Anda di halaman 1dari 21

LI LBM 1 HERBAL Nurindha

1. Apa tujuan pengaturan penyelenggaran pengobatan komplementer alternatif menurut


Permenkes?
Pasal 2
Tujuan pengaturan penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif adalah:
a. memberikan perlindungan kepada pasien;
b. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelyanan kesehatan;
c. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan tenaga pengobatan
komplementer-alternatif.
Permenkes RI No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 Tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

2. Apa isi dari Permenkes RI no 1109 tahun 2007?


BAB I KETENTUAN UMUM
 Pasal 1Definisi pengobatan komplementer-alternatif, Ilmu pengetahuan
biomedik, Surat Bukti Registrasi Tenaga Pengobatan Komplementer-Alternatif
dll.

BAB II TUJUAN
 Pasal 2Tujuan pengaturan penyelenggaraan pengobatan komplementer-
alternatif.
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

BAB III PENGOBATAN KOMPLEMENTER-ALTERNATIF


 Pasal 3Upaya Pengobatan komplementer-alternatif.

 Pasal 4Ruang lingkup pengobatan komplementer-alternatif yang berlandaskan


ilmu pengetahuan biomedik.

 Pasal 5Pengobatan komplementer-alternatif dapat dilaksanakan di fasilitas


pelayanan kesehatan apabila aman, bermanfaat, bermutu dan terjangkau.

 Pasal 6Dalam melakukan pengobatan komplementer-alternatif hanya dapat


digunakan peralatan yang aman bagi kesehatan dan sesuai dengan
metode/keilmuannya.
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

 Pasal 7Pengguanaan alat dan obat dalam pengobatan komplementer-alternatif


harus memenuhi standar dan/atau persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

 Pasal 8Pelayanan pengobatan komplementer-alternatif dapat dilaksanakan


secara sinergi, terintegrasi dan mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan.

 Pasal 9Persyaratan rumah sakit dalam memberikan pelayanan pengobatan


komplementer-alternatif kepada pasiennya.

BAB IV FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN


 Pasal 10-11
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

BAB V TENAGA PENGOBATAN KOMPLEMENTER-ALTERNATIF


 Pasal 12-15

BAB VI REGISTRASI
 Pasal 16-20
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

BAB VII SURAT TUGAS / SURAT IZIN KERJA TENAGA PENGOBATAN


KOMPLEMENTER-ALTERNATIF
 Pasal 21-29
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

BAB VIII TENAGA PENGOBATAN KOMPLEMENTER-ALTERNATIF


ASING
 Pasal 30-34

BAB IX PENCATATAN DAN PELPORAN


 Pasal 35
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

BAB X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


 Pasal 36-38

BAB XI KETENTUAN PERALIHAN


 Pasal 39-40

BAB XII KETENTUAN PENUTUP


 Pasal 41
Permenkes RI No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 Tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

3. Apakah perbedaan terapi CAM dengan pengobatan konvensional?\


a. Kelebihan obat tradisional
 memiliki efek samping yang saling mendukung jika berada dalam satu
ramuan dengan komponen yang berbeda
 memiliki efek samping yang relatif rendah
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

Pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih
sesuai untuk penyakit-penyakit yang diakibatkan pertukaran zat di dalam
tubuh dan keturunan.
b. Kekurangan obat tradisional
 Takaran harus tepat. Jika tidak tepat, obat tradisional bisa tidak aman
bagi tubuh dan kesehatan manusia.
 Harus tepat memilih jenis obat sesuai dengan riwayat kesehatan masing-
masing, sehingga tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan
jiwa.

http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/obat-tradisional.htm.

( Nahdloh, Sulastri, Santoso )

• Harga obat-obatan berbahan dasar bahan kimia, produksi pabrik farmasi saat
ini relatif semakin mahal, sehingga masyarakat mulai mencari alternatif
pengobatan yang lebih murah dan mudah didapatkan.
• Akibat dari menurunnya citra pengobatan konvensional dari segi efktivitasnya
untuk mengatasi berbagai penyakit kronis, terutama yang berkaitan dengan
sistem imunitas dan penyakit degeneratif.
• Bahan ramuan obat tradisional mudah didapat disekitar kita. Dahkan dapat
ditanam sendiri.
• Efek samping yang ditimbulkan pbat tradisional dapat lebih kecil
dibandingkan obat yang terbuat dari bahan kimia.
• Sebagai salah satu metode alternatif pengobatan.
• Kandungan unsur kimia yang terkandung didalam obat tradisional sebenarnya
menjadi dasar pengobatab kedokteran modern. Artinya, pembuatan obat-
obatan pabrik menggunakan rumus kimia yang telah disitesis dari bahan alami
ramuan tradisional. Dari hasil sintesis rumus kimia inilah dilakukan uji klinis
pada manusia, sampai akhirnya ditemukan senyawa yang berkhasiat untuk
mengobati suatu jenis penyakit
(Rifki Muslim, 2006)
(Habib, Pamela, Navis)

Kelebihan :
Efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi
kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara
penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional
itu sendiri.

Kekurangan :
Karena khasiat dan keamanan obat tradisional belum terjamin,
Kandungan senyawa aktif obat tradisonal belum terstandar sehingga sulit menentukan
dosis pemakaian.
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

(MAJALAH ILMU KEFARMASIAN)


(Lale, Maya)

4. Apa ruang lingkup pengobatan komplementer alternatif yang berlandaskan ilmu


pengetahuan biomedik?
Pasal 4
1) Ruang lingkup pengobatan komplementer-alternatif yang berlandasakan ilmu
pengetahuan biomedik meliputi:
a. Intervensi Tubuh dan Pikiran (Mind and body interventions): hipnoterapi,
mediasi, penyembuhan spiritual, do’a dan yoga;
b. Sistem Pelayanan Pengobatan Alternatif (Alternative Systems of Medical
Practice): akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda;
c. Cara penyembuhan manual (Manual Healing Methods): chiropractice, healing
touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat urut;
d. Pengobatan farmakologi dan Biologi (Pharmacologic and Biologic
Treatments): jamu, herbal, gurah;
e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan (Diet and Nutrition the
Prevention and Treatment of Disease): diet makro nutrient, mikro nutrient; dan
f. Cara Lain Dalam Diagnosa dan Pengobatan (Unclassified Diagnostic and
Treatment Methods): terapi ozon, hiperbarik, EECP (Enhanced External
Counter Pulsation).
Permenkes RI No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 Tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

5. Siapa saja yang boleh melaksanakan praktek tradisonal CAM?

6. Apa saja macam-macam obat tradisional, persamaan dan perbedaannya (jamu, OHT,
dan fitofarmaka) meliputi persyatan bahan baku, persyaratan uji atau penelityian dan
penggunaan secara formal?
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

JAMU

Pasal 5
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

1) Kelompok Jamu sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir a untuk pendaftaran


baru harus mencantumkan logo dan tulisan “JAMU” sebagaimana contoh
terlampir;
2) Logo sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berupa “RANTING DAUN
TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah
kiri dari wadah / pembungkus/brosur:
3) Logo (ranting daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicetak
dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok
kontras dengan warna logo;
4) Tulisan “JAMU” sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus jelas dan mudah
dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan tulisan “JAMU”;

Jamu harus memenuhi kriteria:


a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
b. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris;
c. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat
pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium;

Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata – kata : “ Secara tradisional
digunakan untuk …”, atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran.

OHT

Pasal 7
1) Obat Herbal Terstandar sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir b harus
mencantumkan logo dan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR”
sebagaimana contoh terlampir;
2) Logo sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berupa “JARI – JARI DAUN (3
PASANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian
atas sebelah kiri dari wadah /pembungkus /brosur;
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

3) Logo (jari – jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan warna logo;
4) Tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” yang dimaksud pada Ayat (1) harus
jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam diatas dasar warna putih atau
warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “OBAT HERBAL
TERSTANDAR”.
Pasal 3
Obat Herbal Terstandar harus memenuhi kriteria:
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
b. Klaim kasiat dibuktikan secara ilmiah/pra klinik;
c. Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk
jadi;
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat pembuktian
umum dan medium.

FITOFARMAKA

Pasal 8
1) Kelompok Fitofarmaka sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir c harus
mencantumkan logo dan tulisan “FITOFARMAKA” sebagaimana contoh
terlampir;
2) Logo sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berupa “JARI-JARI DAUN (YANG
KEMUDIAN MEMBENTUK BINTANG) TERLETAK DALAM
LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah
/pembungkus / brosur;
3) Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicetak
dengan warna hijau di atas dasar putih atau warna lain yang menyolok kontras
dengan warna logo;
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

4) Tulisan “FITOFARMAKA” yang dimaksud pada Ayat (1) harus jelas dan mudah
dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan tulisan “FITOFARMAKA”.

Pasal 4
Fitofarmaka harus memenuhi kriteria:
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
b. Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik;
c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk
jadi;
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan tinggi.
Permenkes RI No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 Tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


661/Menkes/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional yaitu: rajangan,
serbuk, pil, dodol/jenang, pastiles, kapsul, tablet, cairan obat dalam, sari jamu, parem,
pilis, tapel, koyok, cairan obat luar, dan salep/krim.
a. Rajangan
Rajangan adalah sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia, campuran
simplisia, atau campuran simplisia dengan sediaan galenik, yang penggunaannya
dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air panas.
b. Serbuk
Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat
halus yang cocok; bahan bakunya berupa simplisia, sediaan galenik atau
campurannya.
c. Pil
Pil adalah sediaan padat obat tradisional berupa massa bulat, bahan bakunya
berupa serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya.
d. Dodol/jenang
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

Dodol/jenang adalah sediaan padat obat tradisional; bahan bakunya berupa serbuk
simplisia, sediaan galenik atau campurannya.
e. Pastiles
Pastiles adalah sediaan padat obat tradisional berupa lempengan pipih, umumnya
berbentuk segi empat; bahan bakunya berupa campuran serbuk simplisia, sediaan
galenik, atau campuran keduanya.
f. Kapsul
Kapsul adalah sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau
lunak; bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan
tambahan.
g. Tablet
Tablet adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain, kedua permukaannya rata
atau cembung, terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan.
h. Cairan obat dalam
Cairan obat dalam adalah sediaan obat tradisional berupa larutan emulsi atau
suspense dalam air; bahan bakunya berasal dari serbuk simplisia atau sediaan
galenik dan digunakan sebagai obat dalam.
i. Sari jamu
Sari jamu adalah cairan obat dalam dengan tujuan tertentu diperbolehkan
mengandung etanol.
j. Parem
Parem adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta atau seperi bubur yang
digunakan dengan cara melumurkan pada kaki dan tangan atau pada bagian tubuh
lain.
k. Pilis
Pilis adalah obat tradisional dalam bentuk padat atau pasta yang digunakan
dengan cara mencoletkan pada dahi.
l. Tapel
Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta atau seperti bubur yang
digunakan dengan cara melumurkan pada seluruh permukaan perut.
m. Koyok
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

Koyok adalah sediaan obat tradisional berupa pita kain yang cocok dan tahan air
yang dilapisi dengan serbuk simplisisa dan atau sediaan galenik, digunakan
sebagai obat luar dan pemakaiannya ditempelkan pada kulit.
n. Cairan obat luar
Cairan obat luar adalah sediaan obat tradisional berupa larutan suspensi atau
emulsi; bahan bakunya berupa simplisia, sediaan galenik dan digunakan sebagai
obat luar.
o. Salep/krim
Salep/krim adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan; bahan bakunya
berupa sediaan galenik yang larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salep/krim yang cocok dan digunakan sebagai obat luar.

Pasal 7
1) Obat tradisional dilarang mengandung:
a. etil alkohol lebih dari 1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang
pemakaiannya dengan pengenceran;
b. bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat;
c. narkotika atau psikotropika; dan/atau bahan lain yang berdasarkan
pertimbangan kesehatan dan/atau
berdasarkan penelitian membahayakan kesehatan.
2) Bahan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d ditetapkan dengan
Peraturan Kepala Badan.

Pasal 8
Obat tradisional dilarang dibuat dan/atau diedarkan dalam bentuk sediaan:
a. intravaginal;
b. tetes mata;
c. parenteral; dan
d. supositoria, kecuali digunakan untuk wasir.
Obat tradisional tidak boleh ada bahan sintetik.
Permenkes RI No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 Tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Persamaan:
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

a. Izin edar: Syarat bahan baku; Kriteria; Persyaratan Mutu.


Izin edar: Semua obat tradisional harus memiliki izin edar dari pemerintah ex:
DepKes RI (BPOM) bila akan dipasarkan di Indonesia.
b. Kriteria:
 Menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi
persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan / khasiat.
 Dibuat sesuai dengan ketentuan tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik (CPOTB) atau Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) yang berlaku.
 Penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat menjamin
penggunaan obat tradisional, OHT, dan fitofarmaka secara tepat, rasional, dan
aman sesuai dengan hasil evaluasi.
 Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
 Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
c. Syarat bahan baku:
Syarat mutu, harus sesuai dengan persyaratan yang ada di Farmakope Indonesia,
Ekstra Farmakope Indonesia, Materia Medika Indonesia.
d. Persyaratan mutu:
Bahan Utama:
 Sumber : harus dicantumkan nama dan alamat produsen atau distributor
bahan baku.
 Uraian : diperlukan untuk mengetahui spesifikasi bahan utama (sifat,
karakteristik, organoleptik).
 Cara pengujian: identifikasi, pemerian uraian tentang cara pemeriksaan fisika
dan kimia serta acuan yang digunakan (Farmakope Indonesia, Materia Medika
Indonesia, standar atau acuan lain yang diakui).
Bahan Tambahan:
 Sumber : harus dicantumkan nama dan alamat produsen atau distributor
bahan baku.
 Uraian : diperlukan untuk mengetahui spesifikasi bahan tambahan
(sifat, karakteristik, organoleptik).
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

 Khusus untuk bahan tambahan yang mempengaruhi stabilitas produk obat


tradisional (misalnya pengawet, pemantap dll) perlu dilengkapi dengan
pengujian seperti pada bahan utama.
e. Produk Jadi:
 Formula: harus mencantumkan semua bahan utama dan bahan tambahan yang
digunakan, lengkap dengan jumlah masing-masing bahan tersebut dalam satu
kali pembuatan. Tata nama bahan utama dengan nama latin simplisia sesuai
dengan MMI, untuk bahan tambahan sesuai dengan nama yang ada di
Faramkope Indonesia atau Merek index atau nama kimia sesuai UPAC atau
IUB.
f. Cara pembuatan:
Cara pembuatan harus menguraikan tahap demi tahap mulai dari penimbangan
bahan baku sampai pengemasan terakhir.
g. Cara Pengujian Obat Tradisional:
Yaitu meliputi: pemerian, keseragaman bobot, volume, pemeriksaan kimia dan
fisika, antara lain kadar air, waktu hancur untuk pil, tablet dan kapsul.
Pengujian terhadap cemaran mikroba dan cemaran kimia meliputi:
Angka lempeng total, angka kapang dan khamir, mikroba patogen, aflatoksin,
logam berat, residu pestisida.
h. Spesifikasi Produk Jadi:
Perlu ditetapkan batas kadaluarsa sesuai hasil uji stabilitas.

Perbedaan:
Syarat Bahan Baku; Kriteria; Uji / Penelitian; Isi Ramuan; Logo; Penggunaan.
a. Syarat bahan baku:
Fitofarmaka: dilakukan uji kualitatif / kuantitatif.
b. Kriteria:
Jamu:
 Klaim berkhasiat dibuktikan berdasarkan data empiris.
 Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tigkat
pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium.
OHT:
 Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah / praklinik.
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

 Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tigkat
pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium.

Fitofarmaka:
 Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik.
 Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tigkat
pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian medium dan tinggi.
c. Uji / Penelitian:
Jamu : tanpa uji / penelitian
OHT : Uji toksisitas akut / kronis; uji farmakologik dengan hewan
coba; ujikimiawi standar kandungan obat;
Fitofarmaka : uji toksisitas akut / kronis; uji farmakologik dengan hewan
coba; uji kimiawi standar kandungan obat; uji klinik.
d. Perbedaan dalam Isi Ramuan, Logo dan Penggunaannya di masyarakat
Isi Ramuan:
Jamu : sesuai dengan resep peninggalan leluhur yang sudah berlaku
selama puluhan bahkan ratusan tahun, dan berguna secara empiris, disusun dari
berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak yaitu berkisar antara 5-10
macam bahan atau bahkan lebih.
OHT : terdiri dari ekstrak bahan alami dari tanaman, hewan atau
mineral, dan bisa merupakan campuran ekstrak atau ekstrak tunggal, tak lebih dari
5 macam ekstrak dalam 1 bentuk sediaan.
Fitofarmaka : terdiri dari 1 simplisia / sediaan galenik, atau bisa terdiri dari
paling banyak 5 simplisia / sediaan galenik atau campurannya.
Logo: seperti tercantum diatas
Penggunaan di masyarakat:
Jamu : tidak digunakan secara formal dalam pengobatan secara medis
oleh dokter. Digunakan secara informal oleh masyarakat berdasarkan pengalaman
turun temurun (bukti empiris)
OHT : sudah digunakan dalam pengobatan secara medis oleh dokter,
tetapi belum ada aspek legalnya.
Fitofarmaka : sudah digunakan secara formal dan legal dalam pengobatan
secara medis oleh dokter, karena ada dukungan penelitian kliniknya.
 Mulyati Rahayu, Siti Sunarti, Diah Sulistiarni, Suhardjono
Prawiroatmodjo, 2006, Pemanfaatan Tumbuhan Obat Secara Tradisional
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara.


BIODIVERSITAS, Volume 7, Nomor 3: Halaman: 245-250.
 Permenkes RI No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 Tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
 Hedi R. Dewoto, 2007, Pengembangan Obat Tradisional Indonesia
Menjadi Fitofarmaka, Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 57,
Nomor: 7, halaman 205-211.

7. Bagaimana sistem pengawasan mutu Obat Tradisional?


Sistem Pengawasan Mutu:
Sistem pengawasan mutu harus dirancang dengan tepat, untuk menjamin setiap OT
(obat tradisional) yang diproduksi:
 Mengandung bahan alami yang benar dan bersih,
 Sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan,
 Dibuat dalam kondisi yang tepat serta mengikuti prosedur tetap,
 Tidak mengandung bahan kimia dan bahan baku obat.
Sehingga OT tersebut senantiasa memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan untuk
khasiat, mutu dan keamanannya.
Dirjen POM. (1994). Petunjuk Pelaksanaan Cara Pembuatan Obat Tradisional
Yang Baik (CPOTB). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

8. Apa kelebihan dan kekurangan obat tradisional?


Kelebihan:
 Jika penggunaannya benar, obat tradisional atau tanaman obat tidak memiliki efek
samping. Kalaupun ada, efek sampingnya relatif kecil.
 SEES (Side Effect Eleminating Subtanted).
 Tanaman obat sangat efektif untuk penyakit yang sulit disembuhkan dengan obat
kimia.
 Harganya murah, bahkan tidak memakan biaya sama sekali karena bisa ditanam
sendiri. Harga tanaman obat menjadi mahal jika dikemas dalam bentuk isolat.
 Diagnosa jelaspengobatan dapat dilakukan sendiri.
 Merupakan gabungan seluruh bahan aktif yang terdapat pada satu atau beberapa
tanaman obat.
 Efeknya lambat, tetapi bersifat stimulan dan konstruktif.
LI LBM 1 HERBAL Nurindha

Kekurangan:
 Efek farmakologisnya lemah.
 Bahan baku obat belum standar.
 Bersifat higroskopismudah rusak
 Umumnya, pengujian bahan-bahan pengobatan tradisional belum sampai tahap uji
klinis.
 Mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.
Obat Tradisional dan Pengembangannya, Nita Pujianti, S. Farm., Apt., MPH.

9. Apa hambatan penyebaran obat tradisional?


Di Indonesia hasil pengobatan komplementer tradisional-alternatif sudah banyak
dilakukan selama lebih dari satu dekade dan dijadikan bahan analisis kajian dan
penentuan kebijakan lebih lanjut tentang keamanan dan efektivitas pengobatan
komplementer tradisional – alternatif. Selama ini masalah dan hambatannya adalah:
1. Belum menjadi program prioritas dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.
2. Belum memadainya regulasi yang mendukung pelayanan kesehatan
komplementer tradisional – alternatif
3. Masih lemahnya pembinaan dan pengawasan
4. Terbatasnya kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan bimbingan
5. Masih terbatasnya pengembangan program Pelayanan Kesehatan Komplementer
Tradisional Alternatif di Pusat dan Daerah
6. Terbatasnya anggaran yang tersedia untuk Pelayanan Kesehatan Komplementer
Tradisional Alternatif
7. Fungsi SP3T dalam penapisan Pelayanan Kesehatan Komplementer Tradisional
Alternatif belum berjalan sesuai harapan.

http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=66:pe
ngobatan-komplementer-tradisional-alternatif

10. Apa saja program pemerintah dalam mendukung obat tradisional?

Rencana tindak lanjut Kementerian Kesehatan adalah:


LI LBM 1 HERBAL Nurindha

1. Penyusunan sistem pelayanan pengobatan non konvensional untuk menata seluruh


stakeholders yang terkait dalam penyelenggaraan pengobatan komplementer
tradisional-alternatif
2. Penyusunan formularian vadenicum pengobatan herbal yang dapat digunakan
sebagai pedoman bagi dokter/dokter gigi menuliskan resep (Physicians Desk
Reference) sebagai penyempurnaan daftar obat herbal asli Indonesia – jamu /
tanaman obat yang telah dikeluarkan oleh Badan POM dan Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Farmasi
3. Penyusunan Pedoman / Panduan dan Standar Pelayanan Komplementer
Tradisional Alternatif antara lain : hipnoterapi, naturopi
4. Mengembangkan RS dalam pelayanan pengobatan dan penelitian pelayanan
komplementer tradisional alternatif jamu dan herbal / tanaman asli Indonesia
bekerja sama dengan : - Lintas Program Terkait : Badan Litbangkes, Direktorat
Jenderal Pelayanan Farmasi, Badan PPSDM - Lintas Sektor Terkait : Balai POM,
LIPI, Kemenristek, Universitas
5. Menetapkan Kelompok Kerja Komplementer Tradisional – Alternatif dengan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan.

http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=66:pengob
atan-komplementer-tradisional-alternatif

Anda mungkin juga menyukai