Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Listrik merupakan bentuk energi yang paling cocok dan tepat bagi
kehidupan manusia modern seperti dewasa ini, dimana energi listrik mempunyai fungsi
yang dapat memberikan suatu kebutuhan atau pelayanan daya listrik yang diperoleh oleh
konsumen.daya yang diterima oleh beban tidak sama dengan daya yang disalurkan, hal
ini disebabkan karena adanya rugi-rugi energi dari sistem tenaga listrik. Untuk mengatasi
permintaan energi listrik yang terus meningkat, pemerintah telah membangun pusat-pusat
pembangkit yang berdaya besar, dimana daya listrik yang disalurkan ke pusat beban
melalui saluran transmisi yang umumnya bertegangan tinggi.
Dalam penyaluran energi listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban
menggunakan saluran transmisi yang bertegangan tinggi. Daya listrik pada saluran
transmisi bertegangan tinggi diubah menjadi daya listrik bertegangan menengah,
kemudian disalurkan pada sistem distribusi primer ke gardu-gardu hubung atau langsung
menuju gardu distribusi. Pada gardu distribusi daya listrik tersebut diturunkan
tegangannya menggunakan transformator distribusi menjadi tegangan rendah, dan
langsung disalurkan pada konsumen melalui jaringan tegangan rendah.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai perusahaan yang melayani kepentingan
umum dibidang kelistrikan berkewajiban untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan
kepada konsumen. Salah satu unsur yang dapat menentukan mutu pelayanan adalah
terjadinya kontinuitas pelayanan energi listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban
menggunakan saluran transmisi bertegangan 70 KV. Pada suatu saluran sistem tenaga
listrik baik memakai sistem transmisi maupun distribusi terjadi kerugian daya, Kerugian
ini terjadi karena panjang saluran yang dipakai, luas penampang penghantar, jenis kawat
penghantar serta besar kecilnya tahanan jenis dari kawat penghantar tersebut.

1.2 Batasan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Distribusi Pada Gardu induk (GI) ?
2. Bagaimana Sistem Jaringan Distribusi Pada Gardu Induk(GI) ?
3. Bagaimnakah Karakteristik pada Komponen Pendukung Dalam Gardu Induk(GI)?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sistem Distribusi Pada Gardu induk
(GI)?
2. Untuk mengetahui Sistem Jaringan Distribusi pada gardu induk.
3. Untuk mengetahui Karakteristik pada Komponen Pendukung Dalam Gardu
Induk(GI).

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Distribusi


Sistem distribusi merupakan subsistem tersendiri yang terdiri dari : Pusat Pengatur
(Distribution Control Center, DCC), saluran tegangan menengah (6kV dan 20kV, yang juga
biasa disebut tegangan distribusi primer) yang merupakan saluran udara atau kabel tanah,
gardu distribusi tegangan menengah yang terdiri dari panel-panel pengatur tegangan
menengah dan trafo sampai dengan panel-panel distribusi tegangan rendah (380V, 220V)
yang menghasilkan tegangan kerja/ tegangan jala-jala untuk industri dan konsumen.

Gambar 2.1 Gambar Rangkaian Alur Pendistribusian Listrik


Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik
(power plant) seperti PLTA, PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui
saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh
transformator step-up yang ada dipusat listrik. Saluran transmisi tegangan
tinggi mempunyai tegangan 70kV, 150kV, atau 500kV. Khusus untuk
tegangan 500kV dalam praktek saat ini disebut sebagai tegangan ekstra
tinggi. Setelah tenaga listrik disalurkan, maka sampailah tegangan listrik ke
3

gardu induk (G1), lalu diturunkan tegangannya menggunakan transformator


step-down menjadi tegangan menengah yang juga disebut sebagai tegangan
distribusi primer. Kecenderungan saat ini menunjukan bahwa tegangan
distribusi primer PLN yang berkembang adalah tegangan 20kV. Setelah
tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer atau jaringan
Tegangan Menengah (JTM), maka tenaga listrik kemudian diturunkan lagi
tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan rendah, yaitu
tegangan 380/220 volt, lalu disalurkan melalui jaringan Tegangan Rendah
(JTR) ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) PLN. Pelanggan-pelanggan
dengan daya tersambung besar tidak dapat dihubungkan pada Jaringan
Tegangan Rendah, melainkan dihubungkan langsung pada jaringan tegangan
menengah, bahkan ada pula pelanggan yang terhubung pada jaringan
transmisi, tergantung dari besarnya daya tersambung. Setelah melalui
jaringan Tegangan menengah, jaringan tegangan rendah dan sambungan
Rumah (SR), maka tenaga listrik selanjutnya melalui alat pembatas daya dan
kWh meter. Rekening listrik pelanggan tergantung pada besarnya daya
tersambung serta pemakaian kWh nya. Setelah melalui kWh meter, tenaga
listrik lalu memasuki instalasi rumah,yaitu instalasi milik pelanggan.
Instalasi PLN umumnya hanya sampai pada kWh meter, sesudah kWh meter
instalasi listrik umumnya adalah instalasi milik pelanggan. Dalam instalasi
pelanggan, tenaga listrik langsung masuk ke alat-alat listrik milik pelanggan
seperti lampu, kulkas, televisi, dam lain-lain.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Sistem Distribusi


Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem tenaga
listrik yang menghubungkan gardu induk/pusat pembangkit listrik dengan konsumen.
Sedangkan jaringan distribusi adalah sarana dari sistem distribusi tenaga listrik di dalam
menyalurkan energi ke konsumen. Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban,
suatu sistem distribusi harus disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan
faktor beban, lokasi beban, perkembangan dimasa mendatang, keandalan serta nilai
ekonomisnya.
Berdasarkan Tegangan Pengenal
Berdasarkan tegangan pengenalnya sistem jaringan distribusi dibedakan menjadi
dua macam, yaitu :
a.

Sistem jaringan tegangan primer atau Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yaitu
berupa Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau Saluran Udara Tegangan
Menengah (SUTM). Jaringan ini menghubungkan sisi sekunder trafo daya di Gardu
Induk menuju ke Gardu Distribusi, besar tegangan yang disalurkan adalah 6 kV, 12
kV atau 20 kV.

b.

Jaringan tegangan distribusi sekunder atau Jaringan Tegangan Rendah (JTR),


salurannya bisa berupa SKTM atau SUTM yang menghubungkan Gardu
Distribusi/sisi sekunder trafo distribusi ke konsumen. Tegangan sistem yang
digunakan adalah 220 Volt dan 380 Volt.
Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik (power plant)

lalu disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya
oleh transformator step-up yang ada dipusat listrik. Saluran transmisi tegangan tinggi
mempunyai tegangan 70kV, 150kV, atau 500kV. Khusus untuk tegangan 500kV dalam
praktek saat ini disebut sebagai tegangan ekstra tinggi. Setelah tenaga listrik disalurkan,
maka sampailah tegangan listrik ke gardu induk (G1), lalu diturunkan tegangannya
menggunakan transformator step-down menjadi tegangan menengah yang juga disebut
sebagai tegangan distribusi primer. Kecenderungan saat ini menunjukan bahwa tegangan
distribusi primer PLN yang berkembang adalah tegangan 20kV. Setelah tenaga listrik
5

disalurkan melalui jaringan distribusi primer atau jaringan Tegangan Menengah (JTM),
maka tenaga listrik kemudian diturunkan lagi tegangannya dalam gardu-gardu distribusi
menjadi tegangan rendah, yaitu tegangan 380/220 volt, lalu disalurkan melalui jaringan
Tegangan Rendah (JTR) ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) PLN. Pelangganpelanggan dengan daya tersambung besar tidak dapat dihubungkan pada Jaringan
Tegangan Rendah, melainkan dihubungkan langsung pada jaringan tegangan menengah,
bahkan ada pula pelanggan yang terhubung pada jaringan transmisi, tergantung dari
besarnya daya tersambung. Setelah melalui jaringan Tegangan menengah, jaringan
tegangan rendah dan sambungan Rumah (SR), maka tenaga listrik selanjutnya melalui
alat pembatas daya dan kWh meter. Rekening listrik pelanggan tergantung pada besarnya
daya tersambung serta pemakaian kWh nya. Setelah melalui kWh meter, tenaga listrik
lalu memasuki instalasi rumah,yaitu instalasi milik pelanggan. Instalasi PLN umumnya
hanya sampai pada kWh meter, sesudah kWh meter instalasi listrik umumnya adalah
instalasi milik pelanggan. Dalam instalasi pelanggan, tenaga listrik langsung masuk ke
alat-alat listrik milik pelanggan seperti lampu, kulkas, televisi, dam lain-lain.
3.2 Macam Macam Jaringan Distribusi Primer
Berdasarkan Konfigurasi Jaringan Primer
Konfigurasi jaringan distribusi primer pada suatu sistem jaringan distribusi sangat
menentukan mutu pelayanan yang akan diperoleh khususnya mengenai kontinyuitas
pelayanannya. Adapun jenis jaringan primer yang biasa digunakan adalah:
A. Jaringan distribusi pola radial
B. Jaringan distribusi pola loop
C. Jaringan distribusi pola grid
D. Jaringan distribusi pola spindle
3.2.1. Jaringan Distribusi Pola Radial.
Pola radial adalah jaringan yang setiap saluran primernya hanya mampu
menyalurkan daya dalam satu arah aliran daya. Jaringan ini biasa dipakai untuk melayani
daerah dengan tingkat kerapatan beban yang rendah. Keuntungannya ada pada
kesederhanaan dari segi teknis dan biaya investasi yang rendah. Adapun kerugiannya

apabila terjadi gangguan dekat dengan sumber, maka semua beban saluran tersebut akan
ikut padam sampai gangguan tersebut dapat diatasi.

Gambar Pola Jaringan Radial


3.2.2. Jaringan Distribusi Pola Loop
Jaringan pola loop adalah jaringan yang dimulai dari suatu titik pada rel daya
yang berkeliling di daerah beban kemudian kembali ke titik rel daya semula.Pola ini
ditandai pula dengan adanya dua sumber pengisian yaitu sumber utama dan sebuah
sumber cadangan. Jika salah satu sumber pengisian (saluran utama) mengalami
gangguan, akan dapat digantikan oleh sumber pengisian yang lain (saluran cadangan).
Jaringan dengan pola ini biasa dipakai pada sistem distribusi yang melayani beban
dengan kebutuhan kontinyuitas pelayanan yang baik (lebih baik dari pola radial).
Gambar Pola Jaringan Loop

3.2.3. Jaringan Distribusi Pola Grid

Pola jaringan ini mempunyai beberapa rel daya dan antara rel-rel tersebut
dihubungkan oleh saluran penghubung yang disebut tie feeder. Dengan demikian setiap
gardu distribusi dapat menerima atau mengirim daya dari atau ke rel lain.

Gambar Pola Jaringan Grid


Keuntungan dari jenis jaringan ini adalah:
a. Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pola radial atau loop.
b. Fleksibel dalam menghadapi perkembangan beban.
c. Sesuai untuk daerah dengan kerapatan beban yang tinggi.
Adapun kerugiannya terletak pada sistem proteksi yang rumit dan mahal dan biaya
investasi yang juga mahal
3.2.4. Jaringan Distribusi Pola Spindel
Jaringan primer pola spindel merupakan pengembangan dari pola radial dan loop
terpisah. Beberapa saluran yang keluar dari gardu induk diarahkan menuju suatu tempat
yang disebut gardu hubung (GH), kemudian antara GI dan GH tersebut dihubungkan
dengan satu saluran yang disebut express feeder. Sistem gardu distribusi ini terdapat
disepanjang saluran kerja dan terhubung secara seri. Saluran kerja yang masuk ke gardu
dihubungkan oleh saklar pemisah, sedangkan saluran yang keluar dari gardu
dihubungkan oleh sebuah saklar beban.
Jadi sistem ini dalam keadaan normal bekerja secara radial dan dalam keadaan darurat
bekerja secara loop melalui saluran cadangan dan GH.

Gambar Sistem Jaringan Spindel

3.3 Komponen Pendukung pada Gardu Induk (GI)


jika dilihat dari segi manfaat dan kegunaan dari gardu induk itu sendiri,maka
peralatan dan komponen dari gardu induk harus memiliki keandalan yang tinggi serta
kualitas yang tidak diragukan lagi, adapun komponen pendukung pada gardu induk ini
adalah

Lighting Arrester (LA)


Berfungsi untuk mengamankan instalasi (peralatan listrik pada instalasi) dari
gangunan tegangan lebih yang di akibatkan oleh sambaran petir maupun oleh
surya petir.

Pemisah (PMS)
Pemisah tanah
Berfungsi untuk mengamankan peralatan dari sisa tegangan yang timbul
sesudah SUTT di putuskan, atau induksi tegangan dari penghantar, hal ini
perlu untuk keamanan dari orang yang bekerja pada instalasi.
Pemisah peralatan.
Berfungsi untuk mengisolasi peralatan listrik dari peralatan yang
bertegangan. Pemisah di operasikan tanpa beban.

Pemutus Tenaga (PMT)


Berfungsi untuk memutuskan hubungan tenaga listrik dalam keadaan gangguan
maupun dalam keadaan berbeban dan proses ini harus dapat dilakukan dengan
9

cepat. Pemutus tenaga listrik dalam keadaan gangguan akan menimbulkan arus
yang relatif besar, pada saat tersebut PMT bekerja sangat berat. Bila kondisi
peralatan PMT menurun karena kurangnya pemeliharaan, sehingga tidak sesuai
lagi kemampuan dengan daya yang di putuskannya, maka PMT tersebut akan
dapat rusak (meledak).

Current Transformer (CT)


merubah besaran arus dari arus yang besar ke arus yang kecil atau memperkecil
besaran arus listrik pada sistem tenaga listrik, menjadi arus untuk sistem
pengukuran dan proteksi. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian
primer, yaitu memisahkan instalasi pengukuran dan proteksi tegangan tinggi.

Potensial Transformer (PT)


Berfungsi untuk merubah besaran tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah atau memperkecil besaran tegangan listrik pada sistem tenaga listrik,
menjadi besaran tegangan untuk pengukuran dan proteksi. Mengisolasi rangkaian
sekunder terhadap rangkaian primer, dengan memisahkan instalasi pengukuran
dan proteksi tegangan tinggi.

Rail (Busbar)
Berfungsi sebagai titik pertemuan/hubungan trafo-trafo tenaga, SUTT-SUTT dan
peraltan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga/daya listrik.
Bahan dari rail umumnya terbuat dari bahan tembaga (bar copper, atau hollow
konduktor), ACSR : almalec atau alumunim (busbar alumunium atau hollw
conductor).

Trafo Tenaga
Trafo tenaga berfungsi menyalurkan tenaga/daya dari tegangan tinggi atau
sebaliknya (mentransformasikan tegangan).

Neutral Grounding Resistance (NGR)

10

Diperlukan proteksi yang praktis dan biasanya tidak terlalu mahal, karena
karakteristik relay dipengaruhi oleh sistem pentanahan neutral. Komponen yang
dipasang antara titik neutral trafo dengan pentanahan. Berfungsi untuk
memperkecil arus gangguan yang terjadi.

CIRCUIT BREAKER (CB)


Circuit Breaker Adalah peralatan pemutus, yang berfungsi untuk memutus
rangkaian listrik dalam keadaan berbeban (berarus). CB dapat dioperasikan pada
saat jaringan dalam kondisi normal maupun pada saat terjadi gangguan. Karena
pada saat bekerja, CB mengeluarkan (menyebabkan timbulnya) busur api, maka
pada CB dilengkapi dengan pemadam busur api.

DISCONNECTING SWITCH (DS)


Adalah peralatan pemisah, yang berfungsi untuk memisahkan rangkaian listrik
dalam keadaan tidak berbeban. Dalam GI, DS terpasang di :
Transformator Bay (TR Bay).
Transmission Line Bay (TL Bay).
Busbar.
Bus Couple.
Karena DS hanya dapat dioperasikan pada kondisi jaringan tidak berbeban, maka
yang harus dioperasikan terlebih dahulu adalah CB. Setelah rangkaian diputus
oleh CB, baru DS dioperasikan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem tenaga
listrik yang menghubungkan gardu induk/pusat pembangkit listrik dengan konsumen.
11

Sedangkan jaringan distribusi adalah sarana dari sistem distribusi tenaga listrik di dalam
menyalurkan energi ke konsumen. Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban,
suatu sistem distribusi harus disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan
faktor beban, lokasi beban, perkembangan dimasa mendatang, keandalan serta nilai
ekonomisnya.
Berdasarkan tegangan pengenalnya sistem jaringan distribusi dibedakan menjadi
dua macam

Sistem jaringan tegangan primer atau Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yaitu
berupa Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau Saluran Udara Tegangan
Menengah (SUTM). Jaringan ini menghubungkan sisi sekunder trafo daya di
Gardu Induk menuju ke Gardu Distribusi, besar tegangan yang disalurkan adalah

6 kV, 12 kV atau 20 kV.


Jaringan tegangan distribusi sekunder atau Jaringan Tegangan Rendah (JTR),
salurannya bisa berupa SKTM atau SUTM yang menghubungkan Gardu
Distribusi/sisi sekunder trafo distribusi ke konsumen. Tegangan sistem yang
digunakan adalah 220 Volt dan 380 Volt.
Pada jaringan distribusi primer pada suatu sistem jaringan distribusi sangat

menentukan mutu pelayanan yang akan diperoleh khususnya mengenai kontinyuitas


pelayanannya. jenis jaringan primer yang biasa digunakan adalah:
A. Jaringan distribusi pola radial
B. Jaringan distribusi pola loop
C. Jaringan distribusi pola grid
D. Jaringan distribusi pola spindle
Jika dilihat dari segi manfaat dan kegunaan dari gardu induk itu sendiri,maka
peralatan dan komponen dari gardu induk harus memiliki keandalan yang tinggi serta
kualitas yang tidak diragukan lagi, adapun komponen pendukung pada gardu induk ini
Ialah

Lighting Arrester (LA), Pemisah (PMS), Pemutus Tenaga (PMT), Current

Transformer (CT), Potensial Transformer (PT), Rail (Busbar), Trafo Tenaga, Neutral
Grounding Resistance (NGR), Circuit Breaker (CB), Disconnecting Switch (DS)

12

4.1 Saran
Dari pembahasan makalah tentang Sistem Distribusi Pada Gardu induk dan
komponen pendukung dalam gardu induk, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/15319949/SISTEM_DISTRIBUSI_TENAGA_LISTRI
K_Makalah_Diajukan_untuk_memenuhi_salah_tugas_mata_kuliah_Teknik_Tena

ga_Listrik_Disusun_oleh
http://www.pln.co.id/p3bjawabali/?p=451
http://dokumen.tips/documents/makalah-gardu-induk.html
http://www.academia.edu/19329353/Gardu_Induk

13

Anda mungkin juga menyukai