STEP 1 :
- Uji preklinik
Suatu uju yang dilakukan pada hewan coba dengan tujuan untuk menentukan
keamanan dan khasiat bahan uji secara ilmiah yang dilakukan dengan uji toksisitas
dan uji aktivitas(farmakodinamik) dan uji yang dilakukan secara in vitro dan in in
vivo
- Tolerabilitas
Untuk mengetahui sejauh mana obat menghasilkan efek merugikan dalam tubuh.
STEP 2 :
STEP 3
1. Apa saja uji yang dilakukan dalam uji preklinik?
- Uji toksisitas
Tujuan : untuk melihat keamanan dari obat yang akan diuji
- Uji farmakodinamik
Untuk melihat efek obat pada manusia
Uji prekilinik dilakukan secara in vivo dan in vitro setelah tahap seleksi OT
menjadi fitofarmaka. Cara pemberiaanynya disesuaikan dengan cara pemberian
pada manusia.
Menurut depkes dilakukan pd 1 hewan coba sedangkan menurut WHO dilakukan
pada 2 spesies.
In vivo
Terdiri dari 2 jenis umum dan khusus
Toksi umum ada 3 jenis akut, kronik dan subkronik
Akut <24 jam
subKronik 14
kronik >180 hari
khusus
tidak semua zat yang harus di uji toksistas khusus. Karena mengikuti konsumen.
Ada nya uji karsinogenik dan teratogenik.
Uji aktivitas
Uji toksisitas
- Kualitatif
- kuantatif
Setelah semua lengkap bisa disahkan menjadi fitofarmaka sehingga bisa diresepkan.
Contohnya:
Invitro uji pada mikroba kalau pakai antibiotic, pada sel kanker pada hewan
dikasih obat terus dilihat reaksinya pada hewan
In vivo uji fertilitas
11. Apa yang dimaksud dengan uji teratogenik, tujuan serta contohnya?
- Uji yang dilakukan untuk mengetahui bisa menimbulan kecacatan janin
- Penyebabnya ada 2 fisik (radiasi sinax, panas, tekanan) kimia
- Yang diserang target organ (organ reproduksi)
- Contoh
Mencegah pemblahan embrio pada tahap embrio
Membuat infant
- Uji yang dilakukan dimulai dari tahap implantasi sampai organogenesis sempurna
(hari 4 -11 pasca kawin)
- Parameter (terjadi abnormalitas pada fetus )
- Mencakup semua aspek dari perkembangan fetus sampai kelahiran
- Uji gametogenesis, uji fertilisasi, uji implantasi, uji embryogenesis, uji
organogenesis, dan uji kelahiran
13. Apa saja syarat hewan yang digunakan untuk uji preklinik?
- Harus bebas dari mikroorganisme pathogen ada mikroorganis patigen akan
mengganggu saat penelitian
- Memiliki kemampuan imunitas yang baik
- Ada kepekaan yang baik pada penyakit
Yang paling banyak dipilih mencit atau tikus karena mudah dikembangka dan
Ukuran kecil
Mudah dikembangkan
Mudah dirawat
14. apa saja landasan hukum penggunaan hewan coba dalam uji preklinik?
- Tingkat nasional --. Uud 23 tahun 1992 tentang kesehta
- 36 tahun 2009
- Pasal 44 aya4 penelitian pada hewan harus dijaga kelestariaannya dan mencegah
dampak buruk pd manusia
- Kepmenkes no1031thn 2005 tentang pedoman nasional penelitian kesehatan
15. Bagaimana criteria tingkat toksisitas suatu bahan pada hewan coba?
- Supertoksik jika dimasukan dengan oral akan muncul LD50 diberikan < 5
mg/kgbb dan jika masuk melalui dermal LD50 pada <250 mg/kgbb inhalasi <200
mg/kgbb
- Sangat toksik
Oral 5-50
Dermal 250-1000
Inhalasi 250-1000
- Toksik
Oral 50-500
Dermal 1000-3000
Inhalasi 1000-10000
- Cukup toksik
Oral 500-5000
Dermal 3000-10000
Inhalasi 10000-30000
- Sedikit toksis
Oral > 5000
Dermal >10000
Inhalasi >30000
16. Apa saja efek herbal yang ditimbulkan pada hewan coba?
STEP 4 :
STEP 7
a. uji toksisitas
Untuk mengetahui adanya keamanan dari calon obat yang dilakukan
pada hewan coba:
Uji yang ditujukan untuk melihat adanya kerja farmakologik pada sistem
biologi yang dapat merupakan petunjuk terhadap khasiat terapeutik
baik secara in vitro maupun in vivo.
1) uji farmakodinamik
Uji yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh farmakologi pada
berbagai sistem biologi baik secara in vitro maupun in vivo.
2) uji farmakokinetik
Penelitian identifikasi dan penetapan konsentrasi obat dalam tubuh
sebagai faktor waktu sehingga dapat menggambarkan model
parametrik yang khas; perjalanan obat di dalam tubuh (ADME)
8. Apa yang dimaksud dengan uji farmakodinamik dan contoh?
Uji Farmakodinamik
Penelitian farmakodinamik obat tradisional bertujuan untuk meneliti efek farmakodinamik
dan menelusuri mekanisme kerja dalam menimbulkan efek dari obat tradisional tersebut.
Penelitian dilakukan secara in vitro dan in vivo pada hewan coba. Cara pemberian obat
tradisional yang diuji dan bentuk sediaan disesuaikan dengan cara pemberiannya pada
manusia. Hasil positif secara in vitro dan in vivo pada hewan coba hanya dapat dipakai
untuk perkiraan kemungkinan efek pada manusiavv
Standardisasi Sederhana, Penentuan Identitas dan Pembuatan Sediaan
Terstandar
Pada tahap ini dilakukan standarisasi simplisia, penentuan identitas, dan menentukan
bentuk sediaan yang sesuai. Bentuk sediaan obat herbal sangat mempengaruhi efek
yang ditimbulkan. Bahan segar berbeda efeknya dibandingkan dengan bahan yang telah
dikeringkan. Proses pengolahan seperti direbus, diseduh dapat merusak zat aktif
tertentu yang bersifat termolabil.15 Sebagai contoh tanaman obat yang mengandung
minyak atsiri atau glikosida tidak boleh dibuat dalam bentuk decoct karena termolabil.
Demikian pula prosedur ekstraksi sangat mempengaruhi efek sediaan obat herbal yang
dihasilkan. Ekstrak yang diproduksi dengan jenis pelarut yang berbeda dapat memiliki
efek terapi yang berbeda karena zat aktif yang terlarut berbeda. Sebagai contoh daun
jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) memiliki tiga jenis kandungan kimia yang diduga
berperan untuk pelangsing yaitu tanin, musilago, alkaloid. Ekstraksi yang dilakukan
dengan etanol 95% hanya melarutkan alkaloid dan
sedikit tanin, sedangkan ekstraksi dengan air atau etanol 30% didapatkan ketiga
kandungan kimia daun jati belanda yaitu tanin, musilago, dan alkaloid tersari dengan
baik.
11. Apa yang dimaksud dengan uji teratogenik, tujuan serta contohnya?
Uji Teratogenik dilaksanakan dimulai dari tahap implantasi sampai tahapan
organogenesis sempurna (pada roden dilakukan pada hari ke 4 sampai hari ke 11
setelah kawin).
Parameter yang menjadi penilaian adalah terjadi abnormalitas pada perkembangan
fetus tanpa menimbulkan toksisitas bermakna pada induknya.
uji teratogenik mencakup semua aspek yang merupakan penyebab dari proses
abnormalitas perkembangan fetus sampai kelahiran.
In vitro:
Terletak di dalam suatu system tetapi di luar tubuh manusia
Kebutuhan sample yang digunakan lebih sedikit
Murah dan cepat
Yang dimaksud uji in vitro adalah uji pada mikroba jika antibiotic; pada sel kanker dari
hewan utk obat anti kanker; pada plasmodium utk obat anti malaria; pada jamur missal
candida pada obat anti keputihan/candidiasis; pada cacing utk obat cacing; pada virus utk
obat antivirus; pada bagian organ tertentu dari hewan contoh obat asma bronkodilator diuji
pada otot polos trachea marmot; pada jantung hewan dalam chamber utk obat angina dan
aritmia; dll.
In vivo:
Terletak di dalam tubuh manusia
Kebutuhan sample yang digunakan lebih banyak
Mahal dan lama
Sedangkan uji in vivo digunakan hewan utuh dan kondisi hidup (baik sadar atau teranestesi).
Syarat hewan yg digunakan sangat banyak tgt jenis obatnya, missal yang jelas harus
dilakukan control terhadap galur/spesies, jenis kelamin, umur, berat badan (mempengaruhi
dosis), dan harus dilakukan pada minimal 2 spesies yakni rodent/hewan mengerat dan non
rodent. Alasannya krn system fisiologi dan patologi pada manusia merupakan perpaduan
antara rodent dan non rodent.
Selain itu pemilihan jenis hewan yg dipilih pun harus tepat menggambarkan kondisi yg
diinginkan. Contohnya :
Untuk obat fertilitas digunakan hewan uji tikus/rat galur Sprague Dowley/SD bukan
Wistar atau jenis tikus lainnya, krn tikus jenis SD memiliki anak banyak shg pengamatan
akan lbh baik dg jumlah sample yg banyak.
Fitokimia: Uji in vitro dan in vivo, elearning.unsri.ac.id
13. Apa saja syarat hewan yang digunakan untuk uji preklinik?
Syarat Hewan Coba
Menurut U.S National Research Committee on Animal Model for Aging,
mendefinisikan hewan model sebagai hewan yang secara normative biologi atau
perilaku dapat dipelajari, secara spontan atau proses patogenesis dapat diinvestigasi
dan secara fenomena pada satu atau beberapa kejadian menggambarkan fenomena
pada manusia dan beberapa spesies
Hewan model diartikan secara lugas sebagai hewan yang memodelkan manusia
(modelling human) atau lebih tepat diistilahkan ”model manusia” (Hau, 2004).
Dari keadaan tersebut di atas, timbul beberapa dilema dalam hal penyediaan hewan
percobaan, misalnya penyakit, lingkungan, seleksi dan pengelolaan (Sulaksono, 1987).
Hau, J., & Hoosier Jr., G. L. (2003). Handbook of Laboratory Animal Science Second Edition. Boca
Raton: CRC Press
14. apa saja landasan hukum penggunaan hewan coba dalam uji preklinik?
15. Bagaimana criteria tingkat toksisitas suatu bahan pada hewan coba?
16. Apa saja efek herbal yang ditimbulkan pada hewan coba?
LD50 : menyatakan dosis obat yang dapat menyebabkan kematian pada 50%
hewan percobaan
ED50 : menyatakan dosis obat yang dapat timbulkan efek (ex :kejang-kejang)
pada 50% hewan percobaan.
Hollinger MA: Introduction to Pharmacology. Taylor & Francis, 1997.