Anda di halaman 1dari 27

Uji Prekilinik

STEP 1 :

- Uji preklinik
Suatu uju yang dilakukan pada hewan coba dengan tujuan untuk menentukan
keamanan dan khasiat bahan uji secara ilmiah yang dilakukan dengan uji toksisitas
dan uji aktivitas(farmakodinamik) dan uji yang dilakukan secara in vitro dan in in
vivo
- Tolerabilitas
Untuk mengetahui sejauh mana obat menghasilkan efek merugikan dalam tubuh.

STEP 2 :

1. Apa saja uji yang dilakukan dalam uji preklinik?


2. Apa tujuan dari uji preklinik?
3. Bagaimana uji preklinik dapat mengetahui tolerabilitas dan khasiat?
4. Apa saja kendala dalam uji preklinik?
5. Bagaimana tahap pengembangan obat tradisional menjadi fitofarmaka?
6. Apa saja perbedaan in vitro dan in vivo?
7. Apa saja syarat hewan yang digunakan untuk uji preklinik?
8. apa saja landasan hukum penggunaan hewan coba dalam uji preklinik?
9. Bagaimana criteria tingkat toksisitas suatu bahan pada hewan coba?
10. Apa saja efek herbal yang ditimbulkan pada hewan coba?
11. Bagiamana cara melakukann uji preklinik?
12. Apa yang dimaksud dengan uji farmakologi?
13. Apa tujuan dari uji farmakologi?
14. Apa saja contoh dari uji farmakologi?
15. Apa yang dimaksud dengan uji toksikologi, tujuan dan contoh?
16. Apa saja macam-macam dan perbedaan dari uji toksikologi?
17. Apa yang dimaksud dengan uji farmakodinamik?
18. Apa contoh uji farmakodinamik?
19. Apa yang dimaksud dengan uji farmakokinetik dan contohnya?
20. Apa yang dimaksud uji mutagenic, tujuan serta contohnya?
21. Apa yang dimaksud dengan uji teratogenik, tujuan serta contohnya?

STEP 3
1. Apa saja uji yang dilakukan dalam uji preklinik?
- Uji toksisitas
Tujuan : untuk melihat keamanan dari obat yang akan diuji
- Uji farmakodinamik
Untuk melihat efek obat pada manusia

Uji prekilinik dilakukan secara in vivo dan in vitro setelah tahap seleksi OT
menjadi fitofarmaka. Cara pemberiaanynya disesuaikan dengan cara pemberian
pada manusia.
Menurut depkes dilakukan pd 1 hewan coba sedangkan menurut WHO dilakukan
pada 2 spesies.

2. Apa tujuan dari uji preklinik?


- Untuk menidentifikasi terjadinya toksistas pada manusia
- Untuk menetapkan mekanisme toksi yang lebih jauh
- Untuk memperkirakan toksisitas yang spesifik dan paling relevan untuk uji klinis

3. Bagaimana uji preklinik dapat mengetahui tolerabilitas dan khasiat?

4. Apa saja kendala dalam uji preklinik?


- Uji toksisitas banyak tahapan sehingga waktunya lama dan mahal.
- Jumlah hewan yang dibutuhkan besar untuk mendapatkan data preklinik yang
valid
- Eksplorasi indeks terapeutik dari hewan ke manusia dapat memberikan perkiraan
untuk sebagian besar toksisitas
- Berbagai efek samping yang ditemui tidak dapat muncul di awal

5. Bagiamana cara melakukan uji preklinik?


- Uji toksisitas
- Uji aktivitas
Keduanya harus dilakukan secara in vivo dan in vitro (dicoba di luar tubuh). Yang
di liat adalah LC50 (Letal Concentrate 50%). Konsentrasi zat tersebut yang dapat
membunuh 50% dari jumlah hewan coba
Invivo uji nya terbatas.
Uji toksisitas pada antibiotic (dilakukan di cawan petri) untuk mengetahui apakah
tanaman tersebut berkhasiat dalam menghambat pertumbuhan bakteri

In vivo
Terdiri dari 2 jenis umum dan khusus
Toksi umum ada 3 jenis akut, kronik dan subkronik
Akut <24 jam
subKronik 14
kronik >180 hari

khusus
tidak semua zat yang harus di uji toksistas khusus. Karena mengikuti konsumen.
Ada nya uji karsinogenik dan teratogenik.

Uji aktivitas

Uji toksisitas
- Kualitatif
- kuantatif

6. Bagaimana tahap pengembangan obat tradisional menjadi fitofarmaka?


- Uji preklinik  untuk mengecek aman dan ada khasiat
- Uji teknologi farmasi untuk membuat bentuk sediaan yang baik, bagus dan
sesuai. Mengecek apakah OT mengandung
- Uji klinik  untuk mengetahui efek terbukti atau tidak. Harus dilakukan oleh
good clinical practice menggunakan desain RCT.

Setelah semua lengkap bisa disahkan menjadi fitofarmaka sehingga bisa diresepkan.

- Tahap seleksi  proes pemilihan jenis bahan yang akan diteliti


- Biological screening  menyaring ada atau tidak efek farmakologi
- Tahap penelitian farmakodinamik  untuk mengetahui pengaruh calon
fitofarmaka terhadat organ tubuh. Dilakukan secara preklinik in vivo dan iv vitro
- Tahap pengujian toksisitas lanjut  dilakukan uji toksisitas kronik, akut dan
khusus
- Pengembangan sediaan (formulasi)  untuk ketahui bso sesuai mutu dan tingkat
keamanan pada manusia
- Uji klinik  ada 4 fase. Dilakukan pada sukarelawan sehat, dilakukan sekelompok
pasien terbatas, dilakukan pasien jumlah >besar dari fase 2, post marketing su
untuk mengetaui efek samping yang tdk terkendali dari uji preklinik – uji klinik.

7. Apa yang dimaksud dengan uji farmakologi, tujuan dan contoh?


- Uji farmakologi adalah untuk melihat kerja farmakologi pada system biologis shg
kita tau obat tsb ada efek terapeutik atau tidak. Dilakukan secara in vivo harus
sesuai dengan organ yang akan diteliti. Yang bisa dilihat di hewan coba itu (anti
ATRITIS, ANTIHIPERTENSI)

8. Apa yang dimaksud dengan uji farmakodinamik dan contoh?


- Uji farmakodinamik  tujuannya untuk meneliti efek farmakodinamik. Dilakukan
secara invivo dan in vitro diberikan bso sesuai dengan manusia. Jika hasil + di
hewan coba bisa juga menimbulkan hasil + di manusia.

Contohnya:
Invitro  uji pada mikroba kalau pakai antibiotic, pada sel kanker pada hewan
dikasih obat terus dilihat reaksinya pada hewan
In vivo  uji fertilitas

9. Apa yang dimaksud dengan uji farmakokinetik dan contohnya?


- Absorbs, distribusi, metabolism dan eksresi

10. Apa yang dimaksud uji mutagenic, tujuan serta contohnya?


- Ada mutasi gen dan mutasi kromosom
- Mutasi gen  ada perubahan di nekleotida. Mengakibatkan perubahan dan
segmen DNA
- Mutasi kromosom  perubahan morfologi abrasi kromosom
- Dilakukan secara 2 cara
- Invivo (menentukan kerusakan gen pada hewan mamalia melalui sumsum tulang)
dan invitro (pada bakteri)
- Kerusakn DNA  setelah di uji klinik diautopsi. Paling sring di hepar pada hewan
coba

11. Apa yang dimaksud dengan uji teratogenik, tujuan serta contohnya?
- Uji yang dilakukan untuk mengetahui bisa menimbulan kecacatan janin
- Penyebabnya ada 2 fisik (radiasi sinax, panas, tekanan) kimia
- Yang diserang target organ (organ reproduksi)
- Contoh
Mencegah pemblahan embrio pada tahap embrio
Membuat infant
- Uji yang dilakukan dimulai dari tahap implantasi sampai organogenesis sempurna
(hari 4 -11 pasca kawin)
- Parameter (terjadi abnormalitas pada fetus )
- Mencakup semua aspek dari perkembangan fetus sampai kelahiran
- Uji gametogenesis, uji fertilisasi, uji implantasi, uji embryogenesis, uji
organogenesis, dan uji kelahiran

12. Apa saja perbedaan in vitro dan in vivo?


-in vitro terletak dlm system tp diluar tubuh manusia
Kebutuhan sample lebih sedikit
Murah dan cepat

In vivo: terletak dlm tubuh manusia


Kebutuhan sample lebh banyak
Biaya yg dibutuhkan mahal dan proses nya lama

13. Apa saja syarat hewan yang digunakan untuk uji preklinik?
- Harus bebas dari mikroorganisme pathogen  ada mikroorganis patigen akan
mengganggu saat penelitian
- Memiliki kemampuan imunitas yang baik
- Ada kepekaan yang baik pada penyakit

Yang paling banyak dipilih mencit atau tikus karena mudah dikembangka dan
Ukuran kecil

Hewan coba di lab :


- Replacement : memnimalkan penggunakan hewan coba.
- Reduction : jumlahnya mengurangi hewan coba
- Melakukan perlakukan yang pantas untuk percobaan dan menghindarkan dari 5 R
(rasa lapar dan haus, rasa bebas, rasa sakit, rasa takut dan tekanan)
Persyaratan untuk uji toksisitas
-mudah diperoleh dlm jumlah yang memadai
- mudah diamati
Memberikan respon fitopatologi yang sama dengan manusia
Tersedia cukup informasi mengenai +/- uji pada hewan
Tidak tergantikan dengan model non hewan (simulasi computer)

Bobot minimal mencit 20 gr (6-8 minggu)


Tikus minimal 120 gr (6-8 minggu)
Marmut min 250 gr (4-5 minggu)
Kelinci min 1800 gr (8-9 bulan)

Mudah dikembangkan
Mudah dirawat

14. apa saja landasan hukum penggunaan hewan coba dalam uji preklinik?
- Tingkat nasional --. Uud 23 tahun 1992 tentang kesehta
- 36 tahun 2009
- Pasal 44 aya4 penelitian pada hewan harus dijaga kelestariaannya dan mencegah
dampak buruk pd manusia
- Kepmenkes  no1031thn 2005 tentang pedoman nasional penelitian kesehatan

Asas etik penelitian


-asas kejujuran
Asas tidak merugikan
Asas kemanfaatan
Asas respek terhadap lingkungan

Asas menggunakan hewan coba


Desain penelitian harus disusun sedemikian rupa
Tujuan penelitian tidak tercapai kalau hewan coba diganti dengan prosedur
alternative
Manfaat > banyak dari penderitaan hewan coba

15. Bagaimana criteria tingkat toksisitas suatu bahan pada hewan coba?
- Supertoksik  jika dimasukan dengan oral akan muncul LD50 diberikan < 5
mg/kgbb dan jika masuk melalui dermal LD50 pada <250 mg/kgbb inhalasi <200
mg/kgbb
- Sangat toksik
Oral 5-50
Dermal 250-1000
Inhalasi 250-1000
- Toksik
Oral 50-500
Dermal 1000-3000
Inhalasi 1000-10000
- Cukup toksik
Oral 500-5000
Dermal 3000-10000
Inhalasi 10000-30000
- Sedikit toksis
Oral > 5000
Dermal >10000
Inhalasi >30000

16. Apa saja efek herbal yang ditimbulkan pada hewan coba?
STEP 4 :
STEP 7

1. Apa saja uji yang dilakukan dalam uji preklinik?

a. uji toksisitas
Untuk mengetahui adanya keamanan dari calon obat yang dilakukan
pada hewan coba:

1. uji toksisitas umum


a. uji toksisitas akut
b. uji toksisitas subakut
c. uji toksisitas kronis

Uji toksisitas kronis adalah suatu uji untuk menentukan tingkat


ketoksikan suatu bahan uji pada hewan coba dengan dosis
berulang dalam kurun waktu sepanjang umur hewan coba

Tujuan dari uji toksisitas kronis adalah untuk mengetahui profil


toksisitas suatu bahan uji secara berulang dalam jangka panjang

Persyaratan uji toksisitas kronis seperti hewan coba, dosis bahan


uji serta rute pemberian sama dengan persyaratan uji toksisitas
subkronis

2. uji toksisitas khusus


a. teratogenik
Uji yg dilakukan untuk mengetahui apakah suatu obat bisa
menimbulkan kecacatan pada janin waktu lahir.
b. Mutagenik
Uji yang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
senyawa yang bersifatmutagen(zat atau senyawa yg dapat
meningkatkan laju perubahan di dalam gen
c. karsinogenik
2. Apa tujuan dari uji preklinik?
Uji preklinik dilaksanakan setelah dilakukan seleksi jenis obat tradisional yang akan
dikembangkan menjadi fitofarmaka. Uji preklinik dilakukan secara in vitro dan in vivo
pada hewan coba untuk melihat toksisitas dan efek farmakodinamiknya. Bentuk sediaan
dan cara pemberian pada hewan coba disesuaikan dengan rencana pemberian pada
manusia. Menurut pedoman pelaksanaan uji klinik obat tradisional yang dikeluarkan
Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI hewan coba yang digunakan untuk
sementara satu spesies tikus atau mencit, sedangkan WHO menganjurkan pada dua
spesies. Uji farmakodinamik pada hewan coba digunakan untuk memprediksi efek pada
manusia, sedangkan uji toksisitas dimaksudkan untuk melihat keamanannya.
Tujuan penelitian terhadap uji pra klinik antara lain adalah untuk mengidentifikasi
potensi terjadinya toksisitas pada manusia; merancang berbagai uji untuk menetapkan
mekanisme toksis lebih jauh; dan memperkirakan toksisitas yang spesifik dan paling
relevan untuk dipantau dalam uji-uji klinis. Sebagai tambahan berbagai penelitian yang
tercantum dalam tabel I, diperlukan pula beberapa perkiraan kuantitatif seperti ‘no
effect’ dose – dosis maksimum tidak terlihatnya suatu efek toksik tertentu; dosis letal
minimum – dosis terkecil yang dapat mematikan hewan percobaan; dan, bila perlu,
dosis letal median (LD50) – dosis yang mematikan sekitar 50% hewan.
Hedi R. DewotoPengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka,
Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

3. Bagaimana uji preklinik dapat mengetahui tolerabilitas dan khasiat?

4. Apa saja kendala dalam uji preklinik?


Terdapat berbagai keterbatasan dalam uji praklinis yang penting untuk diketahui antara lain
sebagai berikut:
1. Uji toksisitas merupakan uji yang menyita waktu dan mahal. Diperlukan waktu sekitar 2
sampai 6 tahun untuk mengumpulkan dan menganalisa data serta memperkirakan
indeks terapeutik (suatu perbandingan antara jumlah senyawa yang memberikan efek
terapeutik dan yang menyebabkan efek toksik) obat sebelum dianggap layak uji pada
manusia.
2. Diperlukan jumlah yang besar hewan percobaan untuk mendapatkan data praklinis
yang sahih (valid). Para ilmuwan menaruh perhatian besar akan hal ini, dan berbagai
kemajuan telah dicapai untuk menurunkan jumlah hewan yang digunakan dengan tetap
mempertahankan kesahihan data. Kultur sel dan jaringan dengan berbagai metode in
vitro makin banyak digunakan, namun nilai perkiraan yang dihasilkan masih sangat
terbatas. Walaupun demikian, beberapa golongan masyarakat berusaha untuk
menghentikan semua uji menggunakan hewan percobaan dengan alasan yang tidak
berdasar bahwa hal ini tidak diperlukan lagi.
3. Ekstrapolasi indeks terapeutik dan data toksisitas dari hewan ke manusia dapat
memberikan perkiraan untuk sebagian besar toksisitas tetapi tidak seluruhnya. Untuk
menemukan suatu proses yang lebih maju, dibentuklah Predictive Safety Testing
Consortium, yakni suatu badan yang merupakan gabungan lima perusahaan farmasi
terbesar di Amerika Serikat denganFood and Drug Administration (FDA) sebagai badan
penasehat, untuk memperkirakan keamanan suatu pengobatan sebelum diujikan pada
manusia. Hal ini dicapai dengan cara menggabungkan berbagai metode laboratorium
yang dikembangkan secara internal dalam tiap perusahaan farmasi.
4. Untuk kepentingan statistik, berbagai efek samping yang jarang ditemui tidak mungkin
dideteksi.
www.kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp.../09/3-uji-toksisitas.pdf

5. Bagiamana cara melakukan uji preklinik?

6. Bagaimana tahap pengembangan obat tradisional menjadi fitofarmaka?

Tahap-tahap pengembangan dan pengujian fitofarmaka (Dep. Kes RI):


1. Tahap seleksi
Proses pemilihan jenis bahan alam yang akan diteliti sesuai dengan skala prioritas
sebagai berikut:
a. Jenis obat alami yang diharapkan berkhasiat untuk penyakit-penyakit utama
b. Jenis obat alamai yang memberikan khasiat dan kemanfaatan berdasar pengalaman
pemakaian empiris sebelumnya
c. Jenis OA yang diperkirakan dapat sebagai alternative pengobatan untuk penyakit-
penyakit yang belum ada atau masih belum jelas pengobatannya.
2. Tahap biological screening, untuk menyaring:
a. Ada atau tidaknya efek farmakologi calon fitofarmaka yang mengarah ke khasiat
terapetik (pra klinik in vivo)
b. Ada atau tidaknya efek keracunan akut (single dose), spectrum toksisitas jika ada,
dan sistem organ yang mana yang paling peka terhadap efek keracunan tersebut
(pra klinik, in vivo)
3. Tahap penelitian farmakodinamik
a. Untuk melihat pengaruh calon fitofarmaka terhadap masing-masing sistem biologis
organ tubuh
b. Pra klinik, in vivo dan in vitro
c. Tahap ini dipersyaratkan mutlak, hanya jika diperlukan saja untuk mengetahui
mekanisme kerja yang lebih rinci dari calon fitofarmaka.
4. Tahap pengujian toksisitas lanjut (multiple doses)
a. Toksisitas ubkronis
b. Toksisitas akut
c. Toksisitas khas/ khusus
5. Tahap pengembangan sediaan (formulasi)
a. Mengetahui bentuk-bentuk sediaan yang memenuhi syarat mutu, keamanan, dan
estetika untuk pemakaian pada manusia.
b. Tata laksana teknologi farmasi dalam rangka uji klinik, yakni:
 Teknologi farmasi tahap awal
 Pembakuan (standarisasi): simplisia, ekstrak , sediaan OA
 Parameter standar mutu: bahan baku OA, ekstrak, sediaan OA
6. Tahap uji klinik pada manusia, ada 4 fase yaitu:
a. Fase 1 : Dilakukan pada sukarelawan sehat
b. Fase 2 : Dilakukan pada kelompok pasien terbatas
c. Fase 3 : Dilakukan pada pasien dengan jmlh yang lebih besar dari fase 2
d. Fase 4 : Post marketing survailence, untuk melihat kemungkinan efek samping yang
tidak terkendali saat uji pra klinik maupun saat uji klinik fase 1-3.

7. Apa yang dimaksud dengan uji farmakologi, tujuan dan contoh?


 uji farmakologi

Uji yang ditujukan untuk melihat adanya kerja farmakologik pada sistem
biologi yang dapat merupakan petunjuk terhadap khasiat terapeutik
baik secara in vitro maupun in vivo.
1) uji farmakodinamik
Uji yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh farmakologi pada
berbagai sistem biologi baik secara in vitro maupun in vivo.
2) uji farmakokinetik
Penelitian identifikasi dan penetapan konsentrasi obat dalam tubuh
sebagai faktor waktu sehingga dapat menggambarkan model
parametrik yang khas; perjalanan obat di dalam tubuh (ADME)
8. Apa yang dimaksud dengan uji farmakodinamik dan contoh?
Uji Farmakodinamik
Penelitian farmakodinamik obat tradisional bertujuan untuk meneliti efek farmakodinamik
dan menelusuri mekanisme kerja dalam menimbulkan efek dari obat tradisional tersebut.
Penelitian dilakukan secara in vitro dan in vivo pada hewan coba. Cara pemberian obat
tradisional yang diuji dan bentuk sediaan disesuaikan dengan cara pemberiannya pada
manusia. Hasil positif secara in vitro dan in vivo pada hewan coba hanya dapat dipakai
untuk perkiraan kemungkinan efek pada manusiavv
Standardisasi Sederhana, Penentuan Identitas dan Pembuatan Sediaan
Terstandar
Pada tahap ini dilakukan standarisasi simplisia, penentuan identitas, dan menentukan
bentuk sediaan yang sesuai. Bentuk sediaan obat herbal sangat mempengaruhi efek
yang ditimbulkan. Bahan segar berbeda efeknya dibandingkan dengan bahan yang telah
dikeringkan. Proses pengolahan seperti direbus, diseduh dapat merusak zat aktif
tertentu yang bersifat termolabil.15 Sebagai contoh tanaman obat yang mengandung
minyak atsiri atau glikosida tidak boleh dibuat dalam bentuk decoct karena termolabil.
Demikian pula prosedur ekstraksi sangat mempengaruhi efek sediaan obat herbal yang
dihasilkan. Ekstrak yang diproduksi dengan jenis pelarut yang berbeda dapat memiliki
efek terapi yang berbeda karena zat aktif yang terlarut berbeda. Sebagai contoh daun
jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) memiliki tiga jenis kandungan kimia yang diduga
berperan untuk pelangsing yaitu tanin, musilago, alkaloid. Ekstraksi yang dilakukan
dengan etanol 95% hanya melarutkan alkaloid dan
sedikit tanin, sedangkan ekstraksi dengan air atau etanol 30% didapatkan ketiga
kandungan kimia daun jati belanda yaitu tanin, musilago, dan alkaloid tersari dengan
baik.

sumber: Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka* Hedi R.


Dewoto Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

9. Apa yang dimaksud dengan uji farmakokinetik dan contohnya?


 uji farmakokinetik

Penelitian identifikasi dan penetapan konsentrasi obat dalam tubuh


sebagai faktor waktu sehingga dapat menggambarkan model
parametrik yang khas; perjalanan obat di dalam tubuh (ADME)

10. Apa yang dimaksud uji mutagenic, tujuan serta contohnya?


Uji Mutagenik meliputi mutasi gen dan mutasi kromosomal.
 Mutasi gen adalah perubahan pada sekuen nukleotida pada satu atau
beberapa segmen yang dikode gen dalam bentuk substitusi basa purin
atau pirimidin, atau Menghilangan/ pergeseran basa tertentu yang
berakibat perubahan pada sekuen DNA.
 Mutasi kromosomal yaitu perubahan morfologi pada struktur kromosom
seperti abrasi kromosom, delesi kromosom.
Uji mutagenik ini dilakukan uji secara:
 in vitro yakni menggunakan mutasi gen pada bakteri
 in vivo menentukan kerusakan gen pada hewan mamalia melalui sumsum
tulang untuk menentukan tingkat kerusakan kromosom, sedangkan untuk
mendeteksi kerusakan DNA menggunakan sel hati mencit atau tikus

11. Apa yang dimaksud dengan uji teratogenik, tujuan serta contohnya?
Uji Teratogenik dilaksanakan dimulai dari tahap implantasi sampai tahapan
organogenesis sempurna (pada roden dilakukan pada hari ke 4 sampai hari ke 11
setelah kawin).
Parameter yang menjadi penilaian adalah terjadi abnormalitas pada perkembangan
fetus tanpa menimbulkan toksisitas bermakna pada induknya.
uji teratogenik mencakup semua aspek yang merupakan penyebab dari proses
abnormalitas perkembangan fetus sampai kelahiran.

12. Apa saja perbedaan in vitro dan in vivo?

In vitro:
 Terletak di dalam suatu system tetapi di luar tubuh manusia
 Kebutuhan sample yang digunakan lebih sedikit
 Murah dan cepat
Yang dimaksud uji in vitro adalah uji pada mikroba jika antibiotic; pada sel kanker dari
hewan utk obat anti kanker; pada plasmodium utk obat anti malaria; pada jamur missal
candida pada obat anti keputihan/candidiasis; pada cacing utk obat cacing; pada virus utk
obat antivirus; pada bagian organ tertentu dari hewan contoh obat asma bronkodilator diuji
pada otot polos trachea marmot; pada jantung hewan dalam chamber utk obat angina dan
aritmia; dll.
In vivo:
 Terletak di dalam tubuh manusia
 Kebutuhan sample yang digunakan lebih banyak
 Mahal dan lama
Sedangkan uji in vivo digunakan hewan utuh dan kondisi hidup (baik sadar atau teranestesi).
Syarat hewan yg digunakan sangat banyak tgt jenis obatnya, missal yang jelas harus
dilakukan control terhadap galur/spesies, jenis kelamin, umur, berat badan (mempengaruhi
dosis), dan harus dilakukan pada minimal 2 spesies yakni rodent/hewan mengerat dan non
rodent. Alasannya krn system fisiologi dan patologi pada manusia merupakan perpaduan
antara rodent dan non rodent.
Selain itu pemilihan jenis hewan yg dipilih pun harus tepat menggambarkan kondisi yg
diinginkan. Contohnya :
 Untuk obat fertilitas digunakan hewan uji tikus/rat galur Sprague Dowley/SD bukan
Wistar atau jenis tikus lainnya, krn tikus jenis SD memiliki anak banyak shg pengamatan
akan lbh baik dg jumlah sample yg banyak.
Fitokimia: Uji in vitro dan in vivo, elearning.unsri.ac.id

13. Apa saja syarat hewan yang digunakan untuk uji preklinik?
 Syarat Hewan Coba
Menurut U.S National Research Committee on Animal Model for Aging,
mendefinisikan hewan model sebagai hewan yang secara normative biologi atau
perilaku dapat dipelajari, secara spontan atau proses patogenesis dapat diinvestigasi
dan secara fenomena pada satu atau beberapa kejadian menggambarkan fenomena
pada manusia dan beberapa spesies
Hewan model diartikan secara lugas sebagai hewan yang memodelkan manusia
(modelling human) atau lebih tepat diistilahkan ”model manusia” (Hau, 2004).

 Sedapat mungkin hewan percobaan yang akan digunakan bebas dari


mikroorganisme patogen, karena adanya mikroorganisme patogen pada tubuh
hewan sangat mengganggu jalannya reaksi pada pemeriksaan penelitian,
sehingga dari segi ilmiah hasilnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh
karenanya, berdasarkan tingkatan kontaminasi mikroorganisme patogen, hewan
percobaan digolongkan menjadi hewan percobaan konvensional, specified
pathogen free (SPF) dan gnotobiotic.
 Mempunyai kemampuan dalam memberikan reaksi imunitas yang baik. Hal ini
ada hubungannya dengan persyaratan pertama.
 Kepekaan terhadap sesuatu penyakit. Hal ini menunjukkan tingkat suseptibilitas
hewan terhadap penyakit.
 Performa atau prestasi hewan percobaan yang dikaitkan dengan sifat
genetiknya.

Dari keadaan tersebut di atas, timbul beberapa dilema dalam hal penyediaan hewan
percobaan, misalnya penyakit, lingkungan, seleksi dan pengelolaan (Sulaksono, 1987).
Hau, J., & Hoosier Jr., G. L. (2003). Handbook of Laboratory Animal Science Second Edition. Boca
Raton: CRC Press

 Klasifikasi Animal Model


 Exploratory (penyelidikan) : untuk memahami mekanisme biologis, apakah
termasuk mekanisme dasar yang normal atau mekanisme yang berhubungan
dengan fungsi biologis yang abnormal.
 Explanatory (penjelasan) : untuk memahami lebih banyak masalah biologis yang
kompleks.
 Predictive (perkiraan) : bertujuan untuk menentukan dan mengukur akibat dari
perlakuan, apakah sebagai cara untuk pengobatan penyakit atau untuk
memperkirakan tingkat toksisitas suatu senyawa kimia yang diberikan.

Demi tercapainya kesejahteraan hewan, maka kriteria hewan coba


selayaknya dilakukan 3R yaitu:
a. Replacement: suatu usaha meminimalkan penggunaan hewan coba
yang dapat diganti dengan media lain seperti media kultur atau
sejenisnya maupun dengan metode statistik,
b. Reduction: usaha meminimalkan jumlah atau pengurangan pemakaian
hewan coba, dan
c. Refinement: perlakuan yang pantas terhadap semua organisme agar
bebas dari 5R yaitu rasa lapar dan haus (hunger & thirst), rasa sakit
(discomfort pain), rasa takut dan tekanan (injury fear & distress), rasa
bebas untuk mengekspresikan/menunjukkan perilaku alamiahnya (to
express natural behavior) serta pengkayaan lingkungan.
Hal ini sebagai wujud kemanusiawian terhadap hak-hak hidup hewan
coba sebagai makhuk hidup di masa-masa penempatan, pengandangan,
perawatan dan perlakuan. Hal-hal tersebut diatas telah dilakukan di
BBPMSOH dengan adanya penggunaan sel sebagai pengganti hewan
percobaan pada beberapa pengujian vaksin, dan juga pemeliharaan
yang baik agar syarat 5R dapat terpenuhi

14. apa saja landasan hukum penggunaan hewan coba dalam uji preklinik?

Legislasi yang mengatur Laboratory Animal Walfare


a. Pasal 66 UU No. 18 Tahun 2009:
Bagian Kedua: Kesejahteraan Hewan
Pasal 66
(1) Untuk kepentingan kesejahteraan hewan dilakukan tindakan yang berkaitan dengan penangkapan dan
penanganan; penempatan dan pengandangan; pemeliharaan dan perawatan; pengangkutan;
pemotongan dan pembunuhan; serta perlakuan dan pengayoman yang wajar terhadap hewan.
(2) Ketentuan mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara manusiawi yang meliputi:
a. penangkapan dan penanganan satwa dari habitatnya harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan di bidang konservasi;
b. penempatan dan pengandangan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga memungkinkan hewan
dapat mengekspresikan perilaku alaminya;
c. pemeliharaan, pengamanan, perawatan, dan pengayoman hewan dilakukan dengan sebaikbaiknya
d. sehingga hewan bebas dari rasa lapar dan haus, rasa sakit, penganiayaan dan penyalahgunaan,
serta rasa takut dan tertekan;
e. pengangkutan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa takut dan
tertekan serta bebas dari penganiayaan;
f. penggunaan dan pemanfaatan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari
penganiayaan dan penyalahgunaan;
g. pemotongan dan pembunuhan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari
rasa sakit, rasa takut dan tertekan, penganiyaan, dan penyalahgunaan; dan
h. perlakuan terhadap hewan harus dihindari dari tindakan penganiayaan dan penyalahgunaan.
(3) Ketentuan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kesejahteraan hewan diberlakukan bagi semua
jenis hewan bertulang belakang dan sebagian dari hewan yang tidak bertulang belakang yang dapat
merasa sakit.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
Penjelasan Pasal 66 ayat 4:
Ayat (4)
Termasuk dalam ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri, antara lain, adalah pengembangan
KomiteKesejahteraan Hewan Nasional untuk membina komisi kesejahteraan hewan laboratorium di
berbagai instansi dalamrangka pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan.

15. Bagaimana criteria tingkat toksisitas suatu bahan pada hewan coba?

16. Apa saja efek herbal yang ditimbulkan pada hewan coba?
 LD50 : menyatakan dosis obat yang dapat menyebabkan kematian pada 50%
hewan percobaan
 ED50 : menyatakan dosis obat yang dapat timbulkan efek (ex :kejang-kejang)
pada 50% hewan percobaan.
Hollinger MA: Introduction to Pharmacology. Taylor & Francis, 1997.

Anda mungkin juga menyukai