PENGOPERASIAN DAN
PEMELIHARAAN TRAFO TENAGA
DURASI : 2 JP
Transformator tenaga dapat dioperasikan setelah ada pernyataan tertulis dari pihak
yang berwenang bahwa trafo tenaga tersebut dalam keadaan aman dan memenuhi
semua persyaratan yang sudah ditetapkan.
Pada prinsipnya pengoperasian trafo tenaga dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap
memasukan PMS diikuti tahap memasukan PMT. Sedangkan untuk membebaskan
trafo tenaga dari tegangan dilakukan dengan mengeluarkan PMT diikuti PMS. Proses
memasukan atau mengeluarkan PMT / PMS dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya secara supervisory (diremote oleh dispatcher), remote (melalui panel
control) dan local (manual diswitchyard).
In Service inspection adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan pada saat transformator
dalam kondisi bertegangan / operasi. Tujuan dilakukannya in service inspection adalah
untuk mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang mungkin terjadi didalam trafo
tanpa melakukan pemadaman.
a. Electromagnetic circuit
b. Dielektrik
c. Struktur Mekanik
d. Bushing
Selain subsistem di atas terdapat bagian-bagian lain yang dapat dilakukan in service
inspection, antara lain:
1. Maintank
2. Tangki OLTC
3. Radiator
4. Bushing
5. Klem-klem pada setiap bagian yang ada
6. Tangki konservator
7. NGR
Posisi pengukuran:
Jika pada saat pengukuran pendinginan udara (kipas/fan) dimatikan, maka
pengukuran dilaksanakan jarak 0,3 m dari permukaan trafo, kecuali untuk
alasan keamanan pengukuran dapat dilakukan pada jarak 1 m.
Untuk trafo dengan kondisi kipas dinyalakan, jarak pengukuran 2 m dari
permukaan trafo.
Pada trafo dengan ketinggian tangki kurang dari 2,5 m maka posisi
pengukuran dilakukan pada bagian tengah dari ketinggin tangki.Untuk trafo
dengan tinggi tangki lebih dari 2,5 m maka pengukuran dilakukan pada 2
Shutdown function check adalah pekerjaan yang bertujuan menguji fungsi dari rele –
rele proteksi maupun indikator yang ada pada transformator yang terdiri dari:
a. rele bucholz
b. rele jensen
2.5 Treatment
a. Purification
Proses purification/ filter ini dilakukan apabila berdasarkan hasil kualitas
minyak diketahui bahwa pengujian kadar air dan tegangan tembus berada
pada kondisi buruk.
b. Reklamasi
Hampir sama dengan proses purification/ filter, proses reklamasi dilengkapi
dengan melewatkan minyak pada fuller earth yang berfungsi untuk menyerap
asam dan produk-produk oksidasi pada minyak. Reklamasi dilakukan apabila
berdasarkan hasil kualitas minyak diketahui bahwa pengujian kadar asam
berada pada kondisi buruk.
c. Ganti Minyak
Penggantian minyak dilakukan berdasarkan rekomendasi hasil pengujian
kualitas minyak dan diperhitungkan secara ekonomis.
d. Cleansing
Merupakan pekerjaan untuk membersihkan bagian peralatan/ komponen yang
kotor. Kotornya permukaan peralatan listrik khususnya pada instalasi tegangan
tinggi dapat mengakibatkan terjadinya flash over pada saat operasi atau
mengganggu konektivitas pada saat pengukuran. Adapun alat kerja yang
dipakai adalah majun, lap, aceton, deterjen, sekapen hijau, vacuum cleaner,
minyak isolasi trafo.
e. Thightening
Vibrasi yang muncul pada trafo dapat mengakibatkan baut - baut pengikat
kendor. Pemeriksaan secara periodik perlu dilakukan terhadap baut - baut
pengikat. Peralatan kerja yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan ini
adalah kunci - kunci. Pelaksanaan tightening atau pengencangan harus
dilakukan dengan menggunakan kunci momen dengan nilai yang sesuai
dengan spesifikasi peralatan
f. Replacing Parts
Merupakan tindakan korektif yang dilakukan untuk mengganti komponen
transformer akibat kegagalan fungsi ataupun berdasarkan rekomendasi
pabrikan.
g. Greasing
Akibat proses gesekan dan suhu, grease - grease yang berada pada peralatan
dapat kehilangan fungsinya. Untuk mengembalikan fungsinya dilakukan
penggantian grease / greasing. Penggantian grease harus sesuai dengan
spesifikasi grease yang direkomendasikan pabrikan. Adapaun jenis jenis
grease berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut:
ii. Roller bearing grease (Spray type) grease yang digunakan pada
kipas trafo dan sambungan tuas penggerak OLTC
FMEA merupakan suatu metode untuk menganalisis penyebab kegagalan pada suatu
peralatan. Pada buku pedoman pemeliharaan ini FMEA menjadi dasar untuk
menentukan komponen – komponen yang akan diperiksa dan dipelihara.
Definisi : kumpulan komponen yang secara bersama – sama bekerja membentuk satu
fungsi atau lebih.
Functional Failure adalah ketidakmampuan suatu asset untuk dapat bekerja sesuai
fungsinya berdasarkan standar unjuk kerja yang dapat diterima pemakai.
FMECA (Failure mode and effect critical analysis) merupakan metoda untuk
mengetahui resiko kegagalan sebuah subsistem pada sebuah sistem peralatan.
Dengan mengkombinasikan data gangguan dengan FMEA maka akan diketahui
peluang – peluang kegagalan pada setiap sub sistem dalam FMEA. Hal ini dapat