Anda di halaman 1dari 23

MODUL SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK

Disiapkan oleh :

PT. Energy Management Indonesia (Persero)

Untuk :

2013
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
1) Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat pelanggan.
2) Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi
mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat
tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain:
berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya,
selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi
beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini
diturunkan kembali dengan menggunakantrafo-trafo step-down. Akibatnya, bila
ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban,
terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.

1.2 Bagan Sistem Distribusi Kelistrikan

Strukutur sistem tenaga listrik atau sistem energy sangat besar dan kompleks.
Namun pada dasarnya dibagi dalam 5 komponen utama atau subsistem :

Gambar 1. Bagan sistem distribusi Listrik

Komponen utama adalah sumber energi atau bahan bakar yang digunakan untuk
konversi yang dapat berupa batu bara, gas, minyak dan lain – lain. Dengan
menggunakan berbagai sumber energi untuk menghasilkan tenaga putar, maka
listrik di Indonesia dibangkitkan pada frekwensi 50 Hz dan selanjutnya
didistribusikan kepada pemakai pada berbagai tegangan distribusi yang

1
diperlukan. Untuk memperkecil kehilangan energi di sepanjang transmisi dan
distribusi, tenaga listrik didistribusikan pada tegangan tinggi. Berikut ini adalah
sistem klasifikasi standard suplai listrik berikut tegangannya yang pada saat ini
digunakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) di Indonesia :

Transmisi primer : 500 kV


Transmisi sekunder : 150 kV
Distribusi primer : 20 kV
Distribusi sekunder : 380 volt (3 fasa)
: 220 volt (1 fasa)
1.3 Sistem Distribusi Listrik pada industri (pabrik)
Sistem Listrik Industri Meliputi :
1. Generator Pembangkit
2. Saluran Distribusi TM
3. Gardu/Trafo Distribusi
4. Saluran Distribusi TR
5. Panel Hubung Bagi (PHB)
6. Proteksi (Trafo, Saluran dll)
7. Instalasi Industri
8. Grounding

Berikut gambar sistem distribusi listrik dari pembangkit sampai pelanggan


(customer) :

Gambar 2. Sistem Distribusi Listrik Dari Pembangkit Sampai Pelanggan

Kemudian dari bagan di atas dapat dibuat sebuah pengelompokan jaringan


distribusi tenaga listrik seperti pada gambar di bawah ini :

2
Gambar 3. Konfigurasi Sistem Tenaga Listrik.

Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta


pembatasan-pembatasan seperti pada Gambar diatas:

Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)

Daerah II :Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi


(HV,UHV,EHV)

Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).

Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan


rendah.

Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi


materi Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat
diklasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa klasifikasi itu
dibuat.

Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah :


a. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan
peralatan perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
b. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination dan lain-
lain.

3
c. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka
tempat trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel,
transformer band, peralatan grounding,dan lain-lain.
d. SUTR dan SKTR, terdiri dari: sama dengan perlengkapan/material pada
SUTM dan SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya.

4
PARAMETER – PARAMETER SISTEM DISTRIBUSI
LISTRIK INDUSTRI

2.1 Sistem Pengawatan (Wiring)


Pada prinsipnya rangkaian pengawatan kelistrikan terbagi menjadi empat bagian, yaitu
bagian sumber daya, jalur transmisi, perangkat kontrol dan perangkat-perangkat yang
menggunakan daya listrik.
a. Sumber Daya
Sumber catu daya biasanya terdiri dari panel distribusi untuk 220 V/ 340 V,
kapasitas ampere total yang umumnya 60 – 200 A. Setiap rangkaian pada kotak
panel terhubung pada saluran netral-ground dan saluran fasa. Di dalam panel
terdapat power lag yaitu kawat berwarna hitam atau merah jika digunakan tegangan
220 V. Jalur netral-ground biasanya berupa kawat berwarna putih , dan hijau yang
berfungsi sebagai pengaman ground peralatan rumah tangga atau peralatan lainnya.
Jalur netral-ground selalu terhubung dengan tanah, atau ground jalan atau pipa air
dingin tergantung pada kode local

Gambar 4. Kotak Panel Sumber Daya

b. Jalur Transmisi
Di dalam lokasi sebuah industri, sering dapat ditemui tiang dengan beberapa kawat
membentang dari satu tiang ke tiang lainnya. Ini merupakan jalur untuk
mendistribusikan sumber daya listrik. Jalur distribusi dapat dibuat diatas tanah,
seperti terlihat pada di bawah, atau ditanam di dalam tanah. Pada tiang terdapat
beberapa komponen penting, seperti perangkat pengaman terhadap kebakaran atau
petir, isolator, kotak untuk pengaturan saluran daya, jangkar dan beberapa klem atau
penjepit, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

5
Gambar 5 Tiang distribusi udara

c. Peralatan Kontrol
Di industri dijumpai peralatan kontrol, misalnya saklar untuk menghi-dupkan atau
mematikan lampu, mesin, atau alat lainnya, dengan cara kerja manual maupun yang
dapat diprogram, sehingga banyak pekerjaan manusia yang dapat digantikan oleh
peralatan kontrol. Saat ini banyak sekali peralatan kontrol yang digunakan untuk
peralatan rumah tangga, misalnya mesin cuci. Gambar di bawah ini menunjukkan
salah satu alat kontrol yang dapat diprogram.

Gambar 6 Contoh Alat control

d. Peralatan yang menggunakan daya listrik


Sebagian besar perangkat di industri bekerja menggunakan sumber daya listrik, baik
AC maupun DC, mulai dari sistem penerangan, sistem kontrol, sistem informasi,
peralatan-peralatn ukur dan hiburan, dan sebagainya.
2.2 Hubungan Wye Atau Delta

6
Hubungan Wye-Delta ( Y-Δ ), Digunakan sebagai penaik tegangan untuk sistem
tegangan tinggi. Hubungan Y-Δ pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada gambar
di bawah ini :

Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan phasa
primer VLP = V dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan tegangan
phasa VLS = V . Sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah
sebagai berikut :

2.3 Rugi-rugi Pada Sistem Distribusi Di Pabrik


Untuk mengetahui rugi – rugi sistem distribusi listrik di pabrik dilihat dari efisiensi
peralatan dimana pada sebuah pabrik terdiri dari berbagai macam peralatan yang
digunakan untuk mensuplai dan mengendalikan aliran listrik dengan aman. Sistim ini
terdiri dari kabel, bus-bar dan konduktor lainnya. Selain itu juga dilengkapi dengan
switches, breakers, control centers dan transformer. Pada saat beroperasi setiap
peralatan akan kehilangan energi; dan secara keseluruhan rugi-rugi energi yang terjadi
pada sistem distribusi adalah sekitar 2,5 % - 7,5% dari total konsumsi listrik.

2.4 Konduktor
Energi yang hilang pada sebuah konduktor sebagai penghantar arus listrik, sesuai
dengan hubungan seperti berikut ini:
PL = I2R
dimana PL adalah power loss dalam Watt, I adalah kuat arus dalam Ampere, dan R
adalah tahanan dalam Ohm. Dengan demikian power loss pada konduktor naik
sebanding dengan kwadrat kuat arus yang mengalir melalui konduktor tersebut. Karena
tahanan dari konduktor berbanding terbalik dengan luas areanya, maka power loss akan
sebanding dengan kebalikan kwadrat diameter konduktor. Kehilangan energi ini

7
didisipasikan berupa panas, dan kapasitas hantaran atau ampacity ditentukan oleh
temperatur tertinggi dimana isolasinya masih dapat bertahan.
Kehilangan energi melalui sebuah konduktor akibat adanya arus yang mengalir, terjadi
disemua peralatan listrik. Rugi-rugi ini cukup besar terutama pada peralatan dengan
gulungan kawat yang besar, seperti transformer, motor dan peralatan induksi lainnya.
Karena tembaga adalah bahan konduktor yang biasanya digunakan, rugi-rugi ini sering
disebut dengan cooper loss (rugi-rugi tembaga). Biasanya juga disebut sebagai resistance
loss, I2R loss, atau electrical heating loss.

2.5 Kualitas Daya Listrik


Ukuran keandalan dan kualitas listrik secara umum ditentukan oleh beberapa parameter
sebagai berikut:
1. Frekuensi dengan satuan hertz (Hz) : Yaitu jumlah siklus arus bolak-balik
(alternating current, AC) per detik. Beberapa negara termasuk Indonesia
menggunakan frekuensi listrik standar, sebesar 50 Hz.

Frekuensi listrik ditentukan oleh kecepatan perputaran dari turbin sebagai


penggerak mula. Salah satu contoh akibat dari frekuensi listrik yang tidak stabil
adalah akan mengakibatkan perputaran motor listrik sebagai penggerak mesin-
mesin produksi di industri manufaktur juga tidak stabil, dimana hal ini akan
mengganggu proses produksi. Gangguan-gangguan yang terjadi pada sistem
frekuensi:
a. Penyimpangan terus-menerus (Continuous Deviation); frekuensi berada diluar
batasnya pada saat yang lama (secara terus-menerus), frekuensi standar 50 Hz
dengan toleransi 0,6 Hz ------ (49,4 – 50,6 Hz)
b. Penyimpangan sementara (Transient Deviation); penurunan atau penaikkan
frekuensi secara tiba-tiba dan sesaat.
2. Tegangan atau voltage dengan satuan volt (V); Tegangan yang baik adalah
tegangan yang tetap stabil pada nilai yang telah ditentukan. Walaupun terjadinya
fluktuasi (ketidak stabilan) pada tegangan ini tidak dapat di hindarkan, tetapi dapat
di minimalkan. Gangguan pada tegangan antara lain :
a. Fluktuasi Tegangan; seperti: Tegangan Lebih (Over Voltage), Tegangan Turun
(Drop Voltage) dan tegangan getar (flicker voltage)
Tegangan lebih pada sistem akan mengakibatkan arus listrik yang mengalir
menjadi besar dan mempercepat kemunduran isolasi (deterioration of
insulation) sehingga menyebabkan kenaikan rugi-rugi daya dan operasi,
memperpendek umur kerja peralatan dan yang lebih fatal akan terbakarnya
peralatan tersebut. Peralatan-peralatan yang dipengaruhi saat terjadi tegangan
lebih adalah transformer, motor-motor listrik, kapasitor daya dan peralatan
kontrol yang menggunakan coil/kumparan seperti solenoid valve, magnetic
switch dan relay. tegangan lebih biasanya disebabkan karena eksitasi yang
berlebihan pada generator listrik (over excitation), sambaran petir pada saluran
transmisi, proses pengaturan atau beban kapasitif yang berlebihan pada sistem
distribusi.
b. Tegangan turun pada sistem akan mengakibatkan berkurangnya intensitas
cahaya (redup) pada peralatan penerangan; bergetar dan terjadi kesalahan
operasi pada peralatan kontrol seperti automatic valve, magnetic switch dan
8
auxiliary relay; menurunnya torsi pada saat start (starting torque) pada motor-
motor listrik. Tegangan turun biasanya disebabkan oleh kurangnya eksitasi
pada generator listrik (drop excitation), saluran transmisi yang terlalu panjang,
jarak beban yang terlalu jauh dari pusat distribusi atau peralatan yang sudah
berlebihan beban kapasitifnya.
c. Tegangan Kedip (Dip Voltage); adalah turunnya tegangan (umumnya sampai
20%) dalam perioda waktu yang sangat singkat (dalam milli second).
Penyebabnya adalah hubungan singkat (short circuit) antara fasa dengan tanah
atau fasa dengan fasa pada jaringan distibusi. Tegangan kedip dapat
mengakibatkan gangguan pada: stabilisator tegangan arus DC, electromagnetic
switch, variable speed motor, high voltage discharge lamp dan under voltage
relay.
d. Harmonik Tegangan (Voltage Harmonic); adalah komponen-komponen
gelombang sinus dengan frekuensi dan amplitudo yang lebih kecil dari
gelombang asalnya (bentuk gelombang yang cacat), Contoh :
kV.Gelombang asal : (28,3)
kV.Harmonik ke-3 : (28,3/3)
kV.Harmonik ke-5 : (28,3/5)
Tegangan harmonik dapat mengakibatkan: panas yang berlebihan, getaran
keras, suara berisik dan terbakar pada peralatan capacitor reactor (power
capacitor); meledak pada peralatan power fuse (power capacitor); salah
beroperasi pada peralatan breaker; suara berisik dan bergetar pada peralatan
rumah tangga (seperti TV, radio, lemari pendingin dsb.); dan pada peralatan
motor listrik, elevator dan peralatan-peralatan kontrol akan terjadi suara
berisik, getaran yang tinggi, panas yang berlebihan dan kesalahan operasi.
Kontribusi arus harmonik akan menyebabkan cacat (distorsi) pada tegangan,
tergantung seberapa besar kontribusinya.
e. Cara mengurangi pengaruh tegangan harmonik yang terjadi pada sistem adalah
dengan memasang harmonic filter yang sesuai pada peralatan-peralatan yang
dapat menyebabkan timbulnya harmonik seperti arus magnetisasi transformer,
static VAR compensator dan peralatan-peralatan elektronika daya (seperti
inverter, rectifier, converter, dsb.)
f. Ketidak seimbangan tegangan (Unbalance Voltage); umumnya terjadi di
sistem distribusi karena pembebanan fasa yang tidak merata.
Gangguan-gangguan tegangan sebagaimana dijelaskan diatas dapat
menyebabkan peralatan-peralatan yang menggunakan listrik, beroperasi secara
tidak normal dan yang paling fatal adalah kerusakan atau terbakarnya
peralatan.
3. Interupsi atau Pemadaman Listrik; Interupsi ini dapat dibedakan menjadi:
Pemadaman yang direncanakan (Planned Interruption/scheduled interruption);
adalah pemadaman yang terjadi karena adanya pekerjaan perbaikan atau perluasan
jaringan pada sistem tenaga listrik.
b. Pemadaman yang tidak direncanakan (Unplanned Interruption); adalah
pemadaman yang terjadi karena adanya gangguan pada sistem tenaga listrik seperti
hubung singkat (short circuit). Parameter-parameter yang menentukan keandalan
dan kualitas listrik sebagaimana dijelaskan diatas adalah sesuatu yang meyakinkan

9
(measureable) dan dapat diminimalkan dengan cara mengkoreksi terhadap
konfigurasi dan peralatan pada sistem, manajemen serta sumber daya manusia yang
handal dari perusahaan yang menjual energi listrik.
4. Demand and Integration
Kebutuhan daya pada tiap interval waktu tertentu dikenal dengan istilah demand.
Integration sendiri adalah istilah menjelaskan konsumsi daya (active power,
apparent power dan reactive power) yang direkam oleh alat dari START hingga
STOP. Satuan yang digunakan dalam pengukuran integration adalah KWH (active
power), KVAH (apparent power ) dan KVARH(reactive power).

Fungsi dari pengukuran demand dan integration :

Fasilitas demand digunakan untukmengetahui kapan terjadinya puncak kebutuhan


daya. Hal ini akan sangat berguna bagi kita dalam menganalisa penyebab
terjadinya beban puncak.

Perhatikan pada gambar . Dari grafik tersebut kita dapat mengetahui kebutuhan
puncak konsumsi daya terjadi pada pukul 15.32 sebesar 7.4637 kW. Pada saat itu,
proporsi pembebanan kurang lebih menyerap 18% dari total pembabanan.
Sedangkan Pengukuran intregation dapat anda manfaatkan sebagai bahan evaluasi
dari upaya efisiensi daya yang telah dilakukan. Melalui pengukuran intregatio,
dapat diketahui berapa besar komsumsi daya aktif yang terpakai dan yang ter
regenerasi.

10
Gambar hasil pengukuran demand integration
5. Faktor daya
Istilah faktor daya atau power factor (PF) atau cos phi merupakan istilah yang
sering sekali dipakai di bidang-bidang yang berkaitan dengan pembangkitan
dan penyaluran energi listrik. Faktor daya merupakan istilah penting, tidak
hanya bagi penyedia layanan listrik, namun juga bagi konsumen listrik
terutama konsumen level industri. Penyedia layanan listrik selalu berusaha
untuk menghimbau konsumennya agar berkontribusi supaya faktor daya
menjadi lebih baik, pun para konsumen industri juga berusaha untuk
mendapatkan faktor daya yang baik agar tidak sia-sia bayar mahal kepada
penyedia layanan.

11
TEKNIK AUDIT ENERGI

Untuk mencapai sasaran dalam pelaksanaan audit energy, maka diperlukan rencana
implementasi dan mekanisme pelaksanaan audit energy, dimana pelaksanaan audit energy
secara garis besar adalah sebagai berikut:

3.1 Pengumpulan Data

Data-data yang perlu dikumpulkan adalah


a. Data Desain / Nameplate
b. Data Aktual
Data actual ini adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap kinerja
sistem distribusi listrik yang mencakup proses dan parameter-parameter yang
mempengaruhi kinerja sistem distribusi listrik
c. Buat Checklist / kuisioner
Checklist/kuisioner dibuat sebagai pegangan dan panduan dalam pelaksanaan audit
energy untuk mengambil data-data yang diperlukan sesuai dengan peralatan atau
system yang akan dianalisa (dapat dillihat pada lampiran).
d. Data Pendukung
Data pendukung adalah data-data yang meliputi; data historical penggunaan energy
listrik, diagram alir distrinbusi listrik, bagan proses, laporan produksi (harian, bulanan,
dan tahunan)

3.2 Peralatan Ukur


a. Power Meter Digital

Power Meter Digital digunakan untuk mengukur Volt, Ampere, Hz, kVA, kW,
harmonic, unbalance, kVAR, Wh dan cos phi. Power Meter ini dapat di program
besaran CT dan VT sehingga penggunaan nya universal. Dapat di aplikasikan
pada jaringan 3 Phasa (R, S, T dan netral) dan 1 phasa. Cara pemakaian letakkan
CT dan VT pada sebuah panel suatu jaringan, kemudian akan tampil parameter
yang dicantumkan diatas pada LCD power meter.

12
b. Analizer Clamp On

Berfungsi untuk mendapatkan parameter sebagai berikut : kW, kVA, Volt,


Ampere, dan cos phi (faktor daya) pada instalasi listrik kemudian dapat juga
mengetahui posisi phasa R, S, dan T beban pada instalasi. Cara pemakaian di
clamp kan pada setiap phasa R, S, dan T untuk mendapatkan parameter
pengukuran seperti yang dicantumkan diatas.

c. IR Thermoscanning

IR Thermoscanning berfungsi untuk mengetahui thermal imagine, dapat


mengetahui temperature benda seperti kabel, pipa dan peralatan instalasi
lainnya. Kemudian cara pemakain arahkan kepada suatu benda kemudian switch
ke posisi ON pada benda yang akan diukur temperaturnya untuk memperoleh
thermal imagine.

3.3 Tata Cara Pengukuran


Posisi dan tata cara pengukuran sangat penting diperhatikan, karena kesalahan
dalam mengambil data akan mengakibatkan kesalahan dalam analisis/evaluasi dan
rekomendasi, adapun tata cara pengukuran pada sistem distribusi listrik adalah ;

 Mempelajari sistem instalasi pada industri tersebut.


 Mengambil data-data dari check list dan control chart sebagai data tambahan
 Menentukan metode operasi umum
 Memastikan kesesuaian pada semua peralatan
 Memeriksa

13
Pengukuran kualitas listrik menggunakan perangkat Power Quality Analyzer :

Cara pengukuran dengan power analyzer :

Pengukuran kualitas listrik dengan menggunakan perangkat Power Quality Analyzer


mungkin bukanlah suatupekerjaan yang asing bagi kita. Pengukuran dengan tujuan
mendapatkan beberapa parameter Power ( Active Power, Apparent Power, Reactive
Power, Integration dan Power Factor ) adalah salah satu contoh pengukuran yang
mungkin telah menjadi rutinitas kita dalam proses maintenance powerline. Paradigma
pengukuran power quality yang berbasiskan parameter diatas ternyata masih bertahan
hingga saat ini.

Cara pemakaian letakkan CT dan VT pada sebuah panel suatu jaringan, kemudian akan
tampil parameter yang dicantumkan diatas pada LCD power meter.Lakukan setting
terhadap alat ukur unutk merekam parameter – parameter yang akan di ukur. Seperti
terlihat pada gambar pengukuran dengan power analyzer.

14
METODA ANALISA PERHITUNGAN RUGI – RUGI
SISTEM DISTRIBUSI
4.1 Transformator
Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan hukum Ampere dan hukum Faraday,
yaitu: arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan magnet
dapat menimbulkan arus listrik. Jika pada salah satu kumparan pada transformator
diberi arus bolak-balik maka jumlah garis gaya magnet berubah-ubah. Akibatnya pada
sisi primer terjadi induksi. Sisi sekunder menerima garis gaya magnet dari sisi primer
yang jumlahnya berubah-ubah pula. Maka di sisi sekunder juga timbul induksi,
akibatnya antara dua ujung terdapat beda tegangan.

a. Perhitungan Arus Beban Penuh Transformator


Daya transformator bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi (primer) dapat
dirumuskan sebagai berikut :

S = √ 3 . V . I (1)
dimana
S : daya transformator (kVA)
V : tegangan sisi primer transformator (kV)
I : arus jala-jala (A)

Sehingga untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat


menggunakan rumus

IFL =

dimana
IFL : arus beban penuh (A)
S : daya transformator (kVA)
V : tegangan sisi sekunder transformator (kV)

b. Losses (rugi-rugi) Akibat Adanya Arus Netral pada Penghantar Netral


Transformator Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa
pada sisi sekunder trafo (fasa R, fasa S, fasa T) mengalirlah arus di netral trafo.
Arus yang mengalir pada penghantar netral trafo ini menyebabkan losses (rugi-
rugi).

Losses pada penghantar netral trafo ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

P N = I N2. R N (3)

dimana
PN : losses pada penghantar netral trafo (watt)
IN : arus yang mengalir pada netral trafo (A)
RN : tahanan penghantar netral trafo (Ω)
15
Sedangkan losses yang diakibatkan karena arus netral yang mengalir ke tanah
(ground) dapat dihitung dengan perumusan sebagai berikut :

P G = I G2 . R G (4)

dimana
PG : losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah (watt)
IG : arus netral yang mengalir ke tanah (A)
RG : tahanan pembumian netral trafo (Ω)

c. Ketidakseimbangan Beban

Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan di mana :


• Ketiga vektor arus / tegangan sama besar.
• Ketiga vektor saling membentuk sudut 120º satu sama lain.

Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan di


mana salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi.
Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada 3 yaitu :

• Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120º satu sama lain.
• Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120º satu sama lain
• Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120º satu sama
lain

Gambar Vektor Diagram Arus

menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan seimbang. Di sini terlihat bahwa
penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) adalah sama dengan nol sehingga
tidak muncul arus netral (IN). Sedangkan pada Gambar 4.1(b) menunjukkan
vektor diagram arus yang tidak seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan
ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) tidak sama dengan nol sehingga muncul sebuah
besaran yaitu arus netral (IN) yang besarnya bergantung dari seberapa besar faktor
ketidakseimbangannya.

d. Penyaluran Dan Susut Daya

Misalnya daya sebesar P disalurkan melalui suatu saluran dengan penghantar


netral. Apabila pada penyaluran daya ini arus-arus fasa dalam keadaan seimbang,
maka besarnya daya dapat dinyatakan sebagai berikut :

16
P = 3 . [V] . [I] . cosϕ (5)

dengan
P : daya pada ujung kirim
V : tegangan pada ujung kirim
cosϕ : faktor daya

e. Efisiensi Trafo

Rugi-rugi terjadi pada saat proses konversi tegangan. Karena transformer tidak
mempunyai bagian yang bergerak, efisiensinya cukup tinggi. Besarnya rugi-rugi
pada transformer dengan beban penuh berkisar antara 0,4 - 3 %, tergantung pada
desain, ukuran dan kondisi operasi. Kehilangan energi yang terjadi dapat dihitung
dengan menggunakan definisi efisiensi transformer sebagai berikut:

Efisiensi (%) = Output/Input

= Output/(Output + Losses),

dimana input, output dan losses (rugi-rugi) dinyatakan dalam W atau KW.
Transformer dikatakan berefisiensi rendah bila nilainya kurang dari 98 % ; atau
dengan perkataan lain rugi-rugi energi tidak boleh lebih 2 %.

Rugi-rugi pada transformer terdiri dari iron loss dan copper loss. Sebagai hasil
dari terjadinya proses magnetisasi dan demagnetisasi secara bergantian pada inti
besi, dan pada dasarnya tidak tergantung dari beban. Copper losses, seperti yang
dibicarakan pada Bab 3.3.1, besarnya bervariasi sebanding dengan kwadrat arus,
sebanding pula dengan kwadrat beban transformer pada tegangan konstan. Power
factor yang rendah juga akan menyebabkan naiknya transformer losses.

Jumlah rugi-rugi ini tergantung dari desain transformer. Demikian pula kwalitas
material inti besi dan kabel tembaga yang digunakan pada pembuatan transformer
mempunyai peranan yang penting. Dengan demikian, pemilihan awal sebuah
transformer dengan losses yang minimum adalah cara terbaik untuk mendapatkan
efisiensi yang tinggi.

4.2 Konduktor

Rugi-rugi Energi Pada Konduktor

Energi yang hilang pada sebuah konduktor sebagai penghantar arus listrik, sesuai dengan
hubungan seperti berikut ini:

PL = I2R

dimana PL adalah power loss dalam Watt, I adalah kuat arus dalam Ampere, dan R adalah
tahanan dalam Ohm. Dengan demikian power loss pada konduktor naik sebanding dengan
kwadrat kuat arus yang mengalir melalui konduktor tersebut. Karena tahanan dari
konduktor berbanding terbalik dengan luas areanya, maka power loss akan sebanding
dengan kebalikan kwadrat diameter konduktor.
17
Kehilangan energi ini didisipasikan berupa panas, dan kapasitas hantaran atau ampacity
ditentukan oleh temperatur tertinggi dimana isolasinya masih dapat bertahan.

Kehilangan energi melalui sebuah konduktor akibat adanya arus yang mengalir, terjadi
disemua peralatan listrik. Rugi-rugi ini cukup besar terutama pada peralatan dengan
gulungan kawat yang besar, seperti transformer, motor dan peralatan induksi lainnya.
Karena tembaga adalah bahan konduktor yang biasanya digunakan, rugi-rugi ini sering
disebut dengan cooper loss (rugi-rugi tembaga). Biasanya juga disebut sebagai resistance
loss, I2R loss, atau electrical heating loss.

4.3 Kualitas Daya

Analisa kualitas daya dilakukan agar kita dapat mengetahui kualitas daya sistem kelistrikan.
Analisa dilakukan dengan melihat hasil pengukuran dengan alat power analyzer yang
digunakan. Data – data hasil pengukuran yang direkam oleh alat ukur diolah sehinggah bisa
didapat hasil kualitas daya dalam rentang waktu pengukuran yang dilakukan, juga mendapat
trend kualitas daya dalam waktu tertentu.

Salah satu contoh analisa kualitas daya dengan alat ukur power analyzer :

Pengukuran THD ( Total Harmonic Distortion )

Sebelum kita menganalisa terlebih dahulu kita harus tahu apa dampak dari THD ini
terhadap sistem distribusi listrik. Dampaknya adalah sebagai berikut :

 Meningkatnya aliran arus pada kawat netral


 Motor dan trafo akan lebih cepat panas sehingga
 mengurangi umur pemakaian
 Mengurangi efisiensi dari kerja transformer karena sebagian besar kinerjanya
digunakan untuk mengakomodasi harmonisa
 Munculnya noise berupa suara
 Terbakarnya kabel/konduktor penghantar meskipun belum mencapai nilai
maksimum

Hasil pengukuran

18
e

Gambar hasil pengukuran THD dengan power analyzer

Dari hasil pengukuran ini maka kita olah dengan mencari nilai maximum, nilai minimum
dan nilai average dari data yang di record dalam rentang waktu yang diatur pada alat
ukur.Hasil data ini disesuikan dengan nilai standar yang ada untuk mengetahui apakah
nilai THD yang diukur masih sesuai dengan nilai standar yang ada.

19
PELUANG – PELUANG PONTESI PENGHEMATAN
5.1 Perancangan Sistem Distribusi Pabrik Baru

Saat terbaik untuk memulai mendapatkan penghematan energi pada sistem distribusi listrik
adalah selama masa perancangan (design) pabrik baru, perluasan atau rehabilitasi pabrik.
Daftar berikut ini merupakan beberapa langkah yang sebaiknya diikuti untuk memastikan
bahwa sistem distribusi yang terpasang adalah yang terbaik dan paling efisien.

1. Adakan survei untuk mengetahui berapa besarnya beban pabrik yang diharapkan.
Perhitungkan jumlah motor, pompa, kompresor dan peralatan lainnya. Termasuk
memperkirakan demand untuk penerangan, air conditioning dan instrumentasi.
Tentukan total demand dalam kVA.
2. Gambarkan rencana peletakan (plot plan), termasuk lokasi substation utama, pusat
distribusi listrik, pusat pengendalian motor (MCC) besar dan panel utama lainnya.
3. Tentukan tata-letak optimum dan tipe sistem distribusi listrik untuk pabrik. Tentukan
besar tingkat tegangan yang dibutuhkan. Evaluasi pemilihan sistem yang
dibutuhkan, sistem primary selective atau secondary selective, dan kemungkinan
perlunya back-up power atau generator darurat.
4. Buatlah single line diagram dari keseluruhan sistem distribusi listrik. Diagram
tersebut sebaiknya mencakup lokasi beban dan bagaimana beban-beban tersebut
mendapatkan aliran listrik. Diagram ini harus selalu di koreksi (updated) selama
proses perancangan berlangsung, sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk
perhitungan short circuit, studi koordinasi, power factor correction, pemilihan
peralatan serta rencana perluasan.
5. Memulai membuat spesifikasi dan ukuran peralatan. Carilah peralatan yang paling
efisien dan difabrikasi dengan baik dengan harga dan waktu pengadaan yang sesuai.
Perhatian yang teliti juga perlu pada peralatan-peralatan kecil seperti bus-bar, race-
ways dan circuit breaker. Pastikan semua kode yang digunakan sesuai dengan
rancangan/design.
6. Memeriksa secara seksama setiap penawaran peralatan untuk mengevaluasi efisiensi
dan losses dari peralatan. Terutama pemeriksaan pada peralatan seperti motor-motor
dan transformer. Buatlah perhitungan untuk memeriksa ukuran yang optimum dari
konduktor. Pastikan semua kode yang digunakan sesuai dengan peralatan.

5.2 Perbaikan Power factor

Perbaikan faktor kerja adalah suatu usaha atau langkah langkah untuk dapat mencapai
system kelistrikan yang optimal dan penghematan. Power factor yang buruk dapat
merugikan suatu sistem kelistrikan. Adapun kerugian yang dapat ditimbulkan dengan
adanya factor kerja yang buruk atau rendah adalah :
1. Daya terpasang listrik PLN ( KVA) tidak dapat optimal. Jika beban yang ada sudah
mencapai batas arus yang diijinkan . maka tidak dapat menambah beban listrik lagi
sedangkan kw yang terpakai masih dibawah daya terpasang.
2. Dengan power factor yang rendah akan dikenakan penalty / denda dari PLN yang
nilai rupiah / kvarh nya cukup tinggi. Hal ini karena sudah melebihi ketentuan yang
distandarkan dari PLN yaitu sebesar 0,85.
3. Dengan power factor yang rendah maka arus menjadi lebih tinggi. Dengan arus
20
yang tinggi ini akan menjadikan kabel lebih panas karena energi yang terbuang
karena arus . sesuai dengan rumus I Rt . maka dengan tahanan kabel yang tetap dan
arus yang melewati kabel berbanding lurus dengan panas yang dikeluarkan.
4. Jika instalasi dengan kabel penghantar yang panjang dan jauh maka akan
menyebabkan tegangan jatuh ( V ) semakin besar diujung beban . Tegangan jatuh
berbanding lurus dengan arus yang melewati penghantar.

Dengan keempat kerugian yang ditimbulkan oleh karena power factor yang rendah maka
diupayakan memperbaikinya dengan memasang capasitor bank.
Bagaimanakah konsep dasar sehingga dengan pemasangan kapasitor bank dapat
memperbaiki factor kerja dari suatu sistem kelistrikan ? Hal itu dapat dijelaskan sebagai
berikut:
 Beban beban yang mempunyai kecenderungan memiliki cosphi kurang dari satu
tertinggal ( leaging) adalah beban beban listrik yang mempunyai unsur lilitan dan
inti besi. Semisal lampu tabung denga ballastnya, motor motor listrik, las listrik
dan transformator regulator.
 Sehingga daya listrik yang dipakai untuk mengoperasikan peralatan tersebut terdiri
dari dua unsur yaitu daya aktif dan daya reaktif.
 Daya aktif adalah daya yang terpakai yang terukur dengan kilowattmeter. Daya ini
membentuk energi aktif persatuan waktu dan dapat diukur dengan kwh meter.
 Sedangkan daya reaktif adalah daya yang terpakai sebagai energi pembangkitan
flux magnetic sehingga timbul magnetisasi. Dan daya ini dikembalikan ke system
karena efek induksi elektromagnetik itu sendiri.
Capasitor bank adalah sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara parallel
untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu. Besaran yang sering dipakai adalah Kvar
(Kilovolt ampere reaktif) meskipun didalamnya terkandung / tercantum besaran kapasitansi
yaitu Farad atau microfarad. Kapasitor ini mempunyai sifat listrik yang kapasitif (leading).
Sehingga mempunyai sifat mengurangi / menghilangkan terhadap sifat induktif (leaging)
.Dengan Dasar inilah Nilai power factor diperbaiki.

5.3 Kehandalan Sistem Instalasi Harus Sesuai Standar Sistem Kelistrikan


Persyaratan Umum Instalasi Listrik harus mengacu pada PUIL-2000, sebagai acuan
dalam perancangan, pemasangan, pengamanan dan pemeliharaan instalasi di dalam
bangunan. Peraturan Instalasi Ketenagalistrikan untuk perancangan instalasi mengacu
SNI, IEC, PUIL atau Standar lain berdasarkan “the best engineering practies” dan
dilakukan oleh Perusahaan Jasa Perancangan Teknik yang telah disertifikasi.
Peraturan Instalasi ketenagalistrikan untuk bidang konstruksi, dilaksanakan oleh
perusahaan jasa konstruksi bidang ketenagalistrikan yang telah di sertifikasi.
Hasilkonstruksi/pemasangan perlu diinspeksi oleh inspektur (perorangan) atau
perusahaan jasa inspeksi teknik. Testing atau pengujian dilakukan untuk memastikan
dan menjamin instalasi tenaga listrik telah memenuhi standar keselamatan dan standar
unjuk kerja. Testing ini dilakukan oleh lembaga/perusahaan jasa inspeksi teknik yang
telah diakreditasi.

Operasi dan Pemeliharaan Instalasi, merupakan tanggung jawab setiap pemilik dan
perusahaan O & M, dan dilakukan oleh tenaga teknik yang memenuhi persyaratan

21
sesuai peraturan yang ada, diinspeksi secara berkala sesuai dengan persyaratan
pelaporan operasi dan pemeliharaan. Pelarangan memproduksi, mengimpor atau

mengedarkan peralatan/pemanfaat listrik yang tidak memiliki “label keselamatan


dan/atau label efisien”.

Penerapan sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran. Peraturan Tenaga Teknik
Sektor Ketenagalistrikan. Tujuan sertifikasi tenaga teknik :

a. Klasifikasi tenaga teknik sesuai kualifikasi.


b. Memastikan pekerjaan dilaksanakan oleh tenaga teknik yang kompeten.
c. Memastikan tenaga teknik yang bekerja di dalam negeri bersertifikasi.
d. Menjamin tersediannya tenaga teknik memahami tentang keandalan,
keselamatan, dan lindungan lingkungan.
e. Tenaga Teknik untuk Usaha Penunjang Tenaga Listrik.
f. Kualifikasinya ditentukan menurut standar kompetensi.
g. Sertifikasi dilakukan oleh Organisasi Profesi yang berakreditasi.

Organisasi Profesi Tenaga Teknik dibentuk untuk membantu membuat atau


menetapkan, mengimplementasikan dan mengevaluasi program akreditasi dan
sertifikasi personil atau pengembangan kurikulum dan program pendidikan dan
pelatihan. Jasa Pendidikan dan Pelatihan mencakup usaha menciptakan sumber daya
manusia yang berkualifikasi, menyiapkan SDM agar lulus sertifikasi, yang dilakukan
oleh lembaga diklat yang terakreditasi.

22

Anda mungkin juga menyukai