Anda di halaman 1dari 40

PROMOSI DAN

KOMUNIKASI
KESEHATAN
KERJA
Kelompok 9
- Moh. Akhtar S.R.E.D 4518111028
Dosen Pengampu
- Umi Kalsum Nasir 4518111029 - dr. M. Furqaan Naiem, M.Sc., PhD
- Nurul Fakhira A 4518111030 - dr. Makmur Selomo, M.S
- dr. M. Rio Andita
OUTLINE
∙ Pendahuluan
∙ Pengertian Promosi dan Komunikasi Kesehatan Kerja
∙ Tatacara pemberdayaan
∙ Pelatihan K3 pekerja
∙ Program promosi K3 pada pekerja
∙ PHBS pekerja
∙ Sarpras hygine perorangan dan lingkungan
∙ Komunikasi efektif dokter (petugas medis) dengan pekerja
∙ Studi Kasus
∙ Kesimpulan
SASARAN PEMBELAJARAN
● Dapat menjelaskan Promosi dan komunikasi kesehatan
kerja
PENDAHULUAN
Kondisi global saat ini berpengaruh terhadap stabilitas usaha di Indonesia dan memberikan dampak
kurang menguntungkan dan berimbas pada aspek perlindungan ketenagakerjaan. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja merupakan salah satu aspek perlindungan ketenagakerjaan dan merupakan hak dasar
dari setiap tenaga kerja yang ruang lingkupnya telah berkembang sampai kepada keselamatan dan
kesehatan masyarakat secara nasional. Oleh karena itu dalam kondisi apapun K3 wajib untuk
dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan standar baik nasional maupun internasional (Depnakertrans
RI, 2009). Pencegahan Kecelakaan merupakan hal yang mendasar bagi perusahaan, karena menyangkut
jiwa manusia atau tenaga kerjanya dan lingkungan kerja itu sendiri yang menjadi sebab timbulnya
kecelakaan.
Oleh karena itu mempromosikan dan mengkomunikasikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dikalangan tenaga kerja, pengusaha, dan masyarakat merupakan hal yang penting bagi perusahaan,
guna terciptanya hubungan industri yang harmonis, dinamis serta berkeadilan yang menjamin
ketenangan usaha, ketenangan kerja dan produktifitas melalui pengembangan budaya Keselamatan dan
Kesehatan kerja.
PENGERTIAN

Promosi kesehatan kerja didefinisikan sebagai ilmu dan seni yang membantu pekerja dan
manajemen merubah perilaku hidup, perilaku bekerja dan lingkungannya, untuk memelihara
atau mencapai kapasitas kerja dan tingkat kesehatan yang optimal, dengan demikian
meningkatkan kinerja dan produktivitas.

maharani Pulungan, Rafiah, and Bintari Triani. "PROMOSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG
DIRI (APD) DI LABORATORIUM PADA SISWA DI SMK KIMIA TUNAS HARAPAN JAKARTA TIMUR." JIK
(JURNAL ILMU KESEHATAN) 1.1 (2017): 99-104.
MANFAAT PROMOSI KESEHATAN KERJA
No Bagi Perusahaan Bagi pekerja

Meningkatnya lingkungan tempat


Lingkungan tempat kerja menjadi
1 kerja yang sehat dan aman serta
lebih sehat
nyaman

2 Citra Perusahaan Positif Meningkatnya percaya diri


3 Meningkatkan moral staf Menurunnya stress

4 Menurunnya angka absensi Meningkatnya semangat kerja

5 Meningkatnya produktifitas Meningkatnya kemampuan

Menurunnya biaya kesehatan atau


6 Meningkatnya kesehatan.
biaya asuransi.

Lebih sehatnya keluarga dan


7 Pencegahan terhadap penyakit.
masyarakat
TATACARA PEMBERDAYAAN
1. Melakukan advokasi & sosialisasi
2. Telaah mawas diri
3. Musyawarah masyarakat pekerja
4. Pelaksanaan kegiatan
5. Memantau/menyesuaikan
6. Evaluasi
7. Pembinaan dan pengembangan

Talbot, Lyn, and Glenda Verrinder. Promoting health: the primary health care
approach. Elsevier Health Sciences, 2017.
PELATIHAN K3
Pelatihan K3 ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap setiap petugas atau
pekerja yang berkaitan dengan K3 agar memiliki kompetensi sesuai dengan penugasannya, sehingga dapat
dicapai penerapan K3 yang baik, disiplin dan terarah untuk mewujudkan zero-accident di perusahaan/
proyek.

Pelaksanaan pelatihan dapat dilakukan dengan beberapa model antara lain:


● Model A:

Kursus singkat formal (formal short course) untuk materi pelatihan yang bersifat konseptual, kognitif
atau teoritis dan aplikatif sesuai tuntutan sikap perilaku, keterampilan (psychomotoric) pelaksanaan
tugas / pekerjaan.
● Model B:

Pelatihan dalam pekerjaan nyata yang terencana (planned on the Job Training). Dilaksanakan dalam
pekerjaan sebenarnya atau sering disebut Training by doing, model ini lebih ditekankan kepada
peningkatan keterampilan (psychomotoric).
Departemen Pekerjaan Umum. Pelatihan Ahli K3 Konstruksi dalam Sosialiasi dan
Audit Penerapan K3. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum
● Model C:

Pelatihan dalam Pekerjaan Nyata Khusus (Ad Hoc On-the-Job Training) begitu kebutuhan timbul,
segera disiapkan dan dilaksanakan pelatihan dalam medan pekerjaan yang dipersiapkan secara
khusus atau medan pekerjaan yang ada dan relevan.
● Model D:

Sesi Informasi (Information Session). Merupakan forum untuk penyampaian informasi dengan 3
cara:

D1 – Diseminasi Informasi untuk penyebaran informasi atau desiminasi

D2 – Widya Wisata (Study Tour)

D3 – Lokakarya Terstruktur yang terencana dengan rapi (Structured Workshop)


● Model E:

Pengembangan Profesional yaitu pengembangan intelektual melalui pendidikan spesialis.

Departemen Pekerjaan Umum. Pelatihan Ahli K3 Konstruksi dalam Sosialiasi dan


Audit Penerapan K3. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum
PROGRAM PROMOSI K3
Salah satu bentuk komunikasi K3 di tempat kerja yaitu berupa promosi K3.

Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh
perusahaan untuk meningkatkan pengetahuan tenaga kerja tentang keselamatan dan kesehatan kerja,
sehingga dapat menerapkan budaya K3 di dalam lingkungan kerja.

Pelaksanaan Promosi K3 dapat dilakukan dengan berbagai upaya agar peraturan perundangan mengenai
K3 dapat disampaikan dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya K3
untuk dirinya, tenaga kerja, perusahaan, maupun masyarakat sekitar perusahaan.

Bentuk promosi K3 di perusahaan yaitu berupa poster, rambu-rambu keselamatan, spanduk, safety talk,
safety induction, tool box meeting, safety permit, pelatihan K3, razia kedisiplinan dll.

Destari ­et al. 2017. Analisis Implementasi Promosi K3 dalam Upaya Pencegahan
Kecelakaan Kerja di PT X (Proyek Pembangunan Gedung Y Semarang). Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Volume 5, Nomor 1: 397-404
PHBS PEKERJA
PHBS mencakup beberapa tatanan, seperti: PHBS di Rumah Tangga, PHBS di Institusi Pendidikan, PHBS di
Tempat Kerja, PHBS di Tempat Umum, dan PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Berikut beberapa contoh PHBS pekerja:

1. Mencuci tangan dengan sabun


2. Mengonsumsi makanan dan minuman sehat
3. Menggunakan jamban sehat
4. Membuang sampah di tempat sampah
5. Tidak merokok
6. Tidak mengonsumsi NAPZA
7. Tidak meludah sembarang tempat
8. Memberantas jentik nyamuk dan lain-lain

Aini dan Made Sriasih. 2020. Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) di Tempat Kerja Sebagai Upaya Pencegahan Penularan Covid 19.
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA. Volume 3, Nomor 2: 171-174
Ruang Lingkup Sanitasi, Hygiene, dan Keselamatan Kerja
Sanitasi
Tujuan Sanitasi
1.Mewujudkan kondisi yang sesuai dengan syarat
kesehatan.
2.Menjamin lingkungan kerja dan sekitarnya menjadi
baik dan bersih.
3.Menghindari faktor-faktor lingkungan yang dapat
merugikan kesehatan fisik
maupun psikis (mental) pada setiap manusia.
4.Mencegah timbulnya penyakit yang dapat disebabkan
oleh faktor lingkungan.
5.Memperbaiki, mempertahankan, serta memulihkan
kesehatan manusia.
6.Memaksimalkan efisiensi produksi serta menghasilkan
produk-produk yang sehat
dan aman dari berbagai pengaruh yang bisa
menyebabkan penyakit pada manusia.
7.Mencegah terjadinya kecelakaan kerja serta menjamin
akan adanya keselamatan
kerja (safety subjects)
Setiawati, I.2019. Sanitasi, Hygiene dan
Keselamatan Kerja.
PERSONAL DAN LINGKUNGAN HYGIENE
Masalah hygiene tidak dapat dipisahkan dari masalah sanitasi. Penerapan sanitasi dan hygiene dilakukan secara bersama-
sama. Kebiasaan memperhatikan hidup bersih dan bekerja bersih akan berdampak pada perilaku lingkungan tempat kerja
dan lingkungan sekitarnya. Kata hygiene berasal dari bahasa Yunani, Hygea yaitu nama seorang dewi pencegah penyakit
yang artinya ‘ilmu untuk membentuk dan menjaga kesehatan.

1. Pengertian Personal Hygiene

Hygiene adalah usaha untuk memelihara dan mempertinggi derajat

kesehatan, atau ilmu yang mempelajari cara-cara yang berguna bagi kesehatan. Sedangkan personal hygiene ialah usaha
untuk memelihara, menjaga dan mempertinggi derajat kesehatan individu mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki
(Retno yuliati dan Yuliarsih, 2002).

2. Menjaga Kebersihan Individu :

Pengertian kebersihan diri adalah suatu upaya untuk memelihara kebersihan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Komponen kebersihan diri terdiri dari: 1) kebersihan rambut dan kulit kepala, 2) kebersihan mata, telinga, dan hidung, 3).
kebersihan gigi dan mulut, 4). kebersihan badan, 5) kebersihan kuku tangan dan kaki, dan 6) kebersihan pakaian.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132299863/pendidikan/M
odul+Keselamatan+dan+Kesehatan+Kerja.PDF
3. Komponen Kebersihan Diri

a. Kebersihan Rambut dan Kulit Kepala

Tujuan mencuci rambut adalah untuk menjaga kebersihan dan kesehatan kulit kepala, disamping itu juga untuk
memudahkan dalam penataannya. Kotoran rambut berupa debu bekas hairspray, keringat, sel-sel lapisan tanduk kepala,
dan kosmetika rambut. Kosmetika rambut dapat berupa:

- Kosmetik pembersih: egg syampo, cream, syampo, lemon syampo, medical syampo, antiseptic syampo.
- Kosmetik pembilas: pembilas yang bersifat asam (jeruk )
- Conditioner : melapisi batang rambut
- Obat-Obat pengeritingan
- Kosmetika pratata: krim, jelly, busa, foam.
- Kosmetika penataan: hairspray, hair-shine

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132299863/pendidikan
/Modul+Keselamatan+dan+Kesehatan+Kerja.PDF
b. Kebersihan Tangan dan Kuku

Pada umumnya, di antara masyarakat kita tidak banyak yang menganggap bahwa pemeriksaan kuku adalah sebuah hal yang
sangat penting dan jika tidak diperhatikan dapat mengganggu kesehatan. Hal tersebut cukuplah dapat menjadi sebuah isu
yang bisa diangkat dan kemudian dibahas mengingat betapa banyak diantara kita yang sering kali lalai untuk menjaga
kebersihan kuku. Misalnya saja, masih sering melihat kebiasaan buruk menggigit kuku, malas memotong kuku atau
membersihkannya dari kotoran dan makan seenaknya tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Padahal, tangan merupakan
bagian yang paling rawan terkena kotoran sekaligus sebagai alat makan.

c. Menjaga Kebarsihan Badan

Secara medis, rambut ketiak berfungsi memperluas permukaan untuk mengatur penguapan keringat. Di pangkal rambut,
terdapat banyak pori-pori yang menjadi muara kelenjar keringat untuk mengalirkan keringat ke ketiak. Selama kita selalu
menjaga kebersihan tubuh, maka bau badan tidak akan muncul. Kondisi jiwa seseorang, seperti stress atau emosi,
sebenarnya juga mempengaruhi kelenjar apocrine bekerja lebih efektif dan produktif, sehingga memperparah bau badan.
Jika kelenjar apocrine mengeluarkan keringat sedikit tapi kita tidak membersihkannya dan kemudian tercampur bakteri, bau
badan pun akan muncul di tubuh kita. Apalagi jika kita sering menyantap makanan protein tinggi, seperti daging kambing
(karena dapat melebarkan pembuluh darah), durian, bawang goreng, merokok, minuman keras, dan obat antibiotika.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132299863/pendidikan/
Modul+Keselamatan+dan+Kesehatan+Kerja.PDF
d. Kebersihan Gigi dan Mulut

Terbukti bahwa serentetan penyakit serius, bisa disebabkan karena kuman yang sudah membusuk dalam gigi lalu
menyebabkan infeksi pada jaringan gusi hingga masuk ke dalam aliran darah. Kondisi itu dapat mengakibatkan peradangan
pada bagian tubuh lain seperti pada otot jantung, ginjal, sendi, sakit kepala yang berkepanjangan, mata dan organ tubuh
lainnya. Perjalanan kuman tersebut dikenal dengan teori focal infection.

e. Kesehatan Makanan

Hazard (potensi bahaya) ,yaitu segala sesuatu yang bisa menimbulkan gangguan kesehatan bagi konsumen. Tiga jenis
potensi bahaya dalam makanan yakni:

● Biologis (mikrobiologis),
● Kimia (pestisida & logam berat),
● Fisik (pecahan gelas, potongan logam),
● Bakteri dan mikrobia lain menjadi sumber ancaman yang paling besar

f. Kebersihan Pakaian

Pakaian yang bersih berarti pakaian yang bebas dari kotoran dan kuman yang dapat menyebabkan sakit atau menimbulkan
penyakit serta beraroma sedap.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132299863/pendidika
n/Modul+Keselamatan+dan+Kesehatan+Kerja.PDF
4. Hygiene Lingkungan
A. Sampah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.Sampah berasal dari beberapa
tempat, yakni :
1. Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang
tinggal disuatu bangunan atau asrama.
2. Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan
banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan

https://dokumen.tips/documents/makalah-higiene-dan-sanitasi.html
B. Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana
masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan Limbah di bagi menjadi 3 yaitu :
1. Berdasarkan Wujudnya
● Limbah Gas.
● Limbah cair
● Limbah padat
2. Berdasarkan sumbernya
● Limbah industry, limbah yang dihasilkan oleh pembuangan kegiatan industry
● Limbah Pertanian, limbah yang ditimbulkan karena kegiatan pertanian
● Limbah pertambangan, adalah limbah yang asalnya dari kegiatan pertambangan
● Limbah domestic, Yakni limbah yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan pemukiman-pemukiman
penduduk yang lain.
3. Berdasarkan senyawa
● Limbah Organik,
● Limbah anorganik
https://dokumen.tips/documents/makalah-higiene-dan-sanitasi.html
C. Cara Pengolahan Limbah dan Sampah
1. Penggunaan kembali (reuse) yaitu pemanfaatan limbah dengan dengan jalan menggunakannya kembali untuk
kepentingan yang sama,tanpa mengalami pengolahan.
2. Daur ulang (recycle) yaitu pemanfaatan limbah melalui pengolahan fisik atau kimiawi, contohnya kertas bekas
diolah kembali menjadi kertas baru atau benda lain.
3. Tukar-menukar limbah (waste material exchange) yaitu upaya pemanfaatan limbah dengan jalan tukar-menukar
atau membeli dan menjual limbah. Hal ini saling menguntungkan karena yang menghasilkan limbah dapat
mengurangi biaya pengelolaan, sedangkan pengguna limbah mendapatkan bahan mentahnya.

https://dokumen.tips/documents/makalah-higiene-dan-sanitasi.html
Dokter Kesehatan Kerja
Kompetensi Dokter Pelayanan Primer di Bidang Kesehatan Kerja

Terdapat Tujuh Area Kompetensi dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang digambarkan sebagai
pondasi dan pilar suatu bangunan, yaitu:
1. Pengelolaan Informasi
2. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
3. Keterampilan Klinis
4. Pengelolaan Masalah Kesehatan
5. Komunikasi Efektif
6. Mawas diri dan Pengembangan Diri
7. Profesionalitas yang Luhur.

https://www.idki.org/pdf/PERAN_IDKI-
RTW.pdf
Dokter yang bekerja di bidang kesehatan kerja memerlukan kompetensi tambahan sebagaimana tuntutan
pekerjaannya yang melampaui batas hubungan antara dokter dengan pasien, yaitu sebagai Dokter Kesehatan
Kerja yang dikenal Iuas sebagai Occupational Health Physician atau sering disingkat sebagai OH doctor
termasuk Dokter Perusahaan yang bekerja dalam kegiatan tim kesehatan kerja di perusahaan,antara lain
sebagai berikut.
● Health hazards mapping
● Health mapping
● Penyusunan program kesehatan kerja di perusahaan/organisasi kerja berdasarkan prioritas dan
feasibilitas
● Pemeriksaan kesehatan pekerja berbasis hazard kesehatan di tempat kerja (hazard based health
examination)
● Penilaian fit to work
● Pengelolaan surveilans kesehatan kerja

https://www.idki.org/pdf/PERAN_IDKI-RTW.pdf
● Kajian manajerial terkait kesehatan kerja
● Komunikasi efektif tripartit
● Saksi ahli mediko-legal masalah kesehatan di tempat kerja
● Penilaian, promosi dan proteksi spesifik dampak interaksi antara manusia dan sistem
kerja
● Pengelolaan kompensasi atau jaminan sosial tenaga kerja
● Manajemen risiko kesehatan kerja
● Sistem manajemen kesehatan kerja sebagai bagian dari sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja (SMK3)
● First aid dan medical emergency response plan di tempat kerja
● Pengelolaan hygiene makanan di tempat kerja dan pemeriksaan kesehatan penjamah
makanan (Food Hygiene)

https://www.idki.org/pdf/PERAN_IDKI-RTW.pdf
Kedua bidang keilmuan ini bersifat multidisiplin ilmu, sehingga penanganan kesehatan kerja maupun K3
pada umumnya perlu peran dari berbagai keahlian yaitu kesehatan kerja, keselamatan kerja, higienis
industri, ergonomi, psikologi, engineering, manajemen sumber daya manusia, hukum, toksikologi dan ilmu
manajemen secara umum, dengan melibatkan unsur pimpinan, pekerja dengan serikat buruh/pekerja
sebagai wakilnya, otoritas di bidang kesehatan dan ketenagakerjaan, asuransi atau badan penyelengara
jaminan sosial khususnya di bidang kesehatan dan ketenagakerjaan, masyarakat dan tokohnya serta
pamong di lokasi kegiatan
operasi.

Dengan demikian, dokter kesehatan kerja dengan posisi dan kewenangannya di tempat kerja, dalam
kesehariannya menangani kesehatan kerja memerlukan kompetensikomunikasi efektif dalam suatu tim K3
di perusahaan/organisasi atau melalui lembaga/unit Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3), dan komunikasi efektif dalam forum tripartid yang terdiri dari unsur perusahaan, pekerja dan
pemerintah, melampaui komunikasi dengan pasien dan keluarganya di klinik.

https://www.idki.org/pdf/PERAN_IDKI-RTW.pdf
KOMUNIKASI EFEKTIF (DOKTER
DENGAN PEKERJA)
Komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja dapat menggunakan berbagai media baik lisan
maupun tertulis. Yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yaitu efektivitas komunikasi.
Pesan harus mudah diingat oleh penerima. Sebagaimana pesan disampaikan dan diterima
dipengaruhi berbagi faktor seperti perbedaan pendidikan dan kecerdasan, gaya belajar
(learning style), faktor stres, perbedaan sikap, serta pengaruh bahaya nonverbal. Oleh karena
itu dalam berkomunikasi perlu diperhatikan :

1) Intruksi/ pesan harus jelas


2) Sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman penerima pesan
3) Tidak memerlukan pertimbangan
4) Ada umpan balik untuk mengetahui tingkat pemahaman
5) Kesesuaian pemikiran, kata dan tindakan pemberi pesan
STUDI KASUS
DALAM NEGERI
- Judul kajian jurnal : Pengaruh Hygiene Pengolahan Makanan Terhadap Kualitas
Makanan di Hotel Aston Rasuna Jakarta
- Identitas jurnal : Auliya, A.; Aprilia, D
- Lokasi : Di Hotel Aston Rasuna Jakarta
- Tujuan :
1. Mengetahui pengaruh higiene pengolahan makanan terhadap kualitas makanan di
Hotel Aston Rasuna Jakarta.
2. Mengetahui mengetahui hal-hal apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam
menghaslkan kualitas makanan yang berkualitas baik dan sehat di Hotel Aston Rasuna
Jakarta.
- Manfaat : dapat menjadi data dasar sehingga diketahui bahwa pentingnya promosi
penerapan hygiene dan sanitasi di lingkungan kerja
● Metode penelitian : Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif.
● Pembahasan :
● Berdasarkan hasil penelitian, telah di dapatkan repoden pada penelitian ini dominasi oleh laki-laki
sebanyak 24 orang atau sebesar 80% dari total responden. Dari segi usia, didominasi oleh karyawan
yang berusia 16-20 tahun dan 31-40 tahun sebanyak 9 orang atau sebesar 30% dari total reponden.
Sementara dari jabatan, yang mendominasi adalah cook helper sebanyak 9 orang atau sebesar 30%
dari total responden.
● Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel higiene pengolahan makanan (X) dengan sub
variabel yang telah dijelaskan memiliki pengaruh terhadap kualitas makanan (Y). Hal ini dapat dilihat
dari beberapa uji yang telah dilakukan, dan hasilnya menunjukkan bahwa pada variabel memiliki
pengaruh terhadap kualitas makanan.
● Pada variabel Higiene Personal (X1) terdapat beberapa hal yang mesti diperhatikan yaitu kebersihan
diri mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Hal ini berpengaruh karena penjamah makanan yang
sehat maka akan menghasilkan makanan yang berkualitas juga.
● Pada variabel Higiene makanan (X2) terdapat beberapa hal yang mesti diperhatikan mulai dari pemilihan
bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, sampai pada penyajian
makanan. Makanan yang baik khususnya kue dan roti harus memiliki bahan dasar yang berkualitas dalam
arti jelas berasal dari mana bahan itu diperoleh. Sistem penyimpanan bahan pun menjadi tolak ukur bahan
makanan tersebut dapat bertahan lama atau tidak, baik saat menjadi bahan mentah ataupun bahan jadi
(dalam bentuk produk kue dan roti). Sistem penyimpanan yang baik yaitu dengan sistem FIFO (First In First
Out). Sehingga akan berpengaruh pada kualitas makanan yang akan dibuat.
● Pada variabel Higiene Peralatan (X3) terdapat beberapa hal yang mesti diperhatikan mulai dari penggunaan
peralatan tersebut sampai pada pembersihannya. Hal ini berperngaruh terhadap kualitas makanan yang
akan dihasilkan karena jenis bahan pada peralatan mempengaruhi makanan yang akan dibuat, jika salah
menggunaan, maka akan menimbulkan reaksi kimia dari jenis peralatan yang digunakan terhadap makanan
yang sedang diolah.
● Pada variabel Higiene Dapur (X4) terdapat beberapa unsur yang harus diperhatikan. Seperti yang telah
diketahui bahwa dapur merupakan tempat dimana seorang penjamah makanan dapat menghasilkan
makanan, hal yang mesti diperhatikan adalah kondisi dapur yang baik meliputi lantai, dinding, penerangan,
dan ventilasi. Lingkungan dapur yang bersih dan baik akan menghasilkan makanan yang baik dan berkualitas
dikarenakan kondisi yang membuat para penjamah makanan merasa nyaman dalam mengolah makanan
tersebut.
Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa higiene pengolahan makanan memiliki pengaruh terhadap
kualitas makanan yang mana hasil tersebut ditunjukkan dari hasil uji regresi berganda yang menyatakan
bahwa:

1. Dari hasil uji F menunjukkan bahwa variabel Higiene Personal (X1), Higiene Makanan (X2), Higiene
Peralatan (X3) dan Higiene Dapur (X4) menghasilkan F hitung sebesar 3,436 dengan sebesar 0,023.
Yang mana jika nilai F hitung > nilai Ftabel (2,76) dengan signifikansi dibawah 0,05, maka hal ini
menunjukkan bahwa Higiene Personal (X1), Higiene Makanan (X2), Higiene Peralatan (X3) dan
Higiene Dapur (X4) saat diuji secara
2. Setiap variabel memiliki pengaruh yang saling mempengaruhi satu sama lain. Terlihat dari hubungan
antara personal, lingkungan kerja dan sesuatu yang akan diolah memiliki hubungan yang saling
mempengaruhi yang akan menghasilkan makanan yang berkualitas.
Solusi atas kasus :
1. Para karyawan dapur mesti memperhatikan kebersihan diri, lingkungan kerja serta kebersihan
makanan dari bahan makanan sampai makanan tersebut siap disajikan dengan patuh
terhadap SOP yang teah ditetapkan agar kelangsungan pekerjaan berlangsung baik.
2. Hotel perlu mengadakan seminar untuk karyawan, evaluasi kerja kerja karyawan yang
berkaitan terhadap hygiene dan sanitasi
3. Kondisi lingkungan kerja dan suhu ruangan kerja harus lebih diperhatikan agar faktor – faktor
yang dapat merusak kualitas makanan dapat terhindar.
4. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan meneliti variable lain seperti hygiene
dan sanitasi dalam proses pengangkutan sampai penyajian produk makanan dan minuman.
STUDI KASUS
LUAR NEGERI
- Judul kajian jurnal : Impact of Safety Issues and Hygiene Perceptions on
Customer Satisfaction: A Case Study of Four and Five Star Hotels in Aqaba,
Jordan
- Identitas jurnal : Alananzeh OA
- Lokasi : Four and Five Star Hotels in Aqaba, Jordan
- Tujuan : untuk mengetahui dampak masalah keselamatan dan persepsi
kebersihan terhadap kepuasan pelanggan hotel bintang 4 dan 5 di Aqaba,
Jordan
- Manfaat : dapat menjadi data dasar sehingga diketahui bahwa pentingnya
promosi penerapan hygiene dan sanitasi di lingkungan kerja
● Metode penelitian : This research utilised Correlational design by using quantitative approach
through survey methods to assess the relationship between safety issues and hygiene and
tourists’ level of satisfaction.
● Pembahasan :
● Temuan penelitian ini menegaskan bahwa hotel menekankan pada privasi wisatawan. Wisatawan
memastikan bahwa privasi datang pada tingkat teratas dari perasaan aman dan tenteram di suatu
tempat tujuan. Hotel harus menerapkan transfer uang yang aman melalui kartu kredit, dan poin yang
paling terlihat dalam penelitian ini adalah bahwa hotel di kota Aqaba tidak mengizinkan karyawannya
untuk mengakses informasi wisatawan yang berarti privasi mereka sangat terjamin yang ditunjukkan
oleh wisatawan itu sendiri. Mereka tidak khawatir tentang privasi informasi mereka. Hashem et al
(45) menegaskan bahwa hotel bintang lima di Yordania memang memiliki keamanan yang tinggi
untuk melindungi informasi tamunya.
● Sedangkan untuk kebersihan, hasil penelitian menegaskan bahwa persepsi wisatawan tentang
kebersihan di hotel Aqaba berpengaruh positif terhadap tingkat kepuasan mereka .Hasil penelitian
menunjukkan minat wisatawan terhadap kebersihan sauna dan Jacuzzi, kebersihan dan kualitas
makanan di hotel serta cara memasak makanan yang baik. Worsfold [43] menegaskan bahwa
mayoritas pelanggan tidak akan kembali jika mereka menemukan bahwa tempat mereka makan
tidak higienis. Mereka mengharapkan standar tinggi praktik higienis diterapkan. Namun, manajer
dan supervisor layanan kamar harus fokus pada kebersihan kamar mandi dan furnitur kamar untuk
mendapatkan tingkat kepuasan yang tinggi di antara pelanggan. Staf hotel harus dilatih dengan baik
dan bukti asli harus ada di setiap bagian hotel dan dalam segala hal.
Kesimpulan :

Sebagai kesimpulan, penanggung jawab sektor pariwisata dan perhotelan harus memberikan perhatian
besar pada keselamatan wisatawan dan berkonsentrasi pada penyediaan keamanan dan privasi di dalam
hotel dan kota khususnya selama ketidakstabilan politik di Timur Tengah ini untuk memungkinkan sektor
hotel bersaing. dan menyelamatkan mereka. Secara umum, diamati tingkat kepuasan wisatawan secara
keseluruhan tentang privasi, keselamatan dan keamanan, dan kebersihan di hotel Aqaba adalah signifikan.
Tetapi ditemukan bahwa unit keamanan membutuhkan lebih banyak kursus pelatihan, untuk memasok
pantai dengan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan, dan untuk mengatur urutan staf di lobi.
Bagian tata graha harus lebih memperhatikan kamar tamut karena mereka menunjukkan bahwa kamar
mandi, rak, meja, dan tempat tidur tidak cukup bersih. Ini bisa menjadi titik pembunuhan dalam citra dan
reputasi hotel yang harus difokuskan.
Solusi atas kasus :
Para pemilik bisnis perhotelan harus lebih memperhatikan kebersihan tempat mereka. Karyawan
tentu harus dilatih tentang menghormati privasi wisatawan, mengamankan informasi mereka, dan
memastikan keselamatan. Seminar, lokakarya, dan kursus pelatihan harus dilakukan untuk semua
karyawan di setiap departemen hotel dan digeneralisasikan bagi mereka yang terlibat dalam pariwisata di
masyarakat setempat dengan menyiapkan program pelatihan untuk meningkatkan tingkat kesadaran dan
rasa tanggung jawab tentang keselamatan dan keamanan lingkungan. wisatawan dan kebersihan.
Hotel Aqaba harus lebih memperhatikan kebersihan kamar tamu dan lobi; kursus pelatihan khusus
harus dilakukan untuk pembantu rumah tangga dan unit keamanan. Dengan demikian, hasil penelitian ini
akan membantu pelaku bisnis perhotelan untuk mengetahui preferensi wisatawan ketika mereka
memutuskan untuk memesan liburan mereka di hotel mereka dan memulai strategi pemasaran yang tepat
untuk menarik wisatawan dan meningkatkan tingkat kepuasan mereka.
KESIMPULAN
Upaya promosi kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk memberdayakan
masyarakat di tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat kesehatannya, serta mampu mengatasi,
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri juga memelihara dan meningkatkan
tempat kerja yang sehat. Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk
pekerja dalam menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Bentuk komunikasi efektif antara dokter perusahaan dan pekerja perusahaan yang baik akan
menciptakan serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja di imbangi dengan ketaatan dari masing-masing
pekerja di perusahaan
Karenanya Meningkatkan promosi kesehatan di tempat kerja adalah salah satu upaya perbaikan
efektifitas suatu perusahaan dari promosi kesehatan di tempat kerja harus di giatkan di dalam sebuah
perusahaan atau industri.
PERTANYAAN
● Kelompok 1 (fahmi) apa saja yang menjadi prosedur operasional untuk dokter-dokter yang
bekerja di perusahaan?
● Kelompok 2 (awi) apakah ada ketentuan khusus untuk menjadi dokter perusahaan?
● Kelompok 3 (ainun) apa saja yang menjadi prinsip hygiene perorangan?
● Kelompok 4 (yefta) bagaimana Tindakan hygiene perorangan didalam laboratorium?
● Kelompok 5 (ira) apa tujuan dari menjaga hygiene di perusahaan tempat kerja dan hal apa
yang dapat menyebabkan pekerja tidak menerakan personal hygene yang baik?
PERTANYAAN
● Kelompok 6 (tahlil) dimasa pandemic saat ini, bagaimana upaya apa saja yang dapat
dilakukan dalam mencegah penyebaran virus dilingkungan pekerja?
● Kelompok 7 (mega) bisa disebutkan contoh-contoh PHBS dirumah tangga?
● Kelompok 8 (jeje) Razia kedisplinan seperti apa dan siapa saja yang melakukannya?
● Kelompok 10 (vrillya) poster apa yang dimaksud dan apa tujuan dari pemasangan poster
tersebut?
● Kelompok 11 (dewi) apakah ada landasan hukum untuk melakukan promosi Kesehatan dan
keselamatan kerja?
PERTANYAAN
● Kelompok 12 (aul) siapa saja sasaran dari promosi Kesehatan di tempat kerja?
● Kelompok 13 (gege) apa saja manfaat yang didapatkan dari promosi Kesehatan di tempat
kerja dan juga perusahaan?
● Kelompok 14 (gandy) jelaskan mawas diri yang dimaksud?
● Kelompok 15 (tami) apakah ada kunci efektivitas untuk program kesehatan kerja?

Anda mungkin juga menyukai