Anda di halaman 1dari 32

BAB III

KAJIAN TEORI

A. Konsep Dasar Sistem Tenaga Listrik


Suatu sistem tenaga listrik secara sederhana terdiri atas :
a. Sistem Pembangkit
b. Sistem Transmisi dan Gardu Induk
c. Sistem Distribusi
d. Sistem Sambungan Pelayanan
Sistem‐sistem ini saling berkaitan dan membentuk suatu sistem tenaga
listrik. Sistem distribusi adalah sistem yang berfungsi mendistribusikan tenaga
listrik kepada para pemanfaat.
Sistem distribusi terbagi 2 bagian :
a. Sistem Distribusi Tegangan Menengah
b. Sistem Distribusi Tegangan Rendah
Sistem Distribusi Tegangan Menengah mempunyai tegangan kerja di atas 1 kV
dansetinggi‐tingginya 35 kV. Sistem Distribusi Tegangan Rendah mempunyai
tegangan kerja setinggi‐tingginya 1 kV. Jaringan distribusi Tegangan Menengah
berawal dari Gardu Induk/Pusat Listrik pada sistem terpisah/isolated. Pada
beberapa tempat berawal dari pembangkit listrik. Bentuk jaringan dapat berbentuk
radial atau tertutup (radial open loop). Jaringan distribusi Tegangan Rendah
berbentuk radial murni. Sambungan Tenaga Listrik adalah bagian paling hilir dari sistem
distribusi tenaga listrik. Pada Sambungan Tenaga Listrik tersambung Alat Pembatas
dan Pengukur (APP) yang selanjutnya menyalurkan tenaga listrik kepada
pemanfaat.

B. Saluran Udara Tegangan Menengah


Jaringan distribusi tenaga listrik saluran udara ini, terutama untuk
distribusi tenaga listrik yang beroperasi secara radial, dengan jangkauan luas,
biaya murah, dengan keandalan kontunuitas penyaluran minimal tingkat‐2. Untuk
mengurangi luasnya dampak pemadaman akibat gangguan dipasang
fasilitasfaslitas Pole Top Switch / Air Break Switch, PBO, SSO, FCO pada posisi
tertentu. Pemakaian Saluran Udara sebagai sistem distribusi daerah perkotaan
dapat dilakukan dengan memperpendek panjang saluran dan didesain menjadi
struktur “Radial Open Loop”. Pemakaian penghantar berisolasi guna mengurangi
akibat gangguan tidak menetap dan pemasangan kawat petir dapat meningkatkan
tingkat kontinuitas penyaluran. Untuk perencanaan di suatu daerah baru,
pemilihan PBO, SSO, FCO merupakan satu kesatuan yang memperhatikan
koordinasi proteksi dan optimasi operasi distribusi dan sistem pembumian
transformator Gardu Induk pada jaringan tersebut. Pada penyulang utama sistem
radial, disisi pangkal harus dipasang PBO dengan setiap percabangan dipasang
pemutus FCO khusus untuk sistem dengan pembumian langsung. Untuk sistem
pembumian dengan tahanan tidak direkomendasikan penggunaan FCO. Pada
sistem jaringan tertutup (loop) dengan instalasi gardu phi‐section, seluruh
pemutus menggunakan SSO.

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem


distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen.

Fungsi distribusi tenaga listrik adalah:

a. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan)


b. Merupakan subsistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan


tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk
dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV
kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah
untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal
ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I kwadrat
R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang
mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.
Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan
transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan
sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran
distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi
mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi
menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh
saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa
sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik
secara keseluruhan.

Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan


setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang
sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain:
berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya,
selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi
beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini
diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila
ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban,
terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.
Gambar. Sistem Distribusi Tenaga Listrik dari Pembangkit sampai Pemakai.

Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta


pembatasan-pembatasan seperti pada gambar diatas:

a. Daerah I: Bagian pembangkitan (Generation)


b. Daerah II: Bagian penyaluran (Transmission), bertegangan tinggi (HV, UHV,
EH)
c. Daerah III: Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).
d. Daerah IV: (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), instalasi,
bertegangan rendah.
Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa
porsi materi sistem distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat
dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa klasifikasi itu
dibuat. Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:

a. SUTM, terdiri dari: Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan


peralatan perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
b. SKTM, terdiri dari: Kabel tanah, indoor dan outdoor termination dan lain-
lain.
c. Gardu trafo, terdiri dari: Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat
trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, arrester, kabel-kabel, transformer
band, peralatan grounding, dan lain-lain.
d. SUTR dan SKTR, terdiri dari: sama dengan perlengkapan/material pada
SUTM dan SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya.

C. Gardu Distribusi

Gardu Distribusi adalah bangunan gardu transformator yang memasok


kebutuhan tenaga listrik bagi para pemanfaat baik dengan Tegangan Menengah
maupun Tegangan Rendah. Gardu Distribusi merupakan kumpulan / gabungan
dari perlengkapan hubung bagi baik Tegangan Menengah dan Tegangan Rendah.
Jenis perlengkapan hubung bagi Tegangan Menengah pada Gardu Distribusi
berbeda sesuai dengan jenis konstruksi gardunya.
Jenis konstruksi gardu distribusi dibedakan atas 2 jenis :

1. Gardu Distribusi konstruksi pasangan luar.


Konstruksi Gardu Distribusi pasangan luar tipe Portal terdiri atas Fused Cut Out
(FCO) sebagai pengaman hubung singkat trafo dengan elemen pelebur/ fuse link
type expulsion dan Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya
tegangan pada transformator akibat surja petir. Elekroda pembumian dipasang
pada masing‐masing lightning arrester dan pembumian titik netral transformator
sisi Tegangan Rendah. Kedua elekroda pembumian tersebut dihubungkan dengan
penghantar yang berfungsi sebagai ikatan penyama potensial yang digelar di
bawah tanah. Gardu Distribusi pasangan luar umumnya disebut Gardu Portal
(Konstruksi 2 tiang), Gardu Cantol (Konstruksi 1 tiang) dengan kapasitas
transformator terbatas.

Gambar: Gardu Distribusi Luar

Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah


jenis Completely Self Protected Transformer (CSP). Perlengkapan perlindungan
transformator tambahan adalah lightning arrester. Pada transformator tipe CSP fasa 1,
penghantar pembumian arrester dihubung langsung dengan badan transformator.
Konstruksi pembumian sama dengan gardu portal. Perlengkapan hubung bagi
Tegangan Rendah maksimum 2 jurusan dengan saklar pemisah pada sisi masuk
dan pengaman lebur (type NH, NT) sebagai pengaman jurusan. Semua bagian
konduktif terbuka dihubungkan dengan pembumian sisi Tegangan Rendah. Nilai
pengenal LA 5 kA untuk posisi di tengan jaringan dan 10 kA untuk posisi pada
akhir jaringan. Nilai tahanan pembumian tidak melebihi 1 Ohm.

2. Gardu Distribusi Pasangan Dalam


Gardu Distribusi Pasangan Dalam adalah gardu konstruksi beton dengan
kapasitas transformator besar, dipakai untuk daerah padat beban tinggi dengan
kontruksi instalasi yang berbeda dengan gardu pasangan luar. Gardu beton
dipasok dari baik jaringan saluran udara ataupun saluran kabel tanah. Gardu
Distribusi pasangan dalam Umumnya disebut gardu beton (Masonry Wall
Distribution Substation) dengan kapasitas transformator besar.

D. Gangguan pada Jaringan Tegangan Menengah

Dalam sistem distribusi pada tegangan menengah, biasanya teradapat


gangguan yang bersumber dari dalam sistemnya sendiri dan gangguan dari luar.

Gangguan dari dalam antara lain:

a. Tegangan lebih dan arus lebih


b. Instalasi tidak baik

Gangguan dari luar pada SKTM:

a. Gangguan mekanis karena pekerjaan galian saluran lain


b. Kendaraan yang lewat di atasnya
c. Deformasi tanah

Gangguan dari luar pada SUTM:

a. Angin yang menyebabkan dahan/ranting pohon mengenai SUTM.


b. Kegagalan atau kerusakan peralatan pada saluran.
c. Cuaca (surja petir).
d. Binatang dan benda-benda lain seperti benang layang-layang.

Macam-macam gangguan pada SUTM dapat dibagi menjadi:


a. Gangguan yang bersifat temporer, yang dapat hilang dengan sendirinya atau
dengan memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangannya
kemudian menutup balik secara manual ataupun secara otomatis, gangguan
ini tidak dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan di SUTM. Gangguan
yang bersifat temporer jika tidak dapat diperbaiki dengan segera dapat
berubah menjadi gangguan yang bersifat permanen.
b. Gangguan yang bersifat permanen, dimana untuk membebaskan gangguan
diperlukan tindakan perbaikan atau menyingkirkan gangguan tersebut,
sehingga gangguan ini menyebabkan pemutusan tetap.

E. Gangguan Hubung Singkat (Short Circuit Fault)


Hububg singkat adalah terjadinya hubungan penghantar bertegangan atau
penghantar tidak bertegangan secara langsung tidak melalui media
(resistor/beban) yang semestinya sehingga terjadi aliran arus yang tidak normal
(sangat besar). Hubung singkat merupakan jenis gangguan yang sering terjadi
pada sistem tenaga listrik, terutama pada saluran udara 3 fasa.
Arus hubung singkat yang begitu besar sangat membahayakan peralatan,
sehingga untuk mengamankan perlatan dari kerusakan akibat arus hubung singkat
maka hubungan kelistrikan pada seksi yang terganggu perlu diputuskan dengan
peralatan pemutus tenaga atau Circuit Breaker (CB). Gangguan hubung singkat
yang mungkin terjadi di dalam jaringan (sistem kelistrikan) ada 3, yaitu
(Pranayuda et al., 2012):

a. Gangguan hubung singkat 3 fasa;


b. Gangguan hubung singkat 2 fasa;
c. Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah.

F. Sistem Proteksi Tenaga Listrik

Sistem proteksi adalah cara untuk mengurangi akibat gangguan dengan


cara memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan bagian sistem yang lain
agar bagian sistem yang lain itu dapat terus bekerja. Tujuan daripada suatu sistem
proteksi pada Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah mengurangi
sejauh mungkin pengaruh gangguan pada penyaluran tenaga listrik serta memberikan
perlindungan yang maksimal bagi operator, lingkungan dan peralatan dalam hal
terjadinya gangguan yang menetap (permanen). Sistem proteksi pada SUTM
memakai :
1. Relai hubung tanah dan relai hubung singkat fasa‐fasa untuk kemungkinan
gangguan penghantar dengan bumi dan antar penghantar.
2. Pemutus Balik Otomatis PBO (Automatic Recloser), Saklar Seksi Otomatis
SSO (Automatic Sectionaizer). PBO dipasang pada saluran utama, sementara
SSO dipasang pada saluran pencabangan, sedangkan di Gardu Induk
dilengkapi dengan auto reclosing relay.
3. Lightning Arrester (LA) sebagai pelindung kenaikan tegangan peralatan
akibat surja petir. Lightning Arrester dipasang pada tiang awal/tiang akhir,
kabel Tee–Off (TO) pada jaringan dan gardu transformator serta pada isolator
tumpu.
4. Pembumian bagian konduktif terbuka dan bagian konduktif extra pada tiap‐
tiap 4 tiang atau pertimbangan lain dengan nilai pentanahan tidak melebihi 10
Ohm.
5. Kawat tanah (shield wire) untuk mengurangi gangguan akibat sambaran petir
langsung. Instalasi kawat tanah dapat dipasang pada SUTM di daerah padat
petir yang terbuka.
6. Penggunaan Fused Cut–Out (FCO) pada jaringan pencabangan.
7. Penggunaan Sela Tanduk (Arcing Horn) Pemasangan Pemutus Balik
Otomatis (PBO), Saklar Seksi Otomatis (SSO), Pengaman Lebur dan
Pemutus Tenaga (PMT) pada SUTM di pengaruhi oleh nilai tahanan
pembumian sisi 20 kV transformator tenaga di Gardu Induk.

Sistem proteksi berfungsi untuk :

a. Mendeteksi gangguan;
b. Melindungi dan mengamankan manusia (operator) dari bahaya yang timbul
karena adanya arus listrik;
c. Melindungi semua peralatan sistem dan mengamankan secepat mungkin dari
gangguan yang terjadi;
d. Dengan koordinasi pemutus beban (circuit breaker) mencegah meluasnya
gangguan, mengisolir, memadamkan dan memulihkan kembali sistem setelah
gangguan berakhir atau berhenti;
e. Menjaga kontinyuitas dan stabilitas daya.

1. Relai Proteksi

Relai proteksi adalah peralatan-peralatan elektronika yang berupa relai


yang dapat merasakan, mendeteksi dan mengukur adanya gangguan serta
ketidaknormalan pada peralatan atau bagian sistem tenaga listrik dan secara
otomatis bereaksi memisahkan daerah yang terganggu dari system. Relai proteksi
dapat merasakan adanya gangguan pada peralatan yang diamankan dengan
mengukur atau membandingkan besaran-besaran yang diterimanya, misalnya arus,
tegangan, daya , frekuensi, impedansi dan sebagainya, dengan besaran yang telah
ditentukan, kemudian mengambil keputusan untuk seketika ataupun dengan
perlambatan waktu membuka pemutus tenaga. Dalam relai protesi pada sistem
penyaluran terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

a. Perangkat sistem proteksi;


b. Fungsi relai proteksi;
c. Syarat-syarat sistem proteksi;
d. Peranan relai proteksi;
e. Pemberian sifat selektif pada relai.

2. Pemutus Tenaga

Pemutus Tenaga (PMT) adalah alat pemutus otomatis yang mampu


memutus/menutup rangkaian pada semua kondisi, yaitu pada kondisi normal
ataupun gangguan (Darmanto, et al).

Secara singkat tugas pokok pemutus tenaga adalah :

a. Keadaan normal, membuka / menutup rangkaian listrik.


b. Keadaan tidak normal, dengan bantuan relay, PMT dapat membuka sehingga
gangguan dapat dihilangkan.

3. Pemutus Balik Otomatis (Recloser)

Pemutus balik otomatis (Automatic circuit recloser = Recloser) ini secara


fisik mempunyai kemampuan seperti pemutus beban, yang dapat bekerja secara
otomatis untuk mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya
gangguan hubung singkat.

Gambar: Recloser

4. Fuse Cut Out


Fuse Cut Out adalah suatu alat pemutus, dimana dengan meleburnya
bagian dari komponen yang telah dirancang khusus dan disesuaiakan ukurannya
untuk membuka rangkaian dimana pelebur tersebut dipasang dan memutuskan
arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai dalam waktu tertentu. Oleh karena
pelebur ditujukan untuk menghilangkan gangguan permanen, maka pelebur
dirancang meleleh pada waktu tertentu pada nilai arus gangguan tertentu.

Gambar: Fuse Cut Out

1. Saklar Seksi Otmatis (Sectionaliser)

Sectionaliser adalah alat perlindungan terhadap arus lebih, hanya dipasang


bersama-sama dengan PBO yang berfungsi sebagai pengaman back-upnya. Alat
ini menghitung jumlah operasi pemutusan yang dilakukan oleh perlindungan
back-upnya secara otomatis disisi hulu dan SSO ini membuka pada saat peralatan
pengaman disisi hulunya sedang dalam posisi terbuka (Darmanto, et al)..

G. Konstruksi Tiang Distribusi


Tiang listrik pada jaringan distribusi digunakan untuk saluran udara
sebagai penyangga kawat penghantar agar penyaluran tenaga listrik ke konsumen
atau pusat beban dapat disalurkan dengan baik.
1. Jenis-jenis Tiang Distribusi
Ada beberapa jenis tiang distribusi adalah sebagai berikut :
a. Tiang Penyangga
Tiang penyangga adalah tiang yang di pasang pada saluran listrik yang
lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar dan
perlengkapannya, dimana gaya yang di derita adalah gaya berat kawat dan
perlengkapannya. Tiang penyangga berada dalam jalur jaringan dan dipakai
untuk dudukan post pin isolator. Tinggi tiang penyangga beragam, mulai dari
tiang 11 meter, 12 meter, 13 meter, dan 15 meter dengan kekuatan 200, 250,
800, sampai 1200 dan dapat terbuat dari besi atau beton.

Gambar: Tiang Penyangga

b. Tianng awal
Tiang awal adalah tiang yang di pasang pada permulaan atau akhir
penarikan kawat penghantar jaringan, dimana gaya tarikan kawat bekerja terhadap
tiang satu arah. Pada jaring distribusi tegangan menengah tiang awal adalah tiang
yang memikul kekuatan tarik penuh. Tiang awal merupakan tiang dimana
penghantar kabel dari gardu induk atau dari sumber tempat listrik memasok
distribusi tenaga listrik melalui saluran udara. Tiang awal dilengkapi dengan
lightning arrester dengan rating arus pengenal minimal 10 kA. Penghantar jenis
AAAC dan AAAC‐S diikat pada tiang dengan isolator jenis isolator peregang
(tarik strain, suspensi) baik jenis payung atau long rod. Penghantar jenis twisted
cable diterminasi langsung pada kabel daya dari Gardu Induk/Pembangkit.
Penggantung kabel ini diterminasi pada klem gantung (strain clamp). End
termination harus dilengkapi dengan lightning arrester. Kabel naik pada tiang
dilindungi dengan pipa galvanis dengan diameter 4 inchi. Lightning arrester
dibumikan dengan penghantar pembumian BC 50 mm2. Elektroda pembumian
ditanam 20 cm dibawah permukaan tanah dengan nilai tahanan pembumian
sebesar‐besarnya 1 Ohm. Tiang awal minimal memakai jenis tiang dengan
working load 500 da N.

c. Tiang Penumpu
Tiang penumpu adalah tiang ditengah saluran dengan sudut kemiringan
sebesar 00 – 300. Adapun Isolator penumpu yang digunakan memakai jenis pin‐
post, line‐post, dan pin, dengan 3 buah isolator untuk sistem fasa ‐3 dan 1 buah
untuk sistem fasa ‐1. Untuk sudut lintasan 0°‐15° memakai 1 buah isolator, dan
sudut lintasan15°‐30° memakai 2 buah isolator pada tiap fasa
dengan jarak gawang rata‐rata 45 meter.
Gambar: Tiang Penumpu

d. Tiang Peregang
Tiang peregang adalah tiang yang di pasang pada saluran listrik yang
lurus, biasanya dipasang untuk sepuluh tiang penyangga, dimana gaya tarik kawat
yang bekerja terhadap tiang dari dua arah yang berlawanan. Tiang penegang
berfungsi sebagai penegang penghantar dengan memakai aspan atau isolator tarik.
Konstruksi tiang ini dimaksudkan untuk membantu kekuatan mekanis saluran
yang panjang dan lurus dari kemungkinan gangguan mekanis akibat ditabrak
kendaraan atau pohon roboh yang menimpah saluran SUTM. Konstruksi tiang adalah
jenis konstruksi tiang awal dengan dua isolator suspension pada tiap fasa dan 1
buah isolator tumpu pada penghantar tengah. Tiang yang dipergunakan adalah
tiang dengan working load minimal 500 daN atau tiang tengah (line pole) yang
dilengkapi guy‐wire pada kiri kanan tiang arus saluran SUTM.
Gambar: Tiang Peregang
2. Jenis-jenis Penopang
a. Topang tarik (guy wire)
topang tarik adalah kawat galvanized yang digunakan untuk menahan
tiang sudut, tiang awal, dan tiang akhir agar tetap pada posisinya walaupun ada
gaya tarik dari jalur penghantar yang tidak lurus.

Gambar: Topang Tarik


b. Topang tekan (Strut Pole)
topang tekan berfungsi untuk menopang tiang penyangga.

Gambar: Topang Tekan


c. Horizontal Guy Wire
Horizontal Guy Wire adalah guy wire yang di tarik antara tianmg
penyangga dan tiang bantu.

Gambar: Horizontal Guy Wire

3. Jenis-jenis Isolator
a. Isolator pin‐post
Isolator pin‐post mempunyai bentuk jarak rambat (crepage distance)
tidak merata dengan sebagian permukaan terlindung dari siraman hujan dan
kontaminasi polutan, mempunyai jarak tembus ( puncture distance ). Penggunaan
isolator ini disesuaikan dengan kondisi tingkat intensitas polusi dimana isolator itu
dipasang.
Gambar: Isolator Pin Post

Penggunaan isolator pin‐post SUTM 20 kV berdasarkan tingkat polusi :


Tingkat polusi ringan dan sedang :
P 8 ET 125 N
P 12,5 ET 125 N
P 12,5 ET 150 L
Tingkat polusi berat :
P 12,5 ET 150 L
Polusi sangat berat :
P 12,5 ET 200 L
b. Isolator line‐post
Isolator line‐post mempunyai bentuk jarak rambat (creepage distance)
bergelombang merata. Tidak ada bagian yang terlindungi dari siraman air hujan.
Jarak tembus (puncture distance) panjang. Penggunaan isolator ini disesuaikan
dengan kondisi tingkat intensitas polusi dimana isolator itu dipasang.

Gambar: Isolator Line Post

Penggunaan isolator line‐post SUTM 20 kV berdasarkan tingkat polusi :

Tingkat polusi ringan dan sedang :


R 8 ET 125 L (jenis ikat‐atas)
R 12,5 ET 125 L (jenis ikat‐atas)
R 12,5 ET 150 L (jenis klem‐atas utk pemasangan vertikal)
R 12,5 ET 125 L (jenis klem‐atas utk pemasangan horizontal)
Tingkat polusi berat :
R 8 ET 170 L (jenis ikat‐atas)
R 12,5 ET 170 L (jenis ikat‐atas)
R 12,5 ET 200 N (jenis ikat‐atas)
R 12,5 EC 170 L (jenis klem‐atas utk pemasangan vertikal)
R 12,5 EH 170 L (jenis klem‐atas utk pemasangan horizontal)
R 12,5 EC 200 N (jenis klem‐atas utk pemasangan vertikal)
R 12,5 EH 200 N (jenis klem‐atas utk pemasangan horizontal)
RS 12,5 ET 150 L (jenis ikat‐atas)

Polusi sangat berat :


R 12,5 ET 200 L (jenis ikat‐atas)
R 12,5 ET 250 N (jenis ikat‐atas)
R 12,5 EC 200 L (jenis klem‐atas utk pemasangan vertikal)
R 12,5 EH 200 L (jenis klem‐atas utk pemasangan horizontal)
R 12,5 EC 250 N (jenis klem‐atas utk pemasangan vertikal)
R 12,5 EH 250 N (jenis klem‐atas utk pemasangan horizontal)

c. Isalator payung (pin insulator)


Isalator payung (pin insulator) mempunyai bentuk jarak rambat
(creepage distance) merata pada permukaan dan sebagian besar bergelombang di
bawah. Permukaan isolator yang terhindar dari siraman air hujan dan kontaminasi
polutan. Namun isolator ini mempunyai jarak tembus ( puncture distance ) pendek
yang kerap menyulitkan jika terjadi kegagalan isolasi pada dudukan penghantar.
Penggunaan isolator ini disesuaikan dengan kondisi tingkat intensitas polusi
dimana isolator itu dipasang.
Penggunaan isolator pin SUTM 20 kV berdasarkan tingkat polusi :

Tingkat polusi ringan dan sedang :


T 12,5 T 125
Tingkat polusi ringan sedang :
T 12,5 T 150
Tingkat polusi berat :
T 12,5 T 170
Polusi sangat berat :
T 12,5 T 200

Untuk daerah dengan kontaminasi polutan tinggi pada jarak rambat


(creepage distance) yang sama isolator jenis payung (isolator pin) lebih cocok
dipergunakan.

H. Klasifikasi Tiang Penyangga Jaringan Distribusi


Jenis tiang jaringan distribusi yang digunakan untuk jaringan distribusi
tenaga listrik ada beberapa macam yaitu sebagai berikut :
1. Tiang Kayu (wood pole)
Tiang kayu banyak digunakan sebagai penytangga jaringan distribusi
karena kontruksinya yang sderhana dan biaya investasi lebih murah bila
dibandingkan dengan dengan tiangt jenis yang lain. Selain itu tiang kayu
merupakan penyekat (isolator) yang paling baik sebagai penompang saluran udara
terhadap gangguan hubung singkat.
Kelemahan tiang kayu ini adalah tergantung pada persediaan kayu yang
ada, perlu pengawetan terlebih dahulu, umur lebih pendek : 10-12 tahun bila tak
diawetkan dan 20-30 tahun bila diawetkan, tidak dapat menyangga beban secara
aman jika terjadi satu atau dua kawat terputus.

2. Tiang baja (Steel Pole)


Tiang baja yang digunakan berupa pipa-pipa baja bulat yang
disambungkan dengan diameter yang berbeda dari panggkal hingga ujungnya.
Pada umumnya ukuran penampang bagian pangkal lebih besar dari ukuran
penampang bagian atasnya (ujung). Tiang baja bulat ukuran 11 Meter sering
dipakai untuk penompang jaringan SUTM. Tiang baja bulat ukuran 9 Meter
digunakan untuk penompang jaringan SUTR. Baja bulat ukuran 8 Meter
digunakan untuk tiang penyangga kawat pada penguat tiang jenis. Baja bulat
ukuran 3 Meter dipakai pada penyambungan tiang 9 Meter ada untuk jaringan
SUTR, dimana akan dipasang kan jaringan diatas jaringan SUTR tersebut.

3. Tiang Beton
Tiang beton di bedakan menjadi 2 macam yaitu :
a. Tiang Beton bertulang
Tiang jenis ini lebih mahal dari pada tiang kayu tetapi lebih murah dari
pada baja bulat. Tiang ini banyak di gunakan untuk mendistribusikan tenaga litrik
di daerah pedesaan dan daerah terpencil atau tempat-tempat yang sulit dicapai.
Karena tiang beton berutang dapat dibuat ditempat tiang tersebut akan didirikan.
Untuk pembuatan beton bertulang digunakan campuran beton 1:1.5:3 dengan
kerikil yang sergam berukuran diameter 15 mm.
Tiang beton bertulang memiliki umur yang sangat panjang dengan
perawatan yang sederhana., tetapi tiang ini berukuran besar dan cukup berat.
Kelemahan tiang ini cenderung hancur jika di tabrak kendaraan.
b. Tiang Beton Praketan
Jenis tiang ini lebih mahal dari tiang beton bertulang. Pemasangannya
lebih sulut dibandingkan dengan tiang kayu karena sangat berat. Tiang beton
bertulang memiliki umur yang sangat panjang dengan perawartan yang sangat
sederhana. Tiang jenis ini tidak perlu di cat untuk pengawetannya, karena tidak
akan berkarat.

G. Pemasangan Trafo Sisipan

Gardu trafo distribusi berlokasi berdekatan dengan konsumen.


Transformator di pasang pada tiang listrik dan menyatu dengan jaringan listrik.
Tioang trafo distribusi biasanya menggunakan dua tiang yang mengapit trafo
distribusi sebagai penyangga trafo. Banyaknya transformator distribusi yang
mengalami ketidakseimbangan beban (over phase) dan beban lebih (over load)
menyebabkan ketidak-optimalan batasan umur pakai dari transformator tersebut.
Hal tersebut mengakibatkan sering terjadinya pemadaman akibat transformator
yang rusak, pada hal transformator tersebut belum sampai pada umur pakai yang
di perkirakan. Cara yamng dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut yaitu dengan memasang trafo sisipan pada gardu distribusi yang
mengalami over load.

H. Memasang Panel KWh 3 Fasa


1. Panel Listrik
Panel Listrik adalah sebuah alat atau perangkat yang terdiri dari beberapa
komponen listrik yang diatur, disusun sedemikian rupa sehingga dapat
memudahkan penggunaannya untuk mendistribusikan, menyalurkan, membagi,
tenaga listrik dari sumber tenaga listrik ke konsumen atau pemakaiaan dan
pengamanan, pemeriksaan, perawatan panel listrik.
Panel listrik hakikatnya dibedakan menjadi 2 yaitu panel daya dan panel
distribusi listrik. Panel daya adalah tempat untuk menyalurkan dan
mendistribusikan energi listrik dari gardu listrik step down ke panel-panel
distribusinya. Panel distribusi listrik adalah tempat menyalurkan dan
mendistribusikan energi listrik dari panel daya ke beban (konsumen) baik untuk
instalasi tenaga maupun untuk instalasi penerangan dan berguna untuk
mengalirkan energi listrik dari pusat atau gardu induk step down.

2. KWh Meter
a. KWh Meter Analog
Kwh meter adalah alat yang digunakan oleh pihak PLN untuk menghitung
besar pemakaian daya konsumen. Alat ini sangat umum dijumpai di masyarakat.
Bagian utama dari sebuah KWH meter adalah kumparan tegangan, kumparan
arus, piringan aluminium, magnet tetap yang tugasnya menetralkan piringan
aluminium dari induksi medan magnet dan gear mekanik yang mencatat jumlah
perputaran piringan aluminium.
Gambar: KWh Meter Analog

Alat ini bekerja menggunakan metode induksi medan magnet dimana


medan magnet tersebut menggerakkan piringan yang terbuat dari aluminium.
Putaran piringan tersebut akan menggerakkan counter digit sebagai tampilan
jumlah KWH nya.

b. KWh Meter Prabayar


Kwh meter pbrabayar ini dirancang denngan menggunakan kwh meter
elektrik yang baru. Sistem pembayaran atau pengisian rekening listrk adalah
dengan menggunakan aplikasi chip card. Aplikasi ini sangat memudahkan
masyarakat dan PLN dalam hal proses pengisian rekening listrik yang efektif.
Chip card adalah suatu jenis kartu alat pembayaran yang semakin populer seiring
dengan kemajuan teknologimikroelektronika serta semakin meningkatnya
tuntutan masyarakat terhadap alatpembayaran yang praktis. Kehadiran chip card
tidak dapat dihindari dimana penggunaannya semakin luas baik volume maupun
lingkup aplikasinya. Salah satu kemungkinan aplikasi chip card adalah sebagai
alat bayar konsumsi energi listrik.
Gambar: KWh Meter Prabayar

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh oleh Pengelola Gedung dari


penggunaan KWh meter pra-bayar di antaranya adalah:
1. Mendapatkan uang kas lebih awal sebelum listrik diproduksi dan digunakan,
sehingga dapat menambah likuiditas perusahaan ini.
2. Pengendalian transaksi lebih mudah sehingga mengurangi kemungkinan
tagihan yang tidak terbayar dan pencurian listrik. Pemasaran listrik prabayar
ini dapat juga diserahkan pada pihak ketiga.
3. Pengurangan overhead atau biaya yang diperlukan untuk pengecekan
konsumsi listrik ke rumah-rumah atau konsumen lainnya.
Sedangkan bagi konsumen, sistem ini juga dapat menguntungkan yaitu :
1. Pengendalian penggunaan listrik dapat lebih baik, karena pembayaran yang
dilakukan diawal dapat digunakan untuk membatasi konsumsi.
2. Perbaikan sistem pengukuran karena perangkat elektronik yang digunakan
adalah elektronis dengan ketelitian dan keamanan yang lebih tinggi.
3. Mengurangi kesalahan penagihan yang disebabkan humam error.

Prinsip Kerja Kwh Meter Prabayar Chip card dapat digunakan sebagai
alat pembayaran rekening listrik dengan mengembangkan Kwh meter Elektronik
Digital yang dilengkapi dengan perangkat pembaca kartu serta perangkat transaksi
lunak berbasis smart card. Kwh meter akan beroperasi berdasarkan nilai kredit
yang dimasukkan (download) dari chip card kedalam register Kwh, dan
selanjutnya nilai kredit tersebut dijadikan acuan untuk mengontrol bekerjanya
Kwh meter. Nilai kredit didalam register akan dikurangi secara bertahap
sebanding dengan nilai energi listrik yang telah dikonsumsi (digunakan). Jika isi
register telah habis maka Kwh meter harus segera diisi kembali (register sisa pulsa
sama dengan 10%) maka ada alarm (LED ON), dan jika setelah jangka waktu
yang telah ditetapkan belum juga diisi nilai kreditnya maka Kwh meter akan
memutus saklar pemutus atau Internal Contactor sehingga supply daya terputus.
Pengisian pulsa listrik kedalam smart card menggunakan Portable Terminal yang
koneksi dengan Perangkat Lunak Sinkronisasi Dan Billing Sistem yang telah
diinstal di Komputer (Master Station).

c. Perbedaan Kwh Meter Prabayar Rakitan Dengan Kwh Meter Prabayar PLN
Perbedaan yang dapat dilihat dari kedua alat yaitu antara Kwh Meter
Prabayar Rakitan dengan Kwh Meter Prabayar PLN adalah :
1. Kwh Prabayar Rakitan mengguakan Kwh Meter analog, sedangkan Kwh
Meter Prabayar PLN menggunakan Kwh Elektronik.
2. Kwh Prabayar Rakitan menggunakan sensor optocoupler untuk menghitung
daya beban pemakaian, sedangkan Kwh Prabayar PLN langsung
menggunakan rangkaian otomaris yang sudah digabungkan dengan Kwh
elektronik.
3. Kwh Prabayar Rakitan menggunakan Keypad 4x4 sebagai interface untuk
pengisian voucher listrik, sedangkan pada Kwh Prabayar PLN menggunakan
perangkat pembaca kartu (Chip Card Reader) dan ada juga yang
menggunakan keypad 4x4 sebagai interfacenya.

I. Survey Penerangan Jalan Umum


Timbulnya PJU tidak resmi di sebabkan masyarakat merasa telah bayar
pajak penerangan Jalan Umum (PPJU) tetapi dilingkungannya tidak ada
penerangan jalan sehingga masyarakat melakukan sendiri pemasangan PJU tanpa
memenuhi persyaratan yang berlaku dan terdapat beberapa pengembangan atau
penambahan jumlah titik PJU akan tetapi tidak ada yang bertanggung jawab.
Ciri-ciri Penerangan Jalan Umum tidak resmi adalah sebagai berikut:
1. Tidak tercatat sebagai pelanggang PLN.
2. Disambung langsung dari JTR maupun dari dakstandart dirumah pelanggan.
3. Kontruksi PJU tidak seragam dan tidak memenuhi standar PUIL.
4. Hidup matinya diatur secara manual/otomatis dengan menggunakan saklar,
MCB, photo cell, bahkan banyak yang menyala secara terus menerus siang
malam.
5. Menyebabkan kuantitas dan keandalan listrik ke pelanggan resmi menjadi
terganggu.

Dampak kerugian adanya PJU tidak resmi :


1. Berbahaya jika pemasangan PJU dilakukan yang bukan tenaga ahlinya
disamping dapat membahayakan si pemasang juga masyarakat sekitarnya.
2. Kebakaran jika pemasangan PJU dengan instalasi tidak sesuai standar yang
ditetapkan mempunyai resiko tinggi untuk dapat menimbulkan kebakaran.
3. Suplai Listrik terganggu pada daerah setempat dan mengakibatkan
lampu/listrik tidak bisa dipergunakan secara sempurna.
4. Sanksi pidana jika pemasangan PJU secara ilegal merupakan pencurian
listrik.

Setiap pelanggaran listrik pastri akan dikenakan pajak penerangan (PPJU)


Dasar Hukum PPJU yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun
2001 tentang Pajak Daerah pada Bab 10 yang mengatur tentang pajak penerangan
jalan. Disebut bahwa Objek pajak jalan adalah pengguna tenaga listrik, di wilayah
daerah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya di bayar pemerintah
daerah.

J. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga
fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau
penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi
produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Fungsi pemeliharaan adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis
dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan
peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk
pelaksanaan proses produksi.

Pemeliharaan terencana dibagi menjadi dua aktivitas utama yaitu:


1. Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance)
Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) adalah inspeksi
periodik untuk mendeteksi kondisi yang mungkin menyebabkan produksi terhenti
atau berkurangnya fungsi mesin dikombinasikan dengan pemeliharaan untuk
menghilangkan, mengendalikan, kondisi tersebut dan mengembalikan mesin ke
kondisi semula atau dengan kata lain deteksi dan penanganan diri kondisi
abnormal mesin sebelum kondisi tersebut menyebabkan cacat atau kerugian.
Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya “Operations
Management” preventive maintenance adalah: “A plan that involves routine
inspections, servicing, and keeping facilities in good repair to prevent failure”.
Artinya preventive maintenance adalah sebuah perencanaan yang memerlukan
inspeksi rutin, pemeliharaan dan menjaga agar fasilitas dalam keadaan baik
sehingga tidak terjadi kerusakan di masa yang akan datang. Ruang lingkup
pekerjaan preventive termasuk: inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan
penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar dari
kerusakan.
Menurut Dhillon B.S, (2006) dalam bukunya “maintainability,
maintenance, and reliability for engineers” ada 7 elemen dari pemeliharaan
pencegahan (preventive maintenance) yaitu:

1. Inspeksi: memeriksa secara berkala (periodic) bagian-bagian tertentu untuk


dapat dipakai dengan membandingkan fisiknya, mesin, listrik, dan
karakteristik lain untuk standar yang pasti,
2. Kalibrasi: mendeteksi dan menyesuaikan setiap perbedaan dalam akurasi
untuk material atau parameter perbandingan untuk standar yang pasti,
3. Pengujian: pengujian secara berkala (periodic) untuk dapat menentukan
pemakaian dan mendeteksi kerusakan mesin dan listrik,
4. Penyesuaian: membuat penyesuaian secara periodik untuk unsur variabel
tertentu untuk mencapai kinerja yang optimal,
5. Servicing: pelumasan secara periodik, pengisian, pembersihan, dan
seterusnya, bahan atau barang untuk mencegah terjadinya dari kegagalan baru
jadi,
6. Instalasi: mengganti secara berkala batas pemakaian barang atau siklus waktu
pemakaian atau memakai untuk mempertahankan tingkat toleransi yang
ditentukan,
7. Alignment: membuat perubahan salah satu barang yang ditentukan elemen
variabel untuk mencapai kinerja yang optimal.

2. Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)

Pemeliharaan secara korektif (corrective maintenance) adalah


pemeliharaan yang dilakukan secara berulang atau pemeliharaan yang dilakukan
untuk memperbaiki suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah
terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima. (Corder, Antony, K.
Hadi, 1992). Pemeliharaan ini meliputi reparasi minor, terutama untuk rencana
jangka pendek, yang mungkin timbul diantara pemeriksaan, juga overhaul
terencana.

Menurut Jay Heizer dan Barry Reder, 2001 pemeliharaan korektif


(Corrective Maintenance) adalah: “Remedial maintenance that occurs when
equipment fails and must be repaired on an emergency or priority basis”.
Pemeliharaan ulang yang terjadi akibat peralatan yang rusak dan harus segera
diperbaiki karena keadaan darurat atau karena merupakan sebuah prioritas utama.

Menurut Dhillon B.S, (2006) biasanya, pemeliharaan korektif (Corrective


Maintenance) adalah pemeliharaan yang tidak direncanakan, tindakan yang
memerlukan perhatian lebih yang harus ditambahkan, terintegrasi, atau
menggantikan pekerjaan telah dijadwalkan sebelumnya.

Dengan demikian, dalam pemeliharaan terencana yang harus diperhatikan


adalah jadwal operasi pabrik, perencanaan pemeliharaan, sasaran perencanaan
pemeliharaan, faktor-faktor yang diperhatikan dalam perencanaan pekerjaan
pemeliharaan, sistem organisasi untuk perencanaan yang efektif, dan estimasi
pekerjaan. (Daryus A, 2007). Jadi, pemeliharaan terencana merupakan pemakaian
yang paling tepat mengurangi keadaan darurat dan waktu nganggur mesin.
Adapun keuntungan lainya yaitu:

1. Pengurangan pemeliharaan darurat,


2. Pengurangan waktu nganggur,
3. Menaikkan ketersediaan (availability) untuk produksi,
4. Meningkatkan penggunaan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan produksi,
5. Memperpanjang waktu antara overhaul,
6. Pengurangan penggantian suku cadang, membantu pengendalian sediaan,
7. Meningkatkan efisiensi mesin,
8. Memberikan pengendalian anggaran dan biaya yang bisa diandalkan,
9. Memberikan informasi untuk pertimbangan penggantian mesin.

Anda mungkin juga menyukai