Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH DISTRIBUSI GARDU INDUK

Disusun Oleh:
Chairil Umam 19.01.014.018

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS REKAYASA SISTEM
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gardu induk adalah suatu instalasi yang terdiri dari peralatan listrik yang merupakan pusat
beban yang diambil dari saluran Transmisi yang secara spesifik berfungsi untuk:

1. Mentransformasi tenaga listrik dari tegangan tinggi ke tegangan tinggi


    lainnya atau dari tegangan tinggi ke tegangan menengah.
2. Pengukuran, pengawasan operasi serta pengaturan dari pengamanan dari
    sistem tenaga listrik.
Pengaturan daya ke gardu-gardu induk lainnya melalui tegangan tinggi dan gardu-
gardu induk distribusi melalui feeder tegangan menengah. Gardu induk dapat dibedakan
atas tiga hal, yaitu (petunjuk pengoperasian pemeliharaan peralatan untuk instalasi gardu
induk, 1995) :
Dalam pembahasan makalah ini difokuskan pada masalah gardu induk yang pada umumnya
terpasang di Indonesia, pembahasannya bersifat praktis (terapan) sesuai konsttruksi yang
terpasang di lapangan.

1.2 Perumusan Masalah


Pada makalah ini kami mengangkat permasalahan yang akan diangkat adalah:
1. Fungsi gardu induk
2. Jenis – jenis gardu induk
3. Distribusi Gardu Induk

1.3 Tujuan
Tujuan kami mengangkat tema”Gardu Induk” adalah untuk:
1. Mengetahui fungsi dari gardu induk
2. Mengetahui jenis- jenis gardu induk
3. Mengetahui cara distribusi gardu induk

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dalam makalah ini adalah memberikan pengetahuan
mengenai :
1. Fungsi gardu induk
2. Jenis – jenis gardu induk
3. Mekanisme distribusi gardu induk

1.5 Batasan Masalah


Dalam makalah ini kami hanya mengangkat permasalahan mengenai fungsi, jenis –
jenis, dan mekanisme distribusi dalam gardu induk.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Gardu Induk


1. Mentransformasikan daya listrik :
 Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).
 Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70 KV).
 Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70 KV/20 KV).
 Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).
2. Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari sistem tenaga listrik.
3. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui tegangan tinggi
dan ke gardu distribusi-gardu distribusi, setelah melalui proses penurunan tegangan
melalui penyulang-penyulang (feeder- feeder) tegangan menengah yang ada di gardu
induk.
4. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita kenal
dengan istilah SCADA.
5. Fungsi utama dari gardu induk :
 Untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke saluran transmisi
lainnya yang kemudian didistribusikan ke konsumen
 Sebagai tempat control
 Sebagai pengaman operasi system
 Sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan
distribusi

2.2 Jenis Gardu Induk


Jenis Gardu Induk bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :
 Berdasarkan besaran tegangannya.
 Berdasarkan pemasangan peralatan
 Berdasarkan fungsinya.
 Berdasarkan isolasi yang digunakan.
 Bedasarkan sistem (busbar).
Dilihat dari jenis komponen yang digunakan, secara umum antara GITET dengan GI
mempunyai banyak kesamaan. Perbedaan mendasar adalah :
 Pada GITET transformator daya yang digunakan berupa 3 buah tranformator daya
masing – masing 1 phasa (bank tranformer) dan dilengkapi peralatan rekator yang
berfungsi mengkompensasikan daya rekatif jaringan.
 Sedangkan pada GI (150 KV, 70 KV) menggunakan Transformator daya 3 phasa dan
tidak ada peralatan reaktor.
Berdasarkan besaran tegangannya, terdiri dari :
 Gardu INduk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) 275 KV, 500 KV.
 Gardu Induk Tegangan Tinggi (GI) 150 KV dan 70 KV.

2.2.1 Mekanisme Distribusi Gardu Induk


Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source)
sampai ke konsumen, Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:

1. pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan)

2. merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan,

karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan
distribusi. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan dari
11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik
tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran
transmisi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada
saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus
yang mengalir (I kwadrat R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar,
maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.
Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator
penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut
penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi
primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya
dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya
disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa
sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi mungkin,
dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini
(HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan
dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai
tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan
saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down.
Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik
beban, terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.
Gambar 1. Konfigurasi Sistem Tenaga Listrik.
Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta pembatasan-pembatasan
seperti pada Gambar diatas:
Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan rendah.

Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi materi Sistem


Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat dikelasifikasikan menurut
beberapa cara, bergantung dari segi apa klasifikasi itu dibuat.

Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:


a. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan
perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
b. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination dan lain-lain.
c. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo, LV
panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan grounding,dan
lain-lain.
d. SUTR dan SKTR, terdiri dari: sama dengan perlengkapan/material pada SUTM dan
SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya.

Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik

Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

1. Menurut nilai tegangannya:


a. Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik
Sekunder trafo substation (Gardu Induk) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini
bertegangan menengah 20 kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika langsung melayani
pelanggan, bisa disebut jaringan distribusi.
b. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik
sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2-2)

2. Menurut bentuk tegangannya:

a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan searah.


b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem tegangan bolak-balik.
3. Menurut jenis/tipe konduktornya:

a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga (tiang) dan
perlengkapannya,dan dibedakan atas:

– Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi pembungkus.


– Saluran kabel udara,bila konduktornya terbungkus isolasi.

b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel tanah (ground
cable).
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut(submarine
cable)

4. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:


a. Saluran Konfigurasi horizontal, bila saluran fasa terhadap fasa yang lain/terhadap netral,
atau saluran positip terhadap negatip (pada sistem DC) membentuk garis horisontal.

b. Saluran Konfigurasi Vertikal, bila saluran-saluran tersebut membentuk garis vertikal .

c. Saluran konfigurasi Delta, bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk suatu
segitiga (delta).

5.Menurut Susunan Rangkaiannya dari uraian diatas telah disinggung bahwa sistem distribusi
di bedakan menjadi dua yaitu sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder.
a. Jaringan Sistem Distribusi Primer, Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan
tenaga listrik dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan
saluran udara,kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang
diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang
daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban.

Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer, yaitu:


Jaringan Distribusi Radial, dengan model: Radial tipe pohon, Radial dengan tie dan switch
pemisah, Radial dengan pusat beban dan Radial dengan pembagian phase area.
Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: Bentuk open loop dan bentuk Close loop.
Jaringan distribusi Jaring-jaring (NET) Jaringan distribusi spindle Saluran Radial
Interkoneksi

b. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder,


Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi
ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunderbentuk saluran yang
paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang
berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan
rendah yang langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan
melalui peralatan-peralatan sbb:
– Papan pembagi pada trafo distribusi,
– Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
– Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
– Alat Pembatas dan pengukur daya (kWh meter) serta fuse atau pengaman pada pelanggan.
Gambar 2. Komponen Sistem Distribusi

Tegangan Sistem Distribusi Sekunder

Ada bermacam-macam sistem tegangan distribusi sekunder menurut standar; (1)


EEI : Edison Electric Institut, (2) NEMA (National Electrical Manufactures Association).
Pada dasarnya tidak berbeda dengan sistem distribusi DC, faktor utama yang perlu
diperhatikan adalah besar tegangan yang diterima pada titik beban mendekati nilai nominal,
sehingga peralatan/beban dapat dioperasikan secara optimal. Ditinjau dari cara
pengawatannya, saluran distribusi AC dibedakan atas beberapa macam tipe dan cara
pengawatan, ini bergantung pula pada jumlah fasanya, yaitu:

1. Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt


2. Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt
3. Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt
4. Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt
5. Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
6. Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
7. Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
8. Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
9. Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt

Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan 220/380 Volt.
Sedang pemakai listrik yang tidak menggunakan tenaga listrik dari PT. PLN, menggunakan
salah satu sistem diatas sesuai dengan standar yang ada. Pemakailistrik yang dimaksud
umumnya mereka bergantung kepada negara pemberi pinjaman atau dalam rangka kerja
sama, dimana semua peralatan listrik mulai dari pembangkit (generator set) hingga peralatan
kerja (motor-motor listrik) di suplai dari negara pemberi pinjaman/kerja sama tersebut.
Sebagai anggota, IEC (International Electrotechnical Comission), Indonesia telah mulai
menyesuaikan sistem tegangan menjadi 220/380 Volt saja, karena IEC sejak tahun 1967
sudah tidak mencantumkan lagi tegangan 127 Volt. (IEC Standard Voltage pada Publikasi
nomor 38 tahun 1967 halaman 7 seri 1 tabel 1).

Diagram rangkaian sisi sekunder trafo distribusi terdiri dari:


1. Sistem distribusi satu fasa dengan dua kawat, Tipe ini merupakan bentuk dasar yang paling
sederhana, biasanya digunakan untuk melayani penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak
pendek, yaitu daerah perumahan dan pedesaan.

2. Sistem distribusi satu fasa dengan tiga kawat, Pada tipe ini, prinsipnya sama dengan sistem
distribusi DC dengan tiga kawat, yang dalam hal ini terdapat dua alternatif besar tegangan.
Sebagai saluran “netral” disini dihubungkan pada tengah belitan (center-tap) sisi sekunder
trafo, dan diketanahkan, untuk tujuan pengamanan personil. Tipe ini untuk melayani
penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan dan pedesaan.
3. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/240 Volt, Tipe ini untuk melayani
penyalur daya berkapasitas sedang dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan pedesaan
dan perdagangan ringan, dimana terdapat dengan beban 3 fasa.
4. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/208 Volt.
5. Sistem distribusi tiga fasa dengan tiga kawat, Tipe ini banyak dikembangkan secara
ekstensif. Dalam hal ini rangkaian tiga fasa sisi sekunder trafo dapat diperoleh dalam bentuk
rangkaian delta (segitiga) ataupun rangkaian wye (star/bintang). Diperoleh dua alternatif
besar tegangan, yang dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan adanya pembagian seimbang
antara ketiga fasanya. Untuk rangkaian delta tegangannya bervariasi yaitu 240 Volt, dan 480
Volt. Tipe ini dipakai untuk melayani beban-beban industri atau perdagangan.6. Sistem
distribusi tiga fasa dengan empat kawat, Pada tipe ini, sisi sekunder (output) trafo distribusi
terhubung star,dimana saluran netral diambil dari titik bintangnya. Seperti halnya padasistem
tiga fasa yang lain, di sini perlu diperhatikan keseimbangan beban antara ketiga fasanya, dan
disini terdapat dua alternatif besar tegangan.

2.2.2 Berdasarkan Fungsinya


Gardu Induk Penaik Tegangan
Gardu induk penaik tegangan adalah gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan
tegangan, yaitu tegangan pembangkit (generator) dinaikkan menjadi tegangan sistem. Gardu
Induk ini berada di lokasi pembangkit tenaga listrik. Karena output voltage yang dihasilkan
pembangkit listrik kecil dan harus disalurkan pada jarak yang jauh, maka dengan
pertimbangan efisiensi, tegangannya dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi atau tegangan
tinggi.
Gardu Induk Penurun Tegangan
Gardu induk penurun teganan adalah gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan, dari tegangan tinggi menjadi tegangan tinggi yang lebih rendah dan menengah atau
tegangan distribusi. Gardu induk terletak di daerah pusat-pusat beban, karena di gardu induk
inilah pelanggan (beban) dilayani.
Gardu Induk Pengatur Tegangan
Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit tenaga listrik. Karena
listrik disalurkan sangat jauh, maka terjadi tegangan jatuh (voltage drop) transmisi yang
cukup besar. Oleh karena diperlukan alat penaik tegangan, seperti bank capasitor, sehingga
tegangan kembali dalam keadaan normal.
Gardu Induk Pengatur Beban :
Pada gardu induk ini terpasang beban motor, yang pada saat tertentu menjadi pembangkit
tenaga listrik, motor berubah menjadi generator dan suatu saat generator menjadi motor atau
menjadi beban, dengan generator berubah menjadi motor yang memompakan air kembali ke
kolam utama.

Gardu Induk Distribusi


Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem ke tegangan
distribusi. Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat beban.
2.2.3 Berdasarkan Isolasi Yang digunakan
Gardu Induk yang menggunakan isolasi udara
Gardu induk yang menggunakan isolasi udara adalah gardu induk yang menggunakan
isolasi udara antara bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian yang bertegangan
lainnya. Gardu Induk ini berupa gardu induk konvensional (lihat gambar 1), memerlukan
tempat terbuka yang cukup luas.

Gambar 1 : Gardu induk konvensional


Gardu Induk yang menggunakan isolasi gas SF 6 :
Gardu induk yang menggunakan gas SF 6 sebagai isolasi antara bagian yang
bertegangan yang satu dengan bagian lain yang bertegangan, maupun antara bagian yang
bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan. Gardu induk ini disebut Gas Insulated
Substation atau Gas Insulated Switchgear (GIS), yang memerlukan tempat yang sempit.

2.2.4 Berdasarkan Sistem Rel Busbar


Rel (busbar) merupakan titik hubungan pertemuan (connecting) antara transformator
daya, SUTT/ SKTT dengan komponen listrik lainnya, untuk menerima dan menyalurkan
tenaga listrik. Berdasarkan sistem rel (busbar), gardu induk dibagi menjadi beberapa jenis,
sebagaimana tersebut di bawah ini :

 Gardu Induk sistem ring busbar


Gardu Induk sistem ring busbar Adalah gardu induk yang busbarnya berbentuk ring.
Pada gardu induk jenis ini, semua rel (busbar) yang ada, tersambung (terhubung) satu dengan
lainnya dan membentuk ring (cincin).

Gambar 2: Sistem Cincin atau ring

 Gardu Induk sistem single busbar


Gardu induk sistem single busbar adalah gardu induk yang mempunyai satu (single)
busbar. Pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk yang berada pada ujung
(akhir) dari suatu sistem transmisi. Single line diagram gardu sistem single busbar, lihat
gambar 2.
Gambar 3 : Single line diagram gardu induk single busbar .

 Gardu Induk sistem double busbar


Gardu induk sistem double busbar adalah gardu induk yang mempunyai dua (double)
busbar. Gardu induk sistem double busbar sangat efektif untuk mengurangi terjadinya
pemadaman beban, khususnya pada saat melakukan perubahan sistem (manuver sistem).
Jenis gardu induk ini pada umumnya yang banyak digunakan.Single line diagram gardu
induk sistem double busbar, lihat gambar 3.

Gambar 4 : Single line diagram gardu induk sistem double busbar.

 Gardu Induk sistem satu setengah (on half) busbar


Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Pada umumnya gardu
induk jenis ini dipasang pada gardu induk di pembangkit tenaga listrik atau gardu induk yang
berkapasitas besar. Dalam segi operasional, gardu induk ini sangat efektif, karena dapat
mengurangi pemadaman beban pada saat dilakukan perubahan sistem (manuver system).
Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam satu diagonal yang terpasang secara deret (seri).
Single line diagram, lihat gambar 4.
Gambar 5 : Single line diagram gardu induk satu setengah busbar
2.3 Perlengkapan Pada Gardu Induk
Busbar
Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran Udara TT,
Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga
listrik/daya listrik.
Ligthning Arrester
Ligthning arrester biasa disebut dengan Arrester dan berfungsi sebagai pengaman instalasi
(peralatan listrik pada instalasi Gardu Induk) dari gangguan tegangan lebih akibat sambaran
petir (ligthning Surge) maupun oleh surja hubung (Switching Surge ).
Pemutus tenaga (PMT)
Berfungsi untuk memutuskan hubungan tenaga listrik dalam keadaan gangguan maupun
dalam keadaan berbeban dan proses ini harus dapat dilakukan dengan cepat. Pemutus tenaga
listrik dalam keadaan gangguan akan menimbulkan arus yang relatif besar, pada saat tersebut
PMT bekerja sangat berat. Bila kondisi peralatan PMT menurun karena kurangnya
pemeliharaan, sehingga tidak sesuai lagi kemampuan dengan daya yang di putuskannya,
maka PMT tersebut akan dapat rusak (meledak).

4. Trafo tegangan

Berfungsi untuk menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan rendah, yang di perlukan
untuk alat-alat ukur (pengukuran) dan alat pengaman (proteksi).

5. Trafo arus.
Berfungsi untuk menurunkan arus besar pada tegangan tinggi menjadi arus kecil pada
tegangan rendah untuk keperluan pengukuran dan pengaman (proteksi).

6. Rail (busbar).
Berfungsi sebagai titik pertemuan/hubungan trafo-trafo tenaga, SUTT-SUTT dan peraltan
listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga/daya listrik.
Bahan dari rail umumnya terbuat dari bahan tembaga (bar copper, atau hollow konduktor),
ACSR : almalec atau alumunim (busbar alumunium atau hollw conductor).

7. Trafo tenaga.
Trafo tenaga berfungsi menyalurkan tenaga/daya dari tegangan tinggi atau sebaliknya

Transformator instrument atau Transformator ukur


Untuk proses pengukuran digardu induk diperlukan tranformator instrumen.
Tranformator instrument ini dibagi atas dua kelompok yaitu:

Tansformator Tegangan
Transformator Tegangan adalah trafo satu fasa yang menurunkan tegangan tinggi
menjadi tegangan rendah yang dapat diukur dengan Voltmeter yang berguna untuk indikator,
relai dan alat sinkronisasi.

Gambar 6 : TransformatorTegangan

Transformator arus
Transformator Arus digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan amper
lebih yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Jika arus yang mengalir pada tegangan
rendah dan besarnya dibawah 5 amper, maka pengukuran dapat dilakukan secara langsung
sedangkan untuk arus yang mengalir besar, maka harus dilakukan pengukuran secara tidak
langsung dengan menggunakan trafo arus (sebutan untuk trafo pengukuran arus yang besar).
Disamping itu trafo arus berfungsi juga untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak
jauh dan rele proteksi.
Gambar 7 : Transformator
Arus
Transformator Bantu (Auxilliary Transformator)
trafo yang digunakan untuk membantu beroperasinya secara keseluruhan gardu induk
tersebut. Dan merupakan pasokan utama untuk alat-alat bantu seperti motor-motor listrik 3
fasa yang digunakan pada motor pompa sirkulasi minyak trafo beserta motor motor kipas
pendingin. Yang paling penting adalah sebagai pemasok utama sumber tenaga cadangan
seperti sumber DC, dimana sumber DC ini merupakan sumber utama jika terjadi gangguan
dan sebagai pasokan tenaga untuk proteksi sehingga proteksi tetap bekerja walaupun tidak
ada pasokan arus AC.
Transformator bantu sering disebut sebagai trafo pemakaian sendiri sebab selain
fungsi utama diatas, juga digunakan untuk penerangan, sumber untuk sistim sirkulasi pada
ruang baterai, sumber pengggerak mesin pendingin (Air Conditioner) karena beberapa
proteksi yang menggunakan elektronika/digital diperlukan temperatur ruangan dengan
temperatur antara 20ºC -28ºC.
Untuk mengopimalkan pembagian sumber tenaga dari transformator bantu adalah
pembagian beban yang masing-masing mempunyai proteksi sesuai dengan kapasitasnya
masing-masing. Juga diperlukan pembagi sumber DC untuk kesetiap fungsi dan bay yang
menggunakan sumber DC sebagai penggerak utamanya. Untuk itu disetiap gardu induk
tersedia panel distribusi AC dan DC.

Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS)


Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain
yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tidak
berbeban.

Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB)


Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan rangkaian pada saat berbeban
(pada kondisi arus beban normal atau pada saat terjadi arus gangguan). Pada waktu
menghubungkan atau memutus beban, akan terjadi tegangan recovery yaitu suatu fenomena
tegangan lebih dan busur api, oleh karena itu sakelar pemutus dilengkapi dengan media
peredam busur api tersebut, seperti media udara dan gas SF6.

Sakelar Pentanahan
Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi yang
berfungsi untuk menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada konduktor pada saat
akan dilakukan perawatan atau pengisolasian suatu sistem. Sakelar Pentanahan ini dibuka dan
ditutup hanya apabila sistem dalam keadaan tidak bertegangan (PMS dan PMT sudah
membuka).

Kompensator
Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga Listrik disebut pula alat pengubah
fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran transmisi atau transformator,
dengan mengatur daya reaktif atau dapat pula dipakai untuk menurunkan rugi daya dengan
memperbaiki faktor daya. Alat tersebut ada yang berputar dan ada yang stationer, yang
berputar adalah kondensator sinkron dan kondensator asinkron, sedangkan yang stationer
adalah kondensator statis atau kapasitor shunt dan reaktor shunt.

Peralatan SCADA dan Telekomunikasi


Data yang diterima SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) interface
dari berbagai masukan (sensor, alat ukur, relay, dan lain lain) baik berupa data digital dan
data analog dan dirubah dalam bentuk data frekwensi tinggi (50 kHz sampai dengan 500
kHz) yang kemudian ditransmisikan bersama tenaga listrik tegangan tinggi. Data frekwensi
tinggi yang dikirimkan tidak bersifat kontinyu tetapi secara paket per satuan waktu. Dengan
kata lain berfungsi sebagai sarana komunikasi suara dan komunikasi data serta tele proteksi
dengan memanfaatkan penghantarnya dan bukan tegangan yang terdapat pada penghantar
tersebut. Oleh sebab itu bila penghantar tak bertegangan maka Power Line Carrier (PLC)
akan tetap berfungsi asalkan penghantar tersebut tidak terputus. Dengan demikian diperlukan
peralatan yang berfungsi memasukkan dan mengeluarkan sinyal informasi dari energi listrik
di ujung-ujung penghantar.

Rele Proteksi dan Papan Alarm (Announciator)


Rele proteksi yaitu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu
peralatan listrik saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi terjadinya kerusakan
peralatan akibat gangguan dan membatasi daerah yang terganggu sekecil mungkin. Kesemua
manfaat tersebut akan memberikan pelayanan penyaluran tenaga listrik dengan mutu dan
keandalan yang tinggi. Sedangkan papan alarm atau announciator adalah sederetan nama-
nama jenis gangguan yang dilengkapi dengan lampu dan suara sirine pada saat terjadi
gangguan, sehingga memudahkan petugas untuk mengetahui rele proteksi yang bekerja.

Anda mungkin juga menyukai