Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi yang semakin pesat memicu kebutuhan akan
energi, terutama energi listrik. Masalah listrik menjadi polemik yang
berkepanjangan dan memunculkan berbagai kondisi dalam kehidupan
manusia. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa listrik telah menjadi
bagian yang sangat penting bagi umat manusia. Oleh karena itu tidak
berlebihan jika listrik dikatakan sebagai salah satu kebutuhan utama bagi
penunjang dan pemenuhan kebutuhan manusia.
Pada sistem tenaga listrik, sistem distribusi berfungsi untuk menyalurkan
daya listrik dari sumber daya listrik besar (bulk power source) sampai ke
beban atau konsumen. Sistem distribusi dibagi atas dua bagian yaitu sistem
distribusi primer dan sistem distribusi sekunder. Kedua sistem distribusi ini
dibedakan atas tegangan kerjanya. Sesuai dengan Standar Perusahaan Listrik
Negara (SPLN), tegangan kerja untuk sistem distribusi primer adalah 6 kV,
12 kV, dan 20 kV, sedangkan tegangan kerja untuk sistem distribusi sekunder
adalah 220/380 Volt. Sehingga dengan meningkatnya usaha di bidang industri
dan rumah tangga yang umumnya bersifat beban induktif, maka kebutuhan
daya reaktif induktif akan meningkat yang menyebabkabkan terjadinya drop
tegangan.
Drop tegangan pada sistem distribusi baik sistem distribusi tegangan
menengah maupun tegangan rendah merupakan masalah penting dalam
sistem penyaluran daya ke konsumen listrik. Drop tegangan yang buruk dapat
mengakibatkan permasalahan di sisi konsumen seperti kerusakan peralatan-
peralatan listrik, peralatan listrik bekerja tidak optimal, umur peralatan listrik
menjadi pendek. Oleh karena itu drop tegangan selalu dibatasi nilai yang
diizinkannya. Menurut standar SPLN No. 72 Tahun 1987 bahwa batas drop
tegangan yang diinginkan tidak melebihi 5% dari tegangan kerja nominalnya,
hal ini bertujuan untuk melindungi konsumen listrik agar tidak merusak
peralatan-peralatan listrik konsumen.
Oleh karena itu tegangan pada sistem distribusi perlu dijaga sehingga tetap
pada batas-batas yang diizinkan (5%) dari tegangan nominal sistem. Salah
satu yang bisa dilakukan untuk mengurangi drop tegangan adalah melakukan
perbaikan profil tegangan dengan pemasangan bank kapasitor dan penaikan
tap changer. Dengan pemasangan peralatan tersebut diharapkan profil
tegangan akan lebih baik dan nilai drop tegangan akan mengecil.
Salah satu feeder pada sistem kelistrikan Kabupaten Pasaman Barat yang
mengalami drop tegangan di luar batas-batas yang diizinkan adalah feeder
Talu yaitu sebesar 9%. Feeder Talu merupakan Saluran Udara Tegangan
Menengah (SUTM) tipe radial dengan panjang saluran 6 km. Feeder ini
menyalurkan daya listrik di mulai dari Simpang Empat sampai ke talu.
Dari uraian diatas, penulis mengambil judul “Evaluasi Penambahan
Kapasitor Bank dan Pengaturan Tap Changer untuk Perbaikan Profil
Tegangan Listrik Feeder Talu Dengan Simulator Etap”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah ;
Bagaimana pengaruh pemakaian kapasitor bank dan penaikan tap
changer terhadap jatuh tegangan di jaringan distribusi feeder Talu ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tugas akhir ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh pemakaian kapasitor bank dalam perbaikan profil
tegangan listrik Feeder Talu.
2. Mengetahui pengaruh penaikan Tap Changer dalam perbaikan profil
tegangan listrik Feeder Talu.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya mengenai pengaruh pemakaian kapasitor bank dan tap changer
dalam perbaikan profil tegangan.
2. Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam
penentuan tegangan yang digunakan dalam sistem jaringan transmisi dan
distribusi bagi PT. PLN Area Pasaman Barat gardu hubung lubuk begalun

1.5 Batasan Masalah


1. Menggunakan software Etap simulator.
2. Tidak secara bersamaan dalam penggunaan kapasitor dan tap changer
untuk memperbaiki tegangan, melainkan satu per satu yang akan di
ujikan.terhadap jatuh tegangan di jaringan distribusi feeder Talu ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Tenaga Listrik


Sistem tenaga listrik merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi mulai dari
unit pembangkit listrik, unit transmisi listrik, sampai unit distribusi listrik dalam
upaya menyalurkan listrik dari produsen kepada konsumen dengan dilengkapi
sistem proteksi pada kesatuan tersebut. Menurut PT. PL (Persero) (2010b : 2),
ada tiga bagian penting dalam proses penyalura tenaga listrik, yaitu
Pembangkitan, Penyaluran (Transmisi), dan Distribusi. Secara umum skema
sistem tenaga listrik ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram satu garis sistem tenaga listrik


Sumber : http://ehendra.wordpress.com/stl-01/
(Adib Gustian Nigara, Analisis Aliran Daya Sistem Tenaga Listrik : 2015 :Hal 6)

Energi listrik yang dihasilkan di pusat pembangkit listrik akan disalurkan


melalui saluran transmisi kemudian melalui saluran distribusi akan sampai ke
konsumen.

2.2 Sistem Distribusi


Sistem distribusi merupakan salah satu bagian dalam sistem tenaga listrik,
yaitu dimulai dari sumber daya atau pembangkit tenaga listrik sampai kepada para
konsumen. Pada masa sekarang ini dimana kebutuhan akan tenaga listrik
meningkat, maka diperlukan suatu sistem pendistribusian tenaga listrik dari
pembangkit sampai kepada para konsumen yang memiliki keandalan yang tinggi.
Tenaga listrik yang didistribusikan tersebut tidak hanya tegangan menengah dan
rendah saja, namun juga tegangan tinggi dan ekstra tinggi. Namun yang umum
disebut sistem distribusi adalah sistem tegangan menengah (primer) dan
teganganrendah (sekunder).

2.2.1 Klasifikasi Berdasarkan Nilai Tegangan


Menurut nilai tegangannya, sistem distribusi dibedakan menjadi dua
macam :
1. Sistem Distrubusi Tegangan Menengah / Primer
Sistem distrubusi primer terletak di antara gardu induk dengan
gardu pembagi. Sistem ini memiliki tegangan sistem lebih tinggi dari
tegangan terpakai untuk konsumen. Standar tegangan untuk jaringan
distribusi primer ini adalah 6 kV, 10 kV, dan 20 kV ( sesuai standar
PLN ).
Saluran distribusi tegangan menengah terbagi menjadi 2 bagian
yaitu saluran utama dan saluran cabang. Saluran utama biasa disebut
sebagai penyulang utama merupakan bagian dari jaringan distribusi
tegangan menengah dengan luas penampang terbesar. Sedangkan
saluran cabang merupakan percabangan dari penyulang utama.
Saluran cabang memiliki luas penampang saluran yang lebih kecil dari
saluran utama.
2. Sistem Distribusi Tegangan Rendah / Sekunder
Sistem distribusi sekunder berfungsi sebagai penyalur tenaga
listrikdari gartdu-gardu pembagi ( gardu distribusi ) ke pusat-pusat
beban ( konsumen tenaga listrik ). Standar tegangan untuk jaringan
distribusi sekunder adalah 127/220 V untuk sistem lama, 220/380 V
untuk sistem baru, dan 440/550 V untuk keperluan industri.
2.2.2 Klasifikasi Berdasarkan Sistem Penyaluran
Berdasarkan sistem penyalurannya, jaringan distribusi dapat
dikelompokkan menjadi dua macam yaitu saluran udara (overhead line)
dan saluran bawah tanah (undergroumd line). Saluran udara merupakan
sistem penyaluran tenaga listrik melalui kawat penghantar yang ditompang
pada tiang listrik. Sedangkan saluranbawah tanah merupakan sistem
penyaluran tenaga listrik melalui kabel-kabel yang ditanamkan di dalam
tanah.
1. Saluran udara (overheadline)
Saluran udara atau overhead line adalah sistem penyaluran
tenaga listrik melalui kawat penghantar yang ditopang pada tiang
listrik. Saluran udara dapat dibedakan menjadi 2 macam,yaitu:
o Saluran kawat udara
Apabila konduktor saluran telanjang atau tanpa isolasi
pembungkus
maka disebut dengan saluran kawat udara.
o Saluran kabel udara,
Apabila konduktor saluran udara terbungkus isolasi maka
disebut dengan saluran kabel udara.
Penggunaan saluran udara mempunyai beberapa keuntungan,
meliputi lebih mudah dalam pemasangan, dapat digunakan untuk
penyaluran tenaga listrik di atas 66 kV, lebih fleksibel dan leluasa
apabila akan diadakan perluasan beban, serta mudah dalam proses
pengatasian dan pendeteksian bila terjadi gangguan hubung
singkat.
Saluran udara mempunyai beberapa kekurangan meliputi
mudah terpengaruh oleh kondisi atmosfer maupun kemungkinan
tertimpa pohon, sukar untuk menempatkan saluran udara di
wilayah yang penuh dengan bangunan tinggi, tegangan drop lebih
tinggi akibat efek kulit, induktansi dan kapasitansi, serta biaya
pemeliharaan lebih mahal karena perlu jadwal pengecatan dan
penggantian material listrik bila terjadi kerusakan.
2. Saluran bawah tanah (undergroundline)
Saluran bawah tanah adalah sistem penyaluran tenaga listrik
menggunakan kabel tanah (ground cable) yang dipasang di dalam
tanah. Saluran bawah tanah mempunyai beberapa keuntungan
seperti tidak terpengaruh oleh kondisi atmosfer maupun
kemungkinan tertimpa pohon, tidak mengganggu pandangan, lebih
sempurna dan lebih indah dipandang, mempunyai batas umur pakai
dua kali lipat dari saluran udara, tegangan drop lebih rendah
dibandingkan saluran udara karena masalah induktansi bisa
diabaikan, serta biaya pemeliharaan lebih murah karena tidak perlu
adanya pengecatan.
Terdapat kekurangan dari penggunaan saluran bawah tanah
yang meliputi biaya investasi pembangunan lebih mahal
dibandingkan dengan saluran udara, usaha pencarian titik gangguan
tidak mudah jika terjadi gangguan hubung singkat, perlu
pertimbangan-pertimbangan teknis yang lebih mendalam di dalam
perencanaan, serta dapat terpengaruh bila terjadi bencana banjir,
desakan akar pohon, dan ketidakstabilan tanah.
2.2.3 Klasifikasi Berdasarkan Susunan Rangkian
Menurut susunan rangkaiannya, sistem distribusi dapat dibedakan
menjadi empat macam yaitu:
1. Jaringan distribusi radial
Bentuk jaringan distribusi radial seperti yang terlihat pada
Gambar 2.1 merupakan bentuk dasar yang paling sederhana dan
paling banyak digunakan. Dinamakan radial karena saluran ini
ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber dari
jaringan itu,dan dicabang-cabang ke titik-titik beban yang dilayani.
Catu daya berasal dari satu titik sumber. Arus beban yang mengalir
sepanjang saluran menjadi tidak sama besar karena terdapat
pencabangan-pencabangan ke titik-titik beban pada saluran.
Gambar 2.1. Jaringan distribusi tipe radial
Kelebihan jaringan bentuk radial selain bentuknya yang
sederhana juga biaya investasi yang relatif murah. Sedangkan
kelemahan dari jaringan bentuk radial adalah kualitas pelayanan
daya relatif jelek karena rugi tegangan dan rugi daya yang terjadi
pada saluran relatif besar. Kontinyuitas pelayanan daya pun tidak
terjamin, dikarenakan antara titik sumber dan titik beban hanya
terdapat satu alternatif saluran sehingga bila saluran tersebut
mengalami gangguan, maka seluruh rangkaian sesudah titik
gangguan akan mengalami “black out” secara total.
2. Jaringan distribusi ring (loop)
Jaringan distribusi ring atau loop merupakan jaringan distribusi
bentuk tertutup. Pada titik beban terdapat dua alternatip saluran
berasal lebih dari satu sumber. Susunan rangkaian penyulang
membentuk ring sehingga memungkinkan titik beban dilayani dari
dua arah penyulang. Dengan begitu kontinyuitas pelayanan menjadi
lebih terjamin. Kualitas dayanya pun menjadi lebih baik karena
rugi tegangan dan rugi daya pada saluran menjadi lebih kecil.
Gambar 2.2. Jaringan distribusi tipe loop

Dengan bentuk jaringan distribusi loop maka kualitas dan


kontinyuitas pelayanan daya menjadi lebih baik, namun biaya
investasi menjadi lebih mahal karena membutuhkan pemutus beban
yang lebih banyak. Bila dilengkapi dengan pemutus beban yang
otomatis maka pengamanan dapat berlangsung cepat dan praktis,
sehingga daerah gangguan dapat segera beroperasi kembali bila
gangguan telah teratasi. Dengan cara ini berarti dapat mengurangi
tenaga operator. Bentuk ini cocok untuk digunakan pada daerah
beban yang padat dan memerlukan keandalan tinggi.
3. Jaringan distribusi jala (net)
Jaringan distribusi jala atau jaring-jaring merupakan gabungan
dari beberapa saluran, dimana terdapat lebih satu sumber sehingga
berbentuk saluran interkoneksi. Bentuk jaringan distribusi jala
seperti terlihat pada Gambar 2.3 ini adalah kombinasi antara bentuk
radial dan loop.

Gambar 2.3. Jaringan distribusi tipe net


Dengan bentuk jaringan jala seperti Gambar 2.3, titik beban
memiliki lebih banyak alternatif saluran/penyulang, sehingga bila
salah satu penyulang terganggu maka dapat segera digantikan oleh
penyulang yang lain. Oleh karena itu kontinyuitas penyaluran daya
pada jaringan jala paling terjamin dibanding bentuk lain. Selain itu
kelebihan lain bentuk jaringan jala yaitu mempunyai kualitas
tegangan yang baik, rugi daya saluran amat kecil, dan paling
flexible dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan beban
dibanding dengan bentuk lain.
Bentuk jaringan jala mempunyai kekurangan memerlukan
koordinasi perencanaan yang teliti dan rumit, memerlukan biaya
investasi yang besar (mahal), serta memerlukan tenaga-tenaga
terampil dalam pengoperasiannya. Mempertimbangkan kelebihan
dan kelemahan yang ada, bentuk jala ini hanya layak untuk
melayani daerah beban yang benar-benar memerlukan tingkat
keandalan dan kontinyuitas yang tinggi, antara lain: instalasi
militer, pusat sarana komunikasi dan perhubungan, rumah sakit,
dan sebagainya.
4. Jaringan distribusi spindle
Di samping bentuk-bentuk dasar dari jaringan distribusi yang
telah disebutkan sebelumnya, telah dikembangkan pula bentuk-
bentuk modifikasi yang bertujuan meningkatkan keandalan dan
kualitas sistem. Salah satu bentuk modifikasi yang paling terkenal
adalah bentuk spindle. Bentuk jaringan spindle biasanya terdiri atas
maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan satu
penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban, seperti terlihat pada
Gambar 2.4

Gambar 2.4. Jaringan distribusi tipe spindle


Dari Gambar 2.4, terlihat ada 6 penyulang yang beroperasi
dalam keadaan berbeban yang dinamakan working feeder atau
saluran kerja, dan satu saluran yang dioperasikan tanpa beban yang
dinamakan express feeder. Express feeder berfungsi sebagai
cadangan pada saat terjadi gangguan pada salah satu working
feeder. Selain itu express feeder juga dapat memperkecil terjadinya
drop tegangan pada sistem distribusi saat kondisi operasi normal.
Dalam menjalankan fungsinya, sistem jaringan distribusi
mempunyai beberapa kendala dalam menyalurkan tenaga listrik.
Kendala tersebut berkaitan dengan gangguan yang mungkin terjadi
pada saluran distribusi. Gangguan tersebut dapat menyebabkan
terganggunya penyaluran listrik ke konsumen dan juga dapat
menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen pada sistem.

2.3 Analisis Daya Pada Jaringan Listrik


Studi aliran daya mengungkapkan kinerja dan aliran daya (nyata dan reaktif)
untuk keadaan tertentu ketika sistem bekerja saat tunak (steady state). Studi aliran
daya juga memberikan informasi mengenai beban saluran transmisi di sistem,
tegangan di setiap lokasi untuk evaluasi regulasi kinerja sistem tenaga dan
bertujuan untuk menentukan besarnya daya nyata (real power), daya reaktif
(reactive power) di berbagai titik pada sistem daya yang dalam keadaan
berlangsung atau diharapkan beroperasi secara normal. Secara umum tujuan
analisa aliran daya adalah:
a. Untuk memeriksa tegangan di bus, faktor daya percabangan, arus dan
aliran daya sepanjang system tenaga listrik.
b. Untuk memeriksa kemampuan semua peralatan yang ada dalam sistem
apakah cukup besar untuk menyalurkan daya yang diinginkan.
c. Untuk memperoleh kondisi awal bagi studi-studi selanjutnya, yakni studi
hubung singkat, studi rugi-rugi transmisi dan studi stabilitas.
2.3.1 Daya Aktif
Daya aktif (Active Power) adalah besarnya daya yang terpakai
untuk melakukan energi sebenarnya. Satuan daya aktif adalah Watt.
Adapun persamaan daya aktif sebagai berikut :
P1ⱷ = V1ⱷ.I. C0S φ

P3ⱷ = ʃ3V1ⱷ.I. C0S φ


Daya ini digunakan secara umum oleh konsumen dan dikonversikan
dalam bentuk kerja
Dimana: P = daya aktif (watt)
V = tegangan (volt)
I = arus (ampere)
φ = sudut phasa (derajat)
2.3.2 Daya Reaktif
Daya reaktif adalah besarnya daya yang diperlukan untuk
pembentukan medan magnet. Dari pembentukan medan magnet maka akan
terbentuk fluks medan magnet. Contoh daya yang menimbulkan daya
reaktif adalah transformator, motor,dan lain –lain. Satuan daya reaktif
adalah VAR.
Q1ⱷ = V1ⱷ.I.Sin φ

Q3ⱷ = ʃ3V1ⱷ.I.Sin φ
Dimana:
Q = daya reaktif (VAR)
V = tegangan (Volt)
I = arus (Ampere)
φ = sudut phasa (Derajat)
2.3.3 Daya kompleks
Daya kompleks (Apparent Power) adalah daya yang diperoleh dari
perkalian antara tegangan dan arus dalam suatu jaringan. Satuan kompleks
semua adalah VA.
S1ⱷ = V1ⱷ × I
S3ⱷ = ʃ3V1ⱷ × I
Dapat dilihat pada gambar segitiga daya berikut:

S =(VA) Q = (VAr)

P = (Watt)
Gambar 2.4 Segitiga daya

Sehingga didapat rumus berikut:


S=VxI
P = S x cos φ
Q = S x sin φ

C0S φ = P
S
Sin φ = Q
S
Tan φ = Q
P

2.3.4 Faktor daya


Faktor daya juga disebut sebagai cos φ dimana φ adalah sudut antara
daya daya aktif (P) dengan kompleks (S). Cosφ merupakan perbandingan
antara arus yang dapat menghasilkan kerja didalam suatu rangkaian
terhadap arus total yang masuk kedalam rangkaian P sendiri sama dengan (S
cos θ). Sedangkan Q (daya reaktif) sama dengan (S sin θ) atau dapat juga
diartikan sebagai perbandingan antara daya ril (P:MW) terhadap daya
kompleks (S:MVA) pada suatu lokasi tertentu . Faktor daya maksimal
bernilai 1.
C0S Q = P
S
Jika faktor daya kecil maka kapasitas daya aktif (kW) yang digunakan
akan menjadi kecil juga atau berkurang. Kapsitas itu akan terus menurun
seiring dengan menurunnya faktor daya pada sistem kelistrikan. Hal ini
akan berdampak pada:
a. Membesarnya penggunaan daya listrik kWH karena rugi-rugi yang
ditimbulkan
b. Membesarnya penggunaan daya listrik kVAR
c. Mutu listrik menjadi rendah karena jatuh tegangan (drop voltage)

2.4 Jatuh Tegangan


Jatuh tegangan merupakan seberapa besar tegangan yang hilang pada suatu
penghantar. Jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik secara umum berbanding
terbalik dengan luas penampang penghantar dan berbanding lurus dengan
panjang saluran dan beban. Besarnya jatuh tegangan dinyatakan baik dalam
persen atau dalam besaran Volt. Besarnya batas atas dan bawah ditentukan oleh
kebijaksanaan perusahaan kelistrikan. Perhitungan jatuh tegangan praktis pada
batas-batas tertentu dengan hanya menghitung seberapa besar tahanan yang masih
dapat dipertimbangkan, namun pada sistem jaringan khususnya pada sistem
tegangan menengah masalah kapasitansi dan ndukstansinya diperhitungkan
karena nilainya cukup berarti.
Secara umum tegangan jatuh adalah tegangan yang digunakan pada beban.
Tegangan jatuh ditimbulkan oleh arus yang mengaliri tahanan kawat. Tegangan
jatuh (V) pada penghantar semakin besar jika arus (I) di dalam penghantar
semakin besar dan jika tahanan penghantar (Rℓ) semakin besar pula. Tegangan
jatuh merupakan penanggung jawab terjadinya kerugian pada penghantar karena
dapat menurunkan tegangan pada beban, akibatnya berada di bawah tegangan
nominal yang dibutuhkan. Atas dasar hal tersebut maka tegangan jatuh yang
diizinkan untuk instalasi arus kuat hingga 1.000 V yang ditetapkan dalam persen
dari tegangan kerjanya Adapun persamaan dari drop tegangan adalah sebagai
berikut :
∆ V = Vs – Vr
Dimana:
∆V = drop tegangan (Volt)
Vs = tegangan pengiriman disisi sumber (Volt)
Vr = tegangan penerimaan disisi beban (Volt)
Untuk mengetahui apakah tegangan pelayanan pada lokasi studi kasus masih
dalam batas standar persentase drop pelayanan, maka dilakukan perhitungan
persentase tegangan yang di terima oleh konsumen. Perhitungan persentase
jatuh tegangan pada lokasi studi kasus sebagai berikut :
∆V(%) = Vs - Vr x 100%
Vs
Dimana :
∆V = perubahan nilai tegangan (Volt)
Vs = tegangan kirim (Volt)
Vr = tegangan terima (Volt)
Sedangkan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya jatuh tegangan yaitu
sebagai berikut :
1. Tahanan saluran
2. Arus saluran
3. Faktor daya
4. Panjang saluran
Tahanan saluran merupakan sesuatu yang dapat mengurangi kualitas nilai
arus listrik. Arus listrik yang mengalir melalui konduktor akan mendapatkan
hambatan atau tahanan dari kawat penghantar (konduktor) itu sendiri. Besarnya
hambatan listrik diukur dengan satuan Ohm, Sedangkan arus saluran merupakan
banyaknya muatan yang mengalir pada suatu sistem tenaga listrik. Besarnya arus
pada saluran diukur dengan satuan Ampere.
2.5 Pengaturan Tegangan
Dalam penyediaan tenaga listrik, tegangan yang konstan merupakan salah
satu syarat utama yang haru di penuhi. Pengaturan tegangan erat kaitannya dengan
pengaturan daya reaktif dalam sistem. Berbeda dengan frekuensi yang nilainya
selalu sama pada semua bagian sistem, tegangan yang memiliki nilai yang
berbeda-beda pada semua bagian sistem. Oleh karenanya pengaturan tegangan
tidak dapat dilakukan pada satu bagian saja, melainkan harus merata pada bagian-
bagian dalam sistem yang mengalami penurunan. Pengaturan tegangan dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a) Tap changer ( Tap trafo )
b) Kapasitor Bank
2.5.1 Penaikan TAP Changer
Tap changer adalah suatu alat bantu utama dari sebuah
transformator yang berfungsi untuk mendapatkan ratio yang efektif dengan
cara mengurangi atau menambah jumlah belitan primer atau sekunder.
Perubahan tegangan pada sistem tenaga listrik adalah suatu fenomena yang
sering terjadi. Tegangan yang dihasilkan oleh kumparan sekunder suatu
transformator ada kalanya tidak sesuai dengan tegangan nominal yang
seharusnya al ini disebabkan karena arus beban yang mengalir
mengakibatkan rugi tegangan pada tahanan tembaga dan reaktansi bocor.
Selain itu rugi tegangan juga terjadi pada saluran transmisi dan distribusi
yang terhubung pada tranformator. Secara umum tap changer bekerja
berdasarkan besarnya perbandingan jumlah lilitan dan tegangan pada
kumparan primer dan sekunder. Perbandingan besar tegangan antara sisi
Primer terhadap tegangan sisi Sekunder adalah berbanding lurus dengan
jumlah belitan pada masing-masing kumparan,
E1/E2 = N1/N2
Dimana:
E1 = tegangan pada sisi primer (volt)
E2 = tegangan pada sisi sekunder (volt)
N1 = jumlah lilitan pada sisi primer
N2 = jumlah lilitan pada sisi sekunder
Perubahan Ratio (perbandingan transformasi) antara kumparan
Primer dan Sekunder, untuk mendapatkan tegangan operasi disisi sekunder
sesuai dengan yang diinginkan, kualitas (besarnya) tegangan pelayanan
disisi sekunder dapat berubah karena tegangan jaringan/sistem yang
berubah akibat dari pembebanan ataupun kondisi Sistem. Perbandingan
besar tegangan antara sisi Primer terhadap tegangan sisi Sekunder adalah
berbanding lurus dengan jumlah belitan pada masing-masing kumparan,
Bila tegangan disisi Primer atau tegangan yang dikirim berubah,
sedangkan tegangan disisi sekunder atau tegangan yang diterima
konsumen diinginkan tetap, maka untuk mendapatkan tegangan konstan
yang diterima konsumen maka harus dilakukan menambah atau
mengurangi jumlah belitan disisi Primer.Untuk mendapatkan range yang
luas didalam pengaturan tegangan, pada kumparan primer trafo biasanya
ditambahkan kumparan dengan cara menaikkan tap pada trafo.

Gambar 2.5 Tap changer


2.5.1.1 Pengoperasian tap changer
Cara pengoperasian tap changer berada pada Panel control dan
Motor Drive unit.Adapun bagian-bagian dari panel control dan motor drive
ini adalah:
1) Motor ac tiga fasa yang berfungsi sebagai penggerak mekanik
untuk mengganti nilai tap yang digunakan.
2) Kontaktor,Ada tiga buah kontaktor motor yang digunakan pada
panel control ini. Masing-masing kontaktor mempunyai fungsi
yang berbeda-beda,yaitu:
a. Kontaktor utama, berfungsi sebagai supply tegangan ke
motor tiga fasa dan sebagai limit switch saat tap telah
berada pada posisi yang tepat.Tegangan yang digunakan
adalah tegangan AC 380V.
b. Kontaktor kedua dan ketiga berfungsi sebagai pembalik fasa
motor sehingga motor dapat bekerja dengan dua arah
putaran(ke kiri atau ke kanan). Pada bagian ini
memanfaatkan peranan kapasitor pada motor listrik yang
digunakan.
c. MCB (Miniatur CircuitBreaker), berfungsi untuk pengaman
perangkat control tap changer.
d. Display Mekanik counter dan posisi tap,berfungsi sebagai
penampil untuk menunjukan berapa kali tap changer sudah
bekerja dan posisi atau kedudukan tap nya.
e. Selector Switch pada bagian ini ada dua pilihan pengotrolan
,yaitu pengontrolan remote atau local. Pengontrolan remote
adalah pengotrolan tap changer yang dilakukan dari panel
control di gardu induk. Sedangkan local adalah pengotrolan
yang dilakukan secara manual di trafo atau langung pada
panel control dilapangan.
f. Engkol manual ,berfngsi untuk memindah tap secara
manual. Cara yang dilakukan adalah dengan memutar
seccara manual engkol ini.
2.5.1.2 Pembagian proses kerja tap changer
Berdasarkan cara pengoperasian kerja tap changer ada dua jenis,
yaitu:
1) Secara otomatis pada proses ini,kerja tap changer tergantung
dari kerja sebuah sensor rele. Dalam hal ini di gunakan rele
AVR (automatic voltage rele). Rele AVR yang terletak di gardu
induk ini yang akan memberikan trigger/rangsangan untuk
mengganti nilai tap yang digunakan. Berbeda dengan rele
proteksi transmisi, rele ini hanya mendeteksi nilai
sinkronisasinya pada satu fasa saja,sehingga nilai perubahan tap
pada masingmasing fase akan selalu bersamaan.
2) Secara manual, maka analisa kerjanya kembali dibedakan lagi
menjadi dua jenis,yaitu secara remote (pengoperasian dari panel
gardu induk) atau local (langsung pada panel kontrolnya).
2.5.2 Pemasangan Kapasitor Bank
Kapasitor bank merupakan komponen yang hanya dapat
menyimpan dan memberikan energi yang terbatas sesuai dengan
kapasitasnya. Pada dasarnya kapasitor tersusun oleh dua keping sejajar
yang disebut elektroda yang dipisahkan oleh suatu ruangan yang disebut
dielectric yang pada saat diberi tegangan akan menyimpan energi. Dalam
sistem tenaga listrik kapasitor sering digunakan untuk memperbaiki
tegangan jaringan dan untuk menyuplai daya reaktif. Dengan adanya
penambahan daya reaktif maka tegangan juga akan bertambah dan drop
tegangan akan teratasi karena telah sesuai dengan batasan yang telah
ditentukan.
Ada beberapa metode yang di kembangkan dalam usaha untuk
mengoptimalkan penggunaan kapasitor bank. Lokasi penempatan
kapasitor bank tersebut akan mempengaruhi seberapa besar pengaruh
penggunaan kapasitor bank terhadap perbaikan faktor daya dan tegangan
pada jaringan. Pada dasarnya kapasitor bank paling baik di tempatkan di
dekat pusat-pusat beban.
Untuk menetukan rating kapasitor yang akan digunakan, hal yang
perlu diketahui adalah keadaan jaringan sebelum pemasangan kapasitor
dan harapan setelah pemasangan kapasitor,metede ini disebut metode
perbaikan faktor daya. Untuk itu pertama sekali perlu di ketahui nilai
faktor daya dari daerah tersebut, kemudian untuk menetukan ukuran
kapasitor bank yang akan digunakan, maka perlu juga nilai faktor daya
ingin dicapai.
Kapasitor factor daya membangkitkan daya reaktif bernilai
negative dan membangkitkan daya reaktif bernilai positif jadi pengaruh
dari kapasitor untuk mengurangi aliran daya reaktif dengan pemakaian
kapasitor pada saluran, maka daya reaktif Q akan berkurang karena
kapasitor akan mensuplai daya reaktif kebeban. Dengan mengasumsikan
beban di suplai dengan daya nyata (aktif) P, daya reaktif tertinggal Qi, dan
daya semu S1, pada factor daya tertinggal maka :
Faktor daya sebelum di perbaikai :
C0Sφ1 = P
S1
Atau
Tan φ1 = Q1
P
Q2= P x tanθ1
Faktor daya yang di inginkan :
C0Sφ2 = P
S2
Atau
Tan φ2 = Q2
P

Q2 = P × Tan φ2
Besarnya nilai kapasitor factor daya atau shunt yang di butuhkan
untuk memperbaiki factor daya dari cosΦ1 ke cosΦ2 adalah :
∆QC = Q1-Q2

Gambar 2.5 Kapasitor Bank


Kapasitor bank yang akan digunakan untuk meperbesar pf dipasang
paralel dengan rangkaian beban. Bila rangkaian itu diberi tegangan maka
elektron akan mengalir masuk ke kapasitor. Pada saat kapasitor penuh
dengan muatan elektron maka tegangan akan berubah. Kemudian elektron
akan ke luar dari kapasitor dan mengalir ke dalam rangkaian yang
memerlukannya dengan demikian pada saaat itu kapasitor membangkitkan
daya reaktif. Bila tegangan yang berubah itu kembali normal (tetap) maka
kapasitor akan menyimpan kembali elektron. Pada saat kapasitor
mengeluarkan elektron (Ic) berarti sama juga kapasitor menyuplai daya
reaktif ke beban. Karena beban bersifat induktif (+) sedangkan daya reaktif
bersifat kapasitif (-) akibatnya daya reaktif yang berlaku menjadi kecil dan
meningkatkan tegangan pada sistem.
Rating kvar sebuah kapasitor adalah kvar pada rating tegangan.
IEEE menjelaskan petunjuk standar untuk penggunaan kapasitor.
Kapasitor tidak boleh digunakan jika nilai berikut melewati batas toleransi
yang telah di tunjukkan :
1) 135% dari kvar pada nameplate
2) 110% dari rating tegangan (rms), dan tegangan puncak tidak
melebihi akar-akar dari rating tegangan (rms)
3) 135% dari arus nominal (rms) berdasarkan rating kvar dan rating
tegangan
Namun hal yang menyulitkan para engineer adalah menetukan
dimana sebenarnya pusat beban tersebut. Karena pola konsumen yang
bervariasi tentunya tidak dapat kita tentukan pusat beban begitu saja,
kita butuh pendekatan-pendekatan untuk mengidentifikasi dimana pusat
beban tersebut. Dalam tugas akhir ini penulis akan menggunakan 1 teori
dalam menentukan lokasi dan ukuran kapasitor bank yang optimum,
yaitu metoda perbaikan faktor daya.
2.6 Electrical Transient Analysis Program (ETAP)
Electrycal Transient Analyzer Program (ETAP) merupakan software yang
digunakan untuk melakukan desain / perencanaan sistem kelistrikan yang ada di
suatu Industri atau Wilayah. Software ini sangat bermanfaat untuk
melakukan berbagai analisis yang sangat membantu untuk mempermudah
pekerjaan.
Electrical Transient Analysis Program (ETAP) merupakan perangkat lunak
yang mendukung analisa sistem tenaga listrik. Perangkat ini mampu bekerja
dalam keadaan offline untuk simulasi tenaga listrik, online untuk pengelolaan
data real-time atau digunakan untuk mengendalikan sistem secara real-time.
ETAP dirancang untuk memudahkan dalam perhitungan dan analisa sistem
tenaga listrik. Sehingga, dapat melakukan simulasi pada jaringan distribusi yang
rumit dan menganalisa sistem dengan lebih mudah. ETAP memungkinkan
pengguna untuk bekerja secara langsung dengan tampilan gambar single line
diagram (diagram satu garis).
Berikut fitur-fitur yang terdapat pada ETAP untuk menganalisa sistem
tenaga listrik, antara lain:
1. Load Flow Analysis
2. Short-Circuit Analysis
3. Motor Acceleration Analysis
4. Harmonic Analysis
5. Transient Stability Analysis
6. Star-Protective Device Coordination
7. DC Load Flow Analysis
8. DC Short-Circuit Analysis
9. Battery Discharge Sizing
10. Unbalanced Load Flow Analysis
11. Optimal Power Flow Analysis
12. Reliability Assessment
13. Optimal Capacitor Placement
14. Switching sequence management
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alur Penelitian


Tahapan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

Mulai

Mulai

Studi
Literatur

Simulasikan aliran
daya pasa single
line diagram
Pemberian Gangguan
(jika tidak ada drop
tegangan)

Drop Tegangan >5%

Penaikan Tap Pemasangan


Changer Kapasitor Bank

Analisa

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Penelitian


3.2.1 Penentuan judul
Judul yang diteliti yaitu mengenai analisa pengaruh pemakaian
kapasitor bank dan penaikan tap changer dalam perbaikan profil tegangan
listrik.
3.2.2 Studi literatur
Berisi pembahasan secara teoritis dari berbagai literatur baik melalui
buku-buku ataupun jurnal mengenai sistem tenaga listrik, jatuh tegangan,
aliran daya, trafo pengubah tap changer dan software.
3.2.3 Melakukan pengambilan data
Pengambilan data berupa data yang divalidasi yaitu data dari pln
Simpang Empat. Data yang diambil yaitu ;
a. Data transformator daya
b. Data penyulang ( panjang saluran, jenis konduktor pada kabel
saluran).
c. Data trasformator beban
d. Data pembebanan
e. Data kapasitas dan pembebanan gardu tiang distribusi
3.2.4 Pengolahan data dan Pemodelan sistem single line diagram
Pengolahan data nantinya terkait dengan analisa perbaikan jatuh
tegangan pada jaringan menggunakan tap changer dan kapasitor bank. Data-
data yang telah diperoleh diolah dan dimasukkan dalam single line diagram.
3.2.5 Simulasi
Setelah dilakukan pemodelan sistem selanjutnya sistem dijalankan pada
ETAP dan dilakukan perbaikan tegangan pada trafo daya di gardu induk.
Simulasi yang akan dilakukan berupa simulasi aliran daya jaringan tegangan
rendah pada gardu hubung lubuk begalung II, dengan menaikkan tap changer,
dan simulasi aliran daya dengan penambahan kapasitor bank.
3.2.6 Kesimpulan data
Yaitu mengenai kesimpulan berdasarkan hasil analisa data berupa
analisa pemberian tap changer dan kapasitor bank untuk memperbaiki profil
tegangan.
3.2.7 Penyusunan laporan akhir
Penyusunan laporan terkait Metoda Penelitian terkait dengan
penganalisaan pemberian tap changer dan kapasitor bank untuk memperbaiki
jatuh tegangan.
3.2.8 Jadwal Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Kegiatan Bulan
Juli Agustus September Oktober November
Studi
Literatur
Pengumpulan
Data
Analisis
Sistem
Perancangan
Sistem
Pengujian
Sistem
Pembuatan
Laporan

Anda mungkin juga menyukai