Disusun oleh:
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang
masih memberikan nafas kehidupan, sehingga saya dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan judul SISTEM HUBUNGAN
RANGKAIAN.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori
Gardu Induk. Dalam makalah ini membahas tentang karakteristik, serta
rancangan sistem hubungan rangkaian pada sistem transmisi. Akhirnya
saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan
khususnya pembaca pada umumnya.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif san-
gat saya harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah
pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………….…………………....…………i
Kata Pengantar……………………………...……….….…………….……………..ii
Daftar Isi……………………………………......……………………...…………….iii
BAB I Pendahuluan…………………………...…………….……......,…..…………..1
1.1 Latar belakang………………………………………………………………..1
1.2 Ruang Lingkup…………………………………………....……………....….1
1.3 Rumusan Masalah……………………...………………....……………....….1
1.4 Tujuan Penulisan……………………….…………………..…...……………2
BAB II Pembahasan……………………….………………………..…...……………3
2.1 Sistem Hubungan Rill Busbar………………………………………………..3
2.1.1 Sistem Rangkaian Pada Rill Busbar……………………………………..4
2.2 Sistem Hubungan Sisi Primer………………………………………………..6
2.2.1 Trafo Hubungan Bintang Segitiga…………………………….…………7
2.2.2 Trafo Hubungan Segitiga Bintang…………………………….…………8
2.3 Sistem Hubungan Rangkaian Sisi Sekunder…………………………………9
2.4 Sistem Hubungan Sisi Tersier………………………………………………10
2.5 Sistem Hubungan Titik Netral………………………………………………12
2.6 Sistem Hubungan Transformator Tegangan………………………………..12
2.7 Sistem Hubungan Arrester………………………………………………….15
2.7.1 Penerapan Arrester Sebagai Alat Proteksi……………………………...16
BAB III Penutup………………………….……………………………….…………17
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………17
3.2 Saran……………………………………………………………………......17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam makalah ini penulis ingin menentukan dan menjelaskan dari masing-
masing rangkaian tersebut apakah masih layak di pakai di jaringan transmisi
distribusi dan adakah kekurangan dan kelebihan dari rangkaian tersebut
1
1.4 TUJUAN PENULISAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ada pula yang mengartikan, Busbar dalam sistem tenaga adalah lokasi di
mana jalur transmisi, sumber generasi, dan beban distribusi bertemu. Karena
konvergensi ini, sirkuit pendek yang terletak di dekat busbar cenderung
memiliki arus besar yang sangat tinggi. Karena arus sangat besarnya, maka
jika ada kesalahan memerlukan kecepatan yang tinggi dalam operasi perlin-
dungan busbar untuk membatasi kerusakan peralatan tersebut.
3
pada pusat pembangkit listrik menyalurkan tenaga listrik ke rel pusat listrik.
Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang mengirim
tenaga listrik dihubungkan ke rel ini. Mayoritas kesalahan busbar melibat-
kan fase satu dan bumi, tetapi kesalahan muncul dari berbagai banyak.
Bahkan, sebagian besar hasil kerusakan pada busbar dari kesalahan manusia
dan bukan kegagalan komponen switchgear.
Gardu induk sistem ring busbar adalah gardu induk yang busbarnya ber-
bentuk ring. Pada gardu induk jenis ini semua rel atau busbar yang ada, ter-
sambung (terhubung) satu dengan yang lainnya dan membentuk ring
(Cincin).
Gardu induk sistem single busbar adalah gardu induk yang mempunyai satu
(single) busbar. Pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk
yang berada pada ujung (akhir) dari suatu sistem transimisi.
4
(Gambar 2.1.1 Sistem Single Busbar
Gardu induk sistem double busbar adalah gardu induk yang mempunyai dua
(double) busbar. Gardu induk double busbar sangat efektif untuk mengu-
rangi terjadinya pemadaman beban, khususnya pada saat melakukan peru-
bahan sistem (manuver sistem). Jenis gardu induk ini yang banyak
digunakan.
Gardu induk sistem satu setengah (on half) busbar adalah gardu induk yang
mempunyai dua (double) busbar. Pada umumnya gardu induk jenis ini
dipasang pada gardu induk dipembangkit tenaga listrik atau gardu induk
5
yang berkapasitas besar. Dalam segi operasional, gardu induk ini sangat
efektif karena dapat mengurangi pemadaman beban pada saat dilakukan pe-
rubahan sistem (manuver system). Sistem ini menggunakan tiga buah PMT
dalam satu diagonal yang terpasang secara deret atau seri.
Gardu Induk atau stasiun transmisi dimana dalam gardu induk listrik di
transformasikan juga diatur tegangannya apabila terjadi drop tegangan atau
tegangan turun akibat saluran yang panjang. Gardu induk bisa di ibaratkan
sebagai stasiun atau terminal dalam transportasi listrik.
Gardu induk memiliki peranan penting dalam sistem transmisi, gardu induk
mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah,
6
Untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke saluran
transmisi lainnya yang kemudian didistribusikan ke konsumen.
Pengukur, Pengawas Operasi serta pengaman sistem tenaga listrik.
Pengaturan pelayanan beban ke Gardu Induk lain dan ke Gardu Distri-
busi.
Sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegan-
gan distribusi.
Sarana telekomunikasi.
Pada hubung ini, kumparan pafa sisi primer dirangkai secara bintang (wye)
dan sisi sekundernya dirangkai delta. Umumnya digunakan pada trafo untuk
jaringan transmisi dimana tegangan nantinya akan diturunkan (Step-
Down). Perbandingan tegangan jala- jala 1/√3 kalinperbandingan lilitan
transformator. Tegangan sekunder tertinggal 300 dari tegangan primer.
7
(Gambar 2.2.1 Trafo Hubung Bintang Segitiga)
Pada hubung ini, sisi primer trafo dirangkai secara delta sedangkan pada sisi
sekundernya merupakan rangkaian bintang sehingga pada sisi sekundernya
terdapat titik netral. Biasanya digunakan untuk menaikkan tegangan (Step -
up) pada awal sistem transmisi tegangan tinggi. Dalam hubungan ini per-
bandingan tegangan 3 kali perbandingan lilitan transformator dan te-
gangansekunder mendahului sebesar 30° dari tegangan primernya.
8
(Gambar 2.2.2 Trafo Hubungan Segitiga Bintang)
Transmisi daya listrik jarak jauh dapat dilakukan dengan menggunakan te-
gangan besar dan arus yang kecil. Dengan cara itu akan diperoleh beberapa
keuntungan, yaitu energi yang hilang dalam perjalanan dapat dikurangi dan
kawat penghantar yang diperlukan dapat lebih kecil serta harganya lebih
murah.
9
Jaringan distribusi sekunder merupakan suatu jaringan yang letaknya
setelah gardu distribusi berfungsi menyalurkan tenaga listrik bertagangan
rendah (misalnya 220 V/380 V). Hantaran berupa kabel tanah atau kawat
udara yang menghubungkan dari gardu distribusi (sisi sekunder trafo distri-
busi) ke tempat konsumen atau pemakai (misalnya industri atau rumah –
rumah).
Beban gardu dibagi menjadi beban kontinu dan beban terputus-putus. Bi-
asanya tenaga listrik diambilkan dari sisi sekunder atau tersier dari trafo utama
atau pada Gardu Induk yang tidak mempunyai trafo untuk distribusi kadang
kadang diambilkan dari sisi sekunder dari trafo pengetanahan netral (Earthing
Transformer).
10
1. Bila tenaga untuk pemakaian sendiri diambil dari sisi tersier dari trafo
utama dalam GI yang hanya mempunyai satu trafo utama, harus di-
usahakan agar dapat diterima tenaga dari jaring- jaring distribusi dari
sistim lain (sumber lain).
2. Trafo pemakaian sendiri harus terdiri dari 3 unit satu-fasa, sehingga
dalam keadaan gangguan pada sebuah trafo, kedua trafo lainnya dapat
bekerja terus dengan hubungan – V delta terbuka.
3. Jika dipakai unit 3 – fasa untuk trafo pemakaian sendiri, harus dipakai
lebih dari 2 buah trafo dan kapasitasnya harus cukup besar untuk dapat
menyediakan tenaga dengan normal sekalipun ada gangguan pada sebuah
transformator.
4. Bila pengasut (starting transformer) untuk kondensator sinkron dihub-
ungkan pada sisi sekunder dari trafo utama, perlu diatur agar trafo penga-
sut itu dapat dipakai sebagai cadangan untuk trafo pemakaian sendiri.
11
2.5 Sistem Hubungan Titik Netral
Sistem pembumian terdiri atas hubungan ke bumi dari titik netral sistem
suplai (misalnya : netral sistem TR) , maupun bagian konduktif dari instalasi
TR. Beberapa sistem dari hubungan ke bumi didefinisikan dengan dua atau
tiga huruf Huruf pertama : netral (N) dari transformer, I : terisolir dari
bumi, T : dihubungkan ke bumi Huruf kedua : Bagian Konduktif Terbuka
(BKT) dari beban, T : dihubungkan ke bumi, N : dihubungkan ke penghantar
netral. Keuntungan dari sistem yang ditanahkan antara lain :
Pada prinsipnya metode atau cara merangkai belitan kumparan di sisi primer
dan sekunder Transformator, umumnya dikenal 3 cara untuk merangkainya,
yaitu hubungan bintang, hubungan delta, dan hubungan zig zag.
Pada hubung ini, kumparan pafa sisi primer dirangkai secara bintang
(wye) dan sisi sekundernya dirangkai delta. Umumnya digunakan pada
trafo untuk jaringan transmisi dimana tegangan nantinya akan di-
turunkan (Step- Down). Perbandingan tegangan jala- jala 1/√3 kalinper-
bandingan lilitan transformator. Tegangan sekunder tertinggal 300 dari
tegangan primer.
Pada hubung ini, sisi primer trafo dirangkai secara delta sedangkan pada sisi
sekundernya merupakan rangkaian bintang sehingga pada sisi sekundernya
terdapat titik netral. Biasanya digunakan untuk menaikkan tegangan (Step -
up) pada awal sistem transmisi tegangan tinggi. Dalam hubungan ini per-
bandingan tegangan 3 kali perbandingan lilitan transformator dan te-
gangansekunder mendahului sebesar 30° dari tegangan primernya.
14
Apabila beban tidak seimbang akan menyebabkan timbulnya tegangan titik
bintang yang tidak diinginkan, karena tegangan pada peralatan yang
digunakan pemakai akan berbeda-beda. Untuk menghindari terjadinya tegan-
gan titik bintang, diantaranya adalah dengan menghubungkan sisi sekunder
dalam hubungan Zigzag. Dalam hubungan Zig-zag sisi sekunder terdiri atas
enam kumparan yang dihubungkan secara khusus.
Station tipe
tipe ini adalah tipe yang paling efisien dan paling mahal. arrester tipe
ini berhubungan dengan pemakaian secara umum pada gardu - gardu be-
sar (largestation). pada umumnya dipakai untuk alat - alat poteksi yang ma-
hal pada sirkuit -sirkuit mulai dari 240 volt sampai 287000 volt atau lebih
tinggi.
Line tipe
line tipe lebih murah harganya dari station tipe. Arrester ini dipakai pada
alat – alat(apparatus), dipakai untuk tegangan 25 kv sampai 69 kv.
Distribution tipe
arrester jenis distribusi ini khusus untuk melindungi mesin – mesin ber-
putar dan jugauntuk melindungi transformator dengan pendingin udara
tanpa minyak. Arrester jenis ini dipakai pada peralatan dengan tegangan
120 volt sampai 750 volt.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
. Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpe-
doman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.
Sumber Refrensi :
https://ezkhelenergy.blogspot.com/2011/11/gardu-induk-sistem-rel-busbar.html
http://muchammadsalim.blogspot.com/2012/04/pembumian-netral-pada-sistem-
20-kv.html
http://electric-mechanic.blogspot.com/2013/10/jenis-hubungan-pada-belitan.html
17
https://www.slideshare.net/ellyelsomsoumilena/pentanahan-netral?from_ac-
tion=save
https://www.academia.edu/35044177/BAB_III_LIGHTNING_AR-
RESTER_3.1_Pengertian_Istilah_Dalam_Lightning_Arrester
18