TUGAS AKHIR
Oleh :
10582 1576 15
ABSTRAK
Gardu Induk Bolangi merupakan salah satu Gardu Induk asuhan ULTG
Panakkukang. GI Bolangi melayani beberapa penyulang 20 kV antara lain, Penyulang
Samata, Penyulang Cheng Ho, Penyulang Biringbilayya, Penyulang Paccelekkang,
Penyulang Moncongloe dan Penyulang Royal yang disuplai dengan Trafo 60 MVA. Pada
hari Selasa, tanggal 2 April 2019 dan hari Minggu, 28 April 2019 terjadi gangguan satu
fasa ke tanah pada jaringan TM penyulang yang mengakibatkan trip langsung pada sisi
150 kV dan Incoming trafo tanpa mentripkan proteksi penyulang. Keadaan ini disebabkan
oleh adanya kekeliruan dalam pengimplimentasian setting, fungsi GFR pada relay
incoming tidak diaktifkan, ratio CT untuk fungsi SBEF trsfo yang diinput pada relay
adalah 2000/5 A sedangkan ratio CT SBEF pada NGR 300/5. Hal ini menyebabkan
pembacaan pada relay lebih besar dari arus yang ada pada CT. Selain itu pada setting
relay SBEF digunakan kurva standard inverse yang seharusnya diguanakn kurva LTI.
Beberapa perbaikan telah dilaksanakan yaitu dengan melakukan resetting relay
SBEF dan pengaktifan fungsi GFR pada relay Incoming. Tulisan ini akan membahas
tindak lanjut yang telah dilaksanakan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya
gangguan serupa di kemudian hari. Efektifitas resetting relay belum dapat dikatakan
maksimal, walaupun telah didapatkan hasil yang sesuai pada uji fungsi relay dengan
tujuan untuk menguji koordinasi proteksi trafo 60 MVA yang ada pada Gardu Induk
Bolangi, namun saat terjadi gangguan satu fasa tanah pada sisi Incoming maka akan trip
kedua sisi proteksi Trafo yaitu sisi 150 kV dan Incoming.
Kata Kunci: Resetting, GFR, SBEF
ABSTRACT
Bolangi substation is one of the Panakkukang ULTG substations. This substation
serves several 20 kV feeders, including Samata feeder, Cheng Ho feeder, Biringbilayya
feeder, Paccelekkang feeder, Moncongloe feeder and Royal feeder supplied with 60 MVA
transformer. On Tuesday, April 2, 2019 and Sunday, April 28, 2019 there was a single
phase disturbance to the ground in the feeder TM network which resulted direct trip on
the 150 kV side and an incoming transformer without tripping the feeder protection.This
situation was caused by a mistake in implementing settings, the GFR function on the
incoming relay was not activated. The CT ratio for the transformer SBEF function
inputted on the relay was 2000/5 A while the CT SBEF ratio on the NGR was 300/5. This
i
situation causes the reading on the relay was higher then the current on CT. In addition,
in the SBEF relay settings used inverse standard curves that actually should be used LTI
curves.
Several improvements have been made by resetting SBEF relays and activating
the GFR function in Incoming relays. This paper will discuss the follow-up that has been
implemented to minimize the possibility of similar disruptions in the future. The
effectiveness of relay resetting can not be said maximal, although it has obtained
appropriate results in the relay function test with the aim of testing the coordination of 60
MVA transformer protection at the Bolangi substation, but when there is a single phase
ground disturbance on the Incoming side, it will trip both sides of the Transformer
protection, that are the 150 kV side and Incoming side.
Keywords: Resetting, GFR, SBEF.
ii
KATA PENGANTAR
hadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
1. Orang tua saya H. Makmur DL dan Hj. Marlina, S.H. juga mertua saya Muh.
Taufiq Ghani, S. IP, Dg. Ropu dan Hartaty A. Dg. Ngasseng, Istri saya Intan
Sakinah Auliah Taufiq, S.H., Kakak saya Ahmad Agung Akbar, Adik Saya
Muh. Adipati RM, Muh. Arya Dewa Saputra, Siti Annisa RY, Miftahul Khaer
alias Angga, Rahmatullah Punggawa Gau alias Acca dan keluarga kami yang
iii
5. Rahmania, S.T.,M.T.
Makassar.
Makassar.
8. Terima Kasih juga buat seluruh karyawan/i PT. PLN (Persero) Unit Layanan
Transmisi Dan Garduk Induk Panakukang yaitu letting saya pak Muh. Ikbal,
Pak Muh. Hadi Satria, juga Pak Abdul Hafid Alias Dennai, Pak Afiq Fauzan
alias Aldo, Pak Achmad Rhomadon, Pak Idris Afandi, Pak Adi Gunawan, Pak
Hamzah Alias Anca, Pak Suharwan, Bu Adriani Syam, Pak Awaluddin KM,
Pak Wawan Dermawan, Pak Ismail, Pak Nursalam SR dan Pak Sapri Nappe
Ismail, Alamsyah, Muh Nur Alfian, Febry Nur Engga Sholiq, Amaluddin,
Anshar dan Ahyan yang telah memberikan banyak cerita, saran dan motivasi.
10. Sahabat-sahabat BOS saya yang selalu memotivasi dan membagi cerita, yaitu
Muh. Ilham, S.H., alias Ilo, Muhammad Haris, S.H, Aan Anugerah, S.H., dan
iv
Pada dasarnya saya sadar dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak
dengan penuh kerendahan hati kami selaku penulis memohon agar diberikan saran
dan kritik yang membangun guna perbaikan dari tulisan ini. Semoga Tugas Akhir
Billahifisabilhaq fastabiqulkhaerat.
Muh. Andikapati M.
v
DAFTAR ISI
JUDUL .............................................................................................................................. -
ABSTRAK ........................................................................................................................ i
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
vii
3.6.4. Single Line Diagram ................................................................................. 39
4.6. WORKPLAN...................................................................................................... 51
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 68
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4 Daerah kerja proteksi trafo daya dengan kondisi normal ................................ 19
Gambar 2.5 Daerah kerja proteksi trafo daya dengan kondisi gangguan ........................... 19
Gambar 2.6 Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja seketika ............................ 23
Gambar 2.7 Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja tertentu ............................. 24
Gambar 2.8 Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja terbalik ............................. 25
Gambar 4.11 Setting relay SBEF Trafo #1 60 MVA setelah resetting ............................... 57
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Rumus Karakteristik Relai Standar Invers SPLN 52.1 ....................................... 26
Tabel 2.3 Rumus Karakteristik Relai IEEE Very Invers SPLN 52.1.................................. 27
Tabel 2.4 Rumus Karakteristik Relai Extrenely Invers SPLN 52.1 .................................... 28
Tabel 2.5 Rumus Karakteristik Relai Long time standart earth fault SPLN 52.1 .............. 29
Tabel 2.7 Batasan setelan GFR icoming, penyulang dan NGR .......................................... 34
Tabel 3.3 Pola Koordinasi Proteksi Trao Gardu Induk di Wilayah Sulawesi ..................... 43
xi
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
3. Over current Relay (OCR) Relay arus lebih adalah suatu relai yang
bekerjanya berdasarkan adanya kenaikan
arus yang melebihi suatu nilai pengaman
tertentu dalam jangka waktu tertentu.
4. Ground Fault relay (GFR) Relay hubung tanah ini berfungsi untuk
memproteksi SUTM/SKTM dari gangguan
tanah.
xii
gangguan atau secara manual ketika
dilakukan perawatan atau perbaikan.
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
listrik, yang diakibatkan adanya gangguan sep erti gangguan teknis, gangguan alam,
kesalahan operasi, dan penyebab yang lainnya. Sistem proteksi bertujuan untuk
lain yang masih sehat sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari
terjadinya gangguan hubung singkat. Jika penyetelan Over current Relay (OCR)
atau Ground Fault relay (GFR) pada penyulang kurang baik, kadang-kadang akan
Jika pada salah satu penyulang terjadi gangguan hubung singkat, yang
menyebabkan penyulang yang lain (penyulang yang normal) juga ikut trip, tentu
saja hal ini tidak kita harapkan karena dapat memperluas daerah padam dan
sebaliknya jika terjadi gangguan hubung singkat namun tripnya terlambat, hal ini
sistem proteksi yang digunakan dapat segera ditentukan, seperti jenis relay yang
1
digunakan dan penetapan besaran-besaran yang menentukan bekerjanya suatu
relay.
untuk membuat karya tulis ilmiah yang dituliskan dalam bentuk Tugas Akhir. Dari
2
3. Bagaimanakah perbandingan antara koordinasi proteksi kubikel
batasan masalah dalam penyusunan proposal. Masalah yang dibahas pada proposal
ini adalah tentang koordinasi proteksi kubikel incoming, dan kubikel outgoing.
1.5. Manfaat
2. Dapat dijadikan bahan acuan untuk evaluasi setting system proteksi pada
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan adalah suatu keadaan tidak normal yang terjadi dalam sistem
tenaga yang menyebabkan terganggunya aliran arus normal yang mengalir pada
Relay (OCR) atau Ground Fault Relay (GFR) pada penyulang kurang baik, kadang-
yang meluas. Jika pada salah satu penyulang terjadi gangguan hubung singkat yang
menyebabkan penyulang yang lain (penyulang yang normal) juga ikut trip, tentu
saja hal ini tidak kita harapkan karena dapat memperluas daerah padam dan
sebaliknya jika terjadi gangguan hubung singkat namun tripnya terlambat, hal hal
ini juga tidak kita harapkan karena dapat memperluas daerah padam dan merusak
peralatan.
Gangguan yang terjadi pada system tenaga listri sangat beragam besaran
dan jenisnya. Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah keadaan tidak normal
tenaga listrik. Secara umum klasifikasi gangguan pada system tenaga listrik
4
2. Gangguan yang berasal dari luar system.
4. Beban lebih.
Sedangkan untuk gangguan yang berasal dari luar sistem antara lain.
2. Pengaruh cuaca seperti hujan, angin, serta surja petir. Pada gangguan
(breakdown).
Bila ditinaju dari segi lamanya waktu gangguan, maka dapat dikelompokkan
menjadi.
5
segera, baik hilang dengan sendirinya maupun karena bekerjanya alat
tersebut.
misalnya karena terbukanya PMT oleh relai pengamannya, peralatan atau saluran
dioperasikan kembali setelah bagian yang rusak diperbaiki atau diganti. Pada saat
terjadi gangguan akan mengalir arus yang sangat besar pada fasa yang terganggu
menuju titik gangguan, dimana arus gangguan tersebut mempunyai harga yang jauh
lebih besar dari rating arus maksimum yang diijinkan, sehingga terjadi kenaikan
digunakan.
tenaga listrik tiga fasa, gangguan-gangguan arus lebih yang mungkin terjadi adalah
arus tersebut. Pada saat gangguan ini terjadi arus yang mengalir
6
b. Gangguan hubung singkat
tegangan-tegangan rendah.
1. Gangguan petir
7
yang semula tidak masuk sistem menjadi masuk sistem, dan
sebagainya.
1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan tidak normal lainnya yang dapat
2. Melepaskan bagian sistem yang terganggu atau yang mengalami keadaan tidak
yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau dibatasi seminimum mungkin
Transformator (PT).
5. Sistem pengawatan.
Jika salah satu komponen saja dari perangkat proteksi tidak bekerja
sebagaimana mestinya, maka proteksi tersebut akan gagal bekerja. Jika proteksi
8
bekerja sebagai mana mestinya, maka kerusakan yang parah akibat gangguan,
mestinya dapat dicegah atau jika gangguan disebabkan karena sudah ada kerusakan,
maka kerusakan ini dapat dibatasi sekecil-kecilnya. Proteksi yang benar harus dapat
bekerja sesuai dengan fungsinya. Oleh karena itu Relai proteksi yang terpasang
pada instalasi harus memenuhi persyaratan, karena jika persyaratan tersebut tidak
3. Catu daya
6. CT jenuh
7. Kesalahan pengawatan
8. Dan sabagainya.
9
Persyaratan yang harus dimiliki oleh alat pengaman atau sistem pengaman
1. Ketelitian (Selektifitas)
pengamanan bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya
2. Kepekaan (Sensitifitas)
Suatu pengaman, bertugas mengamankan suatu alat atau bagian tertentu dari
nilai minimum dan bila perlu mentripkan PMT untuk memisahkan bagian yang
3. Kecepatan. (Speed)
4. Keandalan ( Realibilitas)
Dalam keadaan normal pengaman tidak boleh bekerja, tetapi harus pasti dapat
bekerja bila diperlukan. Pengaman tidak boleh salah bekerja, jadi susunan alat-
10
5. Ekonomis dan sederhana
Pembagian tugas dalam sistem proteksi. Dalam sistem proteksi pembagian tugas
utama pada waktu proteksi utama gagal atau tidak dapat bekerja
- waktu kerjanya lebih lambat atau ada waktu tunda (time delay), untuk
11
- Secara sistem, proteksi cadangan terpisah dari proteksi utama pola
proteksi cadangan pada trafo tenaga umumnya terdiri dari OCR untuk
ketanah..
- Relai elektromagnetis
- Relai Termis
khususnya pada motor. Relai ini biasanya disebut Thermis Over Load Relay.
Cara kerja relai ini adalah dengan mengkonversi arus yang mengalir
tuas untuk menghentikan aliran listrik pada motor melalui suatu kontrol
motor starter. Pengaturan dilakukan dengan mengatur besaran arus pada dial
di alat tersebut.
12
- Relai Elektronis
tegangan sebesar tegangan kerja relai maka akan timbul medan magnet pada
kumparan karena adanya arus yang mengalir pada lilitan kawat. Kumparan
yang bersifat sebagai elektromagnet ini kemudian akan menarik saklar dari
- Relai Arus adalah relai yang bekerja berdasarkan pengaturan arus yang
13
d. Jenis-jenis relai berdasarkan cara kerja kontrol elemen :
memutuskan aliran.
rangkaian.
dan relai Restricted Earth Fault (REF) sebagai proteksi utama. Sedangkan proteksi
cadangan menggunakan relai OCR dan relai GFR. Sedangkan Standby Earth Fault
14
Keterangan :
umumnya menggunakan Relai Diferensial dan Relai REF sebagai proteksi utama.
dengan kebutuhan.
proteksi trafo tenaga, maka setiap peralatan proteksi yang dipasang harus
15
disesuaikan dengan kebutuhan dan prediksi gangguan yang akan terjadi yang
mendeteksi gangguan Ph-Ph dan Ph-tanah pada rul (Bus) 20 kV atau sebagai cadang
Relai No. 5 adalah OCR/GFR sisi 150 kV yang fungsinya adalah sbb :
daerah relai Differential & REF tetapi relai Differential maupun REF tidak
bekerja)
16
Relai No. 2 & 4 adalah Relai REF (Relai Hubung Tanah Terbatas) yang fungsinya
adalah sebagai pengaman utama untuk mendeteksi gangguan hubung tanah pada
Relai No. 3 adalah relai Differential yang fungsinya adalah sebagai pengaman
utama untuk mendeteksi gangguan hubung singkat yang terjadi pada transformer di
antara CT 1 & CT 2.
Gambar 2.4 Daerah kerja proteksi trafo daya dengan kondisi normal
(Sumber : Buku Diklat Relai Proteksi Trafo Daya dan Daerah Kerjanya)
Kondisi normal, atau gangguan di F, maka kondisi arus di relai Differential adalah
sebagai berikut :
akan bekerja.
17
Gambar 2.5 Daerah kerja proteksi trafo daya dengan kondisi gangguan
(Sumber : Buku Diklat Rele Proteksi Trafo Daya dan Daerah Kerjanya)
berikut :
bekerja
• Phasa – phasa arus yang masuk ke relai Differential harus sama dan punya
Agar syarat tersebut terpenuhi, dapat dipergunakan trafo arus bantu (auxiliary CT)
18
Relai No. 6 adalah relai Netral Grounding (Standby Earth Fault/SBEF) yang
Relai No. 1 s.d 6 tersebut di atas adalah relai proteksi adalah Jenis
1. Bucholz : Mendeteksi adanya gas yang timbul dalam tangki utama trafo
4. Jansen (Bucholz Tap Changer) : Mendeteksi adanya gas yang timbul dalam
antara lain hubung singkat antara kumparan dengan kumparan atau antara
kumparan dengan tangki. Relay ini harus bekerja kalau terjadi gangguan di daerah
pengamanan, dan tidak boleh bekerja dalam keadaan normal atau gangguan di luar
daerah pengamanan.
dimana arus yaitu membandingkan arus yang masuk ke primer (Ip) dengan jumlah
19
arus yang keluar di sekunder (Is). Relai differential membandingkan arus yang
Keterangan :
Id = arus differential
Relei arus lebih, adalah suatu relai yang bekerjanya berdasarkan kenaikan
arus yang melebihi suatu nilai pengamanan tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu, sehingga relai ini dapat dipakai sebagai pola pengaman arus lebih. Relai
ini pada dasarnya mengamankan adanya arus lebih yang disebabkan oleh gangguan
hubung singkat atau beban lebih. Relei arus lebih akan bekerja bila besarnya arus
input melebihi suatu harga tertentu (arus kerja) yang dapat diatur dan dinyatakan
menurut kumparan sekunder dari trafo arus. Relai arus lebih akan memberi isyarat
kepada PMT bila terjadi gangguan hubung singkat untuk membuka rangkaian
Relai arus lebih adalah suatu relei proteksi yang dikerjakan oleh suatu
besaran arus gangguan akibat hubung singkat yang mengalir pada rangkaian
settingnya, maka akan bekerja, kemudian dalam waktu tertentu akan memberikan
20
Prinsip kerja relai arus lebih yang bekerja berdasarkan besaran arus lebih
akibat adanya gangguan hubung singkat dan memberikan perintah trip ke PMT
penting dalam menentukan suatu skema proteksi. Hal ini dikarenakan suatu
lain agar hanya peralatan proteksi yang paling dekat dengan gangguan saja yang
Relei ini akan memberi perintah kepada PMT, pada saat terjadi gangguan bila arus
gangguan besarnya melampaui penyetelannya, dan jangka waktu kerja relai mulai
pick-up sampai kerja relai sangat singkat tanpa penundaan waktu yaitu 20 – 60 ms.
Gambar 2.6 Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja seketika
(Sumber : Politeknik Bandung)
21
Keterangan
• CB : Circuit Breaker/PMT
• CT : Current Transformer.
• TC : Tripping Coil.
Relai ini akan memberi perintah kepada PMT pada saat terjadi gangguan bila
besarnya arus gangguan melampaui penyetelannya, dan jangka waktu kerja relai
mulai pick-up sampai kerja relai waktunya ditunda dengan harga tertentu tidak
Gambar 2.7 Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja tertentu
(Sumber : Politeknik Bandung)
Keterangan
• CB : Circuit Breaker/PMT
22
• CT : Current Transformer
• TC : Tripping Coil
• A : Relai Bantu
• S : Relai Sinyal
Relei ini akan memberi perintah kepada PMT, pada saat terjadi gangguan
bila besarnya arus gangguan melampaui penyetelannya, dan jangka waktu kerja
relai mulai pick-up sampai kerja relei waktu tundanya berbanding terbalik dengan
besarnya arus gangguan. Terdapat 4 macam relai inverse yaitu Standard Inverse
Time (SIT), Very Inverse Time (VIT), Extremelly Inverse Time (EIT), dan Long
Gambar 2.8 Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja terbalik
(Sumber : Politeknik Bandung)
23
Keterangan
• CT : Current Transformer
• TC : Tripping Coil
Yaitu karakteristik yang menunjukan perbandingan antara besar arus dengan waktu
0.14
Standar Invers 𝑡 = 𝑇𝑀𝑆
𝐼𝑓𝑎𝑢𝑙𝑡 0.02
(𝐼 ) −1
( 𝑠𝑒𝑡 )
Keterangan :
24
Gambar 2.9 Kurva Karakteristik Waktu Standar Normal Inverse
(Sumber : Alstom T&D Protection & Control Ltd. 1999)
waktu kerja relai yang lebih cepat/tinggi dari standar inverse, ditulis dengan rumus
Tabel 2.3 Rumus Karakteristik Relai IEEE Very Invers SPLN 52.1
1.35
IEEE Very Invers 𝑡 = 𝑇𝑀𝑆
𝐼𝑓𝑎𝑢𝑙𝑡
( ) −1
( 𝐼𝑠𝑒𝑡 )
25
Gambar 2.10 Kurva Karakteristik Waktu Very Inverse
(Sumber : Alstom T&D Protection & Control Ltd. 1999)
waktu kerja relai yang lebih cepat/tinggi dari standard dan very inverse, ditulis
dengan rumus :
80
Extrenely Invers 𝑡 = 𝑇𝑀𝑆
𝐼𝑓𝑎𝑢𝑙𝑡 2
( ) −1
( 𝐼𝑠𝑒𝑡 )
26
Gambar 2.11 Kurva Karakteristik Waktu Extremly Inverse
(Sumber : Alstom T&D Protection & Control Ltd. 1999)
waktu kerja relai yang lebih lambat/rendah diantara karakteristik yang lain, ditulis
dengan rumus :
Tabel 2.5 Rumus Karakteristik Relai Long time standart earth fault SPLN 52.1
120
Long time standart earth fault 𝑡 = 𝑇𝑀𝑆 ( )
𝐼𝑓𝑎𝑢𝑙𝑡
( )−1
𝐼𝑠𝑒𝑡
27
Gambar 2.12 Kurva Karakteristik Waktu Long Time Inverse
(Sumber : Politeknik Bandung)
28
2.9. Relai Gangguan Tanah
Relai gangguan tanah yang lebih dikenal dengan Ground Fault Relay
(GFR), pada dasarnya mempunyai prinsip kerja sama dengan relai arus lebih namun
memiliki perbedaan dalam kegunaannya. Bila relai arus lebih mendeteksi adanya
hubungan singkat antara phasa, maka relai hubung tanah mendeteksi adanya
Prinsip kerja relai gangguan tanah adalah pada kondisi normal beban seimbang Ir,
Is, It sama besar, sehingga pada kawat netral tidak timbul arus dan relai hubung
tanah tidak dialiri arus. Bila terjadi ketidakseimbangan arus atau terjadi gangguan
hubung singkat ke tanah, maka akan timbul arus urutan nol pada kawat netral,
SUTM.
Prinsip kerja relay REF sama dengan dengan relay differential yaitu
membandingkan besarnya arus sekunder kedua trafo arus yang digunakan, akan
tetapi batasan daerah kerjanya hanya antara CT fasa dengan CT titik netralnya.
Terdapat dua posisi REF yaitu REF pada sisi Primer transformator dan REF sisi
Sekunder transformator.
29
2.12. Setting Relai Proteksi Trafo Daya
Khusus untuk Trafo Daya yang terdapat kumparan tertier setting GFR sisi 150 kV
• Kesalahan CT 10%
• Mismatch 4%
• Arus eksitasi 1%
• Faktor keamanan 5%
30
Keterangan
• Ih = (I1 + I2)/2 A
• Id = I1 – I2
Setting OCR/GFR sisi 150 kV :
OCR :
GFR :
OCR :
• T set = 0,5 dt
31
GFR :
• T set = 0,5 dt
Karakteristik SI SI SI
Waktu kerja
0.2 - 0.4 detik 0.7 - 1.0 detik 1.2 - 1.6 detik
(HS fasa-fasa di bus 20 kV)
Karakteristik SI SI LTI
32
Waktu kerja
SI : 0.5 detik SI : 1.0 detik LTI : < 5 dtk
(HS fasa-G di bus 20 kV)
• Resistansi Lead = Rl
• Stabilising Resistor = Rs
Rs =( Vs/Is) – Rr
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Umum
Gardu Induk Bolangi merupakan salah satu Gardu Induk asuhan ULTG
Trafo 60 MVA. Pada hari Selasa, tanggal 2 April 2019 dan hari Minggu, 28 April
2019 terjadi gangguan satu phasa ke tanah pada jaringan TM penyulang yang
mengakibatkan trip langsung pada sisi 150 kV dan Incoming trafo tanpa mentripkan
proteksi penyulang.
a. Observasi
Dalam hal ini observasi kami lakukan dengan cara melakukan pengamatan
secara langsung ke area Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG)
terjadi. Dari sana dapat diketahui beberapa data yang dibutuhkan dalam
34
b. Wawancara
c. Dokumentasi
Bolangi.
melakukan dokumentasi yakni suatu cara mencari data atau mengumpulkan data
teori-teori yang terkait dengan hasil penelitian tentang pemeliharaan dan gangguan
35
yang dapat menyebabkan Gangguan Trafo Distribusi #1 60 MVA Terkait
Koordinasi Sistem Proteksi Trafo dan Incoming 20 kV pada Gardu Induk Bolangi.
Setelah mengulas data yang telah diperoleh yakni berupa hal-hal yang
Sistem Proteksi Trafo dan Incoming 20 kV pada Gardu Induk Bolangi. Data yang
ini juga dapat mengetahui dan mengatasi Gangguan Trafo Distribusi #1 60 MVA
Terkait Koordinasi Sistem Proteksi Trafo dan Incoming 20 kV pada Gardu Induk
Bolangi.
Hal terakhir yang dilakukan dalam teknik analisis data ini yakni
hipotesis yang ada maka akan dilakukan analisis Gangguan Trafo Distribusi #1 60
MVA Terkait Koordinasi Sistem Proteksi Trafo dan Incoming 20 kV pada Gardu
Induk Bolangi sesuai dengan SOP yang ada sehingga keandalan dan efisiensi dari
Trafo Distribusi #1 60 MVA dan Koordinasi Sistem Proteksi Trafo dan Incoming
Gardu Induk Bolangi, dan menggunakan metode RCPS (Root Cause Problem Solving)
36
3.4. Langkah – Langkah Penelitian
Mulai
Pengumpulan
Data
Melakukan
penelitian
Ada Hasil
Resetting Koordinasi
Penyelesaian Laporan
Selesai
37
3.5. Bahan Penelitian
Dari penyusunan RCPS dapat ditemukan beberapa akar permasalahan antara lain:
38
3.6.2. Ide Perbaikan
Tabel 3.1 Ide Perbaikan
P Evaluasi
Solusi ( Inisiatif Target
NO Akar Masalah I
Perbaikan ) Waktu Kemudahan Dampak Prioritas
C
Melakukan pelumasan
PMT 20 kV saat Supv
1 hari Mudah tinggi 1
pemeliharaan rutin Ophar
PMT Penyulang 20 kV kubikel
1
Gagal Trip
Supv
Pelaksanaan Inspeksi 1 hari Mudah tinggi 1
Ophar
Koordinasi Proteksi
Resetting dan Uji Supv
2 Transformator yang 1 hari Sedang tinggi 1
Fungsi Relay Terkait Ophar
Keliru
Single line diagram gardu induk adalah bagan kutub tunggal yang
memudahkan mengetahui kondisi dan fungsi dari setiap bagian peralatan instalasi
39
Gambar 3.3 Single Line Gardu Induk Bolangi
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Jabatan PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangkitan dan Penyaluran Sulawesi
40
• Batas wewenang dan tanggung jawab menjadi jelas, serta
diperkecil.
Tabel 3.3 Pola Koordinasi Proteksi Trao Gardu Induk di Wilayah Sulawesi
41
BAB IV
2000/5 A
42
4.2. Data Peralatan Kubikel 20 Kv Merk Schneider Type Pix 24
Keterangan :
1. KWh Meter
2. Announciator
3. Tombol Announciator
5. Saklar
6. Amperemeter
Ujung Mof
43
Tabel 4.1 Spesifikasi Incoming dan Outgoing 20 kV
CT Incoming CT Outgoing
20 kV (2000/5) 20 kV (600/5)
Arus 2000 A Arus 600 A
TMS 0.25 TMS 0.1
Kurva Standard Inverse Kurva Standard Inverse
Instant None Instant 2400 A
Setting GFR Incoming Setting GFR Outgoing
20 kV (2000/5) Outgoing 20 kV (600/5)
Arus 200 A Arus 60 A
TMS 0.25 TMS 0.1
Kurva Standard Inverse Kurva Standard Inverse
Instant None Instant 2400 A
44
Gambar 4.3 Data Penyulang 20 kV Gardu Induk Bolangi
(Sumber : Komputer SAS Gardu Induk Bolangi 11 Mei 2019)
Tabel 4.1 Beban Miimum dan Beban Maximum Gardu Induk Bolangi 2019
gangguan kubikel incoming dan 150 trafo trafo trip yang disebabkan oleh PMT
penyulang yang gagal trip. Permasalahan diawali oleh gangguan penyulang akibat
45
Gambar 4.4 Kondisi Normal Pada Penyulang
(Sumber : Aplikasi Wavewin ABB)
46
4.4. Laporan Gangguan
C
D
B 2000/5 A
47
Keterangan :
Deskripsi:
1. Kajian ini bertujuan untuk menghindari pemadaman listrik kepada konsumen akibat tripnya transformator
2. Melaksanakan uji fungsi dan individual pada relay OCR/GFR sisi 150 Kv, Incoming, SBEF dan
Penyulang
implementasi
48
Kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam melakukan koordinasi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah dan lama padam pada
Agar sistem proteksi dapat bekerja sesuai dengan fungsinya, maka dalam
berikut :
• Keamanan peralatan,
• Keamanan sistem,
• Kebutuhan konsumen.
konsumen harus diberikan secara proporsional, agar secara sistem akan diperoleh
indeks sering dan lama padam yang optimum. Pengamanan yang berlebih terhadap
49
Lamanya waktu pemulihan setelah terjadi gangguan sangat tergantung pada
tingkat kerusakan peralatan atau luas padam yang ditimbulkan. Sebagai contoh
bahwa kerusakan permanen pada trafo akan menyebabkan pemadaman yang luas
dan waktu pemulihan yang lebih lama serta biaya untuk perbaikan yang lebih tinggi.
sistem pengaman trafo, keamanan dari trafo tersebut merupakan faktor yang harus
lebih diperhatikan
• Statistik gangguan,
50
4.6. WORKPLAN
a Kronologi gangguan
Kronologi yang terjadi pada saat gangguan di trafo 60 MVA GI Bolangi 150 kV
51
b Kondisi sebelum gangguan
Beban trafo 60 MVA GI Bolangi 150 kV: 18.5 MW, 565 A, 145 kV
c Kronologi Gangguan
Jam 14:43 PMT 150/20 kV Trafo Trip, Relay: Backup Protection Earth Fault 20
d Akibat Gangguan
e Penyebab Gangguan
a Kronologi gangguan
Kronologi yang terjadi pada saat gangguan di trafo 60 MVA GI Bolangi 150 kV
52
Memeriksa peralatan, mencatat dan mereset relay yang bekerja yang mengalami
e Tindakan Pemulihan
Jam 01.40 Dicoba dimasukkan kembali bay Trafp dikarenakan tidak ada anomali
f Penyebab Gangguan
g Tindak Lanjut
Dari data gangguan tersebut, terjadinya 2 kali gangguan pada tarfo 60 MVA
GI Bolangi diakibatkan oleh kesalahan input ratio pada relay OCR/GFR incoming
incoming adalah 2000/5 A, dan untuk relay SBEF adalah 300/5 A. Namun ratio CT
yang diinput pada relay OCR/GFR 20 kV adalah 300/5 A. Hal ini mengakibatkan
pembacaan arus gangguan pada sisi incoming lebih tinggi dibandingkan dengan
penyulang. Hal ini mengakibatkan relay OCR/GFR incoming Trafo yang bekerja
53
lainnya adalah tidak adanya fungsi SBEF pada trafo 60 MVA GI Bolangi dan output
relay incoming yang mentripkan dua sisi trafo yaitu untuk sisi 150 kV dan 20 kV.
pada relay OCR/GFR incoming trafo dari 300/5 A menjadi 2000/5 A dan
pengaktifan fungsi SBEF. Karena tidak tersedianya relay untuk SBEF maka fungsi
tersebut di aktifkan pada relay OCR/GFR incoming trafo. Keadaan ini dapat
kV trafo namun, saat terjadi gangguan yang mentripkan incoming maka sisi 150 kV
Pekerjaan resetting dilakukan dalam keadaan online trafo sisi 150 kV dan 20
kV dan resetting penyulang dilakukan dalam keadaan padam. Kondisi saat ini
adalah fungsi SBEF diaktifkan pada relay incoming, namun dengan inputan CT
berbeda. Pembacaan pada relay tidak sesuai dengan CT di NGR Ratio CT di NGR
300/5 A sedangkan pada relay 2000/5 A. Hal ini dapat menyebabkan pembacaan
arus pada relay akan selalu tinggi. Oleh karena itu perlu pemisahan peralatan relay
54
1. Setting relay GFR Incoming GI Bolangi
55
Pada saat dilaksanakan Scanning Koordinasi Proteksi Trafo dan Penyulang
adalah mengaktifkan fungsi GFR sesuai dengan Approval data setting dari
UPT Makassar.
56
Gambar 4.11 Setting relay SBEF Trafo #1 60 MVA setelah resetting
(Sumber : Aplikasi PCM600 2.7)
Temuan lain yang didapatkan saat scanning koordinasi trafo dan penyulang
CT dan kurva pada relay SBEF, ratio yang di set pada relay berbeda dengan ratio
CT yang terpasang. Tindak lanjut yang dilakukan adalah dengan mengganti ratio
CT pada parameter setting relay dari 2000/5 A menjadi 300/5 A. Kurva yang
57
3. Setting OCR
Kurva IEC NI/SI IEC NI/SI Kurva IEC NI/SI IEC NI/SI
Outgoing 20 kV (600/5) -
58
5. Koordinasi OCR Setelah Resetting
6. Setting GFR
Kurva IEC NI/SI IEC NI/SI Kurva IEC NI/SI IEC LTI
59
Incoming 20 kV (2000/5) Outgoing 20 kV (600/5)
Kurva IEC NI/SI IEC NI/SI Kurva IEC NI/SI IEC NI/SI
60
8. Koordinasi GFR Setelah Resetting
Hasil Pengujian adalah hasil dari proses yang bertujuan untuk memastikan apakah
semua fungsi pada sistem relay bekerja dengan baik dan mencari kesalahan yang mungkin
a. Pengujian arsu pick up, karakteristik waktu, waktu kerja sesaat dan uji fungsi.
61
62
2. Hasil Uji Relay OCR dan GFR pada Penyulang Outgoing
a. Pengujian karakteristik kaktu relay, gangguan 1.5 kali dari Arus Setting
63
b. Pengujian karakteristik kaktu relay, gangguan 2 kali dari Arus Setting
64
b. Pengujian karakteristik waktu relay samapi mencapai settingan waktu kerja
65
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
66
DAFTAR PUSTAKA
K, Pribadi dan Wahyudi SN. 2005. Perhitungan Setting dan Koordinasi Proteksi
Sistem Distribusi. . Penerbit PT. PLN (Persero). Jakarta
Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik. Penerbit Graha Ilmu.
Jakarta
PT. PLN (Persero), 2014. Buku O&M Sistem Proteksi Trafo Tenaga. Penerbit PT.
PLN (Persero). Jakarta
PT. PLN (Persero). 2019. Kesepakatan Bersama Proteksi 20 kV. Penerbit PT. PLN
(Persero) UIKL Sulawesi. Manado
Tanyadji, Sony dan Sarma Thaha. 2015. Sistem Proteksi Tenaga Listrik, Penerbit
Innawa. Makassar
67
LAMPIRAN
1. Investigasi Gangguan
68
2. Penambahan Relai proteksi OCR dan GFR di Incoming 20 kV
69