Anda di halaman 1dari 8

Standar Operasional Prosedur (SOP)

1. Standar Operasional Prosedur (SOP)


Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berkaitan dengan prosedur
yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk
memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja dengan biaya yang serendah-
rendahnya. SOP biasanya terdiri dari manfaat, kapan dibuat atau direvisi, metode penulisan
prosedur, serta dilengkapi oleh bagan flowchart di bagian akhir (Laksmi, 2008:52).
Setiap perusahaan bagaimanapun bentuk dan apapun jenisnya, membutuhkan sebuah
panduan untuk menjalankan tugas dan fungsi setiap elemen atau unit perusahaan. Standar
Prosedur Operasional (SPO) adalah sistem yang disusun untuk memudahkan, merapihkan dan
menertibkan pekerjaan. Sistem ini berisi urutan proses melakukan pekerjaan dari awal sampai
akhir.

Berikut beberapa pengertian SOP dari beberapa sumber buku:


• Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan panduan yang digunakan untuk
memastikan kegiatan operasional organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancar
(Sailendra, 2015:11).
• Menurut Moekijat (2008), Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah urutan langkah-
langkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan), di mana pekerjaan tersebut
dilakukan, berhubungan dengan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya,
bilamana melakukannya, di mana melakukannya, dan siapa yang melakukannya.
• Menurut Tjipto Atmoko (2011), Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu
pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat
penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,
administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit
kerja yang bersangkutan.
• SOP atau standar operasional prosedur adalah dokumen yang berisi serangkaian instruksi
tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi
perkantoran yang berisi cara melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat
penyelenggaraan dan aktor yang berperan dalam kegiatan (Insani, 2010:1).

a. Tujuan dan Fungsi SOP


Tujuan pembuatan SOP adalah untuk menjelaskan perincian atau standar yang tetap
mengenai aktivitas pekerjaan yang berulang-ulang yang diselenggarakan dalam suatu
organisasi. SOP yang baik adalah SOP yang mampu menjadikan arus kerja yang lebih baik,
menjadi panduan untuk karyawan baru, penghematan biaya, memudahkan pengawasan, serta
mengakibatkan koordinasi yang baik antara bagian-bagian yang berlainan dalam perusahaan.

Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah sebagai berikut (Indah Puji, 2014:30):
a. Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu dan kemana
petugas dan lingkungan dalam melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan tertentu.
b. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja, dan supervisor.
c. Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan (dengan demikian menghindari dan
mengurangi konflik), keraguan, duplikasi serta pemborosan dalam proses pelaksanaan
kegiatan.
d. Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan.
e. Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien dan efektif.
f. Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas yang terkait.
g. Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses kerja bila
terjadi suatu kesalahan atau dugaan mal praktek dan kesalahan administratif lainnya,
sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan petugas.
h. Sebagai dokumen yang digunakan untuk pelatihan.
i. Sebagai dokumen sejarah bila telah di buat revisi SOP yang baru.

Sedangkan fungsi SOP adalah sebagai berikut (Indah Puji, 2014:35):


• Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
• Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
• Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
• Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
• Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

b. Prinsip-prinsip SOP
Dalam PERMENPAN PER/21/M-PAN/11/2008 disebutkan bahwa penyusunan SOP
harus memenuhi prinsip-prinsip antara lain: kemudahan dan kejelasan, efisiensi dan efektivitas,
keselarasan, keterukuran, dimanis, berorientasi pada pengguna, kepatuhan hukum, dan
kepastian hukum.
1) Konsisten
SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, oleh siapapun, dan dalam
kondisi apapun oleh seluruh jajaran organisasi pemerintahan.
2) Komitmen
SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran organisasi, dari
level yang paling rendah dan tertinggi.
3) Perbaikan berkelanjutan
Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap penyempurnaan-penyempurnaan untuk
memperoleh prosedur yang benar-benar efisien dan efektif.
4) Mengikat
SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur
standar yang telah ditetapkan.
5) Seluruh unsur memiliki peran penting
Seluruh pegawai peran-peran tertentu dalam setiap prosedur yang distandarkan. Jika
pegawai tertentu tidak melaksanakan perannya dengan baik, maka akan mengganggu
keseluruhan proses, yang akhirnya juga berdampak pada proses penyelenggaraan
pemerintahan.
6) Terdokumentasi dengan baik
Seluruh prosedur yang telah distandarkan harus didokumentasikan dengan baik, sehingga
dapat selalu dijadikan referensi bagi setiap mereka yang memerlukan.

2. SOP Pemasangan Instalasi Penerangan


Dalam pemasangan suatu instalasi listrik terdapat prosedur ditentukan yang telah
ditetapkan, diantaranya harus dibuat gambar rencana berdasarkan denah bangunan yang akan
dipasang instalasi. Spesifikasi dan syarat-syarat permintaan pemesan yang menguraikan hal-
hal yang harus dipenuhi pelaksana, dan batas waktu yang telah ditentukan.

Prosedur Pemasangan Instalasi Penerangan


1. Membuat Gambar Perencanaan untuk Instalasi Jalur Listrik
Berdasarkan ayat 401 B3 menjelaskan tentang batasan dan macam-macam gambar yang
harus direncanakan sehubungan dengan pemasangan instalasi listrik adalah:
a. Gambar Situasi
Meliputi letak bangunan yang akan dipaang dan rencana penyambungan jaringan
PLN
b. Gambar Instalasi
Meliputi: Rencana penempatan peralatan listrik, seperti titik lampu, sakelar, kotak-
kontak, PHB, dan sebagainya; rencana penyambungan peralatan listrik dengan alat
pelayannya, seperti akelar dengan lampu, motor dan pengasutnya, dan lain -lain;
data teknis perlatan yang akan dipasang, dan sebagainya.
c. Diagram Instalasi Garis Tunggal
Meliputi: diagram PHB, beban terpasang, ukuran dan jenis penghantar, dan sistem
pentanahan.
d. Gambar Rincian Keterangan
Mencakup: ukuran fisik, cara pemasangan alat listrik, cara pemasangan kabel, dan
cara kerja alat kontrolnya (jika memungkinkan).
2. Menyiapkan Alat dan Bahan yang dibutuhkan
3. Pemasangan Kabel Jalur Utama
Pemasangan jalur utama ini di pasang mulai dari tempat keluarnya kabel dari MCB
sampai ujung stopkontak yang terakhir, jalur ini dipasang pada kayu plapon melewati
pipa listrik yang keluar dari tembok. Dan telitilah dahulu sebelum melangkah ke prosedur
selanjutnya.
4. Pemasangan Pipa untuk Kabel Listrik
Pasanglah pipa kabel di dinding yang belum diplester berikut tedusnya, tedus ini adalah
tempat untuk meletakkan sakelar atau stopkontak agar menempel kuat di dinding tembok.
Untuk dinding yang belum diplester maka untuk pemasangan pipa ini plesterannya harus
dilepas dulu dengan cara dibobok menggunakan pahat, ukurlah ketinggian tedus yang
sesuai dengan kebutuhan. Dan telitilah dahulu sebelum melangkah ke prosedur
selanjutnya.
5. Penyambungan Kabel Lampu
Sakelar dan stopkontak. Sambunglah semua kabel dengan benar dan aman, ukurlah
panjang kabel seoptimal mungkin, jangan sampai setelah dipasang ternyata tidak mampu
menjangkau sekrup terminal pada fitting lampu, sakelar atau stopkontak, gunakanlah
kabel yang sesuai dengan peruntukannya. Dan telitilah dahulu sebelum melangkah ke
prosedur selanjutnya.
6. Pemasangan Komponen
Pemasangan komponen ini meliputi: Sakelar, stopkontak, fitting lampu, lampu, dan lain-
lain, pasanglah setiap komponen dengan seharusnya dan dalam keadaan baik agar tidak
menimbulkan suatu kecelakaan. Dan telitilah dahulu sebelum melangkah ke prosedur
selanjutnya.
7. Proses Uji Coba
Cobalah nyalakan MCB diikuti menyalakan seluruh lampu dan memasukkan steker alat
elektronik ke setiap stopkontak, pemasangan dianggap berhasil bila semua lampu dapat
dinyalakan dan dimatikan oleh sakelar secara normal dan semua stopkontak dapat
menyalakan/dipakai alat elektronik.

3. SOP Pemasangan Panel Inslatasi Tenaga Listrik


Panel listrik ialah sebuah wadah yang terpasang berbentuk persegi untuk tempat
peralatan atau komponen komponen listrik lainnya. Fungsi panel listrik disesuaikan dengan
keperluan dan komponen komponen didalamnya. Contohnya panel sdp dengan spesifikasi
panel mdpnya, dan sebagainya. Semua macam panel listrik tentunya memiliki box panel listrik
karena digunakan untuk melindungi komponen komponen penting yang berkaitan dengan
jaringan listriknya. Jika semua komponen panel listrik telah tersedia, maka setelah itu dirakit
dengan cara instalasi panel listrik yang benar.
Fungsi panel listrik yang paling utama ialah sebagai sumber distribusi listrik untuk beban
atau konsumen. Selain itu panel listrik juga berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk
menangani aliran atau arus listrik liar dalam suatu grounding (sistem pentanahan). Maka dari
itu jika terdapat listrik liar yang datang, sistemnya akan lebih aman dan tidak berbahaya untuk
penggunanya. Panel listrik ini digunakan untuk memberikan keamanan dan menjauhkan
pengguna (orang yang menggunakan jaringan listrik) dari hal hal yang tidak di inginkan.

Prosedur Pemasangan Panel Instalasi Tenaga Listrik


1. Membuat Gambar Rangkaian kontrol untuk panel Instalasi Tenaga Listrik
Rangkaian kontrol adalah rangkaian untuk pengatur operasi kontaktor dan relai atau
pengaturan arus pengoperasian kumparan operasi kontaktor dan kumparan pengaktif
relai melalui kontak bantu dan kontak relaiMenyiapkan Alat dan Bahan yang dibutuhkan.
2. Mempersiapkan alat dan bahan
Komponen Umum,
a. MCB
Pengaman beban/daya lebih dari daya yang dipakainya, sehingga apabila daya yang
digunakan pada system tersebut melebihinya (P = V.I Cos Φ) maka akan terjadi
menurunnya tuas pada MCB yang posisi semula pada angka 1 menuju ke angka 0,
atau dari posisi naik menjadi turun, sehingga sering disebut dengan istilah trip
b. TOR
Alat elektronik untuk mengamankan beban lebih Overload bedasarkan suhu Thermal
yang mempunyai relay untuk memutuskan sebuah rangkaian kontrol
c. Kontaktor
Kontaktor merupakan komponen listrik yang berfungsi untuk menyambungkan atau
memutuskan arus listrik AC. Kontaktor atau sering juga disebut dengan istilah relay
contactor dapat kita temui pada panel kontrol listrik. Pada panel listrik contactor sering
digunakan sebagai selektor atau saklar transfer dan interlock pada sistem ATS
d. Push button
Push Bottom merupakan suatu bentuk saklar yang sering digunakan dalam suatu
rangkaian control dan mempunyai fungsi sama dengan saklar – saklar lainnya pada
umumnya, tetapi memiliki perbedaan dalam sistem penguncian yang digunakannya.
3. Merangkai alat dan bahan sesuai gambar
a. Memasang komponen
Sebelum memasang komponen, pastikan listrik dalam keadaan off. Pasanglah
komponen pada tempat yang telah disediakan
b. Memasang kabel
Pastikan kabel tersambung pada komponen dengan sambungan yang pas, terutama
letak fasa dan netral.
4. Proses Uji Coba
Sebelum melakukan uji coba, pastikan semua komponen dan kabel terpasang dengan
benar dan kuat. Setelah semuanya terpasang dengan benar, nyalakan listrik sehingga
panel teraliri listrik dan bekerja sesuai dengan fungsinya

4. Penangkal Petir
Penangkal petir adalah rangkaian jalur yang difungsikan sebagai jalan bagi petir menuju
ke permukaan bumi, tanpa merusak benda-benda yang dilewatinya. Ada 3 bagian utama
pada penangkal petir yaitu Batang penangkal petir, Kawat konduktor, dan Tempat
pembumian.
Fungsi penangal petir sendiri adalah Sebagai pengaman terhadap adanya sambaran petir
namun tidak menjadikan bangunan kita sepenuhnya aman terhadap efek yang
ditimbulkan, setidaknya akan terhindar dan meminimalisir kerusakan fatal sambaran
langsung.

Cara Kerja Penangkal Petir


Saat muatan listrik negatif di bagian bawah awan sudah tercukupi, maka muatan listrik
positif di tanah akan segera tertarik. Muatan listrik kemudian segera merambat naik
melalui kabel konduktor , menuju ke ujung batang penangkal petir. Ketika muatan listrik
negatif berada cukup dekat di atas atap, daya tarik menarik antara kedua muatan semakin
kuat, muatan positif di ujung-ujung penangkal petir tertarik ke arah muatan negatif.
Pertemuan kedua muatan menghasilkan aliran listrik. Aliran listrik itu akan mengalir ke
dalam tanah, melalui kabel konduktor, dengan demikian sambaran petir tidak mengenai
bangunan. Tetapi sambaran petir dapat merambat ke dalam bangunan melalui kawat
jaringan listrik dan bahayanya dapat merusak alat-alat elektronik di bangunan yang
terhubung ke jaringan listrik itu, selain itu juga dapat menyebabkan kebakaran atau
ledakan. Untuk mencegah kerusakan akibat jaringan listrik tersambar petir, biasanya di
dalam bangunan dipasangi alat yang disebut penstabil arus listrik (surge arrestor).
Bagian-bagian Penangkal Petir

Gambar konstruksi penangkal petir


a. Antena Penangkal Petir

Biasanya terbuat dari logam tembaga yang dipasang pada puncak bangunan dan
biasanya berbentuk lancip karena lebih efektif melepaskan muatan yang
dikandungnya, yaitu muatan dari tanah /bumi.
b. Kabel Konduktor

Diameter kawat yang digunakan biasanya adalah dengan diameter 1 – 2 cm, lebih
besar tentunya lebih bagus lagi karena bisa menghantarkan arus yang lebih besar dan
sangat berpengaruh terhadap hambatan atau resistansi yang dihasilkan.
c. Grounding

• Tidak boleh terlalu dekat dengan bangunan


• Pemasangan menyesuaikan dengan keadaan tanah di lokasi pembumian. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan nilai hambatan tanah yang rendah sehingga komponen
penangkal petir dapat bekerja secara maksimal.
• Idealnya nilai resistensi tanah adalah 0 Ohm, tetapi masih bisa ditoleransi hingga 5 Ohm
• Tidak boleh terlalu dekat dengan bangunan
• Pemasangan menyesuaikan dengan keadaan tanah di lokasi pembumian. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan nilai hambatan tanah yang rendah sehingga
komponen penangkal petir dapat bekerja secara maksimal.
Idealnya nilai resistensi tanah adalah 0 Ohm, tetapi masih bisa ditoleransi hingga 5 Ohm

Anda mungkin juga menyukai