Kesehatan Kerja
Listrik
52 1
PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS
K3 LISTRIK
PERMENAKER 12/2015, K3 LISTRIK
PERMENAKER 33/2015, PERUBAHAN
PERMENAKER 12/ 2015
UU
NO. 1 TAHUN 1970 PERMENAKER 02/1989, IPP
TENTANG
PERMENAKER 31/2015
KESELAMATAN
KERJA PERMENAKER 6/2017,
K3 ELEVATOR & ESCALATOR
52 3
UU No. 1 Tahun 1970
Pasal 2 ayat (2)
q dibangkitkan, dirubah,
dikumpulkan, disimpan,
dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas,
minyak atau air;
52 4
UU No. 1 Tahun 1970
Pasal 3 ayat (1)
52 5
Undang undang No 1 tahun 1970
Keselamatan Kerja
Peraturan Menteri
Peraturan MenteriRI
Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan RI
No. 12 Tahun 2015
No. 12 Tahun 2015
Peraturan Menteri
Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan RI
Ketenagakerjaan RI
No. 33 Tahun 2015
No. 33 Tahun 2015
52 6
STANDAR K3 LISTRIK DI INDONESIA
Standar
STANDAR TERBUKA
SNI – IEC – REGULASI NEGARA
K3 Listrik
LAIN
52 7
Peraturan di bidang K3 Listrik
yang terbaru
52 8
Permenaker RI No. 12 Tahun 2015
Tentang
K3 Listrik di Tempat Kerja
Pasal 1
Pembangkitan Listrik adalah kegiatan untuk memproduksi dan
membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga
52 9
Permenaker RI No. 12 Tahun 2015
Tentang
K3 Listrik di Tempat Kerja
Pasal 1
Transmisi Listrik adalah kegiatan penyaluran tenaga listrik dari tempat
pembangkit energi listrik sampai ke saluran distribusi listrik
52 10
Permenaker RI No. 12 Tahun 2015
Tentang
K3 Listrik di Tempat Kerja
Pasal 1
Distribusi Listrik adalah kegiatan menyalurkan tenaga listrik dari
sumber daya listrik besar sampai ke pemanfaat listrik
52 11
Permenaker RI No. 12 Tahun 2015
Tentang
K3 Listrik di Tempat Kerja
Pasal 1
Pemanfaatan Listrik adalah kegiatan mengubah energy listrik menjadi
energi bentuk lain
52 12
Permenaker RI No. 12 Tahun 2015
Tentang
K3 Listrik di Tempat Kerja
Pasal 1
Instalasi Listrik adalah jaringan perlengkapan listrik yang
membangkitkan, memakai, mengubah, mengatur, mengalihkan,
mengumpulkan atau membangkitkan tenaga listrik.
52 13
Permenaker RI No. 12 Tahun 2015
Tentang
K3 Listrik di Tempat Kerja
Pasal 2
Pengusaha dan / atau Pengurus wajib melaksanakan K3 listrik di tempat
kerja.
Pasal 3
Pelaksanaan K3 listrik bertujuan:
a. melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan orang lain
yang berada di dalam lingkungan tempat kerja dari potensi bahaya
listrik;
b. menciptakan instalasi listrik yang aman, handal dan memberikan
keselamatan bangunan beserta isinya; dan
c. menciptakan tempat kerja yang selamat dan sehat untuk mendorong
produktivitas.
52 14
Permenaker RI No. 12 Tahun 2015
Tentang
K3 Listrik di Tempat Kerja
Pasal 4
(1) Pelaksanaan K3 listrik merupakan pelaksanaan persyaratan K3
yang meliputi:
a. perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan,
pemeliharaan;
b. pemeriksaan dan pengujian.
(2) Persyaratan K3 dilaksanakan pada kegiatan:
c. pembangkitan listrik;
d. transmisi listrik;
e. distribusi listrik; dan
f. pemanfaatan listrik;
yang beroperasi dengan tegangan lebih dari 50 volt arus bolak balik
atau 120 volt arus searah.
52 15
Permenaker RI No. 12 Tahun 2015
Tentang
K3 Listrik di Tempat Kerja
Pasal 5
(1) Kegiatan perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan, dan
pemeliharaan yang dilaksanakan pada kegiatan pembangkitan, transmisi,
distribusi dan pemanfaatan listrik wajib mengacu kepada standar bidang
kelistrikan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Kegiatan perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan, dan
pemeliharaan juga dilakukan terhadap instalasi, perlengkapan, dan
peralatan listrik.
(3) Standar bidang kelistrikan :
a. SNI
b. Standar International
c. Standar Nasional Negara lain yang ditentukan oleh Pengawas Spesialis
K3 Listrik
52 16
Permenaker RI No. 12 Tahun 2015
Tentang
K3 Listrik di Tempat Kerja
Pasal 6
(3). Perencanaan, pemasangan, perubahan, dan pemeliharaan
dilakukan oleh:
a. Ahli K3 bidang listrik pada perusahaan; atau
b. Ahli k3 bidang listrik pada PJK3
52 17
Permenaker RI No. 12 Tahun 2015
Tentang
K3 Listrik di Tempat Kerja
Pasal 7
Pasal 8
52 18
Permenaker RI No. 12 Tahun 2015
Tentang
K3 Listrik di Tempat Kerja
Pasal 9
Pemeriksaan & Pengujian
1) Pemeriksaan merupakan kegiatan penilaian dan pengukuran terhadap
instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik untuk memastikan
terpenuhinya standar bidang kelistrikan dan ketentuan peraturan
perundang – undangan.
2) Pengujian merupakan penilaian, perhitungan, pengetesan dan pengukuran
terhadap instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik untuk memastikan
terpenuhinya standar bidang kelistrikan dan ketentuan peraturan
perundang – undangan.
3) Pemeriksaan & Pengujian wajib dilakukan pada perencanaan,
pemasangan,`penggunaan, perubahan dan pemeliharaan untuk kegiatan
52
pembangkitan, transmisi, distribusi dan pemanfaatan listrik 19
Permenaker RI No. 12 Tahun 2015
Tentang
K3 Listrik di Tempat Kerja
Pasal 10
1) Pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh :
a. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik
b. Ahli K3 Listrik pada Perusahaan dan/atau
c. Ahli K3 Listrik pada PJK3
2) Pemeriksaan dan pengujian dilakukan :
a. Sebelum penyerahan kepada pemilik/ pengguna;
b. Setelah ada perubahan/ perbaikan; dan
c. Secara berkala
3) Hasil pemeriksaan dan pengujian digunakan sebagai bahan pertimbangan
pembinaan dan/ atau tindakan hukum oleh Pengawas Ketenagakerjaan
52 20
Pasal 10 tersebut di atas adalah isi dari perubahan Permen No. 12 tahun
2015 yang tertuang di dalam Permen No. 33 Tahun 2015
Permenaker RI No. 12 Tahun 2015
Tentang
K3 Listrik di Tempat Kerja
Pasal 11
1) Pemeriksaan secara berkala dilakukan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali
2) Pengujian secara berkala dilakukan paling sedikit 5 (lima) tahun sekali
3) Hasil pemeriksaan dan pengujian harus dilaporkan kepada Kepala Dinas
Propinsi
Pasal 12
Perusahaan yang menggunakan perlengkapan dan peralatan listrik wajib
menggunakan perlengkapan dan peralatan listrik yang telah mempunyai
sertifikat yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwenang
52 21
Permenaker RI No. 12 Tahun 2015
Tentang
K3 Listrik di Tempat Kerja
Pasal 13
Pengawasan pelaksanaan K3 listrik di tempat kerja dilaksanakan oleh
Pengawas Ketenagakerjaan
Pasal 14
SANKSI
Pengusaha dan / atau Pengurus yang tidak mematuhi Peraturan Menteri
ini dikenakan sanksi sesuai dengan UU No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dan UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
Pasal 15
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, KepMenakertrans No. 75
Tahun 2002 tentang Pemberlakuan SNI 04-0225-2000 mengenai PUIL
2000 di Tempat Kerja, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
52 22
Arus /
Tegangan listrik
Tidak tampak
Tidak berbau
Tidak berbunyi
Dapat dirasakan
Dapat menyebabkan
23
DANGER
52
Kematian
24
52
N
Arus listrik yang
52
mengalir dalam tubuh manusia akan menghasilkan panas yang
dapat membakar jaringan dan juga menyebabkan terganggunya fungsi organ
tubuh, terutama jantung, otot, dan otak. Efek yang ditimbulkan oleh kesetrum
25
antara lain kejang otot, nafas berhenti, denyut jantung tidak teratur, luka bakar
tingkat tiga, sampai yang terburuk adalah kematian.
26
Dampak
52 III : Potensi bahaya jatuh dari ketinggian akibat listrik
27
30
52
Bahaya Sentuhan Langsung
adalah bahaya sentuhan pada
bagian konduktif yang secara
normal bertegangan, baik
disentuh dengan sengaja
maupun tidak disengaja
31
52
32
52
PROTEKSI BAHAYA
SENTUHAN LANGSUNG
METODA :
1 Isolasi bagian aktif
2 Penghalang atau Selungkup
33 Rintangan
44 Jarak aman atau diluar jangkauan
53 Isolasi lantai kerja.
33
52
1. Mengisolasi bagian aktif
Isolasi yang baik hanya dapat dilepas/ terbuka dengan cara
merusaknya.
Mampu menahan pengaruh :
- Mekanik, kimia, listrik, dan termal
34
52
1. Mengisolasi bagian aktif
35
52
2. Memberi Rintangan
36
52
37
52
3. Menutup dengan Penghalang atau Selungkup
38 52
Tingkat Proteksi Penghalang / Selungkup dapat dinilai
dengan Kode IP (International Protection)
Kode IP adalah sistem kode untuk menunjukan tingkat
proteksi yang diberikan oleh selungkup dari sentuh
langsung ke bagian yang berbahaya, dari benda asing
padat, air dan untuk memberikan informasi tambahan
dalam hubungannya dengan proteksi tersebut.
39 52
Tingkat Proteksi Penghalang / Selungkup dapat dinilai
dengan Kode IP (Ingrees Protection)
Perlindungan pada stop kontak portable juga dirancang dengan kriteria tertentu,
misalnya dengan kode IP 2X, IP 4X, IP XXB atau IP XXD.
Angka 2 menyatakan proteksi benda asing padat ukuran 12,5 mm, sedang Angka 4
menyatakan proteksi benda asing padat ukuran 1,0mm.
Angka X menyatakan tidak ada proteksi terhadap tetesan air.
40
Kode huruf B adalah proteksi terhadap jari tangan manusia
52
dan Kode huruf D menyatakan proteksi terhadap masuknya kawat.
Tingkat Proteksi Penghalang / Selungkup dapat dinilai
dengan Kode IP (Ingrees Protection)
41
52
Tingkat Proteksi Penghalang / Selungkup dapat dinilai
dengan Kode IP (Ingrees Protection)
42
52
4. Memberi jarak aman di luar jangkauan
43
52
Jarak Aman manusia dengan medan magnet
listrik berdasarkan PUIL 2000/ SNI 0225-2000
TEGANGAN
JARAK (cm)
(KV)
1 50
12 60
20 75
70 100
150 125
220 160
500 300
44
52
5. Isolasi Lantai Kerja
45
52
Bahaya Sentuhan Tidak Langsung
adalah bahaya sentuhan pada
bagian konduktif yang secara
normal tidak bertegangan,
menjadi bertegangan karena
terjadi kegagalan isolasi.
Kebocoran menyebar ke
seluruh alat
46
52
Pengendalian bahaya sentuh tidak
langsung
GROUNDING
Grounding memperkecil
resistansi alat dan bumi
Saat ada arus kejut atau
47
52
• Proteksi dg penggunaan perlengkapan
Menggunakan perlengkapan dgn Isolasi Ganda
klas II atau dengan isolasi ekivalen
– Perlengkapan yg proteksinya dari
kejut listrik tidak hanya
mengandalkan isolasi dasarnya,
tetapi juga diberikan tindakan
pencegahan dengan isolasi ganda
atau isolasi diperkuat
48
52
Penggunaan Alat Pelindung Diri
Safety shoes yang sesuai standar
Sarung tangan
Topi / Hard hat (insulated -
nonconductive)
50
52
51
52
52
52
SEKIAN & TERIMAKASIH
52 53