Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Listrik merupakan salah satu energi yang sangat diperlukan bagi masyarakat

saat ini. Indonesia saat ini sedang melangsungkan pembangunan di segala bidang,

karena meningkatnya tingkat pembangunan di Indonesia maka, pihak PLN dituntut

untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik yang stabil. Oleh karena itu,

pendistribusian energi listrik dari gardu induk ke konsumen diusahakan stabil,

berkelanjutan dan harus selalu dijaga agar dapat memenuhi kebutuhan konsumsi

energi listrik.

Transformator atau yang biasa disingkat trafo adalah komponen utama yang

ada di dalam pendistribusian energi listrik pada jaringan tegangan rendah.

Transformator itu sendiri terdiri atas sebuah inti yang dibuat dari besi berlapis dan

dua buah lilitan kawat (kumparan), yaitu lilitan primer dan lilitan sekunder, lilitan

utama atau lilitan input terhubung ke sumber listrik, dan lilitan sekunder atau lilitan

output terhubung ke beban. Prinsip kerja transformator ialah berdasarkan hukum

Faraday dan hukum Ampere, yaitu medan magnet dapat menghasilkan arus listrik

dan sebaliknya arus listrik dapat menghasilkan medan magnet. Transformator

distribusi adalah trafo yang berfungsi untuk menurunkan tegangan 20 kV di sisi

primer ke tegangan 380/220 V di sisi sekunder agar tegangan tersebut sesuai dengan

kebutuhan konsumen dan dapat digunakan dengan aman.

Dalam proses pendistribusian energi listrik pada PT PLN (Persero) Rayon

Daya terjadi pembagian beban-beban yang pada awalnya merata tetapi, karena

1
ketidakserempakan waktu penyalaan, beban-beban tersebut akan menimbulkan

ketidakseimbangan beban yang akan menimbulkan pembebanan lebih pada trafo

distribusi. Daya yang disuplai ke dalam transformator tidak sama dengan daya

keluaran. Beberapa daya input pada transformator hilang, ketika transformator

memiliki komponen reaktif, dan ada juga pergeseran fasa antara tegangan input dan

tegangan output yang mengakibatkan rugi-rugi pada transformator. Rugi-rugi

tersebut akan berpengaruh terhadap nilai efisiensi pada transformator. Bila

ketidakseimbangan ini dibiarkan terus-menerus akan berdampak besar dan dapat

merugikan pihak PT. PLN (Persero) ataupun konsumen.

Berkaitan dengan hal itu, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian

tentang pengaruh ketidakseimbangan beban pada trafo distribusi dengan judul

“Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Efisiensi Transformator Distribusi

pada PT PLN (Persero) Rayon Daya”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut, yaitu :

1. Berapa besar arus netral, rugi-rugi daya dan persentase

ketidakseimbangan beban pada transformator distribusi pada PT PLN

(Persero) Rayon Daya ?

2. Berapa besar efisiensi transformator distribusi pada PT PLN (Persero)

Rayon Daya ?

2
3. Bagaimana pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap rugi-rugi daya

dan efisiensi transformator distribusi pada PT PLN (Persero) Rayon

Daya ?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang pengaruh ketidakseimbangan beban

terhadap efisiensi transformator distribusi pada PT PLN (Persero) rayon Daya.

Namun untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka pembahasan hanya dibatasi

pada pengambilan data transformator distribusi rayon Daya penyulang

Paccerakkang, menganalisis data, yaitu : menghitung arus netral,

ketidakseimbangan beban, rugi daya, efisiensi trafo dan menganalisis pengaruh

ketidakseimbangan beban terhadap efisiensi trafo.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan menganalisis nilai arus netral, rugi-rugi daya dan

persentase ketidakseimbangan beban pada transformator distribusi pada

PT PLN (Persero) Rayon Daya.

2. Menjelaskan berapa besar efisiensi transformator distribusi pada PT

PLN (Persero) Rayon Daya.

3
3. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh ketidakseimbangan beban

terhadap rugi-rugi daya dan efisiensi transformator distribusi pada PT

PLN (Persero) Rayon Daya.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian tugas akhir ini antara lain:

1. Dapat mengetahui serta menganalisis nilai arus netral, rugi-rugi daya

dan persentase ketidakseimbangan beban pada transformator distribusi

rayon Daya.

2. Dapat mengetahui serta menganalisis besar efisiensi transformator

distribusi rayon Daya.

4. Dapat Mengetahui dan menjelaskan pengaruh ketidakseimbangan beban

terhadap rugi-rugi daya dan efisiensi transformator distribusi pada PT

PLN (Persero) Rayon Daya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Tenaga Listrik

Secara umum sistem tenaga listrik terdiri atas komponen tenaga listrik yaitu

pembangkit tenaga listrik, sistem transmisi dan sistem distribusi. Ketiga bagian ini

merupakan bagian utama pada suatu rangkaian sistem tenaga listrik yang bekerja

untuk menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit ke pusat pusat beban.

Rangkaian sistem tenaga listrik dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah berikut :

Gambar 2.1 Rangkaian Sistem Tenaga Listrik

Energi listrik yang dihasilkan di pusat pembangkit listrik akan disalurkan

melalui saluran transmisi kemudian melalui saluran distribusi akan sampai ke

konsumen. Berikut ini penjelasan mengenai bagian utama pada sistem tenaga listrik

pada umumnya, yaitu :

1. Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant)

Pusat pembangkit listrik merupakan tempat energi listrik pertama kali

dibangkitkan, dimana terdapat turbin sebagai penggerak awal (Prime Mover) dan

5
generator yang membangkitkan listrik dengan mengubah tenaga turbin menjadi

energi listrik. Biasanya dipusat pembangkit listrik juga terdapat gardu induk.

Peralatan utama pada gardu induk antara lain : transformer, yang berfungsi untuk

menaikkan tegangan generator (11,5 kV) menjadi tegangan transmisi atau tegangan

tinggi (150 kV) dan juga peralatan pengaman dan pengatur. Secara umum, jenis

pusat pembangkit dibagi kedalam dua bagian besar yaitu pembangkit hidro yaitu

PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) dan pembangkit thermal diantaranya yaitu

PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap), PLTG (Pusat Listrik Tenaga Gas), PLTN

(Pusat Listrik Tenaga Nuklir), dan PLTGU (Pusat Listrik Tenaga Gas Uap).

2. Transmisi Tenaga Listrik

Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari

pusat pembangkitan listrik hingga saluran distribusi listrik sehingga nantinya dapat

tersalurkan pada pengguna listrik.

3. Sistem Distribusi

Sistem distribusi ini adalah sub sistem tenaga listrik yang langsung

berhubungan dengan pengguna listrik dan pada umumnya berfungsi dalam hal

penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat. Sub sistem ini terdiri dari : pusat

pengatur atau gardu induk, gardu hubung, saluran tegangan menengah atau jaringan

primer (6 kV dan 20 kV) yang berupa saluran udara atau kabel bawah tanah, saluran

tegangan rendah atau jaringan sekunder (380 V dan 220 V),

gardu distribusi tegangan yang terdiri dari panel-panel pengatur tegangan

baik tegangan menengah ataupun tegangan rendah, dan trafo.

6
2.2 Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik

Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

2.2.1 Menurut Nilai Tegangannya

a. Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu

antara titik Sekunder trafo substation (Gardu Induk) dengan titik primer

trafo distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20 kV. Jaringan listrik

70 kV atau 150 kV, jika langsung melayani pelanggan, bisa disebut

jaringan distribusi.

b. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi,

yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban.

2.2.2 Menurut Bentuk Tegangannya

a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan

searah.

b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem

tegangan bolak-balik.

2.2.3 Menurut Jenis/Tipe Konduktornya

a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga

(tiang) dan perlengkapannya, dan dibedakan atas :

 Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi

pembungkus.

 Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.

7
b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan

kabel tanah (ground cable).

c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel

laut (submarine cable).

2.2.4 Menurut Susunan (Konfigurasi) Salurannya

a. Saluran Konfigurasi horizontal, bila saluran fasa terhadap fasa yang

lain/terhadap netral, atau saluran positif terhadap negatif (pada sistem

DC) membentuk garis horisontal.

b. Saluran Konfigurasi Vertikal, bila saluran-saluran tersebut membentuk

garis vertikal.

c. Saluran konfigurasi Delta, bila kedudukan saluran satu sama lain

membentuk suatu segitiga (delta).

2.2.5 Menurut Susunan Rangkaiannya

a. Jaringan Sistem Distribusi Primer

Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik

dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat

menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai

dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi

lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang

akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban.

Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi

primer, yaitu :

8
 Jaringan Distribusi Radial, dengan model: Radial tipe pohon,

Radial dengan tipe dan switch pemisah, Radial dengan pusat

beban dan Radial dengan pembagian phase area.

 Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: Bentuk open loop

dan bentuk Close loop.

 Jaringan distribusi Jaring-jaring (NET).

 Jaringan distribusi spindel.

 Saluran Radial Interkoneksi.

b. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder

Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga

listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada

sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan

ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi

maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem

tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada

konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-peralatan

sebagai berikut :

 Papan pembagi pada trafo distribusi

 Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder)

 Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)

 Alat Pembatas dan pengukur daya (kWh meter) serta fuse atau

pengaman pada pelanggan.

9
Gambar 2.2 Komponen Sistem Distribusi

2.3 Transformator

Transformator atau trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan

dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik

yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-

elektromagnet. Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga

listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga listrik

memungkinkan terpilihnya tenaga yang sesuai, dan ekonomis untuk tiap-tiap

keperluan misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pendistribusian listrik

jarak jauh.

Dalam bidang elektronika, transformator digunakan antara lain sebagai

gandengan impedansi antara sumber dan beban untuk memisahkan satu rangkaian

dari rangkaian yang lain dan untuk menghambat arus searah sambil tetap

melakukan atau mengalirkan arus bolak-balik antara rangkaian. Berdasarkan

frekuensi, transformator dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Trafo daya dengan frekuensi kerja 50 Hz

2. Trafo pendengaran dengan frekuensi kerja 20Hz – 20 KHz

3. Trafo MF dengan frekuensi 455 KHz

10
4. Trafo RF drengan frekuensi > 455KHZ

Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator dikelompokkan

menjadi:

1. Transformator Daya

2. Transformator Distribusi

3. Transformator Pengukuran

Kerja transformator yang berdasarkan induksi-elektromagnetik,

menghendaki adanya gandengan magnet antara rangkaian primer dan sekunder.

Gandengan magnet ini berupa inti besi tempat melakukan fluks bersama.

Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal dua macam transformator,

yaitu tipe inti dan tipe cangkang. (Zuhal, 1991)

Gambar 2.3 Tipe Inti Gambar 2.4 Tipe Cangkang

2.3.1 Bagian-Bagian Transformator

Bagian-bagian pada transformator terdiri dari :

1. Inti besi

Inti besi tersebut berfungsi untuk membangkitkan fluks yang timbul

karena arus listrik dalam belitan atau kumparan trafo, sedang bahan ini

11
terbuat dari lempengan-lempengan baja tipis, hal ini dimaksudkan untuk

mengurangi panas yang diakibatkan oleh arus eddy (eddy current).

2. Kumparan primer dan kumparan sekunder

Kawat email yang berisolasi terbentuk kumparan serta terisolasi

baik antar kumparan maupun antara kumparan dan inti besi. Terdapat dua

kumparan pada inti tersebut yaitu kumparan primer dan kumparan

sekunder, bila salah satu kumparan tersebut diberikan tegangan maka pada

kumparan akan membangkitkan fluks pada inti serta menginduksi

kumparan lainnya sehingga pada kumparan sisi lain akan timbul tegangan.

3. Minyak trafo

Belitan primer dan sekunder pada inti besi pada trafo terendam

minyak trafo, hal ini dimaksudkan agar panas yang terjadi pada kedua

kumparan dan inti trafo oleh minyak trafo dan selain itu minyak tersebut

juga sebagai isolasi pada kumparan dan inti besi.

4. Isolator bushing

Pada ujung kedua kumparan trafo baik primer ataupun sekunder

keluar menjadi terminal melalui isolator yang juga sebagai penyekat antar

kumparan dengan body badan trafo.

5. Tangki dan konservator

Bagian-bagian trafo yang terendam minyak trafo berada dalam

tangki, sedangkan untuk pemuaian minyak tangki dilengkapi dengan

konservator yang berfungsi untuk menampung pemuaian minyak akibat

perubahan temperatur.

12
6. Katub pembuangan dan pengisian

Katub pembuangan pada trafo berfungsi untuk menguras pada

penggantian minyak trafo, hal ini terdapat pada trafo diatas 100 kVA,

sedangkan katup pengisian berfungsi untuk menambahkan atau

mengambil sample minyak pada trafo.

7. Oil level

Fungsi dari oil level tersebut adalah untuk mengetahui minyak pada

tangki trafo, oil level ini pun hanya terdapat pada trafo diatas 100 kVA.

8. Pernapasan trafo

Karena naik turunnya beban trafo maupun suhu udara luar, maka

suhu minyaknya akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu

minyak tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara diatas

permukaan minyak keluar dari tangki, sebaliknya bila suhu turun, minyak

akan menyusut maka udara luar akan masuk kedalam tangki. Kedua

proses tersebut diatas disebut pernapasan trafo, akibatnya permukaan

minyak akan bersinggungan dengan udara luar, udara luar tersebut lembab.

Oleh sebab itu pada ujung pernapasan diberikan alat dengan bahan yang

mampu menyerap kelembaban udara luar yang disebut kristal zat

Hygrokopis (Clilicagel).

9. Pendingin trafo

Perubahan temperatur akibat perubahan beban maka seluruh

komponen trafo akan menjadi panas, guna mengurangi panas pada trafo

dilakukan pendingin pada trafo. Sedangkan cara pendinginan trafo

13
terdapat dua macam yaitu : alamiah/natural (Onan) dan paksa/tekanan

(Onaf). Pada pendinginan alamiah (natural) melalui sirip-sirip radiator

yang bersirkulasi dengan udara luar dan untuk trafo yang besar minyak

pada trafo disirkulasikan dengan pompa. Sedangkan pada pendinginan

paksa pada sirip-sirip trafo terdapat fan yang bekerjanya sesuai setting

temperaturnya.

10. Tap changer trafo (perubahan tap)

Tap changer adalah alat perubah pembanding transformasi untuk

mendapatkan tegangan operasi sekunder yang sesuai dengan tegangan

sekunder yang diinginkan dari tegangan primer yang berubah-ubah. Tap

changer hanya dapat dioperasikan pada keadaan trafo tidak bertegangan

atau disebut dengan “Off Load Tap Changer” serta dilakukan secara

manual.

2.3.2 Prinsip Kerja Transformator

Prinsip kerja suatu transformator adalah induksi bersama (mutual

induction) antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet.

Dalam bentuk yang sederhana, transformator terdiri dari dua buah

kumparan yang secara listrik terpisah tetapi secara magnet dihubungkan

oleh suatu alur induksi. Kedua kumparan tersebut mempunyai mutual

induction yang tinggi. Jika salah satu kumparan dihubungkan dengan

sumber tegangan bolak-balik, fluks bolak-balik timbul di dalam inti besi

yang dihubungkan dengan kumparan yang lain menyebabkan atau

14
menimbulkan ggl (gaya gerak listrik) induksi (sesuai dengan induksi

elektromagnet) dari Hukum Faraday.

Berdasarkan Hukum Faraday (Yon Rijono, 1997) yang menyatakan

magnitude dari electromotive force (emf) proporsional terhadap perubahan

fluks terhubung dan hukum Lenz yang menyatakan arah dari emf

berlawanan dengan arah fluks sebagai reaksi perlawanan dari perubahan

fluks tersebut didapatkan persaman :

𝑑Ψ
𝑒 = −( ) ............................................................................... (2.1)
𝑑𝑡

Keterangan :

e = emf sesaat (instantaneous emf)

Ψ = fluks terhubung (linked fluks)

Dan pada transformator ideal yang dieksitasi dengan sumber

sinusoidal berlaku persamaan :

𝐸 = 4,44 ∙ 𝛷𝑚 ∙ 𝑁 ∙ 𝑓 .............................................................. (2.2)

Keterangan :

E = tegangan (rms)

N = jumlah lilitan

ƒ = frekuensi

Φm = fluks puncak (peak fluks)

15
Atau :

𝐸1 𝑁1
= ................................................................................. (2.3)
𝐸2 𝑁2

Dikarenakan pada transformator ideal seluruh mutual flux yang

dihasilkan salah satu kumparan akan diterima seutuhnya oleh kumparan

yang lainnya tanpa adanya leakage flux maupun loss lain misalnya

berubah menjadi panas (Yon Rijono, 1997). Atas dasar inilah didapatkan

pula persamaan :

P1 = P2 .................................................................................... (2.4)

V1 ∙ I1 = V2 ∙ I2 ....................................................................... (2.5)

N1 ∙ I1 = N2 ∙ I2 ...................................................................... (2.6)

 Keadaan Transformator Tanpa Beban

Transformator disebut tanpa beban jika kumparan sekunder dalam

keadaan terbuka (open circuit) perhatikan gambar 2.5.

Gambar 2.5 Transformator Tanpa Beban

Dalam keadaan ini, arus I0 yang mengalir pada kumparan primer

adalah sangat kecil. Arus ini disebut arus primer tanpa beban atau arus

penguat.

16
Arus I0 adalah terdiri dari arus pemagnet (IM) arus tembaga (IC).

Arus IM inilah yang menimbulkan fluks magnet bersama yang dapat

mengakibatkan timbulnya rugi histerisis dan rugi eddy curent (arus pusar).

Rugi histerisis dan rugi eddy curent inilah yang menimbulkan rugi inti

sedangkan adanya arus tembaga akan menimbulkan rugi tembaga. Secara

vektoris hubungan antara arus penguat, fluks magnet bersama dan gaya

gerak listrik primer ditunjukkan pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Hubungan Antara I0 ϕ dan E1


(Sumber : Yon Rijono. Dasar Teknik Listrik)

Dari gambar 2.6 terlihat bahwa :

𝐼0 = 𝐼𝐶 + 𝐼𝑀 .............................................................................. (2.7)

Jika beda fasa antara IC dan I0 adalah sebesar Ө, maka :

𝐼C = 𝐼0𝑐𝑜𝑠𝜃 ............................................................................... (2.8)

𝐼0 = √ 𝐼𝐶2 + 𝐼𝑀2 ....................................................................... (2.9)

Pada umumnya RC >> XM, sehingga IC << IM dianggap IC, maka

besar Ө = 90°. Dengan demikian pada trafo tersebut hanya ada rugi inti

sebesar :

17
𝐼𝑀2 ∙ 𝑋𝑀 = 𝐼02 ∙ 𝑋𝑀 ................................................................. (2.10)

(Yon Rijono, 1997)

 Keadaan Transformator Berbeban

Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL, I2

mengalir pada kumparan sekunder, dimana :

𝑉2
𝐼2 = ................................................................................. (2.11)
𝑍𝐿

dengan Ө2 = faktor kerja beban.

Gambar 2.7 menunjukkan rangakaian transformator dengan keadaan

berbeban.

Gambar 2.7 Transformator Berbeban


(Sumber : Zuhal. Dasar Tenaga Listrik)

Arus beban I2 ini akan menimbulkan Gaya Gerak Magnet (GGM)

N2 I2 yang cenderung menentang fluks (ϕ) bersama yang telah ada akibat

arus pemagnetan IM. Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada

kumparan primer harus mengalir I2’, yang menentang fluks yang

dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga keseluruhan arus yang mengalir

pada kumparan primer menjadi :

18
𝐼2 = 𝐼0 + 𝐼2′ ............................................................................. (2.12)

Bila rugi besi diabaikan (IC diabaikan) maka I0 = IM.

𝐼1 = 𝐼𝑀 + 𝐼2′ ............................................................................ (2.13)

Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar GGM yang

dihasilkan oleh arus pemagnetan IM saja, berlaku hubungan :

𝑁1 ∙ 𝐼𝑀 = 𝑁1 ∙ 𝐼1 − 𝑁2 ∙ 𝐼2 ....................................................... (2.14)

𝑁1 ∙ 𝐼𝑀 = 𝑁1(𝐼𝑀 + 𝐼2′) − 𝑁2 ∙ 𝐼2 ............................................... (2.15)

Sehingga

𝑁1 ∙ 𝐼2′ = 𝑁2 ∙ 𝐼2 ..................................................................... (2.16)

Karena nilai IM dianggap kecil, maka I2’ = I1

Jadi,

𝐼1 𝑁2
𝑁1 ∙ 𝐼1 = 𝑁2 ∙ 𝐼2 atau 𝐼2 = ................................................. (2.17)
𝑁1

(Zuhal, 1991)

2.4 Hubungan Tiga Fasa Dalam Transformator

Transformator tiga fasa digunakan karena pertimbangan ekonomi,

dikarenakan pemakaian inti besi pada transformator tiga fasa akan jauh lebih sedikit

dibandingkan dengan pemakaian tiga buah transformator fasa tunggal. Kumparan

primer ataupun kumparan sekunder dari transformator tiga fasa dapat dihubungkan

secara bintang, delta ataupun zig-zag.

19
1. Hubungan bintang (Y)

Hubungan bintang adalah hubungan transformator tiga fasa dimana

ujung-ujung awal atau akhir dari lilitan disatukan. Titik dimana tempat

penyatuan dari ujung lilitan merupakan titik netral. Hubungan bintang

transformator tiga fasa mempunyai ciri-ciri :

- Arus fasa IA, IB, IC masing-masing berbeda fasa 120°

- Besarnya arus fasa sama dengan arus line

Gambar 2.8 Hubungan Bintang


(Sumber : Syarifuddin. Mesin Arus Searah dan Transformator)

2. Hubungan delta

Suatu hubungan transformator 3 fasa dimana cara penyambungan nya

ialah ujung akhir lilitan fasa pertama disambung dengan ujung mula lilitan

kedua dan akhir fasa kedua disambung dengan ujung mula fasa ketiga atau

boleh juga awal lilitan dari fasa pertama dengan akhir fasa kedua, awal fasa

kedua dengan akhir fasa ketiga dan awal fasa ketiga dengan akhir fasa

pertama.

20
Hubungan delta mempunyai ciri-ciri antara lain :

a. Tegangan tiga fasa masing-masing berbeda fasa 120°

b. Tegangan fasa sama dengan tegangan line atau Vp = VL

Gambar 2.9 Hubungan Delta


(Sumber : Syarifuddin. Mesin Arus Searah dan Transformator)

3. Hubungan zig-zag

Masing masing lilitan tiga fasa pada sisi tegangan rendah dibagi

menjadi dua bagian dan masing masing dihubungkan pada kaki yang

berbeda. Hubungan silang atau zig-zag digunakan untuk keperluan

khusus seperti distribusi dan transformator.

Gambar 2.10 Hubungan Zig-Zag


(Sumber : Syarifuddin. Mesin Arus Searah dan Transformator)

21
2.5 Ketidakseimbangan Beban

Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan di mana :

1. Ketiga vektor arus / tegangan sama besar.

2. Ketiga vektor saling membentuk sudut 120º satu sama lain.

Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan

di mana salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi.

Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada 3 yaitu:

1. Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120º satu

sama lain.

2. Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120º satu

sama lain.

3. Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120º satu

sama lain.

(a) (b)
Gambar 2.11 Vektor Diagram Arus
(Sumber : Syarifuddin. Mesin Arus Searah dan Transformator)

22
Gambar 2.11 (a) menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan

seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR,IS,IT)

adalah sama dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (IN).

IN = Ia + Ib + Ic = 0 ............................................................................. (2.18)

Sedangkan pada gambar 10 (b) menunjukkan vektor diagram arus yang

tidak seimbang. Disini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (Ia,Ib,Ic)

tidak sama dengan nol sehingga muncul sebuah besaran yaitu arus netral (IN) yang

besarnya bergantung dari seberapa besar faktor ketidakseimbangannya.

IN = Ia + Ib + Ic ................................................................................... (2.19)

Dengan :

IN = Arus yang mengalir pada penghantar fasa N (A)

Ia = Arus yang mengalir pada penghantar fasa R (A)

Ib = Arus yang mengalir pada penghantar fasa S (A)

Ic = Arus yang mengalir pada penghantar fasa T (A)

Sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh IEEE (Institute of Electrical and

Electronics Engineers) persentase ketidakseimbangan sesuai dengan tabel dibawah

ini.

23
Tabel 1.1 Paramater ketidakseimbangan beban

Parameter Range

1) Voltage limit, steady-state (all +6%, –13%

phases)

2) Voltage disturbances (all phases) Surge +15% for 0.5 s maximum

Sag –18% for 0.5 s maximum

Transient overvoltage 150–200%

for 0.2 ms

3) Harmonic content 5% maximum with equipment

operating

4) Electromagnetic compatibility 1 V/m maximum

5) Frequency limits 50 Hz ± 0.5

6) Frequency rate of change 1 Hz/s (slew rate)

7) Three-phase voltage unbalance 2.5% of arithmetic average

8) Three-phase load unbalance 5–20% maximum for any one phase

9) Power factor 0.8–0.9

10) Load demand 0.75–0.85 (of connected load)

(Sumber : IEEE std 446-1995.)

24
2.6 Pengaruh Ketidakseimbangan Beban

Apabila beban tidak seimbang maka muncul sebuah besaran yaitu arus

netral (In) yang besarnya tergantung dari berapa besar faktor

ketidakseimbangannya.

2.6.1 Arus pada Penghantar Netral

Gambar 2.12 Arus Saluran dan Arus Fasa


(Sumber : Syarifuddin. Mesin Arus Searah dan Transformator)

Dalam sistem tiga-fasa, jumlah arus saluran sama dengan arus In dalam jalur

kembali lewat netral. yakni :

In = Ia + Ib + Ic

= 3Iao ....................................................................................... (2.20)

Dengan :

In = Arus penghantar netral (A)

Ia = Arus pada fasa R (A)

Ib = Arus pada fasa S (A)

25
Ic = Arus pada fasa T (A)

Iao = Arus urutan nol (A)

Jika tidak ada jalur yang melalui netral dari sistem tiga-fasa, In adalah

nol, dan arus saluran tidak mengandung komponen urutan-nol. Suatu beban

dengan hubungan-∆ tidak menyediakan jalur ke netral, dan karena itu arus

saluran yang mengalir ke beban yang dihubungkan-∆ tidak dapat

mengandung komponen urutan-nol.

2.6.2 Tegangan pada penghantar netral

Tegangan pada penghantar netral sebanding dengan arus netral dan impedansi

penghantar netral (Jurnal Teknik Elektro 6: 68-73), yakni :

Vn = In.Zn ......................................................................................... (2.21)

Dengan :

Vn = Tegangan penghantar netral (V)

In = Arus pada penghantar netral (A)

Zn = Impedansi penghantar netral (Ω)

Tegangan jatuh pada penghantar netral tersebut mengakibatkan tegangan fasa

saluran pelayanan menjadi :

VAn = VA - VNn ................................................................................ (2.22)

VBn = VB - VNn ................................................................................ (2.23)

VCn = VC - VNn ............................................................................... (2.24)

26
2.6.3 Rugi daya penghantar netral

Rugi daya (losses) jaringan distribusi dalam sistem ketenagalistrikan

merupakan kehilangan kWh energi yang tidak dapat dimanfaatkan, sehingga hal ini

merupakan salah satu bentuk pemborosan energi serta menurunkan efisiensi.

Arus yang mengalir pada penghantar netral menimbulkan panas yang

terbuang. Panas tersebut merupakan kerugian daya dan energi yang dinyatakan

sebagai berikut:

Pn = In2Rn ......................................................................................... (2.25)

Wn = In2Rn . t ................................................................................... (2.26)

Dengan :

Pn = Rugi daya penghantar netral (kW)

Wn = Rugi Energi penghantar netral (kWh)

In = Arus pada penghantar netral (A)

Rn = Tahanan penghantar netral (Ω)

t = Waktu (jam)

2.6.4 Resistansi pada penghantar netral

Adapun besar resistansi pengahantar netral ditentukan berdasarkan

persamaan :
𝐿
Rn = 𝜌 𝐴 ......................................................................................... (2.27)

27
Dengan :

Rn = Resistansi penghantar netral (Ω)

L = Panjang penghantar (m)

A = Luas penampang penghantar (m2)

𝜌 = Resistansi jenis (Ω -m)

2.7 Faktor Ketidakseimbangan Beban

Pada sistem distribusi tiga fasa tiga penghantar, ketidakseimbangan beban

dapat dilihat dari nilai faktor ketidakseimbangannya (unbalance factor), yaitu

perbandingan antara komponen urutan negatif dengan komponen urutan positif dari

tegangan maupun arus.

Apabila data yang diketahui merupakan nilai arus, maka faktor

ketidakseimbangan beban dinyatakan dengan persamaan berikut :

|𝐼𝑎2|
𝐹 = |𝐼𝑎1| ....................................................................................... (2.28)

1
𝐼𝑎𝑜 = (𝐼𝑎 + 𝐼𝑏 + 𝐼𝑐 ) .................................................................... (2.29)
3

1
𝐼𝑎1 = (𝐼𝑎 + 𝑎 𝐼𝑏 + 𝑎2 𝐼𝑐 ) ............................................................. (2.30)
3

1
𝐼𝑎2 = (𝐼𝑎 + 𝑎2 𝐼𝑏 + 𝑎 𝐼𝑐 ) .............................................................. (2.31)
3

Dengan :

𝑎 = 1∠1200

𝑎2 = 1∠2400

28
dan persentase ketidakseimbangan beban yaitu :

%F = F x 100% .............................................................................. (2.32)

Dengan :

F = Faktor ketidakseimbangan beban

Ia1 = Arus urutan positif (A)

Ia2 = Arus urutan negative (A)

Ia = Arus beban fasa R (A)

Ib = Arus beban fasa S (A)

Ic = Arus beban fasa T (A)

Iao = Arus urutan nol pada fasa (A)

29
2.8 Efisiensi Transformator

Efisiensi dinyatakan sebagai (Nurul Ambiya, 2013) :

𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡 ∑𝑟𝑢𝑔𝑖


𝜂= = = 1− 𝑥 100% ............................... (2.33)
𝑃𝑖𝑛 𝑃𝑜𝑢𝑡+ ∑𝑟𝑢𝑔𝑖 𝑃𝑖𝑛

Keterangan :

η = efisiensi (%)

Pout = daya keluar (watt)

Pin = daya masuk (watt)

Dimana,

∑𝑟𝑢𝑔𝑖 = 𝑃𝐶𝑢 + 𝑃𝑖 .............................................................................. (2.34)

30
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan di trafo distribusi penyulang

Paccerakkang PT. PLN (Persero) Rayon Daya yang beralamat di Jl. Batara Bira No.

3 yang dimulai pada bulan Januari.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

3.2.1 Metode literatur

Yaitu metode dimana dilakukan pengumpulan data dari berbagai referensi-

referensi buku yang berhubungan dengan judul tugas akhir ini untuk mendapatkan

dan mengetahui dasar-dasar teori yang ada hingga dapat menunjang dalam

penulisan ini.

3.2.2 Metode observasi

Penulis melakukan pengumpulan data dan keterangan serta mengamati

peralatan atau sistem yang ada secara langsung di Rayon Daya.

31
3.2.3 Metode wawancara

Penulis melakukan tanya jawab kepada staf distribusi yang memahami

masalah sistem ketenagalistrikan yang berkaitan dengan kasus yang akan dikaji.

Penulis bermaksud untuk memahami lebih mengenai pengaruh ketidakseimbangan

beban terhadap efisiensi trafo distribusi 20 kV.

3.3 Teknik Analisis Data

Pembahasan penelitian tugas akhir ini dapat dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Studi Literatur, bertujuan untuk memahami konsep dan teori yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, melalui sumber buku-

buku dan jurnal yang berkaitan dengan topik tugas akhir ini.

2. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan kunjungan

langsung ke lapangan untuk mengukur beban tiap fasa dan arus yang

mengalir pada penghantar netral. Adapun data-data yang akan diambil

melalaui observasi ini adalah kapasitas trafo, Arus full load, Arus rata-

rata, persen (%) pembebanan pada trafo distribusi 3 fasa,

ketidakseimbangan beban dan rata-rata ketidakseimbangan beban

dalam (%), Rugi-rugi tembaga, dan rugi-rugi akibat adanya arus netral

pada transformator, Efisiensi.

3. Pengolaan data, data-data yang dikumpulkan diolah dengan

menganalisis menggunakan persamaan yang ada. Dalam hal ini

32
diharapkan dapat diketahui berapa rugi daya yang terjadi pada gardu

distribusi tersebut.

4. Setelah mengetahui jumlah rugi daya pada trafo tersebut maka penulis

dapat mengambil kesimpulan dan memberikan solusi agar kejadian

tersebut tidak terulang lagi.

Mulai

Observasi,
Studi Literatur,
Wawancara

Teknik Pengumpulan Data

1. Pengukuran Beban Pada


Trafo
Tidak 2. Panjang Jaringan
Tegangan Rendah

Data Lengkap ?

YA

Perhitungan menggunakan
Persamaan dan Menganalisis Data

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir (Flow Chart) prosedur penelitian

33
BAB IV

HASIL DAN PEMBHASAN

4.1 Data Penelitian

Sebelum melakukan analisis, perlu diketahui data-data yang menunjang

proses analisis. Data yang dimaksud diantaranya adalah sebagai berikut :

4.1.1 Arus netral

Ketidakseimbangan beban pada suatu sistem distribusi tenaga listrik selalu

terjadi dan penyebab ketidakseimbangan tersebut adalah beban-beban satu fasa

pada pelanggan jaringan tegangan rendah. Akibat ketidakseimbangan beban

tersebut muncullah arus netral pada trafo.

4.1.2 Pengukuran beban transformator

Melakukan pengukuran pada transformator, data-data yang diperoleh yaitu

data beban tiap fasa, panjang penghantar, luas penampang penghantar dan jenis

penghantar yang digunakan.

Penyulang yang akan menjadi bahan analisa adalah penyulang

Paccerakkang yaitu disuplai dari gardu induk Daya. Memperoleh gambar single line

dari penyulang Paccerakkang sehingga dari gambar tersebut dapat dilihat berapa

unit transformator distribusi yang di suplai oleh penyulang Paccerakkang.

4.2 Analisa Data

Dari data yang diperoleh setelah melakukan penelitian di PT. PLN (Persero)

yaitu data triwulan I penyulang Paccerakkang pada tahun 2018. Dapat di Analisis

perhitungan beban tak seimbang dari gardu distribusi. Yaitu perthitungan besar rugi

34
daya penghantar netral, kemudian faktor ketidakseimbangan berdasarkan hasil

pengukuran transformator, dan perhitungan efisiensi transformator. Perhitungan

dilakukan dengan mengambil salah satu sampel pada gardu distribusi. Setelah

mendapatkan persentase ketidakseimbangan beban dapat dilakukan Analisis

apakah faktor ketidakseimbangan tersebut mempengaruhi rugi-rugi daya dan

efisiensi transformator.

Setelah dilakukan Analisis dapat dilihat berapa besar rugi energi, total rugi

daya akibat ketidakseimbangan beban pada penyulang Paccerakkang, memperoleh

nilai rata-rata faktor ketidakseimbangan beban penyulang Paccerakang,

memperoleh nilai efisiensi tertinggi dan terendah pada transformator distribusi, dan

menentukan gardu distribusi yang perlu dilakukan pemerataan beban.

35
BAB V

KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

Dari pembahasan tetang Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap

Efisiensi Transformator Distribusi Pada PT. PLN (Persero) Rayon Daya, maka

penulis dapat menarik kesimpulan yaitu besar rugi daya penghantar netral yang

paling besar, nilai rata-rata faktor ketidakseimbangan beban penyulang

Paccerakkang, rugi energi yang paling besar, total rugi daya yang ada pada

penyulang Paccerakkang, dan nilai efisiensi yang tertinggi dan terendah pada

transformator distribusi.

4.2. Saran

Berhubung dengan pengambilan data pada PT. PLN (Persero) Rayon Daya,

maka penulis menyarankan sebagai berikut :

1. Perlu adanya peninjauan kembali mengenai pembagian beban pada

setiap fasa yang tidak merata, sehingga dapat memperkecil rugi daya

yang timbul.

2. Untuk mengurangi rugi daya yang timbul akibat adanya arus pada

penghantar netral maka perlu dilakukan penyemibangan beban.

36
DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, dan Artono. 2001. Teknik Tegangan Tinggi. Jakarta: Pradnya

Paramita.

IEEE. 1995. “Recommended Practice for Emergency and Standby Power System

for Industrial and Commercial Application.” IEEE Std 446 - 1995 53.

Nasional, Badan Standarisasi. 2011. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011.

Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Setiadji, Julius Sentosa, Tabrani Machmudsyah, dan Yanuar Isnanto. 2006.

“Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral dan Losses

pada Trafo Distribusi.” Jurnal Teknik Elektro 6: 68-73.

Simanora, Yoakim, Panusur, dan Tobing. 2014. “Analisis Ketidakseimbangan

Beban Transformator Distribusi untuk Identifikasi Beban Lebih dan

Estimasi Rugi-Rugi pada Jaringan Tegangan Rendah.” Singuda Ensikom,

7 (2) 137 - 142.

Syarifuddin. 2012. Mesin Arus Searah dan Transformator. Makassar: Politeknik

Negeri Ujung Pandang.

Tamara, Verika. 2016. Pengaruh Pemerataan Beban Terhadap Rugi Rugi

Jaringan Tegangan rendag Transformator Distribusi. Palembang:

Politeknik Negeri Sriwijaya.

Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Listrik. Bandung: ITB.

Yon Rijono. 1997. Dasar Teknik Listrik, Penerbit Andi, Yogyakarta.

37
Nurul Ambiya. 2013. Analisa Pemerataan Beban Untuk Meningkatkan Efisiensi

Kerja Transformator Pada Gardu Distribusi U. 254.

38

Anda mungkin juga menyukai