Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman yang


serba modern ini semakin canggih, khususnya dibidang kelistrikan,
dimana kebutuhan akan listrik pada saat ini sudah menjadi kebutuhan
primer, sehingga dapat dipastikan kebutuhan akan listrik pada saat ini
maupun yang akan datang akan terus meningkat.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik di bidang penyaluran tenaga
listrik, maka di bangunlah Gardu Induk dan saluran transmisi sebagai
media penyalur aliran daya listrik hingga sampai ke konsumen. Salah satu
adalah Gardu Induk 150 kV Purwodadi.
Gardu Induk merupakan suatu instansi yang terdiri dari berbagai
macam peralatan yang berfungsi untuk menaikan dan menurunkan
tegangan sistem, pengukuran dan pengawasan operasi serta pengaturan
pengamanan dari sistem tenaga listrik lain, dan mengatur penyaluran daya
ke gardu induk lain melalui jaringan transmisi.
Untuk meningkatkan kualitas system penyaluran dan pencegahan
kerusakan peralatan saat operasi memerlukan perawatan pada setiap
peralatan yang harus dimiliki setiap Gardu Induk secara rutin dan
terjadwal, khususnya di tiap gardu induk. Peran baterai dalam gardu induk
sangat viral dalam operasi system digardu induk. Baterai menyuplai
sumber listrik searah (DC) untuk kebutuhan operasi relai proteksi dan
control.
Sistem DC digardu induk harus mempunyai keandilan dan
stabilitas yang tinggi. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan yang
tinggi yang menyebabkan kerusakan tidak menyebar ke peralatan lain di
gardu induk.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Nyata

Dalam kurikulum Studi Teknik Elektro Universitas


Muhammadiyah Surakarta, mata kuliah Praktik Kerja Nyata merupakan
mata kuliah wajib dilaksanakan oleh mahasiswa sebagai salah satu syarat
kelulusan. Praktik Kerja Nyata yang dilakukan di Gardu Induk 150 kV
Purwodadi, PT PLN (Persero) APP Semarang – Area Pengatur Beban
(APB) Jawa Tengah & DIY, Untuk :
1. Mengetahui peralatan – peralatan Gardu Induk
2. Mengetahui Cara kerja peralatan – peralatan Gardu Induk.

1
3. Menjelaskan tentang Pemeliharaan Bulanan Baterai Sebagai
Suplai Tegangan DC 110 volt dan 48 volt Pada Gardu induk 150
kV Purwodadi

1.3 Tempat dan Waktu Praktik Kerja Nyata

Praktik kerja nyata ini dilaksanakan dalam satu bulan ,dimulai dari
tanggal 02 Mei – 02Juni, bertempat di PT PLN (Persero) APP Semarang –
Area Pengatur Beban (APB) Jawa Tengah & DIY Basecamp Kudus Gardu
Induk 150 kV Purwodadi.

1.4 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup dan presepsi pembaca terhadap


judul PEMELIHARAAN BULANAN BATERAI SEBAGAI SUPLAI
TEGANGAN DC PADA GARDU INDUK 150 kV PURWODADI, maka
dapat diidentifikasikan masalah sebatas pada perawatan bulanan, cara
perbaikan, dan cara mengukur tegangan tiap cell baterai digardu induk 150
kV Purwodadi.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam pelaksana


kerja praktik ini adalah :
1. Pengamatan langsung
Dilakukan dengan cara langsung mengamati langkah – langkah
yang di kerjakan dalam proses Pemeliharaan bulanan baterai di gardu
induk 150kV purwodadi.
2. Wawancara
Beberapa pengumpulan data dengan cara mewawancarai pengawas
dengan mengumpulkan berbagai data, informasi dan konsultasi secara
lisan dengan pihak yang terkait.
3. Pengambilan data
Dilakukan dengan menggunakan data tertulis untuk mengetahui
dengan jelas tentang proses Pemeliharaan Bulanan Baterai Sebagai Suplay
Tegangan DC Pada gardu induk 150 kV Purwodadi.
4. Studi pustaka
Berupa pengumpulan literatur dari berbagai para ahli sebagai
referensi dan data pelengkap.

2
BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali


(P3B JB) adalah satu-satunya perusahaan yang bertanggung jawab dalam
mengelola pengusahaan transmisi, pengaturan beban dan manajemen energi
di Sistem Jawa-Madura-Bali (SJB). Secara operasional SJB terbagi menjadi
enam belas Area Pelaksana Pemeliharaan dan lima Area Pengatur Beban,
yang terinterkoneksi melalui jaringan kelistrikan 500 kV.
Wilayah kerja PT PLN (Persero) P3B JB Area Pelaksana
Pemeliharaan Semarang terdiri dari 2 Basecamp yaitu Basecamp Kudus (ex
UPT Kudus) dan Basecamp Semarang (UPT Semarang), dimana total aset
yang dimiliki APP Semarang sebesar Rp 5.383 triliun dengan nilai transaksi
energi yang dikelola mencapai 16.238 GWh sampai Oktober 2012.
APP Semarang terbentuk berdasarkan Surat Keputusan PT PLN
(Persero) P3B JB Nomor 1467.K/DIR/2011 tanggal 13 Desember 2011
tentang Organisasi PT PLN (Persero) Area Pelaksana Pemeliharaan
Semarang pada PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban
Jawa Bali. APP Semarang terdiri dari 1 unit Gardu Induk Konvensional 500
kV 11 unit, Gardu Induk konvensional 150 kV 2 unit dan GIS 150 KV 5 unit.
Trafo IBT 500/150 kV (kapasitas terpasang 1500 MVA), 45 unit trafo
distribusi 150/20 kV (kapasitas terpasang 1946 MVA). Saluran transmisi
terpasang terdiri dari SUTET 500 kV (6 sirkuit; 616.42 kms; 1032 tower),
SUTT 150 kV (52 sirkuit; 1.089.88 kms; 1.612 tower) dan SKTT 150 kV (2
sirkuit; 5.841 kms) dengan jumlah SDM sebanyak 254 orang. Total nilai aset
yang dimiliki APP Semarang sebesar Rp 5.383.094.712.759 dengan jumlah
energi tersalur ke Distribusi mencapai 3.679.325,064 MWh pada tahun 2010.

2.2 Profil Perusahaan


1. Nama :  PT PLN (PERSERO) APP Semarang
2. Manager :  Amirudin B.Z
3. Badan Hukum  : PT (Perseroan Terbatas)
4. Alamat             : Jl. Jenderal Sudirman Km.23Komplek GI,Ungaran
5. Telp/Faks         :  024-6922402 / 024-6921235, 6921236

3
2.3 Visi Perusahaan

Diakui sebagai pengelola Transmisi Tenaga Listrik dengan kualitas


pelayanan kelas Dunia.

2.4 Misi Perusahaan

1. Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi


andal, berkualitas, efisien dan ramah lingkungan
2. Melaksanakan pengelolaan transmisi tenaga listrik yang efisien, aman,
andal dan ramah lingkungan
3. Melaksanakan Melaksanakan transaksi transaksi tenaga tenaga listrik
listrik yang yang transparan dan kredibel
4. Melaksanakan dan mengembangkan pemberdayaan sumber daya
manusia yang kompeten dan profesional.

4
2.5 Wilayah Kerja APP Semarang

Wilayah kerja APP semarang meliputi:

1. GITET Ungaran,
2. GI Pudakpayung,
3. GI Mranggen,
4. GI Krapyak,
5. GI Pandeanlamper,
6. GIS Simpanglima,
7. GIS Kalisari,
8. GIS Tambaklorok,
9. GI Kudus,
10. GI Jepara,
11. GI Pati,
12. GI Rembang,
13. PLTU Rembang,
14. GI Cepu,
15. GI Blora,
16. GI Kedungombo,
17. GI Purwodadi.

APP Semarang melayani 3 unit Area Pelayanan Jaringan (APJ) yaitu:


1. APJ Salatiga,
2. APJ Semarang
3. APJ Kudus.

5
Gambar Wilayah kerja PT PLN (Persero) APP Semarang

2.6 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) App Semarang

6
2.7 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian dari


ketenagalistrikan K3 adalah usaha mengamankan kegiatan kerja dari
terjadinya kecelakaan melalui kegiatan yang bertujuan memberikan
perlindungan, pencegahan, dan penyelesaiaan terjadinya kecelakaan. Bekerja
sesuai dengan norma K3 yang dilaksanakan oleh pekerja dari tingkat terendah
sampai tertinggi, agar tercipta situasi yang kondusif, efisien, sehat dan aman.
Komitmen manajemen untuk melaksanakan K3 melalui kebijakan,prosedur,
dan program K3 harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yaitu UU Nomor 22 Tahun 2002 yang berisi :
1. Setiap usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuanketanagalistrikan.
2. Keselamatan ketenagalistrikan adalah segala upaya atau langkah langkah
pengamanan instalasi tenaga listrik, peralatan dan pemanfaatan instalasi
tenaga listrik guna mewujudkan :
1.      Kondisi andal bagi instalasi
2.      Kondisi aman bagi manusia
3.      Kondisi ramah bagi lingkungan
3. Dalam K3 ada 5(lima) tahap pencegahan kecelakaan sebagai berikut:
1.Organisasi
Masalah K3, dukungan manajemen, prosedur dan sistematis
2. Mencari fakta
Survey, inspeksi, observasi, memeriksa dan melakukan penyelidikan
3. Menganalisa
Frekuensi, tingkat keparahan, lokasi pekerjaan, sebab langsung atau
langsung, macam pekerjaan, alat perlengkapan, dan hambatan.
4. Memilih cara perbaikan
Penyelesaian penempatan pegawai, instruksi yang meyakinkan,dan
menghimbau, perbaikan teknis, tindakan disiplin.
5. Melaksanakan perbaikan
Pengawasan, pendidikan, perbaikan mekanisme

7
BAB III

PERALATAN UMUM DI GARDU INDUK

3.1 Sistem Tenaga Listrik


Sistem Tenaga Listrik (Electric Power System) meliputi 3 komponen,
yaitu :
a. Sistem Pembangkit Listrik
Pembangkitan yaitu produksi tenaga listrik,dilakukan dalam pusat
tenaga listrik atau sentral memanfaatkan enrgi alam yang nantinya
akan diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan penggerak
mula dan generator.
b. Sistem Tenaga Listrik
Transmisi atau penyaluran adalah dengan memindahkan tenaga listrik
dari pusat tenaga listrik dengan nilai tegangan transmisi gardu
induk,yang terletak berdekatan dengan pusat pemakaina berupa kota
atau industri besar. Saluran transmisi merupakan mata rantai
penghubung antara stasiun pembangkit dan sistem distribusi dan
menghubungkan dengan sistem – sistem daya lain melalui
interkoneksi.
c. Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Suatu sistem distribusi yang menghubungkan semua beban pada
daerah tertentu kepada saluran transmisi . dari gardu induk Tenaga
listrik di distribusikan ke gardu induk distribusi dan ke pemakai atau
konsumen . Sistem tenaga listrik di katakan sebagai kumpulan /
gabungan yang terdiri atas komponen – komponen atau alat – alat
listrik seperti generator, transformator,saluran transmisi, saluran
distribusi dan beban yang saling berhubungan dan merupakan satu
kesatuan sehingga membentuk suatu sistem.

3.2 Pengertian Gardu Induk


Gardu induk merupakan Sub sistem dari sistem penyaluran
(Transmisi) Tenaga Listrik Berarti pada Gardu induk merupakan sub –
sub sistem dari sistem tenaga listrik.
Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk
mempunyai peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat
dipisahkan dari sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.
Dalam pembahasan ini difokuskan pada gardu induk yang pada
umumnya terpasang di Indonesia, pembahasannya bersifat praktis
(terapan) sesuai kontruksi yang terpasang di lapangan. Gardu Induk
(GI) atau sub – station (S/S) adalah bagian dari suatu sistem tenaga
listrik yang berfungsi :
1. Mentransformasikan Daya Listrik :

8
a. Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan Tinggi (500 kV /
150kV)
b. Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah
(150kV/70kV)
c. Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah
(150kV/20kV,70kV/20kV)
d. Dengan frekuensi tetap (di Indonesia 50Hz)
2. Untuk pengukuran pengawasan operasi serta pengaman dari
sistem tenaga listrik.
3. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk – gardu induk
yang lain melalui tegangan tinggi dan ke gardu distribusi –
distribusi ,setelah melalui proses penurunan tegangan melalui
penyulang – penyulang (feeder – feeder) tegangan menengah
yang ada di gardu induk.
4. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal
PLN),yang di kenal dengan istilah SCADA)
5. Untuk transformasi menaikkan / menurunkn tegangan.
6. Untuk switching operation distribusi jaringan.
7. Untuk melayani beban
Berdasarkan fungsinya ada 5 macam :
1. GI penaik / GI step up.
Pada gardu induk step up / penaik terdapat proses penaikan
tegangan.
2. GI switching (switching S/S)
Pada GI switching ini terdapat proses distribusi jaringan,tetapi
tanpa transformasi tegangan.
3. GI transmisi / GI step down
Pada gardu induk step down ini terdapat proses penurunan
tegangan.
4. GI distribusi.
Pada gardu induk distribusi ini terdapat proses pelayanan
langsung ke beban (konsumen)
5. GI gabungan dari nomor satu sampai nomor paling terakhir.

3.3 Peralatan yang terdapat pada sistem Gardu Induk


1. Lightning Arrester (LA)
2. Pemisah tegangan (PMS)
3. Pemutus Tegangan (PMT)
4. Current transformator (CT)
5. Potential Transformator (PT)
6. Transformator daya
7. Busbar / rel

9
3.4 Fungsi dan spesifikasi peralatan Gardu Induk
3.4.1 Lightning Arrester (LA)
Lightning Arrester merupakan peralatan yang di desain
untuk melindungi peralatan lain dari tegangan surja (baik surja
hubung maupun surja petir) dan pengaruh follow current.
Sebuah arrester harus mampu bertindak sebagai
insulator,mengalirkan beberapa miliampere arus bocor ketanah
pada tegangan sistem dan berubah menjadi konduktor yang
sangat baik,mengalirkan ribuan ampere arus surja ke
tanah,memiliki tegangan yang lebih rendah daripada tegangan
withstand dari peralatan ketika terjadi tegangan lebih,dan
menghilangkan arus susulan mengalir dari sistem melalui
arrester (power follow current) setelah surja petir atau surja
hubung berhasil didisipasikan.

Gambar 3.1.Lightning Arrester (LA)

3.4.2 Pemisah (disconecting switch / PMS)


Pemisah atau PMS adalah suatu alat yang digunakan untuk
menyatakan secara visual bahwa suatu peralatan listrik sudah
bebas dari tegangan kerja. Oleh karena itu pemisah tidak di
perbolehkan untuk dimasukkan atau di keluarkan apabila
rangkaian listrik dalam keadaan berbeban. Untuk tujuan
tertentu pemisah penghantar atau kabel dilengkapi dengan
pemisah tanah (pisau pentanahan / earthing blade ). Umumnya
antara pemisah penghantar atau kabel dan pemisah tanah

10
terdapat alat yang disebut interlock. Dengan terpasangnya
interlock ini, maka kemungkinan kesalahan operasi dapat
dihindarkan.

Gambar 3.2.Pemisah Tegangan (PMS/ Disconecting switch)

3.4.3 Pemutus tegangan (PMT)


Pemutus tenaga adalah saklar yang di gunakan untuk
menghubungkan / memutuskan arus / daya listrik sesuai
ratingnya. Oleh karena itu PMT digunakan untuk memutus
beban maka harus dilengkapi dengan pemadam busur api.
Pemadam busur api pada waktu pemutusan dapat dilakukan
dengan beberapa macam isolasi yaitu : minyak,udara dan gas
sulfur (SF6)

Gambar 3.3.PMT(pemutus tegangan)

11
3.4.4 Current Transformers (CT)
Current transformers berfungsi untuk merubah besaran arus
dari arus yang besar ke arus yang kecil atau memperkecil
besaran arus listrik pada sistem tenaga listrik, menjadikan arus
untuk sistem pengukuran dan proteksi. Dan juga mengisolasi
rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer,yaitu
memisahkan instalasi pengukuran dan proteksi tegangan
tinggi.

Gambar 3.4.CT (Current transformator)

3.4.5 Potential transformers (PT)


Potential Transformers adalah suatu peralatan listrik yang
dapat memperkecil tegangan tinggi menjadi tegangan
rendah,yang di pergunakan dalam rangkaian arus bolak – balik
.Fungsi trafo tegangan adalah untuk memperoleh tegangan
yang sebanding dengan tegangan yang hendak di pergunakan
dan untuk memisahkan sirkuit dari sistem dengan tegangan
tinggi (yang selanjutnya di sebut sirkuit primer) terhadap
sirkuit dimana alat ukur (instrumen) tersambung (yang
selanjutnya disebut sirkuit sekunder ). Beda dengan
transformator tenaga yang dibutuhkan adalah tegangan dan
daya keluarnnya tetapi pada trafo tegangan yang dibutuhkan
adalah tingkat ketelitiannya dan penurunan tegangan yang
disesuaikan dengan alat ukur.

12
Gambar 3.5. PT (Potential Transformator)

3.4.6 Transformator Daya


Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi
untuk menyalurkan daya / tenaga dari tegangan tinggi ke
tegangan rendah atau sebaliknya. Transformator menggunakan
prinsip hukum induksi foreplay dan hukum lorentz dalam
menyalurkan daya, dimana arus bolak balik yang mengalir
mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah
menjadi magnet. Dan apabila magnet tersebut di kelilingi oleh
suatu belitan maka pada kedua ujung belitan tersebut akan
terjadi beda potensial.
Arus yang mengalir pada belitan primer akan menginduksi
inti besi transformator sehingga di dalam inti besi akan
mengalir flux magnet dan fluk magnet akan menginduksi
belitan sekunder sehingga pada ujung belitan sekunder akan
terdapat beda potential.

Gambar 3.6.Transformator Daya

13
3.4.7 Busbar Rel
Merupakan bagian utama dlam suatu gardu induk yang
berfungsi sebagai tempat terhubungnya semua bay yang ada
pada gardu induk tersebut, baik bay line maupun bay trafo.
Umumny gardu induk didesain dengan konfigurasi dua busbar
namun juga masih terdapat gardu induk yang memiliki satu
busbar.
Dalam pengoperasiannya,busbar dan diameter tidak
terlepas dari kodisi abnormal yang disebut sebagai gangguan.
Gangguan yang terjadi pada busbar dan diameter adalah
gangguan yang bersifat destruktif. Apabila terjadi gangguan
pada busbar atau diameter,maka kemungkinan terjadi
kerusakan pada peralatan instalasi yang sangat besar.
Prinsip kerja proteksi diferensial busbar menggunakan
metode merz – price circulating current. Semua arus yang
masuk dan keluar dari busbar dibandingkan dari satu sama
lain. Pada kondisi sistem normal atau terjadi gangguan diluar
zona proteksi busbar, tidak ada resuktan arus yang menglir ke
relai diferensial busbar sehingga relai tidak bekerja. Namun
sebaliknya apabila terjadi gangguan didalam zona busbar,maka
akan timbul resultan arus yang besar dan mengalir ke relay
diferensial busbar sehingga relay bekerja.

Gambar 3.7.Busbar Rel

14
3.4.8 Peralatan SCADA dan Telekomunikasi
Data yang diterima SCADA (Supervisory Control And
Data Acquistion) interface dari berbagai masukan (sensor,alat
ukur,relay,dan lain – lain ) baik berupa data digital dan data
analog dirubah dalam bentuk data frekuensi tinggi (50KHz
sampai dengan 500KHz) yang kemudian ditransmisikan
bersama tenaga listrik tegangan tinggi. Data frekuensi tinggi
yang dikirim tidak bersifat kontinyu tetapi secara paket per
satuan waktu. Dengan kata lain berfungsi sebagai sarana
komunikasi suara dan komunikasi data serta tele proteksi
dengan memanfaatkan penghantarnya dan bukan tegangan
yang terdapat pada penghantar tersebut. Oleh karena itu,bila
penghantar tak bertegangan maka power line carrier (PLC)
akan tetap berfungsi asalkan penghantar tersebut tidak
terputus. Dengan demikian di perlukan peralatan yang
berfungsi memasukkan dan mengeluarkan sinyal informasi
dari energi listrik di ujung – ujung penghantar.

3.4.9 Baterai
Sumber tenaga untuk sistem kontrol dan proteksi selalu
mempunyai keandalan dan stabilitas yang tinggi, maka baterai
dipakai sebagai sumber tenaga kontrol dan proteksi pada gardu
induk. Peranan dari baterai sangat penting karena pada saat
gangguan terjadi, baterai sebagai sumber tenaga untuk
menggerakkan alat-alat kontrol dan proteksi. Bentuk fisik
baterai yang digunakan pada gardu induk.

Gambar 3.4.9.1

15
3.4.9.1 Konstruksi Baterai
Untuk baterai alkali jenis Nickel Cadmium pada dasarnya memiliki
konstruksi yang sama, perbedaannya terletak pada merk, tipe,
ukuran plat, jumlah plat dalam sel, jumlah sel dalam blok baterai.

Kontruksi Baterai Alkali NiCd Dalam sebuah sel baterai alkali


NiCd seperti diatas terdiri dari :
1. Connector Cover Merupakan pelindung bagi konektor baterai.
Biasanya terbuat dari bahan plastik PVC
2. Flame Arresting Flip Top Venis Merupakan pelindung guna
mencegah terjadinya loncatan listrik. Bahannya terbuat dari
Polypropilene dan stainless steel.
3. Cell Container Bejana atau selimut dari sel baterai. Bahannya
terbuat dari Polypropilene tembus pandang.
4. Splash Guard Pencegah percikan elektrolit dan hubung singkat
oleh benda yang menyusup ke dalam sel
5. Plate Groups/Plate Tab Posisinya berada diantara ujung atas dan
samping dari plat.
6. Plate Lempengan utama dari sel, biasanya terdiri atas dua lapis
yang terbuat dari baja.
7. Plate Groups Bus Menghubungkan plate group/plate tab dengan
terminal baterai.
8. Separating grids Memisahkan antar plat dan memisahkan plate
frame satu dengan yang lainnya. Grid yang digunakanharuslah
dapat dilewati sirkulasi elektrolit antar plat.
9. Plate frame Merupakan pembatas plat

16
BAB IV
PEMELIHARAAN BULANAN BATERAI SEBAGAI SUPLAI DC PADA
GARDU INDUK 150 kV PURWODADI

4.1 Pendahuluan
Baterai sebagai sumber daya arus searah (DC) pada sebuah gardu
induk mempunyai peran yang sangat penting dalam kelancaran dan
keberlangsungan operasi gardu induk itu sendiri dalam melayani
kebutuhan listrik bagi konsumen. Sumber daya DC pada gardu induk
umumnya diperoleh dari beberapa sel baterai yang disusun secara seri.
Baterai terpasang pada gardu induk ini digunakan sebagai suplai bagi rele
proteksi, motor penggerak PMT dan PMS, penerangan darurat, serta juga
untuk menyupali daya yang digunakan untuk peralatan telekomunikasi
gardu induk itu sendiri.
4.2 Metode Penelitian
Penelitian ini dengan judul “Pemeliharaan Bulanan Baterai Sebagai
Suplai Tegangan DC Pada Gardu Induk 150 kV Purwodadi “
Pemeliharaan ini dilakukan di PT PLN (Persero) APP Semarang
Basecamp Kudus pada Gardu Induk (GI) Purwodadi dan penulisan ini
dapat diselesaikan dalam waktu 2 bulan. Dengan tahapan dari proses studi
literature, pengumpulan data, analisis data, dan kesimpulan.
a. literatur
Studi literature merupakan kajian penulis atas referensi – referensi
yang ada baik berupa buku, karya ilmiah dan internet yang
berhubungan dengan penulisan laporan ini, yang nantinya dapat
digunakan dalam pedoman pembuatan laporan penelitian studi
Pemeliharaan Bulanan Baterai Sebagai Suplai Tegangan DC Pada
Gardu Induk 150kV Purwodadi.

b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dari proses
Pemeliharaan Bulanan Baterai 110 volt unit 2 PT PLN (Persero) APP
Semarang Basecamp Kudus pada Gardu Induk (GI) 150k Purwodadi.

c. Analisis data
Analisis data yaitu proses untuk memahami data yang diperolah dari
proses pemeliharaan batrai, di mana dalam proses ini dapat diketahui
bahwa batrai masih layak digunakan dengan cara pengujian suhu,
tegangan dan kadar carian dengan alat ukur supaya dalam pengambilan
data lebih akurat.

17
d. Kesimpulan
kesimpulan merupakan hasil dari Pemeliharaan Batrai Bulanan yang
dilihat pada hasil data pengujian.

4.3. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN KERJA


4.3.1 Alat Kerja
1. AVO meter
2. Vacum Cleaner
3. Hydrometer
4. Thermometer
5. Tang ampere
4.3.2 Alat Pelindung Kerja
1. Helm
2. Masker
3. Sepatu savety
4. Sarung tangan
5. Kaca mata
6. Baju Wearpack
4.3.3 Material Kerja
1. Vaselin
2. Air PH7
3. Lap
4. Kuas

4.4. PEMELIHARAAN BATERAI


Pemeliharaan baterai dan sistem charging dilakukan untuk menjaga
efisiensi operasi dan daya tahan peralatan pada gardu induk, khususnya
baterai agar dapat bekerja sebagaimana semestinya, sehingga keandalan
peralatan dan penyaluran tenaga listrik dapat terjaga. Pemeliharaan pada
perangkat catu daya DC dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sebagai
berikut:
4.4.1 Inspeksi Dalam Keadaan Operasi
Inspeksi dalam keadaan operasi (in service inspecton) adalah
kegiatan inspeksi yang dilakukan dalam keadaan operasi tanpa
pembebasan tegangan dalam sistem DC. Inspeksi ini merupakan bagian
dari pemeliharaan sistem DC baik baterai maupun rectifiernya. Sedangkan
poin-poin yang harus diperiksa dalam inspeksi ini antara lain:
a. Suhu dan kelembaban udara di ruang baterai dan ruang charger
sesuai standar.
b. Pemeriksaan tegangan dan arus pengisian rectifier sesuai standard
c. Pemeriksaan lampu-lampu indikator baterai dan charger.
d. Pemeriksaan level ketinggian elektrolit

18
e. Kebersihan Ruangan rak dan sel baterai
4.4.2 Pengukuran Dalam Keadaan Operasi (ON)
Adalah kegiatan pengukuran yang dilakukan dalam keadaan
operasi tanpa pembebasan tegangan pada sistem DC (masih terhubung
dengan beban dan rectifier). Pemeliharaan ini dilakukan berkala setiap satu
bulan sekali. Dan poin-poin yang harus dilakukan pemeliharaan ini antara
lain sebagai berikut:
a. Pengukuran tegangan tiap sel baterai apakah sesuai dengan
standarnya yang berkisar antara 1-1.2 volt/cel
b. Pengukuran berat jenis elektrolit tiap cel dan pengecekan apakah
ada kebocoran yang terjadi.
c. Pengukuran tegangan pengisian dari charger apakah akurat sesuai
dengan spesifikasi yang dimiliki.
d. Pengukuran suhu antar sambungan pada terminal apakah sesuai
dengan standarnya yang berkisar 30 Derajat Celcius
e. Pemeriksaan arus pengisian apakah telah sesuai dengan yang
seharusnya.

4.4.3 Pengukuran Dalam Keadaan Tidak Operasi (OFF)

Adalah kegiatan pengukuran yang dilakukan dalam keadaan tidak


beroperasi dan dengan pembebasan tegangan pada sistem DC (terputus
dengan beban dan rectifier). Pengukura ini dilakukan setelah minimal 30
menit dari pembebasan tegangan sebelum beroperasi (ON) kembali. Dan
poin-poin yang harus dilakukan pemeliharaan ini antara lain sebagai
berikut:
a. Pengukuran tegangan tiap sel baterai apakah sesuai dengan
standarnya.
b. Pengukuran berat jenis elektrolit tiap sel dan pengecekan apakah
ada kebocoran yang terjadi.
c. Pengukuran tegangan pengisian dari charger apakah akurat sesuai
dengan spesifikasi yang dimiliki.
d. Pengukuran suhu antar sambungan pada terminal apakah sesuai
dengan standar.
e. Pemeriksaan arus pengisian apakah telah sesuai dengan yang
seharusnya.
a.

19
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh selama melakukan kerja praktek di PT
PLN (Persero) APP Semarang Unit Gardu Induk 150 kV Purwodadi
adalah :
1. Pemeliharaan bulanan baterai dilakukan setiap sebulan sekali
2. Pada gardu induk Purwodadi terdapat 2 unit baterai yang sama-sama
memiliki tegangan 110 volt
3. Baterai yang digunakan berjanis Alkali 1,2 volt yang berkapasitas 211
AH pada unit 1 dan 215 AH pada unit 2.
4. Baterai digunakan sebagai suplai DC untuk mengoprasikan peralatan
gardu induk pada saat terjadi blackout.
5. Pada hasil pengujian tegangan on dan off dapat diketahui bahwa
baterai dalam kondisi normal dan abnormal (baterai nomer cel 25 unit
1)
6. Pada hasil pengujian berat jenis dan suhu sel semua unit normal.
7. Pengujian pada tegangan charger semua unit dalam keadaan normal.
8. Setelah pengujian selesai dilakukan pembersihan pada tiap baterai dan
pengisian air accu jika terjadi pengurangan pada tiap baterai.

5.2 Saran
1. Kepada mahasiswa yang melaksanakan PKN ( Praktik Kerja Nyata ),
berusahalah untuk lebih aktif untuk menanyakan hal – hal yang belum
di ketahui kepada pembimbing Praktik Kerja Nyata.
2. Perhatikan dan pelajari semua yang diberikan oleh para pembimbing
kerja dilapangan, serta minta data – data yang di perlukan dalam
penyusunan laopran.
3. Ketelitian pengujian dengan menggunakan alat sangat diperlukan agar
menghasilkan data yang akurat.
4. Keselamatan kerja harus diperhatikan dan dilaksanakan sesuai dengan
prosedur standar keselamatan kerja yang berlaku saat perlaksanaan
pengujian.
5. Sebelum melakukan pemeliharaan sebaiknya diawali dengan berdoa
bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut masing –
masing.

20
Lampiran

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai