1. Apa definisi, tujuan, manfaat, prinsip, metode, ruang lingkup, hakekat dan
program dari Hiperkes?
Pengertian dari Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta
prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat
sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan
mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).
yang sesuai dengan faal badannya danrohaninya atau secara ringkas : menyesuaikan
pekerjaan ituterhadap manusia dan tiap-tiap orang terhadap jabatannya.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa maksud tujuanhiperkes ialah meningkatkan efisiensi
kerja dan produktivitas pekerja. Cara kerja yang efisien ialah yang hasll kerjanya opti-mal
produktif tetapi tanpa menghamburkan tenaga, uang danwaktu. Sedang yang dimaksud dengan
pekerja ialah semuaorang yang bekerja, baik sebagai majikan, ataupun buruh, pekerja bebas,
petani, nelayan dan lain-lainnya.Berhubung maksud tujuan hiperkes tersebut selalu
sesuaidengan maksud tujuan pembangunan dalam suatu negara,hiperkes harus selalu
berperanan dalam perkembangan pem- bangunan.
Hiperkes pada dasarnya merupakan penggabungan dua disiplin ilmu yang berbeda yaitu medis
dan teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga mempunyai tujuan yang sama yaitu
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Faktor yang mempengaruhi sehat dan produktifitas yaitu
1. Beban kerja (fisik, mental, sosial)
2. Beban tambahan dari lingkungan (fisik, kimia, biologis, fisiologis, psikologi)
3. Kapasitas kerja berupa keterampilan, kesegaran jasmani, kesehatan tingkat gizi, jenis
kelamin, umur, ukuran tubuh.
o Usaha-Usaha Hiperkes
Sanitasi Perusahaan
Salah satu usaha yang dilakukan untuk mencapai persyaratan hiperkes. Sanitasi termasuk
usaha-usaha dan tindakan yang dilakukan untuk mengubah secara langsung maupun tidak
langsung pengaruh lingkungan yang buruk bagi kesehatan manusia menjadi lingkungan yang
menguntungkan. Sanitasi Perusahaan adalah tindakan-tindakan menciptakan kebersihan,
menjaga kesehatan dan memelihara kenyamanan lingkungan kerja di dalam perusahaan yang
memenuhi persyaratan Hiperkes
Dengan melaksanakan sanitasi: faktor-faktor buruk yang dapat menimbulkan penyakit dapat
dicegah dan dihilangkan. Program sanitasi antara lain:
1.Dilakukan untuk mendapatkan hasil yang efektif.
2.Melibatkan seluruh jajaran personel di dalam perusahaan.
Tujuannya adalah
1. Agar seluruh tenaga kerja memahami arti dan pentingnya melakukan sanitasi
perusahaan.
2. Lingkup Pendidikan :
a. Penerangan tentang prinsip sanitasi,
b. Orientasi sanitasi kepada karyawan baru,
c. Penerangan,instruksi, latihan tentang :
-metode kebersihan,
-materi dan perlengkapan sanitasi
d. Presentasi visual,alat peraga
e. Evaluasi : Secara tertulis dan Pengamatan di lapangan
Higiene Perorangan
Titik sentral kegiatan perusahaan adalah manusia sebagai tenaga kerja,
higiene perusahaan dapat dimulai dari Higiene Perorangan. Higiene
Perorangan merupakan salah satu upaya untuk mencapai persyaratan
hiperkes. Usaha-usaha Higiene Perorangan :
1. Kebersihan Badan,
2. kebersihan mulut,
3. Kebersihan tangan,
4. Kebersihan rambut,
5. Pakaian,
Aspek-aspek Higiene Perorangan
- Pemeriksaan Kesehatan Calon Karyawan,
- Pemeriksaan Kesehatan berkala,
- Pemeriksaan Kesehatan Khusus,
DESY_LBM 5 SKN 30101407162
o Manfaat Hiperkes
Hygiene perusahaan :
Melindungi pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan atau industri dari bahaya-
bahaya yang mungkin timbul.
Sumber : Dr. suma’mur P.K., M.Sc. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung
Agung. Jakarta. 1986.
Kesehatan kerja :
Ilmu hiperkes dalam arti kata yang luas meliputi banyak bidang llmu lain, termasuk :
(a) Ilmu kedokteran kerja (Occupational medicine).
(b) Ilmu higene perusahaan (Industrial hygiene).
(c) Ilmu keracunan perusahaan (Industrial toxicology).
(d) Ilmu faal kerja dan lingkungan (Work and environmental physiology).
(e) llmu jiwa perusahaan (Industrial psychology).
(f) Ilmu perawatan perusahaan (Industrial nursing).
(g) Ilmu keselamatan kerja (Occupational safety).
Sebetulnya terjemahan yang tepat untuk occupational health ialah "kesehatan kerja", tetapi
para ahli teknik (insi-nyur) lalu mengira bahwa ini adalah bidangnya para ahlimedik (dokter)
saja. Mereka tidak merasa ikut terlibat didalamnya. Oleh karena itu ditambah " higene
perusahaan ",sebab dalam bidang higene ini para ahli teknik menyadari bahwa mereka ikut
DESY_LBM 5 SKN 30101407162
terlibat. Dewasa ini istilah "hiperkes"sudah diterima, meskipun yang dimaksud dengan hiperkes
itusebenarnya
occupational health.
Higene perusahaan adalah bidangnya ahli teknik (insinyur)dan sasarannya adalah lingkungan
kerja. Cara kerja ahli higene perusahaan itu bersifat teknis. Kesehatan kerja adalah bidang-nya
ahli kesehatan (dokter) dan sasarannyapun adalah pekerja.Cara kerja mereka bersifat medik.
Penggabungan kedua istilah"higene perusahaan" dan "kesehatan kerja" menjadi
suatukesatuan, berarti bahwa ahli teknik dan medik harus bekerjasama seerat-eratnya untuk
mengsukseskan maksud tujuannya.Ilmu kedokteran kerja ialah suatu keahlian
(spesialisasi)yang baru dalam llmu kedokteran, dan di Amerlka Serlkat baru diakui sebagai
keahlian dalam tahun 1955. Ilmu ini dalamarti kata yang luas terdiri atas berbagai jurusan,
termasuk :
(a) Ilmu kedokteran perusahaan (Industrial medicine).
(b) Ilmu kedokteran pertanian (Agricultural medicine).
(c) Ilmu kedokteran penerbangan (Aviation medicine).
(d) Ilmu kedokteran angkasa luar (Aerospace medicine).
(e) llmu kedokteran nuklir (Nuclear or Atomic medicine).
(f) Ilmu Kedokteran dibawah air (Underwater or submarinemedicine).
(g) llmu kedokteran olah raga (Sports medicine).
lni menggambarkan bahwa pekerja itu mempunyai lapangankerja yang luas sekali, yaitu di
perindustrian, pertanian, penerbangan, angkasa luar, nuklir, bawah air, olah raga
dansebagainya dengan berbagai macam masalah kesehatan. Masa-lah kesehatan ini
dapat berupa gangguan kesehatan, penyakitdan kecelakaan akibat kerja, dan semuanya dapat
mengurangi produktivitas dan efisiensi kerja
o Langkah-Langkah Hiperkes
Suma’mur, 1986. Higiene perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gnung Agung, Jakarta
Bunga Rampai, hiperkes & kk, edisi kedua (revisi), undip, th 2005
3. Apa definisi, tujuan, manfaat, prinsip, metode, ruang lingkup, dari ergonomi?
ERGONOMI
Ergonomi berasal dari bahasa latin; ergon (kerja) dan nomoi (hukum alam). Secara
sederhana ergonomi berarti ilmu yang mempelajari bagamana pekerjaan seharusnya
dilakukan agar sesuai dengan kondisi alamiah manusia. Ergonomi jelas penting untuk
dipertimbangkan dalam merancang setiap pekerjaan. Pekerjaan yang dirancang dengan
mempertimbangkan faktor ergonomi dapat menghindari terjadinya cepat lelah dan
cedera otot, yang akhirnya meningkatkan produktifitas pekerja.
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan
dihadapi.
Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh
agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai
dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to
the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi
manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya,
agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan
produktivitasnya”.
Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu ergonomi.Tujuan-tujuan dari
penerapan ergonomi adalah sebagai berikut (Tarwaka, 2004):
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cideradan
penyakit akibat kerja,
b. menurunkan beban kerja fisik dan mental,mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
c. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosialdan
mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baikselama kurun
waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
d. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis,
danantropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta
kualitaskerja dan kualitas hidup yang tinggi.
DESY_LBM 5 SKN 30101407162
dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk
perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan
saat bekerja.
2. Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan peralatan dan fasilitas
sehingga sesuai dengan pemakainya.
3. Biomekanika yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan mekanisme
tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan otot manusia dalam
bekerja dan sebagainya
4. Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan masalah
penginderaan manusia, baik indera penglihatan, penciuman, perasa dan sebagainya.
5. Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek psikologis
dan suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya stres dan lain
sebagainya.
Apa saja Prinsip2 Ergonomi?
Bekerja dalam posisi atau postur normal.
Mengurangi beban berlebihan.
4. Apa definisi, tujuan, manfaat, prinsip, metode, ruang lingkup, syarat, program, faktor-
faktor dari K3?
Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam
lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam
bumi, maupun di dasar perairan.
Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan melalui
terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun udara.
Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau
gudang.
Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air.
Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah.
Dilakukan pekerjaaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena
pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting.
Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur, atau lobang.
Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.
Dilakukan pendidikan atau pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang
menggunakan alat teknis.
Dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas,
minyak atau air.
Dilakukan pekerjan-pekerjaan yang lain yang berbahaya.
(Suma’mur.1986.Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja.Jakarta : Gunung Agung)
untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat pekerja dan produktivitas kerja dan
yang setinggi-tingginya diperlukan suatu prakondisi yang menguntungkan bagi
masyarakat pekerja tersebut. Prakondisi inilah yang disebut determinan kesehatan
kerja yang mencakup tiga faktor utama, yaitu : beban kerja, beban tambahan akibat
dari lingkungan kerja, dan kemampuan kerja
a. beban kerja
beban pekerjaan dapat berupa beban fisik, beban mental ataupun beban sosial
sesuai dengan pekerjaan si pelaku. Tingkat ketepatan penempatan seseorang
pada suatu pekerjaan, disamping didasarkan pada beban optimum, juga
dipengaruhi oleh pengalaman, keterampilan, motivasi dsb.
b. beban tambahan
lingkungan merupakan beban tambahan karena mengganggu pekerjaan dan
harus diatasi oleh pekerja atau karyawan yang bersangkutan. Beban tambahan
dapat dikelompokkan menjadi 5 faktor yaitu :
lingkungan kerja yang tidak sehat akan menjadi beban tambahan bagi kerja atau
karyawan, misalnya :
Kapasitas dipengaaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : gizi dan kesehatan ibi,
genetik dan lingkungan. Selanjutnya kapasitas ini mempengaruhi atau
menentukan kemempuan seseorang.
KECELAKAAN KERJA:
perlu dibina keakhlian higiene perusahaan dan kesehtan kerja dengan Lembaga
Nasional Higienen Perusahaan dan Kesehatan Kerja sebagai nukleus keakhlian
perlu dibina keakhlian tenaga kesehatan pada tingkat perusahaan dan perlu ditingkatkan
pengerahan tenaga-tenaga kesehatan ke dalam sektor produksi. Serta perlu dibina pula
para tekhnisi yang bersangkutan dengan proses produksi dengan diberikan skill
tambahan tentang human engineering
perlu diusahakan pendidikan dan training kepada pengusaha dan buruh tentang
pentingnya kesehatan produksi dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sebagai
sarana kearah kenikmatan dan kesejahtaraan bangsa.
Perlu dikembangkannya ”applied research” yang dapat memenukan karakteristika-
karakteristika manusia Indonesia, misal saja tentang waktu kerjadan istirahat, gizi, dan
produktivitas, daerah-daerah nikmat kerja dan produktivitas kerja optimal, dll.
Keakhlian –keakhlian dalam hiperkes harus selalu dapat dimanfaatkan oleh setiap
sektor produksi manakala sewaktu-waktu diperlukan nasehat-nasehat sesuai kebutuhan
Pembinaan lapangan kesehatan dalam produksi nin memerlukan kerja sama yang
sebaik-baiknya diantara Depertemen Kesehatan, Departemen Tenaga Kerja,
Departeman Perindustrian, Departemen Pertaian, Departemen Pertambangan agar
diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
Sumber : Dr. suma’mur P.K., M.Sc. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung
Agung. Jakarta. 1986.
DESY_LBM 5 SKN 30101407162
6. Apa faktor penyebab PAK ? dan apa saja macam PAK ? (cara/langkah mendiagnosa
PAK sampai pelaporan PAK tentang asbesitosis)
1. SILICOSIS
Silicosis adalãh penyakit yang paling penting dari golongan pneumokoniasis.
Penyebabnya adalah silica hebas (SiO2) yang terdapat pada debu yang dihirup waktu
bernafas dan ditimbun dalam paru-paru. Tidaklah boleh dilupakan, bahwa silica bebas
berlainan dengan garam-garam silicat yang tidak rnenyebabkan silicosis. Penyakit ini
biasanya terdápat pada pekerja-pekerja di perusahaan yang menghasilkan batu-batu
untuk bangunan, di perusahaan granit, di perusahaan keramik, di tambang timah putih, di
DESY_LBM 5 SKN 30101407162
tambang besi, di tambang batu bara, di perusahaan tempat menggerinda besi, di pabrik
besi dan baja, dalam proses “sandblasting’, dan lain-lain. Singkatnya, penyakit tersebut
selalu mungkin terdapat pada pekerja yang menghirup debu dengan silica bebas di
dalamnya.
Masa inkubasi silicosis adalah 2-4 tahun. Sebagaimana umumnya berlaku untuk
penyakit-penyakit, masa inkubasi ini sangat tergantung dari banyaknya debu dan kadar
silica bebas di dalam debu tesebut. Makin banyak silica bebas yang dihirup ke dalam
paru-paru, makin pendek masa inkubasi penyakit silicosis. Silicosis digolongkan menurut
tingkat sakit penyakit tersebut, yaitu tingkat pertama, kedua, dan ketiga, atau masing-
masing disebut pula tingkat ringan, sedang, dan berat.
d. Ventilasi umum, dengan mengalirkan udara ke ruang kerja melalui pintu dan jendela,
tapi cara ini biasanya mahal harganya.
e. Ventilasi lokal, yang disebut pompa ke luar setempat, biayanya lebih murah
f. Pompa keluar setempat dimaksudkan untuk menghisap debu dari tempat sumber
debu dihasilkan, dan mengurangi sedapat mungkin debu di daerah kerja.
Di samping usaha-usaha seperti tersebut di atas, pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
dan berkala adalah penting, Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja berguna misalnya
untuk tidak menerima penderita-penderita sakit paru, dan untuk tidak menempatkan
seorang calon pekerja yang pernah sakit demikian di tempat kerja yang banyak debu.
Terutama penyakit-penyakit seperti TBC paru, bronchitis kronik, asthma bronchiale, dan
lain-lain merupakan alasan kuat menolak para calon untuk bekerja yang menghadapi
silica bebas. Pemeriksaan berkala dimaksudkan untuk menemukan penderita-penderita
silicosis sedini mungkin; yang kemudian dapat segera dipindahkan pekerjaan agar cacat
dapat dicegah.
2. ANTHRACOSIS
Anthracosis adalah pneumokosis oleh karena debu-debu arang batu. Masa inkubasi
penyakit ini adalah 2-4 tahun. Anthracosis terlihat dalam tiga gambaran klinis, yaitu
anthracosis murni, silicoanthracosis dan tuberculosilicoanthracosis. Anthracosis murni
biasanya lambat menjadi berat dan tidak begitu berbahaya, kecuali jika terjadi
emphysema yang rnungkin menyebabkan kematian. Pada silicoanthracosis jarang terjadi
émphysema. Pada tuberculosilicanthracosis, selain terdapat ke!ainan paru-paru oleh
debu yang mengandung silica dan arang batu juga oleh basil-basil tubeculosa yang
menyerang paru-paru. Dalam hal ini gambaran klinis tidaklah begitu berbeda dengan
silicosis murni. Riwayat penyakit secara klinis dari anthracosis mungkin bertahun-tahun.
Kadang-kadang penderita tidak memperlihatkan gejala, walaupun rontgen paru
nenunjukkan kelainan-kelainan. Untuk waktu yang lama gejala yang menonjol hanyalah
sesak nafas. Sering kali penderita batuk dengan dahak kehitaman, gejala tersebut
disebut melanoptysis, yang terjadi bertahun-tahun. Dada penderita menjadi bundar dan
ujung-ujung jarinya membesar (clubbing fingers). Perkusi hyperresonant terdapat di
dasar paru, sedangkan pada auskultasi adalah lemah. Krepitasi terdengar, apabila
penderita dihinggapi bronchitis juga. Pemeriksaan laju endapan darah secara berkala
memperlihatkan hasil-hasil tërus meninggi. Gambaran klinis berakhir dengan kegagalan
jantung kanan atau silicotuberculosis yang menyebabkan kematian.
3. ASBESITOSIS
Asbesitosis adalah salah satu jenis pneumokoniasis yang penyebabnya adalah asbes.
Asbes adalah campuran berbagai silikat, tapi yang terpenting adalah magnesium silikat.
Pekerjaan-pekerjaan dengan bahaya penyakit tersebut adalah bahan asbes, penenunan
dãn pemintalan asbes, reparasi tekstil yang terbuat dari asbes dan lain-lain. penggunaan
asbes untuk keperluan pembangunan. Kelainan dalam paru-paru tidak berbentuk noduli
yang terpisah satu dengan yang lainnya, melainkan kelainan fibrous yang diffuse dan
disertai penebalan pleura dan juga emphysema. Debu asbes yang dihirup masuk dalam
paru-paru mengalami perubahan menjadi “badan-badan asbestos” oleh pengendapan-
DESY_LBM 5 SKN 30101407162
5. BERRYLIOSIS
Berryliosis adalah pneumokoniosis yang penyebabnya adalah debu berrylium. Menghirup
udara yang mengandung berrylium berupa logam oksida fluorida menyebabkan
bronchitis dan pneumonitis. Apabila yang dihirup itu adalah debu silikat dari seng
bêrrytium, dan mangan, pada banyak peristiwa terjadi pneumonitis terlambat atau
kemudian, yang dikenal sebagai berryliosis chronica. Gejala-gejalanya adalah berat
badan menurun sangat cepat dan disertai keluhan sesak nafas. Batuk dan banyak dahak
bukan rnerupakan gejala terpenting pada riwayat penyakit berryliosis. Pernriksaan klinik
biasanya tidak menunjukkan kelainan-kelainan yang luar biasa, tetapi mungkin terdengar
suara-suara tambahan pada auskultasi. Pada keadaan sakit dini gambaran rontgen
memperlihatkan bayangan kabur, tapi kemudian retikuler, dan akhirnya nodul yang
terpisah-pisah serta tersebar.
6. STANNOSIS
Stannosis adalah pneumokoniosis yang tidak begitu berbahaya, yang penyebabnya
adalab debu biji timah putih. Penyakit ini terdapat pada pekerja yang berhubungan
dengan pengolahan biji timah atau industri-industri yang menggunakan timah putih. Pada
stannosis biasanya tidak terdapat fibrosis yang massif tidak ada tanda-tanda cacat paru-
paru, dan jarang terjadi komplikasi. Pada keadaan sakit tingkat permulaan, gambaran
rontgen paru-paru menunjukkan penambahan corakan dan penyebaran hilus. Kemudian
nampak noduli di daerah antar iga ketiga, rnula-mula di paru kanan, lalu di paru kiri.
Lebih lanjut, penambahan corakan hilang, sedangkan noduli semakin jelas dan opak.
7. SIDEROSIS
Debu yang mengandung prsenyawaan besi dapat menyebabkan siderosis. Penyakit ini
tidak begitu berbahaya dan tidak progresif. Sidarosis terdapat pada pekerja-pekerja yang
menghirup debu dan pengolahan bijih besi. Biasanya pada siderosis murni tidak terjadi
fibrosis atau emphysema, sehingga tidak ada pula cacat paru.
DESY_LBM 5 SKN 30101407162
8. TALKOSIS
Talkosis adalah pneurnokoniasis yang disebabkan oleh debu talk yang masuk ke dalam
paru-paru. Biasanya talk merupakan campuran mineral-mineral, jadi bukan hanya Mg-
silikat saja. Menghirup talk bisa menyebabkan fibrosis peribronchial dan perivaskuler.
Gambaran rontgen paru menunjukkan bulla emphysema dan fibrosis.
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta
A. Sifat fisik
Meliputi : gas, uap,debu, fume, asap, misalnya kabut atau fog. Timah hitam dalam
bentuk fume lebih beracun daripada bentuk debunya. Larutan yang bertekanan uap tinggi
misalnya benzena lebih toksik dibandingkan larutan yang tekanan uapnya rendah.
Contoh : Toluene
b. Sifat Kimia
Jenis senyawa, besar molekul, konsentrasi dan daya larut. Sebagai contoh gas yang
larut dalam air ( amonia dan sulfur dioksida ) bila terhirup meskipun kadarnya rendah akan
mengiritasi saluran nafas atas.Sedang gas yang tidak mudah larut dalam air ( Nitrogen
Dioksida, Ozon, Fosgen) dapat mecapai saluran nafas yang lebih dalam.
Zat kimia masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan ( perinhalasi )saluran cerna
( per oral )dan kulit ( per dermal ). Inhalasi merupakan cara masuk yang paling sering dalam
industri.
d. Faktor individu
Usia ,jenis kelamin, ras ,status gizi, kesehatan ,faktor genetik dan kebiasaan lain
misalnya merokok ,minum-minuman keras, toleransi dan sebagainya
Kadar Tertinggi Diperkenankan : nilai tertinggi dari kadar sesuatu zat yg pekerja tidak
menderita penyakit atau gangguan kesehatan oleh karenanya (lebih menekankan pada efek
akut dari pada efek kumulatif atau menahun.
pa saja penyebabnya?
Kadar Tertinggi Diperkenankan : nilai tertinggi dari kadar sesuatu zat yg pekerja tidak
menderita penyakit atau gangguan kesehatan oleh karenanya (lebih menekankan pada efek
akut dari pada efek kumulatif atau menahun.
Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika di tempat kerja, yang terdiri dari NAB iklim kerja
dan kebisingan. NAB ini di tetapkan berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Nomor SE-01/MEN/ 1978.
DESY_LBM 5 SKN 30101407162
Selanjutnya NAB faktor fisika tahun 1978 ditinjau kembali untuk disempurnakan menjadi
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika yang terdiri dari Nilai Ambang Batas,
* Iklim Kerja,
* Intensitas kebisingan,
* Intensitas getaran,
Nilai Ambang Batas faktor fisika ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor Kep.51/MEN/1999.
2. Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Kimia, yang pertama ditetapkan berdasarkan Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor SE-02/MEN/1978.
Ditinjau kembali dan disempurnakan pada tahun 1997, dan ditetapkan berdasarkan
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor-01/MEN/1997.
3. Standar jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk melakukan suatu jenis
pekerjaan (belum ditetapkan secara hukum).
4. Standar ukuran sarana kerja yang dianjurkan untuk tenaga kerja Indonesia
(ditetapkan berdasrkan lokakarya Ergonomi).
http://www.nakertrans.go.id/pedoman/standar_hiperkes.php
pakaian kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek ,
pas (tidak longgar) pada dada atau punggung , tidak berdasi dan tidak ada lipatan2 yang
mungkin mendatangkan bahay
wanita sebaiknya memakai celana panjang , jala rambut , baju yang pas dan tidak
memakai perhiasan2
alat2 proteksi diri menurut bagian2 tubuh yang dilindunginya , yaitu :
Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi
penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini
diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan
tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan
kesehatan pekerja yang meliputi:
1. Pemeriksaan Awal
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon / pekerja (petugas
kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah
calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan
ditugaskan kepadanya.
Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi :
Anamnese umum
Anamnese pekerjaan
Penyakit yang pernah diderita
Alrergi
Imunisasi yang pernah didapat
Pemeriksaan badan
Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan tertentu:
Tuberkulin test
Psikotest
2. Pemeriksaan Berkala
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala
yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja,
makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila
diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang
dihadapi dalam pekerjaan.
3. Pemeriksaan Khusus
Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala,
yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan
pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk intern di
Tempat Kerja Kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah
DESY_LBM 5 SKN 30101407162
dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif
dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi
pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act
dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.
Kesehatan dan keselamatan kerja di Tempat Kerja Kesehatan bertujuan agar petugas,
masyarakat dan lingkungan tenaga kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat,
nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu
kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam
hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung-jawab terhadap kesehatan
masyarakat, memfasilitasi pembentukan berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3
di tempat kerja kesehatan serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait
dalam pembinaan K3 tersebut.
Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau pengelola tempat kerja
kesehatan mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan program ini. Demikian pula dengan
pihak petugas kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran program K3 ini harus
berpartisipasi secara aktif, bukan hanya sebagai obyek tetapi juga berperan sebagai subyek
dari upaya mulia ini. Melalui kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja , diharapkan petugas
kesehatan dan non kesehatan yang bekerja di tempat kerja kesehatan dapat bekerja dengan
lebih produktif, sehingga tugas sebagai pelayan kesehatan kepada masyarakat dapat
ditingkatkan mutunya, menuju Indonesia Sehat 2010.
(Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, dr. Dainur)
Kerusakan
Kekacauan organisasi
Keluhan
Kelainan dan cacat
Kematian
Bagian mesin, pesawat , alat kerja, bahan proses, tempat, dan lingkungan kerja, dapat
rusak pada kecelakaan, sehingga mengakibatkan kekacauan organisasi dalam proses
produksi; keluhan, penderitaan dan kesedihan korban, keluarga dan rekan sekerjanya, serta
luka-luka, cacat, bahkan tidak jarang berakibat kematian. Kerugian-kerugian tersebut dapat
diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan pada kecelakaan tersebut. Biaya tersebut
dibagi menjadi dua yaitu biaya langsung dan biaya tersembunyi. Yang termasuk biaya
langsung adalah biaya pertolongan pertama pada kecelakaan, pengobatan, perawatan,
biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tak mampu bekerja,kompensasi cacat, dan
biaya perbaikan alat serta biaya kerusakan bahan. Sedangkan biaya tersembunyi meliputi
segala sesuatunya yang terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan
terjadi. Mencakup biaya terhentinya proses produksi karena perhatian para pekerja beralih
kepada kecelakaan, biaya untuk mengganti tenaga kerja yang menderita dengan tenaga
baru yang belum mampu bekerja di tempat yang digantikan.
dr. Dainur, 1995, Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Widya Medika
Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non medis yang
meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan
Pengaturan jam kerja, lembur dan shift
Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure) untuk masing-masing
instalasi dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya
Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama untuk
pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan (boiler, alat-alat radiology,
dll) dan melakukan pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan
Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja dan
mengupayakan pencegahannya.
C. Pengendalian Secara Teknis (Engineering Control) antara lain :
Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja
Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan petugas kesehatan dan non
kesehatan (penggunaan alat pelindung)
Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain
D. Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)
Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition)
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit
pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap
pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.
a. Identifikasi potensi bahaya yakni dengan mengenal ondisi di tempat kerja, misalnya :
jam kerja yg berlebihan, pengaturan waktu kerja-istirahat, adanya potensi bahaya akibat
bising, radiasi, debu, tekanan panas, bahan kima, aspek biologik, psikososial dan faktor
ergonomik.
b. Analisis resiko melalui penilaian kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest dan
sekaligus mengupayakan langkah pengendalian sehingga risiko yg mungkin timbul
dapat dikurangi tau dieliminasi.
c. Survailan kesehatan pekerja melalui pengujian kesehatan secara awal, berkala dan
khusus guna deteksi dini kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit yg
diderita pekerja dan mengupayakan cara mengatasinya. Pada berbagai kondisi tertentu
perlu pemeriksaan fungsi paru (Spirometri), Rontgen, Audiometri, uji kelelahan dsb
d. Pemantauan biologik yakni upaya yg lebih spesifik untuk memantau pengaruh pekerjaan
atau lingkungan kerja pada kesehatan pekerja melalui pemeriksaan kadar bahan kimia
atau metabolitnya didalam darah atau urine (timah hitam, merkuri, pestisida, dll).
e. Pengendalian lingkungan kerja yg meliputi juga cara/sistem kerja dan dilaksanakan
bersama ahli higiene perusahaan , sanitasi dan disiplin lain yg terkait.
f. Pelayanan kesehatan kerja yg bersifat komprehensif meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif dan bukan semata-mata mengobati keluhan, gejalaatau penyakit
saja.
DESY_LBM 5 SKN 30101407162
3. Debu : Partikel zat padat yang terjadi oleh karena kekuatan alami.
4. Kabut : Titik cairan halus di udara yang terjadi akibat kondensasi bentuk uap.
5. Fume : Partikel zat padat yang terjadi oleh kondensasi bentuk gas, biasanya
setelah penguapan benda padat yang dipijarkan.
6. Asap : Partikel zat karbon yang berukuran kurang dari 0,5 mikron, sebagai akibat
pembakaran tidak sempurna bahan yang mengandung karbon.
7. Awan : Partikel cair sebagai hasil kondensasi fase gas. Ukuran partikelnya antara
0,1 – 1 mikron.
1. Bahan partikel bersifat : Perangsang (kapas, sabun, bubuk beras), Toksik (Pb, As, Mn),
Allergen (tepung sari, kapas), Fibrosis (asbes, kwarts), Menimbulkan demam (fume, Zn
O), Inert (aluminium, kapas)
2. Bahan non partikel bersifat : Asfiksan (metan, helium), Perangsang (amoniak, HCl,
H2S), Racun anorganik, organic (TEL, As H3), Mudah menguap yang : berefek
anesthesi (Trichloroetilen), merusak alat dalam (C Cl4), merusak darah (Benzene),
merusak saraf (Parathion)
Menurut lama terjadinya pemajanan, dapat dibedakan dalam akut, contoh kecelakaan
kerja/keracunan mendadak, subkronik misalnya proses kerja dengan bahan kimia selama 1
tahun/lebih atau kronik missal bekerja untuk jangka waktu lama dengan bahan kimia.
DESY_LBM 5 SKN 30101407162
Tergantung dari organ target, bahan kimia bisa bersifat neurotoksik (meracuni saraf),
hematotoksik (meracuni liver/hati), nefrotoksik (meracuni ginjal), hematotoksik (meracuni
darah), sistemik (meracuni seluruh fungsi tubuh) dan sebagainya.
Ditinjau dari lama atau waktu timbulnya gejala, efek bahan kimia bisa terjadi secara akut atau
kronik. Efek akut terjadi pada pemajanan bahan kimia dalam waktu singkat (kurang dari 2
minggu) pada kadar yang tinggi. Sedangkan efek kronik timbul setelah pemajanan berulang kali
selama tiga bulan atau lebih.
Tanda atau gejala yang terjadi akibat keracunan bahan kimia bisa bervariasi dari gejala yang
umum atau non spesifik dan spesifik. Untuk membedakan gejala yang spesifik ataupun spesifik
diperlukan konsultasi dan komunikasi dengan dokter.
• Asphyxian
Asphyxian ialah zat kimia yang menyebabkan asfiksia (kekurangan oksigen). Simple asphyxian
mengakibatkan tubuh mengalami kekurangan oksigen karena berkurangnya tekanan parsiil
oksigen dalam darah. Sedangkan pada chemical asphyxian, kekurangan oksigen terjadi karena
adanya zat kimia yang mengikat hemoglobin sehingga pengangkutan oksigen ke sel jaringan
oleh hemoglobin menjadi tergangggu. Contoh zat kimia penyebab asfiksia :
Asetonitril Asetilen
• Irritan
Debu : Partikel zat padat yang terjadi oleh karena kekuatan alami.
Kabut : Titik cairan halus di udara yang terjadi akibat kondensasi bentuk uap.
Fume : Partikel zat padat yang terjadi oleh kondensasi bentuk gas, biasanya
setelah penguapan benda padat yang dipijarkan.
Asap : Partikel zat karbon yang berukuran kurang dari 0,5 mikron, sebagai akibat
pembakaran tidak sempurna bahan yang mengandung karbon.
Awan : Partikel cair sebagai hasil kondensasi fase gas. Ukuran partikelnya antara
0,1 – 1 mikron.
DESY_LBM 5 SKN 30101407162
Bahan partikel bersifat : Perangsang (kapas, sabun, bubuk beras), Toksik (Pb, As, Mn),
Allergen (tepung sari, kapas), Fibrosis (asbes, kwarts), Menimbulkan demam (fume, Zn
O), Inert (aluminium, kapas)
Bahan non partikel bersifat : Asfiksan (metan, helium), Perangsang (amoniak, HCl,
H2S), Racun anorganik, organic (TEL, As H3), Mudah menguap yang : berefek
anesthesi (Trichloroetilen), merusak alat dalam (C Cl4), merusak darah (Benzene),
merusak saraf (Parathion)
3. Mempelajari MSDS (Material Safety Data Sheet) atau Lembar Data Bahan Kimia yakni
suatu dokumen teknik yang memberikan informasi tentang komposisi karakteristik,
bahaya fisik dan potensi bahaya kesehatan cara penanganan dan penyimpanan bahan
yang aman, tindakan pertolongan pertama dan prosedur khusus lainnya.