Anda di halaman 1dari 25

EVALUASI PEMASANGAN GARDU SISIP GUNA MENGATASI

BEBAN LEBIH TRANSFORMATOR GARDU DISTRIBUSI DI PT.PLN


(PERSERO) UP3 OGAN ILIR SUMATERA SELATAN

Ditulis sebagai syarat sertifikat kompetensi

Disusun Oleh:

MINTARESA

PT. ANDALAN PROFESI ELEKTRIKAL


INDONESIA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji Dan Syukur Senantiasa Kami Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esaa
Atas Rida Dan Rahmat-Nya Sehingga Kami Dapat Menyelesaikan Makalah Yang
Berjudul Evaluasi Pemasangan Gardu Sisip Guna Mengatasi Beban Lebih
Transformator Gardu Distribusi Di Pt.PLN (Persero) UP3 Ogan Ilir Sumatera Selatan

Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada semua asesor dan
panitia sertifikasi kompetensi yang yang telah membantu kami dalam proses
mengikuti ujian ini.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam


makalah yang disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan
tersebut. Kritik dan saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna
meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.

Palembang, 24 Agustus 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

ABSTRA
K

DAFTAR ISI .............................................................................................................. II

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................................... 3

BAB III METODE PENELITIAN................................................................................. 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................... 13

BAB V KESIMPULAN.............................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA

II
ABSTRAK

Transformator Distribusi adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam
penyaluran tenaga listrik dari gardu distribusi ke pelanggan. Pelayanan terhadap
pelanggan akan terganggu sehinggan apabila terjadi pemutusan aliras listrik atau
pemadaman yang diakibatkan dari kerusakan pada Transformator Distribusi.
Transformator distribusi yang mengalami pembeban yang melebihi 80% dari
kapasitas transformator tersebut maka akan berefek pada umur / life time
transformator distribusi dan juga dapat mempengaruhi tingkat dan mutu pelayanan
pada konsumen serta berpotensi besar terjadi gangguan. Maka dari itu perlu
dilakukan suatu tindakan agar persentase pembebanan transformator distribusi tidak
melebihi kapasitas transformator dengan metode pemasangan Gardu Sisip Di
PT.PLN (Persero) UP3 Ogan Ilir terdapat transformator yang mengalami
pembebanan berlebih (overload) yang terjadi pada Gardu Distribusi CA 9S Sebesar
84,85% dan dilakukan pemasangan Gardu Sisip, pembebanan pada gardu CA 9S
menjadi 49,65%. Dengan ini dapat dibuktikan bahwa pemasangan Gardu Sisip
merupakan metode yang cukup baik untuk mengatasi gangguan pembebanan
berlebih (Overload) pada Gardu CA 9S, sehingga dapat memperpanjang umur trafo/
life time transformator, meningkatkan kualitas pelayanan pada pelanggan dan
mengurangi potensi terjadinya gangguan karena transformator pembebanannya
dibawah 80% dapat bekerja secara baik.

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di daerah perkotaan seperti Jakarta hingga Tangerang semakin
meningkatnya kebutuhan tenaga listrik diberbagai sektor konsumen yang selaras
dengan pembangunan didaerah tersebut menandakan bahwa daerah tersebut
semakin berkembang pada setiap tahunnya mengalami kenaikan pertumbuhan
ekonomi, dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi ini maka pembangunan
pembangunan seperti pembangunan kompleks perumahan dan pembangunan di
bidang industri akan semakin banyak. Seiring dengan berkembangnya permintaan
listrik oleh masyarakat maka akan timbul permasalahan yang harus dihadapi oleh
Perusahaan Listrik Negara, guna untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan
pengembangan system kelistrikan secara ekonomis namun efisien.

Analisa pengaturan pembebanan unit jaringan pada sebuah system tenaga


listrik sangat penting dilakukan. Yaitu menyediakan pasokan listrik untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Sebuah transformator distribusi diharapkan bisa bekerja
secara maksimal dan kontinuitas tanpa henti, hal ini dikarenakan penting dan
vitalnya terhadap keandalan sistem dan finansial perusahaan. Pada wilayah PT PLN
(Persero) UP3 Ogan Ilir sering sekali terjadi masalah pembebanan berlebih dan juga
drop pada tegangan ujung sisi pelanggan yang dikarnakan pertumbuhan pada
daerah tersebut terus meningkat dengan seiring berjalanya waktu pertambahan
permintaan akan tenaga listrik terus meningkat, dengan meningkatnya permintaan
tersebut maka akan timbul masalah masalah yang tersebut dan pada pembahasan
ini penulis ingin membahas mengatasi hal tersebut dengan salah satu metode yaitu
dengan pemasangan Gardu Sisip. Pada era seperti ini sumber tenaga yang paling
diperlukan manusia salah satunya yaitu sumber tenaga listrik. Dengan semakin
berkembangnya tenaga listrik, secara tidak langsung manusia akan menjadi
ketergantungan terhadap tenaga listrik.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan,
rumusan masalah yang akan dipecahkan, yaitu:
1. Bagaimana kondisi pembebanan gardu distribusi sebelum dilakukan pemasangan Gardu
Sisip berdasarkan persentase pembebanan
2. Bagaimana kondisi pembebanan gardu distribusi sesudah dilakukan pemasangan Gardu
Sisip
3. Bagaimana menghitung nilai jatuh tegangan (Drop Voltage) ujung jaringan tersebut.
1
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Menghitung data nilai pembebanan transformator sebelum
pemasangan Gardu Sisip.
2. Menghitung data nilai pembebanan sesudah pemasangan Gardu Sisip.
3. Untuk Mengetahui cara menghitung nilai jatuh tegangan ujung jaringanya.

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat menghitung data pembebanan transformator sebelum pemasangan Gardu
Sisip.
2. Dapat menghitung data pembebebanan transformator sesudah pemasangan Gardu
Sisip.
3. Dapat menghitung nilai jatuh tegangan ujung jaringanya.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN MASALAH YANG DIBAHAS

PT. PLN (Persero) sebagai perusahaan pengelola sistem tenaga listrik


selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggannya. Untuk
tetap dapat menjaga kualitas, maka keandalan sistem distribusi harus selalu
terjaga dengan baik.

Gambar 2.1 Gambar Gardu Sisip


Agar sistem distribusi tetap andal, maka prosentase pembebanan pada
transformator distribusi tersebut jangan sampai melebihi ketentuan yaitu 80%
dari bebannya. Begitu juga dengan drop tegangan di sisi pelanggan tidak lebih
dari 10%.

B. TEORI BERKAITAN DENGAN MASALAH


Menurut SPLN, transformator dpt dikatakan overload apabila beban
dari transformator tersebut melebihi 80% dari kapasitas transformator
(nameplate) atau arus nominal. Jarak pd transformator yg trlalu jauh dengan
beban pelanggan yang akan dilayani, akan dapat menyebabkan drop tegangan
yang besar. Oleh karna itu pda saat ketika pendataan kVA transformator
harus diperhatikan jarak maksimum pada transformator distribusi tersebut
terhadap pelanggan. Untuk dapat mengatasi permasalahan drop tegangan dan
overblast (overload) pada transformator PT. PLN (Persero) melakukan

3
penambahan Transformator sisipan dengan kapasitas yang ditentukan
nantinya. Dengan memasang gardu sisipan. Pemasang gardu sisipan ini
diharapkan akan menimbulkan dampak baik dalam penyaluran energi listrik
ujung dan penekanan losses (Wahyudi Widiatmika et al., 2018).

 Klasifikasi Beban
Berdasarkan jenis pelanggan energi listrik, secara garis besar,
ragam beban bisa di klasifikasikan yaitu:
1. Beban rumah tangga, biasanya beban rumah tangga sperti lampu pe
nerangan rumah, peralatan rumah tangga, sprti kipas angin,
pemanas air, lemari es, ac, mixer, oven, pompa air dan lain
sebagainya. Biasa nya beban rumah tangga tinggi pada saat malam
hari.
2. Beban komersial, biasanya beban komersial seperti penerangan pada
reklame, kipas angin, ac dan peralatan listrik lainnya yang dibutuhkan
untuk restoran. Beban hotel juga bisa di klasifikasikan sebagai beban
komersial (bisnis) begitu jg dengan perkantoran/ beban secara
drastis naik pada siang hari untuk beban perkantoran dan pertokoan
dan bia sanya menurun di waktu sore.
3. Beban industri dapat dibedakan dalam skala kecil dan skala besar.
Pada skala kecil, biasanya broperasi pd siang hari sedangkan industri
besar sekarang ini banyak yang beroperasi hingga 24 jam
(Sutawinaya & Teresna, 2014).

 Beban Fasilitas Umum


Klasifikasi beban sangat diperlukan yaitu saat akan melakukan
analisa karakteristik beban untuk sistem yang sangat besar. Daya yang
digunakan dan waktu pembebananya adalah perbedaan yang paling
prinsip dari empat jenis beban diatas. Pada penggunaan beban
rumah tanggan lebih dominan di pagi dan malam hari, sedangkan
untuk beban komersil pemakaian pada industry agak lebih merata
karena rata rata industri bekerja pada siang-malam, maka pemakaian
daya pada indsutri lebih menguntungkan terlihat dari kurva nya karena
beban yang muncul lebih merata. Sedangkan pada beban fasilitas umum
4
lebih dominan pada siang dan juga malam hari. Beberapa daerah
operasi tenaga listrik memberikan ciri-ciri tersendiri, misalnya daerah
wisata, pelanggan bisnis mempengaruhi penjualan kWh walaupun jumlah
pelanggan bisnis jauh lebih kecil jika dibanding dengan pelanggan
rumah tangga (Sutawinaya & Teresna, 2014).
Pada umumnya klasifikasi beban didasarkan pada faktor-faktor sebagai
berikut:
 Jenis konsumen
 Lingkungan atau geografis
 Ketergantungan terhadap pelayanan listrik

Tabel 2. 1 Klasifikasi beban

No. Sifat Penggolongan Penggolongan Beban

1. Jenis Konsumen - Perumahan


- Komersil
- Industri
2. Lingkungan - Pusat Kota
- Perkotaan
- Pinggiran Kota
3. Tingkat Pelayanan Listrik - Sangat Penting
- Normal
- Cadangan

 Pembebanan Transfformator Distribusi


Transformator distribusi bisa dibilang (overload) apabila peresentase
pembebanan trafonya lebih dari 80% dari kapasitas transformator tersebut. Beban
dari transformator disarankan agar < 80% untuk seluruh transformator pada
Gardu Distribusi. Berikut adlh pembebanan transformator dilihat dari arus
primer (Ip) dan arus sekunder (Is).

5
Tabel 2.2 Nilai Arus berdasarkan pembebanan transformator

No. Daya (kVA) / Fasa Ip (A) Is (A) 80% x Is (A)


1 25/1 1.25 62.5 50
2 50/1 2.5 125 100
3 64/1 3.2 160 128
4 25/3 0.72 36.8 29.44
5 50/3 1.44 72.15 57.72
6 100/3 2.88 144.3 115.44
7 160/3 4.61 230.94 184.75
8 200/3 5.77 288.67 230.93
9 250/3 7.21 360.84 288.67
10 315/3 9.09 454.66 363.72
11 400/3 11.55 577.35 461.88

Untuk dapat menentukan arus primer (lp) transformator, dapat digunakan


rumus berikut (Lisma & Hakimah, 2013) :

𝐼𝑝 = 𝑆/√3 . 𝑉 …………………(3.1)

Dimana: Ip = Arus Beban Primer


S = Daya Transformator (kVA)
V = Tegangan Primer (V) = 20kV

Untuk dapat menentukan arus sekunder (Is) transformator, dapat digunakan


rumus berikut (Lisma & Hakimah, 2013) :
𝐼𝑠 = 𝑆/√3 . 𝑉…………………(3.2)
Dimana: Is = Arus Beban Sekunder
S = Daya Transformator (kVA)
V = Tegangan Sekunder (V) = 400 V

6
 Sistem Regulasi Jaringan Listrik
Sistem regulasi jaringan listrik yaitu perbedaan antara tegangan ujung
pengiriman dan tegangan ujung penerimaan, Drop Voltage biasanya terjadi
akibat hambatan dan arus, pada jaringan ac nilainya tergantung pada
impedansi dan admitansi (perbandingan) saluran dan pada beban dan juga
factor daya. Drop Voltage relative yang disebut regulasi tegangan dinyata kan
dengan rumus (Lisma & Hakimah, 2013) :

Vreg =
𝑉𝑠−𝑉𝑟
𝑉𝑟
𝑥 100%…………………(3.7

Dimana : Vreg = x 100%


Vs = Tegangan ujung pengiriman (volt)
Vr = Tegangan ujung penerimaan (volt)
Saluran daya pada dasarnya melayani beban yang mempunyai factor daya
tertinggal. Penyebab yng mendasari terjadinya variasi tegangan distri busi yaitu :

A. Tidak meratanya pusat pelayanan


B. Letak Pelanggan tersebar, sehingga jarak tiap konsumen dngan titik
pelayanan tidak sama.
C. Pelanggan pada dasarnya memakai peralatan yang
memerlukan tegangan tertentu
D. Terjadi Drop Voltage.

C. HUBUNGAN MASALAH DENGAN TEORI

Faktor dari Lokasi pelanggan dan peralatan pelanggan menyebabkan


tegangan yang didapat Pelanggan berbeda. Pelanggan yang letaknya jauh dari
titik pelayanan akan cenderung mendapat tegangan yng relative lebih rendah
dibanding dengan pelanggan yang jaraknya dekat dengan titik pelayanan.
Beberapa metode yng dilakukan utk memperbaiki regulasi tega ngan jaringan
distribusi biasanya dapat dengan pembesaran jaringan dgan pemasangan gardu
sisip.
1. Penyebab Drop Voltage
Penyebab yang paling utama yang menyebabkan pengaruh besarnya drop
tegangan adalah :
a. Arus yang mengalir pada jaringan

7
b. Tahanan dan reaktansi pada jaringan
c. Panjang jaringan
d. Luas penampang kabel/jaringan

2. Jatuh Tegangan (Drop Voltage)


Drop tegangan atau jatuh tegangan yaitu besarnya tegangan yang hilang
pada suatu penghantar jaringan listrik. Drop tegangan pada jaringan tenaga listrik.
Besarnya terjadi drop tegangan dibilang baik dalam persentasi atau dalam nilai
volt. Besarnya nilai batas drop tegangan ditentukan oleh PLN. Perhitungan
jatuh tegangan atau drop tegangan pada batas tertentu dgan cara menghitung
besarnya nila tahana yang masih dapat dipertimbangkan, Pada sistem tegangan
menengah yaitu masalah induktansi dan kapasitansi perlu dievaluasi karna nilainya
lumayan berarti.

BAB III
METODE PENELITIAN

8
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode lapangan dan analisis secara teoritis
melalui sumber-sumber kepustakaan.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Lokasi praktek kami dalam melakukan projek berada di PT.PLN


(PERSERO) UP3 Ogan Ilir ,Sumatera Selatan pada hari Selasa, 16 Januari
2019

C. POPULASI DAN CONTOH


Untuk populasi dan contoh, penulis belum dapat menyampaikan hal tersebut
dikarenakan adanya keterbatasaan data.

D. ANALISA DATA

Keandalan sistem distribusi tenaga listrik ditenukan oleh beberapa hal, yaitu
salah satunya dari penyuplaian energy listrik yang baik. Penyuplaian energi listrik
tentu akan berhubungan dengan besarnya beban pada jaringan distribusi, semakin
besar nilai beban maka akan semakin mempengaruhi daya hantar listriknya. Pada
suatu jaringan distribusi perlu diperhatikan nilai Load Density Factor (LDF) yaitu
angka yang menunjukkan besarnya pembebanan jaringan distribusi. Nilai LDF
dalam suatu wilayah dapat berbeda-beda, biasanya naik atau turun sesuai dengan
karakteristik dari sistem di wilayah tersebut. Dalam hal ini diharapkan agar didapat
nilai LDF yang optimal, agar diperoleh pengusahaan yang menguntungkan baik
dari segi teknis maupun ekonomis. Beberapa parameter yang menentukan
besarnya kepadatan beban pada jaringan distribusi adalah kapasitas trafo,
penampang saluran distribusi dan besarnya beban (pelanggan).

9
Transformator distribusi berfungsi untuk mentransformasikan energi listrik dari
sumber listrik ke pelanggan. Untuk tetap menjaga kualitas maka keandalan sistem
distribusi harus selalu terjaga dengan baik. Agar sistem distribusi tetap andal, maka
presentase pembebanan pada transformator distribusi tersebut jangan sampai
melebihi ketentuan, yaitu 80% dari bebanya. Begitu juga dengan drop tegangan di
sisi pelanggan tidak lebih dari 10%. Pemilihan kapasitas kVa transformator
distribusi didasarkan dengan beban yang akan dilayani. Diusahakan presentase
pembebanan transformator distribusii mendekati 80%.Bila beban transformator
terlalu besar, maka akan dilakukan penggantian transformator, penyisipan
transformator/mutase transformator. Jarak pada transformator yang terlalu jauh
dengan beban yang akan dilayani, Maka menyebabkan voltage drop yang besar.
Oleh sebab itu pada saat pendataan kVa transformator harus diperhatikan jarak
maksimum yang dari transformator distribusi tersebut terhadap konsumen.

2.1 Teori Pendukung


2.2.1. Gardu Distribusi
Pada dasarnya Gardu Distribusi tenaga listrik merupakan bangunan gardu
listrik yang terdiri dari PHB-TM instalasi PHB tegangan menengah, Trafo distribusi,
dan PHB TM perlengkapan hubung bagi tegangan rendah, demi menyalurkan
kebutuhan tenaga listrik bagi konsumen, baik untuk Tegangan Menengah (TM 20kV)
ataupun Tegangan Rendah (TR 220/380V). Gardu distribusi konstruksinya disusun
berdasar dari optimalisasi biaya terhadap maksud dan tujuan penggunaanya yang
biasanya harus dicocokan dengan peraturan pemda setempat (PT. PLN (Persero),
2010).
Biasanya Gardu Distribusi dibedakan atas :
A. Jenis Pemasanganya :
1. Gardu pasang luar : Gardu Cantol, Gardu Portal
2. Gardu pasang dalam : Gardu kios, Gardu Beton
B. Jenis Konstruksinya :
1. Gardu Beton : Bangunan (Batu,Beton)
2. Gardu Tiang : Gardu Cantol dan Gardu Portal
3. Gardu Kios
C. Jenis Penggunaannya :

10
1. Gardu Pelanggan Khusus
2. Gardu Pelanggan

Umum Untuk penjelasan dari Gardu Hubung yaitu Gardu yang dituju guna
mempermudah maneuver pembebanan antar penyulang yang bisa di lengkapi/tidak
dengan RTU (Remote Terminal Unit). Untuk fasilitas ini biasanya dilengkapi dengan
fasilitas DC Supply dari Trafo Distribusi pada pemakaian sendiri atau juga trafo
untuk umum yang diletakan pada satu kesatuan.

2.1.1 Penyebab Beban Overload Pada Transformator Distribusi Dan


Solusi Penanganannya.

Overload yang terjadi pada transformator yang terpasang mengalami


beban diatas rating kapasitas pembebanan yang mencapai 80% dimana
kapasitas tersebut melebihi kapasitas pembebanan yang di anjurkan.

SPLN 50/1982 dan D3.002-1:2007 yang membahas mengenai beban


maksimal continue transformator tidak melebihi 80% dan SPLN 50/1997
membahas mengenai transformator distribusi dari permasalahan beban
lebih tersebut dapat ditangani dengan metode gardu sisip, pecah beban,
atau mutasi transformator. Transformator tersebut mengalami overload
dapat terjadi dikarenakan:
1. Tidak dilakukannya pengukuran beban transformator secara rutin
untuk mengetahui beban tranformator sebenarnya.
2. Tidak adanya petugas yang monitor transformator yang overload dan
merencanakan bagaimana cara untuk mengurangi beban
transformator tersebut baik dengan cara manajemen beban JTR
maupun manajemen transformator.
Solusi penanganan transformator yang mengalami beban overload
adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan Gardu Sisip
Metode yang dimaksud dengan sisip gardu ialah penambahan
gardu yang ada dengan syarat transformator sebelum sisip mengalami
drop tegangan dan beban overload, tegangan tidak seimbang. Dengan
adanya penambahan transformator sisipan yang terpasang, beban

11
transformator yang ada, bisa di bagi dengan transformator baru dengan
adanya gardu sisip dapat diharapkan beban transformator overload
dapat berkurang.
2. Mutasi
Mutasi transformator adalah salah satu cara tindakan
pengelolaan transformator-transformator distribusi yang terpasang di
jaringan dalam upaya mengatasi ketidaksesuaian kapasitas
transformator dengan beban, dengan cara meningkatkan kapasitas
transformator yang lebih besar dan sebelumnya.
3. Pecah beban
Pecah beban dilakukan dengan cara membagi beban kejurusan lain
atau penambahan line jurusan JTR dari jurusan yang belum digunakan.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. URAIAN PEMBAHASAN
Pada perhitungan yang akan dilakukan yaitu dengan dilakukanya
pemasangan gardu sisip yaitu gardu distribusi yang melayani pembebanan
dibawa 80%. Berdasarkan pada SE DIR 017.E/DIR/2014. Maksud dan tujuan
dari pemasangan gardu sisip ini yaitu untuk mengurangi adanya beban berlebih
(overload).
Transformator pada gardu CA9S mencapai beban sebesar 84.85%
sehingga menyebabkan suhu pada transformator semakin meningkat, dengan
kenaikan suhu ini yang berlebihan diakibatkan beban lebih dan juga
ketidakseimbangan beban maka akan menimbulkan panas pada transformator
sehingga akan berpengaruh terhadap isolasi kumparan. Dampaknya
transformator akan rentang mengalami gangguan, dan juga dapat mengurangi
usia dari transformator yang mana akan dapat merugikan PT. PLN(Persero) UP3
Ogan Ilir.
Berdasarkan pembahasan diatas, tindak lanjut yang tepat dalam
menangani hal tersebut yaitu dengan dilakukanya pemasangan gardu sisip yang
mana akan dilakukanya pecah beban dari gardu CA9S ke gardu sisip yaitu gardu
BLR 109 dengan tujuan untuk mengurangi beban lebih (Overload) pada gardu
distribusi CA9S.

13
4.1.1 Single Line Diagram (SLD)

BALARAJA GI BALARAJA GI BALARAJA


PASUKAN CIBULUGCIAWI
GI BALARAJA
PUNGGAWA

14
4.1.2 Data Teknis Transformator di Gardu CA 9S
Gardu distribusi CA 9S merupakan gardu distribusi tipe portal, yang
melayani konsumen umum. Berikut adalah spesifikasi dari transformator di
gardu CA 9S :
Tabel 4.1 Spesifikasi transformator di gardu CA 9S
No NAMEPLATE TRANSFORMATOR CA 9S
1 No Seri 163315843
2 Merk TRAFINDO
3 Tahun Pembuatan 2018
4 Frekuensi 50 Hz
5 Daya 400 kVA
6 Tegangan Primer 20.000 V
7 Tegangan Sekunder 400 V
8 Arus Primer 11,55 A
9 Arus Sekunder 577,35 A
10 Berat/ isi Minyak 510 Liters
11 Berat Total 1990 kg
14 Vektor Grup Dyn5
15 Impedansi 4,0%
16 Pendingin ONAN

15
4.1.3 Gardu Sisip

Gambar 4.1 Pemasangan Gardu Sisip


Pemasangan gardu sisip merupakan salah satu metode untuk
mengatasi gangguan yang terjadi di PT. PLN (Persero) UP3 Ogan Ilir, yaitu
beban lebih (overload), jatuh tegangan (drop voltage), dan ketidakseimbangan
beban, selain untuk mengatasi gangguan pemasangan gardu sisip ini juga
dilakukan untuk perluasan jaringan karena pemakaian beban pelanggan
PT.PLN yang semakin terus bertambah dengan seiring berjalanya waktu.
1. Data teknis transformator di Gardu Sisip
Tabel 4.2 Spesifikasi transformator distribusi Gardu Sisip.BLR 109
No NAMEPLATE TRANSFORMATOR GARDU BLR 109
1 No Seri 183309156
2 Merk TRAFINDO
3 Tahun Pembuatan 2018
4 Frekuensi 50 Hz
5 Daya 400 kVA
6 Tegangan Primer 20.000 V
7 Tegangan Sekunder 400 V
8 Arus Primer 11,55 A
9 Arus Sekunder 577,35 A
10 Berat/ isi Minyak 510 Liters
11 Berat Total 1990 kg
14 Vektor Grup Dyn5
15 Impedansi 4,0%
16 Pendingin ONAN

16
4.1.4 Perhitungan Trafo CA9S Sebelum dilakukan Pemasangan Gardu
Sisip

1. Data Hasil Pengukuran Gardu CA 9S


Tabel 4.3 Data pengukuran arus beban Gardu CA9S
Arus Transformator (A)
Jurusan
R S T N
A 109 185 179 82
B 4 59 37 41
C 111 108 78 37
D 204 209 221 40
Total 428 561 515 200

4.1.5 Kurva Beban Harian


Kurva Beban Harian
Gardu CA 9S
600

500

400
R
Beban

300
S
200 T
N
100

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Gambar 4.2 Kurva Beban Harian Gardu CA 9S


Pada gambar kurva beban harian gardu CA9S pengukuran beban Pada
tanggal 12 April 2019 dapat dilihat beban terendah pada pukul 01:00 dini
hari, sedangkan beban puncak diketahui pada pukul 19:00, beban tersebut
dalam kondisi tidak seimbang tiap fasanya dan juga beban selalu berubah
ubah tiap jam nya.

B. URAIAN HASIL

17
Berdasarkan dari hasil perhitungan persentase pembebanan transformator
CA 9S sebelum dilakukanya pemasangan Gardu Sisip, didapat hasil perhitungan
persentase sebesar 84,85% dengan pembebanan perfasanya yaitu, Fasa R 96,728
kVA, Fasa S 126,786 kVA dan Fasa T 115,875 kVA, dengan itu dari hasil yang
didapatkan dari perhitunga persentase pembebanan transformator CA 9S maka
dapat disimpulkan bahwa transformator CA 9S mengalami pembebanan
berlebih (Overload). Berdasarkan SE DIR 017.E/DIR/2014 tahapan Online
Assesment Tier 1 dijelaskan bahwa pembebanan transformator distribusi saat
mendekati range 80% - <100% dikatakan kategori kurang baik.

Gambar 4.3 Gambar Transformator Terpasang


Hasil yang didapatkan dari perhitungan persentase pembebanan
transformator CA 9S setelah dilakukan pemasangan gardu sisip yaitu sebesar
49,26% dengan pembebanan perfasanya yaitu, Fasa R 65,025 kVA, Fasa S
70,452 kVA dan Fasa T 63,168 kVA, setelah mendapat hasil perhitungan
persentase beban transformator CA 9S setelah dilakukan pemasangan gardu sisip
kemudian dilakukan perhitungan persentase pembebanan transformator Gardu
Sisip dan didapatkan hasil sebesar 35.27%, dengan pembebanan perfasa yaitu,
Fasa R 45,936 kVA, Fasa S 45,969 kVA, Fasa T 49,184 kVA.
Maka dengan hasil yang didapat setelah melakukan perhitungan persentase
pembebanan transformator CA 9S dan Gardu Sisip BLR 109 didapat kesimpulan
bahwa pemasangan Gardu Sisip merupakan metode yang cukup baik untuk
menangani gangguan beban lebih atau Overload yang terjadi pada Gardu
distribusi CA 9S.

18
19
BAB V
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari data dan hasil perhitungan dari pembahasan yang sudah
dibahas, maka dapat disimpulkan yaitu :

1. Pada Transformator CA 9S persentase pembebanan sebelum dilakukanya


pemasangan gardu sisip yaitu sebesar 84,85%, setelah dilakukan pemasangan
gardu sisip maka persentase pembebananya turun hingga 49,65%. Dengan
dilakukanya pemasangan gardu sisip pada gardu distribusi CA 9S dapat
mengurangi kemungkinan terjadi gangguan, memperpanjang umur trafo,
memperbaiki drop tegangan dan juga transformator mampu berfungsi dengan
optimal dan kualitas pelayanan terhadap konsumen mengalami peningkatan.
2. Setelah dilakukan pemasangan gardu sisip didapatkan hasil perhitungan yaitu
persentase drop tegangan ujung jaringan sebelum dilakukanya pemasangan gardu
sisip yaitu dengan fasa R 17,1% fasa S 15,3% dan fasa T 14,2, sedangkan dengan
setelah dilakukanya pemasangan gardu sisip, tegangan ujung jaringan berubah
menjadi fasa R 7,6% Fasa T 8,05% dan Fasa S 9,8%.

B. SARAN-SARAN

Pemasangan gardu sisip ini yaitu termasuk ke dalam salah satu metode
jangka panjang yang cukup baik untuk menangani gangguan beban lebih
(overload) trafo. Untuk itu diharapkan agar pembangunan gardu sisip ini juga
lebih dioptimalkan untuk mengatasi gangguan beban lebih untuk keandalan sistem
jaringan di PT.PLN(Persero) UP3 Ogan Ilir.

DAFTAR PUSTAKA

20
Hariansyah, M. (2010). Teknik Pemeliharaan Transformator Distribusi ada
Gardu Tiang Portal. Jurnal Sains Dan Teknologi Elektro, 4(2), 1–14.
Lisma, & Hakimah, Y. (2013). Perencanaan Pemasangan Gardu Sisip P117 Di
PT PLN (PERSERO) AREA BANGKA. Desiminasi Teknoogi, 1(1), 17–
26.
PT. PLN (Persero). (2010). Buku 4 Standar konstruksi gardu distribusi dan
gardu hubung tenaga listrik. In T. Penyusun (Ed.), PT PLN (Persero) (1st
ed.). Jakarta Selatan: PT. PLN (Persero).
Simamora, Y., & Tobing, P. S. M. L. (2014). Analisis Ketidakseimbangan Beban
Transformator Distribusi Untuk Identifikasi Beban Lebih Dan Estimasi Rugi-
Rugi Pada Jaringan Tegangan Rendah. Singuda ENSIKOM, 7(3), 137– 142.
Sutawinaya, I. P., & Teresna, I. W. (2014). Studi Analisis Penambahan
Transformator Sisipan Untuk Menopang Beban Lebih Dan Drop Tegangan
Pada Transformator Distribusi Ka 1516 Penyulang Buduk Menggunakan
Simulasi Program Etap 7. 0. Jurnal Logic, 14(3), 133–139.

21

Anda mungkin juga menyukai