco-friendly dentistry adalah pendekatan high-tech dimana bertujuan
untuk mengurangi dampak pada lingkungan dari hasil praktek dalam
kemajuan sistem kesehatan yang ecologically sustainable, dan juga
mencakup layanan model untuk kedokteran gigi yang mendukung dan
memelihara kesehatan. Eco-friendly dentistry adalah pendekatan yang
memenuhi jutaan kebutuhan pasien dan juga dental professionals untuk
melindungi kesehatan planet dan masyarakat.4

Menurut Eco-Dentistry Association, mereka bersikeras untuk


mengurangi limbah dan polusi, menghemat energi, air, dan uang untuk
menggabungkan inovasi high-tech, fokus pada kesehatan, serta praktek
integratif. Oleh karena itu, pendekatan ini melibatkan konsep 4R (Reduce,
Reuse, Recycle, dan Rethink). Terdapat empat kategori pada komponen
dalam green dentistry, yaitu:4

1. Mengurangi dental waste

2. Pencegahan polusi

3. Konservasi air, energi, dan uang

4. High-tech Dentistry

2.2.1 Mengurangi Dental Waste dan Pencegahan Polusi


Ada beberapa cara kita dapat menjadi bagian dari green dentistry’s
future dengan mengurangi limbah dan polusi:4

1. Menggunakan digital imaging daripada metode tradisional


2. Menggunakan amalgam separator

9
3. Menggunakan hospital-grade, sterilisasi barang yang dapat
digunakan kembali, dan patient barrier yang tidak menggunakan
bahan plastik
4. Daur ulang dan gunakan kembali hand instruments yang lama
5. Menggunakan pembersih dan disinfektan yang tidak beracun dan
biodegradable
6. Menggunakan bahan stainless steel yang dapat digunakan kembali
atau impression tray berbahan kompos
7. Melakukan desinfeksi secara teratur dengan pembersih
biodegradable dan jangan pernah menggunakan chlorine karena
dapat melepaskan zat merkuri.
8. Menghindari penggunaan sterilisasi yang beracun seperti
glutaraldehyde, dimana bisa mengiritasi paru-paru dan kulit.

2.1.4 Hemat Energi, Air, dan Uang


Konservasi merupakan suatu hal yang penting dalam green
dentistry karena dapat memperpanjang sumber daya yang kita butuhkan
serta dapat menghemat uang. Penggunaan lampu LED dapat mengurangi
pemakaian listrik yang mencapai 70%. Saat ini para manufaktur juga
telah mengeluarkan sistem vacuum tanpa air, dimana dapat menghemat
sekitar 360 galon air per hari. Jika setiap dental office dipasang dengan
salah satunya sistem tanpa air ini, kita dapat secara kolektif menghemat
sebanyak sembilan miliar galon air bersih dan dapat diminum dalam satu
tahun.4

Berikut adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk menghemat


pemakain energi, air, dan juga uang sebagai bagian dari green
dentistry’s future :4

1. Mengganti lampu menjadi lampu LED

2. Penyulingan air in-office

3. Mengubah sistem vacuum menjadi sistem vacuum tanpa air

10
4. Penggunaan eco-friendly hand sanitizer yang tidak berbasis air

5. Menginstalasi motion sensors untuk pemadaman lampu secara


otomatis, saat orang-orang meninggalkan area non-medical, seperti
lemari persedian, ruang kantor, dan lain-lain.

6. Memotivasi dan mengedukasi pasien untuk memadamkan air saat


sedang menggosok gigi

2.1.5 High-tech Dentistry


Berikut adalah beberapa inovasi high-tech yang dapat menjadi
bagian dari green dentistry’s future:4

1. Menggunakan Digital Imaging System

2. CAD/CAM systems

3. Menggunakan alat sterilisasi steam yang menghilangkan penggunaan


bahan kimia

4. Penggunaan charting, penjadwalan, dan penagihan secara digital

5. Penggunaan kompresor yang oil-free

2.1.6 Wellness-Based Dentistry


Setiap cabang kesehatan bergerak ke konsep yang mementingkan
pencegahan, deteksi dini dengan pengurangan prosedur pengobatan yang
invasif. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dengan pendekatan
green dentistry:4

1. Deteksi karies awal menggunakan bantuan dari alat diagnosa laser

2. Penggunaan alat diagnosa pendeteksi kanker mulut, seperti


VELscope

11
3. Tes saliva untuk menentukan faktor genetik dan mengidentifikasi
patogenesis bakteri

4. Penggunaan terapi laser untuk penyakit periodontal

5. Pemakaian aromaterapi yang dapat membantu pasien menjadi lebih


rileks dan nyaman

6. Menambah tanaman hijau hidup untuk menambah oksigenasi

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan
derajat kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang
setinggi-tingginya. Di Indonesia, praktek Kesehatan Kerja mulai berjalan
secara lebih terarah pada beberapa perusahaan besar sejak UU No.1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja diberlakukan dan mengenai kesehatan
kerja juga dijelaskan pada Undang-Undang antara lain Undang-undang No.
36 tahun 2009 pasal 164, Undang-Undang no.23 /1992 tentang Kesehatan
pasal 23, dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 66 Tahun 2016.

Untuk membina kesehatan masyarakat pekerja dan menciptakan


pekerja yang sehat dan produktif, perlu dilakukan pendekatan holistik, multi
sektor, dan release approach. Juga terdapat manajemen risiko kesehatan
kerja yang bertujuan untuk menurunkan risiko pada tahap yang tidak
bermakna sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan
pekerja.

Eco-friendly dentistry adalah pendekatan high-tech dimana bertujuan


untuk mengurangi dampak pada lingkungan dari hasil praktek dalam
kemajuan sistem kesehatan yang ecologically sustainable, dan juga
mencakup layanan model untuk kedokteran gigi yang mendukung dan
memelihara kesehatan.

3.2 Saran
Menyadari bahwa makalah masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya makalah akan lebih fokus dan lebih detail dalam menjelaskan
dan memaparkan isi makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan
tentu dapat dipertanggung jawabkan.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

1. Kurniawidjaya, Meily L. Filosofi dan Konsep Dasar Kesehatan Kerja Serta


Perkembangan dalam Praktek. Departemen Kesehatan & Keselamatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007: 1(6). 245, 249-
50.

2. Mansyur M. Manajemen Risiko Kesehatan Tempat Kerja. 2007. Volume: 57,


Nomor: 9, 286-7.

3. Rival, A. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012.

4. Rathakrishnan M, Priyadarhini A. Green Dentistry: The Future. J Int Clin


Dent Res Organ 2017; 9: 59-61.

15

Anda mungkin juga menyukai