Anda di halaman 1dari 30

7.

INSTALASI MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI


(MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR)

7.1. PELAT NAMA DAN ARAH PUTARAN ROTOR


Pelat nama (name plate) dari sebuah motor mencantumkan harga-harga nominal dan
data- data teknis dari motor tersebut, yaitu :

a. Nama pabrik pembuat


b. Tegangan nominal (volt)
c. Arus beban penuh nominal (Ampere)
d. Daya keluaran (output) nominal (HP/KW)
e. Frekuensi nominal (Hz, c/s) dan jumlah fasa
f. Putaran per menit (RPM)
g. Jumlah kutub, cos , effisiensi
h. Suhu lingkungan dan kenaikan suhu nominal (C)
i. Kelas isolasi, dan lain-lain.

Kelas isolasi : menyatakan bahan-bahan yang dipergunakan untuk isolasi kumparan dan
bagian-bagian konduktif lainnya.
Kelas A : Pita katun, sarung katun, serat, kertas kraft, dan sebagainya; dicelup
dengan varnis, suhu maksimum 105C.
Kelas E : Resin polyester, dan sebagainya; suhu maksimum 120C.
Kelas B : Epoksi, mika, serat gelas, dan sebagainya; suhu maksimum 130C.
Kelas F : Kain gelas di-varnis, asbes di-varnis, mika, dan sebagainya; suhu
maksimum 155 C.

Contoh pelat nama dari sebuah motor induksi ditunjukkan pada Gambar 7.1.

Gambar 7.1

1
Arah putaran motor listrik menurut standar MEE (Masyarakat Ekonomi Eropah) : arah
putaran sebuah motor, dilihat menghadap sisi puli porosnya seperti ditunjukkan dalam
Gambar 7.2, akan ke kanan kalau terminal U dihubungkan ke fasa R, terminal V ke fasa S
dan terminal W ke fasa T. Untuk motor-motor dengan kaki yang kotak terminalnya harus
berada di sebelah kiri, rumah motornya dibalik. Karena itu kalau dihubungkan dengan
urutan fasa U-R, V-S, dan W-T, motornya akan berputar ke kiri jika dilihat menghadap sisi
pulinya.

puli (pulley) U V W

terminal
R S T
suplai

Gambar 7.2

7.2. HUBUNGAN KUMPARAN MOTOR


Identifikasi hubungan kumparan motor menurut standar IEC 34-8 antara lain adalah
sebagai berikut :

A. 1 kecepatan – 1 kumparan

U1 V1 W1
U V W

U1 V1 W1

W2 U2 V2
W2 U2 V2

a) Terminal motor b) Kumparan motor


Gambar 7.3

2
Motor-motor yang mempunyai hubungan kumparan seperti di atas dapat digunakan
dalam hubungan bintang (Y) atau hubungan delta (), tergantung kepada sistem tegangan
suplai dan sistem tegangan motornya. Kalau pada sebuah pelat nama (name plate) motor
tertera : tegangan 380/660 V, ini berarti bahwa kumparan-kumparan motor tersebut harus
mendapat suplai 380 V karena tegangan yang lebih rendah adalah tegangan yang harus
dihubungkan dengan kumparan motor. Kalau dihubungkan ke jaringan 220/380 V, motor
ini harus digunakan dalam hubungan delta.

Gambar 7.4
B. 2 kecepatan – 2 kumparan terpisah
L1 L2 L3 L1 L2 L3

1U 2U

1U 1V 1W

1 2
2U 2V 2W
1W 1V 2W 2V

a) Terminal Motor b) Kumparan Motor


Gambar 7.5

3
C. 2 kecepatan - 1 kumparan dengan sadapan tengah

Putaran lambat: Putaran cepat:

L1 L2 L3 L1 L2 L3

2V
1V

1U 1V 1W
2U 2V

2U 2V 2W
2W
1W 1U 2U 2W

a) Terminal Motor b) Hubungan Kumparan Motor


Gambar 7.6

7.3 KOMPONEN-KOMPONEN PENGAMAN DAN PENGENDALI MOTOR


Berbagai macam komponen pengaman dan pengendali pada sebuah motor listrik dapat
dilihat melalui gambar di bawah ini :

Gambar 7.7

4
7.3.1 KOMPONEN PENGAMAN
Komponen-komponen pengaman minimum pada sebuah motor listrik adalah
pengaman hubung singkat dan pengaman beban lebih. Untuk pengaman hubung singkat
biasanya digunakan pemutus daya atau sekring (fuse), sedangkan untuk pengaman beban
lebih digunakan Thermal Overload Relay. Pemutus daya yang banyak digunakan adalah
MCCB (Moulded Case Circuit Breaker).
Komponen-komponen pengaman yang lain adalah :
 pengaman thermis
 pengaman kehilangan fasa, dan lain-lain.

7.3.1.1 MCCB ( Moulded Case Circuit Breaker)


MCCB terdiri dari :
 peralatan pengsaklaran,
 pemadaman busur api
 pengetripan,
dirakit dalam satu unit dan dimuat dalam kotak cetakan tahan panas dan busur api.
MCCB dapat secara otomatis memutuskan rangkaian seketika bila terjadi hubung
singkat atau beban lebih. Karena karakteristik perilakunya baik dan mempunyai kapasitas
pemutusan arus besar dibandingkan dengan saklar konvensional yang terdiri dari
kombinasi saklar pisau dan sekring, ia secara luas dipergunakan sebagai pemutus daya
untuk panel distribusi dan kontrol dari peralatan listrik pada suatu bangunan, mesin
industri dan sebagainya.
Pemutus daya untuk tegangan rendah ( 600 volt atau kurang ) dibuat dengan merek:
Moulded Case Circuit Breaker, Fuse Free Breaker, dan No Fuse Breaker. Pemutus daya
dapat dikelompokkan sebagai tipe elektromagnetik termal dan tipe elektromagnetik penuh.
Rating arus nominal MCCB (dalam ampere) adalah sebagai berikut: 10 ; 15 ; 20 ; 30 ; 40 ;
50 ; 60 ; 75 ; 100 ; 125 ; 150 ; 175 ; 200 ; 225 ; 250 ; 300 ; 350 ; 400 ; 500; 600; 700 ; 800
A. Contoh karakteristik arus-waktu dari sebuah MCCB ditunjukkan pada Gambar 7.6.

5
t

inverse time-delay
trip

waktu kerja
instantaneous
trip

A
arus

Gambar 7.8. Karakteristik arus-waktu MCCB

7.3.2.2 Thermal Overload Relay


Thermal Overload Relay (TOR) digunakan untuk mengamankan motor listrik terhadap
beban lebih. Rele ini bekerja berdasarkan efek thermal dari arus listrik. Jika arus yang
mengalir dalam TOR ini melebihi nilai setelannya, akan terjadi pemutusan yang waktunya
tergantung kepada arus. Makin besar arus ini, makin singkat waktu pemutusannya.
Pemutusan diperlambat secara thermis, misalnya dengan menggunakan elemen dwilogam.
Elemen-elemen dwilogam tersebut dipasang di dalam TOR. Kalau arus melalui TOR ini
terlalu besar, elemen-elemen tersebut akan menjadi bengkok sehingga saklarnya akan
membuka.
Elemen-elemen dwilogam ini dapat dipanaskan secara langsung atau secara tidak
langsung. Pada pemanasan langsung arus mengalir melalui elemen dwilogam sedangkan
pada pemanasan tidak langsung arus mengalir melalui kawat tahanan yang dililitkan pada
elemen dwilogam. Cara yang terakhir ini digunakan untuk arus-arus kecil. Wiring diagram
thermal overload relay ditunjukkan pada Gambar 7.9.

95 ( COMMON )

96 ( NC )
98 (NO)

Gambar 7.9. Wiring diagram thermal overload relay

7.3.1 KOMPONEN KENDALI

6
Terdiri dari :
a. Magnetic Contactor
b. Relay kendali
c. Time Delay Relay (timer)
d. Berbagai macam switch :
 push-button switch,
 pressure switch,
 flow switch,
 level switch,
 proximity switch, limit switch, dan lain-lain.

(a)

(b)

(c)

Gambar 7.10 Berbagai macam Push-button switch

7
Gambar 7.11 Limit switch

Gambar 7.12 Proximity switch

7.3.2.1 Magnetic Contactor dan Rele Kontrol

8
Magnetic Contactor dapat dipergunakan pada rangkaian:
 pengasutan,
 pengereman,
 pengendalian motor dan peralatan listrik
Magnetic contactor mempunyai kemampuan untuk pengsaklaran arus lebih seperti arus
asut motor, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk memutus arus abnormal seperti
dalam hal hubung singkat motor. Alat lain yang mempunyai prinsip kerja dan kegunaan
yang hampir sama adalah rele kontrol. Bedanya rele kontrol digunakan untuk arus kecil.
Wiring diagram magnetic contactor dan rele kontrol masing-masing ditunjukkan pada
Gambar 7.13 dan 7.15.
1 3 5 11 13

2 4 6 12 14 a b

coil (kumparan)
auxilary contact
main contact

Gambar 7.13. Wiring diagram magnetic contactor

Gambar 7.14
Dengan menggunakan magnetic contactor:

9
 memungkinkan beberapa operasi motor listrik atau peralatan listrik lainnya
dilaksanakan dari satu atau lebih tempat,
 rangkaian kontrol dapat diinterlock untuk mencegah kesalahan dan bahaya operasi,
 peralatan kontrol dapat dipasang pada tempat yang jauh,
 kontrol otomatis dan semi otomatis dapat dilakukan.
Untuk memberikan informasi yang berhubungan dengan penggunaan magnetic
contactor yang sesuai untuk berbagai macam dan jenis pekerjaan untuk beban resistif
maupun motor listrik dapat diketahui dari Utilization category yang terdapat pada katalog
yang diterbitkan oleh pabrik pembuat magnetic contactor tersebut. Utilization category
yang dimaksud adalah:
AC 1 : Non inductive loads (resistive load)
AC 2 : Starting, plugging (slip ring motor)
AC 3 : Starting, stopping (squirrel cage motor)
AC 4 : Starting, plugging, inching (squirrel cage motor)
Utilization category AC 3 merupakan kategori untuk standard duty sedangkan AC 2,
dan AC 4 merupakan kategori heavy duty. Disamping itu, hal lain yang menjadi dasar dari
pemilihan magnetic contactor antara lain adalah :
 rated operating current ( Ie )
 tegangan nominal kumparan
 jumlah auxiliary contact

Rele Kendali

4 5
3 6

2 7

1 8

coil

Gambar 7.15

10
Gambar 7.16

7.3.2.2 Time Delay Relay


Prinsip kerja dan kegunaan dari time delay relay mirip dengan rele kontrol, bedanya
kontak-kontak time delay relay tidak langsung bekerja ketika kumparannya diberi tegangan
melainkan tertunda kerjanya sesuai dengan setelan waktunya. Wiring diagram time delay
relay ditunjukkan pada Gambar 7.17.

4 5

3 6

2 7 ON
DELAY

1 8 OFF
DELAY

coil

Gambar 7.17

Tabel 7.1

11
7.4. PEMILIHAN KOMPONEN-KOMPONEN PENGAMAN, KENDALI DAN
PENGHANTAR

Pemilihan komponen-komponen pengaman, kendali dan penghantar pada suatu


instalasi motor induksi tergantung kepada kapasitas motor dan cara pengasutan motor
tersebut.

7.4.1. PENGASUTAN LANGSUNG (DIRECT ON-LINE STARTING)


Dengan metoda pengasutan langsung, tegangan penuh disuplai ke motor segera setelah
tombol “start” ditekan. Pengasutan langsung banyak digunakan untuk motor-motor rotor
sangkar. Cara ini sederhana, murah dan memberi kopel asut yang baik. Akan tetapi
sewaktu terjadi proses pengasutan akan timbul arus asut sebesar 5 sampai 6 kali arus beban
penuh motor. Karena itu banyak digunakan, kalau arus asutnya yang tinggi tidak
menimbulkan gangguan bagi jaringan suplai. Selain itu, kejutan mekanis yang disebabkan
oleh gaya-gaya percepatan yang timbul, juga tidak boleh menimbulkan gangguan bagi
mesin yang digunakan.
R
M
S
~
T
MCCB MC OLR
N

START
OLR STOP
MC

MC

a. Diagram Skematik

12
MOTOR

4 MCCB 3 MC 3 OLR 4
KW
M IFL

Setting Arus = IFL

KHA = 125% x IFL

Ie = IFL

IN = 2,5 x IFL (FUSE IN = 4 x IFL)

Gambar 7.18b. Diagram Garis Tunggal

di mana : IFL = arus beban penuh motor; Ie = rated operational current dari magnetic
contactor; IN = arus nominal MCCB
Untuk jarak jauh perlu diperhitungkan ukuran penghantar berdasarkan susut
tegangan di samping ketentuan di atas.

Gamabr 7.19
7.4.2. PENGASUTAN STAR-DELTA

13
Tipe pengasut ini dipergunakan untuk motor induksi rotor sangkar yang dirancang
untuk memberikan keluaran nominal bila kumparan stator dihubungkan delta dan biasanya
dipakai dengan motor yang mempunyai keluaran nominal diatas 5,5 KW. Bila mengasut,
pengasut menghubungkan kumparan stator dan membuat motor dihubungkan bintang
sehingga arus asutnya dikurangi dan setelah mencapai percepatan, untuk operasi
selanjutnya hubungan bintang itu diubah menjadi hubungan delta. Pemakaian pengasut ini
mengurangi arus asutnya sampai 1/3 dibandingkan dengan pengasut tegangan penuh, akan
tetapi harus dicatat bahwa kopel asutnya juga dikurangi 1/3. Waktu pengasutan motor
(ts) = 4 + 2P detik, dimana P = KW motor.

MCCB OLR MC-M MC-Y


R
U1 W2
S V1 U2
W1 V2
T
MC-
N

START Y
OLR STOP
M
M M
T


Y

M, Y,  = MAGNETIC CONTACTOR Y

T = TIME DELAY RELAY

a. Diagram Skematik

MOTOR

4 MCCB 3 OLR MC-M 4 MC-Y


M

MC-
3
Ie = 0,35 x IFL

KHA = 1,25 x 0,6 x IFL

Ie = 0,6 x IFL

Setelan Arus = IFL

KHA = 1,25 x IFL 14


IN = 2,5 x IFL
(FUSE IN = 4 x IFL)
b. Diagram Garis Tunggal
Gambar 7.20

Gambar 7.21

7.4.3. PENGASUTAN DENGAN REAKTOR

15
Cara pengasutan dengan reaktor cocok untuk motor-motor dengan beban yang
tergantung pada kecepatan putar, misalnya motor-motor untuk pompa atau untuk ventilator
yang langsung dibebani. Kalau arus asutnya diperkecil n kali, kopel asutnya akan menjadi
n2 kali lebih kecil. Karakteristik pengasutannya diperlihatkan dalam Tabel 7. 2 berikut.

Tabel 7.2
Sadapan
50 % 65 % 80 %
Tegangan pada motor 50 % 65 % 80 %
Arus asut 50 % 65 % 80 %
Kopel asut 25 % 42,2 % 64 %

MC-R

M
~
OLR

MCCB MC-S

S
80% 50%
T
65%
REAKTOR
ON
N OFF
OLR
S

S
T
T
R

a. Diagram Skematik

MC-R Ie = IFL

MOTOR
MCCB OLR
REAKTOR

MC-S
M IFL

Setelan Arus < IFL


Ie = 0,8 x IFL
KHA = 1,25 x IFL
16
IN = 2,5 x IFL
(FUSE IN = 4 x IFL)
b. Diagram Garis Tunggal
Gambar 7.22

7.4.4. PENGASUTAN DENGAN AUTOTRANSFORMER


Kalau digunakan pengasutan dengan autotransformer, tegangan asut motor diturunkan
dengan faktor n, arus motornya juga akan turun dengan faktor n. Arus primer sebuah
autotransformer selalu n kali lebih kecil daripada arus sekundernya. Jadi arus asutnya akan
n2 kali lebih kecil daripada arus asut yang akan timbul, kalau motor ini dihubungkan
langsung dengan jaringan. Autotransformer yang digunakan biasanya memiliki beberapa
titik sadap yaitu di kira-kira 50 %, 65 % dan 80 % dari tegangan suplai. Karakteristik
pengasutannya diperlihatkan dalam Tabel 7.3 berikut.

Tabel 7.3
Sadapan
50 % 65 % 80 %
Tegangan pada motor 50 % 65 % 80 %
Arus asut 25 % 42,2 % 64 %
Kopel asut 25 % 42,2 % 64 %

MC-R OLR

M
~

MCCB MC-S MC-N


80%
R
80%
S
80%
T

MCB R T
OLR
N N
OFF ON
N

S
S

T
T N 17
R
a. Diagram Skematik

MS-C Ie = 0,64 x IFL


MC-S MC-R MC-N Ie = 0,25 x IFL
(1-a)E

MC-R Ie = IFL
Setelan OLR  IFL
KHA Penghantar = 1,25 x IFL
E Arus nominal MCCB = 2 x IFL
(FUSE IN = 4 x IFL)
aE

M IFL
MC-N

a = sadapan transformator (%)

b. Rangkaian ekivalen
Gambar 7.23

18
Gambar 7.24

7.4.5. MOTOR DENGAN PUTARAN YANG DIATUR


Untuk suatu keperluan tertentu adakalanya diperlukan suatu pengaturan putaran
motor-motor listrik. Pengaturan putaran ini dapat dilakukan antara lain dengan cara-cara
sebagai berikut :
a) dengan perubahan kutub
b) dengan INVERTER
c) dengan kopling arus pusar
d) dengan soft starter
Dalam pemilihan komponen-komponen pengaman, pengendali dan penghantar
untuk instalasi motor-motor induksi dengan putaran yang dapat diatur, dilakukan dengan
cara yang sama dengan instalasi motor yang diasut secara langsung (direct on line, dol).

7.5. PEMILIHAN UKURAN PENGHANTAR DAN ARUS NOMINAL ALAT


PENGAMAN PADA RANGKAIAN CABANG

a. Pengaman Hubung Singkat Rangkaian Cabang.


Suatu rangkaian cabang yang menyuplai beberapa motor harus dilengkapi dengan
pengaman arus lebih yang tidak melebihi nilai nominal atau setelan alat pengaman
rangkaian akhir motor yang tertinggi ditambah dengan jumlah arus beban penuh semua
motor lainnya.

b. Penghantar Rangkaian Cabang

19
Penghantar rangkaian cabang yang menyuplai dua motor atau lebih, harus
mempunyai KHA sekurang-kurangnya sama dengan jumlah arus beban semua motor itu
ditambah 25% dari arus beban penuh motor yang terbesar.

c. Contoh Pemakaian
Rangkaian cabang motor dengan tegangan kerja 220/380 V menyuplai motor
berikut (perhatikan Gambar 15):
1. Motor sangkar dengan pengasutan Y-, arus nominal beban penuh 42 A.
2. Motor sangkar dengan pengasutan autotransformator, arus nominal beban penuh 54 A.
3. Motor rotor lilit (2 unit) masing-masing dengan arus nominal beban penuh 68 A.
Masing-masing motor diamankan terhadap hubung singkat dengan pemutus daya.
Tentukan :
1). KHA penghantar masing-masing rangkaian.
2. Arus nominal pemutus daya pada masing-masing rangkaian.
Penyelesaian:

Arus nominal : 218 + 68 = 286 A

KHA : 181 + 68 = 249 A

Arus Nominal : 108 + 68 + 42 = 218 A 102 A

KHA : 85 + 54 + 42 = 181 A
KHA = 85 A

2,5 x 42 A 2 x 54 A 1,5 x 68 A
Arus Nominal
= 105 A = 108 A = 102 A

1,25 x 42 A 1,25 x 54 A 1,25 x 68 A


KHA
= 52,5 A = 67,5 A = 85 A

M1 M2 M3 M4

Motor Rotor Motor Rotor


Motor Sangkar Motor Serempak Lilit Lilit
IFL = 42 A diasut dengan IFL = 68 A IFL = 68 A
autotrafo
IFL = 54 A

Gambar 7.25

20
LAMPIRAN 1

ARUS BEBAN PENUH RATA-RATA MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR


(4 KUTUB, 380V) DAN RATING MINIMUM FUSE HRC
(Berdasarkan karakteristik klass 0 BSS 88 dan karakteristik lambat VDE 0660)

RATING 380V RATING FUSE


EFF.
MOTOR COS  MOTOR
(%) DOL Y-
HP KW FLC BSS VDE BSS VDE
1 0.75 0.79 74 2 6 4 4 4
1,5 1.1 0.80 76 2.6 6 6 4 4
2 1.5 0.80 77 3.5 10 6 4 4
3 2.2 0.80 79 6 15 10 6 6
4 3 0.82 85 6.6 15 16 10 10
5 3.7 0.82 85 8.5 15 16 16 16
6 4.5 0.83 86 9.9 20 20 16 16
7.5 5.5 0.83 86 11.5 25 25 20 20
10 7.5 0.83 86 15.5 30 25 20 20
12.5 9.3 0.83 87 20.3 35 35 25 25
15 11 0.83 87 22.5 40 35 25 25
20 15 0.84 89 30 60 50 35 35
25 18.6 0.85 90 38 60 63 50 50
30 22 0.85 90 43 80 63 50 50
40 30 0.85 90 57 100 80 60 63
50 37 0.85 91 72 125 100 80 80
60 45 0.85 91 85 160 125 100 100
75 55 0.86 91 104 200 160 100 100
100 75 0.86 92 142 200 200 160 160
125 90 0.87 92 169 250 225 200 200
150 110 0.88 92 204 250 250 200 200
175 130 0.88 92 250 350 300 250 250
200 150 0.88 92 300 400 400 300 300
250 185 0.88 93 355 450 450 350 355
300 225 0.88 93 420 500 500 300 500

LAMPIRAN 2

21
A. PELACAKAN GANGGUAN SECARA UMUM

Macam gangguan pada motor listrik dan instalasinya dan kemungkinan penyebabnya
secara umum adalah sebagai berikut:
1. Motor tak mengasut
a) Gangguan sumber daya listrik
b) Sekring putus atau MCCB trip/terbuka
c) Thermal overload relay trip
d) Gangguan pada rangkaian kontrol
e) Gangguan pada motor ( terjadi hubung buka pada 2 atau 3 fasa)
2. Bila tombol “ON” ditekan motor berdengung tapi tidak mengasut
a) Tegangan suplai rendah
b) Hubung buka di terminal motor
3. Sekring putus atau MCCB terbuka dengan beban nol
Gangguan hubung singkat karena hubungan langsung atau karena kerusakan isolasi
4. Putaran motor rendah
a) Tegangan sumber rendah
b) Stator kontak dengan rotor
c) Celah udara antara stator dan rotor tidak seimbang
d) Hubung singkat satu fasa atau sebagian kumparan
e) Kumparan stator terbumikan pada inti
f) Beban lebih
5. Sekring putus atau MCCB trip bila beban dipasang
a) Arus nominal sekring atau MCCB terlalu kecil
b) Gangguan hubung singkat
c) Beban motor terlalu berat
6. Motor tiba-tiba menurun kecepatannya bila beban dipasang dan tidak berputar pada
kecepatan nominal (motor dapat menjadi panas berlebihan atau berbunyi)
a) Tegangan sumber rendah
b) Tegangan sumber tidak seimbang
c) Ukuran kabel terlalu kecil
d) Kontak-kontak yang cacat sehingga menyebabkan jatuh tegangan

22
e) Motor berjalan pada satu fasa
f) Beban terlalu berat
g) Kumparan terhubung singkat atau dibumikan

B. PELACAKAN GANGGUAN PADA RANGKAIAN KONTROL

Contoh pada rangkaian kontrol untuk membolak balik putaran motor.

N R

FOR
5 6 7
F
1 2 3 4 R 8
MCB OLR STOP F LS-1

REV
R
R F LS-2

Gambar L1. Rangkaian kontrol untuk membolak-balik putaran motor

23
24
25
v

26
27
28
29
30

Anda mungkin juga menyukai