Anda di halaman 1dari 24

Arrester pada 20 kv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi
yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk
mendistribusikan tenaga listrik pada konsumen tegangan menengah maupun
konsumen tegangan rendah. Sehingga gardu distribusi termasuk komponen
terpenting dalam suatu sistem distribusi. Komponen terpenting pada gardu distribusi
adalah trafo. Trafo tersebut berfungsi sebagai penurun tegangan (step down
transformer), yang menurunkan tegangan 20 kV (tegangan menengah) menjadi
400/230 V (tegangan rendah). Karena trafo terhubung dengan saluran udara 20 kV
dan penempatannya di tempat terbuka sehingga pada trafo dapat terjadi gangguan
tegangan lebih akibat sambaran petir secara langsung atau sambaran petir tidak
langsung (induksi). Sambaran petir akan menimbulkan tegangan lebih yang tinggi
melebihi kemampuan isolasi trafo sehingga dapat menyebabkan kerusakan isolasi
yang fatal. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka setiap pemasangan trafo
distribusi 20 kV pada setiap gardu distribusi selalu dilengkapi dengan lightning
arrester. Pemasangan lightning arrester pada setiap gardu berbeda penempatan
atau kedudukannya. Penempatan lightning arrester dapat mempengaruhi kinerja
lightning arrester tersebut dalam memproteksi trafo dan peralatan lainnya pada
gardu distribusi.
1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :
1.    Syarat untuk memenuhi pelaksanaan proyek akhir pada jurusan teknik elektro
program diploma di sekolah tinggi teknik PLN
2.    Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari pemasangan lightning arrester pada
gardu distribusi dalam memproteksi peralatan yang ada di gardu distribusi.
Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembahasan proyek akhir ini adalah :
1.    Menambah pengalaman dalam bidang kelistrikan yaitu dengan cara
membandingkan teori yang didapat di bangku kuliah dengan praktek yang terjadi di
lapangan
2.    Memberikan sumbangan pikiran dan wawasan yang bermanfaat buat orang lain.
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang didapatkan permasalahan sebagai berikut :
1.    Bagaimana kinerja arrester dalam memproteksi peralatan yang terdapat dalam
gardu distribusi?
2.    Apa saja yang harus diperhatikan dalam pemilihan Lightning Arrester ?

1.4 Batasan Masalah


Sistem pengaman pada gardu distribusi memiliki banyak macam jenis
pengaman. Ruang lingkup permasalahanya sangat luas, agar dalam
pembahasannya tidak terlalu meluas maka perlu adanya pembatasan masalah.
 Pada laporan akhir ini penulis membatasi masalah dan mengambil pokok
penulisan tentang penggunaan lightning arrester sebagai pengaman gardu distribusi.
1.5 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:
a.    Studi Literatur
Berupa studi kepustakaan dan kajian dari berbagai sumber pustaka yang relevan
mendukung dalam penulisan tugas akhir ini.
b.    Studi Observasi
Terjun langsung ke lapangan untuk mempelajari obyek yang dipilih. Sehubungan
dengan hal-hal tersebut, dalam pencarian dan pengumpulan data-data dilakukan
dengan cara:
a.    Mengadakan wawancara dengan pihak yang bersangkutan
b.    Memadukan data hasil penelitian dengan teori yang ada.
c.    Studi Bimbingan
Dalam hal ini penulis melakukan diskusi tentang topik tugas akhir ini dengan dosen
pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak Jurusan program DIII Teknik Elektro STT
PLN Jakarta dan teman-teman sesama mahasiswa.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan tugas akhir ini akan dibagi dalam beberapa bagian sebagai berikut :
BAB I        : PENDAHULUAN
Pembahasan mengenai pendahuluan yang menyangkut latar belakang, tujuan dan
manfaat, rumusan masalah, batasan masalah, metodologi dan sistematika
penulisan.
BAB II       : GARDU DISTRIBUSI DAN SALURAN UDARA TEGANGAN
MENENGAH
Pada bab ini membahas tentang gardu distribusi dan saluran udara tegangan
menengah dan peristiwa sambaran petir.
BAB III      : PEMASANGAN LIGHTNING ARRESTER PADA GARDU
DISTRIBUSI
Pembahasan mengenai Lightning Arrester, jenis – jenisnya,dan  pemilihan lightning
arrester.
BAB IV     : PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dari penulisan proyek akhir ini

BAB II
GARDU DISTRIBUSI DAN SALURAN UDARA TEGANGAN
MENENGAH
2.1 Gardu Distribusi
2.1.1 Umum
Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan

gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi perlengkapan hubung bagi tegangan menengah

(PHB-TM), transformator distribusi (TD) dan perlengkapan hubung bagi tegangan rendah (PHB-

TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan tegangan

menengah (TM 20 kV) maupun tegangan rendah (TR 220/380V).


2.1.2 Macam-macam gardu distribusi
Dilihat dari fungsinya, secara garis besar gardu distribusi dapat digolongkan
kedalam :
1.    Gardu umum
Gardu distribusi yang menyalurkan energi listrik untuk kepentingan umum.
Gambar 2.1 Gardu Distribusi Umum
2.    Gardu khusus
Gardu distribusi yang menyalurkan energy listrik untuk konsumen tunggal.
Gambar 2.2 Gardu Distribusi Khusus Pelanggan TM
3.    Gardu Hubung
Gardu hubung berfungsi menerima daya listrik dari gardu induk yang telah
diturunkan menjadi tegangan menengah dan menyalurkan atau membagi daya listrik
tanpa merubah tegangannya melalui jaringan distribusi primer (JTM) menuju gardu
atau transformator distribusi.
Gambar 2.3 Gardu Hubung (GH)

Lebih lanjut gardu distribusi umum dilihat dari konstruksinya dibagi menjadi :
1.    Gardu beton
Gardu distribusi jenis beton dibangun permanen pada lokasi yang telah ditentukan.
Umumnya gardu beton dibangun untuk konsumen khusus atau daerah perkotaan
yang sudah mantap planaloginya.
Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan peralatan
switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang, dibangun dan
difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan beton (masonrywall building).
Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi keselamatan
ketenagalistrikan
Gambar 2.4 Bagan satu garis gardu distribusi beton.

2.    Gardu kios
Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi baja, fiberglass atau

kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana pembangunan gardu distribusi. Pada

mulanya gardu kios ini dibuat dengan cara menutup semua peralatan gardu seperti trafo, alat

pemisah, pemutus dan perlengkapan TM/TR lainnya dalam kios metal sehingga gardu ini juga

dinamai dengan gardu metal enclosed. Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu kios kompak,
kios modular dan kios bertingkat.  Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak

diperbolehkan membangun gardu beton.


Karena sifat mobilitasnya, maka kapasitas transformator distribusi yang terpasang
terbatas. Kapasitas maksimum adalah 400 kVA, dengan 4 jurusan tegangan rendah.

Gambar 2.5 Denah Gardu Kios


3.     Gardu Portal
Gardu portal adalah gardu trafo yang secara keseluruhan instalasinya dipasang
pada 2 buah tiang atau lebih.
Umumnya konfigurasi Gardu Tiang yang dicatu dari SUTM adalah T section dengan
peralatan pengaman Pengaman Lebur Cut-Out (FCO) sebagai pengaman hubung
singkat transformator dengan elemen pelebur (pengaman lebur link type expulsion)
dan Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya tegangan pada
transformator akibat surja petir.
Gambar 2.6 Gardu Portal

4.     Gardu Cantol

Pada gardu distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah transformator dengan

daya ≤ 100 kVA Fase 3 atau Fase 1. Transformator terpasang adalah jenis CSP (Completely

Self Protected Transformer) yaitu peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap

dalam tangki transformator. Perlengkapan perlindungan transformator tambahan LA (Lightning

Arrester) dipasang terpisah dengan penghantar pembumiannya yang dihubung langsung dengan

badan transformator. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) maksimum 2

jurusan.
Gambar 2.7.  Gardu Tipe Cantol.

2.2 Transformator distribusi


2.2.1 Teori Dasar Transformator
Transformator adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari suatu rangkain listrik ke rangkaian listrik yang lain
melalui suatu gendengan/kopling magnit dan berdasarkan perinsip elektromagnit.
Gambar 2.8. Transformator.
Transformator terdiri dari beberapa jenis yaitu transformator tegangan,
transformator arus, transformator distribusi, dan transformator daya. transformator
tegangan dan arus bisanya digunakan sebagai alat bantu pengukuran dan sebagai
alat bantu proteksi, yang penggunaanya bersama-sama. sedangkan untuk pasokan
beban menggunakan transformator distribusi dan transformator daya.
2.2.2 Prinsip kerja transformator distribusi
Transformator merupakan suatu alat listrik / mesin listrik statis yang di gunakan
untuk mentransformasikan daya atau energi listrik arus bolak balik dari tegangan
menengah ke tegangan rendah atau sebaliknya pada frekuensi yang sama melalui
suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnet.
Prinsip kerja Transformator adalah berdasarkan hukum ampere dan hukum faraday yaitu

arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan magnet dapat

menimbulkan arus listrik, jika pada salah satu kumparan pada Transformator diberi arus bolak

balik maka jumlah garis gaya magnet berubah – ubah akibatnya pada sisi primer terjadi induksi,

sisi sekunder menerima garis gaya magnet dari sisi primer yang jumlahnya berubah ubah pula,

maka disisi sekunder juga timbul induksi, akibatnya antara dua ujung terdapat beda tegangan.
Transformator daya berfungsi untuk menyalurkan energi listrik sekaligus
menaikan atau menurunkan tegangan. Misalnya transformator pada system
pembangkit tenaga listrik adalah untuk menaikan tegangan keluaran generator.
Selanjutnya energy listrik tersebut disalurkan melalui system transmisi ke gardu
induk. Pada transformator di gardu induk, tegangan tinggi di turunkan ke tegangan
menengah yang kemudian disalurkan ke gardu distribusi. Sedangkan di gardu
distribusi transformator berfungsi sebagai penurun tegangan dari tegangan
menengah 20 Kv ke tegangan rendah 380 v, sehingga bisa dipergunakan oleh
konsumen tegangan rendah.
2.3  Saluran Udara Tegangan Menengah
2.3.1 Umum
Jaringan distribusi yang tergelar di alam bebas dimana banyak gangguan –
gangguan listrik yang dialaminya seperti petir, pohon, atau binatang. Saluran udara
untuk dirancang dengan memperhatikan keperluan listrik dan mekanis. Rancangan
mekanis melibatakan tekanan dan perhitungan lentur, rancangan penopang dan
lengan-lengan pemegang. Penopang harus cukup kokoh untuk menahan beban
angin yang bekerja pada penopang, penghantar, isolator, lengan pemegang dan
lain-lain. Rancangan listrik melibatkan pemilihan tegangan pemilihan saluran,
pengaturan tegangan dan pemilihan alat pengaman. Penentuan tata letak
diusahakan agar mudah mendekati untuk pengawasan dan pemeliharaan sedapat
mungkin hendaklah dipasang didekat jalan.
2.3.2 Proteksi Jaringan
Tujuan daripada suatu sistem proteksi pada saluran udara tegangan menengah
(SUTM) adalah mengurangi sejauh mungkin pengaruh gangguan pada penyaluran
tenaga listrik serta memberikan perlindungan yang maksimal bagi operator,
lingkungan dan peralatan dalam hal terjadinya gangguan yang menetap (permanen).

Sistem proteksi pada SUTM memakai :


a.    Relai hubung tanah dan relai hubung singkat fasa‐fasa untuk kemungkinan
gangguan penghantar dengan bumi dan antar penghantar.
b.     Pemutus Balik Otomatis PBO (Automatic Recloser), Saklar Seksi Otomatis SSO
(Automatic Sectionaizer). PBO dipasang pada saluran utama, sementara SSO
dipasang pada saluran pencabangan, sedangkan di Gardu Induk dilengkapi dengan
auto reclosing relay.
c.     Lightning Arrester (LA) sebagai pelindung kenaikan tegangan peralatan akibat surja
petir. Lightning Arrester dipasang pada tiang awal/tiang akhir, kabel Tee–Off (TO)
pada jaringan dan gardu transformator serta pada isolator tumpu.
d.    Pembumian bagian konduktif terbuka dan bagian konduktif extra pada tiap‐tiap 4
tiang atau pertimbangan lain dengan nilai pentanahan tidak melebihi 10 Ohm.
e.     Kawat tanah (shield wire) untuk mengurangi gangguan akibat sambaran petir
langsung. Instalasi kawat tanah dapat dipasang pada SUTM di daerah padat petir
yang terbuka.
f.     Penggunaan Fused Cut–Out (FCO) pada jaringan pencabangan.
g.     Penggunaan Sela Tanduk (Arcing Horn)

2.4.  Sambaran Petir
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
   Muatan negatif
+ Muatan positif
+
+
+
+
AWAN
BUMI
Gambar 2.9.  Peristiwa terjadinya
petir
 

Petir adalah pelepasan muatan yang terjadi antara awan, dalam awan atau
antara awan dengan tanah. dimana dalam awan terdapat muatan positif dan muatan
negatif, jika muatan ini senama bertemu maka akan terjadi tarik menarik  yang dapat
menimbulkan lendakan/kilat diawan, begitu juga kalau muatan negatif dan muatan
positif dekat akan terjadi tolak menolak, juga akan terjadi ledakan/kilat.
Bumi adalah sebagai gudang muatan positif maupun negatif, jika pelepasan
muatan dari petir dekat dengan bumi, maka akan terjadi sambaran petir kebumi.
Seperti terlihat pada gambar 2.9. diatas.
Bila petir mengenai langsung kepenghantar SUTM, kemungkinan besar
penghantar tersebut akan putus karena gelombang petir yang menimbulkan
tegangan impuls melebihi BIL (Basic Insulation Level) dari penghantar SUTM. Kalau
petir yang mengenai SUTM bukan sambaran langsung tetapi  induksi dari petir,
gerak dari gelombang petir itu menjalar ke segala arah dengan perkataan lain terjadi
gelombang berjalan sepanjang Jaringan yang menuju suatu titik lain yang dapat
menetralisir arus petir tersebut yaitu menuju ketitik pentanahan.
Kelebihan tegangan yang disebabkan petir disebabkan oleh sambaran langsung
atau sambaran tidak langsung (induksi) dapat dijelaskan sebagai berikut:
            Sambaran Langsung
Sambaran langsung yang mengenai rel dan peralatan Peralatan adalah yang paling
hebat diantara gelombang berjalan lainnya yang datang ke Peralatan. Sambaran
langsung menyebabkan tegangan lebih yang sangat tinggi yang tidak mungkin dapat
ditahan oleh isolasi yang ada (> BIL)
            Sambaran Induksi
Bila terjadi sambaran kilat ke tanah di dekat saluran maka akan terjadi fenomena
transien yang diakibatkan oleh medan elektromagnetis dari kanal kilat. Fenomena
kilat ini terjadi pada kawat penghantar. Akibat dari kejadian ini timbul tegangan lebih
dan gelombang berjalan yang merambat pada kedua sisi kawat tempat sambaran
berlangsung. Tegangan induksi dapat berubah-ubah tergantung dari keadaannya,
secara umum besar tegangan lebih akibat sambaran induksi antara 100 – 200 kV,
muka gelombangnya (Wave front) lebih dari 10 μs dan ekor gelombang  (wave tail)
50 – 100 μs, dimana gelombang ini sebagai  ancaman bagi peralatan distribusi.
Bentuk gelombang surja petir (tegangan impuls) terlihat pada gambar 2.10.  dibawah
ini, dengan Tf (waktu muka gelombang) , Tt (waktu ekor gelombang)  dan  U
(tegangan puncak). Untuk sambaran langsung besarnya T f  = 1.2 μs, Tf  = 50 μs dan
tegangan puncak U = mendekati 300 kV,  sambaran induksi besar Tf = 10 μs ,Tt =
50 – 100 μs dan U = 100 – 200 kV
Gambar 2.10. Tegangan impuls petir standar(IEC Publ.60-2,1973)
 Dimana : 
 Tf     =  waktu muka gelombang (OA)  (μs)   Tf   =  1,2 μs
Tt   =  waktu ekor gelombang (OB)  (μs)     Tt   =  50 μs
U    =  tegangan puncak (kV)
2.5           Tegangan Lebih dengan Frekuensi Jala-jala
Tegangan lebih dengan frekuensi jala-jala dibagi atas:
    Penutupan / pembukaan trafo yang tidak bersamaan
    Kenaikan tegangan dari fasa sehat pada waktu gangguan satu fasa ke tanah pada
sistem.
   Tegangan yang terjadi akibat beban lepas.
   Hubungan kabel tanpa beban
Meskipun banyak macamnya, tetapi pada umumnya tegangan abnormal yang
terjadi pada sistem tenaga listrik diperkirakan tidak sebesar surja petir dan surja
hubung, sehingga perencanaan isolasi peralatan kebanyakan didasarkan pada
kedua surja ini.
2.6           Kerusakan Akibat Kelebihan Tegangan
            Tegangan tembus luar (External Flashover) merusak isolator, bagian permukaan
peralatan. Ini disebabkan oleh amplitude gelombang datang.
            Tegangan tembus dalam ( Internal Flashover ), merusak isolasi utama dari
peralatan ketanah, merusak isolasi antara bagian-bagian dalam peralatan (isolasi
antara gulungan dari trafo). Ini disebabkan oleh kecuraman gelombang datang.
      Tegangan tembus luar dan dalam ( Internal and External Flashover) yang mungkin
terjadi akibat osilasi yang terjadi pada peralatan. Ini disebabkan oleh kecuraman
gelombang datang dengan ekor gelombang yang panjang.
2.7           Penanggulangan Kelebihan Tegangan
Untuk memberikan perlindungan pada peralatan terhadap kelebihan tegangan
berupa surja petir maka dipasang alat pelindung (Protective Device).
Alat pelindung terhadap kelebihan tegangan berfungsi melindungi peralatan
sistem tenaga listrik dengan cara membatasi kelebihan tegangan yang datang dan
mengalirkan ke tanah. Berhubungan dengan fungsinya itu, maka alat pelindung
harus dapat menahan tegangan sistem dalam waktu yang tak terbatas dan harus
dapat melewatkan surja arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan.
Alat pelindung yang baik mempunyai perbandingan perlindungan atau protective
ratio yang tinggi, yaitu perbandingan antara tegangan surja maksimum yang
diperbolehkan sewaktu pelepasan (discharge) dan tegangan sistem maksimum yang
ditahan sesudah pelepasan terjadi.

BAB III
PEMASANGAN LIGHTNING ARRESTER PADA GARDU DISTRIBUSI

3.1         Lightning Arrester
Lightning arrester adalah suatu alat yang digunakan untuk melindungi peralatan
listrik terhadap sambaran petir. Dipasang pada atau dekat peralatan yang
dihubungkan dari fasa konduktor ke tanah. Lightning arrester membentuk jalan yang
mudah dilalui petir atau surja, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada
peralatan. Jalan pintas tersebut harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
aliran daya sistem 50 Hz. Pada kerja normal, lightning arrester berfungsi sebagai
isolator dan bila terkena sambaran petir akan berlaku sebagai konduktor yang
mengalirkan petir ke bumi. Setelah petir hilang, lightning arrester harus cepat
kembali menjadi isolator, sehingga pemutus tenaga (PMT) tidak sempat membuka.
Pada kondisi normal (tidak terkena petir), arus bocor lightning arrester tidak boleh
melebihi 2 mA. Apabila melebihi angka tersebut berarti kemungkinan besar lightning
arrester mengalami kerusakan.

Gambar 3.1. Lightning Arrester

Pemasangan lightning arrester yang dipergunakan untuk mengamankan


transformator tenaga:
(a)                                                             (b)
   
Gambar 3.2. a) pemasangan lightning arrester yang salah. b) pemasangan lightning
arrester yang benar.
            Pemasangannya seperti gambar 3.2.a diatas adalah salah karena kalau terjadi
gelombang berjalan karena petir di penghantar SUTM, akan mengakibatkan
pantulan antara penghantar yang masuk ke transformator tenaga dan arrester.
         Pemasangan seperti terlihat pada gambar 3.2.b adalah betul, kalau terjadi
gelombang berjalan dari petir di penghantar SUTM, maka ada choping dari arrester
sehingga tegangan petir menjadi kecil yang masuk ke trafo, choping arrester dapat
dilihat pada gambar 3.3 dibawah ini. Sebaiknya kawat tanah dari kabel di sambung
dengan kawat pentanahan dari arrester, kalau terjadi gelombang petir hasil choping
dari arrester yang masih masuk kesistem masih dibawah BIL trafo maupun
generator, dan pengaman generator terutama  AVR tidak sempat bekerja
 Chopping oleh Arrester.
 dimana pada Arrester mengalir arus
petir.
Gelombang petir
teg petir
Waktu (s)
 

      

Gambar 3.3. Tegangan Impuls Petir Di Choping Oleh Arrester

3.1.1     Jenis Lightning Arrester
Lightning arrester terdiri dari dua jenis yaitu jenis Ekspulasi dan jenis Tahanan
Tak Linear.
1.    Expulsion Type Lightning Arrester (Protector Tube)
Arrester ini merupakan tabung yang terdiri dari :
         Dinding tabung yang terbuat dari bahan yang mudah menghasilkan gas jika dilalui
arus (bahan fiber).
         Sela batang (external series) yang biasanya diletakkan pada isolator porselin, untuk
mencegah arus mengalir dan membakar fiber pada tegangan jala-jala setelah
gangguan diatasi.
         Sela pemutus bunga api diletakkan didalam tabung salah satu elektroda
dihubungkan ketanah.
Gambar 3.4.  Elemen-elemen lightning arrester jenis ekspulsi
Setiap kawat phasa mempunyai tabung pelindung. Pada waktu tegangan terpa
melalui sela batang dan sela bunga api maka impedansi tabung akan menjadi
rendah sehingga arus terpa dan arus sistem mengalir ketanah. Tegangan diantara
saluran dengan tanah turun setelah tembus terjadi.
Bagaimanapun arus yang mengalir akan membakar fiber dan menghasilkan gas
yang bergerak cepat kearah lubang pembuangan dibagian bawah arrester.Tekanan
gas ini akan mematikan bunga api pada saat arus melalui titik nol pertamanya.
Waktu pemadaman busur api ini hanya setengah atau satu siklus sehingga RRV
(Rate of Recovering Voltage) lebih lambat dari rate of rise kekuatan dielektrik isolasi.
Beda waktu ini cukup pendek untuk dapat dibaca oleh rele pelindung sehingga CB
(Circuit Breaker) tetap bekerja (tertutup) dan pelayanan daya tidak terganggu.
Segera setelah gas ditekan keluar dan api menjadi padam sistem dapat bekerja
kembali dengan normal.
1. Kelemahan dan kerugian lightning arrester type expulsi
         Terbatas pada sistem yang mempunyai besar arus sistem kurang dari 1/3 dari
besarnya arus terpa. Karena arus yang sangat besar menyebabkan fiber habis
terbakar dan arus yang terlalu kecil tidak mampu menghasilkan cukup gas pada
tabung untuk mematikan busur  api.
         Karena setiap arrester bekerja, permukaan tabung akan rusak karena terbakar
maka arrester ini mempunyai batasan pada jumlah operasinya dimana arrester ini
masih dapat berfungsi dengan baik.
         Walaupun termasuk pemotong terpa yang murah karena kemampuannya
memotong arus ikutan namun sama sekali tidak cocok untuk perlindungan
peralatan-peralatan gardu yang mahal karena V-T (Tegangan – Waktu)
karakteristiknya yang buruk.
2. Pemakaian lightning arrester jenis Expulsi:
         Umumnya dipakai untuk melindungi isolator transmisi. V-T karakteristik  dari
arrester ini lebih datar daripada isolator sehingga dapat mudah dikoordinasikan
untuk melindungi isolator dari tembus permukaan.
         Dipakai pada tiang transmisi sebelum memasuki peralatan untuk memotong arus
terpa yang datang sehingga berfungsi mengurangi kerja dari arrester di gardu.
         Pada trafo-trafo kecil di pedesaan dimana pemotong petir tipe tahanan tak linear
sangat mahal dan pemakaian sela batang akan memberikan perlindungan yang
cukup.
         Pada tiang transmisi tertentu yang sangat tinggi (misalnya penyeberangan sungai)
dimana kemungkinan disambar petir cukup tinggi.
3. Jenis-jenis lightning arrester type expulsi:
         Jenis Transmisi digunakan pada jaringan transmisi untuk melindungi isolator
         Jenis Distribusi digunakan untuk melindungi trafo pada jaringan-jaringan distribusi
dan peralatan-peralatan distribusi.

2.    Non Linear Type Lightning Arrester  (Arrester Tipe Tahanan Tak Linear).


1. Jenis Silicon Carbide ( SiC)
Arrester ini terdiri dari beberapa sela yang tersusun seri dengan piringan-piringan
tahanan, dimana tahanan ini mempunyai karakteristik sebagai berikut: harga
tahanannya turun dengan cepat pada saat arus terpa mengalir sehingga tegangan
antara terminal arrester tidak terlalu besar dan harga tahanan naik kembali jika arus
terpa sudah lewat sehingga memotong arus ikutan pada titik nol pertamanya. Sela
api (sparks gap) dan tahanan disusun secara seri dan ditempatkan didalam rumah
porselen kedap air sehingga terlindung dari kelembapan, pengotoran dan hujan.
Distribusi tegangan yang tidak merata diantara celah sela api (sparks gap)
menimbulkan masalah.Untuk mengatasi ini dipasang kapasitor dan tahanan non
linear paralel dengan sela api.Pada daerah tegangan yang lebih tinggi kapasitor dan
tahanan linear dihubungkan dengan paralel dengan badan celah. Bila tegangan
lebih menyebabkan loncatan bunga api pada celah-celah yang diserikan, arus akan
sangat tinggi untuk mempercepat redanya tegangan lebih.
Tegangan tertinggi yang akan muncul pada penangkal petir adalah tegangan
loncatan atau tegangan yang terjadi pada tahanan tak linear pada saat lonjakan arus
mengalir. Tegangan loncatan bunga api terendah dari penangkal disebut tegangan
loncatan pulsa bunga api seratus persen (Maximum 100% Impulse Spark Over
Voltage). Tegangan yang dibangkitkan tahanan non linear pada saat arus loncatan
mengalir disebut tegangan residu. Semakin rendah harga-harga ini semakin baik
tingkat perlindungan pada peralatan.
Arus bocor yang mengalir melalui tahanan dalam dalam keadaan operasi normal
dari sistem tidak melebihi 0,1 mA. Arus ini sudah cukup untuk mempertahankan
temperature dibagian dalam arrester lima derajat lebih tinggi dari temperature
sekeliling sehingga mencegah masuknya uap air kebagian dalam arrester.Gambar
arrester jenis ini diperlihatkan pada gambar 3.5.
Gambar 3.5 Elemen-elemen arrester jenis Silicon Carbide

2. Jenis Metal Oxide ( MOV)


 
Gambar 3.6  Elemen-elemen arrester jenis Metal Okside

Arrester jenis Metal Oxide hanya terdiri dari unit-unit tahanan tak linear yang
terhubung satu sama lainnya tanpa memakai sela percik pada setiap unit.
Untuk arrester jenis Metal Oxide material tahanan tak linear pada dasarnya
keramik yang dibentuk dari oksida seng ( ZnO) dengan penambahan oksida lain.
Bahan ini telah banyak dipakai untuk perlindungan rangkaian-rangkaian yang
bekerja pada beberapa kV sampai dengan tegangan transmisi. Karena derajad
ketidaklinearan yang tinggi, bahan ini memungkinkan penyederhanaan dalam desain
dan dapat memperbaiki penampilan dalam lingkungan tertentu.
3. Jenis-jenis lightning arrester tipe tahanan tak linear
         Jenis Gardu (Station Type) , jenis ini merupakan penangkap petir paling efisien dan
mahal yang umumnya digunakan untuk melindungi peralatan-peralatan penting pada
gardu-gardu besar ( sistem dengan tegangan diatas 70 kV).
         Jenis Hantaran (Line Type) , jenis ini lebih murah dan digunakan untuk melindungi
gardu dengan tegangan kerja dibawah 70 kV.
         Penangkap petir jenis gardu untuk melindungi motor/generator, digunakan untuk
sistem dengan tegangan 2,2  kV sampai 15 kV.
        Penangkap petir sekunder (Secondary Arrester) berguna untuk melindungi
peralatan-peralatan tegangan rendah dengan tegangan kerja sistem antara 120 V
sampai 750 V.

3.1.2     Tingkat Pengenal Dari Lightning Arrester (Rating Lightning Arrester)


1.    Tegangan nominal atau tegangan pengenal
  (Nominal Voltage Arrester) adalah tegangan dimana arrester masih dapat
bekerja sesuai dengan karakteristiknya. Arrester tidak dapat bekerja pada tegangan
maksimum sistem yang direncanakan, tetapi mampu memutuskan arus ikutan dari
sistem secara efektif. Tegangan pengenal dari arrester harus lebih tinggi dari
tegangan phasa sehat ketanah, jika tidak demikian maka arrester akan melewatkan
arus ikutan sistem terlalu besar yang menyebabkan arrester rusak akibat beban
lebih termis (thermal overloading). Tegangan tertinggi sebagai berikut:
         Tegangan sistem tertinggi (system highest voltage), umumnya diambil harga 110%
dari harga tegangan nominal sistem.
            Koefisien pentanahan , didefenisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms
phasa sehat ke tanah dalam keadaan gangguan pada tempat dimana arrester
dipasang, dengan tegangan rms phasa ke phasa tertinggi dari sistem dalam
keadaan tidak ada gangguan. Jadi tegangan pengenal dari arrester (arrester rating)
adalah tegangan rms phasa ke phasa x 1.10 x koefisien pentanahan.
            Sistem yang ditanahkan langsung  koefisien pentanahannya 0.8.Arrester disebut
arrester 80%. Sistem yang  tidak  ditanahkan langsung koefisien pentanahannya
1,0 .Arrester ini disebut arrester 100%.

Arus Pelepasan Nominal ( Nominal Discharge Current )


Adalah arus pelepasan dengan harga puncak dan bentuk gelombang tertentu
yang digunakan untuk menentukan kelas dari arrester sesuai dengan  :
           Kemampuan melewatkan arus
           Karakteristik Perlindungan
Bentuk gelombang arus pelepasan tersebut adalah :
a.    Menurut standar Inggris/Eropa (IEC) 8 μs / 20 μs
b.    Menurut standar Amerika 10 μs/ 20 μs dengan kelas
         Kelas Arus 10 kA untuk perlindungan Peralatan besar dengan frekuensi sambaran
petir yang cukup tinggi dengan tegangan sistem diatas 70 kV.
         Kelas arus 5 kA untuk tegangan sistem dibawah 70 kV
         Kelas 2,5 kV untuk gardu-gardu kecil dengan tegangan sistem dibawah 22 kV.
         Kelas arus 1,5 kA untuk melindungi trafo-trafo kecil.
3.    Tegangan Percik Impuls 100 % ( 100 % Impulse Spark Over Voltage)
Adalah tegangan gelombang impuls tertinggi yang terjadi pada terminal arrester
sebelum arrester itu bekerja. Bentuk gelombang impuls petir seperti gambar 3.7
adalah 1,2 μs/ 50 μs. Hal ini menunjukkan bahwa jika tegangan puncak terpa petir
yang datang mempunyai harga yang lebih tinggi atau sama dengan tegangan percik
minimum dari penangkal petir maka penangkap petir ini akan bekerja memotong
terpa petir tersebut dan mengalirkan ke tanah.
Gambar 3.7. Tegangan impuls petir standar(IEC Publ.60-2,1973)
Tegangan Sisa (Residual Voltage dari dischargeVoltage)/ Tegangan Kerja
Adalah tegangan yang timbul diantara terminal arrester pada saat arus
pelepasan mengalir ke tanah.Tegangan sisa dan tegangan nominal dari suatu
arrester tergantung kepada kecuraman gelombang arus yang datang (di/dt dalam A/
μs) dan amplitudo dari arus pelepasan. Untuk menentukan tegangan sisa ini
digunakan impuls arus sebesar 8 μs/20 μs (standar IEC) dengan harga puncak arus
pelepasan 5 kA dan 10 kA.Untuk harga arus pelepasan yang lebih tinggi maka
tegangan sisa ini tidak akan naik lebih tinggi lagi. Hal ini disebabkan karena
karakteristik tahanan yang tidak linear dari arrester.
Umumnya tegangan sisa tidak akan melebihi BIL (Basic Insulation Level  =
Tingkat Isolasi Dasar  = TID) dari peralatan yang dilindungi walaupun arus
pelepasan maksimum mencapai 65 kA hingga 100 kA.
Arus Pelepasan  Maksimum (Maximum  Discharge Current )
Adalah arus terpa maksimum yang dapat mengalir melalui penangkap petir
setelah tembusnya sela seri tanpa merusak atau merubah karakteristik dari arrester.
6.    Tegangan Percikan Frekuensi Jala-jala ( Power Frequency Spark Over Voltage)
Arrester tidak boleh bekerja pada gangguan lebih dalam (internal over voltage)
dengan amplitude yang rendah karena dapat membahayakan sistem.
Untuk alasan ini maka ditentukan tegangan percikan frekuensi jala-jala minimum.
         Menurut standar Inggris tegangan percikan jala-jala minimum = 1.6  x   tegangan
pengenal arrester.
         Menurut Standar IEC (International Electrotechnical Commision)  tegangan percikan
jala-jala minimum adalah = 1.5 x tegangan pengenal arrester.
7.    Tegangan Percikan Akibat Pensaklaran (Spark Over Voltage by Switching Over
Voltages)
Tegangan percik pada celah seri akibat terkenal gangguan tegangan lebih oleh
proses pensaklaran oleh peralatan penghubung (switchgear).Karakteristik
gelombang impuls surja hubung dinyatakan dengan 250 / 2500 μs.

3.2   Koordinasi Isolasi
Korelasi antara kemampuan isolasi peralatan listrik dengan alat pelindung
(protective device) sehingga isolasi dari peralatan terlindung dari bahaya tegangan
lebih. Tujuan koordinasi isolasi ini adalah untuk menciptakan suatu sistem yang
bagian-bagiannya, masing-masing dan satu sama lain mempunyai ketahanan isolasi
yang sedemikian rupa sehingga dalam setiap kondisi operasi kualitas pelayanan /
penyediaan tenaga listrik dapat dicapai  dengan biaya seminimum mungkin.
Koordinasi isolasi yang baik akan mampu menjamin :
             Bahwa isolasi peralatan akan mampu menahan tegangan kerja sistem yang normal
dan tegangan tidak normal yang mungkin timbul dalam sistem.
            Bahwa isolasi peralatan akan gagal hanya jika terjadi tegangan lebih luar.
            Bahwa jika kegagalan terjadi maka hanya pada tempat-tempat yang menimbulkan
kerusakan paling minimum.
Masalah koordinasi isolasi pada sistem tenaga menyangkut hal-hal sebagai
berikut:
1.    Penentuan Isolasi Hantaran
Penentuan isolasi dari hantaran harus mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya tegangan lebih petir (surja petir), tegangan lebih switching dan tegangan
lebih dengan frekuensi jala-jala. Dengan bertambahnya pengetahuan akan
fenomena petir maka dimungkinkan untuk menentukan keandalan sistem
berdasarkan parameter-parameter petir yang telah diketahui tersebut.Isolasi
hantaran udara harus cukup tinggi untuk mencegah terjadi kegagalan oleh surja
hubung dan tegangan lebih frekuensi jala-jala dengan memperhitungkan pengaruh
lingkungan/alam yang dapat menurunkan tegangan tembus dari isolator.
Dalam praktek umumnya isolator hantaran udara masih dinaikkan harga tahanan
isolasinya dengan cara menambah beberapa piringan isolator lagi untuk mencegah
kemungkinan isolator rusak. Isolasi hantaran udara tidak berhubungan langsung
dengan tingkat isolasi peralatan didalam gardu. Walaupun demikian sangat
menentukan didalam koordinasi isolasi karena tegangan tembus impuls pada
isolator hantaran udara menentukan tegangan impuls tertinggi yang masuk ke gardu
berupa gelombang berjalan.
2.    Tingkat Isolasi Dasar  Peralatan Peralatan
Tingkat Isolasi Dasar (Basic Insulation Level) merupakan daya tahan terhadap
tegangan impuls standar yang masih dapat ditahan isolasi. Sebagian besar
peralatan peralatan seperti transformator, pemutus daya, saklar pemisah,
transformator arus, transformator tegangan dibuat dengan tingkat isolasi yang sama.
Kecuali transformator yang diproduksi dengan tingkat isolasi yang lebih rendah
dengan alasan ekonomis dan transformator umumnya dilindungi langsung oleh
arrester.
Karena letaknya yang dekat dengan transformator, maka sebagian dari peralatan
di gardu akan terletak diluar daerah lindung dari arrester. Daerah lindung ditentukan
oleh: ketahanan isolasi dari peralatan, tegangan kerja dari penangkap petir dan jarak
antara penangkap petir dengan peralatan tersebut.
Peralatan – peralatan yang terletak diluar dari daerah lindung penangkap petir
akan diberikan Tingkat Isolasi Dasar yang satu tingkat lebih tinggi.Pada umumnya
tingkat isolasi dari peralatan gardu seperti pemutus daya busbar, saklar pemisah,
trafo pengukuran mempunyai T.I.D 10 % lebih tinggi dari TID trafo.Tingkat isolasi
antara kutub-kutub pada saklar pemisah yang terbuka harus 10-15 % lebih tinggi
dari tingkat isolasi kutub tersebut ke tanah.

3.3         Pemilihan Lightning Arrester


Untuk penyederhanaan dalam pemilihan lightning arrester ditentukan langkah-
langkah sebagai berikut :
1.    Penentuan besarnya tegangan lebih satu phasa ke tanah atau tegangan lebih akibat
kerja sistem yang tidak normal pada lokasi dimana arrester dipasang. Tegangan
lebih ini akibat gangguan satu phasa ke tanah dapat menyebabkan kenaikan
tegangan phasa sehat lainnya. Besarnya tegangan ini tergantung dari karakteristik
sistem dan jenis pentanahan sistem pada waktu gangguan terjadi.
2.    Perkiraan besarnya tegangan pengenal arrester pada frekuensi jala-jala. Jika
tegangan tinggi sistem dan koefisien pentanahan sudah diketahui maka tegangan
pengenal dari arrester sudah dapat dihitung secara kasar. Tegangan pengenal tidak
boleh lebih rendah dari perkalian kedua harga diatas. Misal: Tegangan sistem 20 kV
ditanahkan efektif maka tegangan pengenal  (110 % x 20 kV) x 0,8 = 17.6 kV.
Tegangan pengenal standar untuk sistem 20 kV adalah 17,6 kV.
3.    Memilih besarnya arus impuls yang diperkirakan akan dilepas melalui arrester. Untuk
penangkap petir yang dipasang digardu berlaku :
                              ................................................................(3.1)          
dimana  :
   =  arus pelepasan arrester
  = tegangan gelombang datang/berdasarkan jumlah isolator terpasang.
  =  tegangan sisa /tegangan residual.
Z  = impedansi saluran.

4.    Tegangan Pelepasan (Tegangan Kerja/Sisa Arrester) adalah karakteristik yang


paling penting dari arrester untuk perlindungan di Peralatan. Tegangan kerja
penangkap petir ada dibawah T.I.D peralatan yang dilindungi, maka dengan faktor
keamanan yang cukup perlindungan peralatan yang optimum dapat diperoleh.
Tegangan kerja tergantung pada  arus pelepasan arrester dan kecuraman
gelombang datang. Tegangan kerja arrester akan naik dengan naiknya arus
pelepasan tetapi kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan tak linear dari arrester.
5.    Faktor perlindungan adalah besar perbedaan tegangan antara T.I.D dari peralatan
yang dilindungi dengan tegangan kerja dari arrester. Pada waktu menentukan
tingkat perlindungan peralatan yang dilindungi oleh penangkap petir umumnya
diambil harga 10 % diatas tegangan kerja arrester tujuannya untuk mengatasi
kenaikan tegangan pada kawat penghubung dan toleransi pabrik.
Besarnya faktor perlindungan ini umumnya lebih besar atau sama dengan 20 % dari
TID peralatan arrester  yang dipasang dekat dengan peralatan yang dilindungi.
Contoh:
Tegangan kerja arrester untuk sistem 220 kV adalah 649 kV perlindungan ini
ditambah 10 % untuk kawat penghubung, toleransi pabrik dan lain-lain sehingga
tingkat perlindungan arrester menjadi 713 kV, pilih TID peralatan sebesar 950 kV.
Faktor perlindungan = (950 – 713 ) kV = 237 kV. Faktor perlindungan ini lebih besar
dari 20% dari TID peralatan, sehingga arrester ini sudah memberi faktor
perlindungan yang baik.
6.    Jarak Lindung Arrester
Jarak lindung dari arrester ke peralatan yang dilindungi (dalam hal ini adalah
transformator) adalah :
 .......................................................................(3.2)
dimana    :
 L    =  Jarak antara arrester dengan peralatan yang dilindungi (m)
    =  Tegangan ketahanan terhadap gelombang impuls dari   peralatan yang
dilindungi (kV)
           =    tegangan kerja arrester (kV)
 du/dt =  Kecuraman dari gelombang yang datang (kV/μs) nilai  berkisar antara 1000
kV/μs - 2000 kV/μs.
   V    =   kecepatan  propagasi geombang tegangan lebih ; 300 m/ μs untuk saluran
udara, 150  m/ μs untuk kabel.
7.    Lokasi Pemasangan Arrester
 Umumnya alat-alat pelindungan harus diletakkan sedekat mungkin dengan
peralatan yang akan dilindungi, terutama pada ujung distribusi dimana
terdapat  gardu atau trafo.
Karena biaya yang mahal maka tidak mungkin memasang arrester pada setiap
peralatan di gardu untuk melindungi peralatan tersebut.  Hal ini tidak perlu dilakukan
karena ada faktor perlindungan dari alat pelindungan dari arrester, oleh karena itu
hanya peralatan yang penting saja yang dilengkapi dengan arrester. Transformator
merupakan peralatan yang paling mahal dan yang paling penting pada sebuah
gardu. Jika trafo rusak maka perbaikan / pergantiannya akan mahal, membutuhkan
waktu yang lama, dan juga kerugian akibat terputusnya daya cukup besar.
Selain itu trafo adalah ujung terminal dari suatu transmisi, tempat paling sering
terjadi pemantulan gelombang. Pada sistem diatas 220 kV TID dari transformator
dapat diperendah pada batas-batas yang diizinkan untuk memperkecil biaya isolasi.
Karena alasan-alasan tersebut diatas maka arrester pada peralatan umumnya
dipasang pada terminal trafo daya.
Arrester berfungsi sebagai by-pass di sekitar lokasi yang membentuk jalan
dengan mudah dilalui oleh tegangan lebih ke sistim pentanahan sehingga tidak
menimbulkan tegangan lebih yang tidak merusak peralatan isolasi listrik. By-pass ini
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran frequensi 50 Hz.
Pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila timbul gangguan
surja, alat ini berfungsi sebagai konduktor yang tahanannya relative rendah agar
dapat mengalirkan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang, arrester dengan
cepat kembali menjadi isolasi.

3.4          Posisi Pemasangan Lightning Arrester


1.            Pemasangan Lightning Arrester sebelum FCO
Keuntungannya :
         Pengamanan terhadap surja petir tidak dipengaruhi oleh kemungkinan FCO putus.

Kerugiannya :
         Kegagalan LA memadamkan sistem penyulang
         Penghantar LA lebih panjang

2.            Pemasangan Lightning Arrester setelah FCO


Keuntungan :
         Jika LA rusak atau gagal, FCO putus tidak memadamkan sistem
SUTM
Kerugiannya :
         fuse link rentan terhadap surja petir
Untuk saluran udara sangat panjang, pemasangan LA sesudah FCO dapat
dipertimbangkan dengan menggunakan fuse link type – H.
Untuk saluran udara pendek, pemasangan LA sebelum FCO lebih baik sebagai
pilihan

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
 Lightning arrester merupakan suatu alat yang digunakan untuk melindungi
peralatan listrik terhadap sambaran petir.
 Pada kerja normal, lightning arrester berfungsi sebagai isolator dan bila
terkena sambaran petir akan berlaku sebagai konduktor yang mengalirkan petir ke
bumi.
         Lightning arrester terdiri dari dua jenis yaitu jenis Ekspulasi dan jenis Tahanan Tak
Linear.
         Dengan pertimbangan masalah gangguan pada SUTM, Pemasangan Lightning Arester dapat

saja dipasang sebelum atau sesudah FCO .

Anda mungkin juga menyukai