PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia
menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan
Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan
Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Padahal kemajuan
perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Faktor keselamatan
kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada
gilirannya pada kinerja perusahaan atau industri. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan
dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh
seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal
tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah
ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan,
yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh
pelayanan kesehatanyang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Sebagai
faktor penyebab,sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas
serta keterampilan pekerjayang kurang memadai. Banyak pekerja yang
ii
ii
BAB II Pembahasan
BAB III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
I.
ii
ii
keperawatan.
Merupakan proses menetapkan standar pelayanan keperawatan, mengevaluasi
pelayanan yang diberikan berdasarkan standar, serta pelaksanaan tindakan untuk
memperbaiki pelayanan yang tidak sesuai dengan standar.
ii
satunya alat untuk meningkatkan hasil atau produktivitas klien yang optimum.
6. Peneliti (Researcher)
Salah satu peran perawat yang berguna untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan
7. Kolaborasi komunitas
Perawat okupasi bekerjasama dengan tenaga medis, ahli kesehatan industri, staff
keamanan pegawai, bagian menejemen, perwakilan dari tenaga kerja yang
representative dan tenaga kesehatan professional lainya yang dibutuhkan untuk
tujuan konsultasi.
D. Peranan Perawat Dalam Pencegahan Masalah Kesehatan Kerja
Tugas utama petugas kesehatan dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
memlihara hygiene perusahaan, mendeteksi gejala penyakit akibat kerja, dan
mengambil
langkah-langkah
pertolongan
atau
penanggulangan
pertama.
kesehatan karyawan.
Pencegahan Tingkat Pertama:
Promosi kesehatan: Pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,
pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, lingkungan
kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seks,
dan
Pemeriksaan Berkala
ii
Meliputi tekanan darah, mata, payudara dan mendeteksi risiko kanker serviks
(papsmear), tes terhadap penyakit paru-paru dan jantung menahun, tes terhadap
lemak darah abnormal, tes kadar gula darah, tes darah terhadap kotoran, dan
pemeriksaan penggunaan terhadap alkohol, stress dan kelainan emosi (Silalahi,
1995).
E. Manajemen Keselamatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan pencegahan kecelakaan atau
pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja bertitik tolak dari konsep
pengendalian kerugian menyeluruh. Doktrin keselamatan dan kesehatan kerja
mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah meniadakan
unsur penyebab kecelakaan dan / atau mengadakan pengawasan yang tepat
(Silalahi, 1995).
Manajemen sebagai satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan
fisik tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik
dari segi perencanaan, maupun pengambilan keputusan dan organisasi. Baik
kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan harus
merupakan bagian dari biaya produksi. Sekalipun sifatnya sosial, setiap
kecelakaan atau tingkat keparahannya tidak dapat dilepaskan dari faktor ekonomi
dalam suatu lingkungan kerja. Pencegahan kecelakaan,
dana pemeliharaan
hygiene dan kesehatan kerja, tidak saja dinilai dari segi biaya pencegahannya
tetapi juga dari segi manusianya. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan operasional yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan cara : 1)
mengungkapkan sebab musabab sesuatu kecelakaan (akarnya), dan 2) meneliti
apakah pengendalian secara cermat dilaksanakan atau tidak. Kesalahan
operasional yang menimbulkan kecelakaan tidak terlepas dari perencanaan yang
kurang lengkap, keputusan-keputusan yang tidak tepat, salah perhitungan dalam
organisasi, pertimbangan, dan praktek manajemen yang kurang mantap.
F. Ketentuan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Undang-undang Pokok Keselamatan dan Kesehatan Kerja No. 1 Tahun 1970
dan undang-undang No. 4 Tahun 1984 tentang ketentuan-ketentuan pokok
ii
ditempat itu.
Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang bekerja sebagai pekerja tetap maupun tidak
tetap atau pada saat tertentu. Misalnya gardu transformator yang tenaga kerjanya
memasuki ruangan tersebut hanya sementara untuk mengadakan pengendalian,
e) proses produksi.
Instansi yang berwenang merupakan instansi yang berwenang melakukan
pengawasan terhadap ditaatinya undang-undang Keselamatan Kerja ini adalah
Menteri Tenaga Kerja, yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Direktur Jenderal
Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan Pengawasan Norma Kerja / Dirjen Binawas
dan pelaksanaan sehari-harinya dilakukan oleh Direktorat Bina Norma
ii
keselamatan kerja
Semua pekerja bertanggung jawab pada diri sendiri, rekan kerja, dan keluarga
yang bekerja pada suatu area yang berisiko, untuk menjaga kesehatan dan
keselamatan mereka
Mengeliminasi kecelakaan dan kejadian berbahaya dimana pimpinan menjamin
semua pekerja telah terlatih untuk mengerjakan pekerjaan mereka secara efisien
Faktor-faktor ini dapat menyebabkan dampak yang serius pagi para pekerja .
Kebisingan karena peralatan atau mesin didalam tempat kerja pada waktu yang
lama dapat menyebabkan hilangnya ketajaman pendengaran (tuli permanen),
gangguan mental, komunikasi, gangguan pada saat bekerja dan tidur terganggu.
Frekuensi suara yang dapat ditolerir sekitar 50-60 dB, dan ambang maksimal
temperature
yang
rendah
dapat
menyebabkan
hypotermi,
ekstremitas seperti jari-jari tangan dan kaki, telinga dan hidung akan terasa
kaku, kebas atau mati rasa, sehingga memungkinkan terjadinya risiko
-
kecelakaan kerja.
Paparan radiasi ionizing (partikel alfa, beta, sinar gamma, dan neutron) dapat
menyebabkan kerusakan pada sel-sel tubuh, kelainan pada kulit, mata, seperti
sinar-X, radiasi nuklir, radiasi sinar kosmik dari matahari.
ii
2. Faktor Biologi
Faktor biologi termasuk binatang kecil / kutu, serangga, jamur, virus dan
kontaminasi dengan bakteri. Sanitasi dan aktivitas rumah tangga seperti air yang
dapat diminum, pengolahan makanan, limbah industri, kotoran, kebersihan diri
dapat memperburuk risiko dari biologi hazard jika tidak diperhatikan. Agen atau
perantara biological ditempat kerja termasuk virus, riketsia (organisme yang dapat
menyebabkan penyakit, bakteri dan parasit. Penyakit dapat ditularkan melalui
binatang kepada manusia, atau melalui inhalasi, suntikan, makanan atau kontak
fisik.
3. Faktor Ergonomic
Desain peralatan atau tempat kerja yang tidak sesuai, kesalahan konstruksi
mesin,
5. Faktor Psikologi
Stressor yang mempengaruhi psikis pekerja, antara lain :
- Proses kerja yang rutin dan membosankan
- Hubungan kerja yang terlalu menekan atau sangat menuntut
- Suasana kerja yang serba kurang aman
- Komunikasi yang buruk dengan atasan maupun rekan kerja
- Jam kerja yang terlalu panjang dan tidak adanya rotasi kerja
- Aturan perusahaan yang tidak jelas
- Beban kerja yang berlebihan
- Kurang lengkapnya peralatan kerja dan sarana serta fasilitas kerja
ii
ii
II.
kerja adalah kegiatan yang dilakukan setiap pelayanan kesehatan kerja, dengan
tanggung jawab utama dalam hal ini diawali pada perawat kesehatan kerja. Dalam
beberapa kasus penilaian risiko kesehatan merupakan persyaratan yang khusus
dengan standar ketahanan spesifik dan membutuhkan masukan dari petugas
kesehatan professional lainnya. Beberapa hal yang relevan dengan penilaian
resiko kesehatan di seluruh area tempat kerja, seperti :
ii
(2008)).
ILO (1986), mendefinisikan bahaya kerja (work hazard) adalah suatu
sumber potensi kerugian atau situasi yang berhubungan dengan pekerja, pekerjaan
dan lingkungan kerja yang berpotensi menyebabkan kerugian dan gangguan.
Gangguan mental psikologis
pekerjaan yang monoton, upah kerja terlalu rendah akan mengakibatkan stres,
mempengaruhi gairah kerja menurun, mudah terjadi kecelakaan kerja, semangat
kerja menurun, yang pada akhirnya menurunkan produktivitas kerja (Efendi
1998).
Jadwal kerja juga mempengaruhi terhadap kesehatan seperti jadwal kerja
shif dan jam kerja yang panjang/kerja jangka panjang. Jadwal kerja yang tidak
fleksibel, jam kerja yang tidak dapat di perkirakan dan jam kerja yang panjang
adalah salah satu pokok yang termasuk dalam jadwal kerja. Sehubungan dengan
shif kerja, penelitian menunjukkan bahwa kerja shif merupakan sumber utama
dari stress bagi pekerja pabrik (Monk & Tepas,1985). Para pekerja shift lebih
sering mengeluh tentang kelelahan dan ganggua pencernaan dari pada pekerja
pagi/siang dan dampak dari kerja shif terhadap kebiasaan makan yang mungkin
menyebabkan gangguan-gangguan pada pencernaan. Masalah-masalah kesehatan
kerja yang menurunkan produktivitas, antara lain:
1. Penyakit-penyakit umum yang diderita pekerja seperti TBC, jantung dan
sebagainya
2. Penyakit-penyakit yang timbul akibat kerja seperti pneumoconiosis,
dermatosis, ISPA, dan lain sebagainya
ii
promptreatment)
Mencari tenaga kerja baik perorangan atau kelompok yang mengalami
and
ii
perilaku,
saat
mencapai
tahap
akhir
seseorang
berhasil
ii
ii
masker tidak dipakai mereka mengetahui apa yang akan terjadi penyakit gangguan
pernapasan seperti penyakit ISPA. Mereka patuh akan penggunaan APD karena
mereka mengetahui akan pentingnya penggunaan APD dan itu merupakan
ancaman bagi mereka jika tidak patuh dalam penggunaan APD. Tetapi pada
umumnya para pekerja tidak patuh dalam penggunaan APD daripada yang patuh
dalam penggunaan APD.
Pemakaian APD harus dianggap sebagai garis pertahanan terakhir dan
hanya akan digunakan ketika pengendalian mesin menjadi sulit dan tidak efektif,
namun APD dapat digunakan sesuai dengan potensi bahaya yang ada di tempat
kerja dan lingkungan kerja. Dalam prilaku kesehatan, penyakit yang menimbulkan
ketidakseimbangan akan lebih mudah diintervensi karena pada dasarnya manusia
memang selalu meghindari keadaan yang tidak nyaman.
IV.
ii
penyebab penyakit akibat kerja mencakup fisik, kimia, biologi, ergonomic dan
psikologis.
Beberapa penyakit akibat kerja
Bagian Tubuh yang
Gejala
Penyebab
Mata
Kepala
kebisingan, karbonmonoksida
Ketegangan, gelisah, gemetar, Kebisingan, timah, DDT, air
Telinga
gangguan bicara
Berdengung,
terganggu
Emphysema,
sesak
dapur kokas
nafas, Debu kapas,
TDI,
ozozne, asbestos
Mengangkat
membungkuk,
berat,
getaran
dan
Hati
Sistem
reproduksi
integumen / kulit
keguguran
larutan,
ii
berbahaya
Ventilasi umum: Pemasangan jendela/ ventilasi yang memadai di tempat pekerja
bekerja.
Penggunaan alat pelindung diri; Mewajibkan seluruh pekerja menggunakan alat
kesehatan ada tiga strategi pokok yang dilakukan oleh WHO, meliputi:
Advocacy (advokasi), melakukan pendekatan atau lobbying dengan para pembuat
keputusan setempat agar mereka menerima dan berkomitmen yang akhirnya
bersedia mengeluarkan kebijakan / keputusan untuk membantu dan mendukung
program tersebut.
Social support (dukungan sosial), melakukan pendekatan dengan orang yang
b. Tujuan
- Agar masyarakat industri mencapai derajat kesehatan yang optimal baik fisik,
-
c.
-
ii
ii
ii
c. Waktu
Waktu yang kami rencanakan pada pemberian promosi kesehatan pada
masyarakat industri tekstil ini selama 30 menit, dengan mempertimbangkan
konsentrasi dan minat yang tetap besar atau baik.
d. Pengaturan Materi Pengajaran
Kegiatan promosi kesehatan di area industri tekstil ini diawali dengan
penyebaran brosur atau propaganda poster yang di pasang di area industri tekstil
yang isinya undangan bagi masyarakat industri tekstil untuk hadir dalam kegiatan
pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan di lingkungan industri
tekstil. Dalam pelaksanaan edukasi kesehatan urutkan materi pendidikan.
e. Pelayanan kolaboratif
Dalam hal ini kami belum merencanakan untuk melakukan rujukan ke
profesional lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam lingkungan kerja health hazard banyak menimbulkan gangguan
kesehatan atau kecelakaan kerja. Oleh karena itu, keperawatan kesehatan kerja
memiliki peranan penting dalam mencegah, merawat dan memelihara kesehatan
para pekerja dalam suatu komunitas dengan melakukan promosi kesehatan.
Sebelum merancang suatu program promosi kesehatan dalam lingkungan
kerja khususnya area industri, perawat harus benar-benar mengkaji terlebih dahulu
ii
apa yang menjadi masalah atau kebutuhan klien di area industri, agar bermanfaat
bagi klien. Dan perlu dikaji juga mengenai tahap perubahan klien sampai pada
tahap apa, sehingga perawat mengetahui hal-hal apa saja yang perlu ditekankan
saat memberikan promosi kesehatan.
B. Saran
Promosi kesehatan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam rangka
pencegahan primer khususnya di area industri dan berfokus pada tiga perubahan
perilaku baik kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga membantu mengurangi
risiko kembalinya klien ke pelayanan kesehatan dengan penyakit yang sama.
Sehingga perawat harus membekali kemampuannya dalam hal ini.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
1.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.
5.
a
Topik
: Masker Menghindari Infeksi Saluran Pernapasan Atas
Pokok Bahasan
: Health Hazard dan APD, masker
Subpokok Bahasan :
Pengertian health hazard
Faktor penyebab health hazard
Beberapa cara pencegahan health hazard
Kriteria APD, masker yang baik
Jenis-jenis APD, masker
Penggunaan APD (masker) yang benar
Sasaran
: Karyawan industri tekstil
Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Minggu, 20 Oktober 2013
ii
Waktu
Sesi I
: Pukul 10.00 s.d 10.40 am (untuk karyawan sip malam)
Sesi II
: Pukul 07.00 s.d 07.40 pm (untuk karyawan sip pagi)
c Tempat
: Gedung pelatihan karyawan Lantai 5
6. Metode
: Ceramah, demonstrasi
7. Media
Media pra kegiatan
Satu minggu sebelum acara ditempel beberapa poster untuk mempromosikan
kepada karyawan tentang kegiatan. Poster ditempel di tempat-tempat umum di
area industri.
Media saat kegiatan: Lcd, laptop, Leaflet.
8. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Meningkatkan pengetahuan karyawan industri mengenai health hazard.
b. Tujuan Insruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti uraian penyuluhan mengenai health hazard setiap peserta
1.
2.
3.
4.
5.
6.
diharapkan dapat:
Menyebutkan pengertian health hazard
Menyebutkan faktor penyebab health hazard
Menyebutkan beberapa cara pencegahan health hazard
Kriteria APD, masker yang baik
Jenis-jenis APD, masker
Mendemonstrasikan penggunaan APD, masker yang benar.
9.
a.
b.
Manfaat
Bagi industri
Menurunkan angka ketidakhadiran karyawan akibat sakit
Meningkatkan produktifitas industri
Menurunkan klaim asuransi
Bagi karyawan
Meningkatnya pengetahuan karyawan mengenai health hazard.
Terhindar dari penyakit infeksi saluran pernapasan
Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarga
10. Materi
Terlampir
11. Tahap Kegiatan Promosi
Tahap
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan Sasaran
Pembukaan
(5 menit)
Memperkenalkan diri
Menjawab salam
Menyamakan persepsi
Memperhatikan
Menyampaikan maksud tujuan
Menjawab pertanyaan
ii
Metode
Media
Ceramah
dan
Penyajian
Ceramah,
materi
laptop,
hazard
Menyebutkan faktor penyebab
health hazard
Menyebutkan beberapa cara
masker
Mendemonstrasikan
( 20 menit)
Demonstrasi
(5 menit)
Lcd,
Mengajukan pertanyaan
seputar materi
Mendemonstrasikan
penggunaan masker.
benar.
Memberikan doorprize kepada
karyawan
yang
memperagakan
dapat
penggunaan
Diskusi,
Memberi kesimpulan materi Memperhatikan
Menanyakan umpan balik
Leaflet
penjelasan
Memberikan door prize kepada
Menjawab pertanyaan
karyawan yang dapat menjawab dari penyuluh
pertanyaan
Menyampaikan hasil evaluasi
Menutup
acara
promosi
kesehatan
Membagi Leaflet
ii
MATERI
A. Pengertian Health Hazards
ii
Health Hazard adalah risiko kesehatan yang disebabkan oleh bahan kimia atau
biological yang berpengaruh kurang baik bagi tubuh sehingga menyebabkan
penyakit atau cedera. Kebanyakan paparan zat kimia dengan cara terhirup seperti
uap, gas, debu, asap, atau paparan dan penyerapan zat kimia lewat kulit. Derajat
bahaya yang ditimbulkan tergantung pada lamanya waktu paparan, banyaknya
atau jumlah zat kimia yang terpapar. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
health hazard (Reeze, 2009), yaitu :
1. Faktor Fisik
Adanya radiasi ion dan nonion, kebisingan, getaran dan suhu yang ekstrim.
-
Faktor-faktor ini dapat menyebabkan dampak yang serius pagi para pekerja .
Kebisingan karena peralatan atau mesin didalam tempat kerja pada waktu yang
lama dapat menyebabkan hilangnya ketajaman pendengaran (tuli permanen),
gangguan mental, komunikasi, gangguan pada saat bekerja dan tidur terganggu.
Frekuensi suara yang dapat ditolerir sekitar 50-60 dB, dan ambang maksimal yang
2. Faktor Biologi
Faktor biologi termasuk binatang kecil / kutu, serangga, jamur, virus dan
kontaminasi dengan bakteri. Sanitasi dan aktivitas rumah tangga seperti air yang
dapat diminum, pengolahan makanan, limbah industri, kotoran, kebersihan diri
dapat memperburuk risiko dari biologi hazard jika tidak diperhatikan. Agen atau
ii
perantara biological ditempat kerja termasuk virus, riketsia (organisme yang dapat
menyebabkan penyakit, bakteri dan parasit. Penyakit dapat ditularkan melalui
binatang kepada manusia, atau melalui inhalasi, suntikan, makanan atau kontak
fisik.
3. Faktor Ergonomic
Desain peralatan atau tempat kerja yang tidak sesuai. Penerangan yang kurang,
gerakan yang berulang-ulang dengan posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan.
4. Faktor Kimia
Berasal dari konsentrasi bahan kimia termasuk uap, gas dan zat padat dalam
bentuk debu atau jamur. Bahan-bahan kimia ini dapat mengiritasi tubuh lewat
paparan dengan kulit dan inhalasi yang mengakibatkan infeksi saluran pernapasan
atas (ISPA).
5. Faktor Psikologis
Proses kerja yang rutin dan membosankan, hubungan kerja yang terlalu menekan
atau sangat menuntut, suasana kerja yang serba kurang aman, merupakan stressor
yang mempengaruhi psikis pekerja (Silalahi, 1995).
B. Pencegahan Health Hazard
1) Substitusi
Bahan-bahan yang berbahaya atau terbukti dapat menyebabkan penyakit secara
cepat atau lambat harus ditukar dengan yang lebih aman.
2) Isolasi
Mengisolasi proses yang bising atau pencampuran bahan/larutan yang
menimbulkan gas berbahaya.
3) Ventilasi Penyedotan
Kipas penghisap atau exchaust fan pada tempat-tempat tertentu dipasang, agar gas
yang berbahaya terhisap keluar dan ditukar dengan udara bersih.
4) Ventilasi Umum
Tempat-tempat bekerja bagi karyawan seperti tempat pengemasan atau dapur
produksi harus dilengkapi dengan ventilasi umum untuk memudahkan peredaran
udara.
5) Alat Pelindung Diri
Alat alat yang melindungi tubuh atau sebagian dari tubuh wajib dipakai oleh
karyawan misalnya topi pengaman, masker, respirator, kacamata, sarung tangan,
pakaian kerja, dan sebagainya.
6) Pemeriksaan Kesehatan Pra-karya
ii
Setiap karyawan harus terlebih dahulu melalui pemeriksaan kesehatan umum dan
khusus untuk mengindera kelemahan masing-masing.
7) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan ini untuk mengetahui sedini mungkin apakah faktor-faktor penyebab
penyakit sudah menimbulkan gangguan atau kelainan.
8) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Karyawan yang menunjukkan gejala yang dicurigai ada kaitannya dengan
lingkungan kerjanya, harus dikirim ke klinik spesialis untuk menjalani
pemeriksaan khusus.
9) Penerangan Pra-karya
Sebelum karyawan bekerja, mereka harus menjalani induksi atau perkenalan pada
lingkungan pekerjaan dan semua peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
10) Pendidikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, petugas
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahlinya, harus menjalani pendidikan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara beruntun dan berulang-ulang. Mereka
kemudian mendidik karyawan dalam praktek manufaktur yang baik dan kesehatan
kerja itu sendiri (Silalahi, 1995).
C. Alat Pelindung Diri Masker
1. Penggunaan APD, masker yang benar
Standar penggunaan APD, masker yaitu masker menutupi mulut, dan hidung
bukan menutupi mulut saja atau hidung saja.
2. Masker yang baik atau standar:
Enak dipakai tidak mengganggu kerja
Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya dan dapat dipastikan
mengurangi kecelakaan akibat kerja.
3. Jenis-jenis Masker
a. Masker biasa
Merupakan masker yang biasa digunakan oleh masyarakat umum,
biasanya memiliki bagian luar berwarna hijau muda dan bagian
dalamnya berwarna putih dan hanya dapat dipakai dalam satu kali
pemakaian, atau terbuat dari kain yang dapat dipakai berulang kali.
Masker ini memiliki tali/karet untuk memudahkan terpasang ke
bagian belakang kepala atau telinga.
ii
b. Masker respirator
Masker ini biasanya dipergunakan oleh tenaga kesehatan di bagian
infeksi dan menular. Masker ini biasanya juga dipergunakan oleh
petugas peternakan ketika terjadi wabah flu burung dan dapat
digunakan berulang kali
Hanya saja masker respiratori ini memiliki kekurangan antara lain bagi yang tidak
terbiasa menggunakan, mungkin akan merasa gerah dan sesak sehingga hanya
bertahan beberapa jam saja memakainya. Dan untuk mendapatkan masker ini agak
sulit dan relatif mahal harganya.
DAFTAR PUSTAKA
Dasar-Dasar
Keperawatan
Kesehatan
Masyarakat.
Jakarta:EGC
Reese, Charles D. (2009). Occupational Health and Safety Management. (2nd
ed).USA: CRC Press
Silalahi,
Bennet
N.B.,
dan
Silalahi,
Rumondang.
(1995).
Manajemen
ii
Kozier, B., Erb. G., Berman, A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing
:Concepts, Process, and Practice. 7th Ed. New Jersey : Pearson Education, Inc.
Rankin, Sally H. & Stallings, Karen Duffy. (2001). Patient Education: Principles
& Practice.(4th Ed.) Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Fundamnetal of Nursing : Concept, process and
practice. (7th ed). Jakarta : Salemba Medika.
Anderson, E. dan McFarlen, J. (2007). Keperawatan Komunitas: Teori dan
Aplikasi. (3rd Ed). EGC: Jakarta.
Brunner dan Suddarth. (2005). Medical-Surgical Nursing. Lippincott: Williams
and wilkins
KELAS A
KELOMPOK 4
Adeline Sthevany,
ii
1306489003
1306489294
Riris wijayanti,
1306489350
Torangso Sagala,
1306489395
Makalah Pemicu V
Untuk Mata Kuliah Promkes
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
RahmatNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata ajar
Promosi Kesehatan mengenai Rancangan Promosi Kesehatan di Area Industri
Tekstil.
Dalam penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
Dosen Pembimbing, teman-teman kelompok dan semua pihak yang membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Depok, 23 Oktober 2013
ii
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI.ii
BAB I PENDAHULUAN......................1
A.
B.
C.
D.
Latar Belakang....1
Rumusan Masalah...2
Tujuan .2
Sistematika penulisan..3
BAB II PEMBAHASAN4
A.
B.
C.
D.
ii
LAMPIRAN
ii
ii