Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia
menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan
Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan
Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Padahal kemajuan
perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Faktor keselamatan
kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada
gilirannya pada kinerja perusahaan atau industri. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan
dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh
seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal
tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah
ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan,
yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh
pelayanan kesehatanyang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Sebagai
faktor penyebab,sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas
serta keterampilan pekerjayang kurang memadai. Banyak pekerja yang

ii

meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman


walaupun sudah tersedia.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada
pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Salah satu komponen
yang dapat meminimalisir kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan seperti perawat mempunyai kemampuan untuk menangani
korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana membuat rancangan promosi kesehatan bagi masyarakat di
industri tekstil?
2. Bagaimana proses pelaksanaan rancangan promosi kesehatan bagi masyarakat
di industri tekstil?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami konsep keperawatan kesehatan kerja dalam memberikan
promosi kesehatan kepada masyarakat industri.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan standar tindakan perawat kesehatan kerja.
b. Mampu menjelaskan peran perawat kesehatan kerja dalam area industri.
c. Mampu menjelaskan gangguan kesehatan kerja apa saja yang bisa terjadi
di area industri.
d. Mampu menjelaskan APD apa saja yang dapat melindungi karyawan dari
risiko kecelakaan kerja di area industri
e. Mampu membuat suatu rancangan promosi kesehatan dalam rangka
mengurangi terjadinya gangguan kesehatan kerja atau risiko kecelakaan
kerja.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan pada makalah ini adalah :
BAB I Pendahuluan terdiri dari
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Sistematika Penulisan

ii

BAB II Pembahasan
BAB III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

BAB II
PEMBAHASAN

I.

Konsep Umum Keperawatan Kesehatan Kerja


A. Konsep Keperawatan Kesehatan Kerja
Menurut American Association of Occupational Health Nurses (AAOHN)
tahun 1994 Keperawatan kesehatan kerja adalah tindakan keperawatan khusus

ii

yang menyediakan layanan kesehatan bagi pekerja. Tindakan keperawatan ini


merupakan bagian dari keperawatan komunitas yang berfokus pada promosi
kesehatan, proteksi dan pemulihan kesehatan pekerja dalam lingkup Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Keperawatan kesehatan kerja merupakan perpaduan dan
aplikasi dari prinsip keperawatan, pengobatan, kesehatan lingkungan, toksikologi
dan epidemiologi yang tergabung dalam konsep keselamatan atau keamanan,
hygiene industri (lingkungan tempat kerja dan hubungannya dengan kesehatan)
dan ergonomic (Hitchcock et al, 1999).
Keperawatan kesehatan kerja memberikan pelayanan kesehatan dengan
mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan para pekerja. Perawat
kesehatan kerja bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan bagi pekerja
mulai dari pengkajian status kesehatan pekerja, perawatan bagi pekerja yang sakit
atau mengalami kecelakaan kerja, dan memberikan bimbingan atau konseling bagi
pekerja yang memiliki masalah (Maciag, 1993 dalam Hitchcock et al, 1999).
Perawat juga bertanggung jawab untuk merencanakan intervensi yang baik dan
melaksanakan program kesehatan yang efektif dengan cara mengumpulkan data,
analisis data, perencanaan program yang dibutuhkan untuk mendukung pelayanan
kesehatan.
Perawat kesehatan kerja berperan untuk memelihara kesehatan dan
keselamatan pekerja dengan mengkaji adanya bahaya yang ditimbulkan akibat
pekerjaan, kemungkinan atau risiko terjadinya kejadian yang membahayakan.
Perencanaan yang dilakukan untuk mengatasi kemungkinan adanya bahaya
dilakukan untuk mencegah terjadinya bahaya atau meminimalkan terjadinya risiko
kecelakaan dan kematian para pekerja dan masyarakat sekitar tempat kerja.
Penambahan prioritas dalam perencanaan termasuk pengembangan sistem triage,
hubungan dengan tim komunitas lainnya (seperti pemadam kebakaran, kepolisian,
rumah sakit, dan sebagainya) dan meminimalkan kerusakan property (Hitchcock
et al, 199, p. 324).
B. Standar Tindakan Keperawatan Kesehatan Kerja
Standar Keperawatan Kesehatan Kerja
Dalam melakukan tindakan keperawatan kesehatan kerja, perawat perlu
mengetahui standar-standar untuk melakukan tindakan keperawatan. Adapun
standar tindakan keperawatan kesehatan kerja, yaitu :
1. Pengkajian
ii

Perawat kesehatan kerja melakukan pengkajian status kesehatan klien secara


sistematis.
2. Diagnosis
Mengumpulkan dan menganalisa data untuk membuat diagnosa keperawatan.
3. Mengidentifikasi hasil
Mengidentifikasi hasil yang akan dicapai atau diharapkan dari klien.
4. Perencanaan
Mengembangkan perencanaan keperawatan yang komprehensif dan
menyusun setiap tingkatan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan
sesuai intervensi yang telah ditetapkan.
5. Implementasi
Mengimplementasikan intervensi dengan promosi kesehatan, pencegahan
penyakit dan kecelakaan, rehabilitasi dan bimbingan selama perawatan.
6. Evaluasi
Mengevaluasi respons klien secara sistematis dan berkelanjutan, untuk
memberikan intervensi selanjutnya dan mengevaluasi perkembangan terhadap
hasil atau pencapaian yang diharapkan.
Standar Tindakan Keperawatan Profesional
1. Perkembangan yang Profesional
Perawat kesehatan kerja bertanggung jawab dalam perkembangan professional,
melanjutkan pendidikan, dan mengevaluasi performance individu sesuai dengan
standar tindakan keperawatan.
2. Kualitas
Perawat kesehatan kerja mengamati dan mengevaluasi kualitas dan keefektifan
tindakan keperawatan kesehatan kerja.
3. Kolaborasi
Bekerjasama dengan para pekerja, pimpinan perusahaan, tenaga kesehatan
lainnya, dan komunitas yang mendukung dalam pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan mengevaluasi tindakan keperawatan dan pelayanan kesehatan
yang diberikan.
4. Penelitian
Perawat kesehatan kerja memberikan kontribusi berdasarkan pengetahuan ilmiah
dalam keperawatan kesehatan kerja melalui penelitian, uji kelayakan dan
menggunakan penelitian dalam praktek keperawatan.
5. Etika
Perawat kesehatan kerja menggunakan kerangka etika sebagai panutan dalam
melakukan tindakan keperawatan.
6. Pimpinan

ii

Perawat kesehatan kerja bekerjasama dengan pimpinan perusahaan yang


merupakan sumber dukungan dalam melakukan program kesehatan kerja
(Hitchcock, 1999, p. 325).
C. Peran Perawat Kesehatan Kerja
1. Primary health care
Perawatan berfokus pada pendidikan dan konseling kesehatan sehingga
meningkatkan kesadaran kerja terhadap perawatan diri. Perawat dapat
mengajarkan para tenaga kesehatan kemampuan pemeriksaan sederhana seperti
mengukur suhu, menghitung nadi atau mengecek tekanan darah. Perawat dapat
mengatur mekanisme pertolongan darurat dengan segera pada tempat kerja, dan
memberikan konseling dengan teknik-teknik yang efektif.
2. Promosi kesehatan atau health education
Pengajaran tidak harus formal dan direncanakan, bisa dalam bentuk informal.
Pilih topik-topik yang mudah dikenali dan banyak berkaitan serta mudah
direspon, seperti pola makan yang kurang baik, kebiasaan mengecek tekanan
darah, penggunaan obat-obatan
Buat kelompok pengajaran untuk melancarkan proses diskusi dan pemahaman
Gunakan media yang menarik dan mudah dipahami seperti leaflet, lembar balik.
3. Administrasi
Administrasi erat kaitanya dengan kebijakan perusahaan. Perawat kesehatan kerja
berperan untuk mengarahkan kebijakan-kebijakan perusahaan yang memberi
jaminan dan perlindungan kesehatan tenaga kerja, seperti asuransi kesehatan,
penyediaan alat-alat perlindungan, misalnya masker.
4. Management
Perawat kesehatan kerja perlu membatasi wilayah kerjanya antara dunia bisnis di
tempat ia bekerja dengan peranya sebagai tenaga kesehatan di perusahaan.
Perawat diharapkan dapat bekerja sama dengan para tenaga kerja dan
mengembangkan program promosi dan pemeliharaan kesehatan diwilayah
perusahaan.
5. Kualitas Pelayanan
Perawat kesehatan kerja merancang standar tertentu yang sesuai dengan pelayanan

keperawatan.
Merupakan proses menetapkan standar pelayanan keperawatan, mengevaluasi
pelayanan yang diberikan berdasarkan standar, serta pelaksanaan tindakan untuk
memperbaiki pelayanan yang tidak sesuai dengan standar.

ii

Memperhatikan tanggung gugat dari penerima pelayanan dan merupakan satu-

satunya alat untuk meningkatkan hasil atau produktivitas klien yang optimum.
6. Peneliti (Researcher)
Salah satu peran perawat yang berguna untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan
7. Kolaborasi komunitas
Perawat okupasi bekerjasama dengan tenaga medis, ahli kesehatan industri, staff
keamanan pegawai, bagian menejemen, perwakilan dari tenaga kerja yang
representative dan tenaga kesehatan professional lainya yang dibutuhkan untuk
tujuan konsultasi.
D. Peranan Perawat Dalam Pencegahan Masalah Kesehatan Kerja
Tugas utama petugas kesehatan dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
memlihara hygiene perusahaan, mendeteksi gejala penyakit akibat kerja, dan
mengambil

langkah-langkah

pertolongan

atau

penanggulangan

pertama.

Pencegahan ternyata lebih menguntungkan daripada penanggulangan. Keadaan


kerja yang membosankan atau sangat menekan dapat juga mencetuskan beberapa
penyakit.
Pengobatan Preventif adalah langkah yang paling ekonomis dalam penanganan

kesehatan karyawan.
Pencegahan Tingkat Pertama:
Promosi kesehatan: Pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,
pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, lingkungan
kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seks,

dan

pemeriksaan kesehatan periodic.


Perlindungan khusus: imunisasi, hygene perorangan, sanitasi lingkungan, proteksi
terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.

Pencegahan Tingkat Kedua


1. Diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera
2. Pembatasan titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Pencegahan Tingkat Ketiga


Meliputi rehabilitasi dan mempekerjakan kembali para penderita cacat. Sedapat
mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan cacat di
jabatan-jabatan yang sesuai.

Pemeriksaan Berkala

ii

Meliputi tekanan darah, mata, payudara dan mendeteksi risiko kanker serviks
(papsmear), tes terhadap penyakit paru-paru dan jantung menahun, tes terhadap
lemak darah abnormal, tes kadar gula darah, tes darah terhadap kotoran, dan
pemeriksaan penggunaan terhadap alkohol, stress dan kelainan emosi (Silalahi,
1995).
E. Manajemen Keselamatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan pencegahan kecelakaan atau
pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja bertitik tolak dari konsep
pengendalian kerugian menyeluruh. Doktrin keselamatan dan kesehatan kerja
mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah meniadakan
unsur penyebab kecelakaan dan / atau mengadakan pengawasan yang tepat
(Silalahi, 1995).
Manajemen sebagai satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan
fisik tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik
dari segi perencanaan, maupun pengambilan keputusan dan organisasi. Baik
kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan harus
merupakan bagian dari biaya produksi. Sekalipun sifatnya sosial, setiap
kecelakaan atau tingkat keparahannya tidak dapat dilepaskan dari faktor ekonomi
dalam suatu lingkungan kerja. Pencegahan kecelakaan,

dana pemeliharaan

hygiene dan kesehatan kerja, tidak saja dinilai dari segi biaya pencegahannya
tetapi juga dari segi manusianya. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan operasional yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan cara : 1)
mengungkapkan sebab musabab sesuatu kecelakaan (akarnya), dan 2) meneliti
apakah pengendalian secara cermat dilaksanakan atau tidak. Kesalahan
operasional yang menimbulkan kecelakaan tidak terlepas dari perencanaan yang
kurang lengkap, keputusan-keputusan yang tidak tepat, salah perhitungan dalam
organisasi, pertimbangan, dan praktek manajemen yang kurang mantap.
F. Ketentuan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Undang-undang Pokok Keselamatan dan Kesehatan Kerja No. 1 Tahun 1970
dan undang-undang No. 4 Tahun 1984 tentang ketentuan-ketentuan pokok

ii

pengelolaan lingkungan hidup adalah untuk memberi perlindungan bagi karyawan


dan masyarakat umum dari akses yang mungkin dapat ditimbulkan oleh kegiatankegiatan ekonomi yang relatif baru bagi Indonesia. Undang-undang Keselamatan
Kerja terdiri dari 11 bab, dengan 18 pasal. Ruang lingkup Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, pada Bab I Pasal 1 ayat 1 dengan kegiatan yang diperinci dalam
-

Bab II Pasal 2 ayat 2.


Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha, dimana
terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja

ditempat itu.
Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang bekerja sebagai pekerja tetap maupun tidak
tetap atau pada saat tertentu. Misalnya gardu transformator yang tenaga kerjanya
memasuki ruangan tersebut hanya sementara untuk mengadakan pengendalian,

mengoperasikan instalasi, dan sebagainya.


Bahaya kerja adalah sumber bahaya yang dikaitkan dengan a) keadaan
perlengkapan dan peralatan, b) lingkungan kerja, c) sifat pekerjaan, d) cara kerja,

e) proses produksi.
Instansi yang berwenang merupakan instansi yang berwenang melakukan
pengawasan terhadap ditaatinya undang-undang Keselamatan Kerja ini adalah
Menteri Tenaga Kerja, yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Direktur Jenderal
Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan Pengawasan Norma Kerja / Dirjen Binawas
dan pelaksanaan sehari-harinya dilakukan oleh Direktorat Bina Norma

Keselamatan Kerja dan Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.


Syarat-syarat Keselamatan Kerja diatur dalam Bab III Pasal 3. Dalam ayat 1
dicantumkan arah dan sasaran secara konkret yang harus dipenuhi sesuai dengan
syarat-syarat Keselamatan Kerja yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
Pada Pasal 3 ditetapkan syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Memberi pertolongan pada kecelakaan
c. Memberi alat-alat perlindungan daripada para pekerja
d. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembababan, debu, kotoran, asap, uap

G. Prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Prinsip kesehatan dan keselamatan kerja :
- Semua kecelakaan dan kejadian berbahaya dapat dicegah

ii

Semua tingkatan menejemen bertanggung jawab dalam kesehatan dan

keselamatan kerja
Semua pekerja bertanggung jawab pada diri sendiri, rekan kerja, dan keluarga
yang bekerja pada suatu area yang berisiko, untuk menjaga kesehatan dan

keselamatan mereka
Mengeliminasi kecelakaan dan kejadian berbahaya dimana pimpinan menjamin
semua pekerja telah terlatih untuk mengerjakan pekerjaan mereka secara efisien

dan tetap menjaga kesehatan dan keselamatan pada saat bekerja.


Semua pekerja harus terlibat dalam lingkungan kesehatan, keselamatan dan proses
produksi (Reese, 2009).

H. Health Hazards (Bahaya Bagi Kesehatan)


Health Hazard (bahaya bagi kesehatan) disebabkan oleh bahan kimia atau
biological yang berpengaruh kurang baik bagi tubuh sehingga menyebabkan
penyakit atau cedera. Kebanyakan paparan zat kimia dengan cara terhirup seperti
uap, gas, debu, asap, atau paparan dan penyerapan zat kimia lewat kulit. Derajat
bahaya yang ditimbulkan tergantung pada lamanya waktu paparan, banyaknya
atau jumlah zat kimia yang terpapar. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
health hazard (bahaya bagi kesehatan) (Reeze, 2009), yaitu :
1. Faktor Fisik
Adanya radiasi ion dan nonion, kebisingan, getaran dan suhu yang ekstrim.
-

Faktor-faktor ini dapat menyebabkan dampak yang serius pagi para pekerja .
Kebisingan karena peralatan atau mesin didalam tempat kerja pada waktu yang
lama dapat menyebabkan hilangnya ketajaman pendengaran (tuli permanen),
gangguan mental, komunikasi, gangguan pada saat bekerja dan tidur terganggu.
Frekuensi suara yang dapat ditolerir sekitar 50-60 dB, dan ambang maksimal

yang dapat mencederai pendengaran adalah sekitar 120 dB.


Temperature yang tinggi dalam tempat kerja, lingkungan yang panas dapat
mengakibatkan para pekerja hyperpirexia, kekurangan cairan (dehidrasi),
sedangkan

temperature

yang

rendah

dapat

menyebabkan

hypotermi,

ekstremitas seperti jari-jari tangan dan kaki, telinga dan hidung akan terasa
kaku, kebas atau mati rasa, sehingga memungkinkan terjadinya risiko
-

kecelakaan kerja.
Paparan radiasi ionizing (partikel alfa, beta, sinar gamma, dan neutron) dapat
menyebabkan kerusakan pada sel-sel tubuh, kelainan pada kulit, mata, seperti
sinar-X, radiasi nuklir, radiasi sinar kosmik dari matahari.

ii

Paparan radiasi nonionizing tidak sama berbahaya dibanding dengan radiasi


ionizing. Radiasi nonionizing berasal dari lampu, matahari, laser, radar siaran

radio atau televisi.


Frekuensi getaran dari peralatan dalam tempat kerja berkisar antara 40 dan 90
Hz dapat menyebabkan kerusakan pada sistem sirkulasi dan sistem saraf.
Getaran dapat menyebabkan timbulnya masalah pernafasan, nyeri abdomen,
ketegangan pada otot.

2. Faktor Biologi
Faktor biologi termasuk binatang kecil / kutu, serangga, jamur, virus dan
kontaminasi dengan bakteri. Sanitasi dan aktivitas rumah tangga seperti air yang
dapat diminum, pengolahan makanan, limbah industri, kotoran, kebersihan diri
dapat memperburuk risiko dari biologi hazard jika tidak diperhatikan. Agen atau
perantara biological ditempat kerja termasuk virus, riketsia (organisme yang dapat
menyebabkan penyakit, bakteri dan parasit. Penyakit dapat ditularkan melalui
binatang kepada manusia, atau melalui inhalasi, suntikan, makanan atau kontak
fisik.
3. Faktor Ergonomic
Desain peralatan atau tempat kerja yang tidak sesuai, kesalahan konstruksi
mesin,

penerangan yang kurang, gerakan yang berulang-ulang dengan posisi

yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dan kecelakaan.


4. Faktor Kimia
Berasal dari konsentrasi bahan kimia termasuk gas, uap panas dan zat padat
-

dalam bentuk debu atau jamur.


Gas yang beracun, mengakibatkan keracunan gas, iritasi saluran pernafasan.

Peradangan saluran pencernaan


Uap panas, jamur dapat mengiritasi jaringan kulit
Debu yang terlalu banyak di ruangan kerja, sering mengakibatkan ganguan pada
pernafasan seperti ISPA

5. Faktor Psikologi
Stressor yang mempengaruhi psikis pekerja, antara lain :
- Proses kerja yang rutin dan membosankan
- Hubungan kerja yang terlalu menekan atau sangat menuntut
- Suasana kerja yang serba kurang aman
- Komunikasi yang buruk dengan atasan maupun rekan kerja
- Jam kerja yang terlalu panjang dan tidak adanya rotasi kerja
- Aturan perusahaan yang tidak jelas
- Beban kerja yang berlebihan
- Kurang lengkapnya peralatan kerja dan sarana serta fasilitas kerja
ii

Pengawasan kerja yang kurang memadai


Tidak di ikut sertakan dalam pengambilan keputusan
Perkembangan karir (Silalahi, 1995).

I. Pencegahan Health Hazard


1) Substitusi
Bahan-bahan yang berbahaya atau terbukti dapat menyebabkan penyakit
secara cepat atau lambat harus ditukar dengan yang lebih aman.
2) Isolasi
Mengisolasi proses yang bising atau pencampuran bahan/larutan yang
menimbulkan gas berbahaya.
3) Ventilasi Penyedotan
Kipas penghisap atau exchaust fan pada tempat-tempat tertentu dipasang,
agar gas yang berbahaya terhisap keluar dan ditukar dengan udara bersih.
4) Ventilasi Umum
Tempat-tempat bekerja bagi karyawan seperti tempat pengemasan atau
dapur produksi harus dilengkapi dengan ventilasi umum untuk
memudahkan peredaran udara.
5) Alat Pelindung
Alat alat yang melindungi tubuh atau sebagian dari tubuh wajib dipakai
oleh karyawan misalnya topi pengaman, masker, respirator, kacamata,
sarung tangan, pakaian kerja, dan sebagainya.
6) Pemeriksaan Kesehatan Pra-karya
Setiap karyawan harus terlebih dahulu melalui pemeriksaan kesehatan
umum dan khusus untuk mengindera kelemahan masing-masing.
7) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan ini untuk mengetahui sedini mungkin apakah faktor-faktor
penyebab penyakit sudah menimbulkan gangguan atau kelainan.
8) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Karyawan yang menunjukkan gejala yang dicurigai ada kaitannya dengan
lingkungan kerjanya, harus dikirim ke klinik spesialis untuk menjalani
pemeriksaan khusus.
9) Penerangan Pra-karya
Sebelum karyawan bekerja, mereka harus menjalani induksi atau
perkenalan pada lingkungan pekerjaan dan semua peraturan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
10) Pendidikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Setiap penyelia, mandor, anggota Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahlinya,

ii

harus menjalani pendidikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara


beruntun dan berulang-ulang. Mereka kemudian mendidik karyawan
dalam praktek manufaktur yang baik dan kesehatan kerja itu sendiri
(Silalahi, 1995).

II.

Gangguan Kesehatan Dalam Industri


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya perlindungan
yang ditujukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya, agar
tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat
dan sehat. Potensi-potensi yang dapat menimbulkan bahaya dapat berasal dari
mesin, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja dan proses produksi. Masalah
kesehatan dan keselamatan kerja sering membutuhkan masukan dari berbagai
sumber, seperti dokter, ahli kesehatan, ahli keamanan, dan perawat, serta
pengusaha, karyawan, dan perwakilan bidang keselamatan. Untuk menemukan
solusi idealnya melibatkan pendekatan tim untuk memecahkan masalah yang
sering memperhatikan tahapan sebagai berikut :
a. Menilai resiko
b. Memutuskan apa yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko
c.
Memutuskan siapa orang yang tepat untuk melakukan pekerjaan itu,
tergantung pada situasi tertentu, persyaratan yang khusus dan keahlian
mereka (John & Sons, 2008).
Perawat kesehatan kerja harus memahami potensi risiko kesehatan yang
aktual yang terkait dengan keadaan individu individu yang telah diterapkan. Hasil
dari penilaian tersebut dilaporkan kembali ke perusahaan dalam hal tingkat
kesegaran pekerja. Menurut John & Sons, (2008)

pemeriksaan kesehatan pra-

kerja adalah kegiatan yang dilakukan setiap pelayanan kesehatan kerja, dengan
tanggung jawab utama dalam hal ini diawali pada perawat kesehatan kerja. Dalam
beberapa kasus penilaian risiko kesehatan merupakan persyaratan yang khusus
dengan standar ketahanan spesifik dan membutuhkan masukan dari petugas
kesehatan professional lainnya. Beberapa hal yang relevan dengan penilaian
resiko kesehatan di seluruh area tempat kerja, seperti :

ii

Peraturan kerja Manajemen kesehatan dan keselamatan


Peraturan kesehatan untuk kontrol zat berbahaya
Peraturan kesehatan dan keselamatan (konsultasi dengan karyawan)
Akses laporan medis.
Pedoman nasional yang harus di ikuti berkaitan dengan tempat kerja
tertentu, seperti bimbingan yang dihasilkan oleh departemen kesehatan untuk
pengaturan perawatan kesehatan misalnya: izin kesehatan Tuberculosis, Hepatitis
B, Hepatitis C, dan HIV, tenaga kesehatan baru (DOH

(2007) dalam John

(2008)).
ILO (1986), mendefinisikan bahaya kerja (work hazard) adalah suatu
sumber potensi kerugian atau situasi yang berhubungan dengan pekerja, pekerjaan
dan lingkungan kerja yang berpotensi menyebabkan kerugian dan gangguan.
Gangguan mental psikologis

akibat hubungan kerja tidak baik, jenis

pekerjaan yang monoton, upah kerja terlalu rendah akan mengakibatkan stres,
mempengaruhi gairah kerja menurun, mudah terjadi kecelakaan kerja, semangat
kerja menurun, yang pada akhirnya menurunkan produktivitas kerja (Efendi
1998).
Jadwal kerja juga mempengaruhi terhadap kesehatan seperti jadwal kerja
shif dan jam kerja yang panjang/kerja jangka panjang. Jadwal kerja yang tidak
fleksibel, jam kerja yang tidak dapat di perkirakan dan jam kerja yang panjang
adalah salah satu pokok yang termasuk dalam jadwal kerja. Sehubungan dengan
shif kerja, penelitian menunjukkan bahwa kerja shif merupakan sumber utama
dari stress bagi pekerja pabrik (Monk & Tepas,1985). Para pekerja shift lebih
sering mengeluh tentang kelelahan dan ganggua pencernaan dari pada pekerja
pagi/siang dan dampak dari kerja shif terhadap kebiasaan makan yang mungkin
menyebabkan gangguan-gangguan pada pencernaan. Masalah-masalah kesehatan
kerja yang menurunkan produktivitas, antara lain:
1. Penyakit-penyakit umum yang diderita pekerja seperti TBC, jantung dan
sebagainya
2. Penyakit-penyakit yang timbul akibat kerja seperti pneumoconiosis,
dermatosis, ISPA, dan lain sebagainya

ii

3. Keadaan gizi yang kurang baik


4. Lingkungan kerja yang kurang menunjang peningkatan produktivitas,
misalnya suhu, kelembapan, ventilasi, penerangan dan sebagainya
5. Kesejahteraan tenaga kerja yang kurang memadai
6. Fasilitas kesehatan perusahaan yang kurang memadai
7. Penerapan perundang-undangan yang belum dapat dilaksanakan sepenuhnya
Tingkat pencegahan gangguan kesehatan dan kecelakaan akibat kerja :
a.
b.
c.

Peningkatan kesehatan (Health Promotion)


Pendidikan kesehatan pada pekerja
Peningkatan dan perbaikan gizi pekerja
Perkembangan kejiwaan pekerja yang sehat
Rekreasi bagi pekerja
Penyediaan tempat dan lingkungan kerja yang sehat
Pemeriksaan sebelum bekerja
Perhatian terhadap faktor keturunan
Perlindungan khusus (Specific Protection)
Pemberian imunisasi
Higiene kerja yang baik
Sanitasi lingkungan kerja yang sehat
Perlindungan diri terhadap bahaya-bahaya pekerjaan
Pengendalian bahaya akibat kerja agar dalam keadaan aman
Perlindungan terhadap faktor karsinogen
Menghindari sebab-sebab alergi
Penyesuaian pekerja dengan mesin
Diagnosa dini dan pengobatan yang tetap (Early diagnosis

promptreatment)
Mencari tenaga kerja baik perorangan atau kelompok yang mengalami

gangguan kesehatan tertentu


General ceck up secara teratur terhadap pekerja dengan tujuan untuk

and

mengobati dan mencegah proses penyakit, mencegah penularan dan


komplikasi
- Penjaringan ( Skrining )
d. Pencegahan kecacatan ( Disability Limitation)
- Pengobatan yang adekuat untuk mencgah dan menghentikan proses penyakit
- Perawatan yang baik
- Penyediaan fasilitas untuk membatasi keacatan dan mencegah kematian
e. Pemulihan (Rehabilitation)
- Latihan untuk melatih kemampuan yang ada
- Menyediakan tempat kerja yang dilindungi
- Penempatan tenaga cacat secara selektif
- Pendidikan masyarakat untuk menggunakan tenaga cacat.
III.

Ketidakpatuhan Terhadap Penggunaan APD

ii

Perubahan perilaku sehat adalah fenomena siklik ketika individu menjalani


beberapa tahapan. Pada tahap pertama individu tidak berpikir serius untuk
mengubah

perilaku,

saat

mencapai

tahap

akhir

seseorang

berhasil

mempertahankan perubahan perilaku. Beberapa model perubahan perilaku telah


diajukan (Kozier, 2004).
Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu
memelihara dan menjaga kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan
dari, oleh, dan untuk masyarakat, artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan
melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen
masyarakat (Eldemen, 2006).
Jadi hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah
pembentukan dan perubahan perilaku, karena perubahan perilaku merupakan
tujuan pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang programprogram kesehatan yang lainnya.Jika kita menemukan cara untuk mencari
manfaat dari kesehatan terhadap kepekaaan dan perilaku yang responsif dan
penyesuaian gaya hidup yang kondusif pada kesehatan, maka dalam profesi
kesehatan kita harus menemukan arti yang paling efektif dari manfaat kesehatan
untuk semua baik dari tingkah laku serta ketidakpatuhan klien terhadap apa yang
ditetapkan.
Dalam perubahan perilaku seseorang ada kaitannya dengan motivasi
seseorang untuk berubah serta model-model proses keperawatan yang berkaitan
dengan tahapan perubahan perilaku seseorang. Adapun salah satu model proses
keperawatan yang berkaitan dengan ketidakpatuhan penggunaan alat pelindung
diri bagi pekerja diarea industri menurut Rankin (2010) adalah model proses
keperawatan The Health Belief Model.
Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangkan sebagai kerangka
utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia dan telah
mendorong penelitian perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an. Health belief
model juga diuraikan dalam usaha mencari cara menerangkan perilaku yang
berkaitan dengan kesehatan dan digunakan untuk meramalkan perilaku
peningkatan kesehatan. Health Belief Model merupakan model kognitif yang
dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan.

ii

Menurut model ini kemungkinan individu akan melakukan tindakan


pencegahan tergantung dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu
ancaman yang dirasakan dari sakit dan pertimbangan tentang keuntungan dan
kerugian (manfaat) dari perilaku kesehatan. Model ini digunakan pada kondisi
menangani pasien karena model ini mengajarkan tentang pendekatan secara
individu. Tujuan dari promosi kesehatan serta pendidikan kesehatan yang
dilakukan pada pekerja di area industri tekstil yang salah satunya adalah untuk
merubah perilaku individu terkait dengan Health Belief Model.
Gambaran umum pada sebagian pekerja di industri tekstil terhadap
penyakit dan kecelakaan kerja, khususnya akibat ketidakpatuhan dalam
penggunaan APD yaitu:
a. Tidak pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) terutama pada
penggunaan masker. Mereka menganggap adanya kerugian dan kentungan bagi
mereka, kerugiannya adalah sebagian dari mereka merasa terganggu akan
penggunaan masker dimana mereka bekerja, alasannya risih atau terganggu
karena tertutupnya saluran pernapasan mereka yaitu hidung, akan tetapi ada
sebagian dari para pekerja di area industri mengetahui akan keuntungan dari
penggunaan masker, mereka mengetahui apa dampak yang akan terjadi jika
mereka tidak menggunakan masker.
b. Para pekerja pada umumnya merasa tidak nyaman akan penggunaan alat
pelindung diri seperti masker, mereka merasa risih atau terganggu dengan masker
(penutup hidung) yang mengganggu saluran nafas pada saat mereka bekerja, oleh
sebab itu mereka tidak patuh akan penggunaan alat pelindung diri seperti masker.
c. Kurangnya pengetahuan pekerja pada umumnya tentang manfaat Alat Pelindung
Diri (APD) untuk mencegah Health Hazard yang dapat menyebabkan penyakit
terutama penyakit resiko tinggi ISPA.
d. Tidak tersedianya Alat Pelindung Diri (APD) oleh pengelola. Alasan sebagian
para pekerja tidak patuh akan penggunaan alat pelindung diri seperti masker
karena tidak tersedianya alat tersebut.
Ada juga ditemukan sebagian pekerja di area industri yang patuh dalam
penggunaan APD antara lain para pekerja mengetahui akan dampak dari
ketidakpatuhan dalam penggunaan APD terutama penggunaan masker, jika

ii

masker tidak dipakai mereka mengetahui apa yang akan terjadi penyakit gangguan
pernapasan seperti penyakit ISPA. Mereka patuh akan penggunaan APD karena
mereka mengetahui akan pentingnya penggunaan APD dan itu merupakan
ancaman bagi mereka jika tidak patuh dalam penggunaan APD. Tetapi pada
umumnya para pekerja tidak patuh dalam penggunaan APD daripada yang patuh
dalam penggunaan APD.
Pemakaian APD harus dianggap sebagai garis pertahanan terakhir dan
hanya akan digunakan ketika pengendalian mesin menjadi sulit dan tidak efektif,
namun APD dapat digunakan sesuai dengan potensi bahaya yang ada di tempat
kerja dan lingkungan kerja. Dalam prilaku kesehatan, penyakit yang menimbulkan
ketidakseimbangan akan lebih mudah diintervensi karena pada dasarnya manusia
memang selalu meghindari keadaan yang tidak nyaman.
IV.

Rancangan promosi kesehatan di area industri : Pencegahan penyakit akibat


kerja di area industri tekstil
Rencana promosi kesehatan harus disusun berdasarkan kebutuhan,
keinginan, dan prioritas klien. Usahakan melibatkan klien dalam menentukan
tujuan promosi kesehatan, tindakan atau intervensi untuk mencapai tujuan ini,
frekuensi dan durasi tindakan, dan metode evaluasi. Selama proses perencanaan
perawat berindak sebagai narasumber, bukan sebagai penasihat atau konselor.
Dalam rancangan ini kelompok 4 fokus dalam kegiatan upaya promosi kesehatan
di area industri tekstil yang sasaran utamanya adalah masyarakat industri tekstil /
orang yang berada dan terlibat dalam operasioanal industri tekstil tersebut,
diantaranya pengelola industri, pekerja, dan orang yang ada di dalam lingkungan
industri tekstil. Peran tenaga kesehatan yang dibantu oleh Paramedis Higiene
Perusahaan dan kesehatan kerja adalah memelihara higiene perusahaan,
mendeteksi gejala penyakit akibat kerja, dan mengambil langkah pertolongan atau
penanggulangan pertama terhadap masalah kesehatan yang ditimbulkan di area
industri tekstil. Perusahaan mengenal dua kategori penyakit yang diderita tenaga
kerja : penyakit umum, adalah semua penyakit yang mungkin diderita oleh setiap
orang, dan penyakit akibat kerja yaitu suatu penyakit yang timbul setelah seorang
pekerja yang sebelumnya sehat saat memulai pekerjaannya. Faktor faktor

ii

penyebab penyakit akibat kerja mencakup fisik, kimia, biologi, ergonomic dan
psikologis.
Beberapa penyakit akibat kerja
Bagian Tubuh yang

Gejala

Penyebab

Mata

Kemerahan, gatal, iritasi, buta

Asap, ozone, ammonia, debu

Kepala

Pusing, sakit kepala

logam,asam, radiasi ultraviolet


Larutan, gas, suhu tinggi,

Otak dan sistem syaraf

kebisingan, karbonmonoksida
Ketegangan, gelisah, gemetar, Kebisingan, timah, DDT, air

Telinga

gangguan bicara
Berdengung,

Hidung dan tenggorokan

sementara dan tuli


Bersin,
batuk,

terganggu

raksa, larutan benzene


kepekaan Bunyi dan getaran
radang Ammonia, larutan, soda api,

kerongkongan, kanker hidung


Dada dan paru- paru

Emphysema,

sesak

Otot dan punggung

batuk kering, gejala flu


Perih dan kaku

debu, fume, serbuk kayu,emisi

dapur kokas
nafas, Debu kapas,

TDI,

ozozne, asbestos
Mengangkat
membungkuk,

berat,
getaran

dan

Hati

posisi yang tidak nyaman


Kurang nafsu makan, sakit Larutan, karbon tetrachloride

Ginjal dan urinaria

kuning, kanker, cirrosis


Nyeri pinggang, gangguan Timah, arsenik, gas anastetis,

Sistem

reproduksi

integumen / kulit

buang air kecil, kanker


pewarna dan benzena
dan Mandul, impotensi, kelainan DES, Timah, xylenen, benzene,
kongenital,

keguguran

dan arsenik, aspal, radiasi

gatal-gatal pada kulit, bisul

Upaya pencegahan yang dilakukan oleh perusahaan antara lain:


-

larutan,

Substitusi: mengganti bahan yang berbahaya dengan bahan yanga aman.


Isolasi: Mengisolasi proses yang bising atau pencampuran bahan / larutan yang
berbahaya.

ii

Ventilasi penyedot: Pemasangan exchauset fan di temapt yang menghasilakan uap

berbahaya
Ventilasi umum: Pemasangan jendela/ ventilasi yang memadai di tempat pekerja

bekerja.
Penggunaan alat pelindung diri; Mewajibkan seluruh pekerja menggunakan alat

pelindung diri bila memasuki area tempat kerja.


Pemeriksaan kesehatan pra- karya: Screening awal perekrutan pekerja.
Penerangan pra- karya: Orientasi lingkungan kerja untuk pra-karya agar mengenal

lingkungan kerja dan agar berhati- hati dalam bekerja


Pemerikasaan kesehatan berkala: Pemeriksaan awal untuk mendeteksi dini

penyakit akibat kerja.


Pendidikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja: untuk mewujudkan kesejahteraan
kesehatan bagi pekerja

a. Gambaran Umum Industri


Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti
sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat
regeonal, nasional maupun internasional dilakukan oleh setiap perusahaan secara
kompetitif. Industri tidak terlepas dari sumber daya manusia yang diharapkan
menjadi sumber daya yang siap pakai dan mampu membantu tercapainya tujuan
perusahaan dalam bidang yang dibutuhkan. Apabila tenaga kerja diperlakukan
secara tepat dan sesuai dengan harkat dan martabatnya maka perusaan akan
mencapai hasil yag sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam kegiatan
keselamatan kerja mulai dari persiapan proses merencanakan dan mengendalikan
situasi yang bepotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur
operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja. ( Rika Ampuh Hadiguna,
2009). Kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi
dan rasa takut yang disebabkan lingkungan kerja.
Peran tenaga kesehatan yang mengurusi problematika kesehatan
menyeluruh dari tenaga kerja, yang artinya mempunyai tugas dalam usaha kuratif,
pereventif, penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaan dan hygiennya. Hal ini
sejalan dengan konsep menejemen modern yang menitikberatkan kepada
pengendalian kerugian. Untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman,
hygiene dan nyaman serta tenaga kerja yang sehat, selamat dan produktif. Selaras
dengan ISO 14000 yang meliputi keselamatan kerja, kesehatan kerja dan
kesehatan lingkungan. Pengetahuan kesehatan akan mempengaruhi perilaku
ii

sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan.


Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada indikator kesehatan
yang meningkat. Dalam mewujudkan visi dan misi pendidikan / promosi
-

kesehatan ada tiga strategi pokok yang dilakukan oleh WHO, meliputi:
Advocacy (advokasi), melakukan pendekatan atau lobbying dengan para pembuat
keputusan setempat agar mereka menerima dan berkomitmen yang akhirnya
bersedia mengeluarkan kebijakan / keputusan untuk membantu dan mendukung

program tersebut.
Social support (dukungan sosial), melakukan pendekatan dengan orang yang

berpengaruh di lingkungan tersebut.


Empowerment (Pemberdayaan masyarakat), petugas dalam hal ini tenaga
kesehatan bersama masyarakat berperan dalam promosi kesehatan yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat untuk hidup
sehat.
Di area industri tekstil, masyarakat yang dimaksud disini adalah pengelola,
pekerja, dan individu yang terlibat dalam kegiatan industri. Bagi setiap
pengusaha, preventif / pencegahan jauh lebih menguntungkan daripada
penanggulangan.

b. Tujuan
- Agar masyarakat industri mencapai derajat kesehatan yang optimal baik fisik,
-

mental, dan sosial.


Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja sebagai salah satu unsur

yang sangat penting dari kesejahteraan pekerja.


Meningkatkan gairah kerja, efisien, produktivitas dan moril kerja faktor manusia

dalam setiap sektor kegiatan ekonomi


Perlindungan masyarakat industri dari penyakit akibat kerja
Kepatuhan dan kesadaran pekerja dalam menggunakan Alat Pelindung Diri

c.
-

(APD ) saat bekerja


Peningkatan kesejahteraan pekerja dengan pengaturan gizi bagi pekerja
Pengaturan jam kerja yang sesuai dengan standar dan perundangan yang berlaku
Penetapan prioritas
Perlindungan dan pencegahan penyakit akibat kerja: ISPA
Kepatuhan masyarakat industri tekstil tentang penggunan Alat Pelindung Diri saat

berada di area industri


- Peningkatan kesehatan optimal pada masyarakat industri tekstil
d. Waktu

ii

Pengaturan waktu pembelajaran dalam promosi kesehatan juga penting,


karena berpengaruh pada perhatian yang besar dan konsentrasi masyarakat
industri tekstil. Atur waktu pembelajaran saat masyarakat industri sedang istirahat
agar memiliki perhatian yang besar, reseptif dan sadar. Sesi pengajaran jangan
terlalu pendek ataupun terlalu lama. Umumnya waktu yang sering digunakan
adalah 20 menit, sehingga lebih mudah ditoleransi dan mampu memperahankan
minat.
Frekuensi pengajaran tergantung pada kemampuan masyarakat industri
tekstil dalam memahami materi promosi kesehatan dan kerumitan materi yang
diberikan. Interval antar sesi pengajaran jangan terlalu panjang karena
dikhawatirkan masyarakat industri tekstil akan lupa informasi yang sebelumnya
telah diberikan.
e. Pengaturan Materi Pengajaran
Agar efektif, urutkan informasi yang akan diberikan. Materi yang diberikan
dari yang sederhana ke materi yang lebih kompleks. Awali setiap instruksi dengan
masalah utama. Ciptakan suasana yang nyaman dalam kegiatan promosi
kesehatan (ceramah dan diskusi ). Pilih metode promosi edukasi kesehatan yang
sesuai dengan sasaran.
f. Pelayanan kolaboratif
Peran Paramedis Higiene perusahaan sangat di perlukan untuk mencapai
tujuan promosi kesehatan di area industry. Dalam perencanaan pilih metode
pengajaran yang sesuai, motivasi masyarakat industri tekstil untuk memberikan
saran dan lakukan rujukan kepada professional pelayanan kesehatan lain jika
sesuai. Hal ini perlu dilakukan terutama pada kebutuhan masyarakat industri
tekstil yang kompleks.
Pender et al (2002) dalam Potter P.A & Perry G.A (2009) menjabarkan
langkah-langkah penyusunan rencana promosi perlindungan kesehatan bersama,
yaitu:
1. Mengidentifikasi tujuan kesehatan dan pemilihan perubahan perilaku terkait.
Masyarakat industri tekstil memilih 2 atau 3 prioritas utama tujuan
kesehatan, memprioritaskannya dan meninjau pemilihan perubahan perilaku
masyarakat industri tekstil
2. Mengidentifikasi perilaku atau hasil kesehtan.

ii

Setiap tujuan yang terpilih pada langkah 1, tentukan perubahan perilaku


spesifik yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
3. Menyusun rencana perubahan perilaku.
Masyarakat industri tekstil mungkin perlu dibantu dalam mengkaji ketidak
konsistenan perilaku yang dirasa bermanfaat dan dalam menentukan perilaku
yang paling menarik dan yang paling ingin mereka coba.
4. Mengulang pertanyaan manfaat perubahan.
5. Membahas pendukung dan kendala lingkungan dan interpersonal terhadap
preubahan.
Faktor lingkungan dan interpersonal yang mendukung perubahan positif
harus digunakan untuk menguatkan usaha masyarakat industri tekstil
mengubah gaya hidup.
6. Menentukan kerangka waktu untuk implementasi.
Dengan menyusun kerangka waktu, pengetahuan dan keterampilan yang
sesuai dapat dikembangkan sebelum perilaku baru di implementasikan.
7. Komit terhadap tujuan perubahan perilaku.
Pembuatan kontrak didasarkan pada keyakinan bahwa semua orang
memiliki untuk potensi untuk tumbuh dan hak putusan mandiri, meskipun
pilihan mereka mungkin sedikit berbeda.
Berdasarkan kasus pemicu 5 kami merencanakan rancangannpromosi kesehatan
pada masyarakat industri tekstil :
a. Tujuan Edukasi Kesehatan :
1. Masyarakat industri tekstil mengetahui tentang pengertian penyakit akibat
kerja :ISPA
2. Masyarakat industri tekstil mengetahui tentang faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya penyakit ISPA
3. Masyarakat industri tekstil mengetahui tanda dan gejala serta penanganan
dari penyakit ISPA.
4. Masyarakat industri tekstil mengetahui jenis jenis alat pelindung diri
(APD)
5. Masyarakat industri tekstil memahami dan menyadari pentingnya
pemakaian alat pelindung diri saat bekerja
6. Masyarakat industri tekstil bisa dan mampu menggunakan alat pelindung
diri secara benar sesuai dengan standar yang berlaku.
b. Penentuan prioritas
Kami memprioritaskan pembelajaran dalam upaya perlindungan dan
pencegahan penyakit akibat kerja ( ISPA ) dan penekanan akan pentingnya
kesadaran pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri saat bekerja.

ii

c. Waktu
Waktu yang kami rencanakan pada pemberian promosi kesehatan pada
masyarakat industri tekstil ini selama 30 menit, dengan mempertimbangkan
konsentrasi dan minat yang tetap besar atau baik.
d. Pengaturan Materi Pengajaran
Kegiatan promosi kesehatan di area industri tekstil ini diawali dengan
penyebaran brosur atau propaganda poster yang di pasang di area industri tekstil
yang isinya undangan bagi masyarakat industri tekstil untuk hadir dalam kegiatan
pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan di lingkungan industri
tekstil. Dalam pelaksanaan edukasi kesehatan urutkan materi pendidikan.
e. Pelayanan kolaboratif
Dalam hal ini kami belum merencanakan untuk melakukan rujukan ke
profesional lain.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam lingkungan kerja health hazard banyak menimbulkan gangguan
kesehatan atau kecelakaan kerja. Oleh karena itu, keperawatan kesehatan kerja
memiliki peranan penting dalam mencegah, merawat dan memelihara kesehatan
para pekerja dalam suatu komunitas dengan melakukan promosi kesehatan.
Sebelum merancang suatu program promosi kesehatan dalam lingkungan
kerja khususnya area industri, perawat harus benar-benar mengkaji terlebih dahulu

ii

apa yang menjadi masalah atau kebutuhan klien di area industri, agar bermanfaat
bagi klien. Dan perlu dikaji juga mengenai tahap perubahan klien sampai pada
tahap apa, sehingga perawat mengetahui hal-hal apa saja yang perlu ditekankan
saat memberikan promosi kesehatan.
B. Saran
Promosi kesehatan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam rangka
pencegahan primer khususnya di area industri dan berfokus pada tiga perubahan
perilaku baik kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga membantu mengurangi
risiko kembalinya klien ke pelayanan kesehatan dengan penyakit yang sama.
Sehingga perawat harus membekali kemampuannya dalam hal ini.

LAMPIRAN
SATUAN ACARA PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
1.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.
5.
a

Topik
: Masker Menghindari Infeksi Saluran Pernapasan Atas
Pokok Bahasan
: Health Hazard dan APD, masker
Subpokok Bahasan :
Pengertian health hazard
Faktor penyebab health hazard
Beberapa cara pencegahan health hazard
Kriteria APD, masker yang baik
Jenis-jenis APD, masker
Penggunaan APD (masker) yang benar
Sasaran
: Karyawan industri tekstil
Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Minggu, 20 Oktober 2013

ii

Waktu
Sesi I
: Pukul 10.00 s.d 10.40 am (untuk karyawan sip malam)
Sesi II
: Pukul 07.00 s.d 07.40 pm (untuk karyawan sip pagi)
c Tempat
: Gedung pelatihan karyawan Lantai 5
6. Metode
: Ceramah, demonstrasi
7. Media
Media pra kegiatan
Satu minggu sebelum acara ditempel beberapa poster untuk mempromosikan
kepada karyawan tentang kegiatan. Poster ditempel di tempat-tempat umum di
area industri.
Media saat kegiatan: Lcd, laptop, Leaflet.
8. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Meningkatkan pengetahuan karyawan industri mengenai health hazard.
b. Tujuan Insruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti uraian penyuluhan mengenai health hazard setiap peserta
1.
2.
3.
4.
5.
6.

diharapkan dapat:
Menyebutkan pengertian health hazard
Menyebutkan faktor penyebab health hazard
Menyebutkan beberapa cara pencegahan health hazard
Kriteria APD, masker yang baik
Jenis-jenis APD, masker
Mendemonstrasikan penggunaan APD, masker yang benar.

9.
a.

b.

Manfaat
Bagi industri
Menurunkan angka ketidakhadiran karyawan akibat sakit
Meningkatkan produktifitas industri
Menurunkan klaim asuransi
Bagi karyawan
Meningkatnya pengetahuan karyawan mengenai health hazard.
Terhindar dari penyakit infeksi saluran pernapasan
Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarga

10. Materi
Terlampir
11. Tahap Kegiatan Promosi
Tahap

Kegiatan Penyuluh

Kegiatan Sasaran

Pembukaan
(5 menit)

Memperkenalkan diri
Menjawab salam
Menyamakan persepsi
Memperhatikan
Menyampaikan maksud tujuan
Menjawab pertanyaan
ii

Metode
Media
Ceramah

dan

dilaksanakan promosi kesehatan


Menggali
pengetahuan
karyawan industri

Penyajian

Menyebutkan pengertian health


Menyimak penjelasan

Ceramah,

materi

laptop,

hazard
Menyebutkan faktor penyebab

health hazard
Menyebutkan beberapa cara

pencegahan health hazard


Menyebutkan kriteria APD,

masker yang baik


Menyebutkan jenis-jenis APD,

masker
Mendemonstrasikan

( 20 menit)
Demonstrasi

(5 menit)

Lcd,

Mengajukan pertanyaan
seputar materi
Mendemonstrasikan
penggunaan masker.

penggunaan APD, masker yang

benar.
Memberikan doorprize kepada
karyawan

yang

memperagakan

dapat

penggunaan

APD, masker secara benar.


Penutup
(10 menit)

Diskusi,
Memberi kesimpulan materi Memperhatikan
Menanyakan umpan balik
Leaflet
penjelasan
Memberikan door prize kepada
Menjawab pertanyaan
karyawan yang dapat menjawab dari penyuluh

pertanyaan
Menyampaikan hasil evaluasi
Menutup
acara
promosi

kesehatan
Membagi Leaflet

12. Evaluasi Program


a. Evaluasi struktur

ii

Saat akan dilakukan promosi kesehatan diharapkan gedung beserta sarana di


dalamnya yang disediakan oleh pihak industri dapat berfungsi dengan baik,
beberapa peralatan yang digunakan dalam promosi kesehatan seperti LCD, laptop,
layar, dan leaflet, kondisi dan fungsinya dalam keadaan baik
b. Evaluasi proses
Saat dilakukan promosi kesehatan pemberi materi dapat memberikan materi
dengan baik, karyawan antusias untuk bertanya seputar materi, narasumber dapat
menjawab pertanyaan dari peserta dengan baik, kegiatan berlangsung kondusif ,
waktu yang digunakan efektif dan efisien, petugas dokumentasi dapat
mendokomentasikan kegiatan dengan baik.
c. Evaluasi hasil
Setelah dilakukan promosi kesehatan tentang infeksi saluran pernapasan
diharapkan sebagai berikut.

Karyawan dapat menyebutkan Menyebutkan pengertian health hazard,


faktor penyebab health hazard, beberapa cara pencegahan, health hazard,
kriteria APD, masker yang baik, jenis-jenis APD, masker dan

mendemonstrasikan penggunaan APD, masker yang benar


Karyawan atau pun pihak pengelola industri merasa puas terhadap kualitas
pelayanan promosi kesehatan yang diterima.

MATERI
A. Pengertian Health Hazards

ii

Health Hazard adalah risiko kesehatan yang disebabkan oleh bahan kimia atau
biological yang berpengaruh kurang baik bagi tubuh sehingga menyebabkan
penyakit atau cedera. Kebanyakan paparan zat kimia dengan cara terhirup seperti
uap, gas, debu, asap, atau paparan dan penyerapan zat kimia lewat kulit. Derajat
bahaya yang ditimbulkan tergantung pada lamanya waktu paparan, banyaknya
atau jumlah zat kimia yang terpapar. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
health hazard (Reeze, 2009), yaitu :
1. Faktor Fisik
Adanya radiasi ion dan nonion, kebisingan, getaran dan suhu yang ekstrim.
-

Faktor-faktor ini dapat menyebabkan dampak yang serius pagi para pekerja .
Kebisingan karena peralatan atau mesin didalam tempat kerja pada waktu yang
lama dapat menyebabkan hilangnya ketajaman pendengaran (tuli permanen),
gangguan mental, komunikasi, gangguan pada saat bekerja dan tidur terganggu.
Frekuensi suara yang dapat ditolerir sekitar 50-60 dB, dan ambang maksimal yang

dapat mencederai pendengaran adalah sekitar 120 dB.


Temperature yang tinggi dalam tempat kerja, lingkungan yang panas dapat
mengakibatkan para pekerja hyperpirexia, kekurangan cairan (dehidrasi),
sedangkan temperature yang rendah dapat menyebabkan hypotermi, ekstremitas
seperti jari-jari tangan dan kaki, telinga dan hidung akan terasa kaku, kebas atau

mati rasa, sehingga memungkinkan terjadinya risiko kecelakaan kerja.


Paparan radiasi ionizing (partikel alfa, beta, sinar gamma, dan neutron) dapat
menyebabkan kerusakan pada sel-sel tubuh, kelainan pada kulit, mata, seperti

sinar-X, radiasi nuklir, radiasi sinar kosmik dari matahari.


Paparan radiasi nonionizing tidak sama berbahaya dibanding dengan radiasi
ionizing. Radiasi nonionizing berasal dari lampu, matahari, laser, radar siaran

radio atau televisi.


Frekuensi getaran dari peralatan dalam tempat kerja berkisar antara 40 dan 90 Hz
dapat menyebabkan kerusakan pada sistem sirkulasi dan sistem saraf. Getaran
dapat menyebabkan timbulnya masalah pernafasan, nyeri abdomen, ketegangan
pada otot.

2. Faktor Biologi
Faktor biologi termasuk binatang kecil / kutu, serangga, jamur, virus dan
kontaminasi dengan bakteri. Sanitasi dan aktivitas rumah tangga seperti air yang
dapat diminum, pengolahan makanan, limbah industri, kotoran, kebersihan diri
dapat memperburuk risiko dari biologi hazard jika tidak diperhatikan. Agen atau
ii

perantara biological ditempat kerja termasuk virus, riketsia (organisme yang dapat
menyebabkan penyakit, bakteri dan parasit. Penyakit dapat ditularkan melalui
binatang kepada manusia, atau melalui inhalasi, suntikan, makanan atau kontak
fisik.
3. Faktor Ergonomic
Desain peralatan atau tempat kerja yang tidak sesuai. Penerangan yang kurang,
gerakan yang berulang-ulang dengan posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan.
4. Faktor Kimia
Berasal dari konsentrasi bahan kimia termasuk uap, gas dan zat padat dalam
bentuk debu atau jamur. Bahan-bahan kimia ini dapat mengiritasi tubuh lewat
paparan dengan kulit dan inhalasi yang mengakibatkan infeksi saluran pernapasan
atas (ISPA).
5. Faktor Psikologis
Proses kerja yang rutin dan membosankan, hubungan kerja yang terlalu menekan
atau sangat menuntut, suasana kerja yang serba kurang aman, merupakan stressor
yang mempengaruhi psikis pekerja (Silalahi, 1995).
B. Pencegahan Health Hazard
1) Substitusi
Bahan-bahan yang berbahaya atau terbukti dapat menyebabkan penyakit secara
cepat atau lambat harus ditukar dengan yang lebih aman.
2) Isolasi
Mengisolasi proses yang bising atau pencampuran bahan/larutan yang
menimbulkan gas berbahaya.
3) Ventilasi Penyedotan
Kipas penghisap atau exchaust fan pada tempat-tempat tertentu dipasang, agar gas
yang berbahaya terhisap keluar dan ditukar dengan udara bersih.
4) Ventilasi Umum
Tempat-tempat bekerja bagi karyawan seperti tempat pengemasan atau dapur
produksi harus dilengkapi dengan ventilasi umum untuk memudahkan peredaran
udara.
5) Alat Pelindung Diri
Alat alat yang melindungi tubuh atau sebagian dari tubuh wajib dipakai oleh
karyawan misalnya topi pengaman, masker, respirator, kacamata, sarung tangan,
pakaian kerja, dan sebagainya.
6) Pemeriksaan Kesehatan Pra-karya

ii

Setiap karyawan harus terlebih dahulu melalui pemeriksaan kesehatan umum dan
khusus untuk mengindera kelemahan masing-masing.
7) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan ini untuk mengetahui sedini mungkin apakah faktor-faktor penyebab
penyakit sudah menimbulkan gangguan atau kelainan.
8) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Karyawan yang menunjukkan gejala yang dicurigai ada kaitannya dengan
lingkungan kerjanya, harus dikirim ke klinik spesialis untuk menjalani
pemeriksaan khusus.
9) Penerangan Pra-karya
Sebelum karyawan bekerja, mereka harus menjalani induksi atau perkenalan pada
lingkungan pekerjaan dan semua peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
10) Pendidikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, petugas
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahlinya, harus menjalani pendidikan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara beruntun dan berulang-ulang. Mereka
kemudian mendidik karyawan dalam praktek manufaktur yang baik dan kesehatan
kerja itu sendiri (Silalahi, 1995).
C. Alat Pelindung Diri Masker
1. Penggunaan APD, masker yang benar
Standar penggunaan APD, masker yaitu masker menutupi mulut, dan hidung
bukan menutupi mulut saja atau hidung saja.
2. Masker yang baik atau standar:
Enak dipakai tidak mengganggu kerja
Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya dan dapat dipastikan
mengurangi kecelakaan akibat kerja.
3. Jenis-jenis Masker
a. Masker biasa
Merupakan masker yang biasa digunakan oleh masyarakat umum,
biasanya memiliki bagian luar berwarna hijau muda dan bagian
dalamnya berwarna putih dan hanya dapat dipakai dalam satu kali
pemakaian, atau terbuat dari kain yang dapat dipakai berulang kali.
Masker ini memiliki tali/karet untuk memudahkan terpasang ke
bagian belakang kepala atau telinga.
ii

b. Masker respirator
Masker ini biasanya dipergunakan oleh tenaga kesehatan di bagian
infeksi dan menular. Masker ini biasanya juga dipergunakan oleh
petugas peternakan ketika terjadi wabah flu burung dan dapat
digunakan berulang kali
Hanya saja masker respiratori ini memiliki kekurangan antara lain bagi yang tidak
terbiasa menggunakan, mungkin akan merasa gerah dan sesak sehingga hanya
bertahan beberapa jam saja memakainya. Dan untuk mendapatkan masker ini agak
sulit dan relatif mahal harganya.

DAFTAR PUSTAKA

Wiley,John. & Sond.(2008). Occupational Health Nursing. (3rd Ed). Singapore:


Markono Print Media.
Efendi,Nasrul.(1998).

Dasar-Dasar

Keperawatan

Kesehatan

Masyarakat.

Jakarta:EGC
Reese, Charles D. (2009). Occupational Health and Safety Management. (2nd
ed).USA: CRC Press
Silalahi,

Bennet

N.B.,

dan

Silalahi,

Rumondang.

(1995).

Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sapdodadi


Hitchcock, Janice E., Schubert, Phyllis E., and Thomas, Sue A. (1999).
Community Health Nursing ; Caring in Action. USA: Delmar Publisher
Eldemen, C L.& Mandle C L. (2001). Health Promotion Throughout the Life
Span.St Louis: Mosby.

ii

Kozier, B., Erb. G., Berman, A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing
:Concepts, Process, and Practice. 7th Ed. New Jersey : Pearson Education, Inc.
Rankin, Sally H. & Stallings, Karen Duffy. (2001). Patient Education: Principles
& Practice.(4th Ed.) Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Fundamnetal of Nursing : Concept, process and
practice. (7th ed). Jakarta : Salemba Medika.
Anderson, E. dan McFarlen, J. (2007). Keperawatan Komunitas: Teori dan
Aplikasi. (3rd Ed). EGC: Jakarta.
Brunner dan Suddarth. (2005). Medical-Surgical Nursing. Lippincott: Williams
and wilkins

RANCANGAN PROGRAM PROMOSI KESAHATAN


DI AREA INDUSTRI

KELAS A
KELOMPOK 4
Adeline Sthevany,

ii

1306489003

I Made Agus Wibowo, 1306489211


Muchtarul fahdal,

1306489294

Riris wijayanti,

1306489350

Torangso Sagala,

1306489395

Makalah Pemicu V
Untuk Mata Kuliah Promkes

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
RahmatNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata ajar
Promosi Kesehatan mengenai Rancangan Promosi Kesehatan di Area Industri
Tekstil.
Dalam penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
Dosen Pembimbing, teman-teman kelompok dan semua pihak yang membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Depok, 23 Oktober 2013

ii

penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI.ii
BAB I PENDAHULUAN......................1
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang....1
Rumusan Masalah...2
Tujuan .2
Sistematika penulisan..3

BAB II PEMBAHASAN4
A.
B.
C.
D.

Konsep umum keperawatan kesehatan kerja .4


Gangguan kesehatan dalam industri..15
Ketidakpatuhan terhadap penggunaan APD..18
Rancangan promosi kesehatan di area industri.20

BAB III PENUTUP ...28


A. Kesimpulan ...28
B. Saran ...28
DAFTAR PUSTAKA

ii

LAMPIRAN

ii

ii

Anda mungkin juga menyukai