Kelas isolasi : menyatakan bahan-bahan yang dipergunakan untuk isolasi kumparan dan
bagian-bagian konduktif lainnya.
Kelas A : Pita katun, sarung katun, serat, kertas kraft, dan sebagainya; dicelup
dengan varnis, suhu maksimum 105C.
Kelas E : Resin polyester, dan sebagainya; suhu maksimum 120C.
Kelas B : Epoksi, mika, serat gelas, dan sebagainya; suhu maksimum 130C.
Kelas F : Kain gelas di-varnis, asbes di-varnis, mika, dan sebagainya; suhu
maksimum 155 C.
Contoh pelat nama dari sebuah motor induksi ditunjukkan pada Gambar 7.1.
Gambar 7.1
1
Arah putaran motor listrik menurut standar MEE (Masyarakat Ekonomi Eropah) : arah
putaran sebuah motor, dilihat menghadap sisi puli porosnya seperti ditunjukkan dalam
Gambar 7.2, akan ke kanan kalau terminal U dihubungkan ke fasa R, terminal V ke fasa S
dan terminal W ke fasa T. Untuk motor-motor dengan kaki yang kotak terminalnya harus
berada di sebelah kiri, rumah motornya dibalik. Karena itu kalau dihubungkan dengan
urutan fasa U-R, V-S, dan W-T, motornya akan berputar ke kiri jika dilihat menghadap sisi
pulinya.
puli (pulley) U V W
terminal
R S T
suplai
Gambar 7.2
A. 1 kecepatan – 1 kumparan
U1 V1 W1
U V W
U1 V1 W1
W2 U2 V2
W2 U2 V2
2
Motor-motor yang mempunyai hubungan kumparan seperti di atas dapat digunakan
dalam hubungan bintang (Y) atau hubungan delta (), tergantung kepada sistem tegangan
suplai dan sistem tegangan motornya. Kalau pada sebuah pelat nama (name plate) motor
tertera : tegangan 380/660 V, ini berarti bahwa kumparan-kumparan motor tersebut harus
mendapat suplai 380 V karena tegangan yang lebih rendah adalah tegangan yang harus
dihubungkan dengan kumparan motor. Kalau dihubungkan ke jaringan 220/380 V, motor
ini harus digunakan dalam hubungan delta.
Gambar 7.4
B. 2 kecepatan – 2 kumparan terpisah
L1 L2 L3 L1 L2 L3
1U 2U
1U 1V 1W
1 2
2U 2V 2W
1W 1V 2W 2V
3
C. 2 kecepatan - 1 kumparan dengan sadapan tengah
L1 L2 L3 L1 L2 L3
2V
1V
1U 1V 1W
2U 2V
2U 2V 2W
2W
1W 1U 2U 2W
Gambar 7.7
4
7.3.1 KOMPONEN PENGAMAN
Komponen-komponen pengaman minimum pada sebuah motor listrik adalah
pengaman hubung singkat dan pengaman beban lebih. Untuk pengaman hubung singkat
biasanya digunakan pemutus daya atau sekring (fuse), sedangkan untuk pengaman beban
lebih digunakan Thermal Overload Relay. Pemutus daya yang banyak digunakan adalah
MCCB (Moulded Case Circuit Breaker).
Komponen-komponen pengaman yang lain adalah :
pengaman thermis
pengaman kehilangan fasa, dan lain-lain.
5
t
inverse time-delay
trip
waktu kerja
instantaneous
trip
A
arus
95 ( COMMON )
96 ( NC )
98 (NO)
6
Terdiri dari :
a. Magnetic Contactor
b. Relay kendali
c. Time Delay Relay (timer)
d. Berbagai macam switch :
push-button switch,
pressure switch,
flow switch,
level switch,
proximity switch, limit switch, dan lain-lain.
(a)
(b)
(c)
7
Gambar 7.11 Limit switch
8
Magnetic Contactor dapat dipergunakan pada rangkaian:
pengasutan,
pengereman,
pengendalian motor dan peralatan listrik
Magnetic contactor mempunyai kemampuan untuk pengsaklaran arus lebih seperti arus
asut motor, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk memutus arus abnormal seperti
dalam hal hubung singkat motor. Alat lain yang mempunyai prinsip kerja dan kegunaan
yang hampir sama adalah rele kontrol. Bedanya rele kontrol digunakan untuk arus kecil.
Wiring diagram magnetic contactor dan rele kontrol masing-masing ditunjukkan pada
Gambar 7.13 dan 7.15.
1 3 5 11 13
2 4 6 12 14 a b
coil (kumparan)
auxilary contact
main contact
Gambar 7.14
Dengan menggunakan magnetic contactor:
9
memungkinkan beberapa operasi motor listrik atau peralatan listrik lainnya
dilaksanakan dari satu atau lebih tempat,
rangkaian kontrol dapat diinterlock untuk mencegah kesalahan dan bahaya operasi,
peralatan kontrol dapat dipasang pada tempat yang jauh,
kontrol otomatis dan semi otomatis dapat dilakukan.
Untuk memberikan informasi yang berhubungan dengan penggunaan magnetic
contactor yang sesuai untuk berbagai macam dan jenis pekerjaan untuk beban resistif
maupun motor listrik dapat diketahui dari Utilization category yang terdapat pada katalog
yang diterbitkan oleh pabrik pembuat magnetic contactor tersebut. Utilization category
yang dimaksud adalah:
AC 1 : Non inductive loads (resistive load)
AC 2 : Starting, plugging (slip ring motor)
AC 3 : Starting, stopping (squirrel cage motor)
AC 4 : Starting, plugging, inching (squirrel cage motor)
Utilization category AC 3 merupakan kategori untuk standard duty sedangkan AC 2,
dan AC 4 merupakan kategori heavy duty. Disamping itu, hal lain yang menjadi dasar dari
pemilihan magnetic contactor antara lain adalah :
rated operating current ( Ie )
tegangan nominal kumparan
jumlah auxiliary contact
Rele Kendali
4 5
3 6
2 7
1 8
coil
Gambar 7.15
10
Gambar 7.16
4 5
3 6
2 7 ON
DELAY
1 8 OFF
DELAY
coil
Gambar 7.17
Tabel 7.1
11
7.4. PEMILIHAN KOMPONEN-KOMPONEN PENGAMAN, KENDALI DAN
PENGHANTAR
START
OLR STOP
MC
MC
a. Diagram Skematik
12
MOTOR
4 MCCB 3 MC 3 OLR 4
KW
M IFL
Ie = IFL
di mana : IFL = arus beban penuh motor; Ie = rated operational current dari magnetic
contactor; IN = arus nominal MCCB
Untuk jarak jauh perlu diperhitungkan ukuran penghantar berdasarkan susut
tegangan di samping ketentuan di atas.
Gamabr 7.19
7.4.2. PENGASUTAN STAR-DELTA
13
Tipe pengasut ini dipergunakan untuk motor induksi rotor sangkar yang dirancang
untuk memberikan keluaran nominal bila kumparan stator dihubungkan delta dan biasanya
dipakai dengan motor yang mempunyai keluaran nominal diatas 5,5 KW. Bila mengasut,
pengasut menghubungkan kumparan stator dan membuat motor dihubungkan bintang
sehingga arus asutnya dikurangi dan setelah mencapai percepatan, untuk operasi
selanjutnya hubungan bintang itu diubah menjadi hubungan delta. Pemakaian pengasut ini
mengurangi arus asutnya sampai 1/3 dibandingkan dengan pengasut tegangan penuh, akan
tetapi harus dicatat bahwa kopel asutnya juga dikurangi 1/3. Waktu pengasutan motor
(ts) = 4 + 2P detik, dimana P = KW motor.
START Y
OLR STOP
M
M M
T
Y
M, Y, = MAGNETIC CONTACTOR Y
T = TIME DELAY RELAY
a. Diagram Skematik
MOTOR
MC-
3
Ie = 0,35 x IFL
Ie = 0,6 x IFL
Gambar 7.21
15
Cara pengasutan dengan reaktor cocok untuk motor-motor dengan beban yang
tergantung pada kecepatan putar, misalnya motor-motor untuk pompa atau untuk ventilator
yang langsung dibebani. Kalau arus asutnya diperkecil n kali, kopel asutnya akan menjadi
n2 kali lebih kecil. Karakteristik pengasutannya diperlihatkan dalam Tabel 7. 2 berikut.
Tabel 7.2
Sadapan
50 % 65 % 80 %
Tegangan pada motor 50 % 65 % 80 %
Arus asut 50 % 65 % 80 %
Kopel asut 25 % 42,2 % 64 %
MC-R
M
~
OLR
MCCB MC-S
S
80% 50%
T
65%
REAKTOR
ON
N OFF
OLR
S
S
T
T
R
a. Diagram Skematik
MC-R Ie = IFL
MOTOR
MCCB OLR
REAKTOR
MC-S
M IFL
Tabel 7.3
Sadapan
50 % 65 % 80 %
Tegangan pada motor 50 % 65 % 80 %
Arus asut 25 % 42,2 % 64 %
Kopel asut 25 % 42,2 % 64 %
MC-R OLR
M
~
MCB R T
OLR
N N
OFF ON
N
S
S
T
T N 17
R
a. Diagram Skematik
MC-R Ie = IFL
Setelan OLR IFL
KHA Penghantar = 1,25 x IFL
E Arus nominal MCCB = 2 x IFL
(FUSE IN = 4 x IFL)
aE
M IFL
MC-N
b. Rangkaian ekivalen
Gambar 7.23
18
Gambar 7.24
19
Penghantar rangkaian cabang yang menyuplai dua motor atau lebih, harus
mempunyai KHA sekurang-kurangnya sama dengan jumlah arus beban semua motor itu
ditambah 25% dari arus beban penuh motor yang terbesar.
c. Contoh Pemakaian
Rangkaian cabang motor dengan tegangan kerja 220/380 V menyuplai motor
berikut (perhatikan Gambar 15):
1. Motor sangkar dengan pengasutan Y-, arus nominal beban penuh 42 A.
2. Motor sangkar dengan pengasutan autotransformator, arus nominal beban penuh 54 A.
3. Motor rotor lilit (2 unit) masing-masing dengan arus nominal beban penuh 68 A.
Masing-masing motor diamankan terhadap hubung singkat dengan pemutus daya.
Tentukan :
1). KHA penghantar masing-masing rangkaian.
2. Arus nominal pemutus daya pada masing-masing rangkaian.
Penyelesaian:
KHA : 85 + 54 + 42 = 181 A
KHA = 85 A
2,5 x 42 A 2 x 54 A 1,5 x 68 A
Arus Nominal
= 105 A = 108 A = 102 A
M1 M2 M3 M4
Gambar 7.25
20
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
21
A. PELACAKAN GANGGUAN SECARA UMUM
Macam gangguan pada motor listrik dan instalasinya dan kemungkinan penyebabnya
secara umum adalah sebagai berikut:
1. Motor tak mengasut
a) Gangguan sumber daya listrik
b) Sekring putus atau MCCB trip/terbuka
c) Thermal overload relay trip
d) Gangguan pada rangkaian kontrol
e) Gangguan pada motor ( terjadi hubung buka pada 2 atau 3 fasa)
2. Bila tombol “ON” ditekan motor berdengung tapi tidak mengasut
a) Tegangan suplai rendah
b) Hubung buka di terminal motor
3. Sekring putus atau MCCB terbuka dengan beban nol
Gangguan hubung singkat karena hubungan langsung atau karena kerusakan isolasi
4. Putaran motor rendah
a) Tegangan sumber rendah
b) Stator kontak dengan rotor
c) Celah udara antara stator dan rotor tidak seimbang
d) Hubung singkat satu fasa atau sebagian kumparan
e) Kumparan stator terbumikan pada inti
f) Beban lebih
5. Sekring putus atau MCCB trip bila beban dipasang
a) Arus nominal sekring atau MCCB terlalu kecil
b) Gangguan hubung singkat
c) Beban motor terlalu berat
6. Motor tiba-tiba menurun kecepatannya bila beban dipasang dan tidak berputar pada
kecepatan nominal (motor dapat menjadi panas berlebihan atau berbunyi)
a) Tegangan sumber rendah
b) Tegangan sumber tidak seimbang
c) Ukuran kabel terlalu kecil
d) Kontak-kontak yang cacat sehingga menyebabkan jatuh tegangan
22
e) Motor berjalan pada satu fasa
f) Beban terlalu berat
g) Kumparan terhubung singkat atau dibumikan
N R
FOR
5 6 7
F
1 2 3 4 R 8
MCB OLR STOP F LS-1
REV
R
R F LS-2
23
24
25
v
26
27
28
29
30