Anda di halaman 1dari 233

SAFETY FIRST

PENGAWASAN KESEHATAN KERJA


DAN
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
PENDAHULUAN
Hazard di tempat kerja semakin meningkat seiring dengan
perkembangan industri.
Adanya sumber bahaya di tempat kerja (UU 1/ 1970) :

Keadaan Mesin/Pesawat/Alat Kerja/Bahan, Proses produksi


Lingkungan Kerja
Sifat Pekerjaan, Cara Kerja
Kesehatan Kerja merupakan bagian tak terpisahkan dari K3
 Kesehatan kerja merupakan aspek Perlindungan kerja
Kewajiban melaksanakan syarat-syarat keselamatan kerja
Perlunya pelaksanaan Kesehatan Kerja i tempat kerja
Bahaya Kesehatan di tempat kerja
Bahaya Kimia Bahaya Fisika
• Gas/uap • mekanik
• Cair, Padat • elektrik
•bising
• getaran
• ketinggian

Bahaya Psikososial
• tekanan mental/psikis Bahaya Biologikal
• tekanan teman sekerja
• penyalahgunaan wewenang • bakteria/virus/spora
Ergonomik • spora tumbuhan
Sikap dan cara kerja
Pengertian Kesehatan Kerja
(Joint ILO/WHO Committee 1995 ):
• Promosi dan pemeliharaan derajat yang setinggi-tingginya dari kesehatan
fisik, mental dan sosial dari pekerja pada semua pekerjaan;
• pencegahan gangguan kesehatan pada pekerja yang disebabkan oleh
kondisi kerja mereka;
• perlindungan pekerja dalam pekerjaan mereka dari resiko akibat faktor-
faktor yang mengganggu kesehatan;
• penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologisnya; dan sebagai kesimpulan,
penyesuaian pekerjaan, terhadap manusia dan setiap manusia terhadap
pekerjaannya.
KESEHATAN KERJA (PP 88 tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja)
adalah upaya yang ditujukan untuk melindungi setiap orang yang
berada di tempat kerja agar tetap sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang dakibatkan dari
pekerjaan,

ILMU KESEHATAN KERJA


- Penerapan ilmu dan praktek Kesehatan Masyarakat di dunia kerja
- Ilmu tentang antisipasi rekognisi, evaluasi dan pengendalian bahaya di
tempat kerja
Sumber risiko kesehatan

1. Di lingkungan masyarakat / rumah (influenza, TBC dsb)


2. Di Tempat Kerja (penyakit kulit, ketulian dsb)
Berbagai Faktor bahaya di Tempat Kerja

7
Berbagai bahaya Kesehatan di Tempat
Kerja

8
1 2 3 4 5

5. Bahan Kimia • Substitusi : bahan , • Diklat •Respirator :


proses •Labelling Canister
•Otomatisasi •MSDS Cartridge
•Isolasi sumber •Housekeeping •Brething App
kontaminan •Monitoring LK •Mechanical; Filter
•Segregasi / pemencilan •Pem. Kesehatan Resp.
•Ventilasi : •Rotasi pekerjaan •Sarung tangan
Dilusi, karet sintetis
LEV •Goggles
LANDASAN PELAKSANAAN KESEHATAN KERJA

• Setiap pekerja membutuhkan perlindungan


LANDASAN Kesehatannya dari risiko bahaya di tempat kerja
FILOSOFIS : • Pelaksanaan K3 mempunyai dimensi perlindungan
dan dimensi produktivitas & kesejahteraan

• UUD 1945 (Psl 27)


LANDASAN • UU No. 13 Tahun 2003 Ttg Ketenagakerjaan
KONSTITUSIONIL • UU No. 1 Tahun 1970 Ttg Keselamatan Kerja
• UU No.36 th 2009 ttg Kesehatan
• UU No.24 th 2011 ttg BPJS
• Peraturan Pelaksanaan K3
LANDASAN • Standar, Pedoman, Petunjuk Pelaksanaan
OPERASIONIL : Teknis K3 dll
11
SEHAT :
- kesejahteraan:
-> Badan (jasmani)
-> Mental/psikologi
-> Sosial
(ekonomi dan produktif)

Kesehatan Kerja (ILO – WHO), tujuan


1. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan & kapasitas kerja
2. Pemeliharaan Lingkungan dan kondisi kerja  menekan Kec. Kerja.
3. Pengembangan dan budaya kerja yang mendukung K3
Faktor Penyebab sakit

1. Manusia (host)

2. (Agent) 3. LIngkungan (Environment)


- Bahan kimia- bising
- Peralatan mesin dll - debu dll
Kesehatan Kerja

Work place
Work Worker
Material healthy

UPAYA PELAYANAN KESEHATAN KERJA


Upaya Pelayanan Kesehatan Kerja
adalah Usaha Kesehatan di tempat kerja
Tujuan:
1. Memberikan bantuan terhadap tenaga kerja dalam
penyesuaian diri baik fisik maupun mental terutama
dalam penyesuaian dengan pekerjaannya

2.Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan


kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan
kerjanya
Lanjutan……

3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan


kemampuan fisik tenaga kerja
4. Memberikan pengobatan, perawatan dan rehabilitasi
terhadap tenaga kerja yang menderita sakit.

Pelayanan Kesehatan Kerja bersifat Basic


Occup.Health Sevices (ICOH, 2005)
Konsep Mikro Kesehatan Kerja

INTERVENSI
Menghilangkan atau
HAZARD mengurangi risiko
1. Tubuh manusia RISIKO
2. Perilaku kesehatan Dinilai besar
3. Lingkungan Kerja kecilnya / berat
4. Pekerjaan ringannya PELAYANAN
5. Pengorganisasian
KESEHAYAN KERJA
6. Budaya Kerja
PROGRAM KESEHATAN KERJA BERBASIS RISIKO

TARGET SASARAN TUJUAN

PENCEGAHAN & • TENAGA KERJA PENINGKATAN :


PENANGGULANGAN : • Org Lain DI T.K • KESEHATAN TK
PENYAKIT AKIBAT KERJA • KELUARGA. • KAPASITAS KERJA
& • MASYARAKAT • LINGK. & KONDISI KERJA
KECELAKAAN KERJA • ORG. & BUDAYA KERJA

Pelayanan. Kes. Kerja


Gizi kerja, P3K PRODUKTIVITAS
Ergonomi, Psikologi kerja KESEJAHTERAAN
Higiene Industri, APD
Toksikologi Industri
UNSUR PRODUKTIVITAS KERJA

1. Manusia (host)

3. Lingkungan Kerja mental)


2. Beban Kerja
Hakikat Kesehatan Kerja
mencakup
Esensinya
1. Pencegahan dan penanggulangan penyakit penyakit dan
kecelakaan kerja
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga
kerja
3. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan
kegairahan serta kenikmatan kerja
4. Perlindungan bagi masyarakat sekitar dari bahaya bahaya
pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut
……. lanjutan
5. Perlindungan bagi masyarakat luas dari bahaya bahaya yang
mungkin sitmblkan oleh produk produk perusahaan.
6. Mejaga dan meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga
kerja
7. Melakukan penempatan pekerja sesuai dengan kondisi
kesehatannya.
8. Perbaikan perilaku hidup dan perilaku kerjanya.
Program / Upaya
AMAN, SEHAT
Pelayanan Kesehatan Kerja PRODUKTIF

Penyelenggaraan
PELAYANAN KESEHATAN KERJA

- - Diatur
- - Dibina
- -Diawasi
Program / Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kerja
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja (Unit PKK)


1. Promotif
2. Prevetif
3. Curatif
4. Rehabilitatif

 dengan mempertimbangkan faktor2 bahaya


yang ada di tempat kerja yang berpengaruh
terhadap kesehatan tenaga kerja. 23
Beberapa Norma Kesehatan Kerja
1. UU No.13 tahun 2003 ttg Ketenagakerjaan
2. UU No. 1 tahun 1970 ttg Keselamatan Kerja
3. UU N0. 3 tahun 1969 ttg Higiene Perniagaan dan Perkantoran
4. UU No.24 tahun 2011 ttg BPJS
5. PP.No.44 tahun 2015 ttg JKK-JKM
6. PP No.7 tahun 1973 ttg K3 Pestisida
7. PP No.50 tahun 2012 ttg Penerapan SMK3
8. Perpres No.7 tahun2019 tenteng PAK
9. PP N0,88 th 2019 ttg Kesehatan Kerja
Peraturan Menteri a.l

1. Permenaker No.5 tahun 2018


2. Permennakertranskop No.1 tahun 1976
3. Permenakertranskop No. 1 tahun 1979
4. Permenaker No.2 tahun 1980
5. Permenakertrans No.1 /Men/1981
6. Permenakertrans No.3 tahun 1982
7. Permenakertrans No 25/men/2008
8. Kepmenaker No.68/Men/2004
9. Kepmenaker No.333/Men/1989
10. SE. Menteri Naker No. 01/Men/1979
11. SE. Dirjen Binawas No.SE.07/BW/1997
12. SE. Dirjen Binawas 86/BW/89
13. Dan lain lain.
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Peraturan Menakertrans No. 3 /MEN/ 1982

- Suatu lembaga K3 (di dlm / luar Persh)


- Sarana melakukan perlindungan
menjalankan upaya / Pelayanan kesehatan
kerja (pembinaan, pencegahan,
pengobatan, perawatan, dan rehabilitasi)
- Sifatnya wajib (Pasal 3 ayat (2) )
Unit Pelayanan Kesehatan Kerja (UPKK)
(di dalam Perusahaan)
TOP
MANAJEMEN

DIR A DIR, B DIR . C DIR. D

UPKK
Unit Pelayanan Kesehatan Kerja (UPKK)
(di luar Perusahaan)

TOP
………………………….. MANAJEMEN

DIR A DIR, B DIR . C DIR. D

UPKK
Bentuk Penyelenggaraan PKK (Pasal 4 ayat.1)

1. Dilakukan sendiri di Perusahaan.


- klinik, rumah sakit
- wajib dng TK > 1000 / risiko tinggi

2. Kerjasama dng Pihak ketiga


- MOU/Kerjasama Pihak Ke-3
(Permennaker No.4/Men/1995)

3. Bersama sama dengan Perusahaan.lain (kawasan industri)


- Ru,ah Sakit Pekerja
Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja
(Ps.2) Permenaker No.3 tahun 1982

1. Px.Kesehatan (awal, berkala, khusus)


2. Pembinaan dan Pengawasan ttg Ergonomi
3. Bin dan Was ttg Lingkungan Kerja
4. Pembinaan dan pengawasan ttg Sanitair
5. Pembinaan dan Pengawasan Peralatan kesehatan
6. Pencegahan dan pengobatan Penyakit Umum dan
PAK
7. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK)

8. Diklat petugas PPPK

9. Penasehatan (bangunan, APD, gizi)

10. Membantu rehabilitasi

11. Pengawasan thd Tenaga Kerja cacat

12. Memberikan laporan kpd Persh.


LANDASAN HUKUM PELAYANAN KESEHATAN KERJA

1. UU No. I tahun 1970 ttg Keselamatan Kerja

2. Permen Nakertrans No.03/MEN/1982


(Pelayanan Kesehatan Kerja / PKK)

3. Kep.Dirjen Binwasnaker No.22 /2008


(Petunjuk Tehnis Pelaksanaan PKK)
.
4. Peraturan terkait

a. Permen Nakertranskop No.1 tahun 1976 tentang Kwajiban


Pelatihan Hyperkes bagi dokter perusahaan

b. Permen Nakertranskop No.1 tahun 1979 tentang Kwajiban


Pelatihan Hyperkes bagi Paramedis Perusahaan

C. Permenaker No. 15 /Men/2008 tentang PPPK di Tempat


Kerja
Personil Pelayanan Kesehatan Kerja
1. Dokter Perusahaan
Permenakertrans No 1 tahun 1976 (Waiib Latihan
Hiperkes bagi dokter Perusahaan)
2. Dokter Pemeriksa
(PP No.88 tahun 2019 ttg Kesehatan Kerja Ps.11)
3. Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga kerja
Adalah dokter yang mendapat penunjukkan (SKP)
sebagai dokter yang melakukan pemeriksaa kesehatan
tenaga kerja (UU No 1/1970 dan Permen No2 th 1980)
…… lanjutan
4. Paramedis Perusahaan
Permenakertrans No.1 tahun 1979 ttg Wajib Latih
Hiperkes bagi Paramedis Perusahaan

5. Petugas PPPK di Tempat Kerja Permenaker No 15


th 2008 ttg PPPK

6. Tenaga Tehnis dan Administratif lainnya


Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja
1. Ditunjuk oleh pengusaha atau Kepala instansi/lembaga

2. Disahkan oleh Dirjen Binwasnaker & K3-Kemnaker 


- Surat Keputusan Penunjukan (SKP) sbg Dokter Pemeriksa Kesehatan
Tenaga Kerja.

Persyaratan Utama:
- 1. Memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes/Kesehatan Kerja bagi Dokter
2 Memenuhi ketentuan perundangan terkait lainnya: wajib memiliki
ijazah, STR dan SIP Dokter

- 37
….. lanjutan

- Kewajiban:
- Melaporkan hasil pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja sekurang-kurangnya 2 bulan setelah
pelaksanaan.

- Masa berlaku SKP:


a. 3 tahun dan
b. dapat diperpanjang 1 Bulan sebelum masa
berlakunya berakhir 38
Prinsip penyelenggaraan PKK.
1. Upaya/kegiatan kesehatan kerja secara menyeluruh
(promotif, preventif, curatif, rehabilitatif)
2. Struktur Organisasi
- Adanya Penanggung jawab (Dokter Pemeriksa)
- Pelaksana dokter perusahaan, paramedis, ahli gizi dll.
3. Program / kegiatan berdasarkan risiko yg ada
4. Skala prioritas (tergantung kemampuan, masalah, kondisi
masyarakat)
5. Fokus kegiatan
- Pencegahan.PAK
- Peningkatan derajat kesehatan
- Peningkatan kapasitas kerja

6. Integrasi dengan program P2K3


7. Melibatkan unit kerja dan disiplin lainnya
8. Wajib menampaikan Laporan < 3 bulan
9. Mendapat Pengesahan dari Dinas Naker setempat.
Program/Upaya
Unit Pelayanan Kesehatan Kerja
PROMOTIF PREVENTIF KURATIF REHABILITATIF
• Pemeliharaan • Pemeriksaan • Pengobatan • Fisioterapi
kesehatan kerja Kesehatan Kerja • P3K • Protese/orthose
• Pembinaan • Imunisasi • Rawat jalan • Mutasi
• Gerakan OR • Penggunaan APD • Rawat Inap • Kompensasi
• Tdk merokok • Rotasi Kerja
• Gizi seimbang • Pengurangan
• Ergonomi waktu kerja
• Pengendalian
Lingk. Kerja
• Hygiene sanitasi
Contoh2 Penyelenggaraan PKK

Penyediaan air minum

 Mencegah dehidrasi
 Menjaga kondisi kesehatan
Penyediaan Wastafel dan sabun/hand soap

 Untuk cuci tangan dan muka


pada saat istirahat/mau
makan/selesai bekerja
 Mencegah keracunan makan
 Mencegah penularan penyakit
 Membersihkan kontaminasi
bahan kimia, debu, kotoran
dll.
Penyediaan Kantin/ruang makan
Menunjang kebutuhan gizi
seimbang
Meningkatkan motivasi dan
gairah kerja
Menjaga produktivitas
Memelihara kesehatan
Penyediaan Fasilitas Olah raga/Rekreasi

Menjaga kebugaran
Meningkatkan motivasi
dan gairah kerja
Mengurangi stress
Memelihara kesehatan
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja:
a. Sebelum bekerja untuk menentukan pekerjaan yang sesuai
b. Secara berkala minimal 1 tahun sekali
SIKAP DAN CARA KERJA YANG BAIK
Istirahat dan Tidur yang Cukup
PROGRAM REHABILITASI

20 Mei 2014 Prepared by Dewi S Soemarko & Astrid B Sulistomo 49


A. Syarat Lembaga Pelayanan Kesehatan Kerja :
1.Memiliki personil kesehatan kerja yang
meliputi :
a) Dokter penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja,
b) Tenaga pelaksanan kesehatan kerja berupa dokter
perusahaan dan atau paramedis perusahaan,
c) Petugas administrasi atau pencatatan dan pelaporan
pelayanan kesehatan kerja.

2. Memiliki sarana dan prasarana pelayanan kesehatan


kerja,
....... lanjutan:
,

3. Pelayanan kesehatan kerja yang ada di perusahaan


mendapat pengesahan dari instansi di bidang
ketenagakerjaan sesuai wilayah kewenangannya,

4. Pelayanan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh


pihak di luar perusahaan wajib dilengkapi dengan
Nota Kesepahaman (MoU) antara
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja
pengusaha dengan kepala unit pelayanan kesehatan
yang bersangkutan dan dilaporkan ke instansi di
bidang ketenagakerjaan sesuai wilayah
kewenangannya.
Obyek / Sasaran Pembinaan / Pengawasan
1. Adakah Pelayanan Kesehatan Kerja.
2. Bila ada apa : - bentuknya (di dalam / luar perusahaan).
- PKK di luar Persh (MOU, PJK3)
3. Sudahkah UPKK mendapat Pengesahan dari Dinas Ketenagakerjaan)
4. Laporan PKK ? ( kurang 3 bulan)
5. Penanggung jawab UPKK siapa (dokter Pemeriksa Kesja)
6. Identifikasi jenis Pelayanan Kesja. (promotive/preventif/kuratif/rehab)
7. Personil :
- Bila ada dokter / Paramedis sudah memiliki Sertifikat Hyperkes kah yang
diterbitkan oleh Dirjen Binwasnaker dan K3.
STANDARD KESELAMATAN DAN
KESEHATAN PEKERJA SELAMA
PANDEMI COVID 19
Tempat Kerja Risiko
Berkumpul dan Interaksi Penularan
Jumlah dan Mobilitas

Pengusaha dan Pekerja


berperan memutus
mata rantai penularan
INFEKSI COVID-19 DALAM PERSPEKTIF K3
Perlindungan
K3 Pekerja

1.Penerapan K3
terencana, terukur 2.Melibatkan unsur
terstruktur, manajemen dan
terintegrasi pekerja

Pentingnya K3
Dampak Pandemi (Dampak bagi sector Ketenagakerjaan)

1. Penutupan Perusahaan
2. Perobahan Tingkat Permintaan Barang
3. Gangguan pelayanan
4. Ketidak hadiran buruh / pekerja yang significant
5. Keterlambatan mobilisasi barang dan orang
6. Penurunan Persediaan logistic dan Jasa
7. Produktivitas menurun
UU no 1 th 1970 Pasal 3
1. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit, penularan infeksi dan keracunan
2. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
3. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertibam
4. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

Kepmen Kesehatan no. 01.07/MENKES/328/2020


menetapkan panduan pencegahan dan pengendalian virus
Covid atau panduan kerja new normal area
perkantoran dan industri
SE MENAKER No. M/3/HK.04/III/2020 tentang Perlindungan
Pekerja/Buruh dan Kelangsungan Usaha dalam Rangka Pencegahan dan
Penanggulangan COVID-19

• SE MENAKER No. M/7/AS.02.02/V/2020 tentang


• Rencana Keberlangsungan Usaha dalam Menghadapi
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan
Protokol Pencegahan Covid-19 di Perusahaan

SE Menaker No.M/8/HK.04/V/2020 tentang


Perlindungan pekerja . Buruh dalam
program JKK pada kasus PAK karena Covid-19
Kep.Menkes No.Hk.01.07/menkes/327/2020 th 2020 ttg
Penetapan Corona virus disease (Covid19) akibat kerja sebagai PAK
yang spesifik pada pekerjaan tertentu

KEPDIRJEN WASNAKER DAN K3 No. 5/76/HM.01.VII/2020


tentang Protokol Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kembali
Bekerja Dalam Pencegahan Penularan Covid

Kepditjen Binwasnaker dan K3 No.5/151/AS.2/XI/2020


tentang Pedoman K3 Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan
tenaga kerja pada masa Pandemi Covid-19
PROTOKOL PENCEGAHAN COVID-19
DI TEMPAT KERJA

Pencegahan Covid-19 di Perusahaan dalam


rangka Perlindungan tenaga kerja

 perusahaan membentuk Tim Khusus (buat panduan


/ protokol kesehatan  new normal
1. 2.
Penerapan 3.
Melakukan Memastikan
Hygiene
Kampanye Sanitasi Memakai
PHBS Perusahaan APD

4.
Melakukan 5.
Pemeriksaan Suhu 6.
Membatasi
Tubuh di etiap pintu Safety
masuk dan mengamati Kontak Antar
Induction
kondisi umum peke`rja Pekerja
dan tamu
7. 8. 9.
Melakukan Mengatur Pola Konsultasi
Sosialisasi Kerja dan Kesehatan On
dan Edukasi Kelompok Kerja Line

10. 11. 12.


Penundaan Pemantauan dn Koordinasi
Pemeriksaan adeteksi dini dan Isolasi
Kesehatan kondisi pekerja. Mandiri
PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
64
TUJUAN MCU
1. MENILAI STATUS KESEHATAN (KEMAMPUAN
MELAKSANAKAN PEKERJAAN YANG DIBEBANKAN
KEPADANYA (KELAIKAN KERJA.)
2.MENDETEKSI GANGGUAN KESEHATAN UMUM  PERLU
PENANGGULANGAN

3. MENDETEKSI GANGGUAN KESEHATAN YANG MUNGKIN


BERKAITAN DENGAN PEKERJAAN AN ATAU LINGKUNGAN
KERJA
….. lanjutan

4. EVALUASI PROGRAM K3

5. PEMENUHAN TERHADAP REGULASI

6. PEMBERIAN KOMPENSASI JAMINAN


KECELAKAAN KERJA / PAK
MANFAAT PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA

PEKERJA / BURUH
1. Mengetahui kondisi PENGUSAHA PEMERINTAH
kesehatan 1. Mengetahui status 1.Mengetahui
2. Memahami cara kesehatan TK (fit to
work status kesehatab
mencegah gangguan
kesehatan 2. Dasar perencanaan pekerja
/evaluasi K3 2.Dasar
3. Mendapat
3. Meningkatkan kwalitas
perlindungan dari dan kwantitas produk perencanaan
gangguan kesehatan 4. Memenuhi ketentuan 3.Data pendukung
4. Memperoleh hak 5. Efisiensi beaya diagnosis PAK
kompemsasi
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970

Pasal 8, kewajiban pengurus :


1) Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya
maupun akan dipindahkan, sesuai dengan sifat pekerjaan
yang akan diberikan kepadanya
2) Memeriksakan kesehatan dari semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya secara berkala pada dokter
yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur
3) Norma norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan
dengan peraturan perundangan
68
2. Permen Nakertrans No.02/Men/1980 ttg
Pemeriksaan.Kesehatan Tenaga Kerja dlm Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja
( turunan Ps.8 UU No.1 tahun 1970)

3. Permen Nakertrans N0. 01/Men/1981 ttg


Kwajiban melapor Penyakit Akibat Kerja (PAK)
(turunan Ps.11 UU No.1 tahun 1970)

. 4. Permen Nakertrans No.Per.03/Men/1982


Pelayanan Kesehatan Kerja
- sbg lembaga K3 di Persh.
5. Kepmen Nakertrans No.Kep 68/Men/2004 ttg Pencegahan
dan Penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja

6. S.E.Dirjen Binawas No.SE.07/BW/1997 ttg


Pengujian Hepatitis B dlm Pemeriksaan.Kes.TK

7. Kep. Dirjen Hub.Perburuhan dan Perlindungan


No. Kept.40/DP/1980 ttg
Penetapan Formulir Pemeriksaan.Kesehatan
Kepmennakertrans No. 68 Tahun 2004
Program P2 HIV/AIDS Di Tempat Kerja

Pasal 5 :
1) Pengusaha/pengurus dilarang melakukan tes HIV untuk digunakan :
a) Sebagai prasarat suatu proses rekruitment
b) Untuk menentukan kelanjutan status pekerja/buruh
c) Sebagai kewajiban pemeriksaan kesehatan rutin.

2) Tes HIV dapat dilakukan dg Syarat :


a) Atas dasar sukarela, dengan persetujuan tertulis dari pekerja/buruh
b) Pengusaha/pengurus menyediakan konseling sebelum dan sesudah
tes
c) Dilakukan oleh dokter yang mempunyai keahlian khusus
d) Kerahasiaan dijamin sebagaimana kerahasiaan medis lainnya
71
SE Dirjen Binawas No. SE 07/BW/1997
Ttg Pengujian Hepatitis B Dalam Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja

• Dasar: hasil beberapa penelitian/studi kepustakaan dan konsultasi dengan


pakar penyakit hati :
1 Seseorang dg HBsAg (+) dalam darahnya belum tentu menderita
hepatitis, selama fungsi hati lainnya normal seseorang tidak
dianggap terkena Hepatitis.
2 Prevalensi HBsAg di Indonesia cukup tinggi (5-15 %)
3. Penularan virus Hepatitis B di tempat kerja tidak mudah karena
penularan hanya mungkin melalui kontak erat, misalnya
transfusi darah, suntikan dan dari ibu ke bayi yang dilahirkan

• Berdasarkan hal tersebut di atas dianjurkan kepada semua


perusahaan/instansi untuk tidak melakukan pengujian serum HBsAg
sebagai alat seleksi pada pemeriksaan kesehatan awal maupun berkala72
Ketentuan Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan.Tenaga
Kerja
UU No 1 th 1970 dan Permenaker No 02 Th 1980
• Dilaksanakan oleh dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja yg telah
memiliki SKP, baik dokter yang ada di perusahan tsb maupun yang ada di
luar perusahaan (provider)
• Apabila dilakukan oleh di luar perusahaan maka harus dilakukan oleh
lembaga PJK3 di bidang pemerikasaan kesehatan tenaga kerja
• Pengurus dan Dokter pemeriksa membuat pedoman pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
• Pengurus atau pengusahan membuat rencana pemeriksaan kesehatan
• Hasil pelaksanaan pemeriksaan dilaporkan kepada Instansi yang
membidangi Ketenagakerjaan: Kemenaker
Parameter pemeriksaan kesehatan didasarkan
1. Menyesuaikan risiko (berbasis hazard)
2. Kebutuhan kerja untuk kepentingan tertentu
meliputi :
a. Kebutuhan fisik : pancaindera (sopir, PLN)
b. Aspek mental : stres, intelektual
c. Higiene dan penyakit infeksi : Lab.khusus
(Persh. Makanan /minuman)
d..Aspek ergonomi : sikap kerja (angkat / angkut)
3. Secara individu tergantung dari kondisi tenaga kerja
Pemeriksaan kesehatan berbasis risiko (bahaya / risiko)

Identifikasi dan Peta Dampak Penyusunan Peta


Hazard Kesehatan Kesehatan

Pelaksanaan, feed back,


analisa, Pelaporan
Penentuan / tes yang sesuai

Membuat program HRA


Tahapan Riksa.
Kes.T.K
1. Persiapan
a.Agar tak mengganggu proses prod.
b. Menyusun pedoman Px untuk
penempatan dan jenis pek. Ttt.
c. Membuat rencana Px.
2. Pelaksanaan
a. Dilakukan o/ dr.Pemeriksa ( int. atau ekst.).
b. Di dlm atau di luar prsh ( sbg PJK3 ).
c. Lokasi pemeriksaan bisa di RS, layanan
kesehatan atau di perusahaan ybs
3. Pelaporan : Hasil dan evaluasi
C. Laporan Px. Kes.
1. Wajib membuat laporan Ps.6 ayat (2)
2. Laporan disampaikan kepada Dinas Naker setempat paling lambat 2
bulan setelah pemeriksaan selesai
Catatan : Bentuk laporan Kep.DitjenBiwasnaker
No. Kpts 40/DPW/1980

Interpretasi hasil
1. Analisa data individu dapat dilakukan dengan membandingkan dengan
data base (data terakhir)

2. Interpretasi data hasil Px. Kelompok dilakukan analisis secara statistik.


Manfaat Laporan hasil PX.Kes

1. Bahan evaluasi yang berkesinambungan


- Fit / Temporary/ Unfit
2. Terdapat sekelompok pekerja tertentu, dan jenis pekerjaan
tertentu.
- Epidemiologi K3
3. Desiminasi informasi secara berkala
- Penyusunan program
lanjutan………

4- Data penelitian dan upaya penanggulangan


- Pengembangan ilmu dan praktek K3
5. Mengetahui kemajuan program K3
6. Menetapkan program pencegahan dan pengendalian
Jenis dan Tujuan Pemeriksaan.Kesehatan TK
(Permenakertans No.2 tahun 1980)

1. Awal (sebelum kerja)


Tujuan
- Mendapatkan TK yg optimal
- Tidak mempunyai penyakit menular
- Cocok untuk pekerjaan tertentu  Menjamin K3 diri dan orang lain

Parameter Px.
- Fisik lengkap, kesegaran jasmani
- Rontgen (bila mungkin)
- Laboratorium rutin
- Pemeriksaan lain yang dianggap perlu
2. Pemeriksaan Kes.TK berkala / periodic

Tujuan
- Mempertahankan derajat kesehatan  optimal
- Deteksi dini thd pengaruh lainnya
Parameter Px
- Fisik lengkap
- Kesegaran jasmani
- Rontgen Paru (bila mungkin)
- Pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
lanjutan…..

Riksa.Kes lebih sekali / tahun bila :


1. Gangguan kesehatan irreversibel
2. Pajanan tinggi
3. Bahan kimia mudah menguap dan toksis
4. Ada perobahan proses kerja
5. Bila individu sangat rentan
c. Pemeriksaan Kesehatan khusus
- Px.Kes.Khusus untuk menilai thd jenis
pekerjaan tertentu dan TK tertentu

yaitu :
- setelah dirawat > 2 minggu
- usia > 40 tahun
- TK wanita / cacat
- melakukan pekerjaan ttt
- adanya dugaan tertentu / keluhan
- purna bakti (mau pensiun, pindah kerja)
- atas penilaian / pengamatan pengawas.
ANALISA HASIL MCU
Hasil MCU dianalisa secara
1. Individu
2. Kelompok Tenaga Kerja

A. Analisa Individu.
a. Rekam medis sebelumnya (sosiodemografi tenaga kerja)
b. MCU disesuaikan dengan risiko dan kebutuhan pekerjaan
c. Status kesehatan pada saat MCU (gangguan kesehatan yang dialami)
d. Perkembangan gangguan kesehatan dari waktu ke waktu.
e. Unit kerjanya (apakah pajanan mempengaruhi penyakitnya)
f. Bila menderita sakit perlu dilakukan tindak lanjut
pengobatan / perawatan
g. Penetapan laik kerja atau tidak.
Hasil MCU (individu) menggambarkan :
1. Kondisi medis pekerja apakah masih dapat melakukan pekerjaan
semula
2. Apakah kondisi medis pekerja menyebabkan tidak dapat melakukan
pekerjaan semula
3. Kondisi medis pekerja menyebabkan pekerja hanya dapat
melakukan pekerjaan semula dengan modifikasi *retriksi,
penyesuaian tempat kerja , dll) atau harus melakukan pekerjaan lain
4. Kondisi medis pekerja tidak dapat melakukan semua pekerjaa,
. HASIL PENILAIAN (INDIVIDU) BIASA
DINYATAKAN
1. Laik Kerja atau Fit To Work
a. Mampu melakukan pekerjaan semula dengan efisien
b.Tidak ada risiko yang berarti bagi diri sendiri, rekan kerja,
lingkungan

2. Laik Kerja dengan Catatan atau Fit with Note


a.Perlu diketahui pemberi kerja
b.Laik kerja dengan restriksi (contoh : tidak boleh kerja shift)
c.Laik kerja dengan limitasi (contoh : tidak boleh angkat > 10 Kg)
Catatan dalam Laik kerja umpamanya berkaitan dengan
modifikasi tempat kerja atau kondisi kerja
3. Tidak Laik Kerja untuk sementara waktu
a. Dalam masa penyembuhan
b. “Sementara waktu” harus jelas berapa lama

4. Tidak Laik kerja dengan pekerjaan ini


a. Tidak bisa melakukan pekerjaan semula,karena tidak bisa pulih
b. Pekerjaan apa yang masih bisa dilakiukan (Tidak perlu dipindahkan)
c. Bila pindah perlu diusulkan RTW
5. Tidak Laik kerja untuk semua pekerjaan
Pekerja tidak bisa melakukan pekerjaan apapun karena beratnya kondisi
kesehatan
Terhadap pekerja yang mengalami hambatan perlu
Rekomendasi (jelas, spesifik dan waktu yang diperlukan)

1. Pelatihan program rehabilitasi


2. Penyesuaian tempat kerja
3. Penyesuaian pekerjaan
4. Pekerjaan lain yang masih bisa dikerjakan
5. Periode Re-asesment
B. Analisa Kelompok Tenaga Kerja (komunitas)
a. Dikelompokkan per unit kerja (similar exposure group /SEG)  untuk
menemukan kasus pekerja pada kelompok dengan pajanan yang sama
b. Pengelompokan jenis gangguan kesehatan (tertinggi  terendah),
Untuk mengetahui frekuensi/prevalensi / incident penyakit dan
kecenderungannya.
c. Dikaji perkembangan dari waktu ke waktu (statistik)
Sebagai evaluasi program K3 yang telah dilakukan
d. Saran rekomendasi diberikan secara kelompok / unit disertai
pengendalian lingkungan kerja.
Sebagai dasar perencanaan program pelayanan kesehatan kerja.

Analisa tersebut dilakukan dengan surveillance kesehatan TK


Hal hal yang dilakukan sesudah MCU
Merahasiakan setiap data / informasi yang diperoleh

1. Pencatatan dan Pelaporan


- Laporan meliputi data pekerja, riwayat penyakit, riwayat
pekerjaan dll.
2. Interpretasi hasil pemeriksaan
- Dilakukan analisa secara statistik
3. Tindak lanjut
- Pekerja mempunyai hak untuk tahu (+/- dengan Pekerjaan).
- Bila terdapat kelainan perlu ditindak lanjuti
Obyek / Sasaran Pemeriksaan (Ahli K3 Umum)

1. Rencana dan Pedoman Px.


2. Dokter yg melakukan Px
3. Lembaga yg melakukan Px
4. Jenis Px (sesuai pekerjaannya)
5. Laporan Pelaksanaan
6. Laporan (bila terdapat kasus PAK
7. Px dan pengkajian PAK

Cara pengawasan
1. Menilai dan memeriksa Dokumen
2. Hasil pemeriksaan dicacat dan dianalisis
3. Melakukan verifikasi di lapangan
4. Saran dan rekomendasi (terutama yang sifatnya
wajib)
Obyek / Sasaran Pembinaan / Pengawasan
1. Berapa jumlah semua pekerja (PKWTT / PKWT)
2. Berapa jumlah karyawan yang diperiksa
3. MCU dilakukan sendiri atau Pihak Ketiga (syarat pihak ke-3 PJK3)
4. Tanyakan Dokumen dokumen
1. SKP dokter pemeriksa (berlaku / tidak)
2. Lembaga Pemeriksa harus PJK3 (berlaku /tidak)
3. Apakah pedoman pemeriksaan sudah dibuat
4. Apakah sudah membuat rencana pemeriksaan Kesja
5. Hasil MCU apakah sudah dilaporkan (kurang dari 2 bulan)
6. Bila ditemukan PAK apakah sudah dilaporkan (kurang 2 x 24 jam)
PENYAKIT AKIBAT KERJA
Jenis penyakit yang diderita
(PERDOKI (ILO, WHO, ACOEM) tah 2011)

1. a. Penyakit Akibat Kerja (Occupational Diseases)


 penyakit yg mempunyai penyebab spesifik atau asosiasi kuat dng pekerjaan yg
sebab utama terdiri dari satu agen penyebab yg sdh diakui (evidance based ada)

b. Penyakit Yang berhubungan dengan pekerjaan


(Work Realted Disease)
 penyakit yg mempunyai bbrp agen penyebab, dimana faktor pekerjaan
memegang peranan penting bersama dengan faktor risiko lainnya dalam
berkembangnya penyakit

Kedua jenis penyakit ini disebut PAK bila bisa dibuktikan dengan tahapan 7 langkah
diagnosis PAK
2. Penyakit diperberat oleh pekerjaan / lingkungan kerja
atau Penyakit yang mengenai Populasi Pekerja (Disease affecting
working population)
 penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen
penyebab di tempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi
lingkungan pekerjaan yang buruk

3. Penyakit Umum
Umumnya termasuk penyakit umum (yang ada pada masyarakat umum)
Pajanan tidak menyebabkan penyakit akibat kerja
PENGERTIAN PAK

Peraturan Perundang Undangan


1. PP.44 tahun 2015 Penyelenggaraan JKK dan JKM
2. PP No.88 tahun 2019 ttg Kesehatan Kerja
. 2. Perpres No. 7 tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja
4. Pemenaker No.1 //1981 tentang Kwajiban melapor PAK
5. Permenaker No.28/Men/2015 ttg Tata cara Pengangkatan
dan Pemberhentian dokter Penasehat

Pasal 1.
Penyakit yang disebabkan oleh Pekerjaan dan /atau
Lingkungan Kerja
Kecelakaan Kerja
adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan
yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau
sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja
(Pasal 1 ,UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN)

Pasal 11 (ayat 1) UU No.1 / 1970 ttg Keselamatan Kerja


“ Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang
terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya pada
pejabat yang diyunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja”
FAKTOR FISIKA

BISING/ GETARAN IKLIM KERJA

PENCAHAYAAN RADIASI/ GEL. ELEKTROMAGNETIK


102
Silikosis

• Simple Silicosis

• Small discrete nodules

(lesions)

• Complicated Silicosis

• Lesions increase in size


• Grow together to form
larger masses
106
Stress
Kriteria Umum PAK

1. Adanya hubungan antara paparan yang spesifik


dengan penyakit
2. Adanya fakta bahwa frekuensi kejadian penyakit
pada populasi pekerja lebih tinggi dari pada
masyarakat umum
4. Ada kaitan dengan waktu kerja atau waktu istirahat
….. lanjutan

4. Biasanya tidak menular / menurun (kecuali


PAK karena infeksi)
5. Dalam satu unit kerja biasanya kasusnya lebih
dari satu orang
6. Gejala / keluhannya timbulnya bisa lama
7. Dapat dicegah dengan mengendalikan
lingkungan kerja.
LANDASAN HUKUM
1. UU.No,1 tahun 1970
- Ps.3 (ay.2) : - syarat-2 K3
- mencegah dan mengendalikan PAK..
- Bab VII, ps 11
- laporan kecelakaan (PAK)
2. UU NO.13 TH 2003 ttg KETENAGAKERJAAN
2. UU No.24 tahun 2011 BPJS
3. PP no.44 tahun 2015 ttg JKK-JKM
Disempurnakan dengan PP No.82 tahun 2019
4. PP No.70 tahun 2015 ttg JKK dan JKM untuk ASN
5. PP No.88 th 2019 tentang Kesehatan Kerja
6. PP No.50 th 2012 ttg PENERAPAN AMK3
6. Peraturan Presiden No.7 tahun 2019 ttg PAK
7. Permen Nakertrans No.1 /MEN/ 1981 ttg Kwajiban
melapor PAK.
8. Permen No. 3 / 1982 ttg Pelayanan Kesehatan Kerja
9. Permen Nakertrans No.25 tahun 2008 ttg Pedoman
Diagnosis PAK dan Penilaian cacat akibat Kecelakaan
kerja dan PAK
10. Permenaker No.15 / Men/ 2008 tentang PPPK di
Tempat Kerja,
11. Kepmannaker No. 333/Men/1989 tentang Diagnosa dan
Pelaporan PAK.
• Setelah ditegakkan diagnosis PAK, wajib membuat laporan
medik
• PAK dilaporkan selambat-lambatnya 2 kali 24 jam
12. Permenaker No.10 tahun 2016 ttg Program Kembali Kerja serta
Kegiatan Promotif dan Preventif KK dan PAK
13. Permenaker No 5 tahun 2018 ttg K3 Lingkungan Kerja
14. Permenakertrans No.28 th 2015
``` Tentang Pengangkatan , Pemberhentian dan tatalaksana
Dokter Penasehat
15. Permenaker No 5 th 2021 ttg Penyelenggaraan Program JKK,
JKM dan JHT Bagi Peserta Penerima Upah
112
PERATURAN PRESIDEN NO 7 TH.2019 tentang PAK

Pasal 2 :
ayat (1).
Pekerja yang didiagnosa PAK berdasarkan surat
keterangan dokter berhak atas manfaat JKK meskipun
hubungan kerja telah berakhir
Pasal 2 :
Ayat (2). Hak atas manfaat JKK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan apabila PAK timbul dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) tahun terhitung sejak hubungan kerja berakhir.

Ayat (3). PAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jenis
penyakit :
a. yang disebabkan pajanan faktor yang timbul dari aktivitas
pekerjaan
b. berdasakan sistem organ
c. Kanker akibat kerja dan
d. Spesifik lainna.
ayat (4 ): Lampiran Perpres 7 tahun 2019

I. Penyakit yang disebabkan Pajanan Faktor yang


timbul dari aktivitas pakaerjaan
a. Disebabkan faktor kimia : 39
b. Disebabkan faktor fisika : 7
c. Disebabkan faktor biologi, infeksi atau parasit : 9

II. Penyakit berdasarkan Sistem target organ


a. Saluran Pernafasan : 12
b. Penyakit Kulit : 3
c. gangguan otot dan kerangka : 8
d. gangguan mental dan perilaku : 2
III. Penyakit Kanker Akibat Kerja
Akibat suatu zat : 8

IV. Penyakit Spesifik lainnya


Penyakit spesifik lainnya merupakan penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau proses kerja, dimana penyakit
tersebut ada hubungan langsung antara paparan dengan penyakit
yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah dengan
menggunakan metode yang tepat

Contoh : nystagmus pada penambang.


7 LANGKAH DIAGNOSIS OKUPASI
Permenkes no 56 tahun 2016, pasal 4

Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3:


Paparan di tempat kerja Hubungan antara pajanan
Diagnosis Klinis dengan Penyakit /Diagnosis
Klinis

Langkah 6: Langkah 5: Langkah 4:


Faktor lain di luar pekerjaan Faktor-faktor individu Kecukupan paparan (Apakah
yang berperan pajanan yang dialami cukup
besar?)

Langkah 7:
Tentukan Diagnosis Okupasi:
PAK / Diperberat Pekerjaan /Bukan PAK
PENEMUAN KASUS PAK

MCU LAYANAN KESEHATAN PERTIMBSNGSN MEDIS


berkala / khusus BEROBAT DOKTER PENASEHAT
Tujuan diagnosis PAK

1. Memenuhi Hak Pekerja


2. Dasar penatalaksanaan (pencegahan,
pengobatan dan pengendalian lingkungan kerja)
3. Membatasi kecacatan dan mencegah kematian
4. Melindungi pekerja lain
Kemungkinan PAK

NORMAL / CARRIER

SEMBUH

PAK CACAT

MENINGGAL
SISTEM PELAPORAN KK / PAK

1.Pasal 11 UU No.1 tahun 1970 Kwajiban melapor Kecelakaan


2.PP No. 88 th 2019 ttg Kesehatan Kerja
3.PP No.7 th 2019 ttk PAK
4. Permenaker No. 03/MEN/1998
tentang Tatacara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan
5. PMK No. 56 th 2016 ttg Penyelenggaraan Pelayanan PAK
5. Kep. Dirjen PPK No.Kep.84/BW/1998
tg Tatacara Pengisian Formulir laporan dan Analisis Kecelakaan
PELAPORAN PAK (PP.88 th 2019 ttg KES.
KERJA)
a. Laporan ke Dinas Tenaga Kerja / Kesehatan setempat
b. Laporan ke BPJS Ketenagakerjaan/ TASPEN / ASABRI
.
1. Laporan tahap I, setelah didiagnosis
Form. KK2 (2 x 24 jam)
2. Laporan tahap II setelah dinyatakan
a. sembuh (normal atau cacat b. meninggal
Form. KK3 (2 x 24 jam)
Instansi yang wajib lapor adalah Fasyankes dan
Pemberi Kerja
PELAPORAN kasus
PAK
BPJS KETENAGAKERJAAN/
Kasus TASPEN / ASABRI

PAK Lapor tahap I


Dinas naker / kesehatan

Diperiksa
Diobati
Dirawat

BPJS KETENAGAKERJAAN /
SEMBUH TASPEN / ASABRI
(normal / cacat) Lapor tahap Ii
Dinas naker/ Kesehatan
MENINGGAL
Perbedaan pendapat
(BPJS Ketenagakerjaan / TASPEN / ASABRI , pekerja,
pengurus / pemberi kerja)

tentang ; . Penetapan PAK / bukan PAK


terdapat mekanisme banding (karyawan swasta)
1. Banding Tk1 ke Dinas Naker
2. Banding Tk 2 ke Menaker

Mekanisme banding juga terjadi pada saat penetapan


persentasi Cacat.
Jenis kecacatan penyakit akibat kerja
cacat anatomis dan cacat fungsi.

cacat anatomis cacat fungsi.

125
Penatalaksanaan PAK
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan dan Perawatan sesuai dengan
penyakiytnyua

2. Penatalaksanaan Okupasi
A. Surveilans Kesehatan
B. Kompensasi
C. RTW
Obyek / Sasaran Pembinaan dan Pengawasan
1. Identifikasi bahaya di tempat kerja (Fisika, Kimia, Biologi, Ergonomi,
Psikososial)
2. Identifikasi kemungkinan PAK yang bisa timbul
3. Adakah kasus PAK
4. Bila ada kasus PAK
A. Sudahkah dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja (tahap I Dan tahap II)
B. Sudahkah JKK nya diberikan
C. Bagaimana Kelanjutan pekerjanya (tetap kerja / dipindahkan/ PHK)
PENYELENGGARAAN MAKANAN
DI TEMPAT KERJA

Vilda Ana VS
Meningkatkan dan
mempertahankan
kemampuan kerja
Produktifitas

FUNGSI MAKAN

MENGGANTI SEL
TENAGA PERTUMBUHAN
YANG RUSAK
Kapasitas kerja

Kesehatan Gizi (kerja)

Asupan makanan
( Kwantitatif dan Kwalitatif)

a. (Pembinaan dan Pengawasan penyelenggaraan


makanan)
b. Sebagai upaya perlindungan
Unsur dalam Gizi

1. Karbohidrat
2. Protein
3. Lemak
4. Vitamin
5. Mineral
6. Air
1. Umur
2. Berat badan
3. Jensi Kelamin
4. Keadaan khusus
KEBUTUHAN GIZI
SESEORANG
5. Lingkungan Kerja
a. suhu, bahan kimia
b. bakteri, psikologi

6. Aktifitas / Jenis
Pekerjaan
Kebutuhan Kalori
NO Kelamin Pek. Ringan Pek, Sedang Pek. Berat

1. Laki Laki 2000 – 2400 Kcal 2400 – 2800 Kcal 3000 – 3400 Kcal

2 Perempuan 1800 – 2200 Kcal 2200 – 2400 Kcal 2400 – 2800 Kcal
6. SE.Menaker No.SE.01/Men/1979 ttg
Pengadaan Kantin dan Ruang Makan

-anjuran :
- 50 s/d 200 ruang makan
- > 200 menyediakan kantin
7. SE.Dirjen Binawas No.SE.86/BW/89, ttg
Perusahaan catering yg mengelola makanan bagi TK

- Persh.cater.bagi TK  rekomendasi
- Dinas Naker melakukan pembinaan

Rekomendasi Perusahaan Katering


Tujuan: - mencegah keracunan
- efisiensi
- mudah dlm pembinaan / pengawasan
- memperbaiki kondisi kerja
PENYEBAB MASALAH GIZI TENAGA KERJA

Pemahaman
Pengurus dan
Cara Pekerja Lingkungan
Menyediakan Tempat
Makanan Kerja

Konsumsi MASALAH
makanan
rendah
Diberikan
Uang
Makan
Kapan Berapa
diberikan Kalori
diberikan
KEUNTUNGAN MEMBERIKAN MAKANAN BAGI TENAGA KERJA

Kemampuan
Kerja
Produktivitas

Kesehatan

KEUNTUNGAN Mengatasi
Kelelahan

Absensi
Hubungan Senang
Pekerja Motivasi kerja
Pengusaha Gairah kerja
Sistem pengelolaan langsung
oleh perusahaan

Sistem Konsinyasi (Penyediaan


makan oleh jasaboga, kontrak
SISTEM kerja
PENYELENGGARAAN

Siatem Copartnership )oleh


koperasi karyawan / organisasi dl
Persh.
PETUGAS PENGELOLA
Terdiri
1. Penanggung jawab, sbg koordinator
2. Juru masak
3. Pembantu juru masak / pelaksana
4. Pembantu dapur
5. Tenaga Pembersih
(peralatan / ruangan)
Syarat Penjamah / Petugas
1. Bebas dari penyakit infeksi / penyakit
menular
2. Tidak memiliki kebiasaan buruk
3. Disiplin
4. Memiliki pengetahuan tentang gizi
5. Istirahat bila sakit
6. Memakai pakaian kerja
7. Dilatih menjaga kesehatan dan kebersihan
4. Susunan menu dan nilai gizi

- bervariasi
- gizi seimbang
- kecukupan kalori
- - makanan biasa
(bukan pantangan)
Permenaker No.5 tahun 2018

1. Dapur, kamar makan peralatan harus bersih


2. Dapur, kamar makan tak boleh berhubungan lansung dengan
tempat kerja
3. Dapur dan kamar makan haris mendapar penerangan yang baik,
dan peredaran udara yang cukup
4. Makanan yang disediakan untuk karyawan harus memenuhi syarat
kesehatan
5. Air yang digunakan untuk makan dan minum
harus memenuhi syarat

a. Tidak boleh berbau dan segar


b. Tidak boleh berwarna dan harus bening
c. Tidak boleh berasa
d. Tidak boleh binatang mengambang dan bakteri
e. Pada waktu tertentu harus diperiksa laboratorium
6. Peralatan dibersihkan dengan sabun dan air panas,
mudah dibersihkan.
7. Petugas harus sehat tak punya sakit menular
kesehatan harus selalau bersihdan menjaga
kebersihan, mendapat pendidikan
8. Majikan harus menyediakan pakaian kerja
9. Pemeriksaan kesehatan minimal 1 tahun sekali
dengan pemeriksaan rontgen
10. Petugas tidak boleh melayani selama menderita sakit.
24

147
Laporan Kasus keracunan makanan

- Pengusaha mengisi Btk KK2


- Lapor ke Disnaker  Pengawas
- Pengawas Px dan pengkajian
- Hasil lapor Ka.Dinas
- Pengawas berikan rekomendasi
Obyek / Sasaran Pembinaan dan
Pengawasan
1. Bagaimana Pbentuk Penyelenggaraan Makanan (Kantin, Uang
makan / tidak)
2. Bila terdapat kantin apakah sudah memiliki rekomendasi dari Dinas
TK
3. Pernahkah terjadi keracunan makanan
4. Bila pernah apakah kasusnya sudah dilaporkan ke Dinas TK
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
DI TEMPAT KERJA
Kasus kecelakaan  Golden time / period
PPPK
- Pertolongan pertama
- Tidak mengobati
- Cepat, tepat secara sederhana dan aman

Petugas PPPK
- TK ditunjuk oleh manajemen diserahi tugas
tambahan meleksanakan PPPK di tempat kerja
PENGERTIAN

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) :


Upaya memberi pertolongan pertama pada korban
kecelakaan atau penyakit mendadak, dg cepat & tepat
sebelum korban mendapat pertolongan lebih lanjut.

P3K di tempat kerja :


Upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat
dan tepat kepada pekerja/buruh dan/atau orang lain yang
berada di tempat kerja, yang mengalami sakit atau cidera
di tempat kerja.
Maksud dan Tujuan P3K

1. Menyelamatkan nyawa
2. Mencegah keparahan
3. Meringankan penderitaan
4. Mempercepat penyembuhan
5. Mempertahankan daya tahan tubuh
6. Mencari pertolongan selanjutnya
Peraturan Perundangan Yang Terkait
Pelaksanaan P3K di Tempat Kerja
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970
- Pasal 3: syarat-syarat Keselamatan Kerja untuk memberikan P3K
- Pasal 9 ayat (3): kewajiban membina tenaga kerja dalam
pemberian P3K
\
2. Permennakertrans No.Per.03/Men/1982
- Pasal 2: Tugas pokok PKK diantaranya :
 Pelaksanaan P3K
 Pendidikan petugas P3K
3. Undang-undang No. 3 Tahun 1969
 Pasal 19 : Setiap badan , lembaga atau dinas pemberi jasa,
atau bagiannya yang tunduk kepada konvensi ini, dengan
memperhatikan besarnya dan kemungkinan bahaya harus :

- > Menyediakan Apotik atau pos P3K sendiri atau


- > Memelihara apotik atau pos P3K bersama-sama
dengan badan, lembaga atau kantor pemberi jasa atau
bagiannya.
- > Mempunyai satu atau lebih lemari, kotak atau
perlengkapan P3K
Permenakertrans No. Per.15/Men/VIII/2008 ttg
P3K Di Tempat Kerja
Ps 2. Kewajiban pengurus/pengusaha :
1)Pengusaha wajib
a. menyediakan petugas P3K dan
b. fasilitas P3K di tempat kerja.
2) Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat
kerja.
Ps.3 Syarat Petugas P3K Di Tempat Kerja :

1) . Harus memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari instansi


ketenagakerjaan (Dinas Prop.).

2) . Syarat-syarat pemberian lisensi petugas P3K DiTempat Kerja :


a. Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan;
b. Sehat jasmani dan rohani;
c. Bersedia ditunjuk menjadi petugas P3K;
d. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar di bidang P3K di
tempat kerja  memiliki sertifikat pelatihan P3K di Tempat Kerja.
PELAKSANAAN PELATIHAN PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA

Penerbitan Sertifikat
1) Penerbitan sertifikat bagi yang baru mengikuti pelatihan :
 sertifikat dikeluarkan oleh Dirjen Binwasnaker dan K3 c.q
Direktur Pengawasan Norma K3.
2) Penerbitan sertifikat bagi yang pernah mengikuti pelatihan
sebelum dikeluarkannya Keputusan ini.
 Dalam hal petugas P3K di tempat kerja yang pernah
mengikuti pelatihan sebelum pedoman ini dikeluarkan dan
telah memiliki sertifikat dari penyelenggara pelatihan,
maka sertifikat dapat diterbitkan oleh Dirjen Binwasnaker
c.q Direktur Pengawasan Norma K3, setelah melalui proses
evaluasi.
Lisensi Petugas P3K di Tempat Kerja
• Lisensi Petugas P3K di tempat kerja diterbitkan oleh instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat
• Pemberian lisensi bagi Petugas P3K di Tempat Kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
1.Pengurus harus mengajukan permohonan kepada Instansi yang bertanggung jawab
dibidang ketenagakerjaan setempat disertai lampiran :
a) Surat keterangan penunjukkan dari perusahaan sebagai Petugas P3K di tempat
kerja.
b) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter.
c) Surat pernyataan bersedia ditunjuk sebagai Petugas P3K di Tempat Kerja
d) Salinan sertifikat
e) Pasfoto 2x3 berwarna sebanyak 2 lembar
2.Lisensi petugas P3K di tempat kerja berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal
diterbitkan dan dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan dan lampiran
sebagaimana tersebut pada huruf 1, dan disertai laporan kegiatan selama
pemberian lisensi.
Bentuk Lisensi Petugas P3K Di Tempat Kerja

Tampak bagian depan :


9,5 CM

Logo LISENSI PETUGAS P3K Logo K3


Pemda DI TEMPAT KERJA
No. : /P3K/ /200...

Nama :
Tempat/tanggal lahir :
Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
Jabatan :
Berlaku s/d :

……………, tanggal-bulan-tahun
5,5 cm
Kepala Dinas............... ......

Nama
NIP
Bentuk Lisensi Petugas P3K Di Tempat Kerja
Tampak bagian belakang :

KEWAJIBAN PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA


1. Melaksanakan tindakan P3K bila terjadi kecelakaan di tempat
kerja
2. Merawat fasilitas P3K di tempat kerja
3. Mencatat setiap kegiatan P3K di tempat kerja dalam buku
kegiatan
4. Melaporkan kegiatan P3K di tempat kerja kepada pengurus
5. Melakukan latihan P3K di tempat kerja sekurang-kurangnya 6
(enam) bulan sekali dan dicatat dalam Buku Kegiatan Petugas
P3K di Tempat Kerja.
3) Pemberian lisensi dan buku kegiatan P3K sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak dikenakan biaya.

4) Pedoman tentang pelatihan dan pemberian


lisensi diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan DAN K3.
Ps. 4
• Petugas P3K dalam melaksanakan tugasnya dapat
meninggalkan pekerjaan utamanya untuk memberikan
pertolongan bagi pekerja/buruh dan/atau orang lain yang
mengalami sakit atau cidera di tempat kerja

Ps. 5
1) Petugas P3K di tempat kerja ditentukan berdasarkan jumlah
pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja (dengan
rasio sebagaimana Lampiran I Peraturan ini.
RASIO JUMLAH PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA
DENGAN JUMLAH PEKERJA BERDASARKAN
KLASIFIKASI TEMPAT KERJA
Klasifikasi Tempat Kerja Jumlah pekerja Jumlah petugas P3K

Tempat kerja
25 – 150 org 1 org
dengan potensi
bahaya rendah
>150
1 orang untuk setiap
150 orang atau
kurang

Tempat kerja dengan ≤100 1 orang


potensi bahaya tinggi
>100 1 orang untuk setiap
100 orang atau
kurang
2) Pengurus wajib mengatur tersedianya Petugas P3K
pada :
a) tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500
meter atau lebih sesuai jumlah pekerja/buruh
dan potensi bahaya di tempat kerja;
b) tempat kerja di setiap lantai yang berbeda di
gedung bertingkat sesuai jumlah pekerja/buruh
dan potensi bahaya di tempat kerja;
c) tempat kerja dengan jadwal kerja shift sesuai
jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di
tempat kerja.
Ps 6.
Petugas P3K di tempat kerja mempunyai tugas :
a) Melaksanakan tindakan P3K di tempat kerja;
b) Merawat fasilitas P3K di tempat kerja;
c) Mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku
kegiatan; dan
d) Melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus.
Ps 7.
1) Pengurus wajib memasang pemberitahuan tentang nama dan lokasi
petugas P3K di tempat kerja pada tempat yang mudah terlihat.

2) Petugas P3K di tempat kerja dapat menggunakan tanda khusus yang


mudah dikenal oleh pekerja/buruh yang membutuhkan pertolongan.
Fasilitas P3K di Tempat Kerja
Ps. 8 :
1. Fasilitas P3K di Tempat Kerja meliputi:
a) Ruang P3K;
b) Kotak P3K dan isi;
c) Alat evakuasi dan alat transportasi; dan
d) Fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan
khusus di tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat
khusus.
2. Alat pelindung diri khusus : peralatan yang disesuaikan dengan
potensi bahaya yang ada di tempat kerja yang digunakan dalam
keadaan darurat.
3. Peralatan khusus : alat untuk pembasahan tubuh cepat
(shower) dan pembilasan/pencucian mata.
Ps 9 :
1) Pengusaha wajib menyediakan ruang P3K
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf a dalam hal :
a. mempekerjakan pekerja/buruh 100
orang atau lebih;
b. mempekerjakan pekerja/buruh kurang
dari 100 orang dengan potensi bahaya
tinggi .
2) Persyaratan ruang P3K meliputi :

a) Lokasi ruang P3K :


 Dekat dengan toilet/kamar mandi;
 Dekat jalan keluar;
 Mudah dijangkau dari area kerja; dan
 Dekat dengan tempat parkir kendaraan.
b) Luas minimal cukup untuk menampung satu tempat tidur
pasien dan masih terdapat ruang gerak bagi seorang petugas
p3k serta penempatan fasilitas p3k lainnya;
c) Bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki pintu dan jalan
yang cukup lebar untuk memindahkan korban;
Persyaratan ruang P3K (lanjutan) :

d) Diberi tanda yang jelas dengan papan nama yang jelas dan mudah dilihat;
e) Sekurang-kurangnya dilengkapi dengan :
 wastafel dengan air mengalir;
 Kertas tisue/lap;
 Usungan/tandu;
 Bidai/spalk;
 Kotak P3K dan isi;
 Tempat tidur dengan bantal dan selimut;
 Tempat untuk menyimpan alat-alat, seperti : tandu dan/atau kursi
roda;
 Sabun dan sikat;
 Pakaian bersih untuk penolong;
 Tempat sampah; dan
 Kursi tunggu bila diperlukan.
Ps 10. Persyaratan Kotak P3K :
1. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih
dengan lambang P3K berwarna hijau;
2. Isi kotak P3K sebagaimana tercantum dalam lampiran II peraturan ini dan
tidak boleh diisi bahan atau alat selain yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
P3K di tempat kerja;
3. Penempatan kotak P3K :
a) Pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, diberi tanda arah yang
jelas, cukup cahaya serta mudah diangkat apabila akan digunakan;
b) Disesuaikan dengan jumlah pekerja/buruh, jenis dan jumlah kotak P3K
sebagaimana tercantum dalam lampiran III peraturan menteri ini;
c) Dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau
lebih masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai
jumlah pekerja/buruh;
d) Dalam hal tempat kerja pada lantai yang berbeda di gedung bertingkat,
maka masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai
jumlah pekerja/buruh.
ISI KOTAK P3K
KOTAK A KOTAK B KOTAK C
No ISI (untuk 25 (untuk 50 TK/ (untuk 100
TK/ kurang) kurang) TK/kurang)
1. Kasa steril terbungkus 20 40 40
2. Perban (lebar 5 cm) 2 4 6
3. Perban (lebar 10 cm) 2 4 6
4. Plester (lebar 1,25 cm) 2 4 6
5. Plester Cepat 10 15 20
6. Kapas (25 gram) 1 2 3
7. Kain segitiga/mittela 2 4 6
8. Gunting 1 1 1
9. Peniti 12 12 12
10 Sarung tangan sekali pakai 2 3 4
. (pasangan) 2 4 6
Masker 1 1 1
11. Pinset 1 1 1
12 Lampu senter 1 1 1
. Gelas untuk cuci mata 1 2 3
13 Kantong plastik bersih 1 1 1
. Aquades (100 ml lar. Saline) 1 1 1
14 Povidon Iodin (60 ml) 1 1 1
. Alkohol 70% 1 1 1
15 Buku panduan P3K di tempat kerja 1 1 1
. Buku catatan 1 1 1
16 Daftar isi kotak
.
17
.
Ps 11.
Alat evakuasi dan alat transportasi dalam P3K di Tempat Kerja
meliputi :

a) Tandu atau alat lain untuk memindahkan


korban ke tempat yang aman atau
rujukan; dan
b) Mobil ambulance atau kendaraan yang
dapat digunakan untuk pengangkutan
korban.
Pasal 12.
. Fasilitas tambahan (APD, alat khusus)
- APD sesuai bahayanya
- shower
Pelaksanaan P3K Di Tempat Kerja

Pengorganisasian melalui : P2K3


Penerapan melalui :
 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
 Merupakan bagian dari upaya
penanggulangan keadaan darurat (Emergency
Respond)
Dilakukan oleh petugas terlatih
AKIBAT KECELAKAAN
182
Obyek / Sasaran Pembinaan dan Pengawasan
1. Apakah perusahaan membentuk Tim PPPK
2. Bila ada petugas PPPK
A. dihitung apakah sesuai dengan Permenaker No.15 / 2008
B. Apakah semua petugas PPPK mempunyai Lisensi dan Buku Kerja dari Dinas
Prov.TK
3. Identifikasi Fasilitas / sarana PPPK yang dimiliki
A. Perhatikan jumlah dan penempatannnya
B. Apakah isi kotak PPPK memenuhi syarat
C. Perhatikan Lambang PPPK (hijau)
D. Bila terjadi kasus kecelakaan apakah dilappprkan dlm waktu 2 x 24 jam
Program Pencegahan dan Penanggulangan
HIV/ AIDS di Tempat Kerja
Human
Immunodeficiency
Virus

HIV adalah virus yang menyerang sel


darah putih (CD 4) di dalam tubuh.
Sel darah putih : sel kekebalan yang
berfungsi melawan bibit penyakit yang
masuk ke dalam tubuh
AIDS
(AQUIRED IMUNODEFICIENCY SYNDROME)

Suatu kumpulan gejala penyakit (Sindrom) berupa


menurun/hilangnya kekebalan tubuh yang
diakibatkan oleh virus (HIV) dan disertai berbagai
penyakit/infeksi ikutan yang berakibat fatal

Infeksi ikutan = infeksi opurtunistik


ODHA HIV (+)
• ORANG
• DENGAN
• HIV
• AIDS

187
DIMANAKAH HIV ITU BERADA?
HIV terutama ditemukan di:
- Darah
- Cairan Vagina
- Air Mani (bukan pada sperma)
- Air Susu Ibu

Penularan terjadi melalui kontak dengan cairan tsb


yang mengandung HIV

HIV tidak ditemukan di keringat, air kencing, tinja,


air ludah (kecuali sudah terkontaminasi dengan
darah)
KONTAK SOSIAL TIDAK MENULARKAN HIV
KONTAK SOSIAL TIDAK MENULARKAN HIV
BUTUH KEWASPADAAN BUKAN KEPANIKAN
di dalam dan luar tempat kerja

Sebagai pekerja:
• Harus waspada terhadap semua potensi
bahaya ditempat kerja
• Membudayakan “CARA KERJA AMAN”

Kasus di Indonesia :
-
- 85 % usia produktif
-3M
- berdampak pada dunia bisnis
Voluntary Counseling and Testing (VCT)
Layanan konseling dan test HIV secara sukarela
Prinsip
1. Sukarela/tidak ada paksaan ( ada
persetujuaan tertulis/inform consent)
2. Bersifat rahasia
3. Diawali dan di akhiri dengan konseling
4. Dilakukan oleh dokter yang
terlatih/kompeten
193
CARA PENCEGAHAN
Tidak melakukan hubungan seksual dg
pasangan yg tidak syah (abstinensia)

A
Saling setia pada satu pasangan
yang tidak terinfeksi HIV (baku setia)

B
Gunakan kondom untuk hubungan
seks yang berisiko

C
Hindari penggunaan jarum suntik
secara bergantian dan tidak steril

D
Penyampaian informasi yang benar ,elalui
pendidikan dan pelatihan

EDUCATION

E
SEKTOR YANG RENTAN HIV/AIDS

a. Bidang transportasi:
- (pelaut, pengemudi truk, nelayan)
b. Bidang Perkebunan, Kehutanan, Pertambangan,
dan Perminyakan
c. Industri lain dengan populasi pekerja laki2 yang
berpindah-pindah tempat.
LANDASAN
HUKUM
• Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, dan peraturan pelaksanaanya

• Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan

• Kepmennakertrans No. 68/2004 Pencegahan dan


Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat
Kerja dan Petunjuk Pelaksanaanya (Kep. Ditjen
Binwasnaker No. 20/2005)

• Permennakertrans No. 11/2005 tentang Pencegahan


dan Penanggulangan Penyalahgunan dan Peredaran
Gelap Narkoba di Tempat Kerja
Obyek / Sasaran Pembinaan dan Pengawasan
I. HIV/AIDS
1. Apakah penerimaan karyawan baru ada seleksi test HIV
2. Adakah kasus HIV (Bila ada bagaimana penanganannya)

II. Covid-19
1. Adakah kasus Covid – 19 saat ini
2. Identifikasi Prokes K3 yang dilaksanakan di perusahaan tersebut
3. Adakah Satgas Covid di perusahaan.
PROSEDUR K3 KHUSUS
HIV/AIDS
DI TEMPAT KERJA

BUKAN FASILITAS KESEHATAN


MENOLONG KORBAN KECELAKAAN (DI
TEMPAT KERJA)
• Hindari kontak dengan darah korban
(pakai sarung tangan/plastik)
• Bila terjadi kontak langsung, jangan
menyentuh mata atau mulut dengan
tangan yang terkena darah.
• Penolong harus segera mencuci tangan
dengan air mengalir dan sabun setelah
memberikan pertolongan.

203
Pertolongan pertama setelah paparan terhadap darah
orang lain
• Keluarkan darah dari tempat yang tertusuk atau
terkena benda tersebut.
• Cuci dengan air dan sabun (untuk mata dan mulut
hanya dengan air).
• Oleskan cairan antiseptik misalnya povidon iodine
pada area luka
• Konsultasi dengan tenaga medis untuk menilai
risiko.
MEMBERSIHKAN LOKASI
KECELAKAAN
• Hindari kontak dengan darah,
• Bercak darah dibersihkan dengan larutan khlorine 0,5% (1
bagian pemutih: 9 bagian air) dengan bahan yang mudah
menyerap
• Buang bahan yang terkontaminasi darah ke dalam kantong
plastik atau tempat tahan tembus dan dibakar/dikubur.
• Baju atau bahan-bahan yang terkena bercak darah harus
dicuci dengan air panas dan detergent selama 30 menit.
KEWASPADAAN BAKU
(Universal Precaution)
• Mencuci tangan sebelum/sesudah kontak dengan
pasien
• Tidak menutup jarum suntik dengan 2 tangan
• Pembuangan benda tajam dalam tempat khusus
• Sarung tangan bila akan kontak dengan darah,
cairan tubuh, kulit luka & mukosa
• Memakai APD bila kemungkinan terciprat
• Langsung membersihkan darah dll
• Sistem pembuangan sampah/limbah yang aman
MASALAH HIV/AIDS & DUNIA KERJA

Pekerja menghadapi risiko/kerentanan terhadap HIV/AIDS,


karena :
1. Usia produktif = periode aktif dalam aktivitas seksual
2. Banyak pekerja berstatus migrant worker yg terpisah dari
keluarga …. fenomena 3 M (Mobile Man with Money),
yang makin berisiko tertular & menularkan HIV/AIDS
3. Terdapat kecenderungan banyaknya industri hiburan yang
mengiringi perkembangan kawasan industri
4. Akses/penyebarluasan informasi dan pelayanan terkait
HIV/AIDS kepada masyarakat pekerja masih terbatas
Kepmennakertrans No. Kep. 68/MEN/IV/2004
Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan
HIV/AIDS Di Tempat Kerja

• Program pencegahan & penanggulangan HIV &


AIDS di tempat kerja merupakan tanggung
jawab bersama :
• Pemerintah
• Pengusaha
• Serikat pekerja/buruh
A. KEWAJIBAN PEMERINTAH
(Kepmenakertrans No 68 Th 2004)
• Melakukan pembinaan thd program pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja
• Bersama-sama dengan Pengusaha dan SP/SB atau
sendiri2 melaksanakan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja
• Dapat dilakukan dengan melibatkan pihak ketiga dan
atau ahli dibidang HIV/AIDS
B. KEWAJIBAN PENGUSAHA
(Kepmenakertrans No 68 Th 2004)
Pengusaha wajib melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja :
a) Mengembangkan kebijakan (dpt dituangkan dalam PP atau PKB)
b) Mengkomunikasikan kebijakan melalui :
– Penyebarluasan informasi
– Penyelenggaraan pendidikan dan latihan

c) Memberikan perlindungan kpd pekerja/buruh dari tindakan dan


perlakuan diskriminatif.
d) Menerapan prosedur K3 khusus.
C. KEWAJIBAN SERIKAT PEKERJA/
SERIKAT BURUH (SP/SB)
(Kepmenakertrans No 68 Th 2004)

• Bersama-sama Pemerintah dan Pengusaha


atau sendiri-sendiri melaksanakan upaya
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di
tempat kerja;
• PENGHARGAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN
AIDS DI TEMPAT KERJA
• Kep. Dirjen Binawas No. Kep 44/PPK/VIII/2012

Jenis Penghargaan kepada


1. Penghargaan Perusahaan
2. Pemeduli Program P2HIV dab AIDS
3. Pembina Program P2 HIV dan AIDS

Bentuk Penghargaan
4. Piagam
5. Plakat
6. Lencana
7. Pin
SEMOGA BERMANFAAT

TERIMA KASIH
PROTOKOL PENCEGAHAN COVID-19
DI TEMPAT KERJA
4.
2. 3. Melakukan
1. Memastik Pemeriksaan Suhu
Penerapan
Melakukan Hygiene an Tubuh di etiap
Kampanye Sanitasi Memakai
pintu masuk dan
PHBS mengamati kondisi
Perusahaan APD umum peke`rja dan
tamu

5. 6. 7. 8.
Membatasim Melakukan Mengatur Pola
Kontak Antar
Safety Sosialisasi Kerja dan
Pekerja Induction dan Edukasi Kelompom Kerja

9. 10. 11. 12.


Pemantauan
Konsultasi Penundaan Koordinasi
dn adeteksi
Kesehatan Pemeriksaan dini kondisi dan Isolasi
On Line Kesehatan pekerja. Mandiri
1. Kampanye PHBS
1. Cucit tangan anti septik
2. Tidak merokok
3. Olahraga dan istirahat cukup
4. Etika batuk bersin
5. Menghindari menyentuh wajah
6. Makanan Bergizi
7. Bersihkan diri saat pulang
2. Hygiene Sanitasi
1. Kebersihan Lingkungan Kerja
2. Kebersihan Tangan
3. Sarana Cuci Tangan
4. Bersihkan meja kerja dan peralatan

3. Memastikan Pakai APD


1. Masker Pekerja, Masker / Respirator
2. Baju Pelindung, kacamata
3. Pelindung wajah, hair cap
4. Sarung tangan bagi penyemprot
desinfectan
4. Suhu Tubuh
Suhu tubuh diatas 38 derajat atau ada gejala tidak
diijinkan bekerja

5. Batasi Kontak Pekerja


1. Jarak antar Pekerja minimal 1 metyer
2. Menghindari kontak langsung seperti bersalaman
atau berpelukan
3. Menjaga jarak antrian pekerja saat masuk kerja

6. Safety Induction Covid 19


Masukkan materi Pencegahan Covid 19 pada saat
safety induction
7. Sosialisasi, Edukasi
1. Penyebab
2. Gejala
3. Penularan
4. Portokol Kesehatan
8. Pola Kerja dan Kelompok Pekerja
1. Kelompok Pekerja inti, administrative, rentan
2. WFH sebaguian
3. WFH total sesuai peraturan
9. Konsultasi Kesehatan On Line
1. Tidak ke Faskes bila tidak darurat
2. Konsultasi ono line saat sakit

10 Penundaan Pemeriksaan Kesehatan


1. Menunda Pemeriksaan Kesehatan smapi aspek
K3 terpenuhi
2. Menunda Pemeriksaan Kesehatan smapai
Pandemi Covid 19 berakhir
11. Pemantgauan Pekerja
Petugas kesehatan / Ahli K3 mendeteksi pekerja
dengan suhu > 38 derajat atau batuk / pilek / sakit
tenggorokan untuk periksa ke klinik / Faskes.

12.. Koordinasi dan self isolation


Bila menemukan atau menerima informasi pekerja
ODP. PDP, atau kasus konfirmasimpositifn Covid 19
Petugas Kesehatan / AK3 haruas lapor ke instansi terkait
dan melakukan sosialisasi isolasi mandiri.
PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19 SAAT
BERANGKAT DAN PULANG KERJA

1. Pastikan kondisi Sehat


2. Gunakan baju / jaket berlengan panjang
3. Makan makanan bergizi, Minum air secukiupnya dan
konsumsi vitamin
4. Siapkan masker lebih dari satu
5. Sediakan hand sanitizer dan tisu basah
6. Bawa bekal dan peralatan pribadi sendiri
7. Tidak memakai aksesoris berlebihan
8. Simpan HP di Tas atau kantung celana
1. Saat Perjalanan dari dan ke Tempat Kerja
1. Pastikan dalam kondisi sehat
2. Gunakan masker
3. Dalam menggunakan transportasi umum perhatikan
1. Kurangi menyentuh fasilitas umum
2. Gunakan sanitizer
3. Tetap jaga jarak
4. Gunakan Helm sendiri saat naik ojek
5. Usahakan membayar Non tunai
2. Selama berada di Tempat Kerja
1. Saat tiba segera cuci tangan
2. Gunakan siku saat menekan tombol lift
3. Jangan berkerumun. Jaga jarak
4. Bersihkan meja / area kerja
5. Kurangi menyentuh / fasilitas bersama
6. Usahakan aliran udara / sinar matahari masuk
7. Biasakan tidak berjabat tangan
8. Masker tetap digunakan
3. Saat tiba di Rumah
1. Sebelum bersentuhan dengan anggota keluarga
, bersihkan diri dulu
2. Cuci pakaian dan masker dengan deterjen
3. Bersihkan peralatan HP, kaca mata, Tas
diperlukan
PENCEGAHAN PENULARAN
COVID-19 DALAM PERJALANAN
DINAS
A. Sebelum melakukan perjalanan dinas :

1. Mencari informasi terbaru tentang sebaran COVID-19


yang dapat diakses di situs https://covid19.go.id atau
media lainya.
2. Mempertimbangkan manfaat dan risiko dari perjalanan
dinas
3. Melakukan Rapid Test atau PCR apabila dibutuhkan
A. Sebelum melakukan perjalanan dinas :
4. Memastikan kondisi dalam keadaan sehat dan bugar
5. Membawa hand sanitizer
6. Bagi pegawai yang berisiko tinggi (memiliki riwayat penyakit
diabetes, jantung, paru-paru maupun penyakit komorbid
lainnya) harus mendapatkan rekomendasi dari dokter yang
berkompeten.
B. Saat perjalanan dinas :
1.Menggunakan masker dan menggantinya setiap 4 jam
2.Menjaga jarak (physical distancing) setidaknya 1 (satu) meter dengan
orang lain.
3.Mengetahui apa yang harus dilakukan dan siapa yang harus dihubungi
jika merasa kurang sehat/ ada gejala gangguan kesehatan
4.Mencuci tangan secara teratur
5.Mematuhi aturan pemerintah setempat. Misalnya jika ada larangan ke
suatu lokasi tertentu
C. Setelah kembali dari perjalanan dinas :
1. Melakukan isolasi selama 10 hari jika kembali dari zona
merah sebelum pekerja kembali masuk Bekerja.
(Dipercepat bila dilakukan RT/RT-PCR)
2.Hindari interaksi dengan banyak orang dengan datang
pada shift kerja II.
3.Memeriksa suhu tubuh 2x sehari selama 10 hari dan
pastikan suhu tubuh dibawah 37,3 ºC
….. lanjutan
4. Jika suhu ≥ 37,3 ºC pastikan tidak memenuhi kriteria SUSPEK atau
PROBABLE, namun jika ada keluhan demam, batuk, pilek, agar tetap di
rumah
5. Menghubungi pihak pelayanan kesehatan untuk identifikasi status dan
menginformasikan kepada Satgas Covid-19 di Tempat Kerja.
6. Melakukan pemeriksaan RT/PCR jika diperlukan dan dilaporkan untuk d
ifasilitasi Tempat Kerja
PENUTUP

1. INFEKSI COVID-19 SEMAKIN MENINGKAT DRASTIS JUMLAHNYA


2. TEMPAT KERJA MERUPAKAN ZONA PALING RAWAN DALAM
PENYEBARAN COVID-19
3. SELAMA BELUM ADA OBAT ATAU VAKSIN YANG EFEKTIF, SATU-
SATUNYA JALAN ADALAH MELAKSANAKAN UPAYA PENCEGAHAN
4. UPAYA PENCEGAHAN YANG PALING EFEKTIF SAAT INI ADALAH
MENJALANKAN PROTOKOL KESEHATAN SECARA KETAT, DISIPLIN DAN
KONSISTEN DI TEMPAT KERJA, DI RUMAH DAN DIMANA SAJA
SEMOGA BERMANFAAT

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai