Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Blakang
Sistem tenaga listrik merupakan kumpulan/bagian dari komponen –
komponen atau alat-alat listrik seperti Generator, tranfomator, saluran transmisi,
saluran distribusi dan beban yang saling berhubungan satu kesatuan membentuk
suatu sistem. Dalam dunia listrik sering timbul persoalan - persoalan teknis
dimana tenaga listrik pada umumnya dibangkit pada tempat-tempat tertentu yang
jauh dari kumpulan pelanggang, sedangkan pemakain tegangan listrik atau
pelanggan tenaga listrik tersebut disegala penjuru tempat. Penyaluran tegangan
listrik dari pembangkit listrik melalui saluran transmisi, terlebih dahulu tegangan
dinaikan oleh transformator penaik tegangan (step up transformator) yang dipusat
listrik. Setelah tegangan listrik disalurkan melalui transmisi, sampailah tenaga
listrik pada gardu induk (GI) sebagai pusat beban. Di sini tenaga diturunkan
melalui transformator penurun tegangan (step down transformator) menjadi
tegangan menegah,maupun tegangan rendah, yang disebut sebagai sistem
distribusi daya listrik.
Gardu ditribusi pada dasarnya merupakan tempat pemasangan
transformator distribusi beserta perlengkapan. Sebagaimana diketahui,
transformator berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah (20 kv ) menjadi
tegangan rendah ( 380/220 v ) dengan demikian transformator distribusi
merupakan suatu hubungan antara jaringan tegangan menengah dan jaringan
tegangan rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa didalam sebuah
gardu distribusi akan masuk saluran tegangan menengah, dan keluar tegangan
rendah, yang bertujuan untuk mrngatasi kelistrikan pada konsumen.
Masyarakat Didesa Nubaboli belum di suplay dengan energi listrik dari
PLN, diketahui bahwa masyarakat di desa tersebut berjumlah 70 KK,selain itu
masih ada bangunan lainnya seperti. Gedung Gereja,Bangunan Sekolah dan
Perkantoran lainnya.Dengan adanya fasilitas tersebut tentuh sangat membutuhkan
penerangan agar menunjang kegiatan yang dimaksud.

1
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis diketahui bahwa, di desa
Nubaboli berjumlah 70 kepala keluarga begitu padat dengan pembangunan serta
fasilitas lainnya dalam pengerjaan pemasangan Gardu Distribusi Didesa Nubaboli
Kecamatan Atadei Kabupaten Lembata dikerjakan oleh PT. Pata Prima Utama
sebagai penanggung jawab dibawah pengawasan PT. PLN (persero) Area
Lembata.
Berdasarkan latar belakang di atas pemasangan tersebut dilalukan oleh PT.
Pata Prima Utama, maka penulis mengangkat judul proposal ini adalah:
“Pemasangan Gardu Distribusi Di Desa Nubaboli Kecamatan Atadei Kabupaten
Lembata’’
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui cara pemasangan Fuce Cut Out. Pada gardu distribusi
didesa Nubaboli Kecamatan Atadei Kabupaten Lembata.?
2. Untuk mengetahui cara pemasangan Lightning Arrester. Pada gardu
distribusi didesa Nubaboli Kecamatan Atadei Kabupaten Lembata.?
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan urain pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana cara pemasangan Fuce Cut Out. Pada gardu distribusi didesa
Nubaboli Kecamatan Atadei Kabupaten Lembata.
2. Bagaimana cara pemasangan Lightining Arrester. Pada gardu distribusi
didesa Nubaboli Kecamatan Atadei Kabupaten Lembata.
1.4 Batasan Masalah
Dari rumusan masalah diatas penulis hanya membatasi masalah pada
pengaman gardu distribusi di Desa Nubaboli kecamatan Atadei Kabupaten
Lembata.

2
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1. Gardu Distribusi


Gardu distribusi pada dasarnya merupakan tempat pemasangan transformator
distribusi beserta perlengkapan. Sebagaimana diketau, transformator berfunsi
untuk menurunkan tegangan menengah ( 20 kv ) menjadi tegangan rendah (
380/220 v ). Dengan demikian transformator distribusi merupakan suatu
hubungan antara jaringan tegangan menengah dan jaringan tegangan rendah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah gardu distribusi akan
masuk saluran tegangan menengah, dan keluar tegangan rendah. Jenis gardu
distribusi tersebut didesain menurut pemasangan dan konstruksinya.
1. Menurut pemasangan
a. Gardu pasang luar yaitu: Dimana semua peralatan utama gardu distribusi
ditempatkan dalam ruang tertutup.
b. Gardu pasang dalam yaitu: Gardu distribusi yang semua peralatan utama
tegangan menengah dan transformator distribusi dan ditempatkan pada
ruang terbuka, namun sehingga peralatan penghubung dan pengaman
masih dalam ruang tertutup.
2. Menurut konstruksinya berikut ini adalah Macam-macam gardu distribusi:
a. Gardu beton.
Yaitu gardu distribusi yang bagunan pelindungannya terbuat dari beton.
Gardu beton termasuk gardu jenis pasang dalam karna pada umunya
semua peralatan penghubung/pemutus, pemisah dan transformator
distribusi terletak didalam bangunan beton. Konstruksi ini dimaksudkan
untuk memenuhi persyaratan terbaik bagi keslamatan ketenaga listrik.
Bentuk pemasangan gardu distribusi jenis beton seperti ditunjukan pada
( Sumber: Anonim 2010 )

3
Gambar 2.1 Gardu Beton
Sumber. Anonim 2010

b. Gardu Kios/ Gardu Berjalan


Gardu kios tipe ini adalah bagunan yang terbuat dari konstruksi baja,
fibreglass,atau kombinasi, yang dapat dirangkai dilokasi rencana pembangunan
gardu distribusi. Gardu ini dibangun di tempat-tempat yang tidak diperbolehkan
atau tidak memenuhi standar untuk dibangun gardu beton. Karena sifat
mobilnya, maka kapasitas transformator distribusi yang terpasang
terbatas.seperti terlihat pada gambar 2.2

Gamabar. 2.2 Gardu Kios


Sumber.Anonim 2010

c. Gardu Tiang Menurut Asis,M, (2013) pada gardu distribusi jenis tiang adalah
gardu yang dibangun dengan mengunakan tiang sebagai penyangga. Gardu
jenis tiang ini terdiri dari:

4
1). Gardu portal.
Merupakan salah satuh gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat
dari tiang. Gardu sistem terbuka secara keseluruhan instalasinya dipasang
pada dua buah tiang. Transformator distribusi tersebut terletak dibagian atas
tiang, oleh karan itu gardu tiang hanya dapat melayani daya listrik yang
terbatas karena transformator tersebut cukup berat sehingga tidak mungkin
menetapkan transformator berkapasitas besar dibagian atas tiang ( 5 meter
diatas tanah). Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka ( outdoor ) dengan
konstruksi tiang atau menorah kedudukan transformator minimal 3 meter
diatas platform. Dapat dilihat pada gambar 2.3

Gamabar 2.3 Gardu Portal


Sumber. Selvian,Helma 2012

2). Gardu cantol


Gardu cantol adalah gardu trafo yang secara keseluruhan instalasinya
dipasang pada satu tiang. Transformator terpasang adalah jenis completely
self protected transformator (CSP) yaitu peralatan switching dan proteksinya
sudah terpasang lengkap dalam tangki transformator. Perlengkapan
perlindungan transformator tambahan LA (Lightning arrester ) dipasang
terpisah dengan penghantar pembumianya yang dihubung langsung dengan
badan transformator. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-
TR) maksimum dua jurusan pemisah pada sisi masuk dan pengaman lebur (
type HN,NT) sebagai pengaman jurusan. Seperti dilihata pada gambar 2.4

5
Gambar 2.4 Gardu cantol
Sumber. Anonim 2010
2.2 Tiang Listrik
Tiang listrik merupaka salah satuh komponen penunjang pada jaringan
distribusi dan fungsi sebagai alat penopang / pemegang kabel hantaran atau
saluran. Dalam penggunannya pada jaringan distribusi,tiang listrik ini harus
ditanam.
Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal, kecuali untuk
gardu tiang memakai tiang ganda. Pemasangan tiang biasanya ditanam/pasang
pada tepi jalan baik jalan raya maupun jalan gang. Pemasangan tiang dapat
dikurangi dengan pemakain sistem saluran bawah tanah pada sistem distribusi.
Tiang listrik biasanya berupa pipa makin ke atas makin kecil diameternya, jadi
tiang bawah mempunyai diameter yang besar. Tiang besi berangsung-angsur
diganti dengan tiang beton.
Perencanaan material dan untuk ukuran tiang listrik ditentukan oleh faktor-
faktor mekanis seperti momen,kecepatan angin, kekuatan tanah, besar beban
penghantar, kekuatan tiang dan sebagainya. Jenis tiang listrik menurut
kegunaannya, yaitu, Tiang awal / akhir, Tiang penyangga,Tiang sudut, Tiang
peregang / atau tiang tarik,Tiang Topang.
Untuk dapat menanam tiang listrik ini ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi yaitu:
a. Titik tiang lokasi sudah harus ditetapakan berdasarkan dengan gambar rencana
b. Pembuatan lubang untuk penanaman tiang pada titik pasang yang telah
ditentukan

6
c. Penanaman tiang kedalam tanah minimum harus sedalam 1/6 x panjang tiang.
d.Pendirian/Penegakan tiang harus menggunakan Tackle berkaki tiga lengkap
dengan katrol rantainya atau yang sejenis.
e. Penegakan tiang harus lurus ( Vertikal ) dengan menggunakan Water pass atau
untingan-untingan dan tiang satu dengan yang lain harus lurus segaris.
f. Khusus untuk tanah lembek, pemasangan tiang harus diperkuat dengan pondasi
yang memenuhi standard kontruksinya.
Tiang listrik menurut jenis dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Tiang beton
2. Tiang besi/baja
1. Tiang besi dan tiang beton dengan berat rata-rata 500 kg ukuran tiang 9 m 100
daN,9 m 200 daN, 9 m 350 daN, 11 m 100 daN,11 m 200 daN,11 m 350 daN,
12 m 200 daN,12 m 350 daN,12 m 500 daN,13 m 350 daN,13 m 500 daN,14 m
200 daN, 14 m 350 daN,14 m 500 daN,15 m 200 daN, 16 m 200 daN.
2. Berdasarkan fungsi tiang jaringan dari tiang awal, tiang tengah,tiang ujung atau
tiang sudut.
3. Pemilihan ukuran tiang berdasarkan kekuatan tarik yang distandarisasi dengan
satu gaya daN ( deka Newton ) mempunyai kekuatan tarik 200 daN,350
daN,500 daN, 800 daN, dipakai untuk konstruksi tiang awal atau tiang ujung/
sudut yang tidak memungkinkan memakai guy wire/treck schoor.
Tiang listrik untuk JTM dapat berupa tiang tunggal atau tiang ganda ( dua
buah tiang yang di pasang berdasarkan satu dengan yang lainnya, dan diberi
palang penguat serta dipasang diplatfrom diantara kedua tiang tersebut yang
gunanya untuk melakukan peralatan listrik lainya, seperti trafo,gardu distribusi
dll). untuk kontruksi tiang tunggal dan tiang ganda dapat dilihat pada gambar 2.5
dan 2.6

7
Gambar 2.5 Kontruksi Tiang Tunggal
Sumber. Anonim 2010

Gamabar 2.6. Konstruksi Tiang Ganda


Sumber. Anonim 2010

2.3 Transformator Distribusi


Trafo distribusi merupakan alat listrik yang digunakan untuk
mentranformasikan tegangan distribusi primer pada jaringan tegangan menegah
(JTM) 20 kv menjadi tegangan distribusi sekunder pada jaringan tegangan rendah
(JTR) 380/220 v. Trafo distribusi merupakan alat yang memegang peran penting
didalam sistem distribusi. Funsi dari pada sebuah trafo distribusi tiga fasa adalah
untuk melayani sistem tiga fasa dibuat transformator tiga fasa, apabila
dibandingkan dengan trafo satu fasa/fase tunggal, trafo tiga fasa memiliki bebrapa
kegunaannya, seperti hemat beban, harganya lebih murah, tidak terlalu besar

8
ukurannya sehingga menghemat tempat, pada daya yang sama trafo tiga fase
mempunyai bobot yang lebih ringan. Adapun kelemahan dari trafo tiga fase ini
yaitu, lebih salah satu maka kedudukan belitan yang masih baik menjadi tidak
berguna.
Prinsip kerja dari tranformator distribusi adalah memindahkan energy secara
efesiensi melalui maknet dari suatu belitan kebelitan yang lain yang bergandengan
secara maknet. Dalam perencanaan trafo rugi-rugi perlu diketahui seperti:
1) Rugi-rugi pada rangkain listrik 12.R berupa panas yang hilang akibat dari pada
aliran arus listrik dalam belitan trafo pada sistem primer maupun sekunder.
2) Rugi-rugi pada rangkain maknet berupa rugi hysteresis dalam lapisan inti dan
rugi arus cddy dalam lapisan inti, akibat adanya arus beban yang mengalir
dalam belitan.
Karena rugi- rugi yang terjadi dalam rangkain listrik hanya ditentukan oleh
besaran arus dan harga tahanan dalam belitan, sehingga untuk mengurangi
besarnya rugi dalam rangkain listrik ini juga hanya dengan mengatur besar
komponen tersebut, tetapi dengan berkurangnya arus berarti mengurangi kapasitas
dari transformator dan hal ini tentu tidak di inginkan, maka besar rugi ini tidak
dikurangi hanya dengan memperkecil harga tahanan belitan. Untuk maksud ini
maka penampang komponen arus dibuat sebesar mungkin dan diusahakan panjang
penghantar belitan sependek mungkin pada tiap kaki belitan. Karna jika
penampang belitan di perbesar maka untuk jumlah lilitan yang sama diperlukan
kaki inti yang lebih panjang lagi. Dengan pertambahan ini berarti kerugian dalam
rangkain maknet karna reluktansi dalam inti akan bertamba sehingga fluks makin
berkurang. Tetapi dengan mengatur panjang dan penampang penghantar belitan
terhadap pengurangan penampang ini kesuatu harga minimum yang masih
memungkinkan, harga tahanan ini terdapat pada belitan ini dapat dikurangi.

9
Dalam pengoprasian trafo, maka ada noise berupa bunyi dan sulit dihilangkan
yang di pengaruhi oleh:
1. Magnetostriction, yaitu perubahan dimesi dari suatu material mekanik akibat
adanya rangsangan mekanik, getaran pada celah dan sambungan inti karena
sambungan tidak rapat maka fluks akan terbagi pada bagian besi yang pararel
dan bagian celah udara.
2. Resonansi, material trafo yang mempunyai massa dan karakteristik getaran
tersendiri misalnya pada tangki dan radiator. Jika frekwensi getaran yang
dihasilkan oleh inti hamper sama dengan frekwensi resonasi dari material
pembentukan tranformator, maka material tersebut akan turut bergetar.
3. Interaksi dalam belitan, jika arus megalir dalam belitan trafo maka timbul gaya
antara penghantar.pada rapat arus arus beban normal nosie tetap akan
dihasilkan oleh belitan akibat interaksi gaya antar penghantar.
Pengurangan noise pada inti dapat dilakukan: mengurangi rapat fluksi didalam
inti, menghilangkan celah dan merapatkan sambungan antara lapisan inti,
menggunakan inti yang tidak dapat dipengaruhi oleh magnetotriction .
2.3.1 Konstruksi Transformator Terdiri Dari
1. Inti besi, transformator dibuat dari campuran baja dengan selikon (4-5%)
2. Belitan atau kumparan, klasifikasi belitan trafo terdiri dari belitan kosentris
dan belitan sandwich.
3. Isolasi adalah sifat suatu bahan yang dapat memisahkan secara listrik dua
penghantar atau lebih yang berdekatan sehingga tidak terjadi kebocoran
lompat api (flashover). Sesuai bahan yang digunakan isolasi terbagi atas 3
golongan yaitu: bahan padat, bahan cair,bahan gas. Minyak trafo adalah
sejenis minyak mineral yang dihasilkan dengan memurnikan minyak mentah
yang berfungsi sebagai pendingin dan berfungsi sebagai isolasi. Berdasarkan
cairan pengisi atau bahan pendingin, transformator dengan minyak askarel,
transformator dengan minyak silicon.

10
4. Tap Changer, Tegangan sekunder trafo dapat dirubah-rubah dengan
memberikan taping pada belitan. Tap ini ditetapkan pada belitan tegangan
tinggi. Urutan pengoprasian untuk tiap perubahan tegangan adalah sebagai
berikut: Buka circuit breaker A,rubah tap belitan a, tutup circuit breaker A,
buka circuit breaker B, rubah tap belitan b, sama seperti belitan a, tutup
circuit breaker B.
5. Tangki, biasanya tangki trnsformator dibuat dari baja ringan (mildsteel) atau
alumeniun dengan ketebalan 4-6 mm2. Tangki trafo erat hubungannya dengan
siklus pendingin yang digunakan. Jenis tangki pada transformator yaitu:
tangki datar yang mempunyai permukaan datar, tangki yang mempunyai
tabung biasanya kapasitas maksimum 3000 kVA, tangki dengan radiato
digunakan untuk kapasitas trafo lebih besar dari 30.000 KVA.
6. Bushing, bushing berfungsi sebagai terminal antara ujung belitan dengan yang
keluar dari luar seperti generator, atau jaringan tegangan menegah. Biasanya
terbuat dari porselin dan bakalit. Untuk memperkuat daya isolasinya maka
biasanya bushing ini di isi dengan minyak dan kertas isolasi. Ada tiga jenis
busing yang biasanya digunakan yaitu: solid perselin bushing calbe pordelin
bushing terminature untuk tegangan untuk tegangan diatas diatas 33 kv
diginakan oil filled bushing karna mempunyai isolasi yang kuat. Dapat dilihat
pada gambar 2.7

Gambar 2.7 Bentuk Utama Dari Bushing


Sumber. Kadir Abdul 1998

11
2.3.2 Peralatan Perlengkapa (Accessories)
a. Roda dipasang pada alas tangki berguna untuk memudahkan perpindahan
transformator dari satu tempat ketempat yang lain.
b. Lubang pengurus minyak, gunanya untuk mengurangi minyak yang berada
didalam tangki transformator pada saat pergantian minyak trafo
c. Lubang pengisi minyak, berupa lubang kecil yang bertempatkan diatas penutup
tangki utama.
d. Terminal hubung tanah, terminal al untuk penghubung tanah (body) trafo ke
tanah.
e. Gelas penduga, gunanya untuk mengetahui ketingian minyak yang berada
dalam tangki dan biasanya ditetapkan di sisi atas tangki utama.
f. Plat nama dan spefikasi, menurut keterangan dan perincian dari suatu
transformator misalnya jenis trafo, tegangannya, hubungan belitan trfo.
g. Konsevator, adanya lapisan udara diatas permukaan minyak menyebabkan
minyak terjadi lembab . Kelembapan akan menurunkan ketahanan elekctrik
dari minyak tersebut . Demikian pulah udara yang mengandung oksigen dapat
bereaksi dengan minyak membentuk lumpur-lumpur yang dapat menyumbat
saluran-saluran minyak pendingin, maka untuk mengurangi hal ini trafo di
lengkapi dengan konsevator.
h. Tabung selikagel, fungsinya samadengan dehydrating breather, suatu bejana
kecil yang berisi sat pengering seperti selikagel, kalsius cloroda.
i. Thermometer, dipasang pada dinding tangki digunakan untuk mengawasi secara
teratur temparatur minyak, biasanya digunakan thermometer alcohol.
j. Relay buchloz, gangguan yang timbul dalam trafo akan menimbulkan
gelembung-gelembung gas yang mengalir kepermukaan tangki dan setelah
melalui realy buchloz akan di hambatkannya oleh flap valve. Gelombang gas
yang terhambat gerakan akan mengalir ke atas sehingga menyentuh
pengapung-pengapung yang didalamnya terdapat mercury switch akan
merubah air raksa sehingga air raksa akan menghubungkan alarm circuit. Jika
gelumbung gas yang terjadi cukup banyak akibat gangguan yang hebat
sehingga mampu menggerakan flap salve maka tripping circuit akan terhubung

12
yang akan mengenergize trip coil dari circuit breaker dan akirnya circuit
breaker akan melepaskan transformator dari sumber tegangan.
k. Kontak terminal teganagn rendah, gunanya sebagai terminal untuk
menyalurkan tegangan. Biasanya untuk menggantikan fungsi bushing tegangan
rendah.
Bentuk atau konstruksi transformator tiga fase dapat dilihat pada gambar 2.8 dan
2.9

Gambar 2.8 Wiring trafo


Sumber. Kadir Apdul 1998

Gambar 2.9 Konstruksi fisik Trafo Distribussi


Sumber. Kadir Apdul 1998

13
2.5. Lighting Arrester
Arrester adalah peralatan pengaman yang digunakan untuk mengamankan
jaringan dan trafo yang disebabkan oleh sambaran petir atau surja hubung
(switching surge). Prinsip kerja arrester bersifat sebagai by-pass jalan yang mudah
dilalui oleh arus surja ke sistem, pentanahan sehingga tidak menimbulkan
tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolasi peralatan listrik. Pada
keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator bila terjadi tegangan surja alat ini
bersifat sebagai konduktor yang tahan relative rendah, sehingga dapat meneruskan
arus yang tinggi ketanah. Setelah surja hilang, arrester dengan cepat kembali
menjadi isolasi. Umumnya arrester ini dipasang pada ujung saluran udara
tegangan menegah (SUTM) sebelum masuk trafo distribusi atau keluaran unit
pembangkit.
Saat tegangan implus surja melewati tegangan gagal cela arrester, maka arrester
akan melewatkan arus ketanah untuk mereduksi tegangan implus surja, sebesar
arus tersebut dikalikan tahanan dinamik arrester.
Tegangan gagal setelah disebut juga tegangan perkecilan, pada frekuensi 50c/s
harus mempunyai hargga yang tinggi untuk mengurangi seminimal mungkin
melepaskan yang disebabkan oleh adanya hubung singkat ketanah dan surja
hubung. Tegangan pelepas, disebut juga tegangan sisa (residual) atau tegangan
IR,adalah tegangan antara terminal-termina arrester bila sedang melakukan atau
melepaskan arus surja. Arrester dapat dilihat pada gambar 2.10

Gambar 2.10. Arrester


Sumber. Daman Suswanto 2010

14
Berdasarkan konstruksi komponen-komponen utama arrester terdiri dari:
a. Elektroda, yaitu bagian yang menghubungkan antara terminal arrester dan
kawat penghantar bertegangan dan terminal bawa arrester dengan pentahanan.
b. Sela percik (Spark gap) yang berfungsi sebagai tempat loncaran busur api
apabila terjadi tegangan lebih.
c. Spurk gap atau Series Gap, bilah terjadi tegangan lebih oleh sambaran petir
atau surja hubung pada arrester, maka pada setelah percikan (spark gap) akan
terjadi loncatan busur api, busur api yang terjadi tersebut ditiup keluar oleh
tekanan gas yang ditimbulkan oleh tabung fiber yang terbaka.
d. Tahan karub ( valve Resistor ), tahanan yang dapat berubah sifat tahanannya
apabila terjadi perubahan beban.
e. Tabung serat (Fiber Tube).
Batas termis arrester untuk mengalirkan arus surja dalam waktu yang lama
atau terjadi berulang-ulang tanpa menaikan suhunya. Meskipun kemampuan
arrester untuk menyalur arus sudah mencapai 65,000 s/d 100,000 ampere, tetapi
kemampuannya untuk melakukan surja hubung terutama bila saluran menjadi
panjang. Maka agar supaya tekanan pada isolasi dapat dibuat serendah mungkin,
suatu sistem pendingin tegangan lebih perlu memnuhi pesaratan sebagai berikut:
dapat melepaskan tegangan lebih ketanah tanpa menyebabkan hubung singkat ke
tanah (staturated ground fault) yang rendah supaya tegangan percikan setelah dan
tegangan melepaskannya rendah.
Pemiliharaan arrester, bebrapa factor yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan
arrester sebagai berikut:
1. Tegangan system, tegangan maksimum yang mungkin timbul pada jepitan
arrester.
2. Arus hubung singkat system, hanya diperlukan pada arrester jenis ekspulasi.
3. Jenis arrester, jenis gardu, jenis saluran, atau jenis distribusi.
4. Faktor kondisi luar, kondisi normal atau tidak normal misalnya berada pada
2.000 meter atau lebih diatas permukaan laut, temparatur dan kelembapan
udara yang tinggi.
5. Faktor ekonomi, perbandingan antar ongkos pemeliharan dan kerusakan bila
tidak ada arrester atau arrester yang kualitasnya rendah.
15
Ada dua jenis arrester yaitu arrester expulasion tipe lightning arrester dan
arrester kutub. Arrester jenis expulsion, umunya digunakan melindungi
isolator transmisi, trafo-trafo kecil dipedesaan, tiang transmisi tertentu yang
sangat tinggi misalnya penyebrangan sungai dengan kemungkinan disambar
petir cukup tinggi. Arrester jenis kutup terdiri dari arrester kutub jenis gardu
atau station, jenis saluran (intermediate), jenis gardu untuk mesin-mesin jenis
distribusi untuk mesin-mesin (distribution). Arrester jenis expulsion dan jenis
kutub dapat dilhat pada gambar 2.11 dan 2.12

Gambar.2.11 Arrester jenis Expulsion


Sumber. Daman Suswanto 2010

Gambar.2.12 Konstruksi Arrester Jenis kutub


Sumber. Daman suswanto 2010

16
2.6. Fuce Cut Out (FCO)
Fuce Cut Out (FCO) biasa disebut fuse-link adalah alat pengaman dari
pemutus, yang berfungsi untuk melindungi atau mengamankan jaringan dan
trnsformator distribusi dari ganguan hubung singkat atau beban lebih pada
rangkain. Biasanya arus ganguan terbesar anatara 0,75 sampai dengan 0,25 kA.
FCO dilengkapi dengan isolator yang berfungsi untuk memisakan hubungan
antara kawat penghantar selama tabung lebur di lepas dari pegangan peleburnya,
komponen FCO terdiri dari:
1. Penyangga pelebur, bagian ini dilapis dengan bahan organis yang akan
menyekat atau memegang pelebur.
2. Tabung pelebur dari fiber (fiber tube use) terbuat dari bahan serat selulosa,
bagian ini ditempatkan melekat elemen lebur yang akan memberikan reaksi
apabila terjadi hubung singkat atau arus lebih.
Bentuk atau konstruksi transformator tiga fasa dapat dilihat pada gambar 2.13

Gambar.2.13 Konstruksi Fuce Cut Out (FCO)


Sumber. Anonim 2010

17
2.7. Pembumian (Grounding)
2.7.1. Sistem Pembumian
Sistem grounding berfungsi sebagai sarana mengalirkan arus petir yang
menyebar ke segala arah ke dalam tanah. Hal yang harus diperhatikan dalam
perancangan sistem pentanahan adalah tidak timbulnya bahaya tegangan step dan
tegangan sentuh. Kriteria yang ditentukan kedalam pembuatan sistem pentanahan
adalah bukannya rendanya nilai tahanan tana akan tetapi dapat dihindarinya
bahaya seperti di depan. Selain itu, kondisi tanah yang baik untuk grounding
adalah tanah yang basah, atau kolam, atau tanah yang mengandung graint.
2.7.2. Komponen Grounding
1. Batang grounding tunggal (single grounding rod)
2. Batang grounding ganda (multiple grounding lod), terdiri dari bebrapa batang
tunggal yang dihubungkan paralel.
3. Anyaman grounding (grounding mesh), merupakan anyaman kawat tembaga.
4. Pelat grounding ( grounding plat ),yaitu pelat tembaga.
Tahanan grounding selain ditimbulkan oleh tahanan kontak tersebut diatas
juga ditimbulkan oleh tahanan sambungan antara grounding dengan kawat
penghubungnya. Unsur lain yang menjadi bagian dari tahanan grounding
adalah tahanan dari tanah yang ada di sekitar grounding yang menghambat
aliran muatan listrik ( arus listrik ) yang keluar dari grounding tersebut.
Arus listrik yang keluar dari grounding ini menghadapi bagian-bagian tanah
yang berbeda tahanan jenisnya. Untuk jenis tanah yang samah, tahanan jenisnya
dipengaruhi oleh kedalaman nya. Makin dalam letaknya, umumnya makin kecil
tahanan jenisnya, karena komposisinya makin padat dan umumnya juga lebih
basah. Oleh karna itu, dalam memasang batang grounding,makin dalam
pemasanganya akan makin baik hasilnya dalam arty akan didapat tahanan
grounding yang makin rendah.

18
2.7.3. Pengukuran Alat Tahanan Pembumian Menggunakan Eart Tester
Alat yang di pakai untuk mengukur tahanan pembumian adalah (earth teste)r,
sebelum mengukur grounding kita harus tau berapa tahap tahanan maksimal
grounding alat yang di sambung ke grounding tersebut, bila alat elektronika yang
sensitiv pada umumnya menggunakan grounding dengan tahanan maksimal
0,5 ohm. Untuk mengukur tanahan grounding ( arrester) dengan
menggunakan (Earth Tester), sebagai berikut:
a. Perlu kaliberasi jarum alat ukur pada posisi nol
b. (Earth Tester) memiliki tiga kabel yang warna merah, kuning, dan hijau,
hubungan kabel merah ketanah dan kuning ketanah dengan masing-masing
jarak kurang lebih 10 meter dari grounding, hubungkan kabel hijau ke
grounding, yang sudah terpasang, dari ketiga kabel tersebut hubungkan ke alat
ukur (Earth Tester) dengan warna yang sama pada alat ukur.
c. Ukur grounding dengan saklar ukur 1 ohm, bilah jarum menunjukan angka di
bawah angka 1 berarti grounding berkisar nol koma ( memenuhi standard ),
bilah melebihi batas ukur maka ganti dngan sakalar ukur 10 atau 100 ohm bila
jarum menunjukan pada angka tersebut berarti grounding yang kurang bagus
karna saklar yang digunakan 10 atau 100 ohm. Dapat dilihat pada gambar 2.14
dan 2.15.

Gambar 2.14 Rangkain Ekivalen Grounding


Sumber. Anonym 2010

19
Gambar. 2.15 Alat Ukur Earth Tester
Sumber. Anonym 2005

2.8 Pemeriksaan
Pemeriksa bagian darai testing dan Comisioning, degan cara melihat
langsung terhadap material / peralatan / barang maupun kontruksi instalasi listrik
yang telah terpasang, secara kasat mata dan tanpa melalui alat / peralatan bantu.
Ada dua jenis pemeriksaan yaitu pemeriksa tampak ( visual check ) dan
pemeriksaan pemasangan ( kontruksi ).
1. Pemeriksa Sifat Tampak :
Pemeriksaan item per item material / barang / alat yang telah terpasang.
a. Untuk mengetahui apakah perlengkapan yang telah terpasang telah sesuai
dengan spesifkasi di dalam kontrak.
b. Melihat apakah semua perlengkapan dalam kondisi baik.
2. Pemeriksaan pemasangan :
a. Pemeriksaan rangkain ( kontruksi ) material/barang/alat yang telah
terpasang.
b. Untuk mengetahui apakah rangkain material/barang/alat yang telah
terpasang, apakah sesuai rencana maupun peraturan yang berlaku sesuai
dengan ( PUIL, SPLN dan lain-lain ).
2.8.1. Penandaan Dan Perasasti Gardu
Setiap gardu harus diberi identitas yaitu meliputi:
1. Nomor Gardu.
2. Tanda peringatan ( antara lain lambang kilat, tulisan tanda bahaya,dll ).
3. Data historis gardu yang berisi tanggal dibangun, NoSPK,dan nama
pelaksana pekerjaan dalam bentuk prasasti ( terbuat dari batu marmer ).

20
4. Dinding dibagian dalam gardu diberi warna dengan chat warna putih,
dan dinding bagian luar gardu diberi warna cat abu-abu (silver-stone ).
Jenis cat yang dgunakan untuk bagian luar harus tahan perubahan cuaca.
2.8.2. Penyelesean akhir (finishing)
Pengujian merupakan bagian dari testing dan comisioning, dimana untuk
dilihat dengan kasat mata tidak bisah dilakukan. Beberapa jenis pengujian antara
lain: Pengujian individual, pengujian atau pengukuran tahanan pembumian,
pengujian tegangan dan pengujian sistem pengaman. Sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, untuk kemudian di terbitkan Sertifikat Lain Operasi (SLO) oleh
badan yang berwewenang.

21
BAB III
METODE PENELITIA

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian


a. Lokasi penelitian:
Penelitian bertempat di Desa Nubaboli Kecamatan Atadei Kabupaten
Lembata.
b. Waktu Penelitian :
Kegiatan penelitian dilakukan selama 5 bulan, mulai dari bulan Mei
sampai dengan bulan September 2019.
Susunan atau jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1

No Kegiatan Mei Juni Juli Agustus September


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
1.
Penyusunan
2. Proposal
Konsultasi
3.
Ujian Proposal
4.
Revisi dan
5. penjilitan
Pengumpulan
6.
data
Penyusunan TA
7.
Konsultasi TA
8.
Ujian TA
9.
Revisi dan
10. penjilitan

22
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan data penelitian terdiri dari:
a. Metode Kepustakaan adalah Suatu metode yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan beberapa sumber refrensi dari buku-buku yang ada di
perpustakaan atau dari jurnal,internet dan penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan pemasangan gardu distribusi.
b. Metode Observasi adalah Suatau cara melakukan penelitian dengan cara
pengamatan langsung di tempat penelitian yaitu di Desa Nubaboli Kecamatan
Atadei Kabupaten Lembata.
c. Wawancara adalah merupakan tanya jawab langsung antara penulis dengan para
teknisi PT. PLN ( persero ) Area Lembata dan Teknisi PT.Pata Prima Utama.

3.3 Alat dan Bahan Kerja


1. Alat keselamatan Kerja.
Seperi P3K, sepatu bot, sarungtangan, helm/topi,tangga ,sabuk
pengaman,kaca mata,masker dan peralatan kerja keselamatan K3 lainnya.
2. Alat Kerja.
Linggis,sekop,sendok campuran,guntingan bambu/mobil grend,kunci pas,
tang licip,tang kombinasi,obeng bunga,obeng plat,rol meter,alat ukur grounding /
pembumian Earth Tester,skun,katrol megger isolator,power
3. Bahan yang di gunakan.
Adapun bahan yang digunakan: Tiang listrik, trafes untuk dudukan
Lightning Arrester (LA),dan Fuce Cut Out (FCO),skun, wairing gardu atau
pengawetan gardu, Trafo distribusi, dan dudukan Trafo.

23
3.4 Tahapan Penelitian.
Kegiatan pelaksanaan penelitian di Desa Nubaboli Kecamatan Atadei
Kabupaten Lembata dilakukan dengan beberapa tahapan antara lain:
1. Survei lokasi
2. Persiapan alat dan bahan
3. Pemasangan gardu distribusi didesa Nubaboli Kecamatan Atadei Kabupaten
Lembata.
4. Pemasangan FCO
5. Pemasangan Lightning Arrester
6. Pengujian

3.5 Diagram Alir Penelitian

Berikut ini adalah gambar digram alir / penelitian seperti terlihat pada gambar 3.1

Star

Survei Lokasi

Persiapan alat dan bahan

Pemasangan gardu distribusi

Pemasangan FCO

Pemasangan Lightining Arrester

Pengujian

Selesai

Gamabar 3.1 Gambar diagram alir/kerja


24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011. Tentang Jaringan Tegangan Mnegah JTM .


(http://blogelektrikal./2011/11/jaringan-tegangan-menegah-
jtm.htlm,dilaksanakan pada tanggal 15 maret 2015).
Kadir,Abdul,1998. Tansmisi Tegangan Listrik, Universitas Indonesia.
Selvian,Helma 2012. Tentang Gardu Distribusi Tipe Portal. (http://seputar
banjarpatroma/2014/07/-gardu-distribusi-tipe-portal-html,diakses tanggal 18
mei 2015 pukul 20:29.
Sumanto, Edisi pertama:Teori Transformator,Andi offset Yogyakarta,1991.
Suswanto,Daman.2010. Sistim Distribusi Tenaga Listrik
Selvian,Helma 2012. Tentang Gardu Distribusi Tipe Portal. (http://seputar
banjarpatroma/2014/07/-gardu-distribusi-tipe-portal-html,diakses tanggal 18
mei 2015 pukul 20:29.

25

Anda mungkin juga menyukai