Anda di halaman 1dari 16

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

“SISTEM DAN PRINSIP KERJA JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK”

Konsep Dasar Jaringan Distribusi Listrik


Tenaga listrik merupakan bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan
dan didistribusikan kepada pelanggan/konsumen dan dimanfaatkan untuk segala macam
keperluan. Sistem tenaga listrik merupakan rangkaian instalasi tenaga listrik yang terdiri dari
sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi yang saling terintegrasi dan
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan energi listrik bagi semua orang.

Sistem pembangkit tenaga listrik merupakan rangkaian instalasi yang terdiri dari
peralatanperalatan seperti generator yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik.
Pembangkit listrik bekerja dengan mengubah energi potensial menjadi energi mekanik yang
kemudian digunakan untuk menghasilkan energi listrik. Energi potensial menggerakkan turbin
kemudian putaran turbin yang merupakan energi mekanik digunakan untuk memutar
generator listrik. Generator listrik mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik.

Sistem transmisi tenaga listrik merupakan penyaluran energi listrik dari suatu tempat
ke tempat lainnya atau dari pembangkit listrik ke gardu induk. Sebelum energi listrik
ditransmisikan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menaikkan tegangan yang disuplai
dari generator menjadi 70 kV, 150 kV atau 500 kV, sebab tegangan yang dikeluarkan dari
generator hanya berkisar antara 6,6 kV sampai 24 kV. Menaikkan tegangan berfungsi untuk
mengurangi rugi daya pada saluran trasnmisi dan untuk mengimbangi jauhnya jarak saluran
transmisi. Energi listrik ditransmisikan melalui saluran udara tegangan tinggi (SUTT) atau
melalui saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET).

Sistem distribusi merupakan penyaluran energi listrik dari gardu induk ke konsumen.
Terdapat 2 (dua) sistem distribusi yaitu distribusi primer dan distribusi sekunder. Distribusi
primer, penyalurannya dimulai dari gardu induk (sisi sekunder trafo daya) ke gardu distribusi
(sisi primer trafo distribusi) atau dari gardu induk langsung ke konsumen tegangan menengah
20 kV. Dimana tegangan tinggi terlebih dahulu diturunkan menjadi tegangan menengah
sebesar 20 kV melalui transformator step down. Distribusi sekunder, penyalurannya dimulai
dari gardu distribusi (sisi sekunder trafo distribusi) ke konsumen tegangan rendah. Energi
tenaga listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara ataupun
saluran kabel bawah tanah. Penyulang distribusi terletak di gardu distribusi. Fungsi gardu
distribusi untuk menurunkan tegangan distribusi primer menjadi tegangan rendah atau
tegangan distribusi sekunder sebesar 220/380 V.

Konsumen tenaga listrik disambung dari Jaringan Tegangan Rendah (JTR) melalui
Saluran Rumah (SR). Dari SR, energi listrik masuk ke Alat Pembatas dan Pengukur (APP)
terlebih dahulu sebelum memasuki instalasi rumah milik konsumen. APP berfungsi
membatasi daya dan mengukur pemakaian energi listrik oleh konsumen.

Jaringan distribusi tenaga listrik adalah bagian dari sistem tenaga listrik yang
berhubungan langsung dengan pelanggan. Sistem ini terdiri dari sistem distribusi tegangan
menengah dan sistem distribusi tegangan rendah. Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan
sebagai bagian dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan Pusat Pembangkit Tenaga
Listrik,Transmisi Tenaga Listrik dan Gardu Induk dengan konsumen.

Sistem distribusi tenaga listrik adalah sarana dari sistem tenaga Listrik di dalam
menyalurkan energi listrik ke konsumen. Dalam menyalurkan tenaga listrik ke konsumen dari
pusat beban, suatu sistem distribusi tenaga listrik harus disesuaikan dengan kondisi setempat
dengan memperhatikan faktor beban, perkembangan dimasa mendatang, kendala, serta
ekonomisnya. Untuk lebih jelasnya, sistem tenaga listrik dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:
Sistem Tenaga Listrik

Perbedaaan Jaringan Transmisi dan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Pembagian Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat dibedakan menjadi 3 komponen sebagai
berikut:

1. Tegangan
Berdasarkan besarnya tegangan listrik, jaringan distribusi tenaga listrik dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) sistem, yaitu :
a) Sistem jaringan distribusi primer
Sistem jaringan distribusi primer atau sering disebut jaringan distribusi
tegangan menengah (JDTM) terletak diantara gardu induk dengan gardu
pembagi, yang memiliki tegangan sistem lebih tinggi dari tegangan terpakai
untuk konsumen. Standar tegangan untuk jaringan distribusi primer ini adalah
6 kV, 10 kV, dan 20 kV (sesuai standar PLN).
b) Sistem jaringan distribusi sekunder
Sistem jaringan distribusi sekunder atau sering disebut jaringan distribusi
tegangan rendah (JDTR), merupakan jaringan yang berfungsi sebagai penyalur
energi listrik dari gardu pembagi (gardu distribusi) ke pusat beban (konsumen
tenaga listrik). Besarnya standar tegangan untuk jaringan distribusi sekunder
ini adalah 127/220 V pada sistem lama, dan 220/380 V pada sistem baru untuk
perumahan, serta 440/550 V untuk keperluan industri.
Berdasarkan tegangan pengenalnya, saluran distribusi tenaga listrik dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu: distribusi tegangan menengah dan distribusi tegangan
rendah.
a) Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
Merupakan Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau Saluran Udara
Tegangan Menegah (SUTM). Sistem Distribusi ini menghubungkan trafo daya
di gardu induk menuju gardu distribusi, berdasarkan tegangan yang disalurkan
adalah 6 kV, 12 kV atau 20 kV.
b) Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
Merupakan saluran kabel tegangan rendah yang salurannya biasa berupa
SKTM/SUTM, yang menghubungkan gardu distribusi / trafo distribusi ke
konsumen. Tegangan kerja pada sistem yang dipergunakan adalah 220 volt
atau 380 volt.
Berdasarkan letak jaringan distribusi tenaga listrik terhadap posisi gardu distribusi,
dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
a) Jaringan Distribusi Primer (Jaringan Tegangan Menengah)
Jaringan distribusi primer merupakan suatu jaringan yang letaknya sebelum gardu
distribusi dan berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik bertegangan menengah
(sebesar: 6 kV atau 20 kV). Kawat penghantar dapat berupa kabel dalam tanah atau
saluran/kawat udara yang menghubungkan gardu induk (sekunder trafo) dengan
gardu distribusi atau gardu hubung yang merupakan sisi primer dari trafo didtribusi.
b) Jaringan Distribusi Sekunder (Jaringan Tegangan Rendah)
Jaringan distribusi sekunder berupa jaringan yang letaknya setelah gardu distribusi,
yang berfungsi menyalurkan tenaga listrik bertegangan rendah sebesar: 220 V/380 V.
Kawat penghantarnya berupa kabel tanah atau kawat udara yang menghubungkan
dari gardu distribusi yang merupakan sisi sekunder trafo distribusi ke
konsumen/pelanggan atau pemakai seperti : industri dan atau rumah.
2. Arus
Berdasarkan sumber arus listrik maka sistem jaringan distribusi dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
a) Jaringan Distribusi AC
Jaringan distribusi arus bolak-balik (AC) paling banyak digunakan. Penyaluran energi
listrik dari gardu induk ke konsumen tegangan menengah 20 kV menggunakan sistem
3 (tiga) fasa sedangkan penyaluran energi listrik dari gardu distribusi ke konsumen
tegangan rendah seperti industri menggunakan sistem 3 fasa dengan tegangan 380 V,
akan tetapi penyaluran energi listrik ke perumahan menggunakan sistem 1 fasa yaitu
220 V.
b) Jaringan Distribusi DC
Jaringan distribusi arus searah (DC) jarang digunakan, walaupun ada untuk daerah
tertentu. Penggunaan jaringan DC ini dilakukan dengan jalan menyearahkan terlebih
dahulu arus AC (bolak-balik) ke arus DC (searah) dengan alat penyearah converter,
sedangkan untuk merubah kembali dari arus bolak-balik ke arus searah digunakan alat
inverter. Dari kedua sistem ini yang banyak digunakan adalah sistem distribusi arus
bolak-balik (AC).
3. Sistem Penyaluran
Berdasarkan sistem penyalurannya, jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
a) Saluran Udara (Overhead Line)
Saluran udara merupakan sistem penyaluran tenaga listrik melalui kawat
penghantar yang ditompang pada tiang listrik.
b) Saluran Bawah Tanah (Underground Cable)
Saluran bawah tanah merupakan sistem penyaluran tenaga listrik melalui
kabel yang ditanamkan di dalam tanah.

“ANALISA DAN PERHITUNGAN JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK”


Sistem Distribusi

Sistem distribusi daya listrik meliputi semua jaringan tegangan menengah 20 kV dan
semua jaringan tegangan rendah 380/220 Volt hingga ke meter-meter pelanggan. Jaringan
tegangan menengah (JTM) sering disebut dengan jaringan distribusi primer sedangkan
jaringan tegangan rendah (JTR) sering disebut dengan jaringan distribusi sekunder.
Pendistribusian daya listrik dilakukan melalui saluran udara atau bawah tanah.

Setiap elemen jaringan distribusi pada lokasi tertentu dipasang trafo-trafo distribusi,
dimana tegangan distribusi 20 kV diturunkan ke level tegangan yang lebih rendah menjadi
380/220 Volt. Dari trafo-trafo distribusi kemudian para pelanggan listrik dilayani dengan
menarik kabel-kabel tegangan rendah menjalar ke sepanjang pusat pemukiman yang meliputi
pelanggan komersial maupun beberapa industri yang ada di lokasi tersebut.

Jaringan Distribusi Tenaga Primer

Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya listrik yang bertegangan menengah
(20 kV). Jaringan distribusi primer tersebut merupakan jaringan penyulang. Jaringan distribusi
primer berawal dari sisi sekunder trafo daya yang terpasang pada gardu induk hingga ke sisi
primer trafo distribusi yang terpasang pada tiang-tiang saluran. Pola konfigurasi jaringan pada
distribusi primer terdiri dari 5 tipe yaitu sistem radial, sistem lup, sistem spindel, sistem spot
network dan sistem interkoneksi.

1. Sistem Radial
Sistem jaringan radial pada distribusi tenaga listrik paling banyak digunakan
dan paling sederhana dibandingkan dengan tipe jaringan yang lain. Tenaga listrik yang
disalurkan secara radial melalui gardu induk ke konsumen-konsumen dilakukan secara
terpisah satu sama lainnya.
Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang
merupakan sumber dari jaringan itu dan dicabang-cabangkan ke titik-titik beban yang
dilayani. Sistem radial terdiri atas fider (feeders) atau penyulang yang yang menyuplai
beberapa gardu distribusi secara radial. Konfigurasi jaringan sistem radial terbagi atas
2 (dua) bagian yaitu sistem radial terbuka dan sistem radial paralel.
2. Konfigurasi Sistem Loop
Sistem jaringan loop merupakan bentuk tertutup, disebut juga bentuk jaringan
ring. Susunan rangkaian saluran membentuk ring yang memungkinkan titik beban
terlayani dari dua arah saluran, sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin serta
kualitas dayanya menjadi lebih baik. Berikut contoh gambar jaringan Sistem Loop
Struktur jaringan loop merupakan gabungan dari dua buah struktur jaringan
radial, dimana pada ujung dari dua buah jaringan dipasang sebuah pemutus (PMT)
atau pemisah (PMS). Pada saat terjadi gangguan, atau setelah gangguan dapat diisolir,
maka pemutus atau pemisah ditutup sehingga aliran daya listrik ke bagian yang tidak
terkena gangguan tidak terhenti.
Pada umumnya penghantar dari struktur ini mempunyai struktur yang sama,
ukuran konduktor tersebut dipilih sehingga dapat menyalurkan seluruh daya listrik
beban struktur loop, yang merupakan jumlah daya listrik beban dari kedua struktur
radial. Jaringan distribusi loop mempunyai kualitas dan kontinuitas pelayanan daya
yang lebih baik, tetapi biaya investasi lebih mahal dan cocok digunakan pada daerah
yang padat dan memerlukan keandalan tinggi.
3. Konfigurasi Sistem Spindel
Jaringan distribusi spindel merupakan saluran kabel bawah tanah tegangan
menengah (SKTM) yang penerapannya cocok di kota-kota besar. Sistem jaringan
spindel biasanya terdiri atas maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan
satu penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban. Saluran penyulang yang beroperasi
dalam keadaan berbeban dinamakan "working feeder" atau saluran kerja, sedangkan
saluran yang dioperasikan tanpa beban dinamakan "express feeder".
Fungsi "express feeder" dalam hal ini selain sebagai cadangan pada saat terjadi
gangguan pada salah satu "working feeder", juga berfungsi untuk memperkecil
terjadinya drop tegangan pada sistem distribusi bersangkutan pada keadaan operasi
normal.
4. Konfigurasi Sistem Spot Network
Untuk pelanggan yang tidak boleh padam (pelanggan VVIP) misalkan: Istana
Presiden, Gedung MPR, bandar udara dan rumah sakit maka tenaga listrik disuplai
dengan pola jaringan spot network dengan minimal 2 penyulang sekaligus plus
Automatic Change Over.
Sistem Spot network merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang
dilakukan secara terus-menerus oleh dua atau lebih feeder pada gardu-gardu induk
dari beberapa pusat pembangkit tenaga listrik yang bekerja secara paralel. Sistem ini
merupakan pengembangan dari sistem-sistem yang terdahulu dan merupakan sistem
yang paling baik serta dapat diandalkan, mengingat sistem ini dilayani oleh dua atau
lebih sumber tenaga listrik. Selain itu jumlah cabang lebih banyak dari jumlah titik
feeder. Konfigurasi jaringan sistem spot network dapat dilihat pada gambar berikut:

Sistem spot network dapat digunakan pada daerah-daerah yang memiliki


kepadatan tinggi dan mempunyai kapasitas dan kontinuitas pelayanan yang sangat
baik. Gangguan yang terjadi pada salah satu saluran tidak akan mengganggu
kontinuitas pelayanan. Sebab semua titik beban terhubung paralel dengan beberapa
sumber tenaga listrik.
5. Konfigurasi Sistem Interkoneksi
Sistem interkoneksi ini merupakan perkembangan dari sistem spot network.
Sistem ini menyalurkan tenaga listrik dari beberapa pusat pembangkit tenaga listrik
yang dikehendaki bekerja secara paralel. Sehingga penyaluran tenaga listrik dapat
berlangsung terus menerus (tak terputus), walaupun daerah kepadatan beban cukup
tinggi dan luas. Hanya saja sistem ini memerlukan biaya yang cukup mahal dan
perencanaan yang cukup matang. Untuk perkembangan dikemudian hari, sistem
interkoneksi ini sangat baik, bisa diandalkan dan merupakan sistem yang mempunyai
kualitas yang cukup tinggi. Konfigurasi jaringan sistem interkoneksi dapat dilihat pada
gambar berikut:
Pada sistem interkoneksi ini apabila salah satu pusat pembangkit tenaga listrik
mengalami kerusakan, maka penyaluran tenaga listrik dapat dialihkan ke pusat pembangkit
lain. Untuk pusat pembangkit yang mempunyai kapasitas kecil dapat dipergunakan sebagai
pembantu dari pusat pembangkit utama (yang mempunyai kapasitas tenaga listrik yang
besar). Apabila beban normal sehari-hari dapat diberikan oleh pusat pembangkit tenaga listrik
tersebut, sehingga ongkos pembangkitan dapat diperkecil.

Pada sistem interkoneksi ini pusat pembangkit tenaga listrik bekerja bergantian secara
teratur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Sehingga tidak ada pusat pembangkit
yang bekerja terus-menerus. Cara ini akan dapat memperpanjang umur pusat pembangkit
dan dapat menjaga kestabilan sistem pembangkitan.

Jaringan Distribusi Sekunder

Distribusi sekunder adalah jaringan daya listrik yang termasuk dalam kategori
tegangan rendah (sistem 380/220 Volt), yaitu rating yang sama dengan tegangan peralatan
yang dilayani. Jaringan distribusi sekunder bermula dari sisi sekunder trafo distribusi dan
berakhir hingga ke alat ukur (meteran) pelanggan. Sistem jaringan distribusi sekunder
disalurkan kepada para pelanggan melalui kawat berisolasi. Jaringan distribusi sekunder
dapat dilihat pada gambar berikut:

Melihat letaknya, sistem distribusi ini merupakan bagian yang langsung berhubungan
dengan konsumen, jadi sistem ini selain berfungsi menerima daya listrik dari sumber daya
(trafo distribusi), juga akan mengirimkan serta mendistribusikan daya tersebut ke konsumen.
Mengingat bagian ini berhubungan langsung dengan konsumen, maka kualitas listrik
selayaknya harus diperhatikan.

Pada jaringan tegangan rendah 380/220V ada beberapa ketentuan yang perlu
diperhatikan (PLN, 1992: NP). Dalam satu tiang saluran tegangan rendah (STR) dapat
disambung maksimum 5 sambungan layanan pelanggan (SLP), seperti yang ditunjukkan pada
gambar berikut:
Dalam satu sambungan layanan pelanggan, dapat disambung seri maksimum 5
pelanggan seperti terlihat pada gambar 2.15. Dengan tetap memperhatikan jatuh tegangan
yang diijinkan. Jarak sambungan maksimum dari tiang ke rumah terakhir 150m, dan jarak
sambungan maksimum dari tiang ke rumah atau dari rumah kerumah, maksimum 30m.

Pada sambungan satu tiang atap, maksimum dapat disambung 3 (tiga) sambungan
layanan pelanggan seperti Gambar 2.16.
Relasi Arus, Tegangan dan Daya pada Jaringan Distribusi

1. Tegangan
Tegangan untuk jaringan distribusi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu tegangan
menengah (TM) dan tegangan rendah (TR). Tegangan menengah adalah tegangan
dengan rentang 1 kV sampai dengan 30 kV. Untuk negara Indonesia, tegangan
menengah yang digunakan adalah 20 kV yaitu tegangan antar phasa-phasa. Tegangan
menengah dipakai untuk penyaluran energi listrik dari gardu induk (GI) menuju gardu-
gardu distribusi atau langsung menuju pelanggan tegangan menengah. Dilihat dari
pengawatannya, sistem distribusi tegangan menengah dibagi menjadi dua macam
yaitu:
a) Sistem distribusi 20 kV tiga phasa 3 kawat dengan pentanahan netral tinggi dan
sistem distribusi 20 kV dengan pentanahan netral rendah
b) Sistem distribusi 20 kV tiga phasa 4 kawat dengan netral pentanahan langsung.
Tegangan rendah pada saluran distribusi adalah tegangan dengan nilai di
bawah 1 kV yang digunakan untuk penyaluran daya dari gardu distribusi menuju
pelanggan tegangan rendah. Penyaluran saluran distribusi pada tegangan rendah (TR)
dilakukan dengan menggunakan sistem satu phasa dua kawat dan sistem tiga phasa
empat kawat yang dilengkapi netral. Indonesia sendiri menggunakan tegangan rendah
380/220 V dimana tegangan 380 V merupakan besar tegangan antar phasa dan
tegangan 220 V yang merupakan tegangan phasa-netral.
2. Daya
Daya semu (kVA) yang dikirimkan dalam jaringan distribusi terdiri dari daya
aktif (kW) dan daya reaktif (kVar). Hubungan antara daya aktif, daya reaktif dan daya
semu.
3. Effisiensi
Effisiensi pada saluran distribusi adalah perbandingan antara besarnya daya
listrik keluaran dengan daya listrik yang masuk pada saluran distribusi.

Penyusutan Energi pada Jaringan Distribusi

Setiap penyaluran energi listrik dari sumber tenaga listrik ke konsumen yang letaknya
berjauhan seringkali mengalami rugi-rugi daya yang cukup besar yang diakibatkan oleh rugi-
rugi pada saluran dan juga rugi-rugi pada trafo yang digunakan. Rugi-rugi pada saluran
distribusi meliputi rugi-rugi daya listrik dan rugi-rugi tegangan saluran. Rugi-rugi tegangan
biasanya dikenal dengan istilah jatuh tegangan (drop voltage). Rugi-rugi saluran dan rugi-rugi
trafo tersebut memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas daya serta tegangan yang
dikirimkan ke sisi pelanggan. Nilai tegangan yang melebihi batas toleransi akan menyebabkan
tidak optimalnya kerja dari peralatan listrik pada sisi konsumen. Selain itu, rugi-rugi daya yang
besar akan menimbulkan kerugian finansial di sisi pengelola energi listrik. Rugi-rugi pada
jaringan distribusi disebabkan karena saluran distribusi mempunyai hambatan, reaktansi dan
kapasitansi. Nilai kapasitansi saluran distribusi biasanya kecil sehingga dapat diabaikan.
1. Jatuh Tegangan
Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu
penghantar atau bisa dikatakan bahwa adanya perbedaan tegangan antara tegangan
kirim dan tegangan terima. Jatuh tegangan pada suatu saluran tenaga listrik secara
umum berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding terbalik
dengan luas penampang penghantar. Jika ada arus yang mengalir melalui saluran
distribusi maka akan terjadi penurunan tegangan sepanjang saluran. Dengan demikian
tegangan pada pusat beban tidak sama dengan tegangan pengiriman. Penurunan
tegangan terdiri dari dua komponen yaitu:
1) I . R , yaitu rugi tegangan akibat tahanan saluran
2) I . X , yaitu rugi tegangan akibat reaktansi induktif saluran
2. Rugi-Rugi Daya
Dalam penyalurannya, tenaga listrik mengalami rugi – rugi daya listrik yang
besar karena luasnya daerah yang membutuhkan suplai tenaga listrik dari jaringan
distribusi. Rugi-rugi daya listrik pada saluran distribusi dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
rugi-rugi daya aktif dan rugi-rugi daya reaktif.
a) Rugi-rugi daya aktif
Besar rugi daya aktif ditentukan oleh kuadrat arus (I2) dan resistansi jaringan (R) yang
merupakan representasi jarak saluran. Dengan kata lain, elemen yang paling
berpengaruh terhadap besarnya rugi – rugi daya aktif adalah besarnya arus dan
besarnya resistansi jaringan. Resistansi jaringan akan sangat dipengaruhi oleh jarak
saluran itu sendiri.
b) Rugi-rugi daya reaktif

Besar rugi daya reaktif ditentukan oleh kuadrat arus (I2) dan reaktansi jaringan (X)
yang merupakan representasi jarak saluran. Dengan kata lain, elemen yang paling
berpengaruh terhadap besarnya rugi – rugi daya reaktif adalah besarnya arus dan
besarnya reaktansi jaringan. Reaktansi jaringan akan sangat dipengaruhi oleh jarak
saluran itu sendiri.

3. Rugi-Rugi Transformator
Dalam unjuk kerjanya, trafo memiliki rugi-rugi yang harus diperhatikan. Rugi - rugi
tersebut adalah :
a) Rugi-rugi Tembaga
Rugi-rugi tembaga merupakan rugi-rugi yang diakibatkan oleh adanya tahanan resistif
yang dimiliki oleh tembaga pada bagian kumparan trafo, baik pada bagian primer
maupun sekunder.
b) Eddy Current (Arus Eddy)
Rugi-rugi arus eddy merupakan rugi-rugi panas yang terjadi pada bagian inti trafo.
Perubahan fluks yang dihasilkan tegangan induksi pada inti trafo (besi) menyebabkan
arus berputar pada bagian inti trafo. Arus eddy akan mengalir pada bagian inti trafo
dan akan mendisipasikan energi ke dalam inti besi trafo yang kemudian menimbulkan
panas.
c) Rugi-rugi Hysterisis
Rugi-rugi hysterisis merupakan rugi-rugi yang berhubungan dengan pengaturan
daerah magnetik pada bagian inti trafo. Dalam pengaturan daerah magnetik tersebut
dibutuhkan energi. Akibatnya akan menimbulkan rugi-rugi terhadap daya yang melalui
trafo. Rugi-rugi tersebut menimbulkan panas pada bagian inti trafo

Analisa Jaringan Distribusi

Dalam membuat analisa jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV dilakukan


dengan menggunakan rangkaian listrik dengan parameter utama berupa jaringan distribusi
tegangan menengah, beban trafo distribusi dan tegangan sisi sekunder trafo tenaga di gardu
induk atau sumber lainnya sebagai tegangan standar. Parameter jaringan distribusi meliputi
impedansi, resistansi dan reaktansi dari pada penghantar dan transformator yang terpasang.

Untuk komponen lain yang berpotensi mempengaruhi kinerja sistem distribusi,


namun sulit dinyatakan secara kuantitatif, dianggap tidak memiliki parameter yang
mempengaruhi analisa jaringan, termasuk dalam hal ini adalah konektor jaringan
(sambungan/percabangan) maupun ketidakseimbangan beban. Untuk kedua hal tersebut
analisa dan rekomendasi perbaikannya dilakukan secara kualitatif. Analisa jaringan distribusi
dapat dilakukan dengan menggunakan software Aplikasi ETAP.

ETAP Power Station merupakan salah satu software aplikasi yang banyak digunakan
untuk mensimulasikan sistem tenaga listrik. Secara umum ETAP dapat digunakan untuk
simulasi hasil perancangan dan analisis suatu sistem tenaga listrik yang meliputi:

1. Menggambarkan denah beban-beban

2. Men-setting data-data beban dan jaringan

3. Merancang diagram satu garis (One Line Diagram)

4. Menganalisis aliran daya (Load Flow)

5. Menghitung gangguan hubung singkat (Short Circuit)

6. Menganalisis motor starting atau keadaan transien.

Setiap komponen sistem tenaga listrik dapat digambarkan dalam worksheet atau
ruang kerja program dengan lambang-lambang tertentu. Spesifikasi masing-masing
komponen dapat disesuaikan keadaan sebenarnya atau kondisi nyata di lapangan. Spesifikasi
ini juga dapat dipilih sesuai data umumnya yang dapat diambil dari library atau data yang ada
pada program. Misalnya, panjang dan ukuran kabel, kapasitas dan rating trafo, kapasitas dan
tegangan beban dan lain-lain.

SISTEM OPERASIAN JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BERBASIS SCADA


Penting Dipelajari!
Hal. 89 - Selesai

Anda mungkin juga menyukai