Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TEORI GARDU INDUK


SISTEM HUBUNGAN RANGKAIAN
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Teori Gardu Induk
Dosen : WIDYASTUTI . ST.MT

Disusun oleh:

Salman Al Farisy (Nomor Pokok Mahasiswa : 16416779)


Dipa Kurniawan (Nomor Pokok Mahasiswa : 12416131)

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS GUNADARMA
2019

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang
masih memberikan nafas kehidupan, sehingga saya dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan judul SISTEM HUBUNGAN
RANGKAIAN.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori
Gardu Induk. Dalam makalah ini membahas tentang karakteristik, serta
rancangan sistem hubungan rangkaian pada sistem transmisi. Akhirnya
saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan
khususnya pembaca pada umumnya.

Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif san-
gat saya harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah
pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Jakarta, 19 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………….…………………....…………i
Kata Pengantar……………………………...……….….…………….……………..ii
Daftar Isi……………………………………......……………………...…………….iii
BAB I Pendahuluan…………………………...…………….……......,…..…………..1
1.1 Latar belakang………………………………………………………………..1
1.2 Ruang Lingkup…………………………………………....……………....….1
1.3 Rumusan Masalah……………………...………………....……………....….1
1.4 Tujuan Penulisan……………………….…………………..…...……………2
BAB II Pembahasan……………………….………………………..…...……………3
2.1 Sistem Hubungan Rill Busbar………………………………………………..3
2.1.1 Sistem Rangkaian Pada Rill Busbar……………………………………..4
2.2 Sistem Hubungan Sisi Primer………………………………………………..6
2.2.1 Trafo Hubungan Bintang Segitiga…………………………….…………7
2.2.2 Trafo Hubungan Segitiga Bintang…………………………….…………8
2.3 Sistem Hubungan Rangkaian Sisi Sekunder…………………………………9
2.4 Sistem Hubungan Sisi Tersier………………………………………………10
2.5 Sistem Hubungan Titik Netral………………………………………………12
2.6 Sistem Hubungan Transformator Tegangan………………………………..12
2.7 Sistem Hubungan Arrester………………………………………………….15
2.7.1 Penerapan Arrester Sebagai Alat Proteksi……………………………...16
BAB III Penutup………………………….……………………………….…………17
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………17
3.2 Saran……………………………………………………………………......17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG.

Sistem hubungan rangkaian listrik adalah suatu hubungan sumber listrik


dengan alat-alat listrik lainnya yang mempunyai fungsi tertentu. Berdasarkan
susunan hubungan alat-alat listrik, maka sistem hubungan rangkaian listrik pada
saluran transmisi tersusun dengan beberapa cara yaitu Sistem Ril Busbar, Sistem
Hubungan Rangkaian Sisi Primer, Sistem Hubungan Rangkaian Sisi Skunder,
Sistem Hubungan Sisi Tersier, Sistem Hubungan Titik Netral, Sistem Hubungan
Transformator Tegangan dan Sitem Hubungan Arrester.

Di dalam makalah ini penulis ingin menentukan dan menjelaskan dari masing-
masing rangkaian tersebut apakah masih layak di pakai di jaringan transmisi
distribusi dan adakah kekurangan dan kelebihan dari rangkaian tersebut

1.2 RUANG LINGKUP

1. Sistem Ril Busbar


2. Sistem Hubungan
3. Rangkaian Sisi Primer
4. Sistem Hubungan Rangkaian Sisi Skunder
5. Sistem Hubungan Sisi Tersier
6. Sistem Hubungan Titik Netral
7. Sistem Hubungan Transformator Tegangan
8. Sitem Hubungan Arrester

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Menjelaskan sistem hubungan rangkaian pada saluran transmisi


2. Bagaimana penerapan nya pada tiap-tiap rangkain
3. Kelemahan dan kelebihan pada tiap-tiap rangkaian

1
1.4 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui tujuan dari masing-masing sistem hubungan


2. Dapat mengaplikasikan dengan benar pada sistem hubungan rangkaian
3. Pertimbangan dari segi gangguan
4. Pertimbangan dari segi konstruksi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Hubungan Ril Busbar

Gardu induk adalah merupakan alat penghubung listrik dari jaringan


tranmisi ke jaringan distribusi perimer yang kuntruksinya. Busbar atau rel
merupakan bahan atau peralatan yang berada di gardu induk. Busbar atau
rel adalah titik pertemuan atau hubungan trafo-trafo tenaga, SUTT, SKTT
dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik
atau daya listrik.

Ada pula yang mengartikan, Busbar dalam sistem tenaga adalah lokasi di
mana jalur transmisi, sumber generasi, dan beban distribusi bertemu. Karena
konvergensi ini, sirkuit pendek yang terletak di dekat busbar cenderung
memiliki arus besar yang sangat tinggi. Karena arus sangat besarnya, maka
jika ada kesalahan memerlukan kecepatan yang tinggi dalam operasi perlin-
dungan busbar untuk membatasi kerusakan peralatan tersebut.

Namun, kliring berkecepatan tinggi harus seimbang terhadap kebutuhan un-


tuk keamanan. Tersandung salah untuk kesalahan eksternal dapat me-
nyebabkan gangguan besar, dan membahayakan stabilitas daya sistem.
Besarnya kesalahan yang tinggi meningkatkan kemungkinan CT saturasi
selama kesalahan eksternal dekat dengan busbar, dan CT saturasi mening-
katkan kemungkinan operasi yang salah dari perlindungan busbar.

Perlindungan busbar mungkin rumit dan bervariasi dengan topologi bus.


Banyak busbar menghubungkan semua sirkuit untuk satu segmen umum
dari busbar. Komplikasi untuk bus ini adalah hanya jumlah sirkuit terhub-
ung. Namun, busbar tertentu mungkin memiliki beberapa segmen bus,
dengan sirkuit individu yang terhubung ke segmen bus yang berbeda ter-
gantung pada kebutuhan operasi. Untuk bus kompleks seperti, perlindungan
busbar harus mampu melindungi setiap segmen bus individual, dan dinamis
melacak sirkuit terhubung ke segmen bus tertentu. Semua generator sinkron

3
pada pusat pembangkit listrik menyalurkan tenaga listrik ke rel pusat listrik.
Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang mengirim
tenaga listrik dihubungkan ke rel ini. Mayoritas kesalahan busbar melibat-
kan fase satu dan bumi, tetapi kesalahan muncul dari berbagai banyak.
Bahkan, sebagian besar hasil kerusakan pada busbar dari kesalahan manusia
dan bukan kegagalan komponen switchgear.

2.1.1 Sistem Rangkaian pada Rill Busbar


 Sistem Ring Busbar

Gardu induk sistem ring busbar adalah gardu induk yang busbarnya ber-
bentuk ring. Pada gardu induk jenis ini semua rel atau busbar yang ada, ter-
sambung (terhubung) satu dengan yang lainnya dan membentuk ring
(Cincin).

(Gambar 2.1.1 Sistem Ring Busbar)

 Sistem Single Busbar

Gardu induk sistem single busbar adalah gardu induk yang mempunyai satu
(single) busbar. Pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk
yang berada pada ujung (akhir) dari suatu sistem transimisi.

4
(Gambar 2.1.1 Sistem Single Busbar

 Sistem Double Busbar

Gardu induk sistem double busbar adalah gardu induk yang mempunyai dua
(double) busbar. Gardu induk double busbar sangat efektif untuk mengu-
rangi terjadinya pemadaman beban, khususnya pada saat melakukan peru-
bahan sistem (manuver sistem). Jenis gardu induk ini yang banyak
digunakan.

(Gambar 2.1.1 Sistem Double Busbar)

 Sistem On Half Busbar

Gardu induk sistem satu setengah (on half) busbar adalah gardu induk yang
mempunyai dua (double) busbar. Pada umumnya gardu induk jenis ini
dipasang pada gardu induk dipembangkit tenaga listrik atau gardu induk

5
yang berkapasitas besar. Dalam segi operasional, gardu induk ini sangat
efektif karena dapat mengurangi pemadaman beban pada saat dilakukan pe-
rubahan sistem (manuver system). Sistem ini menggunakan tiga buah PMT
dalam satu diagonal yang terpasang secara deret atau seri.

(Gambar 2.1.1 Sistem On Half Busbar)

2.2 Sistem Hubungan Sisi Primer

Gardu Induk atau stasiun transmisi dimana dalam gardu induk listrik di
transformasikan juga diatur tegangannya apabila terjadi drop tegangan atau
tegangan turun akibat saluran yang panjang. Gardu induk bisa di ibaratkan
sebagai stasiun atau terminal dalam transportasi listrik.

Gardu induk memiliki peranan penting dalam sistem transmisi, gardu induk
mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah,

 Mentransformasikan tegangan (sebagai penaik dan penurun tegangan).

6
 Untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke saluran
transmisi lainnya yang kemudian didistribusikan ke konsumen.
 Pengukur, Pengawas Operasi serta pengaman sistem tenaga listrik.
 Pengaturan pelayanan beban ke Gardu Induk lain dan ke Gardu Distri-
busi.
 Sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegan-
gan distribusi.
 Sarana telekomunikasi.

Fungsi utama dari gardu induk adalah untuk mentransformasikan tegangan,


jadi di gardu induk ini atau saya sebut GI berfungsi untuk menaikan tegan-
gan dari pembangkitan, karena untuk penyaluran listrik membutuhkan te-
gangan yang besar agar tidak terjadi rugi daya, sedangkan pembangkitan
hanya bisa membangkitkan listrik sekitar 6 – 20 kV dan itu harus dinaikkan
agar tidak habis (drop) dalam perjalananya. Setelah melalui penyaluran
dengan tegangan tinggi pada sisi transmisi, tegangan harus diturunkan kem-
bali pada tegangan standar yang bisa dipakai oleh konsumen untuk dapat
dipakai oleh pelanggan.

2.2.1 Trafo Hubung Bintang Segi tiga ( Y - Δ)

Pada hubung ini, kumparan pafa sisi primer dirangkai secara bintang (wye)
dan sisi sekundernya dirangkai delta. Umumnya digunakan pada trafo untuk
jaringan transmisi dimana tegangan nantinya akan diturunkan (Step-
Down). Perbandingan tegangan jala- jala 1/√3 kalinperbandingan lilitan
transformator. Tegangan sekunder tertinggal 300 dari tegangan primer.

7
(Gambar 2.2.1 Trafo Hubung Bintang Segitiga)

2.2.2 Trafo Hubungan Segitiga Bintang (Δ - Y)

Pada hubung ini, sisi primer trafo dirangkai secara delta sedangkan pada sisi
sekundernya merupakan rangkaian bintang sehingga pada sisi sekundernya
terdapat titik netral. Biasanya digunakan untuk menaikkan tegangan (Step -
up) pada awal sistem transmisi tegangan tinggi. Dalam hubungan ini per-
bandingan tegangan 3 kali perbandingan lilitan transformator dan te-
gangansekunder mendahului sebesar 30° dari tegangan primernya.

8
(Gambar 2.2.2 Trafo Hubungan Segitiga Bintang)

2.3 Hubungan Rangkaian Sisi Skunder

Pembangkit listrik biasanya dibangun jauh dari permukiman penduduk.


Proses pengiriman daya listrik kepada pelanggan listrik (konsumen) yang
jaraknya jauh disebut transmisi daya listrik jarak jauh. Untuk menyalurkan
energi listrik ke konsumen yang jauh, tegangan yang dihasilkan generator
pembangkit listrik perlu dinaikkan mencapai ratusan ribu volt. Untuk itu,
diperlukan trafo step up. Tegangan tinggi ditransmisikan melalui kabel
jaringan listrik yang panjang menuju konsumen. Sebelum masuk ke rumah-
rumah penduduk tegangan diturunkan menggunakan trafo step down hingga
menghasilkan 220 V.

Transmisi daya listrik jarak jauh dapat dilakukan dengan menggunakan te-
gangan besar dan arus yang kecil. Dengan cara itu akan diperoleh beberapa
keuntungan, yaitu energi yang hilang dalam perjalanan dapat dikurangi dan
kawat penghantar yang diperlukan dapat lebih kecil serta harganya lebih
murah.

9
Jaringan distribusi sekunder merupakan suatu jaringan yang letaknya
setelah gardu distribusi berfungsi menyalurkan tenaga listrik bertagangan
rendah (misalnya 220 V/380 V). Hantaran berupa kabel tanah atau kawat
udara yang menghubungkan dari gardu distribusi (sisi sekunder trafo distri-
busi) ke tempat konsumen atau pemakai (misalnya industri atau rumah –
rumah).

2.4 Sistem Hubungan Rangkaian Sisi Tersier

Transformator 3 fasa pada dasarnya merupakan Transformator 1 fase


yang disusun menjadi 3 buah dan mempunyai 2 belitan, yaitu belitan primer
dan belitan sekunder. Ada dua metode utama untuk menghubungkan belitan
primer yaitu hubungan segitiga dan bintang (delta dan wye). Sedangkan
pada belitan sekundernya dapat dihubungkan secara segitiga, bintang dan
zig-zag (Delta, Wye dan Zig-zag). Ada juga hubungan dalam bentuk khusus
yaitu hubungan open-delta (VV connection).

Untuk Kapasitas dari trafo pemakaian sendiri ditentukan dengan mem-


perhatikan faktor diversitas (diversity), yaitu perbandingan antara jumlah
kebutuhan (demand) maksimum setiap bagian sistim dan kebutuhan maksi-
mum seluruh sistem.

Beban gardu dibagi menjadi beban kontinu dan beban terputus-putus. Bi-
asanya tenaga listrik diambilkan dari sisi sekunder atau tersier dari trafo utama
atau pada Gardu Induk yang tidak mempunyai trafo untuk distribusi kadang
kadang diambilkan dari sisi sekunder dari trafo pengetanahan netral (Earthing
Transformer).

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam susunan rangkaian pemakaian


sendiri adalah sebagai berikut :

10
1. Bila tenaga untuk pemakaian sendiri diambil dari sisi tersier dari trafo
utama dalam GI yang hanya mempunyai satu trafo utama, harus di-
usahakan agar dapat diterima tenaga dari jaring- jaring distribusi dari
sistim lain (sumber lain).
2. Trafo pemakaian sendiri harus terdiri dari 3 unit satu-fasa, sehingga
dalam keadaan gangguan pada sebuah trafo, kedua trafo lainnya dapat
bekerja terus dengan hubungan – V delta terbuka.
3. Jika dipakai unit 3 – fasa untuk trafo pemakaian sendiri, harus dipakai
lebih dari 2 buah trafo dan kapasitasnya harus cukup besar untuk dapat
menyediakan tenaga dengan normal sekalipun ada gangguan pada sebuah
transformator.
4. Bila pengasut (starting transformer) untuk kondensator sinkron dihub-
ungkan pada sisi sekunder dari trafo utama, perlu diatur agar trafo penga-
sut itu dapat dipakai sebagai cadangan untuk trafo pemakaian sendiri.

(Gambar 2.4 Sistem Hubungan Rangkaian Tersier)

11
2.5 Sistem Hubungan Titik Netral

Sistem pembumian terdiri atas hubungan ke bumi dari titik netral sistem
suplai (misalnya : netral sistem TR) , maupun bagian konduktif dari instalasi
TR. Beberapa sistem dari hubungan ke bumi didefinisikan dengan dua atau
tiga huruf  Huruf pertama : netral (N) dari transformer, I : terisolir dari
bumi, T : dihubungkan ke bumi  Huruf kedua : Bagian Konduktif Terbuka
(BKT) dari beban, T : dihubungkan ke bumi, N : dihubungkan ke penghantar
netral. Keuntungan dari sistem yang ditanahkan antara lain :

 Mengurangi besarnya tegangan lebih transien


 Memperbaiki perlindungan terhadap petir
 Memudahkan mencari tempat terjadinya gangguan
 Memperbaiki perlindungan terhadap hubung singkat ke tanah
 Lebih aman bagi manusia

Untuk sistem-sistem distribusi tegangan menengah yang mempunyai arus


pengisian lebih besar dari 5,5 ampere harus ditanahkan. Pentanahan tersebut
fungsinya untuk mencegah terjadinya tegangan lebih peralihan yang besar
yang disebabkan oleh busur listrik (arching ground).

Dengan pentanahan tersebut diperoleh arus gangguan tanah yang besarnya


bergantung impedansi pentanahan, sedemikian rupa sehingga alat-alat
pengaman dapat bekerja selektif, tetapi tidak merusak peralatan di titik
gangguan. Bagian yang ditanahkan adalah titik netral sisi tegangan menen-
gah trafo utama dan kawat netral sepanjang jaringan tegangan menengah.

2.6 Sistem Hubungan Transformator Tegangan

Transformator merupakan salah satu alat listrik yang banyak digunakan


oleh masyarakat. Bahkan transmisi dan pendistribusian tenaga litrik dari
pusat tenaga listrik ke konsumen juga menggunakan perangkat transforma-
tor. Seceara umum transformator adalah suatu perangkat kelistrikan yang
12
berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan tegangan pada suatu
rangkaian listrik. Transformator terbuat dari sebuah inti besi berlapis yang
dililit oleh 2 buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan
sekunder. Rasio tegangan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada kedua
kumparan tersebut.

Pada prinsipnya metode atau cara merangkai belitan kumparan di sisi primer
dan sekunder Transformator, umumnya dikenal 3 cara untuk merangkainya,
yaitu hubungan bintang, hubungan delta, dan hubungan zig zag.

 Trafo Hubung Bintang Segi tiga ( Y - Δ)

Pada hubung ini, kumparan pafa sisi primer dirangkai secara bintang
(wye) dan sisi sekundernya dirangkai delta. Umumnya digunakan pada
trafo untuk jaringan transmisi dimana tegangan nantinya akan di-
turunkan (Step- Down). Perbandingan tegangan jala- jala 1/√3 kalinper-
bandingan lilitan transformator. Tegangan sekunder tertinggal 300 dari
tegangan primer.

(Gambar 2.6 Trafo Hubung Bintang Segitiga)


13
 Trafo Hubungan Segitiga Bintang (Δ - Y)

Pada hubung ini, sisi primer trafo dirangkai secara delta sedangkan pada sisi
sekundernya merupakan rangkaian bintang sehingga pada sisi sekundernya
terdapat titik netral. Biasanya digunakan untuk menaikkan tegangan (Step -
up) pada awal sistem transmisi tegangan tinggi. Dalam hubungan ini per-
bandingan tegangan 3 kali perbandingan lilitan transformator dan te-
gangansekunder mendahului sebesar 30° dari tegangan primernya.

(Gambar 2.6 Trafo Hubungan Segitiga Bintang)

 Hubungan Zig Zag

Kebanyakan transformator distribusi selalu dihubungkan bintang, salah satu


syarat yang harus dipenuhi oleh transformator tersebut adalah ketiga fasanya
harus diusahakan seimbang.

14
Apabila beban tidak seimbang akan menyebabkan timbulnya tegangan titik
bintang yang tidak diinginkan, karena tegangan pada peralatan yang
digunakan pemakai akan berbeda-beda. Untuk menghindari terjadinya tegan-
gan titik bintang, diantaranya adalah dengan menghubungkan sisi sekunder
dalam hubungan Zigzag. Dalam hubungan Zig-zag sisi sekunder terdiri atas
enam kumparan yang dihubungkan secara khusus.

(Gambar 2.6 Trafo Hubungan Zig-Zag)

2.7 Sistem Hubungan Arrester

arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan


lebih, yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat
ini bersifat sebagai by-pass disekitar isolasi yang membentuk jalan dan mu-
dah dilalui arus kilat kesistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan te-
gangan lebih yang tinggi dan tidakmerusak isolasi peralatan listrik.

By-pass ini harus sedemikian rupa sehingga tidakmengganggu aliran daya


sistem frekuensi 50 hz.Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai
isolator, bila timbul tegangansurja alat ini bersifat sebagai konduktor yang
tahanannya relatif rendah, sehingga dapatmengalirkan arus yang tinggi keta-
nah.setelah surja hilang, arrester harus dapat dengancepat kembali menjadi
isolasi.
15
Sesuai dengan fungsinya, yaitu arrester melindungi peralatan listrik pada sis-
tem jaringan terhadap tegangan. digardu induk besar ada

bedanya pada trafo dipasang arrester, menjamin terlindungnya trafo dan


peralatan lainnya dari tegangan lebih tersebut.

2.7.1 Penerapan Lightning Arrester Sebagai Alat Proteksi

Alat perlindungan terhadap tegangan surja berfungsi sebagai peralatan sis-


temtenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang
dan mengalirkan ketanah.berhubungan dengan fungsinya itu harus dapat
menahantegangan maksimum yang dapat ditahan sesudah pelepasan ter-
jadi.Jenis - jenis arrester tipe katup:

 Station tipe

tipe ini adalah tipe yang paling efisien dan paling mahal. arrester tipe
ini berhubungan dengan pemakaian secara umum pada gardu - gardu be-
sar (largestation). pada umumnya dipakai untuk alat - alat poteksi yang ma-
hal pada sirkuit -sirkuit mulai dari 240 volt sampai 287000 volt atau lebih
tinggi.

 Line tipe

line tipe lebih murah harganya dari station tipe. Arrester ini dipakai pada
alat – alat(apparatus), dipakai untuk tegangan 25 kv sampai 69 kv.

 Distribution tipe

arrester jenis distribusi ini khusus untuk melindungi mesin – mesin ber-
putar dan jugauntuk melindungi transformator dengan pendingin udara
tanpa minyak. Arrester jenis ini dipakai pada peralatan dengan tegangan
120 volt sampai 750 volt.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas kita dapat menyimpulkan secara umum sistem


hubungan rangkaian terdapat banyak macam nya. Dari masing-masing
rangkain tersebut seharus nya kita sudah dapat mengetahui dari segi hub-
ungan rangkaian pada saluran transmisi bagaimana penerapan nya pada tiap-
tiap rangkain lalu kelemahan dan kelebihan pada tiap-tiap rangkaian serta
tujuan dari penulisan ini yaitu untuk dapat mengaplikasikan dengan benar
pada sistem hubungan rangkaian, pertimbangan dari segi gangguan dan per-
timbangan dari segi konstruksi

3.2 Saran

. Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpe-
doman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.

Sumber Refrensi :

https://ezkhelenergy.blogspot.com/2011/11/gardu-induk-sistem-rel-busbar.html

http://muchammadsalim.blogspot.com/2012/04/pembumian-netral-pada-sistem-
20-kv.html

http://electric-mechanic.blogspot.com/2013/10/jenis-hubungan-pada-belitan.html

17
https://www.slideshare.net/ellyelsomsoumilena/pentanahan-netral?from_ac-
tion=save

https://www.academia.edu/35044177/BAB_III_LIGHTNING_AR-
RESTER_3.1_Pengertian_Istilah_Dalam_Lightning_Arrester

18

Anda mungkin juga menyukai