Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan kebutuhan
akan tenaga listrik telah menjadi kebutuhan primer, hal ini tidak terlepas dari
sumber daya manusia yang semakin baik. Perkembangan ini menuntut
ketersediaan tenaga kerja yang tidak hanya potensial dalam perencanaan, tetapi
juga harus mampu dalam pengoperasian dan perawatan terhadap fasilitas-fasilitas
yang ada dalam sebuah perusahaan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka program Praktek Kerja Lapangan
(PKL) jurusan Teknik Elektro Universitas Mataram sebagai civitas akademika
mencoba turut berperan aktif dalam bentuk mendidik, mencetak dan
mempersiapkan para mahasiswa untuk berperan aktif dalam proses pembangunan
nasional. Pemah aman tentang permasalahan di dunia industry diharapkan dapat
menunjang pengetahuan secara teoritis yang didapat dari materi perkuliahan,
sehingga mahasiswa dapat menjadi salah satu sumber daya manusia yang siap
menghadapi tantangan era globalisasi.
Sebagai syarat kelulusan yang ditetapkan, mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan (PKL) telah menjadi salah satu pendorong utama bagi tiap-tiap
mahasiswa untuk mengenal kondisi di lapangan kerja dan untuk melihat
keselarasan antara ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah dengan
aplikasi praktis di dunia kerja. Dalam pelaksanaan magang diharapkan agar
mahasiswa berusaha semaksimal mungkin, sehingga akan terbiasa menjadi
manusia yang cakap, terampil, dan professional dalam menyelesaikan
permasalahan terutama dalam bidangnya. Untuk dapat melihat hasil selama
melakukan kerja praktek, maka perlu sebuah evaluasi berupa laporan praktek
kerja lapangan di industry PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) Ampenan.
PLTD Ampenan merupakan salah satu pembangkit listrik yang turut berperan
dalam mensuplai tenaga listrik di Lombok NTB guna memenuhi kebutuhan
masyarakat Lombok akan tenaga listrik.

1
1.1. Latar Belakang
Dizaman yang sudah serba canggih saat ini efisiensi waktu dan
tenaga adalah sebuah prioritas. Penggunaan tenaga mesin sebagai
pengganti tenaga manusia dianggap sebagai solusi dari masalah ini.
Tenaga maanusia digunakan hanya sebagai operator, pengawas atau
pemelihara dari mesin itu sendiri. Dalam hal ini, tenaga manusia juga
masih memiliki kelemahan terutama dalam mengontrol mesin yang
bekerja 24 jam. Sehingga diperlukan juga sebuah alat ata system control
otomatis yang bisa menutupi kelemahan manusia salam hal pengawasan
24 jam.
Bila sebuah mesin mendapatkan masalah yang dapat
meruasakmesin lebih parah lagi atau bahkan dapat membahayakan nyawa
manusia, maka yang diperlukan adalah sebuah system Emergency Shut
Down yang akan mematikan mesin secepat mungkin untuk menghindari
kerusakan mesin lebih lanjut atau untuk menjaga keselamatan manusia.
Seperti halnya pada mesin diesel yang digunakan pada Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD), yang bekerja non-stop setiap hari selama
24 jam. Dimana kita ketahui, bahwa system tenaga listrik tidak mungkin
dapat menyediakan tenaga listrik tanpa gangguan. Setiap bagian pada
mesin diesel yang digunakan pada system tenaga listrik ini saling
terhubung dan bila kurang mendapat perhatian pada bagian yang
bergesekan dapat membahayakan jiwa manusia dari ledakan mesin yang
bergerak dan dalam temperature tinggi akan dapat menimbulkan
terjadinya ledakan.
Untuk menghindari hal tersebut, PLTD menggunakan suatu alat
yang disebut Oil Mist Detector (OMD) dalam system Emergency Shut
Down mesin. OMD merupakan alat pendeteksi kabut minyak yang sangat
efektif dan unggul dalam menyelamatkan mesin-mesin diesel yang
dimiliki oleh PLTD dari kerusakan yang fatal. OMD bekerja mengunakan
system sensor infra merah. Sensor infra merah ini akan mendeteksi tingkat
ketebalan asap yang ditimbulkan dari percikan api yang bertemu dengan
minyak pelumas pada msin yang saling bergesekan dan kemudian OMD

2
akan mengirimkan sinyal ke ruang panel untuk mengaktifkan system
Emergency Shut Down yang akan mematikan mesin secara otomatis.
Untuk lebih mengoptimalkan kinerja OMD dalam memproteksi
mesin diesel pada PLTD maka perlu dipahami mengenai prinsip kerja
system sensor infra merah pada OMD terutama berkaitan dengan
aplikasinya yang secara khusus dilakukan pada Emergency Shut Down
pada mesin diesel milik PLTD. Selain itu, perlu juga diketahui mengenai
bagaimana suhu dan tekanan udara berpengaruh terhadap sensitivitas
sensor infra merah itu sendiri.
1.2. Batasan Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam laporan ini adalah :
a. Analisis aplikasi OMD dilakukan secara khusus pada proses
Emergency Shut Down pada mesin diesel
b. Prinsip OMD dalam mendeteksi ketebalan asap pada mesin diesel
c. Suhu dan tekanan udara jika ditinjau pada bagian internal mesin
1.3. Maksud danTujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan kerja
praktek ini adalah :
1. Maksud dan Tujuan Umum
Memahami penerapan ilmu akademik teknik elektro dalam dunia
praktis (pembangkitan tenaga listrik) serta komponen-komponen
pendukungnya.
Memperluas wawasan mahasiswa tentang dunia kerja yang ada di
lapangan (perusahaan).
Menambah pengalaman untuk menjadi tenaga kerja yang terampil
serta mampu memecahkan masalah yang kompleks dalam dunia
kerja yang sistematis.
2. Maksud dan Tujuan Khusus
Menganalisis aplikasi OMD pada mesin diesel pada PLTD.
Menganalisis prinsip kerja sensor infra merah paa OMD
Mengetahui pengaruh suhu dan tekanan udara terhadap kinerja
sensor infra merah pada OMD.

3
1.4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka
metodologi pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan laporan
ini adalah:
1. Library Research
Yaitu suatu cara penelitian dan pengumpulan data teoritis dari buku-
buku yang mendukung penyusunan laporan PKL.
2. Observasi
Merupakan suatu cara penelitian atau pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan langsung pada objek yang merupakan
sumber data.
3. Interview
Yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara dengan pembimbing lapangan, para
staf atau pegawai di PLTD Ampenan.
1.5. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini,
digunakan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bagian yang berisikan uraian singkat tentang objek
praktek kerja lapangan meliputi latar belakang penulisan, maksud dan
tujuan, ruang lingkup masalah, metodelogi penulisan, waktu dan tempat
pelaksanaan kerja praktek dan sistematika penulisan laporan.
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN
Pada bab ini, penulis menjelaskan secara singkat mengenai sejarah
berdirinya PLTD Ampenan, visi dan misi perusahaan, tujuan perusahaan,
lokasi serta struktur organisasinya, selain itu dibahas pula tentang mesin-
mesin yang digunakan di PLTD Ampenan.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini, penulis menjelaskan berbagai dasar teori yang
berkaitan dan berhubungan dengan sistem pembagkitan tenaga listrik

4
menggunakan mesin diesel serta pengaplikasian Oil Mist Detektor (OMD)
pada mesin diesel.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini, Sejarah pertama kali digunakannya Oil Mist Detector
(OMD) pada mesin diesel, bagian utama dan jenis-jenis dari OMD, dan
prinsip kerja dari sensor infra merah pada OMD.
BAB V PENUTUP
Merupakan bagian akhir yang berisikan kesimpulan dan saran yang
didapat dari pembahasan.

5
BAB II
TINJAUAN UMUM PT. PLN (Persero) WILAYAH NTB SEKTOR
LOMBOK
2.1. Sejarah PT. PLN (Persero) di Indonesia
Sejarah penyediaan tenaga listrik di Indonesia diawali dengan
selesainya pembangunan sebuah pusat tenaga listrik di Gambir Jakarta
pada bulan Mei 1897. Kemudian disusul oleh kota-kota besar lainnya,
diantaranya : Medan pada Tahun 1899, Surakarta pada Tahun 1902,
Bandung pada Tahun 1906, Surabaya pada Tahun 1912 dan Banjarmasin
pada Tahun 1922.
Umumnya pengusahaan tenaga listrik di Indonesia sebelum
perang dunia ke II dilakukan oleh perusahaanperusahaan swasta. Izin
listrik atau konsesi dari perusahaan-perusahaan swasta mulai tahun 1954,
secara berangsur-angsur menjadi kadarluasa dan tidak diperpanjang lagi,
kemudian secara berangsur-angsur dialihkan dan disatukan kedalam
Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) pada Tahun 1961. Setelah 30
tahun lebih, baru diberlakukang oleh Undang-Undang No. 15/1985
mengenai ketenaga listrikan. Undang-Undang ketenaga listrikan
memberikan kesempatan yang luas kepada pihak swasta dan koperasi
untuk berpatisipasi dalam penyediaan tenaga listrik, bukan saja untuk
keperluan sendiri akan tetapi untuk keperluan umum. Dalam konteks itu
tenaga listrik guna keperluan suatu kawasan industri di sekitar Karawang,
Jawa Barat. Kemudian ditandatanganinya suatu perjanjian PLN untuk
membeli energi listrik dari swasta Paiton I, yang terletak di Jawa Timur,
pada Bulan Februari 1994. Kemudian pada bulan Juni 1994 mulai dengan
peraturan pemerintah No. 23/1994, Perusahaan Umum Listrik Negara
beralih menjadi perusahaan Perseroan.
2.2. Perusahaan PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Sektor Lombok
2.2.1. Visi dan Misi Perusahaan
- Visi
Menjadi perusahaan distribusi tenaga listrik yang handal,
tangguh dan berkembang.

6
- Misi
1. Menjalankan bisnis distribusi tenaga listrik yang
berorientasi kepada pelanggan, karyawan dan pemilik.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk
meningkatkan kualitas kehidupan masarakat.
3. Menjadikan bisnis tenaga listrik sebagai sarana pendorong
pertumbuhan ekonomi nasional.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan
lingkungan.
2.2.2. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PT.PLN (Persero) Sektor
Pembangkitan Lombok telah menglami perubahan pada tahun
2013. Beberapa penyesuaian dan perubahan dibandingkan dengan
sebelumnya, seperti terlihat dalam struktur organisasi berikut:

7
MANAGER SEKTOR
PEMBANGKITAN LOMBOK

SUPERVISOR PELAKSANA
PENGADAAN

ASMAN OPERASI DAN ASMAN KEUANGAN, SDM & ASMAN ENGINEERING


PEMELIHARAAN ADMINISTRASI
PEMBANGKIT

SUPERVISOR LINGKUNGAN SUPERVISOR K3 DAN


DAN K2 UMUM

SUPERVISOR ENERGI PRIMER SUPERVISOR KEUANGAN

SUPERVISOR ENERGI BARU SUPERVISOR LOGISTIK


DAN TERBARUKAN

SUPERVISOR PERENCANAAN
GENDALIAN OPERASI &
PEMELIHARAAN TRANSAKSI
ENERGIPEN

MANAGER PUSAT MANAGER PUSAT MANAGER PUSAT


LISTRIK AMPENAN LISTRIK PAOKMOTONG LISTRIK TANJUNG

SUPERVISOR OPERASI SUPERVISOR OPERASI SUPERVISOR OPERASI

SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR


PEMELIHARAAN PEMELIHARAAN PEMELIHARAAN

SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR


LINGKUNGAN K2 DAN LINGKUNGAN K2 DAN LINGKUNGAN K2 DAN
ADMINISTRASI ADMINISTRASI ADMINISTRASI

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkit


Lombok
2.3. Unit Penunjang
- PT PLN (Persero) Jasa Pendidikan dan Pelatihan (PLN JASDIK),
menyelenggarakan berbagai pendidikan dan pelatihan dibidang
teknik, manajemen, keuangan dan administrasi umum untuk intern
PLN maupun diluar PLN.

8
- PT PLN (Persero) Jasa Enjenering (PLN Jaseng) memiliki tenaga
ahli yang sangat berpengalaman diberbagai bidang teknologi serta
memiliki pengalaman berkerja sama dengan banyak konsultan
Internasioanal.
- PT PLN (Persero) Jasa Penelitian dan Pengembangan Ketenaga
listrikan, unit penunjang yang melaksanakan penelitian dan
pengembangan pembangkit, penyaluran serta layanan teknik dan
manajemen ketenagalistrikan melalui sistem teknologi informasi,
riset laboraturium serta penentapan standarisasi tertentu bagi segala
aspek ketenagalistrikan tersebut.
- PT PLN (Persero) Jasa Sertifikasi, memberikan kontribusi dalam
penempatan standarisasi produk dan sistem manajemen mutu,
kelayakkan instalasi secara teknis guna menjamin pemberian kualitas
layanan terbaik bagi pelanggan dan hasil terbaik bagi pemegang
saham serta pegawai.
- PT PLN (Persero) Jasa dan Produk (PLN-JP), memberikan dukungan
di lapangan untuk produksi, konstruksi dan pelayanan perbaikan,
terutama disektor kelistrikan. PLN-JP mengkonsolidasikan empat
produk dan dua sub-unit produksi yang terbesar.
2.4. Kebijakan Manajeman
Dua tantangan besar yang harus dihadapi PLN selaku
perusahaan terbesar di bisnis kelistrikan. Pertama, membaiknya
perekonomian nasioanal yang memberikan dampak membaiknya
pertumbuhan ketenagalistrikan. Kedua berlakunya UU No. 20 Tahun
2002 yang merubah lingkuangan bisnis menjadi syarat dengan kompetisi.
Membaiknya perekonomian nasional merupakan tantangan bagi
PLN untuk bangkit kembali setelah bertahun-tahun sebelumnya
menghadapi krisis yang berkepanjangan. Lingkungan bisnis yang sarat
dengan kompetisi merupakan tantangan bagi PLN sebagai perusahaan
yang sebelumnya merupakan perusahaan monopoli untuk menjadi
salahsatu pemain dalam bisnis kelistrikan. Kedua tantangan tersebut harus
dapat dijawab PLN agar visi perusahaan untuk menjadi perusahaan kelas

9
dunia dapat terwujud. Untuk itu, upaya-upaya berupa kegiatan-kegiatan
yang bernuansa optimisme di seluruh jajaran perusahaan sedang dan terus
dijalankan.
Upaya untuk meningkatkan investasi sarana penyediaan tenaga
listrik dan pelayanan kepada pelanggan, yang merupakan usaha untuk
tetap dapat mempertahankan dan melaksanakan tanggung jawab PLN
dalam menjamin kelangsungan penyediaan tenaga listrik bagi
masyarakat, akan terus ditingkatkan. Upaya peningkatan kemampuan
perusahaan tersebut diharapkan memberi nilai tambah bagi pelanggan,
perusahaan dan pemegang saham. Suksesnya penyediaan upaya
peningkatan yang pada akhirnya akan memastikan PLN sebagai
perusahaan terkemuka di tahun-tahun mendatang dan menjadi perusahaan
kelas dunia selamanya.
2.5. Mesin-mesin yang digunakan oleh PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Sektor Lombok.
2.5.1. PLTD Ampenan
PLTD Ampenan mengoperasikan delapan unit pembangkit yaitu :
1. Tiga unit mesin CCM Sulzer dengan daya terpasang 7960 kVA; 6,3
kV, dan daya mampu 3 x 6.368 kW .
2. Satu unit mesin Niigata dengan daya terpasang 6000 kVA; 6,3 kV,
dan daya mampu 1 x 5.500 kW.
3. Empat unit mesin Sulzer dengan daya terpasang 9900 kVA; 6,3 kV,
dan daya mampu 4 x 7.600 kW.
Total daya mampu adalah 43.400 kW
2.5.2. PLTD Taman
1 satu unit mesin pielstick dengan daya terpasang 6960 kVA; 6,3 kV,
dan daya mampu 1 x 5.400 kW.
2 Dua unit mesin Ruston dengan daya terpasang 1300 kVA; 6,3 kV,
dan daya mampu 2 x 1.040 kW.
3 Dua unit mesin Ruston dengan daya terpasang 1297,5 kVA;6,3 kV,
dan daya mampu 2 x 1.038 kW.
4 Total daya mampu adalah : 7.050 kW.

10
2.5.3. PLTD Paok Motong

Pada PLTD Paok Motong mengoperasikan 4 unit mesin yaitu


Empat unit mesin CCM Sulzer dengan daya terpasang 7960 kVA; 6,3
kV, dan daya mampu 4 x 6.368 kW.

2.5.4. PLTM Pengga

Pada PLTM Pengga mengoperasikan hanya satu unit mesin,

yakni Wasserkraft FS-275-760, daya mampu 1 x 400 kW.

2.5.5. PLTD Sewa (Ampenan)

PLTD Sewa (Ampenan) mengoperasikan 19 unit mesin yang


mampu menghasilkan 20.000 kW.

2.5.6. PLTD Sewa Pemda (Paok Motong)

PLTD Sewa Pemda hanya mampu menghasilkan 6.300 kW.

2.5.7 PLTU Jeranjang

PLTU Jeranjang mengoperasikan 2 unit mesin yang mampu


menghasilkan 2 x 25.000 kW.

Dengan demikian, total daya terpasang untuk seluruh pembangkit


PLN di Lombok sebesar 167.932 kW, namun dengan melihat efisiensi
pembangkit dan permasalahannya yang terjadi pada mesin mengakibatkan
daya yang mampu dikeluarkan sebesar 137.250 kW.

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Mesin Diesel
Tahun 1990 di Jerman, Rudolph Diesel merencanakan sebuah motor
dengan mengkompresikan udara sampai mencapai temperatur nyala dari
bahan bakar, kemudian bahan bakar diinjeksikan dengan laju penyemprotan
sedemikian rupa sehingga dihasilkan proses pembakaran pada tekanan
konstan. Penyalaan terhadap bahan bakar diakibatkan oleh suatu kompresi
dan bukan oleh penyalaan busi seperti halnya motor cetus api. Oleh karena
itu mesin diesel disebut juga motor penyalaan kompresi, dimana penyalaan
motor diesel adalah dengan menyemprotkan bahan bakar ke udara
bertekanan dan bertemperatur tinggi. Sehingga motor diesel digolongkan
kedalam mesin pembakaran dalam.
Mesin-mesin pembakaran dalam, bahan bakar dibakar dalam silinder
dimana energi kimia bahan bakar dikonversikan menjadi kerja berguna oleh
mekanisme-mekanisme bagian mesin dari torak, poros engkol, dan
sebagainya. Mesin pembakaran dalam dapat diklasifikasi menurut bahan
bakar yang dipergunakan, siklus kerja, kecepatan operasi, sistem
pembakaran,dan aksi kerja tunggal atau ganda.
Beberapa jenis bahan bakar untuk mesin pembakaran dalam adalah
bensin, bahan bakar gas, dan minyak diesel. Motor-motor dengan kecapatan
rendah mempunyai kecepatan dibawah 400 rpm, kecepatan menengah
antara 400 rpm sampai dengan 1000 rpm, dan kecepatan tinggi diatas 1000
rpm. Mesin pembakaran dalam kebanyakan bekerja dengan siklus 4
langkah, tetapi dengan siklus 2 langkah juga masih banyak digunakan.
Menurut sistem penyalaan, mesin pembakaran dalam dibedakan
menjadi mesin pembakaran cetus api, dan mesin pembkaran kompresi.
Biasanya motor bakar adalah single acting, tetapi untuk motor propulsi
kapal laut yang besar sering digunakan motor double acting, dimana besar
daya indikatif yang dihasilkan pada bagian atas torak sedikit lebih besar
dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh bagian bawah torak akibat
adanya penguangan oleh luas penampang torak.

12
3.1.1. Prinsip Kerja Mesin Diesel 4 Langkah (4 tak)
Mesin diesel jenis 4 langkah dihasilkan suatu langkah kerja
untuk setiap 4 langkah atau 2 kali putaran poros engkol. Langkah-
langkah dari mesin diesel 4 langkah adalah langkah hisap, langkah
kompresi, langkah kerja dan langkah buang. Selama langkah hisap,
katup masuk terbuka, katub buang tetap tertutup dan torak bergerak
dari titik mati atas ke titik mati bawah pada mesin-mesin yang
vertikal.
Fluida kerja akan dihisap kedalam silinder. Selama langkah
kompresi, katup masuk tertutup dan katup buang tetap tetutup, dan
bergerak menuju titik mati atas, sehingga fluida kerja baik campuran
udara dengan bahan bakar untuk mesin Otto maupun hanya udara
untuk mesin dieseldikomperseikan sampai mencapai tekanan yang
lebih tinggi. Pada mesin diesel, bahan bakar disemprotkan pada saat-
saat akhir langkah kompresi, sehingga terbentuk campuran udara
dengan bahan bakar. Fluida kerja kemudian dinyalakan akibat kalor
kompresi pada mesin diesel dan dengan busi pada mesin otto.
3.1.2. Mesin Sulzer 12 ZV 40/48
Mesin Sulzer 12 ZV 40/48 merupakan sebuah mesin diesel 4
tak (4 langkah) yang mempunyai dimensi panjang 9,38 meter dan
tinggi 5,27 meter serta mempunyai bobot 132 ton. Mesin ini bekerja
pada putaran 600 rpm dan mampu untuk menggerakkan beban
generator sebesar 1.200 kW.
Seperti mesin diesel lainnya mesin diesel sulzer 12 ZV 40/48
juga memiliki bagian-bagian yang sama seperti Piston, Bearing dan
Main Bearing. Bagian utama dari mesin ini adalah pada main bearing.
Main bearing adalah dudukan bearing yan terletak pada blok mesin
sehingga merupakan tumpuan utama bagi crankshaft saat berputar.
Ujung dari bearing nantinya dihubungkan dengan generator . Dengan
berputarnya bearing, maka generator juga akan berputar dan
menghasilkan medan listrik.
Agar bearing bisa berputar, bearing dihubungkan dengan
piston. Piston adalah sebuah silinder yang bergerak naik turun pada

13
tabungnya (cilinder Linier). Piston akan terhubung dengan bearing
yang terpasang disekitar badan main bearing. Seingga dengan
bergerak naik turunnya piston, maka bearing akan bergerak dan
otomatis generator akan berputar.
Walaupun mempunyai bagian yang sama dengan mesin diesel
yang lain, tetapi konstruksi mesin diesel ini berbeda dengan mesin
diesel pada umumnya yang memiliki satu buah piston pada masing-
masing chamber (kamar). Mesin ini memiliki dua buah piston untuk
menggerakkan bearaing pada satu buah chamber. Keseluruhan mesin
ini mempunyai 12 piston yang saling bersisian. Enam disisi kiri dan
sisanya di sisi sebelah kanan.
Piston-piston ini nantinya akan terhubung dengan con rod
(cincin pengait) yang melingkar pada bearing dan kemudiam seiring
dengan bergerak naik turunnya piston, con rod ini akan memutar
bearing yang pada ujungnya dihubungkan dengan generator. Sehingga
dengan berputarnya bearing maka generator juga akan berputar dan
menghasilkan medan listrik.
3.2. Sejarah Oil Mist Detector (OMD)
Sejarah Oil Mist Detector (OMD) sudah bermula sejak ditemukannya
mesin diesel pertam kali oleh Rudolf Diesel. Rudolf Diesel telah
mengetahui adanya bahanya yang bisa menyebabkan terjadinya ledakan
pada crankcase mesin (cangkang mesin) akibat terjadinya gesekan pada
bagian-bagian mesin diesel tersebut.
Kecelakaan pertam muncul pada tahun 1947 pada sebuah perusahan
bernama MV REINA DEL PACIFICO di Belfast. Kecelakaan ini
menimbulkan koarban jiwa sebanyak 28 orang meninggal. Pemerintah
Inggris waktu itu segera memeritahkan untuk segera menemukan cara untuk
menangkal bahaya ini terulang kembali.
Hasil penelitian pada kecelakaan tersebut mengarah pada
pengembangan tindakan awal pengamanan dan memperbaiki bentuk desain
crankcase. Langkah-langkah sudah bisa mengurangi bahaya ledakan, tetapi
itu semua belum cukup aman. Perlu dilakukannya tindakan lebih lanjut
untuk meminimalisasi kerusakan pada mesin dan kecelakaan pada manusia.

14
Karena penyebab terjadinya ledakan adlah akibat terjadinya gesekan
pada bagian-bagian tertentu mesin diesel yang indikasi awalnya adalah
berupa timbulnya asap, maka pada tahun 1960-anditemukanlah sebuah alat
yang berguna untuk medeteksi asap pada crankcase begitu terjadi adanya
gesekan. Alat ini disebut Oil Mist Detector (OMD). Bila terjadi gesekan
maka tindakan terbaik yang bisa dilakukan adalah mencegah mesin dari
kerusakan yang lebih parah dan menghindarkan manusia (operator) dari
bahaya yang mengancam jiwa.
Oil Mist Detector (OMD) ini terus mengalami perkembangan dari
waktu ke waktu. Sampai sekarang banyak perusahaan menawarkan
keunggulan produknya masing-masing yang memiliki kelbihan dibanding
yang lain. Salah satunya adalah pabrikan Visatron yang meluncurkan produk
mulai dari VN 115/79, VN115/87, VN116/87,VN 215/87, VN 115/93, VN
116/93 DAN VN 215/93.
3.3. Bagian-bagian Utama Oil Mist Detector (OMD)
Oil Mist Detector (OMD) merupakan sebuah sistem yang terdiri dari
beberapa bagian yang saling terhubung dan terkait satu sama lain. Tetapi
untuk lebih sederhananya alat ini bisa dibagi menjadi tiga bagian utama,
yakni Detector, Monitor dan Scavenging Air Set Block. Ketiga bagian ini
mempunyai fungsi masing-masing seperti dijelaskan dibawah ini.
3.3.1. Detector
Detector itu sendiri terdiri dari Measuring Head Unit, yang
merupakan bagian yang paling vital yang berfungsi mengendalikan
seluruh fungsi kerja OMD. Beberapa bagian dari Measuring Head
Unit yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut:
a. Electonic Module Card (EMC)
EMC merupakan unit rangkaian elektronik yang tergo;ong
sensitif, karena disitu antara lain terdapat rangkain sistem sensor
infra merah.
b. Penutup Measuring Head
Meski hanya berfungsi sebagai penutup, keberadaan dan
kondisinya tidak bisa diabaikan. Alasannya, jika penutup tersebut
sudah tidak bisa terkait rapat sempurna dengan measuring box,

15
maka hal itu akan menyebabkan masuknya udara dari luar mesin
kedalam OMD. Sehingga udara dari ruang mesin akan bercampur
dengan udara tadi dan menyebabkan kinerja OMD menjadi tidak
optimal
c. Fresh Air Filter
Jika penutup measuring head dibuka, maka akan tampak
dua buah filter bulat berbentukkoin dan berwarna koin emas.
Filter tersebut berfungsi sebagai penyaring udara yang masuk
kedalam OMD.
d. Measuring Box.
Selain filter, juga akan tampak rongga-rongga didalam
measuring Head, jika penutupnya dibuka. Rongga tersebut adalah
bagian dari saluran yang berada didalam unit OMD dan dilalui
oleh udara yang dideteksi, dimana disitu juga terdapat filter infra
merah.
3.3.2. Monitor
Bagian ini berfungsi untuk mengamati segala aktifitas dari
OMD dan menampilkan hasil pendeteksiannya pada layar. Pada
monitoer terdiri dari Level Indicator, Alarm Light Emitting Diode
(LED), Test LED dan Ready LED.
a. Level Indikator
Level indicator merupakan LED yang menginformasikan
tingkat ketebalan asap didalam crankcase.
b. Alarm LED
Saat alarm LED menyala, berarti ada kerusakan pada
OMD yang memerlukan tindakan darurat atau terjadi explose
(ledakan) yang menimbulkan kabut asap pada crankcase
sehingga mesin akan mati dengan sendirinya
c. Test LED
Test LED menyala saat dilakukan pengesetan pada OMD.
Lampu ini menandakan bahwa kondisi alat pada saat itu adalah
dalam keadaan uji coba.

16
d. Ready LED
Saat LED ini menyala, berarti alat sedang bekerja dan
dalam keadaan baik yang tidak memerlukan penangan khusus
3.3.3. Scavenging Air Set Block
Scavenging Air Set Block adalah tempat dimana asap yang
diambil yang kemudian dideteksi oleh sensor infra merah dan
merupakan sistem aliran udara didalam OMD yang berfungsi untuk
menyerap sampel udara/asap didalam mesin kemudian mengeluarkan
dari OMD
Pada bagian ini juga dapat mengurangi resiko kesalahan alarm
yang diakibatkan oleh populasi didalam mesin yang bertumpuk
dibagian detector, namun tekanan udara didalamnya harus stabil dan
konstan.
3.4. Prinsip Kerja OMD
OMD bekerja berdasarkan kabut asap dari dalam mesin yang terus bergerak,
dimana asap ini timbul dari gesekan/panas dari bagian mesin yang bergerak
terus menerus yang kemudian dilalui pelumas. Asap akan disepar masuk
kedalam Scavenging Air Set Block melalui pipa kemudian sensor infra
merah akan mendeteksi ketebalan asap tersebut. Apabila asap tersebut sudah
mencapai ketebalan asap berdasarkan ketentuan dari OMD maka sensor
infra merah akan memberikan sinyal kepada monitor dan dengan segera
memberikan peringatan melalui alarm/emergency stop yang kemudian
menutup pipa bahan bakar dan pelumas melalui relay yang terhubung
dengan OMD yang berfungsi menutup bahan bakar dan pelumas untuk
mematikan mesin.
3.5. Jenis-jenis (Model) OMD
OMD yang dikeluarkan oleh pabrikan Visatron memiliki tiga varian
model, yaitu:
1. Model VN 115
Model ini akan segera memberikan sinyal alarm atau menghentikan
mesin apabila OMD mendeteksi uap oli yang melebihi batas normalnya,
maka OMD tidak bisa menunjukkan lokasi dimana kerusakan terjadi.
Karena itu, pihak terkait dilapangan harus melakukan pemeriksaan

17
menyeluruh dengan teliti dan cermat, untuk mengetahui apa jenis dan
dimana kerudasakan terjadi.
2. Model VN 116
Model ini agak lebih mengarah dalam menunjukkan lokas dimana
kerusakan terjadi, apakah disisi sebelah kiri atau sebelah kanan OMD
berdasarkan pipa saluran yang terhubung langsung dengan OMD.
Contoh, ada uap oli yang melebihi batas normal dan itu bersalak dari
carter nomor 2. Sementara itu, pipa saluran udara yang keluar dari
carter 2 dihubungkan ke OMD melalui sisi kanan. Jadi, OMD tidak
memberikan indikasi bahwa kerusakan terjadi dicarter 2, melainkan
hanya mengindikasikan ada kerusakan dari sebelah kanan.
3. Model VN 215
Apabila terjadi kerusakan mesin yang menimbulkan uap oli yang
melebihi batas normal, OMD model ini akan segera memberikan sinyal
alarm atau stop mesin, sekaligus menunjukkan lokasi dimana kerusakan
terjadi. Dengan demikian, pameriksaan hanya dilakukan pada carter
(bagian) mesin yang ditunjukkan oleh OMD tersebut.VN 215 lebih
diminati oleh pemakai dan belakangan juga sudah menjadi kelengkapan
standar dari beberapa merek mesin diesel.
3.6. Versi (Generasi) Produksi OMD
Sejauh ini, sudah ada 3 versi OMD keluaran pabrikan Visatron,
yaitu sebagai berikut:
1. Versi 79
Versi 79 adalah generasi pertama dan saat ini sudah tidak
diproduksi lagi, termasuk suku cadangnya. Khusus diunit
pembangkit diesel PLN, versi ini masih digunakan terutama pada
mesin Sulzer type ZV 40/48 yang merupakan bawaan dan
menjadi standar kelengkapan bagi mesin tersebut.
Versi 79 mempunyai kelemahan sebagai berikut :
a. Respon pendeteksian tergolong cukup lambat. Sehingga
meskipun mesin tidak sampai mengalami kerusakan fatal karena
OMD menghentikan mesin, kerusakan yang terjadi dianggap
terlanjur parah.

18
b. Tidak bisa secara lebih spesifik memberikan indikasi adanya
gangguan OMD. Sehingga akan menyulitkan pihak dilapangan
mengidentifikasi jenis gangguannya.
c. Tidak bisa menunjukkan kadar uap oli yang dideteksi
d. Meski OMD mengindikasikan berfungsi, tetapi tidak dapat
dipastikan optimal tidaknya.
e. Tidak dilengkapi pengunci sinyal alarm(tombol reset).
Apabila terjadi uap oli yang berlebihan, maka OMD akan
menghentikan mesin. Namun, karena berkurangnya kecepatan
putaran mesin dalam proses berhentinya, sangat memungkinkan
uap oli tadi lambat laun menghilang. Karena OMD tidak lagi
mendeteksi uap oli tadi, maka secara otomatis OMD akan
kembali normal dan mesin dapat kembali dijalankan. Jika tidak
segera dilakukan pemeriksaan pada OMD, maka piha
dilapangan sulit mengetahui penyebab terhentinya mesin dan
kemudian langsung menekan tombol start. Demikian
seterusnya sampai akhirnya kerusakan terlanjur fatal.
f. Tidak mampu berfungsi optimal karena faktor teknologi dan
umur teknis yang sudah sangat tua.
Tanpa mengetahui pasti versi OMD yang digunakan, ada pihak-
pihak yang mempermasalahkan OMD yang dianggap tidak mampu
memberikan proteksi sebagaimana mestinya.
2. Versi 87
Versi 87 memiliki kelebihan antara lain seperti :
a. Respon pendeteksian lebih cepat
b. Sudah mengguanakan Light Emitting Diode (LED) yang bisa
memberikas indikasi adanya gangguan OMD sekaligus mampu
mengidentifikasi jenis gangguannya dan bisa mnunjukkan kadar
uap oli yang dideteksi (meski belum spesifik)
c. Sudah dilengkapi dengan sensor dan indikator ambient
temperature.

19
d. Sudah dilengkapi dengan pengunci alarm. Jika mesin dihentikan
oleh OMD, maka OMD tetap akan memberikan sinyal alarm
dan mesin tidak dapat dijalankan (meski tombol start ditekan),
sebelumtombol reset ditekan. Dengan demikian, pihak
di;lapangan langsung dapat mengetahui penyebab terhentinya
mesin dan memeriksa jenis kerusakan yang terjadi.
Versi ini umumnya digunakan antara lain pada mesin Sulzer ZAV,
Warsila, MaK, dan Caterpilar sebagai kelengkapan standar mesin.
Namun, karena faktor pemeliharaan yang tidak memadai, kinerja
OMD versi ini juga dianggap masih kurang optimal. Keluhan
tersebut sebenarnya tidak akan muncul, seandainya pemeliharaan
dilakukan secara intensif (rutin) sebagaimana seharusnya seperti
dijelaskan didalam buku paduan OMD. Beberapa faktor yang
menyebabkan OMD terabaikan, antaral lain adalah padatnya jadwal
pekerjaan pemeliharaan mesin, kurangnya tenaga pelaksana
sertakurangnya informasi tentang OMD dan pentingnya
pemeliharaan terhadpnya.
3. Versi 93
Versi 93 merupakan generasi terbaru yang sudah memiliki berbagai
penyempurnaan dan pengembangan teknologi yang mengedepankan
aspek kecepatan pendeteksian dan aspek kemudahan bagi
pemakainya.
Kelebikannya dibandingkan dengan versi sebelumnya, antara lain
sebagai berikut :
a. Respon pendeteksiannya lebih cepat lagi
b. Mengaplikasikan sistem digital yang lebih memudahkan lagi
serta lebih cepat bagi pihak dilapangan untuk mengetahui jenis
gangguan pada OMD, kadar uap oli yang dideteksi, Ambient
temperature dan tekanan hisap. Meskipun menggunakan sistem
elektronik digital yang lebih sensitif, fungsi kerja OMD ini tidak
akan terganggu oleh faktor vibrasi mesin.

20
c. Arsitektunya lebih disempurnakan, sehingga jauh lebih
memudahkan pemakainya dari segi pengoperasian maupun
pemeliharaannya (tidak lagi seketat sebagaimana yang
diperlukan oleh generasi OMD sebelumnya).
d. Sudah dilengkapi dengan fitur yang tidak ada pada generasi
sebelumnya. Misalnya, kemampuan berintegrasi dengan
komputer yang memungkinkan aktifitas OMD dimonitor dari
ruang pengawasan (control room)
Kemampuan OMD versi ini sudah dibuktikan dibeberapa lokasi unit
pembangkit diesel PLN yang sudah menggunakannya, seperti
dipasang pada mesin SWD dan Sulzer ZV 40/48.
Untuk mengetahui type (model) OMD yang mungkin ada
saat ini (masih) digunakan di unit-unit pembangkitan diesel, dapat
dilihat dari data identifikasi OMD yang tertera pada name plate
OMD (pada tanpak depan).
Pada name plate tersebut antara lain tertera:

Dimana kedua identifikasi tersebut tertera dengan tulisan


tangan (dari pihak produsennya). Jika keduanya sudah hilang, maka
identifikasi dilakukan melalui serian number yang juga tertera
(dengan tulisan tangan) pada name plate OMD tersebut.
3.7. Posisi Instalasi OMD Pada Mesin
Posisi OMD terletak tepat ditengah-tengah mesin, itu dimaksudkan
agar tercapainya keseimbangan pendeteksian OMD baik dari sisi sebelah
kanan maupun dari sisi sebelah kiri OMD. Posisi OMD juga harus
diupayakan sedekat mungkin dengan mesin, hal iyu dimaksudkan agar
respon OMD semaksimal mungkin.
Untuk mendeteksi keadaan asap pada mesin, OMD menggunakan pipa
yang diletakkan pada pintu masing-masing chamber (kamar) dari mesin.
Didalam masing-masing chamber memiliki dua buah pintuyang terletak
dikedua sisi. Untuk memonitor sebuah chamber cukup dipasang satu buah

21
pipa pada salah satu pintunya. Posisi OMD pada mesin pembangkit tenaga
diesel ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 3.1. Posisi OMD pada Mesin Pembangkit Tenaga Diesel


3.8. Sistem Sensor
Sensor merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan
penting dalam sistem pengaturan secara otomatis. Ketepatan dan kesesuaian
dalam memilih sebuah sensor akan sangat menentukan kinerja dari sistem
pengaturan secara otomatis. Selain itu sensor dapatdidefinisikan sebagai
suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-
sinyal yan berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi
fisika, energi kimia, energi biologis, energi mekanis dan sebagainya.
Perkembangan sensor sangat cepat sesuai dengan kemajuan teknologi
otomasi, semakin kompleks suatu sistem otomasi dibangun maka semakin
banyak jenis sensor yang digunakan. Dalam sistem kendali industri, sensor
berperan untuk mendeteksi gejala perubahan informasi sinyal dalam sistem
kontrol, dan berfungsi sebagai umpan balik pada sebuah kendali sistem
otomatis.
3.8.1. Sistem Sensor Infra Merah
Sistem sensor infra merah pada dasarnya menggunakan infra
merah sebagai media untuk komunikasi data antara receiver dan
transmitter. Sistem akan bekerja jika sinar infra merah yang
dipancarkan terhalang oleh suatu benda yang mengakibatkan sinar

22
infra merah tersebut tidak dapat terdeteksi oleh penerima.
Keuntungan atau manfaat sistem ini dalam penerapannya antara lain
sebagai pengendali jarak jauh, alaem keamanan, dan otomatisasi
dalam sistem.
Pemancar pada sistem ini terdiri atas sebuah Light Emitting
Diode (LED) infra merah yang dilengkapi dengan rangkaian yang
mampu membangkitkan data untuk dikirimkan melalui sinar infra
merah, sedangkan pada bagian penerima biasanya terdapat
fototransistor, fotodioda, atau infra merah module yang berfungsi
untuk menerima sinar infra merah yang dikirimkan oleh pemancar.
Untuk jarak yang cukup jauh, kurang lebih tiga sampai lima
meter, pancaran data infra merah harus dimodulasikan terlebih
dahulu untuk menghindari kerusakan data akibat noise.
2.8.2. Infra Red Transmitter
Infra red transmitter merupakan suatu modulasi pengirim data
melalui golongan infra merah dengan frekuensi carrier sebesar 38
kHz. Modul ini dapat difungsikan sebagai output dalam aplikasi
transmisi data nirkabel seperti robotik, sistem pengaman dan
sebagainya.
Pemancar yang digunakanpada sistem ini terdiri atas sebuah
Light Emitting Diede (LED). LED infra merah adalah jenis diode
yang memancarkan cahaya minokromatik yang tidak koheren
ketika diberi tegangan maju. LED infra merah adalah jenis diode
yang memancarkan cahaya infra merah, aplikasi sederhana
pengguanaan LED infra merah ini adalah pada remote TV. LED
infra merah pada dasarnya adalah diode PN silicon biasa yang
dikemas dalm kotak transparan.

23
Gambar 3.2. LED Infra Merah
Sinar infra merah dihasilkan dari pertemuan Arsenida Galium
pada LED infra merah yang diberikan tegangan listrik. LED infra
merah merupakan salah satu komponen elaktronika yang akan
menghantar arus jika dialiri bias maju. LED infra merah terbuat
dari bahan Arsenida Galium atau Fosfida Galium (GaAs atau
Giap), dan ditempatkan didalam suatu wadah yang tembus
pandang.
Untuk membedakan antara anoda dan katodanya dapat dilihat
dari bentuk elektrodanya, yang besar adalah katoda. Material yang
digunakan dalam konstruksi LED akan menentukan jenis cahaya
yang diradiasikan. Apakah cahaya tampak atau cahaya tidak
tampak.
3.8.2. Infra Red Receiver
Infra red receiver merupakan suatu modul penerima data
melalui gelombang infra merah dengan frekuensi carrier sebesar 38
kHz. Modul ini dapat difungsikan sebagai input dalam aplikasi
transmisi data nirkabel seperti robotik, sistem pengaman dan
sebagainya.
Receiver (penerima) yang digunakan oleh sensor infra merah
jenis fototransistor, yaitu jenis transistor bipolar yang
menggunakan kontak (junction) base-collector untuk menerima
atau mendeteksi cahaya dengan gain internal yang dapat
menghasilkan sinyal analog maupun digital. Fototransistor
merupakan salah satu komponen yang berfungsi sebagai detektor
cahaya yang dapat mengubah efek cahaya menjadi sinyal listrik.
Karen itu fototransistor termasuk dalam detektor optik.

24
Gambar 3.3. Fototransistor

Fototransistor dapat diterapkan sebagai sensor yang baik,


karena memiliki kelebihan dibandingkan sengan komponen lain
yaitu mampu untuk mendeteksi sekaligus menguatkannya dalam
satu komponen tunggal. Bahan utama dari fototramsisitor adalah
silikon atau germanium sama seperti pada transistor jenis lainnya.
Fototransistor juga memiliki dua tipe seperti transistor tipe NPN
dan tipe PNP.
Fototransistor sebenarnya tidak berbeda dengan transistor
biasa, hanya saja fototransistor ditempatkan didalam suatu material
yang transparan sehingga memungkinkan cahaya (cahaya infra
merah) mengenainya (daerah basis), sedangkan transistor biasa
ditempatkan pada bahan logam dan tertutup.
Fototransisitor memiliki beberapa karakteristik yang
sering digunakan dalam perancangan, yaitu:
1. Dalam rangkaian jika menerima cahaya akan berfungsi sebagi
resistan
2. Dapat menerima penerimaan cahaya yang redup (kecil)
3. Semakin tinggi intensitas cahaya yang diterima, maka semakin
besar pula resistan yang dihasilkan.
4. Memerlukan sumber tegangan yang kecil
5. Menghantarkan arus saat ada cahaya yang mengenainya
6. Penerimaan cahaya dilakukan pada bagian basis
7. Apabila tidak menerima cahaya maka tidak akan
menghantarkan arus.
Berdasarkan tanggapan spektral, sifat-sifat dan cara kerja
fototransistor tersebut, maka perubahan cahaya yang kecil

25
dapat dideteksi. Oleh karena itu fototransistor digunakan
sebagai dtektor cahaya yang peka, terutama pada cahaya infra
merah.

26
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Penggunaan OMD pada PLTD Ampenan
Oil Mist Detector (OMD) atau pendeteksi kabut minyak suatu alat
yang dipakai oleh mesin diesel di PLTD Ampenan untuk mendeteksi adanya
uap oli yang melebihi batas normalnya sehingga bisa menyebabkan
kerusakan pada mesin diesel tersebut. Uap oli berlebih yang berasal dari
pergesekan sparepart mesin sehingga menimbulkan panas yang dapat
mengguapkan oli mesin.
Uap oli memberikan beberapa pertanda utama pada permasalahan-
permasalahan yang membahayakan bagian-bagian tertentu dari mesin diesel
yang terus bergerak. Ada dua jenis uap oli namun yang perlu diperhatikan
adalah yang dikenal dengan asap biru dan asap putih.
OMD mengguanakan infra merah untuk mendeteksi adanya uap oli
yang berbahaya bagi mesin diesel. Jika uap oli yang dihasilkan melebihi
batas normal dari mesin itu sendiri, OMD akan memberikan sinyak alarm
pada mesin untuk stop.
OMD merupakan suatu alat pendeteksi kabut minyak yang sangat
unggul dan efektif dalam menyelamatkan mesin-mesin diesel yang dimiliki
oleh PLTD Ampenan dari kerusakn yang fatal. OMD yang hingga saat ini
masih digunakan di PLTD Ampenan adalah OMD VN 215/87 dan OMD
NV 215/93

Gambar 4.1. Oil Mist Detector (OMD)

27
Berikut adalah spesifikasi perangkat Oil Mist Detector (OMD) yang
digunakan di PLTD Ampenan :
1. Bekerja pada tegangan 24 V DC
2. Arus maksimum yang dibutuhkan/digunakan adalah 3A
3. Tekanan udara yang dibutuhkan pada pinti masuk pompa mendekati 0,6
bar. Udara tersebut dapat diperoleh dari sistem kontrol pneumatik mesin
atau dari Starting Air System (sisten udar permulaan)
4. Suhu kerja berkisar diantara 0 0C hingga 70 0C
5. Suhu penyimpanan berkisar diantara -25 0C sampai +85 0C (dalam ruang
tertutup)
6. Mampu mendeteksi opacity (ketebalan asap) dengan tingkat persentase
dimulai dari 0,7% sampai 28%
7. Waktu respon pendeteksian kurang dari 5 detik
8. Massa total OMD sekitar 14,5 kg
9. Mengguanakan kabel penghubung yang menggunakan interface adapter
RS 485/RS 232

Gambar 4.2. Salah Satu OMD Yang Digunakan Pada Mesin Pembangkit
di PLTD Ampenan

28
4.2. Tahap-tahap Pengambilan Data
Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengambilan data adalah sebagai
berikut:
a. Melakukan studi pustaka sebagai persiapan dalam melaksanakan
pengambilan data dengan mencari referensi mengenai OMD yang
digunakan pada mesin diesel OMD
b. Melakukan konsultasi interaktif dengan pemimbing lapangan yang
berkompeten langsung dengan peralatan OMD sekaligus melakukan
observasi lapangan berupa pengamatan dan inpeksi langsung untuk
melihat perangkat OMD pada mesin diesel.
c. Selanjutnya melakukan pengujian sensitivitas perangkat OMD dengan
cara melakukan pengamatan terhadap kepekaan asap yang dideteksi dan
kemudian mengukur ketebalan asap yang dideteksi tersebut.
d. Melakukan pengujian pengaruh suhu dan tekanan udara terhadap
sensitivitas OMD. Pngembilan data diawali dengan pengukuran suhu
dan tekanan udara pada mesin untuk memperoleh data-data yang
dibutuhkan.
4.3. Metode Pengambilan Data
Proses pengambilan data daapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok pengujian, yaitu:
a. Pengujian sensitivitas OMD
b. Pengujian pengaruh suhu dan tekanan udara terhadap sensitivitas OMD.
4.4. Pengujian Sensitivitas OMD
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sensitivitas OMD.
Sebagamana telah dibahas sebelumnya bahwa sistem ini bekerja dengan
mengambil sampel kabut asap yang berada diruangan mesin untuk dideteksi
dengan menggunakan sensor infra merah pada OMD. Asap pada ruangan
mesin akan terserap melalui pipa menuju OMD karena adanya Scavenging
Air System pada Scavenging Air Set Block pada OMD.
Pengujian ini dilakukan secara simulasi dengan menggunakan asap
rokok. Asap rokok ditiupkan kedalam OMD melalui pipa penghubung.
Sistem sensor infra merah pada OMD segera mendeteksi keberadaan asap

29
tersebut. Dalam hal ini, persentase ketebalan asap langsung ditampilkan
pada display OMD. Pada tingkat ketebalan asap tertentu OMD akan
membunyikan alarm sekaligus mengaktifkan relay-relay untuk mematikan
mesin.

Gambar 4.3. Bentuk Display OMD

4.5. Pengujian Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara Terhadap Sensitivitas


Sensor OMD
Suhu dan tekanan udara hanya diamati pada bagia internal mesin.
Pengukuran suhu menggunakan termokopel yang dihubungkan langsung ke
main bearing mesin diesel. Hasil penunjukkan suhu akan ditampilkan
diruang panel mesin. Sedangkan pengukuran tekanan udara secara terpisah
menggunakan alatukur manomater.
a. Langkah-langkah pengukuran suhu:
- Memasang terhmokopel pada mesin diesel
- Mangamati penunjukkan suhu pada setiap peningkatan ketebalan
asap yang dideteksi oleh OMD
- Kemudian mencatat hasil penunjukkan suhu.

30
4.6. Analisis Prinsip Kerja Sistem Sensor Infra Merah OMD
OMD bekerja dengan mengambil sampel kabut asap yang berada
diruangakan mesin untuk dideteksi dengan menggunakan sensor infra merah
pada OMD. Sensor infra merah OMD terdiri atas fototransistor sebagai infra
red receiver dan LED infra merah sebagai infra red transmitter.
Sensor infra merah bekerja dengan mengambil kabut asap yang
berada diruangan mesin untuk dideteksi dengan menggunkan sensor infra
merah pada OMD. Asap pada ruang mesin akan terserap melalui pipa
menuju OMD karena adanya Scavenging Air system pada Scavenging Air
Set Block pada OMD.
Pada awalnya infra red receiver (penerima infra merah) masih
menerima data dari infra red transmitter (pengirim infra merah) sehingga
infra red receiver berlogika 1. Keluaran dari infra red receiver akan
dihubungkan pada switching transistor. Transistor difungsikan sebagai switch
yang bekerja untuk mengaktifkan relay R. V. H. Karena transistor yang
digunakan adalah jenis PNP maka pada saat berlogika 1, transistor ini tidak
aktif atau saturasi. Sehingga transistor tidak mampu mengaktifkan relay R. V.
H. Sedangkan pada saat sensor infra merah terhalang oleh kabut asap maka
data yang diterima oleh infra red receiver berlogika 0. Saat transistor PNP
berlogika 0 pada kaki basis maka transistor tersebut akan saturasi. Dengan
saturasinya transistor maka relah R. V. H akan aktif karena relay R. V. H
telah terhubung dengan ground.
Relay R. V. H bekerja dengan tegangan sebesar +24 Volt. Dengan
tegangan sebesar ini, relay R. V. H tidak mampu untuk difungsikan sebagai
switch untuk mematikan mesin sulzer untuk itu diperlukan satu buah relay
lagi yang bekerja dengan tegangan yang lebih besar untuk difungsikan
sebagai switch untuk mematikan mesin.
Relay yang dimaksud dinamkan dengan relay RS. Relay ini bekerja
dengan tegangan 220 Volt. Ketika switch transistor saturasi dan mengaktifkan
relay R. V. H, maka relay R. V. H yang berfungsi sebagai switch bagi relay
RS akan aktif dan relay RS juga akan aktif karena kaki relay RS telah

31
terhubung dengan ground. Relay RS berlogika Normally Close (NC)
sehingga pada saat aktif relay RS akan open (terbuka) dan mesin akan mati.
Kedua relay ini (relay R. V. H. Dan relay RS) terletak didalam
lemari panel yan terletak tidak jauh dengan dengan tempat mesin Sulzer
berada. Dilemari panel ini terdapat puluhan relay lagi yang mempunyai fungsi
masing-masing untuk mengontrol mesin.
Bila terjadi gesekan pada bagian mesin yang berputar, proses ini
akan berlangsung selama beberapa detik untuk mematikan mesin sehingga
tidak terjadi kerusakan mesin yang lebih parah atau bahkan ledakan. Akan
tetapi bagaimanapun juga sistem ini bekerja setelah terjadi kerusakan pada
mesin. Sistem ini tidak mampu mencegah terjadinya kerusakan yang akan
terjadi. Sehingga bila OMD telah mematikan mesin secara otomatis, maka
mesin harus diperiksa secara keseluruhan untuk memperbaiki letak
kesalahannya.
Relay R. V. H dan relay RS tidak bekerja sendirian. Keduanya juga
terhubunga paa relay-relay dan bagian lain yang berhubungan dengan
pengontrolan mesin. Misalnya relay R. V. H terhubung dengan switch yang
membunyikan alarm. Sehingga bila relay R. V. H aktif maka alarm alarm
akan menyala seketika. Sedangkan relay RS terhubung dengan relay-relay
yang berfungsi untuk membuka dan menutup pipa bahan bakar dan
pelumas, sehingga mesin diesel akan berhenti beroperasi secara otomatis.

Gambar 4.4. Rangkaian Digital Sensor Infra Merah OMD

32
4.7. Analisis Hasil Pengukuran Tegangan Output Sensor OMD
Berdasarkan pengukuran pada saat pengambilan data yang
dilakukan, tegangan output sensor yang terukur pada setiap persentase
ketebalan asap dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Tegangan Output Sensor OMD

Ketebalan Asap (%) Vout Sensor (V)


5.5 0,5
3.5 2,5
2.2 3,7
1.4 4,5

Dari tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa ketebalan asap


berbanding terbalik dengan tegangan output sensor. Semakin besar jumlah
persentase ketebalan asap yang terdeteksi didalam mesin oleh OMD,
semakin kecil tegangan output sensor OMD.
4.8. Analisis Data Pengujian Suhu dan Tekanan Udara Pada Setiap Level
Sensitivitas Sensor
Berdasarkan pengujian sensitivitas OMD serta pengujian pengaruh
suhu dan tekanan udara terhadap sensitivitas OMD itu sendiri, maka dapat
diperoleh data-data sebagai berikut:
Tabel 4.2. Suhu dan tekanan udara pada masing-masing level sensitivitas
sensor
Ketebalan Asap Level Sensitivitas
T (0C) P (bar)
(%) Sensor
10 0.1 0.7 1
20 0.2 1.2 2
30 0.3 1.8 3
40 0.4 2.6 4
50 0.5 3.5 5

33
60 0.6 5.5 6
70 0.7 8.2 7
80 0.8 12.2 8
90 0.9 18.5 9
100 1.0 27.8 10

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, ketika suhu dalam mesin berada dalam
kisaran 10 0C hingga 50 0C, sistem sensor infra merah OMD sudah bekerja
dan mendeteksi ketebalan asap didalam mesin. Ini dapat dilihat pada level
sensitivitas sensor yang ditampilkan pada display OMD. Sejauh ini, sensor
infra merah OMD belum menangkap adanya gangguan pada mesin.
Akan tetapi, ketika suhu mulai mencapai 60 0C, sensor infra merah
OMD telah mulai mendeteksi adanya gangguan. Gangguan ini berupa
gesekan yang terjadi antar baian-bagian internal mesin yang kemudian
menimbulkan asap dengan ketebalan yang semakin meningkat. Hal ini juga
sejalan dengan semakin meningkatnya suhu didalam mesin.
Pada range level sensitivitas 1-5, kondisi ketebalan asap dalam
mesin masih berada dalam kategori aman. Namun pada level sensitivitas
sensor selanjunya, ketebalan asap dalam mesin semakin meningkat dan ini
merupakan indikasi awal terjadinya gesekan pada bagian-bagian tertentu
mesin. Yakni sebagaimana terlihat pada tabel 4.2 diatas, pada saat persentase
ketebalan asap sudah mencapi 5,5 %, sensor infra merah OMD segera
mengaktifkan sistem Emergency Shut Down untuk mematikan mesin.
Sehingga pemeriksaan dan perbaikan kerusakan pada bagian mesin yang
bergesekan dapat segera dilaksanakan oleh para operator mesin.

34
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Oil Mist Detektor sangat tepat diterapkan dalam sistem Emergency Shut
Down mesin diesel, karena proses pendeteksian adnya kerusakan pasa
bagian-bagian mesin diesel dan pengiriman sinyal pada panel kontrol
untuk mengaktifkan relay yang berfungsi untuk mematikan mesin
berlangsung dalam waktu singkat.
2. Teknologi deteksi OMD mengguanakan sistem sensor infra merah dalam
mendeteksi kabut minyak didalam mesin diesel yang muncul akibat
adanya gesekan pada bagian-bagian internal mesi diesel.
3. suhu dan tekana udara yang semakin meningkat mengakibatkan
bertambahnya persentase keteebalan asap (kabut minyak) sehingga level
sensitivitas OMD ikut meningkat dan sistem Emergency Shut Down juga
secara otomatis akan aktif.
5.2. Saran
Berdasarkan pengalam yang didapatakan pada saat melakukan kerja
praktik di PLTD Ampenan, untuk itu terdapat beberapa saran untuk teman-
teman mahasiswa :
1. Praktik kerja lapangan merupakan sarana yang sangat efektif untuk dapat
secara langsung mahasiswa menerapkan ilmu yang didapat
diperkuliahan, sehingga mahasiswa sebaiknya dapat menggunakan
kesempatan pada saat praktik dengan sebaik-baiknya.
2. Ilmu yang didapat semasa perkuliahan sedapat mungkin dikuasai
terutama ilmu praktiknya karena hampir keseluruhan ada hubungannya
dengan dunia kerja baik secara langsung maupun tidak langsung dan
saling menunjang satu sama lain.
3. Sebelum melaksanakan suatu praktek kerja, teman-teman mahasiswa
hendaknya menyiapkan materi yang kira-kira akan dipelajari lebih lanjut
nantinya dilokasi praktek.

35
4. Sebelum melaksanakan suatu pekerjaan, koordinasi dan komunikasi
merupakan hal paling penting untuk mencegah hal-hal yang nanti dapat
merugikan diri sendiri maupun perusahaan.
5. Bagi teman-teman mahasiswa yang akan atau sedang melaksanakan
praktek kerja lapangan dimanapun harus menjaga nama baik almamater,
karena ini akan mempengaruhi citra universitas.

36

Anda mungkin juga menyukai