Anda di halaman 1dari 32

Step 1 :

1. HIPERKES : higiene kesehatan dan keselamatan kerja


pengawasan,pemeliharan,keselamatan kerja dan kebersihan kerja agar tidak membahyakan
masyarakat
2. ERGONOMI kesehatan : ergonom : kerja ,nemos: pekerjaan
Peraturan pekerjaan dibidang kesehatan
3. Higiene perusahaan:
Upaya untuk menjaga kesehatan dari semua aspek kimia,radiasi di lingkungan pekerja

STEP 2
1.apa tujuan dari hiperkes ?
2.Sasaran dari Hiperkes ?
3.peran dari kewajiban dokter perusahaan mengenai hiperkes ?
4.apa saja program- program hiperkes ?
5.apakah manfaat dari hiperkes ?
6.apa saja ruanglingkup dari hiperkes ?
7.Apa saja ruanglingkup dari ergonomi kesehatan?
8.bagaimana aplikasi higiene kesehatan,ergonomi,toksikologi ?
9.apa tujuan ergonomi kesehatan dan keselamatan kerja ?
10.definisi kecelakaan kerja dan klasifikasi dari kecelakaan kerja ?

STEP 3
1. apa tujuan dari hiperkes ?
TUJUAN :
Agar masyarakat pekerja (karyawan perusahaan, pegawai negeri, petani, nelayan,
pekerja2 bebas dsb) dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik,
mental dan sosialnya.
Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya2 pengotoran oleh bahan2
yang berasal dari perusahaan.
Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan masyarakat
konsumennya.
Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat dan dengan
demikian akan meningkatkan pula produksi perusahaan.
Entjang, Indan, “Ilmu Kesehatan Masyarakat”, 2000

Tujuan HIPERKES (higiene perusahaan dan kesehatan kerja)


1. Meningkatkan derajat kesehatan karyawan setinggi-tingginya melalui pencegahan dan
penanggulangan penyakit dan kecelakaan akibat kerja serta pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan dan gizi karyawan.
2. Meningkatkan produktivitas karyawan dengan memberantas kelelahan
kerja,meningkatkan kegairahan kerja dan memberikan perlindungan kepada karyawan dan
masyarakat sekitarnya thd.bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh perusahaan.

Panduan Perundang undangan ketenaga kerjaan, David Shirley 2014


Kesimpulan : menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif serta tidak menimbulkan
dampak negatif sekitar perusahaan

2. apakah manfaat dari hiperkes ?

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan higiene


perusahaan/industry, yaitu :
- Dapat memelihara dan meningkatan kesehatan tenaga kerja.
- Dapat memeliharaan dan meningkatan efisiensi dan daya produktifitas
tenaga manusia.
- Memberantasan kelelahan kerja dan meningkatan kegairahan kerja.
- Memeliharaan dan meningkatan higiene dan sanitasi perusahaan pada
umumnya seperti kebersihan ruangan-ruangan, cara pembuangan sampah,
atau sisa-sisa pengolahan dan sebagainya.
- Memberikan perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar
terhindar dari pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang
bersangkutan.
- Memberikan perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya-
bahaya yang mungkin di timbulkan oleh hasil-hasil produksi perusahaan.

Soeripto, M.2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Kesehatan kerja :
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan
kecelakaan-kecelakaan akibat kerja.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
c. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga
kerja.
d. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan
serta kenikmatan kerja.
e. Perlindungan masyarakat sekitar suatu perusahaan agar
terhindar dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan
oleh perusahaan tersebut.
f. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip
Dasar. Rineka Cipta. Jakarta. 2003.
- Hygiene perusahaan :
Melindungi pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan atau industri dari bahaya-
bahaya yang mungkin timbul.
Sasaran suatu kegiatan Higiene Perusahaan adalah lingkungan dengan jalan pengukuran-
pengukuran agar tahu bahaya-bahaya yang ada atau mungkin timbul kualitatif dan
kuantitatif, dan dengan pengetahuan tentang bahaya tersebut diadakan usaha-usaha
perbaikan serta pencegahan.
Dr. suma’mur P.K., M.Sc. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung.
Jakarta. 1986.
3. Sasaran dari Hiperkes ?

Sasaran suatu kegiatan Higiene Perusahaan adalah lingkungan dengan jalan pengukuran-
pengukuran agar tahu bahaya-bahaya yang ada atau mungkin timbul kualitatif dan
kuantitatif, dan dengan pengetahuan tentang bahaya tersebut diadakan usaha-usaha
perbaikan serta pencegahan.
KesimpulanSasaran hiperkes : Lingkungan Kerja
Jenis Lingkungan kerja :
1. Lingkungan fisik : kualitas cahaya, pertukaran udara, tekanan, suhu, perangkat
kerja.
2. Lingkungan kimia : bahan baku, bahan jadi, bahan sisa produksi
3. Lingkungan biologi : flora dan fauna yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan
4. Lingkungan sosial : keluarga pekerja dan masyarakat sekitar

Sumber :
Dr. suma’mur P.K., M.Sc. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung.
Jakarta. 1986.

KESEHATAN KERJA
• Kesehatan kerja adalah upaya perusahaan untuk mempersiapkan, memelihara serta tindakan lain
dalam rangka pengadaan serta penggunaan tenaga kerja dengan kesehatan yang maksimal , sehingga dapat
berproduksi secara maksimal juga.

• Jenis program unit kesehatan kerja :


1. program pemeriksaan kesehatan pendahuluan pada calon tenaga kerja.
2. Program pemeriksaan berkala yang berlangsung saan tenaga kerja melakukan kegiatan pada bidang
pekerjaannya.
3. Program pengobatan jalan, perawatan, gawat darurat
4. Program pengembanngan ketrampilan dan pengetahuan tenaga unit kesehatan kerja.
5. Program penyuluhan kesehatan

higiene perusahaan dan kesehatan kerja edisi 2, suma'mur 2009

4. apa saja program - program hiperkes ?


Program/kegiatan pelayanan kesehatan kerja terutama ditujukan untuk pencegahan penyakit
akibat kerja (PAK), peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja dan peningkatan kapasitas
kerja melaui program/kegiatan :
1. Pemeriksaaan kesehatan tenaga kerja;
2. Penempatan tenaga kerja disesuaikan dengan status kesehatannya;
3. Promosi/peningkatan kesehatan tenaga kerja;
4. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK) melalui perbaikan lingkungan kerja (program
higiene industri);
5. Pencegahan PAK melalui perbaikan kondisi kerja (program ergonomi kerja);
6. P3K, medical emergency respon, pengobatan, rehabilitasi, rujukan kesehatan, pemberian
kompensasi akibat kecelakaan dan PAK.;
7. Pengembangan organisasi, program dan budaya kesehatan kerja.
Sumber : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN NOMOR KEP. 22/DJPPK/V/2008 TENTANG PETUNJUK
TEKNIS PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA DIREKTUR
JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

pengembangan program penerapan Higiene Perusahaan dapat dilakukan


melalui ;
 program pengenalan, pengujian dan pengendalian potensi bahaya di
tempat kerja.
 Program pemantauan lingkungan kerja
 Program pelatihan dan informasi lingkungan kerja
 Program penyusunan standar / NAB
 Program perekayasaan alat deteksi
 Program riset berkaitan dengan kesehatan / kedokteran
 Program pembuatan label, tanda peringatan
 Program koordinasi dan kerjasama dengan unit / bagian lain di
perusahaan dan instansi / profesi lain yg terkait.
Bunga Rampai, hiperkes & kk, edisi kedua (revisi), undip, th 2005

Program kesehatan kerja


 Program pemeriksaan kesehatan pendahuluan pada calon tenaga kerja.
Bertujuan memeriksa kesehatan fisik dan mental, terutama untuk seleksi
tenaga kerja yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang tersedia, di
samping itu juga mengumpulkan data sebagai data dasar bagi
pemerintahan kesehatan berikutnya, setelah menjadi tenaga kerja tetap di
perusahaan tersebut.
 Program pemeriksaan kesehatan berkala yang langsung dilakukan saat
tenaga kerja melakukan kegiatan pada bidang pekerjaannya. Program ini
bertujuan mengamati/supervisi berdasarkan data dasar tentang kesehatan
tenaga kerja yang bersangkutan. Dalam pengamatan tersebut, terutama
diamati sikap menyal dalam melakukan pekerjaan, dan keadaan
kesehatan menyeluruh saat melakukan pekerjaan. Tujuan utamanya
adalah mengamati segala kemungkinan yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan kelancaran pekerjaan mereka.
 Program pengobatan jalan, perawatan, pertolongan gawat darurat
dirumah sakit dan sub unitnya lainnya.
 Program pengembangan ketrampilan serta pengetahuan tenaga unit
kesehatan kerja, dan juga program pengembangan perangkat teknis
kedokteran, dll
 Program penyuluhan kesehatan. Merupakan program yang berintikan
tindakan pencegahan yang dapat dilakukan tenaga kerja sendiri,
misalnya tata kehidupan dan pekerjaan yang sesuia dengan kaidah
kesehatan, terutama yang menyangkut kebersihan, penggunaan alat
pelindung/pengaman (helm, masker, air plug dll) yang mampu
melindungi gangguan kesehatan serta kecelakaan. Program penyuluhan
terutama diarahkan pada berbagai masalah yang ditemukan dari hasil
pengamatan/supervisi. Pelaksanaan program penyuluhan dapat dilakukan
secara masal ataupun pada saat supervisi.
Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, dr. Dainur
 Pelayanan kesehatan HIV/AIDS dimana ODHA mendapatkan perlindungan dari
pemerintah dan perusahaan tempat bekerja dengan kebijakan masih diperbolehkan
bekerja selama tidak mengganggu kondisi kesehatan pasien.

Program yang dilaksanakan meliputi:


a. Edukasi kepada ODHA dan tenaga kerja lainnya tentang HIV/AIDS mulai
dari pengertiannya sampai penularannya
b. Screening HIV/AIDS
c. Pelatihan kemampuan ODHA
d. Menciptakan suasana kerja yang kondusif
e. Menghilangkan stigma negatif mengenai HIV/AIDS, dll.
DIREKTORAT PENGAWASAN KESEHATAN KERJA

DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN


DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI September 2005 :
Pedoman Bersama ILO/WHO tentang Pelayanan Kesehatan dan HIV/AIDS

5. apa saja ruanglingkup dari hiperkes ?


Ruang Lingkup Hiperkes :
Ilmu hiperkes dalam arti kata yang luas meliputi banyak bidang llmu lain, termasuk :
(a) Ilmu kedokteran kerja (Occupational medicine).
(b) Ilmu higene perusahaan (Industrial hygiene).
(c) Ilmu keracunan perusahaan (Industrial toxicology).
(d) Ilmu faal kerja dan lingkungan (Work and environmental physiology).
(e) llmu jiwa perusahaan (Industrial psychology).
(f) Ilmu perawatan perusahaan (Industrial nursing).
(g) Ilmu keselamatan kerja (Occupational safety).

Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta
a. Mengantisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan risiko di
tempat kerja. Adapun tujuan dari antisipasi adalah :
 Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi
bahaya dan risiko yang nyata.
 Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan atau suatu
area dimasuki.
 Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses
dijalankan atau suatu area dimasuki.
b. Mengenal / Rekognisi
Merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih detil dan
lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga
dihasilkan suatu hasil yang objektif dan bisa dipertanggung- jawabkan. Dimana dalam
rekognisi ini kita melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan
informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur,
dan sifat. Adapun tujuan dari pengenalan, yaitu :
 Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek,
severity, pola pajanan, besaran).
 Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko.
 Mengetahui pekerja yang berisiko.
c. Mengevaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan
sampel dan analisis di laboratorium. Tujuan dari pengukuran dalam evaluasi, yaitu :
 Untuk mengetahui tingkat risiko.
 Untuk mengetahui pajanan pada pekerja.
 Untuk memenuhi peraturan (legal aspek).
 Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan.
 Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja.
 Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik.
d. Pengendalian
Pengendalian faktor – faktor lingkungan kerja sesungguhnya dimaksudkan untuk
menciptakan atau memelihara lingkungan kerja agar tetap sehat dan aman atau
memenuhi persyaratan kesehatan dan norma keselamatan.
Beberapa bentuk pengendalian :
 Eliminasi
Upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta menghentikan
semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi bahaya.
 Substitusi
Upaya mengurangi bahaya dengan memodifikasi/mengubah
peralatan/kondisi.
 Isolasi
Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja dengan
menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja yang
berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar.
 Engineering control
Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada faktor
lingkungan kerja selain pekerja.
 Administrasi control
Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi
pekerja dengan lingkungan kerja.
 APD (Alat Pelindung Diri)

Soeripto, M.2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

6. peran dari kewajiban dokter perusahaan mengenai hiperkes ?


Peraturan Perundang-undangan PERMENAKER No.PER-01/MEN/1976 kewajiban pelatihan
hiperkes bagi dokter perusahaan
PERMENAKER No.PER-01/MEN/1979 kewajiban pelatihan hiperkes bagi perawat/paramedis
perusahaan
Tugas pokok dokter dalam menerapkan HIPERKES:
1. Pemeriksaan kesehatan TK
2. Binwas penyesuaian pekerjaan terhadap TK
3. Binwas Lingkungan kerja, keselamatan kerja, perlengkapan
saniter
4. Pencegahan penyakit umum dan PAK
5. Menyelenggarakan latihan P3K
6. Pendidikan kesehatan untuk TK
7. Memberikan saran tentang perencanaan dan pembuatan
tempat kerja, APD, gizi kerja
8. Membantu usaha rehab TK
9. Binawas terhadap TK yang mempunyai kelainan tertentu
dalam kesehatannya
10. Pengembangan kebijakan dan program kerja
11. Memberikan laporan berkala PKK pada perusahaan

Fungsi dokter dalam menerapkan HIPERKES

1. Melindungi pekerja dari bahaya yang akan


mengganggu kesehatan
2. Membantu penyesuaian fisik dan mental TK
terhadap pekerjaannya
3. Menciptakan terpeliharanya derajat kesehatan
dan efisiensi TK setinggi-tingginya

higiene perusahaan dan kesehatan kerja edisi 2, suma'mur 2009

1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan sebelum


penempatan, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus
dan menafsirkan serta menggunakan hasil pemeriksaan tsb.;
2. Melakukan pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap
tenaga kerja serta memberikan nasehat tentang pembinaan dan pengawasan di-
maksud kepada pihak terkait khususnya di perusahaan yang bersangkutan;
3. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja serta membe-
rikan nasehat tentang pembinaan dan pengawasan dimaksud kepada pihak terkait
khususnya di perusahaan yang bersangkutan;
4. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair serta memberikan
nasehat tentang pembinaan dan pengawasan dimaksud kepada pihak terkait
khususnya di perusahaan yang bersangkutan;
5. Melakukan pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan kerja serta
memberikan nasehat tentang pembinaan dan pengawasan dimaksud kepada pihak
terkait khususnya di perusahaan yang bersangkutan;
6. Melakukan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit
akibat kerja baik terhadap tenaga kerja individual maupun komunitas tenaga
kerja dan juga masyarakat yang ada kaitannya dengan perusahaan yang bersang-
kutan;
7. Melakukan atau memberikan nasehat kepada atau meminta pihak terkait untuk
melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan(PPPK) dan penyakit umum
serta penyakit akibat kerja;
8. Melakukan pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja serta komunitas tenaga
kerja dan latihan untuk petugas PPPK dan petugas kesehatan lainnya khusus-
nya di perusahaan yang bersangkutan;
9. Memberi nasehat aspek medis dan kesehatan mengenai perencanaan dan
pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi
serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja;
10. Membantu dari segi medis usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit
akibat kerja;
11. Melakukan dan atau memberi nasehat kepada dan atau meminta kepada pihak
yang bersangkutan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
tenaga kerja yang mempunyai kelainan tertentu dalam kesehatannya;
12. Melakukan dan menafsirkan audit program atau sistem manajemen kesehatan/
kedokteran kerja di perusahaan;
13. Melakukan upaya kesehatan promotif.

Sumber : Suma’mur . Tugas & Fungsi dokter serta paramedis HIPERKES di Perusahaan

7. bagaimana aplikasi,ergonomi?

Kohar Sulistiadi dan Sri Lisa Susanti (2003) menyatakan bahawa fokus ilmu ergonomi adalah
manusia itu sendiri dalam arti dengan kaca mata ergonomi, sistem kerja yang terdiri atas mesin,
peralatan, lingkungan dan bahan harus disesuaikan dengan sifat, kemampuan dan keterbatasan
manusia tetapi bukan manusia yang harus menyesuaikan dengan mesin, alat dan lingkungan dan
bahan.
Ilmu ergonomi mempelajari beberapa hal yang meliputi:
a. Lingkungan kerja meliputi kebersihan, tata letak, suhu, pencahayaan, sirkulasi udara , desain
peralatan dan lainnya.
b. Persyaratan fisik dan psikologis (mental) pekerja untuk melakukan sebuah pekerjaan:
pendidikan,postur badan, pengalaman kerja, umur dan lainnya
c. Bahan-bahan/peralatan kerja yang berisiko menimbulkan kecelakaan kerja: pisau, palu,
barang pecah belah, zat kimia dan lainnya
d. Interaksi antara pekerja dengan peralatan kerja: kenyamanan kerja, kesehatan dan
keselamatan kerja, kesesuaian ukuran alat kerja dengan pekerja, standar operasional prosedur
dan lainnya

Penerapan Ergonomi Dalam Konsep Kesehatan, Febri Endra. 2014

Posisi Kerja, terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri
dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua
kaki.
A. Posisi Kerja Duduk
 Keuntungan:
1. Mengurangi kelelahan pada kaki.
2. Terhindarnya sikap yg tidak alamiah.
3. Berkurangnya pemakaian energi.
 Kerugian:
1. Melembeknya otot perut.
2. Melengkungnya punggung.
3. Efek buruk bagi organ bagian dalam

B. Posisi kerja Berdiri


 Keuntungan: Otot perut tidak kendor, sehingga vertebra (ruas tulang belakang)tidak rusak
bila mengalami pembebanan.
 Kerugian: Otot kaki cepat lelah.

C. Posisi Kerja Duduk - Berdiri


Posisi Duduk - Berdiri mempunyai keuntungan secara Biomekanis dimana
tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih rendah dibandingkan dengan posisi
duduk maupun berdiri terus menerus.
2. Proses Kerja. Para pekerjadapat menjangkau peralatan.

3.Tata letak tempat kerja. Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitaskerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional harus lebih banyak digunakan
daripada hanya kata-kata saja.

 Supervisi medis :
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya
- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan
mendeteksi bila ada kelainan.
- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan
yang sudah berumur.

Sumber :
Nurmianto, Eko.,1996,” Ergonomi, Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Edisi Pertama”,
Jakarta. Guna Widya

8.
Febri E.B.S. 2011. Penerapan Ergonomi dalam Konsep Kesehatan. Jurnal Ergonomi
Kesehatan Vol 7 No.14

Hygiene perusahaan : lingkungan

9. apa tujuan ergonomi kesehatan?

1. Tujuan

Secara umum penerapan ergonomi terdiri dari banyak tujuan. berikut ini tujuan dalam penerapan
ergonomi:

 Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan
promosi dan kepuasan kerja.

 Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan


mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama
kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

 Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis


dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas
hidup yang tinggi.

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan. Produktivitas. UNIBA PRESS.
Cetakan Pertama. Surakarta

 Memaksimalkan efisiensi karyawan.


 Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.
 Menganjurkan agar bekerja aman, nyaman, dan bersemangat.
 Memaksimalkan bentuk (performance) kerja yang meyakinkan.
Sumber : Ergonomi Manusia, Peralatan Dan Lingkungan, Dr. Gempur Santoso, Drs.,
M.Kes.
Kesimpulan : Bagaimana mengatur kerja agar tenaga kerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan rasa aman, selamat, efisien , efektif dan produktif , disamping
juga rasa ”nyaman” serta terhindar dari bahaya yang mungkin timbul ditempat kerja.
Sumber : Bunga Rampai, hiperkes & kk, edisi kedua (revisi), undip, th 2005.

10. Apa saja ruang lingkup dari ergonomi kesehatan?


• Ergonomi Fisik: berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri,
karakteristik fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan dnegan aktifitas fisik. Topik-
topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara lain: postur kerja, pemindahan material,
gerakan berulan-ulang, MSD, tata letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan.
• Ergonomi Kognitif: berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di
dalamnya ; persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap
pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi kognitif antara lain
; beban kerja, pengambilan keputusan, performance, human-computer interaction,
keandalan manusia, dan stres kerja.
• Ergonomi Organisasi: berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk
sturktur organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi
organisasi antara lain ; komunikasi, MSDM, perancangan kerja, perancangan waktu
kerja, timwork, perancangan partisipasi, komunitas ergonomi, kultur organisasi,
organisasi virtual, dll.
• Ergonomi Lingkungan: berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan,
dan getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi lingkungan antara lain ;
perancangan ruang kerja, sistem akustik,dll.

Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan. Produktivitas. Tarwaka, dkk. 2004.
 Tehnik
Yaitu cara-cara melakukan pekerjaan dengan baik sehingga dapat mengurangi
resiko cedera akibat ergonomi yang tidak baik.
 Fisik
Yaitu dimana penampilan seseorang mencerminkan keseimbangan antara
kemampuan tubuhnya dengan tuntutan tugas. Apabila tuntutan tugas lebih besar
daripada kemampuan tubuh maka akan terjadi ketidaknyamanan, kelelahan,
kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit, serta menurunya produktivitas. Sebaliknya,
apabila tuntutan tugas lebih kecil dari kemampuan tubuh, akan terjadi understress,
seperti kejenuhan, kebosanan, kelesuhan,kurang produktif dan sakit.
 Anatomi
Yaitu berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian.
 Antropometri
Yaitu suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik
fisik tubuh manusia yang meliputi ukuran, bentuk dan kekuatan yang nantinya
berfungsi untuk mendisain tempat kerja seseorang.
 Fisiologi
Yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi dan kerja tubuh, seperti temperature
tubuh, oksigen yang didapat saat bekerja, aktifitas otot dan lain-lain.
 Disain
Yaitu berupa perancangan tempat kerja yang sesuai dengan pekerja supaya
dapat bekerja secara layak, aman dan nyaman.

Pusat Kesehatan dan Keselamatan Kerja Departemen Kesehatan RI (2008)

11. keselamatan kerja ?(definisi,ruang lingkup,tujuan)


Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja
bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja,.
Dan keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang
lainnya, dan juga masyarakat pada umumnya.
www.nakertrans.go.id
i. TUJUAN
1. Melindungi hak keselamatan tenaga kerja dalam/selama melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup serta peningkatan produksi dan produktivitas nasional
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
3. Memelihara sumber produksi serta menggunakan dengan amat dan berdayaguna
(efisien)
(Dari.Dainur.1995.Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat)

faktor yang mempengaruhi :


1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yangsangat
tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja,maupun
yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap,gas, larutan, awan atau
kabut.
3. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur
4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dancara
kerja
5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.

UNDIP, HIPERKES & KK, 2005

Ruang Lingkup
Sebagai bagian spesifik keilmuan dalam ilmu kesehatan, kesehatan kerja lebih
menfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui
penerapan upaya kesehatan yang bertujuan untuk :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja
2. Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan akibat
lingkungan kerja atau pekerjaannya
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
4. Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental, dan pendidikan
atau ketrampilannya
Budiono, A.M.S., 2005. “Bunga Rampai Hiperkes dan KK”. Semarang : UNDIP

Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya)


bermacam macam ; ada yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal
Occupational Safety and Health.
Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering
disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil
budaya dan karyanya.
DR. Suma’mur P. K, 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
(Hiperkes). Sagung Seto
Ruang Lingkup :
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2

1. Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat
kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara,
yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
2. Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan atau
peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan
atau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun,
menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana
dilakukan pekerjaan persiapan.
d. dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih
logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau minieral lainnya, baik di
permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat, melalui
terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun
atau gudang;
h. dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, suhu, kotoran, api, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi, atau
telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset
(penelitian) yang menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan
listrik, gas, minyak atau air;
r. diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi lainnya yang
memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
3. Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruangan-
ruangan atau lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan
atau kesehatan yang bekerja atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat
dirubah perincian tersebut dalam ayat (2).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG


KESELAMATAN KERJA

12. definisi kecelakaan kerja dan klasifikasi dari kecelakaan kerja ?


definisi :

Klasifikasi :

Diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan yakni :


a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :
 Terjatuh
 Tertimpa benda
 Tertumbuk atau terkena benda2
 Terjepit oleh benda
 Gerakan2 melebihi kemampuan
 Pengaruh suhu tinggi
 Terkena arus listrik
 Kontak bahan2 berbahaya atau radiasi
b. Klasifikasi menurut penyebab :
 Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergaji
kayu,dsb
 Alat angkut, alat angkut darat, udara, dan alat angkut air
 Peralatan lain, misalnya : dapur pembakar dan pemanas, instalasi
pendingin, alat2 listrik, dsb
 Bahan2, zat2, dan radiasi misalnya bahan peledak, gas, zat2
kimia,dsb
 Lingkungan kerja (diluar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah
tanah)
 Penyebab lain yg belum masuk tsb diatas
c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :
 Patah tulang
 Dislokasi (keseleo)
 Regang otot (urat)
 Memar dan luka dalam yg lain
 Amputasi
 Luka di permukaan
 Gegar dan remuk
 Luka bakar
 Keracunan2 mendadak
 Pengaruh radiasi
 Lain2
d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :
 Kepala
 Leher
 Badan
 Anggota atas
 Anggota bawah
 Banyak tempat
 Letak lain yg tdk termasuk dlm klasifikasi tsb
Prof.dr.Soekidjo Notoatmodjo.2007.Ilmu Kesehatan
Masyarakat.Jakarta:Rineka Cipta

13. k3

Pengertian K3
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
amupun rokhaniah tenaga kerja pada khususnya manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.

Tujuan K3

K3 bertujuan untuk menjamin kesempurnaan jasmaniah dan rokhaniah tenaga kerja serta
hasil karya dan budayanya. Oleh karena itu keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk
mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan menjamian :
1. Bahwa setiap tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja dalam keadaan selamat dan
sehat.
2. Bahwa setiap sumber produksi dipergunakan secara aman dan efesien
3. Bahwa proses produksi dapat berjalan lancar
Kondisi tersebut di atas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan termasuk kebakaran,
peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi. Oleh karena itu setiap
usaha K3 tidak lain adalah usaha pencegahan dan penanggulangan kecelakaan dan penyakit
di tempat kerja.

Ruang Lingkup K3
ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja dapat digariskan sebagai berikut :
1. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang
dikerjakan.
2. Aspek perlindungan dalam K3 meliputi :

 Tenaga kerja dari semua jenis dan kjenjang keahlian


 Peralatan dan bahan yang digunkan
 Faktor-faktor lingkungan kerja
 Proses produksi
 Karakteristik dan sifat pekerjaan
 Teknologi dan metodologi kerja

3. Penerapan K3 dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga pengelolaan hasil


dari kegiatan industri barang ataupun jasa.
4. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggungjawab atas
keberhasilan usaha K3 .

Sumber : Sugandi Didi. 2003. Keselamatan Kerja.Bunga Rampai Hiperkes & KK.Semarang
: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

 Tujuan
Menurut Gary J. Dessler (1993), untuk sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi
kerja yang aman dan sehat kepada setiap pekerja dan untuk melindungi sumber daya
manusia.
Menurut Suma’mur (1992), tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.
b. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.”
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993, tujuan dari
keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja
yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai; suasana lingkungan kerja yang
aman, sehat, dan nyaman dengan keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial,
dan bebas kecelakaan.
Sumber:
http://e-journal.uajy.ac.id/3052/3/2TS11587.pdf

 Melindungi hak keselamatan tenaga kerja dalam/selama melakukan pekerjaan untuk


kesejahteraan hidup serta peningkatan produksi dan produktivitas nasional
 Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
 Memelihara sumber produksi serta menggunakan dengan amat dan berdayaguna
(efisien)
Sumber:
Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Dr.Dainur, 1995
1. Prosedur
Prosedur yang berkaitan dengan keamanan (SOP, Standards Operation Procedure) wajib
dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah penggunaan peralatan kesalamatan kerja.
Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja adalah melindungi dari bahaya
kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih lanjut dari kecelakaan kerja. Pedoman dari
ILO (International Labour Organization) menerangkan bahawa kesehatan kerja sangat
penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pedoman itu antara lain:
 Melindungi pekerja dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari pekerjaan
dan lingkungan kerja.
 Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaannya
 Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial para pekerja.
Alat keselamatan kerja yang biasanya dipakai oleh tenaga kerja adalah helm, masker,
kacamata, atau alat perlindungan telinga tergantung pada profesinya.

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha2 :


 tehnis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja
cara perlindungan diri pekerja antara lain dengan memakai pakaian kerja sbg suatu alat
perlindungan thd bahaya2 kecelakaan , dengan ketentuan sbb :
 pakaian kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek , pas
(tidak longgar) pada dada atau punggung , tidak berdasi dan tidak ada lipatan2 yang
mungkin mendatangkan bahay
 wanita sebaiknya memakai celana panjang , jala rambut , baju yang pas dan tidak
memakai perhiasan2
alat2 proteksi diri menurut bagian2 tubuh yang dilindunginya , yaitu :
1. kepala: pengikat rambut , penutup rambut , topi dari berbagai bahan
2. mata: kacamata dari berbagai gelas
3. muka: perisai muka
4. tangan& jari2: sarung tangan
5. kaki: sepatu
6. alat pernafasan: respirator / masker khusus
7. telinga: sumbat telinga , tutup telinga
8. tubuh: pakaian kerja dari berbagai bahan
Sumber :
higiene perusahaan dan kesehatan kerja oleh Dr.Suma’mur P.K.M.Sc

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 23 TAHUN 1992
TENTANG
KESEHATAN

Bagian keenam

Kesehatan Kerja

Pasal 23

1. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang


optimal.
2. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja,pencegahan penyakit akibat
kerja, dan kesehatan kerja.
3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
4. Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2) dan
Ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan yaitu undang- Undang ini
menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan
badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan
dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan
kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja
juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta
mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan


prosedur yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan
proses pengendalian resiko dan paparan bahaya termasuk kesalahan
manusia dalam tindakan tidak aman, meliputi :
1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol
kondisi berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya
kesehatan.
2. Membuat prosedur keamanan.
3. Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan
pemasangan peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan
bahan berbahaya.
4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
6. Rapat bulanan P2K3
7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3
seperti alat pelindung diri, standar keselamatan yang baru.
8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.

Unsur-unsur program keselamatan dan kesehatan kerja yang terpenting


adalah pernyataan dan kebijakan perusahaan, organisasi dan personil,
menjaga kondisi kerja untuk memenuhi syarat-syarat keselamatan,
membuat laporan dan analisis penyebab kecelakaan dan menyediakan
fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan (Nasution, 2005).
http://e-journal.uajy.ac.id/3052/3/2TS11587.pdf
 Definisi Klinik Perusahaan
Merupakan tempat memberikan pelayanan kesehatan terutama di bidang
pelayanan kesehatan kerja minimal (peningkatan, pencegahan, pengobatan,, dan
pemulihan), yang diselenggarakan oleh perusahaan atau badan hukum sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Kedudukan :
Secara administratif dan fungsional bertanggungjawab pada
puskesmas, sedangkan secara struktural merupakan bagian perusahaan.

DEPKES RI. 2009. Pedoman Klinik di Tempat Kerja/Perusahaan Cetakan ke-II


 Setiap tempat wajib menyelenggarakan kesehatan kerja
UU No.23 pasal 23 ayat 3

14. peraturan dari pemerintah untuk perekrutan dokter perusahaan

15. Sebutkan contoh Penyakit akibat kerja dan pencegahan !

Carpal Tunnel syndrome


Penyebab: sering muncul pada macam macam pekerjaan seperti operator mesin
asembling, yang melakukan pengepakan, pekerjaan tekstil, pekerjaan lainnya (vibrasi dan fleksi
yang kuat pada pergelangan tangan maupun ekstensi atau deviasi

kriteria diagnostik:

- karakteristik nyeri, lemah pada jari jari menurut distribusi N. medianus distal
- gejala memburuk pada malam hari ataupun sesudah fleksi yang lama, misalnya
pengemudi mobil
- hilangnya rasa raba permukaan tangan sebelah media
- kelemahan tenar/atrofi
- kesemutan dari pergelangan tangan kebawah
- EMG, hubungan dengan kerja dinilai secara hati hati, penggunaan tangan, posisi
tangan dan sering atau beratnya kekuatan atau tekanan pada pergelangan tangan
atau vibrasi

Kesehatan Kerja di Perusahaan dr. R. Darmanto Djojodibroto, SpP. Penerbit PT


Gramedia Pustaka Utama 1999, Jakarta

ANTHRACOSIS
Anthracosis adalah pneumokosis oleh karena debu-debu arang batu. Masa inkubasi penyakit ini
adalah 2-4 tahun. Anthracosis terlihat dalam tiga gambaran klinis, yaitu anthracosis murni,
silicoanthracosis dan tuberculosilicoanthracosis. Anthracosis murni biasanya lambat menjadi
berat dan tidak begitu berbahaya, kecuali jika terjadi emphysema yang rnungkin menyebabkan
kematian. Pada silicoanthracosis jarang terjadi émphysema. Pada tuberculosilicanthracosis, selain
terdapat ke!ainan paru-paru oleh debu yang mengandung silica dan arang batu juga oleh basil-
basil tubeculosa yang menyerang paru-paru. Dalam hal ini gambaran klinis tidaklah begitu
berbeda dengan silicosis murni. Riwayat penyakit secara klinis dari anthracosis mungkin
bertahun-tahun. Kadang-kadang penderita tidak memperlihatkan gejala, walaupun rontgen paru
nenunjukkan kelainan-kelainan. Untuk waktu yang lama gejala yang menonjol hanyalah sesak
nafas. Sering kali penderita batuk dengan dahak kehitaman, gejala tersebut disebut
melanoptysis, yang terjadi bertahun-tahun. Dada penderita menjadi bundar dan ujung-ujung
jarinya membesar (clubbing fingers). Perkusi hyperresonant terdapat di dasar paru, sedangkan
pada auskultasi adalah lemah. Krepitasi terdengar, apabila penderita dihinggapi bronchitis juga.
Pemeriksaan laju endapan darah secara berkala memperlihatkan hasil-hasil tërus meninggi.
Gambaran klinis berakhir dengan kegagalan jantung kanan atau silicotuberculosis yang
menyebabkan kematian.

Cara-cara pencegahan anthracosis dan komplikasi-komplikasinya adalah sebagai berikut :

a. Ventilasi penting untuk mengurangi kadar debu di udara.


b. Pemotongan (cutting) arang batu dilakukan secara basah dengan jalan menyemprotkan air ke
rantai alat pemotong pada tempat-tempat rantai bersentuhan dengan permukaan.
c. Pengeboran basah dengan aliran air bertekanan tinggi ke tempat-tempat mengebor,
pengeboran kering harus dilarang.
d. Membasahi permukaan arang batu dengan air.
e. Memercikkan air ke arang batu yang diangkat, dimuat dan diangkut.
f. Masker debu untuk dipakai pada waktu memasuki tambang sesudah peledakan. Perlu
diingatkan, bahwa umumnya masker-masker ini terbatas umurnya sesuai dengan effisiensi
masker tersebut.
g. Pengukuran kadar debu arang batu di udara tempat kerja
h. Perneriksaan paru-paru berkala untuk diagnosa sedini mungkin.

Respiratory Diseases: Occupational Risks. National Institute for Occupational Safety and Health. 2012

Bisinosis
Definisi
adalah penyakit paru berupa bronkitis kronis sebagai akibat terpaparnya
individu oleh debu kapas, rami, sisal atau nenas. Umumnya byssinosis
diderita oleh pekerja-pekerja pabrik tekstil yang selama bekerja
menghirup (inhalasi) debu kapas

Epidemiologi
Pekerja-pekerja yang bekerja di lingkungan pabrik tekstil, yang
mengolah kapas sejakpenguraian kapas, pembersihan, pemintalan dan
penenunan, semuanya termasuk mempunyai risiko timbulnya bisinosis.
Studi klinis sebelumnya melaporkan bahwa angka kejadian bronkitis
kronis pada para pekerja
pabrik tekstil sekitar 4,5-26%.

Etiologi
Penyebab yang sebenarnya tidak diketahui tapi secara umum diterima
bahwa
penyakit ini disebabkan pajanan terhadap kapas, rami halus, dan rami.

Patofisiologi
Sesudah debu inorganik dan bahan pertikel terinhalasi akan melekat pada
permukaan mukosa saluran napas (bronkiolus respira-torius, duktus
alveolaris dan alveolus) karena tempat tersebut basah sehingga mudah
ditempeli debu.
Pada awalnya paru-paru memberikan respons berupa inflamasi dan
fagositosis
terhadap debu tadi oleh makrofag alveolus. Makrofag megmfagositosis
debu dan
membawa partikel debu ke bronkiolus terminalis. Di situ dengan gerak
mukosiliar debu diusahakan keluar dari paru. sebagian partikel debu
diangkut ke pembuluh limfe sampai limfonodi regional di hilus paru.
Bila paparan debu banyak, di mana gerak mukosiliar sudah tidak mampu
bekerja, maka debu/partikel akan tertumpuk di permukaan mukosa
saluran napas, akibatnya partikel debu akan tersusun membentuk
anyaman kolagen dan fibrin dan akibatnya paru (saluran napas) menjadi
kaku sehingga compliance paru menurun. Penyakit paru akibat
tertimbunnya debu/partikel di paru atau saluran napas
disebut pneumoconiosis. Sesudah terjadi pneumokoniosis, misalnya
paparan debu
sudah berhenti, maka fibrosis paru yang telah terjadi tidak dapat hilang.
Kelainan paru pada pasien byssinosis berupa bronkitis kronis, yang
kadang-
kadang disertai wheezing, diduga erat hubungannya dengan adanya
endotoksin (suatu lipopolisakarida) yang dikeluarkan oleh bakteri yang
mengkontaminasi partikel debu dan kapas. Endotoksin inilah yang
diduga sebagai penyebab timbulnya kelainan paru tadi.

Klasifikasi
Schilling pada tahun 1955 membagi bisinosis secara klinis yang ditandai
dengan
huruf C dalam derajat Cl dan C2. Kemudian Schilling dan Watford pada
tahun 1963 menambahkan derajat C1/2 dan C3, sehingga derajat
bisinosis dewasa ini dibagi dalam empat derajat sebagai berikut:
a. Derajat C1/2 : dada rasa tertekan dan atau sesak napas yang kadang-
kadang
timbul pada hari Senin.
b. Derajat Cl : dada rasa tertekan dan atau sesak napas pada setiap hari
Senin.
c. Derajat C2 : dada rasa tertekan dan atau sesak napas pada hari Senin
dan hari
kerja lainnya.
d. Derajat C3 : derajat C2 disertai sesak napas yang menetap.

Tabel 1. Tingkat Sakit Bisinosis Menurut Gejala Sakit


Tingkat Gejala
a. Tingkat 0 : Tidak ada gejala
b. Tingkat ½ : Kadang-kadang berat di dada (chest tightness) dan pendek
nafas
(shortness of breath) pada hari Senin atau rangsangan pada alat-alat
pernafasan pada hari-hari Senin (hari pertama bekerja sesudah tidak
bekerja 2 hari)
c. Tingkat 1 : Berat di dada atau pendek nafas pada hari-hari Senin
hampir pada setiap
minggu
d. Tingkat 2 : Berat di dada atau pendek nafas pada hari-hari Senin dan
hari-hari lainnya
pada setiap minggu
e. Tingkat 3 : Bisinosis dengan cacat paru

Tingkat penyakit bisinosis di atas, dapat pula dinyatakan dalam


penurunan fungsi paru ventilasi ekspirasi paksa 1 detik (FEV 1,0) berikut
:
Tingkat Sakit Bisinosis, Perubahan Akut Dan Nilai FEV 1,0 Terhadap
Prediksi
Tingkat Perubahan akut (persentase Nilai FEV 1,0 sebagai persentase
penurunan FEV 1,0 sebelum shift) terhadap prediksi
F0 < 5% 80%
F1/2 5 - < 10% 80%
F1 10% atau lebih 80%
F2 10% atau lebih 60 - 79%
F3 10% atau lebih 60% atau kurang

Penjelasan:
Perubahan akut : Persentase penurunan FEV 1,0 sebelum shift dan
sesudah bekerja pada hari pertama minggu kerja

Nilai FEV 1,0 : Nilai sesudah tidak bekerja (tidak terpapar 2 atau lebih
hari kerja); dalam hal mungkin digunakan nilai diukur setelah digunakan
obat bronkhodilator
F0 : Tidak menunjukkan efek akut; tidak ada kelainan kronis ventilasi
fungsi paru
F1 : Efek akut
F2 : Kerusakan ringan hingga sedang menetap kapasitas ventilasi paru
F3 : Kerusakan sedang hingga berat menetap kapasitas ventilasi paru

Gejala Klinik
Penyakit ini memiliki ciri napas pendek dan dada sesak. Gejala paling
nyata
dialami pada hari pertama hari kerja seminggu ("Sesak pada senin
pagi"). Mungkin discrtai batuk yang lama-kelamaan menjadi basah
berdahak. Pengukuran fungsi paru (sebelum dan sesudah giliran tugas)
dapat mcnghasilkan penurunan FEV1 melampaui giliran tugas. Pada
sebagian besar individu, gejala ini akan berkurang atau hilang pada hari
kedua bekerja. Dengan pajanan yang berkepanjangan, baik gejala
maupun perubahan fungsi akan menjadi lebih berat dan mungkin akan
menetap selama seminggu kerja.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun.
Tanda-
tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada
dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap
minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita
penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas.
Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran
pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang
sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan
penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan
emphysema.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat klinis dan riwayat
pajanan. Gambaran penurunan FEV1 yang berrnakna (10% atau lebih)
setelah terpajan selama 6 jam pada hari pertama bekerja setelah akhir
minggu, memberikan bukti objektif tentang efek akut. Derajat perbaikan
penyumbatan jalan napas dapat dikaji dengan tes FEV1 sebelum giliran
tugas dilakukan setelah dua hari tidak terpajan

Pengobatan
Bisinosis ringan atau dini kemungkinan masih reversibel sedangkan
penyakit yang berat dan kronis tidak. Pasien dengan gejala khas dan
menunjukkan penurunan FEV1 10% atau lebih harus dipindahkan ke
daerah yang tidak terpajan. Pasien dengan penyumbatan jalan napas
sedang atau berat, misalnya FEV1 lebih rendah dari 60% dari nilai yang
diperkirakan, juga harus lebih baik tidak terpajan lebih lanjut.

Pencegahan
a. Pemeliharaan kerumah-tanggaan yang baik di perusahaan tekstil
sehingga debu seratkapas udara tempat kerja berada pada kadar aman
a. Pembersihan mesin carding sebaiknya dengan pompa hampa udara,
jadi tidak secara mekanis yang menyebabkan berhamburannya debu serat
kapas;
b. Membersihkan lantai dengan sapu tidak dilakukan oleh karena
menyebabkan berdebunya udara;
c. Ventilasi dengan meniupkan udara ke ruang kerja (ventilasi umum)
tidak dilakukan,
seharusnya dipakai cara ventilasi dengan cara menghisap udara;
d. Pekerjaan membuka kapas dari bal-balnya dilakukan pada tempat
kerja khusus dan pekerja memakai tutup hidung agar terlindung dari
kemungkinan menghirup debu kapas;
e. Pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja, terutama tidak
mempekerjakan calon pekerja dengan penyakit paru antara lain TBC
paru, asma bronkhial, bronkhitis kronis atau penyakit paru kronis
obstruktif;
f. Pemeriksaan kesehatan secara berkala dengan melakukan wawancara
yang dengan rinci mengungkapkan keluhan alat pernafasan dan
melakukan uji fungsi paru terutama ventilasi ekspirasi paksa guna
mendapat data awal dan perubahannya selama bekerja dalam rangka
mendeteksi penyakit bisinosis pada stadium dini;
g. Pekerja yang ternyata menderita penyakit bisinosis harus segera
dihentikan
pemaparannya terhadap debu kapas atau debu penyebab bisinosis lainnya
dengan
menempatkannya pada pekerjaan yang udara ruang kerjanya tidak
dicemari debu
tersebut.

higiene perusahaan dan kesehatan kerja 2009 dr suma’mur P.K.,MSc


sagung seto
Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced hearing loss / NIHL ) adalah
tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama
dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Tuli akibat bising merupakan
jenis ketulian sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis.
Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang
intensitasnya 85 desibel ( dB ) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan reseptor
pendengaran Corti pada telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan
biasanya terjadi pada kedua telinga.
Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising
antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekwensi tinggi, lebih lama terpapar
bising, kepekaan individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian.
Cacat pendengaran akibat kerja ( occupational deafness / noise induced hearing
loss ) adalah hilangnya sebahagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat
permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising terus menerus
dilingkungan tempat kerja. Dalam lingkungan industri, semakin tinggi intensitas
kebisingan dan semakin lama waktu pemaparan kebisingan yang dialami oleh para
pekerja, semakin berat gangguan pendengaran yang ditimbulkan pada para pekerja
tersebut.
ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan :
1. Intensitas kebisingan
2. Frekwensi kebisingan
3. Lamanya waktu pemaparan bising
4. Kerentanan individu
5. Jenis kelamin
6. Usia
7. Kelainan di telinga tengah

PATOGENESIS
Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel rambut. Daerah
yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya degenerasi
yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan. Stereosilia pada sel-sel
rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi.
Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih banyak
kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena adalah daerah
basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan
parut. Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel
penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat
timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada
batang otak.

PENCEGAHAN
Tujuan utama perlindungan terhadap pendengaran adalah untuk mencegah terjadinya
NIHL yang disebabkan oleh kebisingan di lingkungan kerja. Program ini terdiri dari 3
bagian yaitu :

1. Pengukuran pendengaran Test pendengaran yang harus dilakukan ada 2 macam, yaitu :
a. Pengukuran pendengaran sebelum diterima bekerja.
b. Pengukuran pendengaran secara periodik.
2. Pengendalian suara bising
Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Melindungi telinga para pekerja secara langsung denga memakai ear muff (
tutup telinga ), ear plugs ( sumbat telinga ) dan helmet ( pelindung kepala ) sesuaikan
dengan ukuran dB.
b. Mengendalikan suara bising dari sumbernya, dapat dilakukan dengan cara : - memasang
peredam suara

Contoh PAK:
“Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus”

Golongan PAK Point 29 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-
01/MEN/1981 dan Keputusan Presiden RI No 22/1993
Pencegahan :
 Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya menggantikan
bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak berbahaya.
 Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.
 Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih lanjut.
 Menyediakan, memakai dan merawat APD

Organisasi Perburuhan Internasional. Hidup Saya, Pekerjaan Saya, Pekerjaan Yang


Aman. Jakarta: 2008 dalam Jurnal Kedokteran SYIAH Kuala Volume 15 Nomor 2
Agustus 2015 : Penyakit Akibat Kerja dan Pencegahan oleh Liza S.
Lebih ke perusahaan keju atau susu dilihat dari keseluruhan proses. Dari mulai peternakan yang bersih.

2. Asbestosis
adalah salah satu jenis pneumoconiosis yang penyebabnya adalah debu asbes.
Asbes adalah campuran berbagai silikat, tapi terpenting magnesium silikat. Pekerjaan-
pekerjaan denga bahaya penyakit tersebut adalah pengolahan asbes, penenunan dan
pemuntalan asbes, reparasi tekstil yang terbuat dari asbes untuk keperluan
pembangunan.
Gejala-gejala asbetosis adalah sesak nafas, batuk dan banyak mengeluarkan riak.
Tanda-tanda fisis adalah cyanosis, peleburan ujung-ujung jari, dan krepitasi halus
didasar peparu pada auskultasi. Ludah mengandung badan-badan asbestosis yang baru
mempunyai arti untuk diagnosa apabila terdapat kelompok-kelompok. Kelainan
radiologis lambat terlihat, sedangkan gejala-gejala lebih dulu menampak. Gambaran Ro
paru-paru padat tingkat sakit tersebut yang permulaan menunjukkan apa yang disebut
“ground glass appearance”, atau dengan titik-titik halus dibasis paru-paru, sedangkan
batas-batas jantung dan diaphragma tidak jelas.

 Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan berbahaya,


menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja basah dan ventilasi
pergantian udara.
 Pengendalian administrasi : mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan kesehatan
dan keselamatan kerja, memakai alat pelindung, memasang tanda-tanda peringatan,
membuat daftar data bahan-bahan yang aman, melakukan pelatihan sistem penangganan
darurat. Berdasarkan UU Perlindungan Tenaga Kerja dan Kecelakaan Kerja, pemilik
usaha pada saat mulai memakai tenaga kerja, harus membantu tenaga kerjanya untuk
mendaftar keikutsertaan asuransi tenaga kerja, demi menjamin keselamatan kerja. Selain
itu, setelah terjadi kecelakaan kerja, pemilik usaha wajib memberikan subsidi kecelakaan
kerja. Apabila pemilik usaha tidak mendaftarkan tenaga kerjanya ikut serta asuransi
tenaga kerja sesuai dengan UU Standar Ketenagakerjaan, maka pemilik usaha akan
dikenakan denda
 Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan berbahaya,
menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja basah dan ventilasi
pergantian udara.
 Pengendalian administrasi : mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan kesehatan
dan keselamatan kerja, memakai alat pelindung, memasang tanda-tanda peringatan,
membuat daftar data bahan-bahan yang aman, melakukan pelatihan sistem penangganan
darurat. Berdasarkan UU Perlindungan Tenaga Kerja dan Kecelakaan Kerja, pemilik
usaha pada saat mulai memakai tenaga kerja, harus membantu tenaga kerjanya untuk
mendaftar keikutsertaan asuransi tenaga kerja, demi menjamin keselamatan kerja. Selain
itu, setelah terjadi kecelakaan kerja, pemilik usaha wajib memberikan subsidi kecelakaan
kerja. Apabila pemilik usaha tidak mendaftarkan tenaga kerjanya ikut serta asuransi
tenaga kerja sesuai dengan UU Standar Ketenagakerjaan, maka pemilik usaha akan
dikenakan denda

Empat macam alat pembersih butiran partikel yg dikenal adalah


1. Cyclone (siklon)
2. Wet scrubers (Penyikat basah)
3. Electrostatic preccipitator (Pengendap elektrostatis)
4. Fabric filters (saringan kain)
Beberapa cara untuk mencegah pengontrolan udara, antara lain :
1. Ventilasi biasa dibantu dengan kipas angin (fan) yg ditempatkan di tempat-tempat yg
strategis untuk menyedot udara luar yg lebih bersih serta meniupkan udara yg tercemar
ke arah yg tidak ada karyawannya
2. Pemakaian pelindung pernafasan (respiratori protection), yg bersifat mekanis untuk
karyawankaryawan tertentu sehubungan dengan pekerjaannya
3. Wet dust collector / wet spray chambers
4. Cerobong-cerobong asap dengan atau tanpa alat pengisap (blower), keduanya tanpa
saringan pembersih debu
1. ALAT-ALAT PELINDUNG ANGGOTA BADAN
a). Pakaian Kerja
b). Pelindung Tangan dan Pelindung Kaki
c). Alat Pelindung Mata
d). Pelindung Hidung dan Mulut
e). Kaca Pengaman
f). Pelindung Pada Mesin
g). Pelindung Rambut Kepala
2. ALAT-ALAT DAN ALAT PENOLONG
a). Sudut & pinggir yg tajam
b). Beram
c). Kepala Martil
d). Terbangnya Bilah-bilah kayu
e). Keselamatan terhadap jatuh
f). Kikir
g). Tangga
h). Mengangkat benda yg berat dg tangan
i). Mengangkat benda bera
Kurangi paparan, mentaati peraturan UU, menggunakan alat pelindung diri

Anda mungkin juga menyukai