Disiapkan oleh :
Untuk :
2013
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
1) Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat pelanggan.
2) Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi
mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat
tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain:
berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya,
selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi
beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini
diturunkan kembali dengan menggunakantrafo-trafo step-down. Akibatnya, bila
ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban,
terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.
Strukutur sistem tenaga listrik atau sistem energy sangat besar dan kompleks.
Namun pada dasarnya dibagi dalam 5 komponen utama atau subsistem :
Komponen utama adalah sumber energi atau bahan bakar yang digunakan untuk
konversi yang dapat berupa batu bara, gas, minyak dan lain – lain. Dengan
menggunakan berbagai sumber energi untuk menghasilkan tenaga putar, maka
listrik di Indonesia dibangkitkan pada frekwensi 50 Hz dan selanjutnya
didistribusikan kepada pemakai pada berbagai tegangan distribusi yang
1
diperlukan. Untuk memperkecil kehilangan energi di sepanjang transmisi dan
distribusi, tenaga listrik didistribusikan pada tegangan tinggi. Berikut ini adalah
sistem klasifikasi standard suplai listrik berikut tegangannya yang pada saat ini
digunakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) di Indonesia :
2
Gambar 3. Konfigurasi Sistem Tenaga Listrik.
3
c. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka
tempat trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel,
transformer band, peralatan grounding,dan lain-lain.
d. SUTR dan SKTR, terdiri dari: sama dengan perlengkapan/material pada
SUTM dan SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya.
4
PARAMETER – PARAMETER SISTEM DISTRIBUSI
LISTRIK INDUSTRI
b. Jalur Transmisi
Di dalam lokasi sebuah industri, sering dapat ditemui tiang dengan beberapa kawat
membentang dari satu tiang ke tiang lainnya. Ini merupakan jalur untuk
mendistribusikan sumber daya listrik. Jalur distribusi dapat dibuat diatas tanah,
seperti terlihat pada di bawah, atau ditanam di dalam tanah. Pada tiang terdapat
beberapa komponen penting, seperti perangkat pengaman terhadap kebakaran atau
petir, isolator, kotak untuk pengaturan saluran daya, jangkar dan beberapa klem atau
penjepit, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
5
Gambar 5 Tiang distribusi udara
c. Peralatan Kontrol
Di industri dijumpai peralatan kontrol, misalnya saklar untuk menghi-dupkan atau
mematikan lampu, mesin, atau alat lainnya, dengan cara kerja manual maupun yang
dapat diprogram, sehingga banyak pekerjaan manusia yang dapat digantikan oleh
peralatan kontrol. Saat ini banyak sekali peralatan kontrol yang digunakan untuk
peralatan rumah tangga, misalnya mesin cuci. Gambar di bawah ini menunjukkan
salah satu alat kontrol yang dapat diprogram.
6
Hubungan Wye-Delta ( Y-Δ ), Digunakan sebagai penaik tegangan untuk sistem
tegangan tinggi. Hubungan Y-Δ pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada gambar
di bawah ini :
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan phasa
primer VLP = V dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan tegangan
phasa VLS = V . Sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah
sebagai berikut :
2.4 Konduktor
Energi yang hilang pada sebuah konduktor sebagai penghantar arus listrik, sesuai
dengan hubungan seperti berikut ini:
PL = I2R
dimana PL adalah power loss dalam Watt, I adalah kuat arus dalam Ampere, dan R
adalah tahanan dalam Ohm. Dengan demikian power loss pada konduktor naik
sebanding dengan kwadrat kuat arus yang mengalir melalui konduktor tersebut. Karena
tahanan dari konduktor berbanding terbalik dengan luas areanya, maka power loss akan
sebanding dengan kebalikan kwadrat diameter konduktor. Kehilangan energi ini
7
didisipasikan berupa panas, dan kapasitas hantaran atau ampacity ditentukan oleh
temperatur tertinggi dimana isolasinya masih dapat bertahan.
Kehilangan energi melalui sebuah konduktor akibat adanya arus yang mengalir, terjadi
disemua peralatan listrik. Rugi-rugi ini cukup besar terutama pada peralatan dengan
gulungan kawat yang besar, seperti transformer, motor dan peralatan induksi lainnya.
Karena tembaga adalah bahan konduktor yang biasanya digunakan, rugi-rugi ini sering
disebut dengan cooper loss (rugi-rugi tembaga). Biasanya juga disebut sebagai resistance
loss, I2R loss, atau electrical heating loss.
9
(measureable) dan dapat diminimalkan dengan cara mengkoreksi terhadap
konfigurasi dan peralatan pada sistem, manajemen serta sumber daya manusia yang
handal dari perusahaan yang menjual energi listrik.
4. Demand and Integration
Kebutuhan daya pada tiap interval waktu tertentu dikenal dengan istilah demand.
Integration sendiri adalah istilah menjelaskan konsumsi daya (active power,
apparent power dan reactive power) yang direkam oleh alat dari START hingga
STOP. Satuan yang digunakan dalam pengukuran integration adalah KWH (active
power), KVAH (apparent power ) dan KVARH(reactive power).
Perhatikan pada gambar . Dari grafik tersebut kita dapat mengetahui kebutuhan
puncak konsumsi daya terjadi pada pukul 15.32 sebesar 7.4637 kW. Pada saat itu,
proporsi pembebanan kurang lebih menyerap 18% dari total pembabanan.
Sedangkan Pengukuran intregation dapat anda manfaatkan sebagai bahan evaluasi
dari upaya efisiensi daya yang telah dilakukan. Melalui pengukuran intregatio,
dapat diketahui berapa besar komsumsi daya aktif yang terpakai dan yang ter
regenerasi.
10
Gambar hasil pengukuran demand integration
5. Faktor daya
Istilah faktor daya atau power factor (PF) atau cos phi merupakan istilah yang
sering sekali dipakai di bidang-bidang yang berkaitan dengan pembangkitan
dan penyaluran energi listrik. Faktor daya merupakan istilah penting, tidak
hanya bagi penyedia layanan listrik, namun juga bagi konsumen listrik
terutama konsumen level industri. Penyedia layanan listrik selalu berusaha
untuk menghimbau konsumennya agar berkontribusi supaya faktor daya
menjadi lebih baik, pun para konsumen industri juga berusaha untuk
mendapatkan faktor daya yang baik agar tidak sia-sia bayar mahal kepada
penyedia layanan.
11
TEKNIK AUDIT ENERGI
Untuk mencapai sasaran dalam pelaksanaan audit energy, maka diperlukan rencana
implementasi dan mekanisme pelaksanaan audit energy, dimana pelaksanaan audit energy
secara garis besar adalah sebagai berikut:
Power Meter Digital digunakan untuk mengukur Volt, Ampere, Hz, kVA, kW,
harmonic, unbalance, kVAR, Wh dan cos phi. Power Meter ini dapat di program
besaran CT dan VT sehingga penggunaan nya universal. Dapat di aplikasikan
pada jaringan 3 Phasa (R, S, T dan netral) dan 1 phasa. Cara pemakaian letakkan
CT dan VT pada sebuah panel suatu jaringan, kemudian akan tampil parameter
yang dicantumkan diatas pada LCD power meter.
12
b. Analizer Clamp On
c. IR Thermoscanning
13
Pengukuran kualitas listrik menggunakan perangkat Power Quality Analyzer :
Cara pemakaian letakkan CT dan VT pada sebuah panel suatu jaringan, kemudian akan
tampil parameter yang dicantumkan diatas pada LCD power meter.Lakukan setting
terhadap alat ukur unutk merekam parameter – parameter yang akan di ukur. Seperti
terlihat pada gambar pengukuran dengan power analyzer.
14
METODA ANALISA PERHITUNGAN RUGI – RUGI
SISTEM DISTRIBUSI
4.1 Transformator
Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan hukum Ampere dan hukum Faraday,
yaitu: arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan magnet
dapat menimbulkan arus listrik. Jika pada salah satu kumparan pada transformator
diberi arus bolak-balik maka jumlah garis gaya magnet berubah-ubah. Akibatnya pada
sisi primer terjadi induksi. Sisi sekunder menerima garis gaya magnet dari sisi primer
yang jumlahnya berubah-ubah pula. Maka di sisi sekunder juga timbul induksi,
akibatnya antara dua ujung terdapat beda tegangan.
S = √ 3 . V . I (1)
dimana
S : daya transformator (kVA)
V : tegangan sisi primer transformator (kV)
I : arus jala-jala (A)
IFL =
dimana
IFL : arus beban penuh (A)
S : daya transformator (kVA)
V : tegangan sisi sekunder transformator (kV)
Losses pada penghantar netral trafo ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
P N = I N2. R N (3)
dimana
PN : losses pada penghantar netral trafo (watt)
IN : arus yang mengalir pada netral trafo (A)
RN : tahanan penghantar netral trafo (Ω)
15
Sedangkan losses yang diakibatkan karena arus netral yang mengalir ke tanah
(ground) dapat dihitung dengan perumusan sebagai berikut :
P G = I G2 . R G (4)
dimana
PG : losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah (watt)
IG : arus netral yang mengalir ke tanah (A)
RG : tahanan pembumian netral trafo (Ω)
c. Ketidakseimbangan Beban
• Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120º satu sama lain.
• Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120º satu sama lain
• Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120º satu sama
lain
menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan seimbang. Di sini terlihat bahwa
penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) adalah sama dengan nol sehingga
tidak muncul arus netral (IN). Sedangkan pada Gambar 4.1(b) menunjukkan
vektor diagram arus yang tidak seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan
ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) tidak sama dengan nol sehingga muncul sebuah
besaran yaitu arus netral (IN) yang besarnya bergantung dari seberapa besar faktor
ketidakseimbangannya.
16
P = 3 . [V] . [I] . cosϕ (5)
dengan
P : daya pada ujung kirim
V : tegangan pada ujung kirim
cosϕ : faktor daya
e. Efisiensi Trafo
Rugi-rugi terjadi pada saat proses konversi tegangan. Karena transformer tidak
mempunyai bagian yang bergerak, efisiensinya cukup tinggi. Besarnya rugi-rugi
pada transformer dengan beban penuh berkisar antara 0,4 - 3 %, tergantung pada
desain, ukuran dan kondisi operasi. Kehilangan energi yang terjadi dapat dihitung
dengan menggunakan definisi efisiensi transformer sebagai berikut:
= Output/(Output + Losses),
dimana input, output dan losses (rugi-rugi) dinyatakan dalam W atau KW.
Transformer dikatakan berefisiensi rendah bila nilainya kurang dari 98 % ; atau
dengan perkataan lain rugi-rugi energi tidak boleh lebih 2 %.
Rugi-rugi pada transformer terdiri dari iron loss dan copper loss. Sebagai hasil
dari terjadinya proses magnetisasi dan demagnetisasi secara bergantian pada inti
besi, dan pada dasarnya tidak tergantung dari beban. Copper losses, seperti yang
dibicarakan pada Bab 3.3.1, besarnya bervariasi sebanding dengan kwadrat arus,
sebanding pula dengan kwadrat beban transformer pada tegangan konstan. Power
factor yang rendah juga akan menyebabkan naiknya transformer losses.
Jumlah rugi-rugi ini tergantung dari desain transformer. Demikian pula kwalitas
material inti besi dan kabel tembaga yang digunakan pada pembuatan transformer
mempunyai peranan yang penting. Dengan demikian, pemilihan awal sebuah
transformer dengan losses yang minimum adalah cara terbaik untuk mendapatkan
efisiensi yang tinggi.
4.2 Konduktor
Energi yang hilang pada sebuah konduktor sebagai penghantar arus listrik, sesuai dengan
hubungan seperti berikut ini:
PL = I2R
dimana PL adalah power loss dalam Watt, I adalah kuat arus dalam Ampere, dan R adalah
tahanan dalam Ohm. Dengan demikian power loss pada konduktor naik sebanding dengan
kwadrat kuat arus yang mengalir melalui konduktor tersebut. Karena tahanan dari
konduktor berbanding terbalik dengan luas areanya, maka power loss akan sebanding
dengan kebalikan kwadrat diameter konduktor.
17
Kehilangan energi ini didisipasikan berupa panas, dan kapasitas hantaran atau ampacity
ditentukan oleh temperatur tertinggi dimana isolasinya masih dapat bertahan.
Kehilangan energi melalui sebuah konduktor akibat adanya arus yang mengalir, terjadi
disemua peralatan listrik. Rugi-rugi ini cukup besar terutama pada peralatan dengan
gulungan kawat yang besar, seperti transformer, motor dan peralatan induksi lainnya.
Karena tembaga adalah bahan konduktor yang biasanya digunakan, rugi-rugi ini sering
disebut dengan cooper loss (rugi-rugi tembaga). Biasanya juga disebut sebagai resistance
loss, I2R loss, atau electrical heating loss.
Analisa kualitas daya dilakukan agar kita dapat mengetahui kualitas daya sistem kelistrikan.
Analisa dilakukan dengan melihat hasil pengukuran dengan alat power analyzer yang
digunakan. Data – data hasil pengukuran yang direkam oleh alat ukur diolah sehinggah bisa
didapat hasil kualitas daya dalam rentang waktu pengukuran yang dilakukan, juga mendapat
trend kualitas daya dalam waktu tertentu.
Salah satu contoh analisa kualitas daya dengan alat ukur power analyzer :
Sebelum kita menganalisa terlebih dahulu kita harus tahu apa dampak dari THD ini
terhadap sistem distribusi listrik. Dampaknya adalah sebagai berikut :
Hasil pengukuran
18
e
Dari hasil pengukuran ini maka kita olah dengan mencari nilai maximum, nilai minimum
dan nilai average dari data yang di record dalam rentang waktu yang diatur pada alat
ukur.Hasil data ini disesuikan dengan nilai standar yang ada untuk mengetahui apakah
nilai THD yang diukur masih sesuai dengan nilai standar yang ada.
19
PELUANG – PELUANG PONTESI PENGHEMATAN
5.1 Perancangan Sistem Distribusi Pabrik Baru
Saat terbaik untuk memulai mendapatkan penghematan energi pada sistem distribusi listrik
adalah selama masa perancangan (design) pabrik baru, perluasan atau rehabilitasi pabrik.
Daftar berikut ini merupakan beberapa langkah yang sebaiknya diikuti untuk memastikan
bahwa sistem distribusi yang terpasang adalah yang terbaik dan paling efisien.
1. Adakan survei untuk mengetahui berapa besarnya beban pabrik yang diharapkan.
Perhitungkan jumlah motor, pompa, kompresor dan peralatan lainnya. Termasuk
memperkirakan demand untuk penerangan, air conditioning dan instrumentasi.
Tentukan total demand dalam kVA.
2. Gambarkan rencana peletakan (plot plan), termasuk lokasi substation utama, pusat
distribusi listrik, pusat pengendalian motor (MCC) besar dan panel utama lainnya.
3. Tentukan tata-letak optimum dan tipe sistem distribusi listrik untuk pabrik. Tentukan
besar tingkat tegangan yang dibutuhkan. Evaluasi pemilihan sistem yang
dibutuhkan, sistem primary selective atau secondary selective, dan kemungkinan
perlunya back-up power atau generator darurat.
4. Buatlah single line diagram dari keseluruhan sistem distribusi listrik. Diagram
tersebut sebaiknya mencakup lokasi beban dan bagaimana beban-beban tersebut
mendapatkan aliran listrik. Diagram ini harus selalu di koreksi (updated) selama
proses perancangan berlangsung, sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk
perhitungan short circuit, studi koordinasi, power factor correction, pemilihan
peralatan serta rencana perluasan.
5. Memulai membuat spesifikasi dan ukuran peralatan. Carilah peralatan yang paling
efisien dan difabrikasi dengan baik dengan harga dan waktu pengadaan yang sesuai.
Perhatian yang teliti juga perlu pada peralatan-peralatan kecil seperti bus-bar, race-
ways dan circuit breaker. Pastikan semua kode yang digunakan sesuai dengan
rancangan/design.
6. Memeriksa secara seksama setiap penawaran peralatan untuk mengevaluasi efisiensi
dan losses dari peralatan. Terutama pemeriksaan pada peralatan seperti motor-motor
dan transformer. Buatlah perhitungan untuk memeriksa ukuran yang optimum dari
konduktor. Pastikan semua kode yang digunakan sesuai dengan peralatan.
Perbaikan faktor kerja adalah suatu usaha atau langkah langkah untuk dapat mencapai
system kelistrikan yang optimal dan penghematan. Power factor yang buruk dapat
merugikan suatu sistem kelistrikan. Adapun kerugian yang dapat ditimbulkan dengan
adanya factor kerja yang buruk atau rendah adalah :
1. Daya terpasang listrik PLN ( KVA) tidak dapat optimal. Jika beban yang ada sudah
mencapai batas arus yang diijinkan . maka tidak dapat menambah beban listrik lagi
sedangkan kw yang terpakai masih dibawah daya terpasang.
2. Dengan power factor yang rendah akan dikenakan penalty / denda dari PLN yang
nilai rupiah / kvarh nya cukup tinggi. Hal ini karena sudah melebihi ketentuan yang
distandarkan dari PLN yaitu sebesar 0,85.
3. Dengan power factor yang rendah maka arus menjadi lebih tinggi. Dengan arus
20
yang tinggi ini akan menjadikan kabel lebih panas karena energi yang terbuang
karena arus . sesuai dengan rumus I Rt . maka dengan tahanan kabel yang tetap dan
arus yang melewati kabel berbanding lurus dengan panas yang dikeluarkan.
4. Jika instalasi dengan kabel penghantar yang panjang dan jauh maka akan
menyebabkan tegangan jatuh ( V ) semakin besar diujung beban . Tegangan jatuh
berbanding lurus dengan arus yang melewati penghantar.
Dengan keempat kerugian yang ditimbulkan oleh karena power factor yang rendah maka
diupayakan memperbaikinya dengan memasang capasitor bank.
Bagaimanakah konsep dasar sehingga dengan pemasangan kapasitor bank dapat
memperbaiki factor kerja dari suatu sistem kelistrikan ? Hal itu dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Beban beban yang mempunyai kecenderungan memiliki cosphi kurang dari satu
tertinggal ( leaging) adalah beban beban listrik yang mempunyai unsur lilitan dan
inti besi. Semisal lampu tabung denga ballastnya, motor motor listrik, las listrik
dan transformator regulator.
Sehingga daya listrik yang dipakai untuk mengoperasikan peralatan tersebut terdiri
dari dua unsur yaitu daya aktif dan daya reaktif.
Daya aktif adalah daya yang terpakai yang terukur dengan kilowattmeter. Daya ini
membentuk energi aktif persatuan waktu dan dapat diukur dengan kwh meter.
Sedangkan daya reaktif adalah daya yang terpakai sebagai energi pembangkitan
flux magnetic sehingga timbul magnetisasi. Dan daya ini dikembalikan ke system
karena efek induksi elektromagnetik itu sendiri.
Capasitor bank adalah sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara parallel
untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu. Besaran yang sering dipakai adalah Kvar
(Kilovolt ampere reaktif) meskipun didalamnya terkandung / tercantum besaran kapasitansi
yaitu Farad atau microfarad. Kapasitor ini mempunyai sifat listrik yang kapasitif (leading).
Sehingga mempunyai sifat mengurangi / menghilangkan terhadap sifat induktif (leaging)
.Dengan Dasar inilah Nilai power factor diperbaiki.
Operasi dan Pemeliharaan Instalasi, merupakan tanggung jawab setiap pemilik dan
perusahaan O & M, dan dilakukan oleh tenaga teknik yang memenuhi persyaratan
21
sesuai peraturan yang ada, diinspeksi secara berkala sesuai dengan persyaratan
pelaporan operasi dan pemeliharaan. Pelarangan memproduksi, mengimpor atau
Penerapan sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran. Peraturan Tenaga Teknik
Sektor Ketenagalistrikan. Tujuan sertifikasi tenaga teknik :
22