Anda di halaman 1dari 23

DESY_LBM 5 SKN 30101407162

1. Apa definisi, tujuan, manfaat, prinsip, metode, ruang lingkup, hakekat dan
program dari Hiperkes?

HIPERKES (HIGIENE PERUSAHAAN & kESEHATAN KERJA):


Hiperkes adalah lapangan kesehatan yang meliputi pemeliharaan dan peningkatan
derajat kesehatan tenaga kerja melalui pengobatan,perawatan serta menciptakan
higiene perusahaan yang memenuhi syarat. Higiene perusahaan merupakan
spesialisasi kesehatan lingkungan yang meliputi tindakan pencegahan dan
pengendalian terhadap faktor-faktor pengganggu kesehatan karyawan yang bersifat
medis.

o Apa tujuan Hiperkes?


Hiperkes pada dasarnya merupakan penggabungan dua disiplin ilmu yang berbeda
yaitu medis dan teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga mempunyai tujuan
yang sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.

Istilah Hiperkes menurut Undang – Undang tentang ketentuan pokok mengenai


Tenaga Kerja yaitu lapangan kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan-
pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja, dilakukan dengan
mengatur pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja yang sakit, mengatur
persediaan tempat, cara-cara dan syarat yang memenuhi norma-norma hiperkes
untuk mencegah penyakit baik sebagai akibat pekerjaan, maupun penyakit umum
serta menetapkan syarat-syarat kesehatan bagi tenaga kerja.

Pengertian dari Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta
prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat
sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan
mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).

Sedangkan Kesehatan Kerja mempunyai pengertian spesialisasi dalam ilmu


kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau mental
maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif & kuratif terhadap penyakit-
penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.

1. Meningkatkan derajat kesehatan karyawan setinggi-tingginya melalui


pencegahan dan penanggulangan penyakit dan kecelakaan akibat kerja serta
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi karyawan.
2. Meningkatkan produktivitas karyawan dengan memberantas kelelahan
kerja,meningkatkan kegairahan kerja dan memberikan perlindungan kepada
karyawan dan masyarakat sekitarnya thd.bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh perusahaan.

Maksud dan Tujuan Hiperkes :


- Memelihara dan Meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja sebagai
salah satu unsur sangat penting dari kesejahteraan, dan
- Meningkatkan kegairahan kerja, efisiensi, produktifitas dan moril kerja
faktor manusia dalam setiap sektor kegiatan ekonomi.

Definisi hiperkes (Occupational health) menurutJoint International Labour Organization


(ILO)/World HealthOrganization (WHO) Committee on Occupational Health.Terjemahan
bebasnya ialah sebagai berikut :
Hiperkes harus bertujuan untuk : meningkatkan dan meme-lihara kesehatan yang setinggi-
tingginya baik jasmani, rohanimaupun sosial, pada pekerja dalam semua jabatan;
mencegahtimbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh keadaankerja mereka,
melindungi pekerja dalam pekerjaan merekaterhadap bahaya yang dihasilkan oleh faktor yang
merugikankesehatan; menempatkan dan melestarikan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

yang sesuai dengan faal badannya danrohaninya atau secara ringkas : menyesuaikan
pekerjaan ituterhadap manusia dan tiap-tiap orang terhadap jabatannya.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa maksud tujuanhiperkes ialah meningkatkan efisiensi
kerja dan produktivitas pekerja. Cara kerja yang efisien ialah yang hasll kerjanya opti-mal
produktif tetapi tanpa menghamburkan tenaga, uang danwaktu. Sedang yang dimaksud dengan
pekerja ialah semuaorang yang bekerja, baik sebagai majikan, ataupun buruh, pekerja bebas,
petani, nelayan dan lain-lainnya.Berhubung maksud tujuan hiperkes tersebut selalu
sesuaidengan maksud tujuan pembangunan dalam suatu negara,hiperkes harus selalu
berperanan dalam perkembangan pem- bangunan.
Hiperkes pada dasarnya merupakan penggabungan dua disiplin ilmu yang berbeda yaitu medis
dan teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga mempunyai tujuan yang sama yaitu
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Faktor yang mempengaruhi sehat dan produktifitas yaitu
1. Beban kerja (fisik, mental, sosial)
2. Beban tambahan dari lingkungan (fisik, kimia, biologis, fisiologis, psikologi)

3. Kapasitas kerja berupa keterampilan, kesegaran jasmani, kesehatan tingkat gizi, jenis
kelamin, umur, ukuran tubuh.

o Usaha-Usaha Hiperkes
Sanitasi Perusahaan

Salah satu usaha yang dilakukan untuk mencapai persyaratan hiperkes. Sanitasi termasuk
usaha-usaha dan tindakan yang dilakukan untuk mengubah secara langsung maupun tidak
langsung pengaruh lingkungan yang buruk bagi kesehatan manusia menjadi lingkungan yang
menguntungkan. Sanitasi Perusahaan adalah tindakan-tindakan menciptakan kebersihan,
menjaga kesehatan dan memelihara kenyamanan lingkungan kerja di dalam perusahaan yang
memenuhi persyaratan Hiperkes
Dengan melaksanakan sanitasi: faktor-faktor buruk yang dapat menimbulkan penyakit dapat
dicegah dan dihilangkan. Program sanitasi antara lain:
1.Dilakukan untuk mendapatkan hasil yang efektif.
2.Melibatkan seluruh jajaran personel di dalam perusahaan.

Pendidikan dan Pelatihan mengenai Sanitasi

Tujuannya adalah

1. Agar seluruh tenaga kerja memahami arti dan pentingnya melakukan sanitasi
perusahaan.
2. Lingkup Pendidikan :
a. Penerangan tentang prinsip sanitasi,
b. Orientasi sanitasi kepada karyawan baru,
c. Penerangan,instruksi, latihan tentang :
-metode kebersihan,
-materi dan perlengkapan sanitasi
d. Presentasi visual,alat peraga
e. Evaluasi : Secara tertulis dan Pengamatan di lapangan

Higiene Perorangan
Titik sentral kegiatan perusahaan adalah manusia sebagai tenaga kerja,
higiene perusahaan dapat dimulai dari Higiene Perorangan. Higiene
Perorangan merupakan salah satu upaya untuk mencapai persyaratan
hiperkes. Usaha-usaha Higiene Perorangan :
1. Kebersihan Badan,
2. kebersihan mulut,
3. Kebersihan tangan,
4. Kebersihan rambut,
5. Pakaian,
Aspek-aspek Higiene Perorangan
- Pemeriksaan Kesehatan Calon Karyawan,
- Pemeriksaan Kesehatan berkala,
- Pemeriksaan Kesehatan Khusus,
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

- Kesadaran terhadap pentingnya higiene perorangan,


- Iklim perusahaan yang sehat dan memadai,
- Lingkungan kerja yang sehat,terbuka,bersih,
- Perlindungan thd.bahaya dan kecelakaan kerja,
- Pelaksanaan sanitasi lingkungan,
- Peningkatan gizi yang baik,
- Kewajiban memenuhi mentaati syarat-syarat Kesehatan Kerja,
- Pengendalian penyakit
- Kebersihan Selama Kerja
- Pendidikan dan Penyuluhan

o Manfaat Hiperkes

Hygiene perusahaan :

Melindungi pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan atau industri dari bahaya-
bahaya yang mungkin timbul.

Sasaran suatu kegiatan Higiene Perusahaan adalah lingkungan dengan jalan


pengukuran-pengukuran agar tahu bahaya-bahaya yang ada atau mungkin timbul
kualitatif dan kuantitatif, dan dengan pengetahuan tentang bahaya tersebut diadakan
usaha-usaha perbaikan serta pencegahan.

Sumber : Dr. suma’mur P.K., M.Sc. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung
Agung. Jakarta. 1986.

i. Pengamatan dengan pengumpulan data.


ii. Merencanakan dan melaksanakan pengawasan terhadap segala kemungkinan
gangguan kesehatan tenaga kerja dan masyarakat disekitar perusahaan.
Sumber : dr. Dainur. Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Widya Medika.
Jakarta. 1992.

Kesehatan kerja :

i. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-


kecelakaan akibat kerja.
ii. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
iii. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.
iv. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta
kenikmatan kerja.
v. Perlindungan masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari
bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.
vi. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.
Sumber : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip
Dasar. Rineka Cipta. Jakarta. 2003

o Ruang lingkup Hiperkes:

Ilmu hiperkes dalam arti kata yang luas meliputi banyak bidang llmu lain, termasuk :
(a) Ilmu kedokteran kerja (Occupational medicine).
(b) Ilmu higene perusahaan (Industrial hygiene).
(c) Ilmu keracunan perusahaan (Industrial toxicology).
(d) Ilmu faal kerja dan lingkungan (Work and environmental physiology).
(e) llmu jiwa perusahaan (Industrial psychology).
(f) Ilmu perawatan perusahaan (Industrial nursing).
(g) Ilmu keselamatan kerja (Occupational safety).

Sebetulnya terjemahan yang tepat untuk occupational health ialah "kesehatan kerja", tetapi
para ahli teknik (insi-nyur) lalu mengira bahwa ini adalah bidangnya para ahlimedik (dokter)
saja. Mereka tidak merasa ikut terlibat didalamnya. Oleh karena itu ditambah " higene
perusahaan ",sebab dalam bidang higene ini para ahli teknik menyadari bahwa mereka ikut
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

terlibat. Dewasa ini istilah "hiperkes"sudah diterima, meskipun yang dimaksud dengan hiperkes
itusebenarnya
occupational health.
Higene perusahaan adalah bidangnya ahli teknik (insinyur)dan sasarannya adalah lingkungan
kerja. Cara kerja ahli higene perusahaan itu bersifat teknis. Kesehatan kerja adalah bidang-nya
ahli kesehatan (dokter) dan sasarannyapun adalah pekerja.Cara kerja mereka bersifat medik.
Penggabungan kedua istilah"higene perusahaan" dan "kesehatan kerja" menjadi
suatukesatuan, berarti bahwa ahli teknik dan medik harus bekerjasama seerat-eratnya untuk
mengsukseskan maksud tujuannya.Ilmu kedokteran kerja ialah suatu keahlian
(spesialisasi)yang baru dalam llmu kedokteran, dan di Amerlka Serlkat baru diakui sebagai
keahlian dalam tahun 1955. Ilmu ini dalamarti kata yang luas terdiri atas berbagai jurusan,
termasuk :
(a) Ilmu kedokteran perusahaan (Industrial medicine).
(b) Ilmu kedokteran pertanian (Agricultural medicine).
(c) Ilmu kedokteran penerbangan (Aviation medicine).
(d) Ilmu kedokteran angkasa luar (Aerospace medicine).
(e) llmu kedokteran nuklir (Nuclear or Atomic medicine).
(f) Ilmu Kedokteran dibawah air (Underwater or submarinemedicine).
(g) llmu kedokteran olah raga (Sports medicine).
lni menggambarkan bahwa pekerja itu mempunyai lapangankerja yang luas sekali, yaitu di
perindustrian, pertanian, penerbangan, angkasa luar, nuklir, bawah air, olah raga
dansebagainya dengan berbagai macam masalah kesehatan. Masa-lah kesehatan ini
dapat berupa gangguan kesehatan, penyakitdan kecelakaan akibat kerja, dan semuanya dapat
mengurangi produktivitas dan efisiensi kerja
o Langkah-Langkah Hiperkes

Undang-undang Higene Perusahaan.


membantu departemen-departemen, perusahaan-perusaha-an, lembaga-lembaga dan lain-
lainnya dalam hal kebutuh-an : (i) tenaga kesehatan, dan (ii) obat-obatan dan alat-
alatkesehatan lainnya.
Departemen lainnya
seperti Departemen Pertambangandan Energi, Departemen Perindustrian, Departemen
Pertanian,Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga, dan lain-lain adalah
Penyelenggara
hiperkes sesuai dengan isi Undang-undang/Peraturan Pemerintah/Instruksi yang ada. Dari
pembagian tugas dan wewenang ini jelaslah, bahwa Departemen Tenaga Kerja melindungi
Pekerja
terhadap bahayakesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaannya di perusahaandan lingkungan
kerja lainnya, sedangkan Departemen Kesehat-an melindungi
Masyarakat
terhadap bahaya kesehatan yangdiakibatkan oleh perusahaan dan lingkungan kerja lainnyaatau
dengan kata lain : Departemen Tenaga Kerja memprak-tekkan ilmu hiperkes dan Departemen
Kesehatan mempraktek-kan ilmu kesehatan masyarakat.
Entjang, Indan, “Ilmu Kesehatan Masyarakat”, 2000 ,

Suma’mur, 1986. Higiene perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gnung Agung, Jakarta

2. Apa perbedaan Hiperkes dengan kesehatan masyarakat?

No. HIGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT


KESEHATAN KERJA

1. Kesehatan masyarakat tenaga Kesehatan masyarakat umum sebagai


kerja merupakan tujuan utama. sasaran utama
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

2. Yang diurusi biasanya Mengurusi masyarakat yang kurang


golongan yg mudah didekati. mudah dicapai.

3. Ditandai dengan sangat Sulit untuk melaksanakan pemeriksaan


efektifnya pemeriksaan periodik.
kesehatan sebelum bekerja
dan periodik.

4. Yang dihadapi adalah Lingkungan umum merupakan suatu


lingkungan kerja. problema pokok.

5. Terutama bertujuan Tujuan pokoknya adalah kesehatan dan


peningkatan produktivitas. kesejahteraan masyarakat, sedangkan
aspek produktivitas hanya menonjol
apabila terjadi wabah-wabah.

6. Dibiayai oleh perusahaan atau Dibiayai oleh anggaran pemerintah.


masyarakat tenaga kerja.

7. Pengembangannya sangat Perkembangannya sangat cepat setelah


pesat sesudah revolusi kemajuan-kemajuan di bidang ilmu jasad
industri. renik.

8. Perundang-undangan berada Perundang-undangan termasuk dalam ilmu


dalam lingkup kesehatan.
ketenagakerjaan.

Bunga Rampai, hiperkes & kk, edisi kedua (revisi), undip, th 2005

3. Apa definisi, tujuan, manfaat, prinsip, metode, ruang lingkup, dari ergonomi?

ERGONOMI
Ergonomi berasal dari bahasa latin; ergon (kerja) dan nomoi (hukum alam). Secara
sederhana ergonomi berarti ilmu yang mempelajari bagamana pekerjaan seharusnya
dilakukan agar sesuai dengan kondisi alamiah manusia. Ergonomi jelas penting untuk
dipertimbangkan dalam merancang setiap pekerjaan. Pekerjaan yang dirancang dengan
mempertimbangkan faktor ergonomi dapat menghindari terjadinya cepat lelah dan
cedera otot, yang akhirnya meningkatkan produktifitas pekerja.
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan
dihadapi.
Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh
agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai
dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to
the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi
manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya,
agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan
produktivitasnya”.

Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu ergonomi.Tujuan-tujuan dari
penerapan ergonomi adalah sebagai berikut (Tarwaka, 2004):
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cideradan
penyakit akibat kerja,
b. menurunkan beban kerja fisik dan mental,mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
c. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosialdan
mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baikselama kurun
waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
d. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis,
danantropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta
kualitaskerja dan kualitas hidup yang tinggi.
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

Apa saja aspek2 dari Ergonomi:

Ruang lingkup Ergonomi:


Sesuai dengan definisi ergonomi yang telah disebutkan, dapat dikatakan bahwa kajian
utama dari ergonomi adalah perilaku manusia sebagai objek utama sesuai dengan
prinsip fitting the task/the job to the man. Pada berbagai literatur terdapat perbedaan
dalam menentukan bidang-bidang kajian ergonomi. Pada prinsipnya perbedaan tersebut
hanya pada pengelompokkan perilaku-perilaku manusianya.
Berkaitan dengan bidang penyelidikan yang dilakukan, ergonomi dikelompokkan atas
empat bidang penyelidikan, yaitu:
1. Penyelidikan tentang Display.
Display adalah suatu perangkat antara (interface) yang menyajikan informasi tentang
keadaan lingkungan dan mengkomunikasikannya kepada manusia dalam bentuk angka-
angka, tanda-tanda, lambang dan sebagainya. Informasi ini dapat disajikan dalam
bentuk statis, misalnya peta suatu kota dan dapat pula dalam bentuk dinamis yang
menggambarkan perubahan variabel menurut waktu, misalnya speedometer.
2. Penyelidikan tentang Kekuatan Fisik Manusia.
Dalam hal ini penyelidikan dilakukan terhadap aktivitas-aktivitas manusia pada saat
bekerja dan kemudian dipelajari cara mengukur aktivitas-aktivitas tersebut. Penyelidikan
ini juga mempelajari perancangan obyek serta peralatan yang disesuaikan dengan
kemampuan fisik manusia pada saat melakukan aktivitasnya.
3. Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja.
Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan tempat kerja yang sesuai
dengan dimensi tubuh manusia agar diperoleh tempat kerja yang baik sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia.
4. Penyelidikan tentang Lingkungan Kerja.
Penyelidikan ini meliputi kondisi lingkungan fisik tempat kerja dan fasilitas, seperti
pengaturan cahaya, kebisingan suara, temperatur, getaran dan lain-lain yang dianggap
mempengaruhi tingkah laku manusia.

Pengelompokkan bidang kajian ergonomi yang secara lengkap dikelompokkan


oleh Dr. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana (1979) sebagai berikut:
1. Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk
perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan
saat bekerja.
2. Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan peralatan dan fasilitas
sehingga sesuai dengan pemakainya.
3. Biomekanika yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan mekanisme
tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan otot manusia dalam
bekerja dan sebagainya
4. Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan masalah
penginderaan manusia, baik indera penglihatan, penciuman, perasa dan sebagainya.
5. Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek psikologis
dan suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya stres dan lain
sebagainya.
Apa saja Prinsip2 Ergonomi?
 Bekerja dalam posisi atau postur normal.
 Mengurangi beban berlebihan.

 Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan.

 Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh.

 Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan.

 Minimalisasi gerakan statis.

 Minimalisasikan titik beban.

 Mencakup jarak ruang.

 Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.

 Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja.

 Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti.

(Suma’mur.1986.Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja.Jakarta : Gunung Agung)

4. Apa definisi, tujuan, manfaat, prinsip, metode, ruang lingkup, syarat, program, faktor-
faktor dari K3?

K3 ( KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA):


Apa saja tujuannya?

 Melindungi hak keselamatan tenaga kerja dalam/selama melakukan pekerjaan untuk


kesejahteraan hidup serta peningkatan produksi dan produktivitas nasional
 Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
 Memelihara sumber produksi serta menggunakan dengan amat dan berdayaguna
(efisien)
(Dr.Dainur.1995.Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat)

Sasaran-sasaran utama keselamatan kerja adalah tempat kerja, yang padanya :


 Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau
instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau
peledakan.
 Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan
atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan
infeksi, bersuhu tinggi.
 Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran
rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan, saluran atau
terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dilakukan pekerjaan persiapan.
 Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan.
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

 Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam
lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam
bumi, maupun di dasar perairan.
 Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan melalui
terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun udara.
 Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau
gudang.
 Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air.
 Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah.
 Dilakukan pekerjaaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena
pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting.
 Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur, atau lobang.
 Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
 Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.
 Dilakukan pendidikan atau pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang
menggunakan alat teknis.
 Dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas,
minyak atau air.
 Dilakukan pekerjan-pekerjaan yang lain yang berbahaya.
(Suma’mur.1986.Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja.Jakarta : Gunung Agung)

Apa saja faktor determinan dari K3?

untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat pekerja dan produktivitas kerja dan
yang setinggi-tingginya diperlukan suatu prakondisi yang menguntungkan bagi
masyarakat pekerja tersebut. Prakondisi inilah yang disebut determinan kesehatan
kerja yang mencakup tiga faktor utama, yaitu : beban kerja, beban tambahan akibat
dari lingkungan kerja, dan kemampuan kerja

a. beban kerja
beban pekerjaan dapat berupa beban fisik, beban mental ataupun beban sosial
sesuai dengan pekerjaan si pelaku. Tingkat ketepatan penempatan seseorang
pada suatu pekerjaan, disamping didasarkan pada beban optimum, juga
dipengaruhi oleh pengalaman, keterampilan, motivasi dsb.

Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau mengatur beban kerja para


karyawan atau pekerja dengan cara merencanakan atau mendesain suatu alat
yang dapat mengurangi beban kerja. Misalnya alat untuk mengangkat barang
yang berat diciptakan gerobak, untuk mempercepat pekerjaan tulis menulis
diciptakan mesin ketik dan komputer, untuk mengurangi beban hitung
menghitung diciptakan kalkulator atau komputer.

b. beban tambahan
lingkungan merupakan beban tambahan karena mengganggu pekerjaan dan
harus diatasi oleh pekerja atau karyawan yang bersangkutan. Beban tambahan
dapat dikelompokkan menjadi 5 faktor yaitu :

 faktor fisik, misalnya : penerangan/ pencahayaan yang


tidak cukup, suhu udara yang panas, kelembaban yang tinggi atau rendah,
suara yang bising dsb
 faktor kimia, yaitu bahan-bahan kimia yang menimbulkan
gangguan kerja, misalnya : bau gas, uap atau asap,debu, dsb
 faktor biologi, yaitu binatang atau hewan dan tumbuh-
tumbuhan yang menyebabkan pandangan tidak enak menggangu misalnya :
lalat,kecoa, lumut, taman yang tak teratur, dsb
 faktor fisiologi,yakni peralatan kerja yang tidak sesuai
dengan ukuran tubuh atau anggota badan ( ergonomic , misalnya : meja atau
kursi yang terlalu tinggi atau pendek
 faktor sosial-psikologi, yaitu suasana kerja yang tidak
harmonis, misalnya : adanya klik, gosip, cemburu, dsb
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

lingkungan kerja yang tidak sehat akan menjadi beban tambahan bagi kerja atau
karyawan, misalnya :

 penerangan atau pencahayaan ruangan kerja yang tidak


cukup dapat menyebabkan kelelahan mata
 kegaduhan dan bising dapat menggangu konsentrasi,
mengganggu daya ingat, dan menyebabkan kelelahan psikologis
 gas, uap, asap dan debu yang terhisap lewat pernafasan
dapat mempengaruhi berfungsinya berbagai jaringan tubuh, yang akhirnya
menurunkan daya kerja
 binatang, khususnya serangga ( nyamuk, kecoa, lalat,
dsb ) di samping menganggu konsentrasi kerja, juga merupakan pemindahan
( vektor ) dan penyebab penyakit
 alat-alat bantu kerja yang tidak ergonomis ( tidak sesuai
dengan ukuran tubuh ) akan menyebabkan kelelahan kerja yang cepat
 hubungan atau iklim kerja yang tidak harmonis dapat
menimbulkan kebosanan, tidak betah kerja, dsb, yang akhirnya menurunkan
produktivitas kerja

Cara-cara mengatur lingkungan agar tidak menjadi beban kerja :

 penerangan/ pencahayaan yang cukup, standar


penerangan tempat kerja setara dengan 100 sampai dengan 200 kaki lilin.
Penggunaan lampu neon ( fluorecent ) dianjurkan karena : kesilauan rendah,
tidak banyak bayangan, dan suhu rendah
 dekorasi warna di tempat kerja.
 ruangan yang diberi pendingin ( AC ) akan
meningkatkan efisiensi kerja, namun suhu yang terlalu dingin juga akan
mengurangi efisiensi
 bebas serangga ( lalat, nyamuk, kecoa ) dan bebas
dari bau-bauan yang tidak sedap
 penggunaan musik di tempat kerja, dsb
c. kemampuan kerja
kemampuan seseorang dalam melakuka pekerjaan berbeda dengan seseorang
yang lain, meskipun pendidikan dan pengalamannya sama, dan bekerja pada
suatu pekerjaan atau tugas yang sama. Perbedaan ini disebabkan karena
kapasitas orang tersebut berbeda. Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa
dari lahir olh seseorang yang terbatas. Artinya kemmapuan tersebut dapat
berkembang karena pendidikan atau pengalaman tetapi sampai pada batas-
batas tertentu saja.

Kapasitas dipengaaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : gizi dan kesehatan ibi,
genetik dan lingkungan. Selanjutnya kapasitas ini mempengaruhi atau
menentukan kemempuan seseorang.

Peningkatan kemampuan tenaga kerja akhirnya akan berdampak terhadap


peningkatan produktivitas kerja.

KECELAKAAN KERJA:

Diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan yakni :

a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :


 Terjatuh
 Tertimpa benda
 Tertumbuk atau terkena benda2
 Terjepit oleh benda
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

 Gerakan2 melebihi kemampuan


 Pengaruh suhu tinggi
 Terkena arus listrik
 Kontak bahan2 berbahaya atau radiasi
b. Klasifikasi menurut penyebab :
 Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergaji kayu,dsb
 Alat angkut, alat angkut darat, udara, dan alat angkut air
 Peralatan lain, misalnya : dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin, alat2
listrik, dsb
 Bahan2, zat2, dan radiasi misalnya bahan peledak, gas, zat2 kimia,dsb
 Lingkungan kerja (diluar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah tanah)
 Penyebab lain yg belum masuk tsb diatas
c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :
 Patah tulang
 Dislokasi (keseleo)
 Regang otot (urat)
 Memar dan luka dalam yg lain
 Amputasi
 Luka di permukaan
 Gegar dan remuk
 Luka bakar
 Keracunan2 mendadak
 Pengaruh radiasi
 Lain2
d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :
 Kepala
 Leher
 Badan
 Anggota atas
 Anggota bawah
 Banyak tempat
 Letak lain yg tdk termasuk dlm klasifikasi tsb
(SOEKIDJO, IKM)

Apa saja pencegahannya?

 perlu dibina keakhlian higiene perusahaan dan kesehtan kerja dengan Lembaga
Nasional Higienen Perusahaan dan Kesehatan Kerja sebagai nukleus keakhlian
 perlu dibina keakhlian tenaga kesehatan pada tingkat perusahaan dan perlu ditingkatkan
pengerahan tenaga-tenaga kesehatan ke dalam sektor produksi. Serta perlu dibina pula
para tekhnisi yang bersangkutan dengan proses produksi dengan diberikan skill
tambahan tentang human engineering
 perlu diusahakan pendidikan dan training kepada pengusaha dan buruh tentang
pentingnya kesehatan produksi dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sebagai
sarana kearah kenikmatan dan kesejahtaraan bangsa.
 Perlu dikembangkannya ”applied research” yang dapat memenukan karakteristika-
karakteristika manusia Indonesia, misal saja tentang waktu kerjadan istirahat, gizi, dan
produktivitas, daerah-daerah nikmat kerja dan produktivitas kerja optimal, dll.
 Keakhlian –keakhlian dalam hiperkes harus selalu dapat dimanfaatkan oleh setiap
sektor produksi manakala sewaktu-waktu diperlukan nasehat-nasehat sesuai kebutuhan
 Pembinaan lapangan kesehatan dalam produksi nin memerlukan kerja sama yang
sebaik-baiknya diantara Depertemen Kesehatan, Departemen Tenaga Kerja,
Departeman Perindustrian, Departemen Pertaian, Departemen Pertambangan agar
diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
Sumber : Dr. suma’mur P.K., M.Sc. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung
Agung. Jakarta. 1986.
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

Apa saja penanganannya?

Berupa pengamatan dan evaluasi secara kualitatif dan kuantitatif :

 Pengamatan semua bahan/materi keadaan serta keadaan lingkungan kerja yang


mungkin sebagai penyebab penyakit akibat kerja
 Mengamati proses produksi dan alat-alat produksi yang dipergunakan
 Pengamatan semua sistem pengawasan itu sendiri :
a) Pemakaian alat pelindung/pengaman : jenis, kualitas, kuantitas, ukuran, dan
komposisi bahan alat pelindung
b) Pembuangan sisa produksi (debu, asap, gas, larutan)
c) Jenis, konsentrasi/unsur-unsur bahan baku, pengolahan dan penyimpanan
bahan baku
d) Keadaan ligkungan fisik (suhu, kelembaban, tekanan pencahayaan, ventilasi,
intensitas suara/bising, getaran)
 Cara-cara pengawasan :
a) Mengganti substitusi bahan baku yang berbahaya dengan bahan lain yang
kurang berbahaya bagi kesehatan
b) Mengganti atau mengubah cara pengolahan untuk mengurangi bahaya dari
bahan sisa
c) Menyediakan rambu-rambu/tanda pengaman, serta alat pengaman lanilla
d) mengisolasi tenaga verja dari keadaan-keadaan yang membahayakan
kesehatannya
e) Menyerap bahan/keadaan yang membahayakan/mengganggu kesehatan tenaga
verja, misalnya menyalurkan debu, uap gas asap larutan, dan ke tempat basah
(wet method), atau menyalurkan ke tempat terbuka dengan perbaikan ventilasi
f) Pengamatn dan pengawasan terus menerus perlengkapan bangunan preusan,
fasilitas sanitasi, fasilitas penyediaan air minum dan makanan tambahan, kamar
mandi, tempat cuci tangan, serta alat pengaman bangunan
g) Evaluasi, pengamatan dan pengawasan :
 Proses pekerjaan, alat-alat
 Posisi pada saat melakukan verja (duduk, berdiri dll)
 Lamanya bekerja dan penggunaan alat setiap hari kerja
 Memperhatikan berbagai kemungkinan kontak antara kulit dengan bahan
baku atau bahan jadi
h) Pengamatan pengaturan giliran verja (shift/rotation) dari setiap tenaga kerja
i) Penyuluhan dan latihan bagi karyawan
j) Pengawasan, pengamatan dan surveilance medis
k) Pengamatan serta pengawasan higiene perorangan
l) Pemantapan program kegiatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan baku
serta bahan jadi
m) Pengamatan dan pengawasan terhadap sikap dan tingkah laku tenaga kerja
sewaktu melakukan pekerjaan
(Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, dr. Dainur)

5. Apa bedanya dokter perusahaan dengan dokter klinik ?

6. Apa faktor penyebab PAK ? dan apa saja macam PAK ? (cara/langkah mendiagnosa
PAK sampai pelaporan PAK tentang asbesitosis)

PENYAKIT AKIBAT KERJA:


Apa saja macam-macamnya?

1. SILICOSIS
Silicosis adalãh penyakit yang paling penting dari golongan pneumokoniasis.
Penyebabnya adalah silica hebas (SiO2) yang terdapat pada debu yang dihirup waktu
bernafas dan ditimbun dalam paru-paru. Tidaklah boleh dilupakan, bahwa silica bebas
berlainan dengan garam-garam silicat yang tidak rnenyebabkan silicosis. Penyakit ini
biasanya terdápat pada pekerja-pekerja di perusahaan yang menghasilkan batu-batu
untuk bangunan, di perusahaan granit, di perusahaan keramik, di tambang timah putih, di
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

tambang besi, di tambang batu bara, di perusahaan tempat menggerinda besi, di pabrik
besi dan baja, dalam proses “sandblasting’, dan lain-lain. Singkatnya, penyakit tersebut
selalu mungkin terdapat pada pekerja yang menghirup debu dengan silica bebas di
dalamnya.

Masa inkubasi silicosis adalah 2-4 tahun. Sebagaimana umumnya berlaku untuk
penyakit-penyakit, masa inkubasi ini sangat tergantung dari banyaknya debu dan kadar
silica bebas di dalam debu tesebut. Makin banyak silica bebas yang dihirup ke dalam
paru-paru, makin pendek masa inkubasi penyakit silicosis. Silicosis digolongkan menurut
tingkat sakit penyakit tersebut, yaitu tingkat pertama, kedua, dan ketiga, atau masing-
masing disebut pula tingkat ringan, sedang, dan berat.

a. Tingkat pertama atau silicosis ringan


Ditandai dengan sesak nafas (dyspnea) ketika bekerja, mula-mula ringan. kemudian
bertambah berat. Sepanjang tingkat sakit demikian, dyspnea merupakan tanda
terpenting. Batuk-batuk mungkin sudah terdapat pada fase pertama ini, tetapi
biasanya kering, tidak berdahak. Keadaan umum penderita masih baik. Gejala-gejala
klinis paru-paru sangat sedikit. Pengembangan paru-paru sedikit terganggu, atau
t.idak sama sekali. Suara pernafasan dãlam batas normal. Biasanya gangguan
kemampuan bekerja sedikit sekali atau tidak ada. Mungkin pada pekerja berusia
lanjut didapati hyperesonansi oleh karena emphysema. Gambaran rontgen
menunjukkan bayangan noduli yang terpisah, bundar dan paling besar diameternya 2
mm. Noduli mungkin terlihat pada sebagian lapangan paru-paru atau pada
seluruhnya, tapi yang penting adalah terpisahnya noduli satu dengan yang lainnya.
Kadang-kadang noduli tertutup oleh bayangan gelap yang mengesankan adanya
emphysema.

b. Tingkat kedua atau silicosis sedang


Sesak dan batuk menjadi sangat kentara. Tanda-tanda kelainan paru-paru pada
pemeriksaan klinis juga tampak. Dada kurang berkembang. Suara nafas tidak jarang
bronchial. Ronchi terutama terdapat di basis paru. Selalu ditemui gangguan
kemampuan untuk bekerja. Gambaran rontgen menunjukan bahwa pada seluruh
lapangan paru-paru terlihat noduli, dan terdapat penyatuan dari beberapa noduli
membentuk bayangan yang lebih besar.

c. Tingkat ketiga atau silicosis berat


Sesak mengakibatkan keadaan cacat total. Dapat terlihat hypertrofi jantung kanan,
dan kemudian tanda-tanda kegagalan jantung kanan. Gambaran paru-paru
memperlihatkan daerah-daerah dengan konsolidasi massif. Sampai kini belumlah
jelas bagaimana mekanisme silica bebas menimbulkan silicosis. Terdapat ernpat
buah teori tentang mekanisme tersebut yaitu:

1)Teori mekanis, yang menganggap permukaan runcing debu-debu merangsang


terjadinya penyakit.
2) Teori elektromagnetis, yang menduga bahwa gelombang-gelombang
elektromagnetislah penyebab silicosis dalam paru-paru
3) Teori silikat, yang menjelaskan bahwa SiO2 bereaksi dengan air dan jaringan
paru-paru, sehingga terbentuk silikat yang menyebabkan kelainan paru-paru.
4) Teori immunologis, yaitu tubuh mengadakan zat anti yang bereaksi di paru-paru
dengan antigen berasal dari debu.
Pencegahan silicosis dapat dilakukan dengan cara:

a. Substitusi misalnya mengganti “kieslguhr” dengan batu kapur untuk pendinginan


lambat penghancuran logam, dan zircoñicum sebagai pengganti tepung silica dalam
pabrik penuangan besi atau baja. Untuk gurinda digunakan carborundum, emery,
atau alumina, bukan lagi dari bahan silica. Demikian pula “sandblasting’, yaitu proses
meratakan permukaan logam dengan debu pasir yang disemprotkan dengan
tekanan tinggi, pasir diganti dengan bubuk alumina.
b. Penurunan kadar debu di udara tempat kerja
c. Perlindungan diri pada pekerja, antara lain berupa tutup hidung, yang paling
sederhana terbuat dari kain kasa.
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

d. Ventilasi umum, dengan mengalirkan udara ke ruang kerja melalui pintu dan jendela,
tapi cara ini biasanya mahal harganya.
e. Ventilasi lokal, yang disebut pompa ke luar setempat, biayanya lebih murah
f. Pompa keluar setempat dimaksudkan untuk menghisap debu dari tempat sumber
debu dihasilkan, dan mengurangi sedapat mungkin debu di daerah kerja.
Di samping usaha-usaha seperti tersebut di atas, pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
dan berkala adalah penting, Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja berguna misalnya
untuk tidak menerima penderita-penderita sakit paru, dan untuk tidak menempatkan
seorang calon pekerja yang pernah sakit demikian di tempat kerja yang banyak debu.
Terutama penyakit-penyakit seperti TBC paru, bronchitis kronik, asthma bronchiale, dan
lain-lain merupakan alasan kuat menolak para calon untuk bekerja yang menghadapi
silica bebas. Pemeriksaan berkala dimaksudkan untuk menemukan penderita-penderita
silicosis sedini mungkin; yang kemudian dapat segera dipindahkan pekerjaan agar cacat
dapat dicegah.

2. ANTHRACOSIS
Anthracosis adalah pneumokosis oleh karena debu-debu arang batu. Masa inkubasi
penyakit ini adalah 2-4 tahun. Anthracosis terlihat dalam tiga gambaran klinis, yaitu
anthracosis murni, silicoanthracosis dan tuberculosilicoanthracosis. Anthracosis murni
biasanya lambat menjadi berat dan tidak begitu berbahaya, kecuali jika terjadi
emphysema yang rnungkin menyebabkan kematian. Pada silicoanthracosis jarang terjadi
émphysema. Pada tuberculosilicanthracosis, selain terdapat ke!ainan paru-paru oleh
debu yang mengandung silica dan arang batu juga oleh basil-basil tubeculosa yang
menyerang paru-paru. Dalam hal ini gambaran klinis tidaklah begitu berbeda dengan
silicosis murni. Riwayat penyakit secara klinis dari anthracosis mungkin bertahun-tahun.
Kadang-kadang penderita tidak memperlihatkan gejala, walaupun rontgen paru
nenunjukkan kelainan-kelainan. Untuk waktu yang lama gejala yang menonjol hanyalah
sesak nafas. Sering kali penderita batuk dengan dahak kehitaman, gejala tersebut
disebut melanoptysis, yang terjadi bertahun-tahun. Dada penderita menjadi bundar dan
ujung-ujung jarinya membesar (clubbing fingers). Perkusi hyperresonant terdapat di
dasar paru, sedangkan pada auskultasi adalah lemah. Krepitasi terdengar, apabila
penderita dihinggapi bronchitis juga. Pemeriksaan laju endapan darah secara berkala
memperlihatkan hasil-hasil tërus meninggi. Gambaran klinis berakhir dengan kegagalan
jantung kanan atau silicotuberculosis yang menyebabkan kematian.

Cara-cara pencegahan anthracosis dan komplikasi-komplikasinya adalah sebagai berikut

a. Ventilasi penting untuk mengurangi kadar debu di udara.


b. Pemotongan (cutting) arang batu dilakukan secara basah dengan jalan
menyemprotkan air ke rantai alat pemotong pada tempat-tempat rantai bersentuhan
dengan permukaan.
c. Pengeboran basah dengan aliran air bertekanan tinggi ke tempat-tempat mengebor,
pengeboran kering harus dilarang.
d. Membasahi permukaan arang batu dengan air.
e. Memercikkan air ke arang batu yang diangkat, dimuat dan diangkut.
f. Masker debu untuk dipakai pada waktu memasuki tambang sesudah peledakan.
Perlu diingatkan, bahwa umumnya masker-masker ini terbatas umurnya sesuai
dengan effisiensi masker tersebut.
g. Pengukuran kadar debu arang batu di udara tempat kerja
h. Perneriksaan paru-paru berkala untuk diagnosa sedini mungkin.

3. ASBESITOSIS
Asbesitosis adalah salah satu jenis pneumokoniasis yang penyebabnya adalah asbes.
Asbes adalah campuran berbagai silikat, tapi yang terpenting adalah magnesium silikat.
Pekerjaan-pekerjaan dengan bahaya penyakit tersebut adalah bahan asbes, penenunan
dãn pemintalan asbes, reparasi tekstil yang terbuat dari asbes dan lain-lain. penggunaan
asbes untuk keperluan pembangunan. Kelainan dalam paru-paru tidak berbentuk noduli
yang terpisah satu dengan yang lainnya, melainkan kelainan fibrous yang diffuse dan
disertai penebalan pleura dan juga emphysema. Debu asbes yang dihirup masuk dalam
paru-paru mengalami perubahan menjadi “badan-badan asbestos” oleh pengendapan-
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

pengendapan fibrin di sekitar serat-serat asbes tersebut, badan-badan ini pada


pemeriksaan mikrôskopis berupa batang dengan panjang sampai 200 mikrôn. Gejala-
gejala asbesitosis adalah sesak nafas, batuk, dan banyak mengeluarkan dahak. Tanda-
tanda fisis adalah cyanosis, pelebaran ujung-ujung jari, dan krepitasi halus di dasar paru
pada auskultasi. Ludah mengandung badan-badan asbestos yang Baru mempunyai arti
untuk diagnosa apabila terdapat dalam kelompok-kelornpok. Kelainan radiologis lambat
terlihat, sedangkan gejala-gejala telah lebih dahulu tampak. Gambaran rontgen pada
permulaan sakit menunjukkan gambaran “ground glass appearance’ atau dengan titik-titik
halus di basis paru, sedangkan batas-batas jantung dan diafragma tidaklah jelas. Cara
pencegahan asbesitosis antara lain dengan usaha-usaha :

a. Menurunkan kadar debu di udara.


b. Pada pertambangan asbes, pengeboran harus secara basah.
c. Di perindustrian tekstil dengan menggunakan asbes, harus diadakan ventilasi
setempat atau pompa keluar setempat.
d. Di saat mesin karding dibersihkan, pekerja-pekerja yang tidak bertugas tidak
boleh berada di tempat tersebut, sedangkan petugas memakai alat-alat
perlindungan diri secukupnya.
e. Jika seorang pekerja harus memasuki ruang yang penuh oleh debu asbes, ia
harus memakai alat pernafasan yang memungkinkannya bernafas udara segar.
f. Sebaiknya pembersihan mesin karding dilakukan secara penghisapan hampa
udara.
g. pendidikan tentang kesehatan dan penerangan tentang bahaya penyakit
kepada pekerja.
4. BYSSINOSIS
Byssinosis adalah pneumokôniosis yang penyebabnya terutama oleh debu kapas kepada
pekerja-pekerja dalam industri tekstil. Penyakit itu terutama erat dengan pekerjaan
kirding dan blowing, tapi terdapat pula pada pekerjaan-pekerjaan lainya, bahkan dari
prmulaan proses, yaitu pembuangan biji kapas, sampai pada proses terakhir yaitu
penenunan, Masa inkubasi rata-rata terpendek adalah 5 tahun, yaitu bagi para pekerja
pada karding dan blowing. Bagi para pekerja lainya masá inkubasi ini lebih dari 5 tahun.

5. BERRYLIOSIS
Berryliosis adalah pneumokoniosis yang penyebabnya adalah debu berrylium. Menghirup
udara yang mengandung berrylium berupa logam oksida fluorida menyebabkan
bronchitis dan pneumonitis. Apabila yang dihirup itu adalah debu silikat dari seng
bêrrytium, dan mangan, pada banyak peristiwa terjadi pneumonitis terlambat atau
kemudian, yang dikenal sebagai berryliosis chronica. Gejala-gejalanya adalah berat
badan menurun sangat cepat dan disertai keluhan sesak nafas. Batuk dan banyak dahak
bukan rnerupakan gejala terpenting pada riwayat penyakit berryliosis. Pernriksaan klinik
biasanya tidak menunjukkan kelainan-kelainan yang luar biasa, tetapi mungkin terdengar
suara-suara tambahan pada auskultasi. Pada keadaan sakit dini gambaran rontgen
memperlihatkan bayangan kabur, tapi kemudian retikuler, dan akhirnya nodul yang
terpisah-pisah serta tersebar.

6. STANNOSIS
Stannosis adalah pneumokoniosis yang tidak begitu berbahaya, yang penyebabnya
adalab debu biji timah putih. Penyakit ini terdapat pada pekerja yang berhubungan
dengan pengolahan biji timah atau industri-industri yang menggunakan timah putih. Pada
stannosis biasanya tidak terdapat fibrosis yang massif tidak ada tanda-tanda cacat paru-
paru, dan jarang terjadi komplikasi. Pada keadaan sakit tingkat permulaan, gambaran
rontgen paru-paru menunjukkan penambahan corakan dan penyebaran hilus. Kemudian
nampak noduli di daerah antar iga ketiga, rnula-mula di paru kanan, lalu di paru kiri.
Lebih lanjut, penambahan corakan hilang, sedangkan noduli semakin jelas dan opak.

7. SIDEROSIS
Debu yang mengandung prsenyawaan besi dapat menyebabkan siderosis. Penyakit ini
tidak begitu berbahaya dan tidak progresif. Sidarosis terdapat pada pekerja-pekerja yang
menghirup debu dan pengolahan bijih besi. Biasanya pada siderosis murni tidak terjadi
fibrosis atau emphysema, sehingga tidak ada pula cacat paru.
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

8. TALKOSIS
Talkosis adalah pneurnokoniasis yang disebabkan oleh debu talk yang masuk ke dalam
paru-paru. Biasanya talk merupakan campuran mineral-mineral, jadi bukan hanya Mg-
silikat saja. Menghirup talk bisa menyebabkan fibrosis peribronchial dan perivaskuler.
Gambaran rontgen paru menunjukkan bulla emphysema dan fibrosis.

Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta

A. Sifat fisik

Meliputi : gas, uap,debu, fume, asap, misalnya kabut atau fog. Timah hitam dalam
bentuk fume lebih beracun daripada bentuk debunya. Larutan yang bertekanan uap tinggi
misalnya benzena lebih toksik dibandingkan larutan yang tekanan uapnya rendah.

Contoh : Toluene

b. Sifat Kimia

Jenis senyawa, besar molekul, konsentrasi dan daya larut. Sebagai contoh gas yang
larut dalam air ( amonia dan sulfur dioksida ) bila terhirup meskipun kadarnya rendah akan
mengiritasi saluran nafas atas.Sedang gas yang tidak mudah larut dalam air ( Nitrogen
Dioksida, Ozon, Fosgen) dapat mecapai saluran nafas yang lebih dalam.

c. Port d entre ( Cara masuk di dalam tubuh )

Zat kimia masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan ( perinhalasi )saluran cerna
( per oral )dan kulit ( per dermal ). Inhalasi merupakan cara masuk yang paling sering dalam
industri.

d. Faktor individu

Usia ,jenis kelamin, ras ,status gizi, kesehatan ,faktor genetik dan kebiasaan lain
misalnya merokok ,minum-minuman keras, toleransi dan sebagainya

Hiperkes dan KK, UNDIP SEMARANG

1. Nilai ambang batas dan kadar tertinggi dari racun :


Nilai Ambang Batas (NAB) : kadar yg pekerja sanggup menghadapinya dengan tidak
menunjukkan penyakit atau kelainan dalam pekerjaan mereka sehari-hari untuk waktu 8 jam
sehari dan 40 jam seminggunya.

Kadar Tertinggi Diperkenankan : nilai tertinggi dari kadar sesuatu zat yg pekerja tidak
menderita penyakit atau gangguan kesehatan oleh karenanya (lebih menekankan pada efek
akut dari pada efek kumulatif atau menahun.

pa saja penyebabnya?

Apa saja penanganannya?

2. Nilai ambang batas dan kadar tertinggi dari racun :


Nilai Ambang Batas (NAB) : kadar yg pekerja sanggup menghadapinya dengan tidak
menunjukkan penyakit atau kelainan dalam pekerjaan mereka sehari-hari untuk waktu 8 jam
sehari dan 40 jam seminggunya.

Kadar Tertinggi Diperkenankan : nilai tertinggi dari kadar sesuatu zat yg pekerja tidak
menderita penyakit atau gangguan kesehatan oleh karenanya (lebih menekankan pada efek
akut dari pada efek kumulatif atau menahun.

(Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja .....Dr. Suma’mur)

Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika di tempat kerja, yang terdiri dari NAB iklim kerja
dan kebisingan. NAB ini di tetapkan berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Nomor SE-01/MEN/ 1978.
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

Selanjutnya NAB faktor fisika tahun 1978 ditinjau kembali untuk disempurnakan menjadi
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika yang terdiri dari Nilai Ambang Batas,

* Iklim Kerja,

* Intensitas kebisingan,

* Intensitas getaran,

* Radiasi Gelombang mikro (microwave)

* Radiasi sinar ultra violet.

Nilai Ambang Batas faktor fisika ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor Kep.51/MEN/1999.

2. Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Kimia, yang pertama ditetapkan berdasarkan Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor SE-02/MEN/1978.

Ditinjau kembali dan disempurnakan pada tahun 1997, dan ditetapkan berdasarkan
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor-01/MEN/1997.

3. Standar jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk melakukan suatu jenis
pekerjaan (belum ditetapkan secara hukum).

4. Standar ukuran sarana kerja yang dianjurkan untuk tenaga kerja Indonesia
(ditetapkan berdasrkan lokakarya Ergonomi).

http://www.nakertrans.go.id/pedoman/standar_hiperkes.php

7. Bagaimana pencegahan PAK ? (asbesitosis)

Upaya pengendalian terhadap penyakit akibat kerja:


 Substitusi : yakni mengganti bahan berbahaya dengan bahan yang kurang atau tidak
berbahaya sama sekali, tanpa mengurangi hasil pekerjaan maupun mutunya.
 Isolasi, yakni memisahkan proses yg berbahaya dari pekerja atau unit lainnya.
Misalnya menyendirikan mesin-mesin yg sangat gemuruh, atau proses2 yg menghasilkan
gas atau uap yang berbahaya.
 Ventilasi umum yang dilakukan dengan mengalirkan udara kedalam ruang kerja agar
kadar bahan yang berbahaya berkurang.
 Metode basah untuk mengurangi tersebarnya debu dalam proses produksi
 Ventilasi keluar setempat dengan menggunakan alat penghisap agar bahan yg
berbahaya dapat dialirkan keluar
 Perawatan rumah tangga yg baik, meliputi kebersihan, pembuangan sampah,
pencucian dan pengaturan tempat kerja yg aman.
 Terhadap pekerja perlu dilaksanakan :
 Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
 Pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus untuk mengetahui apakah
pekerjaan yang dilakukan telah menimbulkan gangguan, kelainan pada pekerja atau
tidak.
 Penggunaan alat pelindung diri.
 Penyuluhan sebelum kerja agar diketahui bahaya dan cara kerja yang benar
dan aman.
 Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, dll.
 Pengawasan dan pemantauan lingkungan kerja yang dilakukan secara teratur dan terus-
menerus.
(Suma’mur.1986.Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja.Jakarta : Gunung Agung)

Cara perlindungan diri untuk pekerja


DESY_LBM 5 SKN 30101407162

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha2 :

 tehnis pengamanan tempat , peralatan dan lingkungan kerja


cara perlindungan diri pekerja antara lain dengan memakai pakaian kerja sbg suatu alat
perlindungan thd bahaya2 kecelakaan , dengan ketentuan sbb :

 pakaian kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek ,
pas (tidak longgar) pada dada atau punggung , tidak berdasi dan tidak ada lipatan2 yang
mungkin mendatangkan bahay
 wanita sebaiknya memakai celana panjang , jala rambut , baju yang pas dan tidak
memakai perhiasan2
alat2 proteksi diri menurut bagian2 tubuh yang dilindunginya , yaitu :

1. kepala : pengikat rambut , penutup rambut , topi dari berbagai bahan


2. mata : kacamata dari berbagai gelas
3. muka : perisai muka
4. tangan& jari2 : sarung tangan
5. kaki : sepatu
6. alat pernafasan : respirator / masker khusus
7. telinga : sumbat telinga , tutup telinga
8. tubuh : pakaian kerja dari berbagai bahan
Sumber : higiene perusahaan dan kesehatan kerja oleh Dr.Suma’mur P.K.M.Sc

Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi
penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini
diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan
tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan
kesehatan pekerja yang meliputi:

1. Pemeriksaan Awal
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon / pekerja (petugas
kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah
calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan
ditugaskan kepadanya.
Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi :

 Anamnese umum
 Anamnese pekerjaan
 Penyakit yang pernah diderita
 Alrergi
 Imunisasi yang pernah didapat
 Pemeriksaan badan
 Pemeriksaan laboratorium rutin
 Pemeriksaan tertentu:
 Tuberkulin test
 Psikotest
2. Pemeriksaan Berkala
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala
yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja,
makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila
diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang
dihadapi dalam pekerjaan.

3. Pemeriksaan Khusus
Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala,
yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan
pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk intern di
Tempat Kerja Kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif
dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi
pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act
dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.

Kesehatan dan keselamatan kerja di Tempat Kerja Kesehatan bertujuan agar petugas,
masyarakat dan lingkungan tenaga kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat,
nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu
kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam
hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung-jawab terhadap kesehatan
masyarakat, memfasilitasi pembentukan berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3
di tempat kerja kesehatan serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait
dalam pembinaan K3 tersebut.
Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau pengelola tempat kerja
kesehatan mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan program ini. Demikian pula dengan
pihak petugas kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran program K3 ini harus
berpartisipasi secara aktif, bukan hanya sebagai obyek tetapi juga berperan sebagai subyek
dari upaya mulia ini. Melalui kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja , diharapkan petugas
kesehatan dan non kesehatan yang bekerja di tempat kerja kesehatan dapat bekerja dengan
lebih produktif, sehingga tugas sebagai pelayan kesehatan kepada masyarakat dapat
ditingkatkan mutunya, menuju Indonesia Sehat 2010.
(Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, dr. Dainur)

8. Apa kerugian akibat kecelakaan kerja?

 Kerusakan
 Kekacauan organisasi
 Keluhan
 Kelainan dan cacat
 Kematian
Bagian mesin, pesawat , alat kerja, bahan proses, tempat, dan lingkungan kerja, dapat
rusak pada kecelakaan, sehingga mengakibatkan kekacauan organisasi dalam proses
produksi; keluhan, penderitaan dan kesedihan korban, keluarga dan rekan sekerjanya, serta
luka-luka, cacat, bahkan tidak jarang berakibat kematian. Kerugian-kerugian tersebut dapat
diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan pada kecelakaan tersebut. Biaya tersebut
dibagi menjadi dua yaitu biaya langsung dan biaya tersembunyi. Yang termasuk biaya
langsung adalah biaya pertolongan pertama pada kecelakaan, pengobatan, perawatan,
biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tak mampu bekerja,kompensasi cacat, dan
biaya perbaikan alat serta biaya kerusakan bahan. Sedangkan biaya tersembunyi meliputi
segala sesuatunya yang terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan
terjadi. Mencakup biaya terhentinya proses produksi karena perhatian para pekerja beralih
kepada kecelakaan, biaya untuk mengganti tenaga kerja yang menderita dengan tenaga
baru yang belum mampu bekerja di tempat yang digantikan.

dr. Dainur, 1995, Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Widya Medika

9. Apa saja peraturan tentang tenaga kerja?

PENGENDALIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN KECELAKAAN MELALUI PENERAPAN


KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Pengendalian Melalui Perundang-undangan (Legislative Control) antara lain :

 UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Petugas kesehatan


dan non kesehatan
 UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi lingkungan.
 Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahayaPeraturan/persyaratan
pembuangan limbah dll.
B. Pengendalian melalui Administrasi / Organisasi (Administrative control) antara lain :
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

 Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non medis yang
meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan
 Pengaturan jam kerja, lembur dan shift
 Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure) untuk masing-masing
instalasi dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya
 Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama untuk
pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan (boiler, alat-alat radiology,
dll) dan melakukan pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan
 Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja dan
mengupayakan pencegahannya.
C. Pengendalian Secara Teknis (Engineering Control) antara lain :
 Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja
 Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan petugas kesehatan dan non
kesehatan (penggunaan alat pelindung)
 Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain
D. Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)
Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition)
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit
pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap
pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.

(Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, dr. Dainur)

10. Bagaimana evaluasi dan pengawasan PAK ?

Berupa pengamatan dan evaluasi secara kualitatif dan kuantitatif :

 Pengamatan semua bahan/materi keadaan serta keadaan lingkungan kerja yang


mungkin sebagai penyebab penyakit akibat kerja
 Mengamati proses produksi dan alat-alat produksi yang dipergunakan
 Pengamatan semua sistem pengawasan itu sendiri :
a) Pemakaian alat pelindung/pengaman : jenis, kualitas, kuantitas, ukuran, dan
komposisi bahan alat pelindung
b) Pembuangan sisa produksi (debu, asap, gas, larutan)
c) Jenis, konsentrasi/unsur-unsur bahan baku, pengolahan dan penyimpanan
bahan baku
d) Keadaan ligkungan fisik (suhu, kelembaban, tekanan pencahayaan, ventilasi,
intensitas suara/bising, getaran)
 Cara-cara pengawasan :
- Mengganti substitusi bahan baku yang berbahaya dengan bahan lain yang kurang
berbahaya bagi kesehatan
- Mengganti atau mengubah cara pengolahan untuk mengurangi bahaya dari bahan sisa
- Menyediakan rambu-rambu/tanda pengaman, serta alat pengaman lanilla
- mengisolasi tenaga verja dari keadaan-keadaan yang membahayakan kesehatannya
- Menyerap bahan/keadaan yang membahayakan/mengganggu kesehatan tenaga verja,
misalnya menyalurkan debu, uap gas asap larutan, dan ke tempat basah (wet method),
atau menyalurkan ke tempat terbuka dengan perbaikan ventilasi
- Pengamatn dan pengawasan terus menerus perlengkapan bangunan preusan, fasilitas
sanitasi, fasilitas penyediaan air minum dan makanan tambahan, kamar mandi, tempat
cuci tangan, serta alat pengaman bangunan
- Evaluasi, pengamatan dan pengawasan :
o Proses pekerjaan, alat-alat
o Posisi pada saat melakukan verja (duduk, berdiri dll)
o Lamanya bekerja dan penggunaan alat setiap hari kerja
o Memperhatikan berbagai kemungkinan kontak antara kulit dengan bahan baku
atau bahan jadi
- Pengamatan pengaturan giliran verja (shift/rotation) dari setiap tenaga kerja
- Penyuluhan dan latihan bagi karyawan
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

- Pengawasan, pengamatan dan surveilance medis


- Pengamatan serta pengawasan higiene perorangan
- Pemantapan program kegiatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan baku serta
bahan jadi
- Pengamatan dan pengawasan terhadap sikap dan tingkah laku tenaga kerja sewaktu
melakukan pekerjaan
(Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, dr. Dainur)

11. Apa saja program kesehatan kerja ?

Program unit kesehatan kerja


 Program pemeriksaan kesehatan pendahuluan pada calon tenaga kerja. Bertujuan
memeriksa kesehatan fisik dan mental, terutama untuk seleksi tenaga kerja yang sesuai
dengan bidang pekerjaan yang tersedia, di samping itu juga mengumpulkan data
sebagai data dasar bagi pemerintahan kesehatan berikutnya, setelah menjadi tenaga
kerja tetap di perusahaan tersebut.
 Program pemeriksaan kesehatan berkala yang langsung dilakukan saat tenaga kerja
melakukan kegiatan pada bidang pekerjaannya. Program ini bertujuan
mengamati/supervisi berdasarkan data dasar tentang kesehatan tenaga kerja yang
bersangkutan. Dalam pengamatan tersebut, terutama diamati sikap menyal dalam
melakukan pekerjaan, dan keadaan kesehatan menyeluruh saat melakukan pekerjaan.
Tujuan utamanya adalah mengamati segala kemungkinan yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan kelancaran pekerjaan mereka.
 Program pengobatan jalan, perawatan, pertolongan gawat darurat dirumah sakit dan
sub unitnya lainnya.
 Program pengembangan ketrampilan serta pengetahuan tenaga unit kesehatan kerja,
dan juga program pengembangan perangkat teknis kedokteran, dll
 Program penyuluhan kesehatan. Merupakan program yang berintikan tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan tenaga kerja sendiri, misalnya tata kehidupan dan
pekerjaan yang sesuia dengan kaidah kesehatan, terutama yang menyangkut
kebersihan, penggunaan alat pelindung/pengaman (helm, masker, air plug dll) yang
mampu melindungi gangguan kesehatan serta kecelakaan. Program penyuluhan
terutama diarahkan pada berbagai masalah yang ditemukan dari hasil
pengamatan/supervisi. Pelaksanaan program penyuluhan dapat dilakukan secara masal
ataupun pada saat supervisi.
(Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, dr. Dainur)

Program kesehatan kerja

a. Identifikasi potensi bahaya yakni dengan mengenal ondisi di tempat kerja, misalnya :
jam kerja yg berlebihan, pengaturan waktu kerja-istirahat, adanya potensi bahaya akibat
bising, radiasi, debu, tekanan panas, bahan kima, aspek biologik, psikososial dan faktor
ergonomik.
b. Analisis resiko melalui penilaian kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest dan
sekaligus mengupayakan langkah pengendalian sehingga risiko yg mungkin timbul
dapat dikurangi tau dieliminasi.
c. Survailan kesehatan pekerja melalui pengujian kesehatan secara awal, berkala dan
khusus guna deteksi dini kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit yg
diderita pekerja dan mengupayakan cara mengatasinya. Pada berbagai kondisi tertentu
perlu pemeriksaan fungsi paru (Spirometri), Rontgen, Audiometri, uji kelelahan dsb
d. Pemantauan biologik yakni upaya yg lebih spesifik untuk memantau pengaruh pekerjaan
atau lingkungan kerja pada kesehatan pekerja melalui pemeriksaan kadar bahan kimia
atau metabolitnya didalam darah atau urine (timah hitam, merkuri, pestisida, dll).
e. Pengendalian lingkungan kerja yg meliputi juga cara/sistem kerja dan dilaksanakan
bersama ahli higiene perusahaan , sanitasi dan disiplin lain yg terkait.
f. Pelayanan kesehatan kerja yg bersifat komprehensif meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif dan bukan semata-mata mengobati keluhan, gejalaatau penyakit
saja.
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

g. Konsultasi dan komunikasi yg dilaksanakan secara berkelanjutan, dengan berbagai


institusi yg menangani kesehatan kerja, organisasi pekerja, dokter/paramedis
perusahaan, ahli kedokteran kerja.
h. Pelatihan kesehatan kerja guna meningkatkan ketrampilan pihak manajer, supervisor
dan pekerja sehingga mampu mengenal , menilai dan mengendalikan potensi bahaya
dan risiko yang ada.
Bunga Rampai, hiperkes & kk, edisi kedua (revisi), undip, th 2005

Upaya tindakan pengendalian untuk memperbaiki kondisi kerja


 Rancang ulang proses dan prosedur kerja
 Ganti dengan bahan yang kurang berbahaya
 Mengurangi intensitas bahaya
 Melindungi atau menyeleksi pekerja terhadap bahaya
 Membuat sistem ventilasi untuk membuang atau mengencerkan racun di udara
 Menyesuaikan tempat kerja
 Mengatur waktu kerja dan istirahat atau rotasi kerja untuk mengurangi pemajanan
pekerja
 Menyediakan pakaian pelindung
(Kesehatan Kerja, J.M. Harrington & F.S. Gill)

12. Jelaskan tentang Toksikologi terkait industri (definisi, klasifikasi, sumber,dll)

Apa saja macam2 toksik industri?


1. Gas : Tidak berbentuk, mengisi ruangan pada suhu dan tekanan normal,
tidak berbau pada konsentrasi rendah dan dapat berubah menjadi cair atau padat
dengan perubahan suhu dan tekanan.
2. Uap : Bentuk gas dari zat yang dalam keadaan biasa berujud cair.

3. Debu : Partikel zat padat yang terjadi oleh karena kekuatan alami.

4. Kabut : Titik cairan halus di udara yang terjadi akibat kondensasi bentuk uap.

5. Fume : Partikel zat padat yang terjadi oleh kondensasi bentuk gas, biasanya
setelah penguapan benda padat yang dipijarkan.

6. Asap : Partikel zat karbon yang berukuran kurang dari 0,5 mikron, sebagai akibat
pembakaran tidak sempurna bahan yang mengandung karbon.

7. Awan : Partikel cair sebagai hasil kondensasi fase gas. Ukuran partikelnya antara
0,1 – 1 mikron.

Sedangkan bahan kimia di udara menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi :

1. Bahan bersifat partikel : debu, awan, fume, kabut


2. Bahan bersifat non partikel : gas, uap

Terhadap tubuh bahan-bahan kimia dapa digolongkan menjadi :

1. Bahan partikel bersifat : Perangsang (kapas, sabun, bubuk beras), Toksik (Pb, As, Mn),
Allergen (tepung sari, kapas), Fibrosis (asbes, kwarts), Menimbulkan demam (fume, Zn
O), Inert (aluminium, kapas)
2. Bahan non partikel bersifat : Asfiksan (metan, helium), Perangsang (amoniak, HCl,
H2S), Racun anorganik, organic (TEL, As H3), Mudah menguap yang : berefek
anesthesi (Trichloroetilen), merusak alat dalam (C Cl4), merusak darah (Benzene),
merusak saraf (Parathion)

Menurut lama terjadinya pemajanan, dapat dibedakan dalam akut, contoh kecelakaan
kerja/keracunan mendadak, subkronik misalnya proses kerja dengan bahan kimia selama 1
tahun/lebih atau kronik missal bekerja untuk jangka waktu lama dengan bahan kimia.
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

Apa saja dampak toksik industri terhadap kesehatan?

Tergantung dari organ target, bahan kimia bisa bersifat neurotoksik (meracuni saraf),
hematotoksik (meracuni liver/hati), nefrotoksik (meracuni ginjal), hematotoksik (meracuni
darah), sistemik (meracuni seluruh fungsi tubuh) dan sebagainya.

Ditinjau dari lama atau waktu timbulnya gejala, efek bahan kimia bisa terjadi secara akut atau
kronik. Efek akut terjadi pada pemajanan bahan kimia dalam waktu singkat (kurang dari 2
minggu) pada kadar yang tinggi. Sedangkan efek kronik timbul setelah pemajanan berulang kali
selama tiga bulan atau lebih.

Tanda atau gejala yang terjadi akibat keracunan bahan kimia bisa bervariasi dari gejala yang
umum atau non spesifik dan spesifik. Untuk membedakan gejala yang spesifik ataupun spesifik
diperlukan konsultasi dan komunikasi dengan dokter.

Berikut berbagai bahan kimia yang berpengaruh pada kesehatan :

• Asphyxian

Asphyxian ialah zat kimia yang menyebabkan asfiksia (kekurangan oksigen). Simple asphyxian
mengakibatkan tubuh mengalami kekurangan oksigen karena berkurangnya tekanan parsiil
oksigen dalam darah. Sedangkan pada chemical asphyxian, kekurangan oksigen terjadi karena
adanya zat kimia yang mengikat hemoglobin sehingga pengangkutan oksigen ke sel jaringan
oleh hemoglobin menjadi tergangggu. Contoh zat kimia penyebab asfiksia :

Chemical asphyxian Simple aspyxian

Asetonitril Asetilen

Karbon monoksida Karbon dioksida

• Irritan

Zat irritant akan mengakibatkan iritasi atau rangsangan atau menimbulkan


inflamasi/peradangan pada mata, kulit, saluran nafas atau saluran cerna. Contoh : asam
asetat,kalsium oksida, arsen, aseton, asam fosfat. Beberapa zat irritan seperti amonia, klor,
sulfur dioksida, nitrogen dioksida, ozon dan fosgen berpengaruh pada saluran nafas dan
mengakibatkan bronchitis, sabab paru atau kerusakan jaringan paru. Diketahui juga berbagai
zat kimia yang bersifat karsinogenik (menimbulkan kanker) seperti asbestos, benzene, krom,
nikel, vinyl klorida, berefek teratogen (mengakibatkan kelainan janin) mutagen (menimbulkan
mutasi atau perubahan genetic).

Apa saja sumber toksik industri?


 Gas : Tidak berbentuk, mengisi ruangan pada suhu dan tekanan normal,
tidak berbau pada konsentrasi rendah dan dapat berubah menjadi cair atau padat
dengan perubahan suhu dan tekanan.
 Uap : Bentuk gas dari zat yang dalam keadaan biasa berujud cair.

 Debu : Partikel zat padat yang terjadi oleh karena kekuatan alami.

 Kabut : Titik cairan halus di udara yang terjadi akibat kondensasi bentuk uap.

 Fume : Partikel zat padat yang terjadi oleh kondensasi bentuk gas, biasanya
setelah penguapan benda padat yang dipijarkan.

 Asap : Partikel zat karbon yang berukuran kurang dari 0,5 mikron, sebagai akibat
pembakaran tidak sempurna bahan yang mengandung karbon.

 Awan : Partikel cair sebagai hasil kondensasi fase gas. Ukuran partikelnya antara
0,1 – 1 mikron.
DESY_LBM 5 SKN 30101407162

Sedangkan bahan kimia di udara menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi :

3. Bahan bersifat partikel : debu, awan, fume, kabut


4. Bahan bersifat non partikel : gas, uap

Terhadap tubuh bahan-bahan kimia dapat digolongkan menjadi :

 Bahan partikel bersifat : Perangsang (kapas, sabun, bubuk beras), Toksik (Pb, As, Mn),
Allergen (tepung sari, kapas), Fibrosis (asbes, kwarts), Menimbulkan demam (fume, Zn
O), Inert (aluminium, kapas)
 Bahan non partikel bersifat : Asfiksan (metan, helium), Perangsang (amoniak, HCl,
H2S), Racun anorganik, organic (TEL, As H3), Mudah menguap yang : berefek
anesthesi (Trichloroetilen), merusak alat dalam (C Cl4), merusak darah (Benzene),
merusak saraf (Parathion)

Identifikasi toksik industri?


1. Survai pendahuluan untuk mengenal bahan kimia yang terdapat di industri dan
merencanakan program evaluasi risiko bahaya serta tindak lanjutnya. Suatu ceklis yang
mencakup pendataan tentang, nama bahan baku dan bahan sampingan, jenis bahan
yang diperkirakan beracun.
2. Mengenal proses produksi dengan mempelajari alur proses mulai dari tahap awal
sampai akhir, sumber bahaya kimia dan keluhan kesehatan oleh pekerja serta
memanfaatkan indera kita untuk mengidentifikasi lingkungan kerja.

3. Mempelajari MSDS (Material Safety Data Sheet) atau Lembar Data Bahan Kimia yakni
suatu dokumen teknik yang memberikan informasi tentang komposisi karakteristik,
bahaya fisik dan potensi bahaya kesehatan cara penanganan dan penyimpanan bahan
yang aman, tindakan pertolongan pertama dan prosedur khusus lainnya.

Anda mungkin juga menyukai