Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PROYEK AKHIR

INSPEKSI JARINGAN PADA PENYULANG SPL 13 GUNA


PENINGKATAN KINERJA PENURUNAN GANGGUAN
PENYULANG DI PT PLN (PERSERO) UP3 SEMARANG

Disusun Oleh :
RIZTKY KUMALA ANGGRAINI
16/401654/SV/12158

PROGRAM DIPLOMA TEKNOLOGI LISTRIK


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PT PLN (Persero) adalah satu-satunya Perusahaan BUMN yang berwenang
dalam pembangkitan dan pendistribusian tenaga listrik serta memiliki tugas untuk
memberikan pelayanan yang memuaskan kepada semua pelanggannya mengingat
kebutuhan masyarakat terhadap tenaga listrik dari waktu ke waktu semakin meningkat.
Tuntutan tersebut semakin nyata dengan diberlakukannya UU No. 30 Tahun 2009
yang memungkinkan penyediaan energi listrik untuk kepentingan umum diberlakukan
oleh BUMD, pihak swasta atau badan usaha lain diluar PT PLN (Persero). Selain
menyediakan kebutuhan listrik untuk kepentingan umum, PT PLN (Persero) juga
dituntut untuk meningkatkan kualitas, keandalan, keamanan dan keefisienan energi
listrik yang dihasilkan. Dalam upaya ini dibutuhkan suatu sistem penyaluran tenaga
listrik dari pembangkit hingga pelanggan atau disebut Sistem Tenaga Listrik.
Sistem tenaga listrik ini terdiri dari empat unsur, yaitu pembangkit, transmisi,
distribusi, dan pemakaian tenaga listrik (beban). Energi listrik dibangkitkan di pusat
tenaga listrik (seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTN, PLTD) dan disalurkan melalui
jarak yang cukup jauh ke pusat-pusat pemakaian tenaga listrik. Dikarenakan jarak
antara pusat pembangkit dengan beban jauh, maka akan timbul kerugian-kerugian
akibat adanya gangguan saat disalurkan.
Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem ketenaga listrikan yang paling
dekat dengan beban/pelanggan, yang menyalurkan tenaga listrik melalui dengan
mempergunakan tegangan 20 KV pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM) serta
tegangan 220 / 380 V pada 6jaringan Tegangan Rendah (JTR). Sebagian besar jaringan
distribusi 20 KV di Indonesia mempergunakan saluran Udara Tegangan Menengah
(SUTM) yang melintasi udara terbuka, sehingga sering terjadinya gangguan
penyaluran energi listrik Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) atau Jaringan
Tegangan Menengah (JTM).
Gangguan – gangguan yang disebabkan dapat dibedakan menjadikarena faktor
alam (hujan badai, angin kencang, dll) memang tidak mudah mencegahnya, tapi untuk
gangguan yang bersifat teknis (kelayakan peralatan / material jaringan) inspeksi dalam
pemeliharaan jaringan secara terencana dapat dilaksanakan sehingga kualitas dan
kontinuitas penyaluran tenaga listrik ke masyarakat tidak terganggu. Gangguan yang
terjadi di jaringan listrik dapat membuat trip penyulang sehingga memadamkan aliran
listrik ke pelanggan. Gangguan yang sering ditemukan adalah akibat dari alat proteksi
dan alat penyaluran yang mulai rapuh karena usia atau keadaan alam sekitar. Untuk
meminimalisasi terjadinya gangguan dalam pelayanan teknik PT PLN menjalankan
tugas untuk kegiatan inspeksi. Inspeksi merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan
yang dimaksudkan untuk mendapatkan suatu data dari sistem/peralatan jaringan
distribusi yang dipakai sebagai dasar bahan untuk perencanaan pemeliharaan dan
perencanan anggaran JAR-DIST. Dalam laporan ini akan dijabarkan mengenai
inspeksi jaringan tegangan menengah yang bertujuan untuk menurunkan gangguan
pada penyulang.
Berdasarkan permasalahan tersebut dibuatlah suatu laporan kerja praktek
dengan judul :
“ Inspeksi Jaringan Pada Penyulang SPL 13 Guna Peningkatan Kinerja Penurunan
Gangguan Penyulang Pada PT PLN (Persero) UP3 Semarang”

B. Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang berkaitan dengan Sistem Jaringan pada Penyulang SPL
13 adalah :
1. Bagaimana langkah melakukan Inspeksi di penyulang SPL 13 sesuai SOP?
2. Apakah penyebab terjadinya gangguan pada jaringan di penyulang SPL 13?
3. Bagaimana cara mengatasi gangguan pada jaringan di penyulang SPL 13?

C. Batasan Masalah
Pada pembahasan Laporan Kerja Praktik ini terdapat beberapa batasan masalah
agar selaras dengan pokok bahasan, antara lain:
1. Penjelasan mengenai SOP pelaksanaan Inspeksi jaringan.
2. Mengetahui penyebab serta cara mengatasi gangguan pada jaringan di
penyulang SPL 13.

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk membandingkan teori yang telah didapat di bangku perkuliahan
dengan teknologi yang berkembang saat ini.
b. Mengaplikasikan teori yang telah didapat di perkuliahan dan
menerapkannya dalam dunia industri.
c. Sebagai sarana untuk belajar bersosialisasi untuk melatih kerjasama dan
kedisiplinan.
d. Sebagai sarana untuk berfikir kritis, efektif, dan efisien dalam melakukan
rutinitas.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi Diploma III
Jurusan Teknologi Listrik, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada.
b. Memperdalam pengetahuan tentang Inspeksi jaringan untuk mengurangi
gangguan penyulang.
c. Mendapatkan ilmu pengetahuan tentang Inspeksi jaringan untuk
mengurangi gangguan penyulang.
d. Memperoleh gambaran nyata tentang lingkungan dan situasi kerja di PT
PLN (Persero) UP3 Semarang.
e. Mengetahui jenis-jenis gangguan pada saluran distribusi listrik penyulang
SPL 13 dan menganalisa cara mengatasi gangguan tersebut.

E. Manfaat
Adapun manfaat dari kerja praktik di PT PLN (Persero) antara lain:
1. Bagi Mahasiswa
a. Memperoleh pengalaman nyata tentang dunia kerja dan iklim kerja di PT.
PLN (Persero).
b. Mengetahui Pelakasanaan kegiatan Inspeksi Jaringan di PT. PLN (Persero)
UP3 Semarang.
c. Mengetahui cara mengatasi gangguan yang terjadi di PT. PLN (Persero)
UP3 Semarang.

2. Bagi Perguruan Tinggi Universitas Gajah Mada


a. Menjalin kerjasama yang baik antara perguruan tinggi dengan PT. PLN
(Persero).
b. Memperoleh gambaran tentang perusahaan sebagai bahan informasi untuk
mengembangkan pendidikan.
c. Mengetahui tingkat keberhasilan dalam penerapan ilmu dengan aplikasi
yang nyata didunia kelistrikan.
d. Merupakan salah satu wujud dari jurusan Diploma Teknologi Listrik
Sekolah Vokasi Universitas Gajah Mada guna membantu mahasiswa agar
lebih mengenal kelistrikan yang sesungguhnya.

3. Bagi PT.PLN (Persero) UP3 Semarang


a. Merupakan perwujudan nyata perusahaan dalam mendukung dan
memajukan dunia pendidikan.
b. Dapat mendidik generasi muda yang nantinya akan dapat bekerja di PT.
PLN (Persero).
c. Dapat mengenalkan perusahaan kepada masyarakat melalui kerjasama
antara pihak perusahaan dengan pihak universitas melalui program kerja
praktik mahasiswa.
d. Membantu program pemerintah dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia
yang lebih berkualitas dan berkompeten.

F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik


Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan atau Kerja Praktik dilakukan pada :
Tempat : PT PLN (Persero) UP3 Semarang
Alamat : Jalan Pemuda No. 93 Semarang
Waktu : 07 Januari 2019 sampai dengan 07 Maret 2019

G. Rumusan Masalah
Ruang lingkup dan pokok pembahasan utama dalam laporan kegiatan Kerja
Praktik ini mengenai “Inspeksi Jaringan Pada Penyulang SPL 13 Guna Peningkatan
Kinerja Penurunan Gangguan Penyulang Pada PT PLN (Persero) UP3 Semarang “
dengan batasan masalah sebagai berikut :
1. Sistem jaringan distribusi pada penyulang Simpang Lima 13 (SPL13).
2. Peralatan yang digunakan untuk menunjang sistem jaringan distribusi pada
penyulang Simpang Lima 13 (SPL13).
3. Gangguan- gangguan di saluran distribusi tenaga listrik pada penyulang Simpang
Lima 13 (SPL13).
4. Rencana mengatasi penyebab gangguan di saluran distribusi pada penyulang
Simpang Lima 13 (SPL13).

H. Metodologi Pengumpulan Data


Metode yang dipakai pada penulisan laporan Kerja Praktik ini adalah sebagai
berikut:
a. Metode Literatur
Metode ini dilakukan dengan cara studi pustaka, melihat referensi dari buku
panduan perusahaan, buku manual panduan pemeliharaan yang diberikan oleh
perusahaan untuk keperluan dasar teori, spesifikasi objek dan analisa
pembahasan.
b. Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara melihat dan mengamati secara langsung
objek-objek peralatan yang ada di lapangan, transformator, konstruksi tiang
listrik, peralatan proteksi, komponen utama dan komponen bantu pada sistem
jaringan distribusi dengan bimbingan dari mentor kerja praktik serta dari
teknisi bagian pemeliharaan (HAR) dan bagian operasional distribusi
(OPDIST) sistem tenaga listrik.
c. Metode Diskusi
Metode ini dilakukan dengan cara pengambilan data yang diperlukan dalam
menyusun laporan berupa diskusi dengan pembimbing, karyawan, atau pekerja
yang ada di PT PLN (Persero) UP3 Semarang.
d. Metode Sit in Class
Metode ini dilakukan dengan cara mendengarkan suatu penjelasan secara
umum tentang profil perusahaan, penggunaan alat pelindung diri, proses
distribusi tenaga listrik pada setiap penyulang, dan simulasi proses distribusi
listrik. Hal itu ditujukan agar dapat mengetahui gambaran umum mengenai PT
PLN (Persero) UP3 Semarang.
e. Metode Sharing Knowledge
Metode ini dilakukan dengan cara proses presentasi diakhir pertemuan
mengenai apa saja yang didapat selama melakukan kerja praktik di PT PLN
(Persero) UP3 Semarang. Terdapat juga 6ambi jawab serta saran agar
menambah pengetahuan serta kelengkapan pembuatan laporan.

I. Sistematika Penulisan Laporan


Untuk menjelaskan pelaksanaan kerja praktik yang dilakukan di PT PLN
(Persero) UP3 Semarang, maka penyusunan laporan kerja praktik ini secara garis besar
dikelompokkan menjadi lima bab antara lain :
BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini membahas mengenai Latar Belakang, Tujuan
Kerja Praktik, Manfaat Kerja Praktik, Waktu dan Tempat pelaksanaan, Perumusan
Masalah, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika yang menyusun Laporan.
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN, membahas mengenai Sejarah Singkat
Perusahaan, Perkembangan PT PLN (Persero), Makna Logo PT PLN (Persero), Visi
dan Misi, Kebijakan Manajemen, Pengembangan Organisasi, Struktur Organisasi yang
ada pada PT PLN (Persero) UP3 Semarang.
BAB III DASAR TEORI, membahas mengenai Sistem Distribusi Tenaga Listrik,
Komponen Jaringan Tegangan Menegah, Gangguan Penyulang, Jenis Gangguan,
Faktor Penyebab gangguan Jaringan Tegangan Menengah, Inspeksi Jaringan, Jarak
Aman (Safety Distance) dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi.
BAB IV INSPEKSI JARINGAN PADA PENYULANG SPL13 GUNA
PENINGKATAN KINERJA PENURUNAN GANGGUAN PENYULANG PT PLN
(PERSERO) UP3 SEMARANG, membahas mengenai SOP inspeksi jaringan, langkah
melaksanakan inspeksi dan hasil inspeksi pada penyulang SPL 13.
BAB V PENUTUP, berisi Kesimpulan berdasarkan pembahasan dari bab-bab
sebelumnya selama pelaksanaan Kerja Praktik di PT PLN (Persero) UP3 Semarang
beserta Saran yang diberikan untuk kemajuan perusahaan.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat PT PLN (Persero)


Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika
beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan
sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi untuk kepentingan
umum, diawali dengan perusahaan swasta Belanda yaitu NV. NIGM yang memperluas
usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang tenaga listrik. Selama Perang Dunia II
berlangsung, perusahaan-perusahaan listrik tersebut dikuasai oleh Jepang dan setelah
kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan-perusahaan listrik
tersebut direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan September 1945 dan
diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik
dan Gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik saat itu sebesar 157,5 MW.
Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi PUPLN (Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan
kokas. Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk 2 perusahaan
8ambin yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik dan
Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas. Saat itu kapasitas pembangkit
tenaga listrik PLN sebesar 300 MW.
Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik
Negara sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN). Tahun 1990 melalui
Peraturan Pemerintah No. 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha
ketenagalistrikan. Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada 8ambin
swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik.
Sejalan dengan kebijakan di atas, pada bulan Juni 1994 status PLN dialihkan
dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

B. Perkembangan PT PLN (Persero)


Setelah terbentuk menjadi persero di tahun 1992, PT PLN (Persero) memiliki
beberapa aktifitas bisnis, antara lain:
1. Bidang Pembangkitan Listrik
Pada akhir tahun 2003 daya terpasang pembangkit PLN mencapai 21.425 MW
yang tersebar di seluruh Indonesia. Kapasitas pembangkitan sesuai jenisnya
adalah sebagai berikut :
a. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), 3.184 MW
b. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 3.073 MW
c. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), 7800 MW
d. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) 1.748 MW
e. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), 380 MW
f. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) 6.241 MW

2. Bidang Transmisi dan Distribusi Listrik


Di Jawa-Bali memiliki Sistem Interkoneksi Transmisi 500 kV dan 150 kV
sedangkan di luar Jawa-Bali PLN menggunakan 9ambin Transmisi yang terpisah
dengan tegangan 150 kV dan 70 kV. Pada akhir tahun 2003, total panjang jaringan
Transmisi 500 kV, 150kV dan 70 kV mencapai 25.989 kms, jaringan Distribusi
20 kV (JTM) sepanjang 230.593 kms dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
sepanjang 301.692 kms.

C. Makna Logo PT PLN (Persero)


1. Bentuk Lambang
Bentuk, warna dan makna 9ambing Perusahaan resmi yang digunakan adalah
sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan
Umum Listrik Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai
Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.

Gambar 2.1 Logo PT PLN (Persero)


Makna Elemen-Elemen Dasar Lambang
a. Bidang Persegi Panjang Vertikal

Gambar 2.2 Lambang Persegi pada Logo PLN

Melambangkan bahwa PT PLN (Persero) adalah wadah/ organisasi yang


terorganisir, warna kuning menggambarkan pencerahan sesuai dengan harapan
PLN yaitu mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat.
Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap
insan yang berkarya di perusahaan ini.
b. Petir atau Kilat

Gambar 2.3 Lambang Petir pada Logo PLN

Melambangkan tenaga listrik sebagai produk utama yang dihasilkan oleh


perusahaan. Petir pun diartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN
(Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warna
merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di
Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan
serta keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan jaman.
c. Tiga Gelombang

Gambar 2.4 Lambang Tiga Gelombang pada Logo PLN

Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oleh tiga bidang usaha
utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi
dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna memberikan layanan
terbaik. Diberi warna biru untuk kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti
halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping itu
biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan
dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.

D. Visi dan Misi, dan Motto PT PLN (Persero)


1. Visi PT PLN (Persero)
Diakui sebagai Perusahan Kelas Dunia yang Bertumbuh-kembang, Unggul,
dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
2. Misi PT PLN (Persero)
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi
pendorong kegiatan ekonomi.
c. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

3. Motto PT PLN (Persero)


“Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik” (Electricity for a Better Life).

E. Kebijakan Manajemen PT PLN (Persero)


Tahun 2003 ditandai dua tantangan besar yang harus dihadapi PLN selaku
perusahaan terbesar di bisnis kelistrikan di Indonesia.Pertama, membaiknya
perekonomian nasional yang memberikan dampak membaiknya pertumbuhan
ketenagalisrtikan di Indonesia. Kedua diberlakukannya UU No. 20 tahun 2002 yang
merubah lingkungan bisnis kelistrikan menjadi surat dengan kompetisi.
Pelaksanaan program Restrukturisasi Korporat dan Road Map perusahaan
merupakan usaha yang dilakukan perusahaan untuk menuju PLN baru, yaitu PLN yang
mampu menghadapi perubahan lingkungan usaha. Buku Pedoman Good Corporate
Government sebagai komitmen perusahaan telah dibuat untuk menjadiacuan bagi
komisaris, direksi dan seluruh manajemen PLN dalam mengelola perusahaan, baik
dalam pembangunan struktur maupun dalam mengembangkan proses bisnis. Good
Corporate Government yang berdasarkan kaidah transparansi, kemandirian,
akuntabilitas, responsibilitas serta kewajaran akan meningkatkan kinerja dan citra
positif bagi perusahaan.
Upaya untuk meningkatkan investasi sarana penyediaan tenaga listrik dan
pelayanan kepada pelanggan, yang merupakan usaha untuk tetap dapat
mempertahankan dan melaksanakan tanggung jawab PLN dalam menjamin
kelangsungan penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat, akan terus ditingkatkan.
Upaya peningkatan kemampuan perusahaan tersebut diharapkan akan memberikan
nilai tambah bagi pelanggan, perusahaan dan pemegang saham.
Suksesnya penyelesaian semua agenda korporat diatas, pada akhirnya akan
memastikan PLN sebagai perusahaan terkemuka untuk mencapai posisi siap tinggal
landas menggapai gemerlap di tahun-tahun mendatang menjadi perusahaan kelas
dunia selamanya.

F. Pengembangan Organisasi PT PLN (Persero)


Cakupan operasi PLN sangat luas meliputi seluruh wilayah Indonesia yang
terdiri lebih dari 13.00 pulau. Dalam perkembangannya, PT PLN (Persero) telah
mendirikan 6 anak perusahaan dan 1 Perusahaan Patungan yaitu:
1. PT Indonesia Power, yang bergerak di bidang pembangkitan tenaga listrik
dan usaha-usaha lain yang terkait, yang berdiri tanggal 3 Oktober 1995
dengan nama PT PJB I dan baru tanggal 1 September 2000 namanya
berubah menjadi PT Indonesia Power.
2. PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) bergerak di bidang pembangkitan
tenaga listrik dan usaha-usah lain yang terkait dan berdiri tanggal 3 Oktober
1995 dengan nama PT PJB II dan tanggal 22 September 2000, namanya
berubah menjadi PT PJB.
3. Pelayanan Listrik Nasional Batam (PT PLN Batam) yang bergerak dalam
usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah Pulau
Batam, didirikan tanggal 3 Oktober 2000.
4. PT Indonesia Comnets Plus, yang bergerak dalam bidang usaha
telekomunikasi didirikan tanggal 3 Oktober 2000.
5. PT Prima Layanan Nasional Enjini, Rekayasa Enjiniring dan Supervisi
Konstruksi, didirikan pada tanggal 3 Oktober 2002.
6. Pelayanan Listrik Nasional Tarakan (PT PLN Tarakan), bergerak dalam
usaha penyediaan tenaga Listrik bagi kepentingan umum di wilayah Pulau
Tarakan.
7. Geo Dipa Energi, perusahaan patungan PLN-PERTAMINA yang bergerak
di bidang Pembangkit Tenaga Listrik terutama yang menggunakan panas
bumi

Perusahaan Perseroan Terbatas, maka anak perusahaan diharapkan dapat


bergerak lebih leluasa dengan antara lain membentuk Perusahaan Joint Venture,
menjual saham dalam bursa efek, menerbitkan obligasi dan kegiatan-kegiatan usaha
lainnya.Di samping itu, untuk mengantisipasi otonomi daerah, PLN juga telah
membentuk unit bisnis strategis berdasarkan kewilayahan dengan kewenangan
manajemen yang lebih luas.

G. PT PLN (Persero) Distribusi Jateng & D.I.Y


PT PLN (Persero) di wilayah Jawa Tengah & DI Yogyakarta disebut dengan
PT PLN (Persero) DISTRIBUSI JAWA TENGAH & D.I Yogyakarta yang
mempunyai beberapa cabang induk yang disebut dengan UP3. Untuk wilayah kerja
Jawa Tengah & D.I Yogyakarta memiliki 12 UP3 yaitu:
1. PT PLN (Persero) UP3 Surakarta
2. PT PLN (Persero) UP3 Tegal
3. PT PLN (Persero) UP3 Purwokerto
4. PT PLN (Persero) UP3 Magelang
5. PT PLN (Persero) UP3 Kudus
6. PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga
7. PT PLN (Persero) UP3 Klaten
8. PT PLN (Persero) UP3 Pekalongan
9. PT PLN (Persero) UP3 Cilacap
10. PT PLN (Persero) UP3 Yogyakarta
11. PT PLN (Persero) UP3 Semarang
12. PT PLN (Persero) UP3 Demak

H. PT PLN (Persero) UP3 Semarang

1. Visi PLN UP3 Semarang


Visi PLN UP3 Semarang adalah menjadi PLN UP3 yang unggul, terdepan,
terpercaya dengan layanan berkualitas dan kinerja optimal.

2. Misi PLN UP3 Semarang


PT PLN (Persero) UP3 Semarang memiliki 18 misi SEMARANG
INCREDIBLE:
- Self Control
- Enthusiasm
- Marvelous
- Awareness
- Resourcefulness
- Attentiveness
- Networking
- Glory
- Integrity
- Networking
- Creative
- Responsive
- Empowerment
- Do The Best
- Inspirative
- Believe
- Loyality
- Empathy
PT PLN (Persero) UP3 Semarang juga memiliki moto kerja “Bekerjalah
pada aturan, kepatuhan dan kepatutan, jaga hubungan baik internal dan
eksternal, kerja cerdas kerja ikhlas, canangkan target dan penuhi”.

3. Wilayah Kerja PT PLN UP3 Semarang


Wilayah Kerja PT PLN (Persero) UP3 Semarang secara geografis terletak di
daerah utara dari Propinsi Jawa Tengah yang meliputi 1 (satu) Pemerintahan
Kota, yaitu Pemerintahan Kota Semarang dan 1 (satu) Kabupaten, yaitu
Kabupaten Kendal dan 36 kecamatan yang tersebar. Luas wilayah kerja UP3
Semarang adalah 1.376,03 km2. Adapun 7 ULP kerja dari PT PLN (Persero)
UP3 Semarang, yaitu :
- ULP Semarang Tengah berada di Pemerintahan Kota Semarang
- ULP Semarang Timur berada di Pemerintahan Kota Semarang
- ULP Semarang Selatan berada di Pemerintahan Kota Semarang
- ULP Semarang Barat berada di Pemerintahan Kota Semarang
- ULP Boja berada di Kabupaten Kendal dan Pemkot Semarang
- ULP Weleri berada di Kabupaten Kendal
- ULP Kendal berada di Kabupaten Kendal

4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT PLN (Persero) UP3 Semarang dapat dilihat pada
Gambar 2.5 Struktur Organisasi UP3 Semarang. Dari Gambar 2.5 dapat dilihat
bahwa UP3 Semarang terdiri dari 6 (enam) bagian yang berada langsung di
bawah manajer UP3, yaitu terdiri dari Bagian Perencanaan dan Evaluasi,
Bagian Jaringan, Bagian Konstruksi, Bagian Transaksi Energi, Bagian
Pelayanan dan Administrasi dan Bagian Pemasaran dan Pelayanan Pelanggan.
Untuk struktur organisasi ULP terdiri dari 3 (tiga) seksi yang berada langsung
di bawah manajer ULP, yaitu seksi teknik, seksi transaksi energi listrik, dan
seksi pelayanan pelanggan.
Gambar 2.5 Struktur PT.PLN (Persero) UP3 Semarang
BAB III
JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV PENYULANG SPL 13

A. Sistem Jaringan Distribusi


Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi
ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk
Power Source) sampai ke konsumen. Fungsi sistem distribusi tenaga listrik yaitu :
1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan).
2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat – pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.
Suatu sistem energi listrik mengandung empat unsur. Pertama adanya unsur
pembangkit tenaga listrik. Tegangan yang dihasilkan oleh pusat tenaga listrik itu
biasanya adalah tegangan menengah (TM). Kedua, suatu sistem transmisi, lengkap
dengan gardu induk. Karena jaraknya yang biasanya jauh, maka diperlukan
penggunaan tegangan tinggi (TT) atau tegangan ekstra tinggi (TET). Ketiga, adanya
saluran distribusi, yang biasanya terdiri atas saluran distribusi primer dengan tegangan
menengah (TM) dan saluran distribusi sekunder dengan tegangan rendah (TR).
Sistem Jaringan Distribusi bedasarkan tegangan sistem distribusi:
1. Jaringan Sistem Distribusi Primer
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu
induk distribusi ke pusat pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran
udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang
diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan.
2. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder
Jaringan sistem distribusi sekunder sering disebut juga sistem jaringan
tegangan rendah (JTR) dengan tegangan operasi nominal 380/220 volt. Sistem
distribusi ini merupakan bagian yang langsung berhubungan dengan
konsumen.

Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan,


penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama
menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kualitas persyaratan tegangan
yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang Kuasa Usaha Utama
sebagaimana diatur dalam UU ketenagalistrikan No 30 tahun 2009.
Dengan ditetapkannya standard Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi
yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM wajib memenuhi kriteria
enjinering keamanan ketenagalistrikan, termasuk didalamnya adalah jarak aman
minimal antarafasa dengan lingkungan dan antarfasa dengan tanah, bila jaringan
tersebut menggunakan saluran udara atau ketahanan isolasi jika menggunakan kabel
udara pilin tegangan menengah atau kabel bawah tanah tegangan menengah, serta
kemudahan dalam hal pengoperasian atau pemeliharaan jaringan dalam keadaan
bertegangan – PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan) – pada jaringan utama.
Hal ini dimaksudkan sebagai usaha menjaga keandalan kontinyuitas pelayanan
konsumen.
Ukuran dimensi konstruksi selain untuk pemenuhan syarat pendistribusian
daya, juga wajib memperhatikan syarat ketahanan isolasi penghantar untuk keamanan
pada tegangan 20 kV.
Lingkup Jaringan Tegangan Menengah pada sistem distribusi di Indonesia
dimulai dari terminal keluar (outgoing) pemutus tenaga dari transformator penurun
tegangan Gardu Induk atau transformator penaik tegangan pada Pembangkit untuk
sistem distribusi skala kecil, hingga peralatan pemisah/proteksi sisi masuk (incoming)
transformator distribusi 20 kV - 231/400 V. (Sumber: PLN Buku 5 Standar Konstruksi
Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik).

B. Komponen Jaringan Tegangan Menegah


Konstruksi Jaringan Distribusi Tegangan Menegah merupakan rangkaian
komponen yang terpasang membentuk satu kesatuan dalam konstruksi JTM.
Komponen jaringan distribusi adalah semua material yang terpasang padakonstruksi
jaring distribusiMaterial distribusi Saluran Udara Tegangan Menengah ( SUTM ),
terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu ; material distribusi utama (MDU) dan material
pelengkap. Disebut dengan material distribusi utama karena, material tersebut
fungsinya sangat penting pada konstruksi , sehingga merupakan bagian yang tidak bisa
tergantikan. Sedangkan disebut material pelengkap, karena merupakan bagian
pelengkap untuk menunjang pemasangan material distribusi utama pada suatu
konstruksi.
1. Material Distribusi Utama
MDU pada Jaringan Distribusi Tegangan Menengah meliputi tiang, trafo
isolator, penghantar / kawat, kabel serta travers (cross arm).
a. Tiang
Sebagai penyangga kawat agar berada di atas tiang dengan jarak
aman sesuai dengan ketetentuan.. Terbuat dari bahan yang kuat menahan
beban tarik maupun tekan yang berasal dari kawat ataupun tekanan angin.
Menurut bahannya tiang listrik terdiri dari :
- Tiang Besi
Tiang besi : dari bahan baja ( steel ) terdiri dari 2 atau 3 susun
pipa dengan ukuran berbeda bagian atas lebih kecil dari bagian di
bawahnya, setiap pipa disambung, bagian yang lebih kecil dimasukkan
ke dalam bagian yang lebih besar sepanjang 50 cm dipasang pen dan
dilas. Spesifikasi Tiang besi yang dapat dipergunakan pada Saluran
Udara Tegangan Menengah , sesuai SPLN 54 : 1983
Tabel 3.1 Spesifikasi Tiang besi
Panjang tiang
Keterangan
(m)
8 Penopang JTR (strut pole)
9 JTR (berlaku untuk kelistrikan desa dengan beban kerja 100
daN)
JTM 6 kv
10
JTM 6 kv sirkit tunggal, dengan panjang gawang 40 m
11
JTM 20 kv atau JTM 6 kv sirkit ganda
12
JTM 20 sirkit tunggal dengan panjang gawang 60 m
13
JTM 20 kv sirkit ganda
14
Ukuran khusus
15
Ukuran khusus
16

Tabel 3.2 Contoh Spesifikasi Tiang Besi untuk SUTM dengan panjang 11 m
Beban kerja (daN) 100 200 350 500 800 1200
C - 114,3 165,2 190,7 216,3 267,4

Diameter bagian-bagian tiang B - 165,2 190,7 267,4 318,5 355,6


(mm) A - 190,7 267,4 318,5 355,6 406,4
C - 5.6 4,5 4,5 6 6
B - 6 7 8 8 8
Tebal pipa (mm)
A - 7 7 9 8 12

Panjang bagian-bagian tiang C - 2500 2500 2500 2500 2500


(mm) B - 2500 2500 2500 2500 2500
TT A - 6000 6000 6000 6000 6000

Lenturan pada beban kerja (mm) - 196 144 142 108 106

Tebal selongsong (mm) - 7 7 9 8 12


Panjang selongsong (mm) - 600 600 600 600 600
Berat tiang (kg) - 306 446 564 700 973

- Tiang beton : dari bahan campuran semen, pasir dan batu split, dicor
dengan kerangka besi baja.
Bentuk tiang beton ada 2 ( dua ) macam, yaitu berbentuk profil
H dan berbentuk bulat.

Gambar 3.1 Konstruksi Tiang Beton H


Tabel 3. 3 Spesifikasi Tiang Beton H
Ukuran Bottom
Beban Top
L (bag bawah) Ukuran (mm)
Rencana (bag atas) mm
mm
Tinggi
(daN) A B A B C D E F
Tiang (m)
9 200 165 110 315 235 15 55 52 72

9 500
11 200 200 125 320 250
11 350 200 125 320 250 15 55 55 85
11 500 230 145 410 310 15 65 60 95
13 350 200 125 342 272 15 55 55 85
13 500 230 145 442 340 15 65 60 95

Tiang beton berbentuk bulat lebih banyak digunakan karena


mempunyai kekuatan yang sama di setiap sisinya.

Gambar 3.2 Konstruksi Tiang Beton Bulat


Tabel 3.4 Spesifikasi Tiang Beton Bulat
UKURAN DIAMETER
BEBAN
Tebal
L RENCANA
Da Db (MM)
TINGGI (daN)
TIANG (M)
9 200 170 290 42
9 500 60
11 200 190 337 42
11 350 190 337 50
11 500 190 337 60
13 350 190 363 50
13 500 190 363 60

- Tiang kayu : dari kayu yang tahan perubahan cuaca ( panas, hujan )
dan tidak mudah rapuh oleh bahan-bahan lain yang ada didalam tanah,
tidak dimakan rayap atau binatang pangerat. Pada saat ini tiang kayu
sudah jarang digunakan lagi dengan alasan ekonomis, yaitu tiang dari
bahan beton lebih murah harganya. Spesifikasi tiang kayu yang dapat
digunakan pada jaringan distribusi harus memenuhi SPLN 115:1995
tentang Tiang kayu untuk jaringan distribusi.

b. Isolator
Fungsi utamanya adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar
terhadap penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena
penghantar yang disekatkan tersebut mempunyai gaya mekanis berupa
berat dan gaya tarik yang berasal dari berat penghantar itu sendiri, dari
tarikan dan karena perubahan akibat temperatur dan angin, maka isolator
harus mempunyai kemampuan untuk menahan beban mekanis yang harus
dipikulnya.
Bahan isolator untuk SUTM adalah porselin / keramik yang dilapisi
glazur dan gelas, tetapi yang paling banyak adalah dari porselin ketimbang
dari gelas, dikarenakan udara yang mempunyai kelembaban tinggi pada
umumnya di Indonesia isolator dari bahan gelas permukaannya mudah
ditempeli embun.
Berdasarkan beban yang dipikulnya isolator dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu :
- Isolator tumpu ( pin insulator )
Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat
penghantar, jika penghantar dipasang di bagian atas isolator ( top
side ) untuk tarikan dengan sudut maksimal 2 ° dan beban tarik
ringan jika penghantar dipasang di bagian sisi ( leher ) isolator
untuk tarikan dengan sudut maksimal 18 ° . Isolator dipasang
tegak-lurus dii atas travers.

Gambar 3.3 Isolator pin

- Isolator tarik ( Strain insulator )


Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat
penghantar ditambah dengan beban akibat pengencangan (
tarikan ) penghantar, seperti pada konstruksi tiang awal / akhir,
tiang sudut , tiang percabangan dan tiang penegang. Isolator
dipasang di bagian sisi travers atau searah dengan tarikan
penghantar. Penghantar diikat dengan Strain Clamp dengan
pengencangan mur - bautnya.
Gambar 3.4 Isolator tarik

c. Penghantar
Berfungsi untuk menghantarkan arus listrik. Penghantar untuk
saluran udara biasanya disebut kawat yaitu peghantar tanpa isolasi
(telanjang), sedangkan untuk saluran dalam tanah atau saluran udara
berisolasi biasanya disebut dengan kabel.
i. Syarat penghantar yang baik harus mempunyai sifat :
- Konduktivitas / Daya Hantar Tinggi
- Kekuatan Tarik Tinggi
- Fleksibilitas Tinggi
- Ringan
- Tidak Rapuh
ii. Jenis pengantar berdasarkan bahannya :

- Logam Murni
BCC : Bare Copper Conductor
AAC : All Aluminium Conductor
- Logam Campuran
AAAC : All Aluminium Alloy Conductor
- Logam Paduan
Copper Clad Steel : Kawat Baja Berlapis Tembaga
Aluminium Clad Steel : Kawat Baja Berlapis Aluminium.
- Kawat Lilit Campuran
ACSR : Aluminium Cable Steel Reinforce
Tabel 3.5 Perbandingan Konduktor

Tahanan Jenis Kekuatan. Tarik Berat Jenis


Jenis Penghantar Penghantar Putus
(.mm ² / m) (gr / mm 3)
( Kg / mm 2 )

Tembaga Murni (BCC) 0, 0175 40 8, 96


Aluminium Murni (AAC) 0, 297 20 2,7
Aluminium Campuran (AAAC) 0, 036 35 2,72

d. Kabel

i. Kabel dan pemasangannya


- Kabel tanah dipasang di dalam tanah
- Kabel instalasi dipasang di dalam pipa direntang di langit-langit
- Kabel fleksibel dipasang di panel kontrol dan instrumen

ii. Konstruksi kabel


- Kabel tanah
 Berinti satu atau banyak dan berkawat satu atau banyak
 Berisolasi, berperisai, berselubung untuk kabel TR
 Berisolasi, berperisai, berselubung, berpenghantar listrik untuk
kabel TM

- Kabel instalasi
 Berinti satu atau banyak dan berkawat satu atau banyak
 Berisolasi
 Berisolasi dan berselubung
 Kabel fleksibel
 Berinti satu atau banyak dan berkawat banyak halus
Gambar 3.5 Kabel Inti Tunggal dan Inti Tiga

e. Travers / Cross Arm


Berfungsi untuk tempat pemasangan isolator. Beberapa konstruksi
SUTM di Jawa Tengah travers tidak diperlukan dikarenakan isolator
langsung dipasang pada tiang. Bahannya dari besi baja dilapisi galvanis
berbentuk kanal U berukuran 10 x 5 x 5 cm dengan ketebalan 5 mm atau
berbentuk persegi panjang berukuran 7,5 x 7,5 x 7,5 x 7,5 cm dengan ,
ketebalan 5 mm.
Berdasarkan besarnya sudut tarikan kawat ukuran panjangnya
dibedakan menjadi 3 yaitu:
i. Panjang 1800 mm untuk sudut tarikan dari 00 s/d 180
ii. Panjang 2662 mm untuk sudut tarikan dari 180 s/d 600
iii. Panjang 2500 mm untuk sudut tarikan dari 600 s/d 900
Pemasangan travers pada tiang diikat dengan klem dan mur-baut,
tetapi pada tiang beton tidak diperlukan klem, karena baut langsung bisa
menembus tiang dan travers. Untuk menjaga agar travers tidak miring
setelah dibebani isolator dan kawat, maka dipasang konstruksi berupa besi
penyangga atau berupa plat simpul.
2. Material Pelengkap
a. Pengikat Konduktor Pada Isolator Tumpu
Ada dua cara pengikatan hantaran, yaitu menggunakan kawat pengikat
dari bahan sama dengan penghantarnya (binding wire) dan menggunakan
bahan yang sudah jadi (preformed) terbuat dari aluminized steel.
b. Kawat skur dan pengikatnya
Kawat skur juga disebut guy wire atau lebih umum disebut seling,
sedangkan pengikatnya disebut preform spiral grip bahannya dari kawat baja
galvanis. Preform spiral grip hanya boleh digunakan sekali saja, sebab bila
dibuka kembali perekatnya sudah kurang berfungsi.

c. Material Sambungan Penghantar


Joint Sleeve : Berfungsi untuk menyambung kawat
Repair Sleeve : Berfungsi untuk memperkuat kembali
kawat yang sebagian uratnya ada yang putus.
Parallel Groove Clamp : Berfungsi untuk menyambung kawat tetapi
tidak ada beban tarikan, misalnya sambungan
pada tiang penegang, sambungan percabangan.
Taping Clamp : Berfungsi untuk penyadapan dari saluran
ke peralatan listrik lainya
Joint dan repair sleeve dipasang dengan cara dipres edangkan parallel
groove clamp diikat dengan mur baut.

d. EMCO digunakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya busur api saat


FCO terbuka. EMCO ini peralatan baru yang dikembangkan dan baru
digunakan di area Salatiga dan UP3 Semarang.

C. Gangguan Penyulang
Jaringan tenaga listrik yang terganggu harus dapat segera diketahui dan
dipisahkan dari bagian jaringan lainnya secepat mungkin dengan maksud agar
kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan. Gangguan pada jaringan tenaga listrik
dapat terjadi diantaranya pada pembangkit, jaringan transmisi atau di jaringan
distribusi. Penyebab gangguan tersebut tersebut dapat diakibatkan oleh gangguan
sistem dan non sistem.
1. Gangguan Sistem
Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik seperti
pada generator, trafo, SUTT, SKTT dan lain sebagainya. Gangguan sistem dapat
dikelompokkan sebagai gangguan permanen dan gangguan temporer. Gangguan
temporer adalah gangguan yang hilang dengan sendirinya bila PMT terbuka,
misalnya sambaran petir yang menyebabkan flash over pada isolator SUTT. Pada
keadaan ini PMT dapat segera dimasukan kembali, secara manual atau otomatis
dengan Auto Recloser. Gangguan permanen adalah gangguan yang tidak hilang
dengan sendirinya, sedangkan untuk pemulihan diperlukan perbaikan, misalnya
kawat SUTT putus.
Macam-macam faktor gangguan diantaranya:
a. Faktor Eksternal
Gangguan yang berasal dari alam misalnya karena binatang
diantaranya gigitan tikus pada kabel, burung, dll.
b. Faktor Internal
Gangguan dari peralatan itu sendiri misalnya faktor umur komponen
peralatan yang sudah tua.
c. Human Error
Gangguan yang disebabkan oleh kesalahan penanganan oleh manusia
(operator) seperti pentanahan (grounding) yang kurang baik.
2. Gangguan Non Sistem
PMT terbuka tidak selalu disebabkan oleh terjadinya gangguan pada sistem,
dapat saja PMT terbuka oleh karena relai yang bekerja sendiri atau kabel kontrol
yang terluka atau oleh sebab interferensi dan lain sebagainya. Gangguan seperti ini
disebut gangguan bukan pada sistem,selanjutnya disebut gangguan non–sistem.
Jenis gangguan non-sistem antara lain :
a. kerusakan komponen relai
b. kabel kontrol terhubung singkat
c. interferensi / induksi pada kabel kontrol.
Gangguan adalah suatu keadaan dimana terjadi ketidaknormalan pada sistem.
Gangguan pada jaringan distribusi tegangan menengah berasal dari dalam maupun
luar sistem jaringan. Jaringan tenaga lstrik yang terganggu harus dapat segera
diketahui dan dipisahkan dari bagian jaringan lainnya secepat mungkin dengan
maksud agar kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan. Gangguan pada jaringan
tenaga listrik apat terjadi diantarannya pada pembangkit, jaringan transmisi atau di
jaringan distribusi. Penyebab gangguan tersebut dapat diakibatkan oleh gangguan
sistem ataupun gangguan non sistem.

D. Jenis Gangguan
Berdasarkan lama gangguan yang teradi, gangguan dapat dibedakan menjadi
beberapa tipe antara lain :
1. Gangguan Permanen
Merupakan gangguan yang tidak hilang apabila tidak ditidak lanjuti.
Contoh gangguan permanen adalah gangguan hubung singkat, yang bisa terjadi
pada kabel atau pada belitan transformator tenaga yang disebabkan karena arus
gangguan hubung singkat melebihi kapasitasnya, sehingga penghantar menjadi
panas yang dapat mempengaruhi isolasi atau minyak trans-formator, sehingga
isolasi tembus, ataupun adanya pohon tumbang akibat hujan angin dan
mengenai kawat 3 fasa 1 ground. Apabia hal tersebut tidak ditindaklanjuti
maka akan terjadi pemadaman yang lama. Pada generator yang disebabkan
adanya gangguan hubung singkat atau pembebanan yang melebihi kapasitas.
Sehingga rotor memasok arus dari eksitasi berlebih yang dapat menimbulkan
pemanasan yang dapat merusak isolasi sehingga isolasi tembus.
Dengan adanya gangguan seperti sambaran petir yang mengenai
jaringan, ranting pohon yang menempel pada kabel jaringan dan benang
layang-layang yang menempel atau melilit kabel jaringan maka akan
berdampak terjadinya hal-hal sebagai berikut :
a. Beban lebih
Pada saat terjadinya gangguan maka sistem akan mengalami keadaan
kelebihan beban karena arus gangguan yang masuk ke istem dan
mengakibatkan sistem menjadi tidak normal, jika dibiarkan berlangsung
dapat membahayakan peralatan sistem.
b. Hubung singkat
Pada saat hubung singkat akan menyebabkan ganguan yang bersifat
temporer maupun yang bersifat permanen. Gangguan permanen dapat
terjadi pada hubung singkat 3 phase, 2 phase ke tanah, hubung singkat
antar phasa maupun hubung singkat 1 phase ke tanah. Sedangkan
gangguan temporer terjadi karena flash over antar penghantar dan tiang
antara penghantar dan kawat tanah.
c. Tegangan lebih
Tenganan lebih dengan frekuensi daya, yaitu peristiwa kehilangan atau
penurunan beban karena switching, gangguan AVR, over speed karena
kehilangan beban. Selain itu sebab lebih terjadi akibat tegangan lebih
transient surya hubung / switching.
d. Hilangnya sumber tenaga
Hilangnya pembangkit biasanya diakibatkan oleh gangguan di unit
pembangkit, gangguan hubung singkat jarak rele dan CB bekerja dan
jaringan terputus oleh pembangkit.

2. Gangguan Temporer
Salah satu contoh gangguan temporer karena adanya sambaran petir
(penghantar terkena sambaran petir) yang menyebabkan flashover antara
penghantar dengan traver melalui isolator atau penghantar tertiup angin yang
menimbulkan gangguan antara fasa atau penghantar fasa menyentuh pohon
yang dapat menimbulkan gangguan satu fase ke tanah. Gangguan tembus
(breakdown) adalah isolasi udaranya, oleh karena itu tidak ada kerusakan yang
permanen. Setelah arus gangguannya terputus, misalnya karena terbukanya
circuit breaker oleh relai pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu
tersebut siap dioperasikan kembali.

E. Faktor Penyebab gangguan Jaringan Tegangan Menengah


Gangguan yang terjadi pada penyulang-penyulang tegangan menengah hingga
mengakibatkan PMT atau Recloser trip disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
oleh alam, pohon, peralatan, komponen, dan binatang.
1. Gangguan yang Disebabkan Oleh Alam
Gangguan yang disebabkan oleh alam terjadi karena buruknya cuaca
ataupun peristiwa alam seperti angin, hujan, petir, banjir dll. Angin yang
kencang dapat menyebabkan pohon bergoyang hingga bagian rantingnya
menyentuh penghantar. Saat ranting atau dahan pohon menyentuh penghantar,
terlebih jika pohon tersebut lembab, maka pohon tersebut akan bersifat
konduktif sehingga akan menghantarkan arus dari penghantar ke tanah
(ground). Hal ini akan menyebabkan gangguan berupa hubung singkat satu
fasa ke tanah. Gangguan yang disebabkan oleh pohon biasanya dialami oleh
jaringan yang letaknya di daerah hutan atau perkebunan, dimana terdapat
banyak pohon yang tinggi. Kejadian alam lain yang menjadi penyebab
terjadinya gangguan adalah sambaran petir. Karena sebagian besar jaringan
tegangan menengah menggunakan Saluran Udara Tegangan Menengah
(SUTM), dimana letak jaringan berada di lingkungan terbuka, maka rawan
akan sambaran petir. Jika terjadi sambaran atau surja petir, maka jaringan yang
dekat dengan petir tersebut akan teraliri arus yang sangat besar akibat induksi
dari petir. Arus yang sangat besar ini akan membuat Recloser atau PMT trip
karena telah melebihi arus setting-nya
2. Gangguan yang Disebabkan Oleh Pohon
Pohon juga menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan.
Gangguan yang disebabkan oleh pohon terjadi karena pohon yang tumbang
dan menimpa jaring sehingga satu bagian pohon menempel pada bagian yang
bertegangan (penghantar) dan satu bagian lagi menempel di tanah
(ground).Hal yang demikian lah yang menyebabkan gangguan hubung singkat
fasa ke tanah.
Gambar 3.6 Pohon Mengenai Jaringan

Oleh karena itu, sangat perlu mengetahui pohon-pohon yang tumbuh


dijalur jaringan.Dengan mengetahui pohon-pohon yang tumbuh di sekitar
jaringan, maka dapat dilakukan yang langkah lebih lanjut untuk mencegah
terjadinya gangguan akibat potensi dari pohon tersebut. Untuk mengetahui
jenis pohon apa saja yang tumbuh di sekitar jarngan, maka perlu dilakukan
pemetaan pohon.
3. Gangguan yang Disebabkan Oleh Peralatan JTM
Yang dimaksud dengan peralatan JTM dapat menyebabkan gangguan
pada jaringan adalah rusaknya peralatan JTM seperti FCO, arrester, dan
peralatan lain yang kerusakannya dapat menyebabkan PMT atau Recloser trip.
Saat terjadi gangguan di depan FCO, maka fuselink harus putus
sehingga membuka FCO. Karena arus gangguan yang terlalu besar, dan
dimungkinkan karena kualitas FCO yang kurang baik sehingga tidak dapat
menghilangkan arus gangguan, maka setelah FCO putus, arus gangguan yang
tersisa menuju ke Recloser atau PMT dan membuat trip.
Selain itu, bisa juga karena arus gangguan yang terlalu besar atau
kualitas FCO yang kurang baik, saat FCO dialiri arus gangguan, maka tidak
hanya FCO yang putus, arus gangguan tersebut juga mengakibatkan FCO rusak
secara konstruktif. Artinya, konstruksi dari FCO itu, isolatornya misalnya,
pecah.Pecahnya isolator ini membuat bagian atas isolator FCO yang
menyambung ke JTM menempel dan menyentuh crossarm atau bisa saja
menyentuh tiang dan berakibat hubung singkat fasa ke tanah.
4. Gangguan yang Disebabkan Oleh Komponen JTM
Yang dimaksud dengan komponen JTM dapat menyebabkan gangguan
antara lain seperti putusnya penghantar, penghantar jeprak/ngepral, isolator
pecah, dan jumper putus.
Jika penghantar salah satu fasa putus kemudian mengenai tanah akan
mengakibatkan hubung singkat fasa ke tanah. Sedangkan jika ada penghantar
jeprak/ngepral, maka bagian yang jeprak tersebut akan berpotensi
menimbulkan gangguan. Karena bagian penghantar yang jeprak akan
menyentuh penghantar lain sehingga terjadi gangguan hubung singkat
antarfasa.
Isolator pecah juga berpotensi menimbulkan gangguan. Karena isolator
yang pecah akan mengurangi sifat isolasinya. Pada suatu saat terjadi hujan
deras, karena keadaan isolator yang sudah tidak baik lagi, isolator pecah dan
lembab karena hujan, maka akan mudah sekali menimbulkan flashover.
Flashover ini akan merembet melalui isolator lalu ke crossarm sehingga
menyebabkan hubung singkat satu fasa ke tanah.

Gambar 3.7 Isolator retak dan Noda Hitam Bekas Flashover

Komponen JTM lain yang menyebabkan gangguan adalah jumper yang


putus. Jumper yang putus mengakibatkan gangguan hubung singkat antarfasa
(jika putusnya jumper lalu terkena penghantar fasa lain) atau hubung singkat
fasa ke tanah (jika putusnya jumper kemudian mengenai crossarm).

Gambar 3.8 Jumper Rantas

5. Gangguan yang Disebabkan Oleh Binatang


Binatang juga menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan.
Gangguan yang disebabkan oleh binatang ini biasanya dialami oleh jaringan di
lingkungan hutan atau perkebunan dimana terdapat banyak hewan yang
berkeliaran. Misal, terdapat ular di sekitar jaringan. Jika ular yang berhasil naik
menuju ke jaringan dan salah satu bagian ular menyentuh penghantar fasa
sementara satu bagian yang lain menempel pada crossarm, maka pada suatu
hal tertentu sangat dimungkinkan ular ini bersifat konduktif sehingga akan
mengalirkan arus listrik dari penghantar fasa ke crossarm. Akibatnya, terjadi
hubung singkat fasa ke tanah.Sementara jika ular menempel di dua penghantar
fasanya, maka sangat berpotensi terjadi hubung singkat antar fasa.Tentu saja
tidak hanya ular, melainkan hewan-hewan lain pun juga berpotensi menjadi
penyebab gangguan pada jaringan distribusi.

Gambar 3.9 Burung Mengenai Jaringan

6. Penyebab Lain Terjadinya Gangguan


Selain kelima poin di atas, masih banyak penyebab lain yang
mengakibatkan terjadinya gangguan pada jaringan distribusi, yaitu layang-
layang, orang menebang pohon, dan lain-lain. Layang-layang yang
menyangkut pada jaringan sangat berpotensi menimbulkan gangguan. Hal ini
terjadi karena layang-layang yang menyangkut di jaringan, benang layang-
layangnya menempel di kedua atau ketiga penghantarnya. Jika terjadi hujan,
dan benang layang-layangnya basah, maka benang layang-layang tersebut akan
bersifat konduktif dan menyebabkan ganggguan.

Gambar 3.10 Layang-layang mengenai jaringan


F. Inspeksi Jaringan
1. Pengertian
Inspeksi merupakan suatu pekerjaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan
suatu data dari sistem / peralatan jaringan distribusi yang dipakai sebagai bahan
perencanaan pemeliharaan dan perencanaan anggaran jaringan distribusi.
2. Tujuan Inspeksi Jaringan
a. Mengetahui secara dini keruskan-kerusakan atau gejala kerusakan di jaringan
yang akan mengganggu kelangsungan pelayanan, membahayakan masyarakat
dan operator.
b. Mengetahui adanya kelainan-kelainan diluar standar, yang terjadi di pelanggan
(seperti teganggan terlalu rendah, seringnya terjadi kedip) ataupun pada
jaringan PLN.
c. Meneliti sebab-sebab terjadinya hal-hal seperti disebut dalam butir 1 dan 2 di
atas dan usulan perbaikan
3. Metode Inspeksi Jaringan
Metode yang dilakukan dalam inspeksi jaringan di PT. PLN (Persero) Area
Semarang adalah :
a. Metode Fisik
Metode ini melihat material secara bentuk fisik secara langsung,
menggunakan alat bantu teropong maupun kamera yang dapat memperbesar
visualisasi komponen maupun peralatan.
b. Metode Infrared
Metode ini menggunakan temperature pada material. Cara
menggunakannya dengan cara material tersebut difoto setelah itu akan muncul
pada monitor. Material yangtidak normal bersuhu diatas 40º.

Gambar 3.11 Thermovision Rise Pole

4. Klasifikasi Inspeksi Jaringan


Oleh karena luas dan kompleks keadaan jaringan distribusi dan peralatan
distribusi yang perlu diinspeksi, maka guna untuk mendukung pemeliharaan
tersebut, inspeksi ni dapat dikelompokkan menjadi :
a. Inspeksi rutin (Preventive Inspection)
Jenis inspeksi yang direncanakan terus-menerus secara periodik,
merupakan inspeksi rutin dan ini suatu usaha atau kegiatan yang dimaksudkan
untuk mempertahankan kondisi sistem agar dalam keadaan baik dan daya guna
yang optimal. Dalam prakteknya kegiatan inspeksi rutin dikeloompokkan
dalam dua jenis inspeksi yaitu:
i. Inspeksi rutin
Inspeksi rutin adalah pekerjaan pemeriksaan yang dilaksanakan
dengan cara pemeriksaan secara visual yan diikuti dengan pelaksanaan
pekerjaan pemeliharaan yang sesuai dengan saran—saran
(rekomendasi) dari hasil inspeksi. Adapun hasil yang diharapkan dari
pekerjaan inspeksi rutin ini adalah dapat ditemukan kelainan-kelainan
yang dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya gangguan sebelum
periode inspeksi rutin berikutnya diselenggarakan.
ii. Inspeksi rutin sistematis
Inspeksi sistematis adalah pekerjaan pemeriksaan yang
dimaksud untuk menemukan kerusakan atau gejala kerusakan yang
tidak ditemukan pada waktu pelaksanaan inspeksi rutin yang kemudian
disusun saran-saran untuk perbaikan. Pekerjaan dalam kegiatan
pemeriksaan rutin sistematis akan lebih luas jangkauannya dan akan
lebih teliti, bisa sampai bongkar-pasang jaringan.

iii. Inspeksi korektif (Corrective Inspection)


Inspeksi korektif (Corretive Inspetion) merupakan suatu
pekerjan pemeriksaan yang dimaksud untuk memerikas kerusakan atau
untuk mengadakan perubahan / penyempurnaan. Pemeriksaan
kerusakan dalam hal ini dimaksudkan suatu usaha untuk meriksa
kondisi sistem atau peralatan yang mengalami gangguan / kerusakan
sampai dalam keadaan semula.
Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk inspeksi korektif diantaranya
adalah
- Pemeriksaan mof kabel atau sambungan kabel yang rusak
- Pemeriksaan JTM yang putus
- Pemeriksaan bushing trafo yang rusak
- Pemeriksaan tiang yang tertabrak / patah, dsb
iv. Inspeksi darurat (Emergency Inspection)
Inspeksi darurat adalah pekerjaan pemeriksaan yang
dimaksudkan untuk perbaikan kerusakan yang disebabkan oleh
bencana alam seperti gempa bumi banjir, angin ribut dan sebagainya
yang sifatnya mendadak dan perlu segera dilaksanakan pekerjaan dan
tidak direncanakan.

5. Jadwal Inspeksi Jaringan


Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu, daya guna dan keandalan tenaga
listrik yang telah tercantum dalan tujuan inpeksi adalah untuk mendukung
program pemeliharaan periodik dengan jadwal tertentu. Menurut siklusnya
kegiatan pelaksanaan inspeksi distribusi dikelompokkan menjadi empat
kelompok yaitu:
a. Inspeksi Triwulan
Inspeksi triwulan atau tiga bulan adalah suatu kegiatan dilapangan yang
dilaksanakan dalam waktu tiga bulan sekali dengan maksud untuk
mengadakan pemeriksaan kondisi sistem. Dengan harapan langkah-
langkah yang harus dilaksanakan unutk perbaikan peralatan sistem yang
terganggu dapat ditentukan lebih awal, sehingga kemungkinan teradinya
ganguan pada sistem terebut dapat ditekan sekecil mungkin atau
ditiadakan. Dengan adanya keterbatasna dana untuk proogram
pemeliharaan, kegiatan pemeliharaan triwulan ini biasanya dibatasi untuk
pemeliharaan sistem pada bagian-bagian yan terpenting dan yang rawan
gangguan yang diantaranya adalah pada SUTM.
Dimana SUTM ini merupakan bagian sistem distribusi yang
diperkirakan paling rawan terhadap gangguan eternal yang dianteranya
disebabkan oleh pepohonan, benang layang-layang yang megenai jaringan
tersebut.
Salah satu usaha unutuk meningkatkan keandalan dair SUTM adalah
melakasanakan pemeliharan secata baik dan benar.
Kegiatan yang perlu dilakukan dalm inpeksi ini adalah;
i. Mengadakan inspeksi terhadap SUTM dimana SUTM mempunyai
jarak aman tertentu sesuai dengan peraturan yang diijinkan
ii. Mengadakan evaluasi terhadap hasil inspeksi yang telah
dilaksanakan dan segera mengadakan tindakan lebih lanjut.

b. Inspeksi Semesteran
Inspeksi semesteran atau enam bulanan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan di lapangan dengan maksud untuk mengetahui sedini mungkin
keaadaan beban jaringan dan tegangan pada ujung jaringan suatu
penyulang tegangan rendah. Dimana inspeksi semsteran atau enam bulanan
adalah suatu kegiatan yang dilakukan di lapangan degan maksud untuk
mengetahui sedini mungkin keadaan beban jaringan dan regulasi tegangan
yang diijinkan oleh PLN, pada saat ini adalah +5% dan -10% pada sisi
penerima dari tengan nominal.
Perbandingan beban untuk setiap phasa pada setiap penyulang
tegangan rendah tidak kurang dari 90% : 100% : 110%, dimakan hal ini
untuk menjaga adanya kemiringan jaringan yang terlalu besar ada saat
terjadi ganguan putusnya kawat netral (Nol) jaringan.
Kegiatan yang perlu dilakukan dalam pemeriksaannya adalah:
i. Melaksanakan pengukuran beban (Cek arusnya)
ii. Melaksanakan pengukuran tegangan ujung (Cek tegangan
diujung jaringan)
iii. Mengevaluasi hasil pengukuran dan mengadakan tindak lanjut

c. Inspeksi tahunan
Inspeksi tahunan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk
mengadakan pemeriksaan peralatan sistem distribusinya. Kegiatan inspeksi
tahunan ini biasanya dilaksanakan menurut tingkat prioritas tertentu.
Pekerjaan ini sifatnya untuk menunjang operasi secara langsung atau dapat
mengurangi adanya gangguan operasi system.
Pada prakteknya inspeksi tahunan dapat dilaksanakan dalam 2 (dua)
keadaan yaitu:
i. Inspeksi tahunan keadaan bertegangan
Pekerjaan yang perlu dilakukan untuk inspeksi tahunan keadaan
bertegangan adalah mengadakan pemeriksaan secara visual dengan
maksud untuk menemukan hal – hal yang mengka-watirkan
(dicurigai) dapat menyebabkan gangguan pada operasi sistem,
sebelum periode inspeksi berikutnya dilakukan lagi.
Inspeksi semacam ini pada pelaksanaanya menggunakan chek list
untuk memudahkan para petugas memeriksa dan mendata hal – hal
yang perlu diperhatikan .
ii. Inspeksi tahunan keadaan bebas tegangan
Pekerjaan inspeksi tahunan ini pada keadaan bebas tegangan adalah
- Pemeriksaan (GD, JTM, JTR, SR, fuse link, HRC fuse, dll).
- Pengetesan / percobaan (proteksi, PS, lampu pemasangan
penerangan, peralatan bantu dll).

d. Inspeksi 3 (tiga) tahunan


Inspeksi tiga tahunan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan
untuk mengadakan pemeriksaan peralatan sistem distribusinya.

G. Jarak Aman (Safety Distance)


Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif/fase dari jaringan terhadap benda-
benda disekelilingnya baik secara mekanis atau elektromagnetis yang tidak
memberikan pengaruh membahayakan. Secara rinci Jarak aman jaringan
terhadap bangunan lain dapat dilihat pada Tabel 3.6 .
Khusus terhadap jaringan telekomunikasi, jarak aman minimal adalah 1 m baik
vertikal atau horizontal. Bila dibawah JTM terdapat JTR, jarak minimal antara
JTM dengan kabel JTR dibawahnya minimal 120 cm.
Tabel 3.6 Jarak aman SUTM

No Uraian Jarak Aman


1 Terhadap permukaan jalan raya ≥ 6 meter
2 Balkon rumah ≥ 2,5 meter
3 Atap rumah ≥ 2 meter
4 Dinding Bangunan ≥ 2 meter
5 Antena TV/radio, menara ≥ 2,5 meter
6 Pohon ≥ 2,5 meter
7 Lintasan kereta api ≥ 2,5 meter dari atap kereta
8 Underbult TM – TM ≥ 1 meter
9 Underbult TM – TR ≥ 1 meter
Jarak gawang pemasangan penghantar udara :
1. Untuk daerah diluar pemukiman (JTM murni, atau dengan JTR Semi
Underbuild, atau SKUTM ), berjarak 60 ÷ 80 m, andongan maksimum
1.00 m
2. Untuk daerah pemukiman (JTM murni, atau dengan JTR Underbuilad,
atau SKUTM), berjarak antara 35 ÷ 50 m, andongan maksimum 1.00 m.

H. Pemeliharaan Jaringan Distribusi


Jaringan Distribusi Sistem Tenaga Listrik juga memerlukan tindakan
pemeliharaan jaringan. Pemeliharan jaringan distribusi mempunyai berbagai cara
dan metode yang digunakan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Rabas-rabas merupakan pemotongan pohon yang sudah mendekati jaringan,
dengan Right of Ways (ROW) 2.5m.
2. Peremajaan jaringan meliputi penggantian isolator dan penggantian cross arm.
3. Penambahan skur pada tiang yang terletak di tikungan jalan.
4. Pembersihan tumbuhan rambat dengan skur.
5. Pemberian tekep pada isolator, ijuk dan caping pada skur.
6. JTM yang melewati jalan raya diberi fangnet.
7. Pada tiang yang terdapat ABSW diberi keset ground.
8. Pemeliharaan dan pengecekan keypoint pada LBS dan recloser sehingga dapat
di kontrol menggunakan remote oleh APD.
9. Shagging jaringan (penarikan kabel yang kendor).
BAB IV
INSPEKSI JARINGAN PADA PENYULANG SPL 13 PT PLN PERSERO
AREA SEMARANG

A. Pengertian Secara Umum


Dari tahun ketahun bidang pemeliharaan distribusi diperkirakan menempati
kedudukan yang paling tinggi, baik dilihat dari fungsinya maupun dilihat dari anggaran
biaya yang diperlukan. Keadaan tersebut dapat terjadi karena system distribusi yang
terus berkembang.
Untuk mendukung perencanaan pemeliharaan sesuai denga SE :
040.E/152/DIR/1999 tersebut diadakan pemeriksaan atau Inspeksi agar mendapatkan
data-data yang sangat akurat. Pada hakekatnya inspeksi merupakan suatu pekerjaan
yang bertujuan untuk mendapatkan suatu data dari system/peralatan jaringa distribusi
yang dipakai sebagai dasar untuk perencanaan pemeliharaan.
Tindakan inspeksi tentunya didasarkan pada penyebab trip pada penyulang
tersebut. Berdasarkan data yang ada penyebab terbesar trip-nya suatu penyulang
diakibatkan oleh adanya gangguan dari faktor eksternal, seperti adanya gangguan
hewan, pohon, dll. Tidak hanya itu, faktor internal pun juga berpengaruh seperti
isolator yang flashover, jumper tidak menggunakan sepatu kabel, kawat rantas, dan
lain-lain.

B. Tujuan Inspeksi Jaringan


Tujuan utama dari pelaksanaan inspeksi antara lain:
1. Mendapatkan data sistem/peralatan distribusi secara benar.
2. Mengetahui bahwa mutu dan keandalan tenaga listrik yang baik.
3. Mengetahui umur peralatan sistem distribusi.
4. Mengetahui peralatan sistem distribusi yang aman, baik bagi personil maupun
bagi masyarakat umum.

C. Standing Operating Procedure (SOP)


Standing Operating Procedure (SOP) adalah suatu bentuk ketentuan tertulis
berisi prosudur / langkah-langkah kerja yang akan dipergunakan untuk melaksanakan
suatu kegiatan. Dalam Bahasa Indonesia SOP disebut juga Prosedur Tetap (PROTAP).
Sedangkan SOP pemeliharaan distribusi berarti ketentuan tentang prosedur/
langkah-langkah kerja untuk memelihara distribusi pada gardu induk, gardu hubung
dan gardu distribusi. Tujuan adanya SOP yaitu agar saat dilakukan pemeliharaan tidak
menimbulkan gangguan/kecelakaan kerja dan peralatan yang telah dilakukan
pemeliharaan dapat dioperasikan kembali.

D. Alur Pelaksanaan Inspeksi


Di bawah ini merupakan blok diagram alur pelaksanaan Inspeksi Jaringan :

Perencanaan Jadwal Inspeksi Penyulang SPL 13

Rayon Semarang Tengah menyerahkan TO (Target


Operation)

Pihak Area dan Rayon melaksanakan


Inspeksi SPL 13

Membuat Laporan Hasil Inspeksi

Tindak Lanjut dari Hasil Inspeksi


oleh pihak ketiga (Haleyora Power)

Pemantauan Pemeliharaan oleh pihak


Area dan Rayon

Rayon melaporkan hasil tindak lanjut


Inspeksi ke Area Semarang

E. Inspeksi Penyulang SPL 13


Inspeksi jaringan adalah suatu kegiatan pemeriksaan dengan seksama dan
dilakukan secara langsung dengan visual terhadap suatu kondisi fisik. Dalam inspeksi
kecenderungan menangkap suatu gap / temuan berupa kondisi tidak aman maupun
perilaku tidak aman yang dapat menyebabkan kerugian. Tahap pelaksanaan inspeksi
dilakukan dengan konsep manajemen PDCA (Plan-Do-Check-Action), yakni :
1. Plan atau perencanaan inspeksi adalah dengan membuat persiapan-persiapan
inspeksi seperti pembuatan perintah kerja, jadwal kegiatan inspeksi, form
checklist inspeksi, peralatan untuk inspeksi, dll.
2. Do atau pelaksanaan inspeksi yakni berfokus pada jadwal yang sudah
ditentukan dan melakukan sesuai dengan SOP yang telah ada dibantu dengan
checklist inspeksi yang dibawa.
3. Check atau pelaporan inspeksi dilakukan melalui suatu alat atau sarana yang
dapat digunakan sebagai bahan informasi dan komunikasi efektif sehingga
dapat dilakukan pengelolaan sampai dengan tindak lanjut temuan.
4. Action atau tindak lanjut atau pemantauan yakni dengan membuat skala
prioritas terhadap upaya-upaya perbaikan yang harus dikerjakan dengan
menyesuaikan anggaran pemeliharaan yang ada sehingga gap/temuan untuk
menuju kesempurnaan jaringan dapat terwujud.

Berikut merupakan single line diagram dari Penyulang Simpang Lima 13 yang
akan dilaksanakan inspeksi, single line diagram ini digunakan untuk memudahkan
petugas untuk mengetahui letak gangguan yang ditemukan pada jaringan SPL 13.

Gambar 4.1 Single Line Diagram Penyulang SPL 13

F. Hasil Temuan Inspeksi Pada Penyulang SPL 13


Inspeksi ini dilakukan oleh pihak Haleyora Power. Fokus utama inspeksi yang
dilakukan pada penyulang SPL 13 menitik beratkan pada permasalahan jumper yang
tidak standar, pemasangan breket segitiga serta EMCO pada FCO. Tetapi hal ini tidak
menutup kemungkinan untuk melakukan inspeksi yang lebih menyeluruh lagi.
Inspeksi ini dilakukan pada tanggal 10 Januari 2019. Berawal dari tiang raise pole di
GIS Simpang Lima pada penyulang SPL 13 hingga jaringan tegangan menengah
penyulang SPL 13 yang berada paling ujung. Berikut beberapa jenis hasil temuan
inspeksi yang telah dilakukan :
Table 4.1 Hasil Inspeksi Jaringan SPL 13
No No Alamat Foto Ketarangan
Pole
1 Hasil inspeksi yang
didapat pada SPL13-
Jalan Gajah 03 hingga SPL13-06
SPL13 Mada yaitu belum
-03 terpasangnya breket
segita serta jumper
masih menggunakan
2 A3C yang kemudian
akan diganti dengan
jumper A3CS.
SPL13 Jalan Gajah
-04 Mada

Jalan Mayjend
SPL13 Sutoyo
-06

4 Pada hasil inspeksi


SPL13 pada SPL13-07
-07 Jalan Mayjend (ABSW SPL13-07A)
(ABS Sutoyo berupa pemeliharaan
W ABSW.
SPL13
-07A)
5 Pada hasil inspeksi
pada SPL13-09
Jalan Mayjend hingga SPL13-31
SPL13 Sutoyo yaitu belum
-09 terpasangnya breket
segitiga dan tekep
sehingga perlu
6 dipasang breket
segita dan tekep pada
tiang-tiang tersebut.
SPL13 Jalan Mayjend
-10 Sutoyo

Jalan Mayjend
SPL13 Sutoyo
-11

Jalan Mayjend
SPL13 Sutoyo
-12

Jalan Mayjend
SPL13 Sutoyo
-13

10

Jalan Mayjend
SPL13 Sutoyo
-14
Jalan Mayjend
SPL13 Sutoyo
-15

Jalan Mayjend
SPL13 Sutoyo
-16

Jalan Mayjend
SPL13 Sutoyo
-17

Jalan Mayjend
SPL13 Sutoyo
-18

Jalan Mayjend
SPL13 Sutoyo
-19

SPL13 Jalan Mayjend


-19A Sutoyo
Jalan
SPL13 Kimangun
-21 Sarkoro

Jalan
SPL13 Kimangun
-22 Sarkoro

Jalan
Kimangun
SPL13
Sarkoro
-23

Jalan
SPL13 Kimangun
-24 Sarkoro

Jalan
SPL13 Kimangun
-25 Sarkoro
Jalan
SPL13 Kimangun
-25A Sarkoro

Jalan
SPL13
Kimangun
-26
Sarkoro

Jalan
SPL13
Kimangun
-27
Sarkoro

Jalan
SPL13 Kimangun
-28 Sarkoro

Jalan
SPL13 Kimangun
-29 Sarkoro

SPL13 Jalan
-30 Kimangun
Sarkoro
Jalan
SPL13 Kimangun
-31 Sarkoro

Pada hasil inspeksi


SPL13-33 berupa
SPL13 Jalan isolator yang belum
-33 Kimangun dipasangi tekep serta
Sarkoro perlu ditambahkan
EMCO.
Pada hasil temuan
inspeksi SPL13-34
Jalan hingga SPL13-38/T1
SPL13 Kimangun yaitu jumper masih
-34 Sarkoro menggunakan A3C
sehingga perlu
diganti dengan
jumper A3CS selain
itu juga perlu
Jalan dipasang breket
SPL13 segitiga.
Kimangun
-36 Sarkoro

Jalan
SPL13 Kimangun
-37 Sarkoro

SPL13 Jalan
-38 Kimangun
Sarkoro
Jalan Cipta
SPL13 Karya
-38/T1

Pada temuan inspeksi


SPL13-38/T2 dan
Jalan Cipta SPL13-38/T3 yaitu
SPL13 Karya belum terpasangnya
-38/T2 breket segitiga dan
EMCO sehingga
perlu dipasang breket
dan EMCO.

SPL13
Jalan Cipta
-38/T3
Karya

Pada hasil inspeksi


pada SPL13-39 yaitu
SPL13 Sentralan D suspensi fasa R
-39 Hotel flashover sehingga
perlu penggantian
suspensi.
Pada hasil inspeksi
SPL13-40 yaitu
belum terpasangnya
SPL13 Grand Admiral breket segita
-40 Ball Room sehingga perlu
dipasang breket
segita dan tekep.
Pada hasil inspeksi
SPL13-40/B1 yaitu
Jalan flashover sehingga
SPL13
Kimangun perlu dilakukan
-40/B1
Sarkoro penggantian arrester
serta pemasangan
breket segitiga.
Pada hasil temuan
inspeksi dari SPL13-
Jalan 40/B2 hingga
SPL13
Kimangun SPL13-45 ( REC T2-
-40/B2
Sarkoro 32 ) berupa FCO
yang belum ada
EMCO, belum
SPL13 terpasangnya breket
-40/B3 segitiga, dan
(LBS Jalan connector jumper
T2-40 Kimangun DC HLC sehingga
)SPL5 Sarkoro FCO perlu dipasang
&SPL EMCO, dilakukan
13 pemasangan breket
dan penggantian
connector jumper DS
Jalan dengan CCO.
SPL13 Kimangun
-40A Sarkoro

SPL13 Jalan
- Kimangun
40A/T Sarkoro
1

Jalan
SPL13 Kimangun
-41 Sarkoro

SPL13 Jalan Ahmad


-43 Yani
Jalan Ahmad
SPL13 Yani
-44

SPL13
-45 (
Jalan Ahmad
REC
Yani
T2-32
)

Pada temuan hasil


inspeksi dari SPL13-
Jalan Erlangga 42/S1 hingga SPL13-
SPL13 Timur 42/S2/T3 berupa
-42/S1 FCO yang belum
terpasang EMCO
sehingga perlu
dilakukan
pemasangan EMCO
Jalan Erlangga dan tekep bushing,
SPL13 Timur sedangkan pada
-42/S2 SPL13-42/S2/T2
jumper-nya masih
menggunakan A3C
sehingga perlu
diganti dengan
SPL13 jumper A3CS.
Jalan Erlangga
- Timur
42/S2/
T2
SPL13 Jalan Erlangga
- Timur
42/S2/
T3

SPL13 Jalan Erlangga


- Timur
42/S2/
T4

SPL13
Jalan Erlangga
-
Timur
42/S2/
T5

Pada hasil temuan


SPL13-( LBS 6B/T2-
SPL13 Jalan Erlangga 34 ) dan SPL13-
-( LBS Timur 42/S3 yaitu belum
6B/T2- terpasangnya breket
34 ) segitiga dan EMCO
sehingga perlu
dilakukan
pemasangan breket
Jalan Erlangga segitiga.
SPL13 Timur
-42/S3

Pada hasil temuan


SPL13-42/S3 s/d
SPL13 Jalan Erlangga 42/S4 yaitu terdapat
-42/S3 Timur andongan sehingga
s/d pelu dilakukan
42/S4 reseging.
Pada hasil temuan
inspeksi SPL13-
Jalan Erlangga 42/S4 berupa belum
SPL13 Timur terpasangnya breket
-42/S4 segitiga sehingga
perlu dilakukan
pemasangan breket
segitiga.
Pada hasil inspeksi
SPL13-42/S4/T2
yaitu isolator fasa S
mengalami flashover
SPL13 sehingga perlu
- Jalan Erlangga dilakukan
42/S4/ Timur penggantian isolator
T2 fasa S.

Pada hasil temuan


inspeksi SPL13-
SPL13 42/S4/T3 yaitu FCO
- Jalan Erlangga yang belum
42/S4/ Timur terpasang EMCO
T3 sehingga perlu
dilakukan
pemasangan EMCO.
Pada hasil inspeksi
SPL13-42/S5 hingga
Jalan Erlangga SPL13-42/S6 yaitu
SPL13 belum terpasangnya
-42/S5 Timur
breket segitiga
sehingga perlu
dipasang breket
segitiga.

SPL13
-42/S6 Jalan Erlangga
Timur
Pada hasil inspeksi
SPL13-42/S6 s/d
SPL13 42/S7 yaitu terdapat
-42/S6 andongan sehingga
s/d Jalan Erlangga
Timur perlu adanya re-
42/S7 shagging.

Pada hasil inspeksi


Jalan Erlangga pada SPL13-42/S7
Timur yaitu jumper masih
SPL13 menggunakan A3C
-42/S7 sehingga perlu
dilakukan
penggantian dengan
jumper A3CS.
Pada hasil inspeksi
SPL13-42/S7/B2 dan
SPL13 SPL13-42/S7/B2/S1
- berupa isolator
Erlangga
42/S7/ pintep serta arrester
B2 keramik sehingga
perlu penggantian
isolator dan
penggantian jumper
SPL13 A3CS.
-
Erlangga
42/S7/
B2/S1

Pada hasil inspeksi


SPL13 dari SPL13-
- 42/S7/B2/S2 hingga
Erlangga SPL13-42/S7/B4
42/S7/
B2/S2 yaitu FCO yang
belum terpasang
EMCO sehingga
perlu dilakukan
SPL13
pemasangan EMCO
-
Erlangga serta penggantian
42/S7/
isolator pada tiang
B3
SPL13-42/S7/B4.
SPL13
-
Erlangga
42/S7/
B4

Pada hasil temuan


SPL13 pada SPL13-42/S8
-42/S8 (LBS 24/S2-95
Jalan Singosari hingga SPL13-
(LBS
Raya 42/S13 yaitu jumper
24/S2-
95) yang masih
menggunakan A3C
sehingga diganti
dengan A3CS
SPL13
Jalan Singosari
-
Raya
42/S11

SPL13
Jalan Singosari
-
Raya
42/S13

Pada hasil inspeksi


pada SPL13-42/S15
SPL13 hingga SPL13-
Jalan Singosari 42/S22/T3 berupa
-
Raya FCO yang belum
42/S15
terpasang EMCO,
jumper yang masih
menggunakan A3C,
serta isolator tua
SPL13 sehingga perlu
- Jalan Taman dilakukan
42/S16 Singosari pemasangan EMCO,
/B1 penggantian jumper
A3CS dan
penggantian isolator
tumpu pada SPL13-
SPL13 42/S22/T3.
Jalan Singosari
-
Raya
42/S18

SPL13
- Jalan Singosari
42/S22 Timur
/T3

Pada hasil inspeksi


SPL13-42/S22/S1
SPL13 Rumah Sakit dan SPL13-
- Roemani 42/S22/S2 yaitu
42/S22 jumper masih
/S1 menggunakan A3C
sehingga perlu
diganti jumper
A3CS.
SPL13 Rumah Sakit
- Roemani
42/S22
/S2

Pada hasil inspeksi


SPL13 pada SPL13-
- 42/S22/S3 yaitu
42/S22 Rumah Sakit belum terpasangnya
/S3 Roemani breket segitiga dan
penggantian isolator
yang sudah tua.
Pada hasil inspeksi
pada SPL13-
SPL13 Rumah Sakit 42/S22/S3A hingga
- Roemani SPL13-42/S23
42/S22 berupa FCO yang
/S3A belum terpasang
EMCO sehingga
perlu dilakukan
pemasangan EMCO.
SPL13 Rumah Sakit
- Roemani
42/S22
/S3B

SPL13 Rumah Sakit


- Roemani
42/S22
/S1/B1

SPL13 Jalan Singosari


- Raya
42/S23

Pada hasil temuan


pada SPL13-42/S24
SPL13 Jalan Singosari yaitu isolator pintep
- Raya sehingga perlu
42/S24 dilakukan
penggantian islotaor.
Pada hasil inspeksi
pada SPL13-42/S26
SPL13 Jalan Singosari dan SPL13-42/S32
- Raya (LBS 2/S2-95)
42/S26 berupa FCO yang
belum terpasang
EMCO sehingga
perlu dilakukan
SPL13 pemasangan EMCO.
-
Jalan Singosari
42/S32
Raya
(LBS
2/S2-
95)
Pada hasil inspeksi
Jalan pada SPL13-29 yaitu
Kimangun rambatan pohon yang
SPL13 Sarkoro mengenai trafo 3
-29 fasa.

Pada hasil inspeksi


Jalan pada SPL13-33
SPL13 Kimangun hingga SPL13-
-33 Sarkoro 42/S29 yaitu berupa
gangguan akibat
pohon-pohon yang
mendekat jaringan
sehingga perlu
Jalan dilakukan perabasan
SPL13 Kimangun untuk menghindari
-34 Sarkoro gangguan.

SPL13 Grand Admiral


-40 Ball Room
SPL13 Jalan Ahmad
-40/B2 Yani

SPL13 Jalan Ahmad


-40/B3 Yani

SPL13 Jalan Ahmad


-43 Yani

Jalan Erlangga
SPL13 Timur
-42/S2

SPL13 Jalan Erlangga


- Timur
42/S2/
T1

SPL13
- Jalan Erlangga
42/S4/ Timur
T3
SPL13
Jalan Erlangga
-
Timur
42/S15

SPL13
- Jalan Singosari
42/S16 Raya

SPL13 Jalan Singosari


- Raya
42/S18

SPL13 Jalan Singosari


- Raya
42/S22

SPL13 Jalan Singosari


- Raya
42/S22
/T5
SPL13
- Jalan Singosari
42/S22 Raya
/S1

SPL13
- Jalan Singosari
42/S29 Raya

Gangguan-gangguan pada jaringan dapat terjadi karena beberapa hal antara


lain yang disebabkan karena binatang, kerusakan komponen, pohon dan lain
sebagainya. Pada hasil inspeksi jaringan penyulang SPL 13 ditemukan beberapa
penyebab gangguan terbesar yaitu disebabkan oleh pohon dan disebabkan oleh
kerusakan komponen. Salah satu contoh gangguan karena komponen yaitu isolator
fasa S pada tiang SPL13-42/S4/T2 terjadi flashover sehingga akan dilaporkan oleh
petugas inspeksi untuk segera mengganti isolator tersebut. Untuk contoh gangguan
karena pohon seperti pada SPL13-29 yaitu dahan-dahan pohon yang mengenai trafo 3
fasa sehingga akan dilaporkan oleh petugas inspeksi bahwa perlu dilakukan perabasan
pada tiang tersebut untuk mencegah potensi gangguan karena pohon.
Dari data inspeksi tersebut digunakan sebagai dasar dari pemeliharaan yang
akan dilakukan pada jaringan penyulang SPL 13 sehingga didapat jumlah komponen
yang dibutuhkan untuk melakukan pemeliharaan, berikut data komponen yang
dibutuhkan untuk melakukan pemeliharaan pada penyulang SPL13 :
REKAP MATERIAL

70 99

1 A3CS 150 0

240 0

70 0
2 JOINTSLEEVE
150 0
240 0

3 LVTC 70 0

70-70 88

70-150 0

4 CCO 150-150 0

70-240 18

240-240 0

5 SUSPENSION 7

6 ISOLATOR TUMPU 16

7 ARESTER 12

8 FCO 4

9 EMCO 127

70 0
10 ALCU
240 0

11 IJUK 0

ISOLATOR 209

BUSHING TRAFO 53
12 TEKEP
ARESTER 72

FCO 128

SCHOOR 0
13 CAPING
TIANG 0

14 BRACKET SEGITIGA 72

15 TRAFO 50 KVA 0

1.5 m 0

16 CROSSARM 2m 0

3m 0

17 BRISTEEL 0

18 CENTER BRAKET 6
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari laporan kerja praktek tentang inspeksi jaringan penyulang SPL 13 di PT
PLN (Persero) UP3 Semarang dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi jaringan dari
penyulang SPL 13 dalam kondisi baik dan standar, pada beberapa titik perlu dilalukan
penggantian trafo, jumper,isolator, cross arm dan EMCO serta melakukan rabas-rabas
pada pohon yang hampir mengenai jaringan untuk mengurangi gangguan-gangguan.

B. Saran
Dari pelaksanaan kegiatan Magang di PT PLN (Persero) Area Semarang,
terdapat beberapa saran sebagai berikut:
1. Dengan besarnya wilayah kerja dan beban tugas yang tinggi. Oleh karena itu
hendaknya perlu diadakan penambahan kuantitas SDM yang ada agar semua
pekerjaan dapat terlaksana dengan baik, terutama pada bagian PDKB untuk
menurunkan angka SAIDI dan SAIFI.
2. Untuk mahasiswa magang perlu mendalami materi yang berkaitan dengan
kegiatan yang akan dilakukan di PLN (Persero) UP3 Semarang.
3.

Anda mungkin juga menyukai