Oleh :
Nama : Syamsul Hadi
Nim : 1720403029
Judul : Pemeliharaan Kubikel Tegangan Menengah Pada Gardu Induk Banda Aceh
Nama : Syamsul Hadi
Nim : 1720403029
Mengetahui, Menyetujui,
KetuaProdi Teknik Listrik Pembimbing PKL
Mengetahui/Mengesahkan:
Ketua Jurusan Teknik Elektro
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah dan
kekuatan sehingga penulis telah dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek di PT. PLN
(Persero) GARDU INDUK Banda Aceh yang telah dilaksanakan mulai tanggal 06
Agustus 2018 – 31 Agustus 2018. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga dan sahabat serta orang-orang mukmin yang tetap istiqamah di jalannya.
Laporan Kerja Praktek ini merupakan hasil orientasi langsung penulis pada
proses kelistrikan dan perbaikan alat-alat listrik di menyelesaikan laporan Kerja Praktek
di PT. PLN (Persero) GARDU INDUK Banda Aceh. Tugas khusus yang diberikan
kepada penulis yaitu” PEMELIHARAAN KUBIKEL TEGANGAN MENENGAH
PADA GARDU INDUK 150 KV DI GARDU INDUK BANDA ACEH”
1. Mengetahui prinsip kerja dari proses PT. PLN (Persero) GARDU INDUK BANDA
ACEH
2. Dapat memberikan pandangan umum bagi mahasiswa tentang pekerjaan di lapangan
beserta penerapan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan.
3. Dengan penulisan laporan pelaksanaan kerja praktek ini diharapkan dapat menguraikan
dan membahas sistem pemeliharaan yang baik dan benar pada jaringan distribusi.
4. Mengetahui dan memahami cara pemeliharaan yang baik dan benar pada jaringan
distribusi.
Akhirnya penulis berharap semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, Amin.
Syamsul Hadi
Nim:1720403029
ABSTRAK
Oleh :
Syamsul Hadi
NIM : 1720403029
Pada instalasi tenaga listrik dan peralatan elektrik banyak dijumpai panel-panel
yang digunakan untuk melindungi peralatan tersebut. Salah satunya adalah
peralatan hubung bagi atau yang biasa disebut sebagai kubikel. Fungsinya adalah
sebagai pengendali, penghubung dan pelindung serta membagi tenaga listrik dari
sumber tenaga listrik. Dalam instalasi tegangan menengah kubikel diperlukan agar
lebih mudah dalam pemantauan atau pemeliharaan sehingga peralatan listrik lebih
awet. Seiring dengan berjalannya waktu, maka kubikel pun mengalami penurunan
kualitas pelayanan sehingga perlu dilakukan adanya upara perawatan agar dapat
mempertahankan atau mengembalikan pada tingkat prestasi awal dan dapat
beroperasi dengan keandalan yang tinggi sehingga kontinuitas pelayanan listrik
akan tercapai. Pada makalah kerja praktek ini akan dibahas bagaimana cara
perawatan pada kubikel sehingga kubikel tetap mampu melayani kebutuhan listrik
tanpa adanya gangguan yang berarti berdampak kerugian lebih besar.
.
Halaman
SAMPUL DALAM.............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ii
ABSTRAK .........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
DAFTAR TABEL................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan.........................................................................................................2
3.2.2 Rel.....................................................................................................16
BAB IV PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................................34
5.2 Saran...........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
Listrik adalah bentuk energi sekunder yang paling praktis penggunaannya oleh
manusia, dimana listrik dihasilkan dari proses konversi energi sumber primer seperti
batu bara minyak bumi, gas, panas bumi, potensial air dan energi angin. Kebutuhan
listrik di masyarakat semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pemanfaatan
tenaga listrik pada peralatan-peralatan rumah tangga, kantor dan sebagainya, sehigga
pasokan listrik harus ditambah yakni dengan pembangunan pembangkit listrik baru.
Selain tersedianya pembangkitan yang cukup, hal lain yang juga harus ditentukan
adalah apakah kondisi transient jika terjadi gangguan akan mengganggu operasi normal
sistem atau tidak. Hal ini akan berhubungan dengan kualitas listrik yang sampai ke
konsumen berupa kestabilan frekuensi dan tegangan.
Kebutuhan energi listrik (tenaga listrik) baik di sektor rumah tangga, gedung
perkatoran maupun industri meningkat tajam seiring dengan tingkat pendapatan
masyarakat dan pertumbuhan industri. Peningkatan energi listrik dari sisi pemakaian
akan menjadi kendala pada sisi pembangkitan, karena pembangkit-pembangkit tenaga
listrik di Indonesia relatif terbatas dan energi listrik yang dibangkitkan belum sebanding
dengan kebutuhan listrik masyarakat dan industri yang terus berkembang secara pesat
sehingga suplai tenaga listrik menjadi kebutuhan utama. Sehingga perlu dibangun
pembangkit-pembangkit baru untuk memenuhi kebutuhan energi listrik.
Gardu induk dalam hal ini merupakan salah satu komponen pendistribusian
tenaga listrik ke konsumen. Fungsi gardu induk dalam hal ini sebagai pemantau
terhadap jumah beban yang ada di daerah kerja gardu induk tersebut.
Jumlah beban yang meningkat atau menurun dapat menjadi indikator terhadap
tingkat ekonomi masyarakat, tingkat peningkatan jumlah penduduk serta indikator-
indikator faktor ekonomi lainnya.
1.2 Tujuan
Dalam laporan ini akan membahas topik permasalahan yang akan kami bahas
yaitu, mengenai Pemeliharaan Kubikel Gardu Induk 150 KV di daerah kerja Gardu
Induk Banda Aceh.
BAB II
Sejarah Ketenaga listrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika
beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan
sendiri. Perusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi perusahaan untuk
kepentingan umum, diawali dengan perusahaan swasta Belanda yaitu NV. NIGM yang
memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang tenaga listrik. Selama Perang
Dunia II berlangsung, perusahaan-perusahaan listrik tersebut dikuasai oleh Jepang dan
setelah kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan-perusahaan
listrik tersebut direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan September 1945 dan
diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia.
Penetapan secara resmi pada tanggal 27 Oktober 1945 sebagai Hari Listrik dan
Gas berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No. 20 tahun
1960, namun kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga
Listrik yang terjatuh pada tanggal 3 Desember. Mengingat pentingya semangat dan
nilai-nilai Hari Listrik, maka berdasarkan keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 1134K/43.PE/1992 tanggal 31 Agutus 1992, ditetapkanlah tanggal 27 Oktober
sebagai Hari Listrik Nasional.
Di provinsi Aceh pertama kali dikenal listrik sekitarr tahun 1930 dengan pusat
tenaga diesel (PLTD) di sigli dan langsa. Pada akhir tahun 1959 dibangun lagi pusat
listrik tenaga diesel di Lhokseumawe yang dioperasikan secara resmi dengan status saat
ini sebagai ranting. Pada tahun 1972 dibuka cabang baru yaitu perusahaan listrik negara
cabang Langsa. Perusahaan listrik negara ranting Lhokseumawe saat ini masuk wilayah
kerja perusaahan listrik negara cabang Langsa.
Jumlah pegawai PLN di Aceh lebih kurang berjumlah 1.102 orang, dengan
jumlah pegawai laki-laki berjumlah 950 orang dan pegawai wanita 152. PLN juga
menggunakan tenaga out sourcing berjumlah 945 orang, pendapatan yang dihasilkan
PLN hampir setiap tahun dibawah target. Kekurangan pendapatan PLN tertutupi dengan
adanya subsidi dari pemerintah. Adapun tujuan perubahan status dari PT PLN adalah
sebagai berikut :
Jumlah Gardu Induk P3B Sumatera Utara di wilayah UPT Banda Aceh terdiri
dari 10 unit Gardu Induk (GI) tersebar di seluruh daerah dalam provinsi Aceh yaitu :
Logo perusahaan PLN adalah seperti yang tercantum pada gambar 2.1 berikut
ini :
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oteh tiga bidang usaha
utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang
seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna memberikan
layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan
konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam
kehidupan manusia. Di samping itu biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki
insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.
Diakui sebagai pengelola penyaluran dan pengatur beban sistem tenaga listrik
dengan tingkat pelayanan setara kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul
dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
PT PLN (Persero) UPT Banda Aceh Gardu Induk Banda Aceh berdasarkan
fungsi dan struktur organisasinya menganut bentuk struktur organisasi fungsional atau
departementasi. Dengan supervisor sebagai pemimpin tertinggi dari PT PLN (Persero)
UPT Banda Aceh Gardu Induk Banda Aceh. Secara sistematis struktur organisasi
fungsional atau departementsai yang ada pada PT PLN (Persero) UPT Banda Aceh
Gardu Induk Banda Aceh dapat dilihat dalam gambar 2.5 berikut ini :
Supervisor
Dedek Iskandar
Operator
Berikut merupakan tugas dari supervisor gardu induk dalam menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya, yaitu :
Berikut merupakan tugas dari operator gardu induk dalam menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya, yaitu :
Dengan demikian maka tugas supervisor dan operator gardu induk memiliki
peranan yang sangat penting guna memenuhi kebutuhan daya listrik pada masyarakat,
sehingga selain operator yang berstatus pegawai PLN juga menambah operator dengan
kontrak Out Sourcing (OS) sehingga dapat mencukupi petugas operator pada tiap-tiap
Gardu Induk.