Anda di halaman 1dari 91

HAM

HALAMAN PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri/tidak plagiat, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Jika ternyata
tidak benar saya bersedia untuk pembatalan gelar kesarjanaan yang telah saya
peroleh.

Nama

: SUMIHARJO FANS CRYSTIAN MARBUN

NIM

: 091000720201084

Tanggal

: 4 Februari 2016

Tanda Tangan :

LEMBAR PELAKSANAAN

Judul

: STUDI PEMASANGAN KAPASITOR BANK PADA


OGF 5 PERAWANG GARDU INDUK GARUDA SAKTI
UNTUK MEMPERBAIKI DROP TEGANGAN DAN
RUGI DAYA

Nama

: SUMIHARJO FANS CRYSTIAN MARBUN

NIM

: 091000720201084

Program Studi

: TEKNIK ELEKTRO

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji pada semester Ganjil Tahun
Ajaran 2015/2016

Disetujui,
TIM PENGUJI
Ketua

Sekretaris

Dr.Hamzah, ST, MT
NIDN : 1012086701

Elvira Zondra, ST, MT


NIDN : 1022047302

Anggota

Ir.Usaha Situmeang, MT.


NIDN : 1022046201

Anggota

Anggota

Atmam, ST, MT.


David Setiawan, ST, MT
NIDN : 1031077302
NIDN: 1027127701

LEMBAR PENGESAHAN
Judul

: STUDI PEMASANGAN KAPASITOR BANK PADA


OGF 5 PERAWANG GARDU INDUK GARUDA SAKTI
UNTUK MEMPERBAIKI DROP TEGANGAN DAN
RUGI DAYA

Nama

: SUMIHARJO FANS CRYSTIAN MARBUN

NIM

: 091000720201084

Program Studi

: TEKNIK ELEKTRO

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji dan di terima sebagai


persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning, sesuai dengan
Berita Acara Nomor : 30 /KPTS/Unilak-3/A.39/2016.
Disetujui,
Pembimbing

Abrar Tanjung, ST, MT


NIDN. 1020117001
Diketahui,
Dekan

Ketua Program Studi

Ir. Masnur Putra Halilintar, M.Si


NIP. 19651020 199403 1 002

Dr.Hamzah, ST, MT
NIK: 9901518

KATA PENGANTAR
Pertama-tama perkenankanlah penulis mengucapkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang,

Oleh karena hanya berkat dan

rakhmatNya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul: Studi
Pemasangan Kapasitor Bank Pada OGF 5 Perawang Gardu Induk Garuda
Sakti Untuk Memperbaiki Drop Tegangan Dan Rugi Daya PT PLN (Persero)
Rayon Perawang
Tugas akhir ini merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana
Strata-1 (S1) pada Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak memperoleh petunjuk
dan bimbingan dari berbagai pihak, Sehingga pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Masnur Putra Halilintar, M.Si. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lancang Kuning.
2. Bapak Dr. Hamzah ST. MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Universitas Lancang Kuning.
3. Bapak Abrar Tanjung, ST. MT. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro
dan juga sebagai Pembimbing, yang telah

memberikan arahan dan

bimbingan kepada penulis baik waktu, tenaga, dan pikiran, dalam


penyusuanan Tugas Akhir ini.
4. Bapak dan Ibu dosen Universitas Lancang Kuning Fakultas Teknik
Elektro, yang telah memberi saya motivasi dan semangat.
5. Bapak Pimpinan PT. PLN (Persero) Rayon Perawang, PT PLN (Persero)
Rayon Rumbai, PT. PLN (Persero) Area Pekanbaru, yang telah
memberikan data. baik berupa file maupun hard file.
6. Ayah (Ir. T. Marbun) dan Ibunda (Herlina Manalu) tercinta, yang telah
bersusah

payah

memberikan

dukungan

kepada

penulis

untuk

menyelesaikan Tugas Akhir ini.


7. Adik- adik saya, (Ester, Manuel, Lidia, dan Adolf) yang telah memberikan
doa, dukungan, dan juga yang telah membantu saya
8. Adik tingkat yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis.
9. Alumini Elektro Yang telah membantu, dan juga memberi dukungan
kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini lebih, Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih
semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Pekanbaru, 19 Maret 2016


Penulis,

SUMIHARJO FANS CRYSTIAN MARBUN

ILM

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH


IAH PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Lancang Kuning, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :

Nama

: SUMIHARJO FANS CRYSTIAN MARBUN

NIM

: 091000720201084

Program Studi : Teknik Elektro


Fakultas
: Teknik

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Non-exclusive Royalty-Free Right) atas tugas akhir saya yang berjudul Studi
Pemasangan Kapasitor Bank Pada OGF 5 Perawang Gardu Induk Garuda
Sakti Untuk Memperbaiki Drop Tegangan Dan Rugi Daya
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning berhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di

: Pekanbaru

Pada Tanggal : 4 Februari 2016


Yang Menyatakan,

SUMIHARJO FANS CRYSTAN MARBUN

ABSTRAK
STUDI PEMASANGAN KAPASITOR BANK PADA OGF 5
PERAWANG GARDU INDUK GARUDA SAKTI UNTUK
MEMPERBAIKI DROP TEGANGAN DAN RUGI DAYA

PT

PLN (Persero) RAYON PERAWANG

Abstrak
Pada sistem distribusi 20 kV di PT PLN (persero) Rayon Perawang
mengalami jatuh tegangan dan rugi-rugi daya yang cukup besar, jatuh tegangan
sebesar 16,946. Pada tahun 2012 kebutuhan energi listrik di Perawang tidak
dilayani lagi dari Gardu Induk Garuda Sakti, tetapi dilayani dari PLTD Teluk
Lembu, dan dari Gardu Hubung PT Indah Kiat Pulp Paper. Beban Feeder OGF 5
Perawang di manuver, dengan tujuan untuk mengurangi beban Induktif yang di
pakai.
Walapun beban OGF 5 Perawang sudah di manuver, tetapi tetap saja
mengalami drop tegangan yaitu di bawah 18 kV. Hal ini di sebabkan karena
panjang saluran dari Gardu Induk Garuda Sakti hingga Ke Minas terlalu jauh
yaitu sepanjang 84,13 km/s. Untuk mengatasi masalah jatuh tegangan (drop
tegangan) ada beberapa hal yang harus di perhatikan yaitu: Pemasangan
kapasitor, Rekonfigurasi (pemindahan beban), pemasangan Express Feeder,
penambahan pembangkit baru, penggantian kawat penghantar, penamabahan
Gardu Hubung.
Dengan cara pemasangan kapasitor bank rugi rugi daya dan drop
tegangan yang terjadi dapat di minimalisir, dan faktor daya (leading) dapat
diperbaiki sehingga kehandalan sistem distribusi OGF 5 Perawang tetap terjamin
sesuai toleransi yang dianjurkan pihak PLN (Maksimum +5%, dan Minimum
10%).
Berdasarkan hasil perhitungan kondisi eksisting diperoleh tegangan terima
di trafo paling ujung (MN 005) sebesar 17,422 kV, dan rugi rugi daya aktif
sebesar 384 kW. dan rugi rugi daya reaktif sebesar 670 kVAr, sedangkan setelah
penambahan kapasitor 1.200 kVAr sebanyak 1 unit penurunan rugi rugi daya
sebesar 71 kW dan rugi rugi daya reaktif sebesar 133 kVAr. tegangan terima di
trafo MN 005 sebesar 18,427 kV.
Kata Kunci : Sistem Distribusi, Rugi Daya, Jatuh Tegangan.

ABSTRACT
A STUDY ON INSTALLING CAPPACITOR BANK OF OGF 5 PERAWANG
SUBSTITUTION OF GARUDA SAKTI TO FIX THE VOLTAGE DROP AND
POWER LOSS PT. PLN (Persero) RAYON PERAWANG
Abstract
In distribution system 20 kV at PT. PLN (persero) of Perawang got under
voltage drop and power losses that large enough on voltage 16,946 kV. In 2012,
the electric energy needs in Perawang was not served from the substation of

Garuda Sakti, but it was served by PLTD Teluk Lembu, and PT Indah Kiat Pulp
Paper. The Feeders load of OGF 5 in Perawang was maneuvered with purpose
was to reduce tthe Inductive load which was used.
However the OGFs load 5 of Perawang was maneuvered, but it still got
a voltage drop less than 18 kV. This happened due to the channel length of
Garuda Sakti main substation to Minas substation was remotely connected along
84.13 km/s. To overcome the voltage drop, there were some cases that attentioned
such as the capasitor instalation, reconfiguration (moving load), Express feeder
installation, addition the new power station, changing the wares, and addition the
substation circuit.
By installing the capasitor bank of power losses and voltage drop
occured could be minimalized, and power factor (leading) could be fixed, so the
eminency of OGF 5 distribution system assured in tolerance that suggested by
PLN party (Maximum +5% and Minimum -10%).
Pertaining to the calculation of existing conditions, it was obtained the
receiving voltage at travo (MN 005) dropping was 17,422 kV, and the power
losses active was 384 kW, the power losses reactive was 670 kVAR, whereas after
adding the capasitor 1.200 kVAR about 1 unit the power losses was 71 kW and the
power losses reactive was 133 kVAR. The receiving voltage at travo MN 005
increased 18,427 kV.
Keywords: Distribution system, Power Loss, and Voltage Drop

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
LEMBAR PELAKSANAAN.................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.............................vii


ABSTRAK............................................................................................................viii
ABSTRACT..........................................................................................................viii
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat
Pembahasan......................................................................2

1.2.1 Manfaat
Pembahasan....................................................................2
1.3 Perumusan
Masalah...........................................................................................2
1.4 Batasan
Masalah................................................................................................3
1.6 Sistematika Pembahasan...................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6


2.1 Tinjauan hasil penelitian...................................................................................6
2.2 Sistem Distribusi...............................................................................................6
2.3 Jaringan Distribusi
Primer.................................................................................7

2.3.1 Sistem Jaringan Distribusi Radial................................................8


2.3.2 Jaringan Distribusi Rangkaian Tertutup (Loop)...........................8
2.3.3 Jaringan Distribusi Primer Struktur spindle...............................10
2.4 Distribusi Sekunder.........................................................................................11
2.5 Klasifikasi Kawat Pengahantar.......................................................................12

2.5.1 Klasifikasi kawat menurut


Konstruksinya..................................12
2.5.2 Klasifikasi kawat menurut Bahannya.........................................12
2.6 Tahanan...........................................................................................................13
2.7 Reaktansi Penghantar......................................................................................14
2.8 Impedansi........................................................................................................15

2.8.1 Impedansi pada Saluran Distribusi.............................................15


10

2.9
Daya.................................................................................................................1
5

2.9.1 Daya Aktif (P)............................................................................16


2.9.2 Daya Reaktif (Q)........................................................................17
2.9.3 Daya Semu
(S)............................................................................17
2.10 Faktor Daya...................................................................................................18

2.10.1 Faktor Daya Unity....................................................................19


2.10.2 Faktor Daya Tertinggal (Langging).........................................20
2.10.3 Faktor Daya Mendahului (Leading).........................................20
2.11 Drop Tegangan Dan Rugi Daya Pada Sistem Distribusi..............................21
2.12 Kapasitor Sebagai Perbaikan Tegangan....................................................... 24

2.12.1
Kapasitor...................................................................................24
2.12.2 Kapasitor Sebagai Perbaikan Tegangan...................................24
2.12.3 Konstruksi Sel Kapasitor..........................................................26
2.12.4 Kapasitansi Kapasitor...............................................................27
2.12.5 Lokasi Optimum Kapasitor Penempatan Distribusi.................28
2.13 Metode Penentuan Lokasi Kapasitor Bank...................................................29
2.14 Penentuan Rating Kapasitor..........................................................................29
2.15 Perbaikan Faktor Daya Menggunakan Kapasitor..........................................31
2.16 Transformator................................................................................................33
2.16.1 Prinsip Kerja Transformator...................................................................... 34

2.16.2 Persamaan Regulasi Tegangan.................................................34


BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................36
3.1 Data dan Objek Pembahasan...........................................................................36

3.1.1 Sistem Kelitrikan Gardu Induk Garuda


Sakti.............................36
3.2 Kawat
Penghantar............................................................................................37
3.3 Trafo Distribusi...............................................................................................42
3.4 Masalah dan kondisi Sistem ..........................................................................45
3.5 Langkah langkah dan Metoda Pembahasan.................................................46

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................48
11

4.1 Perhitungan Arus Saluran...............................................................................48


4.2 Perhitungan Impedansi Saluran OGF 5 Perawang..........................................57
4.3 Tahanan Total..................................................................................................57
4.4 Reaktansi Total................................................................................................58
4.5 Perhitungan drop tegangan..............................................................................63
4.6 Perhitungan Rugirugi Daya (p) Satu Fasa dan Tiga Fasa Dari Gardu
Induk..............................................................................................................64
4.7 Perhitungan Kebutuhan Kapasitor Bank.........................................................64
4.8 Penentuan Lokasi Optimum
Kapasitor............................................................66
4.9 Analisa Pembahasan Kondisi Eksisting dan Setelah Pemasangan Kapasitor
Bank 1.200 kVAr...........................................................................................67

KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................70


5.1 Kesimpulan......................................................................................................70
5.2 Saran................................................................................................................70

DAFTAR REFERENSI.........................................................................................71

12

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Sistem Jaringan Distribusi Jenis Radial ..............................................8
Gambar 2.2 Sistem Jaringan Distribusi Jenis Loop ..............................................10
Gambar 2.3 Sistem Jaringan Distribusi Jenis
Spindel...............................................................................................11
Gambar 2.4 Segitiga Daya.....................................................................................16
Gambar 2.5 Penjumlah trigonometri daya aktif, reaktif dan semu.......................17
Gambar 2.6 Arus Sephasa Dengan Tegangan........................................................19
Gambar 2.7 Arus Tertinggal dari tegangan sebesar sudut ..................................20
Gambar 2.8 Arus mendahului Tegangan sebesar Sudut .....................................21
Gambar 2.9. Saluran Udara (a) Rangkaian Ekivalen (b) Diagram Fasor ..............21
Gambar 2.10. Diagram Fasor Hubungan Tegangan R dan X dengan beban
diujung............................................................................................23
Gambar 2.11 Diagram suatu pemasangan kapasitor shunt ..................................24
Gambar 2.12 Diagram Segitiga daya reakif...........................................................25
Gambar 2.13 Arah Loop arus pada kapasitor bank...............................................27
Gambar 2.14 Diagram Perbaikan faktor daya.......................................................32

13

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Rating Kapasitor yang umur............................................................ 31
Tabel 3.1 Impedansi Tahanan (R) dan Reaktansi(jX) Penghantar AAAC pada
tegangan menengah 20 kV ............................................................... 38
Tabel 3.2 Tabel Panjang Penghantar................................................................. 40
Tabel 3.3 Data Transformator dan Beban OGF 5 Perawang............................. .43
Tabel 3.4 Beban Puncak OGF 5 Setelah di Manuver........................................ 46
Tabel 4.1 Perhitungan Arus Saluran OGF 5 Perawang .................................... 51
Tabel 4.2 Perhitungan Impedansi Total, Tahanan Total, dan Reaktansi Saluran
OGF 5 Perawang .............................................................................. 59
Tabel 4.3 Perbandingan Hasil analisa Kondisi Exsisiting dan, setelah
pemasangankapasitor bank 1200 kVAr............................................ 68

14

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Panjang Saluran OGF 5 Perawang

LAMPIRAN 2

Perhitungan Arus Beban Trafo Sisi 380 V dan 20 kV

LAMPIRAN 3

Perhitungan Daya Aktif,Reaktif dan Semu Pada trafo OGF


5 Perawang

LAMPIRAN 4

Perhitungan Impedansi, Jatuh Tegangan, dan rugi rugi


Daya berdasarkan arus beban pada OGF 5 Perawang (GI
Garuda Sakti)

Single Line Diagram OGF 5 dengan menggunakan ETAP 12.6

15

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dalam menyalurkan daya listrik ke konsumen di perlukan suatu jaringan

tenaga listrik. Sistem jaringan ini terdiri dari jaringan transmisi (Sistem Tegangan
Extra Tinggi dan Tegangan Tinggi) dan jaringan distribusi (Sistem Tegangan
Menengah dan Tegangan Rendah). dalam sistem distribusi, pokok permasalahan
tegangan muncul karena konsumen memakai peralatan yang besarnya sudah di
tentukan. Jika tegangan sistem terlalu tinggi/rendah sehingga melewati batasbatas toleransi maka akan menggangu dan selanjutnya merusak peralatan
konsumen. Beban sistem bervariasi dan besarnya berubah-ubah sepanjang waktu.
Bila beban meningkat maka tegangan di ujung penerimaan menurun, dan
sebaliknya bila beban berkurang maka tegangan di ujung penerimaan naik.
Faktor lain yang ikut mempengaruhi perubahan tegangan sistem adalah
rugi daya yang disebabkan oleh adanya impedansi seri penghantar saluran, rugi
daya ini menyebabkan jatuh tegangan. Oleh karena itu konsumen letaknya jauh
dari titik pelayanan akan cenderung menerima tegangan relatif lebih rendah, bila
dibandingkan dengan tegangan yang diterima konsumen yang dekat dengan pusat
pelayanan. Perubahan tegangan pada dasarnya disebabkan oleh adanya hubungan
antara tegangan dan daya reaktif, jatuh tegangan dalam penghantar sebanding
dengan daya reaktif yang mengalir dalam pengahantar tersebut.
Berdasarkan hubungan ini maka tegangan dapat di perbaiki dengan
mengatur aliran daya reaktif. Daya reaktif yang tinggi akan mengakibatkan faktor
daya yang akan menjadi lebih rendah. faktor daya selalu lebih kecil dari daya
reaktif tetapi nilainya sama dengan satu.

1.2

Tujuan dan Manfaat Pembahasan


Tujuan dari pembahasan tugas akhir ini adalah:
1. Menentukan lokasi penempatan kapasitor bank yang paling optimal untuk
perbaikan faktor daya dan tegangan pelayanan di jaringan distribusi 20 kV
2. Menentukan jumlah unit dan kapasitas kapasitor bank yang paling tepat
untuk perbaikan faktor daya dan tegangan di jaringan distribusi 20 kV
3. Menganalisa kelayakan teknis dan finansial pemasangan kapasitor bank di
jaringan distribusi 20 kV

1.2.1

Manfaat Pembahasan
Diharapkan tulisan ini dapat dimanfaatkan oleh Perusahaan Listrik Negara

(PLN) di kota pekanbaru sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan analisa


terhadap sistem kelistrikan. pada OGF 5 Perawang. Tulisan ini juga diharapkan
secara khusus digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak PLN rayon
Perawang yang diteliti dalam perencanaan penggunaan kapasitor bank dalam
upaya memberikan pelayanan listrik yang berkualitas bagi pelanggan.

1.3

Perumusan Masalah
Sebelum kita mengetahui rugi - rugi daya dan rugi - rugi tegangan yang

terjadi di perawang, batas masalah yang dibatasi penulis, yang yang bertujuan.
Agar tidak memperbesar masalah masalah yang terjadi adalah:
1. Menghitung impedansi trafo berdasarkan hasil survey lapangan.
2. Menghitung drop tegangan, berdasarkan arus beban trafo dan impedasi
3. Menghitung rugi rugi daya berdasarkan arus beban trafo dan panjang
saluran berdasarkan hasil survey lapangan.
4. Menentukan jumlah pemakaian serta penempatan kapasitor.

1.4

Batasan Masalah
Batasan Masalah dalam penelitian ini adalah menghitung impedansi trafo

berdasarkan hasil survey lapangan, dengan menentukan rugi daya dan jatuh
tegangan untuk kondisi beban seimbang di sepanjang saluran pada kondisi
eksisting di gardu induk Garuda Sakti dengan menggunakan microsoft excel 2007
dengan bantuan validasi program ETAP Versi 12.6, dan menentukan jumlah
pemakaian serta penempatan kapasitor dengan faktor kompensasi 0,45
1.5

Metoda Pengumpulan Data


Dalam menyusun tugas akhir ini, penulis melakukan pengumpulan data

dengan langkah - langkah sebagai berikut:


A. Data Primer.
Data primer diperoleh melalui peninjauan langsung dari lapangan untuk
mendapatkan data panjang saluran antara trafo distribusi pada sistem, data jenis
dan luas penampang penghantar yang digunakan, serta kapasitas trafo distribusi
untuk disesuaikan dengan data dari PT. PLN (Persero) gardu induk Garuda Sakti
B. Data Sekunder.
Diperoleh dari PT. PLN (Persero) berupa jumlah, kapasitas dan beban
trafo distribusi yang terdapat pada distribusi peyulang 5 (Out Going Feeder 5)
Perawang 20 kV PT. PLN (Persero) gardu induk Garuda Sakti .serta gambar
single line diagram sistem penyulang distribusi 20 kV tersebut.
C. Studi Literatur.
Yaitu membaca buku-buku referensi yang berhubungan dengan masalah
yang dibahas.

1.6

Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan dalam penguraian masalah yang akan diuraikan

dalam tugas akhir ini, maka penulis menyajikan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan ringkas mengenai situasi yang yang melatar
belakangi penulisan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah,
rumusan masalah, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II Tijauan Pustaka
Bab ini membahas tentang sistem distribusi, impedansi saluran distribusi,
kapasitor pada saluran distribusi, hubungan keseimbangan beban
terhadap rugi daya dan jatuh tegangan.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini berisikan tentang data dan objek pembahasan, masalah dan
kondisi sistem, metoda dan langkah-langkah pembahasan.
BAB IV Pembahasan
Bab ini berisikan tentang menghitung impedansi saluran berdasarkan
hasil survey lapangan, menghitung rugi daya dan jatuh tegangan untuk
kondisi eksisting, menentukan rugi daya dan jatuh tegangan untuk
kondisi pemasangan kapasitor disepanjang saluran distribusi dan
menentukan lokasi penempatan kapasitor yang tepat dengan perhitungan
kapasitor.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran, berdasarkan hasil analisa
dari BAB IV .

1.6

Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan dalam penguraian masalah yang akan diuraikan

dalam tugas akhir ini, maka penulis menyajikan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan ringkas mengenai situasi yang yang melatar
belakangi penulisan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah,
rumusan masalah, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II Tijauan Pustaka
Bab ini membahas tentang sistem distribusi, impedansi saluran distribusi,
kapasitor pada saluran distribusi, hubungan keseimbangan beban
terhadap rugi daya dan jatuh tegangan.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini berisikan tentang data dan objek pembahasan, masalah dan
kondisi sistem, metoda dan langkah-langkah pembahasan.
BAB IV Pembahasan
Bab ini berisikan tentang menghitung impedansi saluran berdasarkan
hasil survey lapangan, menghitung rugi daya dan jatuh tegangan untuk
kondisi eksisting, menentukan rugi daya dan jatuh tegangan untuk
kondisi pemasangan kapasitor disepanjang saluran distribusi dan
menentukan lokasi penempatan kapasitor yang tepat dengan perhitungan
kapasitor.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran, berdasarkan hasil analisa
dari BAB IV .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan hasil penelitian


Selain dapat memperbaiki nilai tegangan, pengaturan tegangan dengan

menggunakan kapasitor bank juga dapat meningkatkan nilai faktor daya. Sebab
dengan memasang kapasitor bank, akan dapat mengurangi penyerapan daya
reaktif oleh beban. Pengu
rangan penyerapan daya reaktif oleh beban pada sistem, akan dapat
meningkatkan nilai faktor daya (Tampubolon, 2014)
kompensasi VAr menyangkut manajemen daya reaktif untuk perbaikan
kinerja sistem tenaga listrik. Mencukupi daya reaktif, memecahkan masalah
kualitas daya seperti pemeliharaan tegangan disemua sistem transmisi, dan
perbaikan faktor daya, serta efisiensi sistem transmisi dan stabilitas sistem.
(Kiran, 2011)

2.2

Sistem Distribusi
Pada dasarnya jaringan distribusi mirip dengan jaringan transmisi, yaitu

jaringan pada sistem tenaga listrik yang berfungsi menyalurkan energi Listrik
melalui konduktor-konduktor (kabel), yang membedakan hanyalah bahwa
jaringan distribusi adalah jaringan transmisi energi listrik lebih ke hilir
(konsumen), dimana tegangannya telah diturunkan oleh transformator penurun
tegangan hingga mencapai tegangan menengah.
Sistem distribusi berfungsi untuk menyalurkan dan mendistribusikan
tenaga listrik dari gardu induk ke pusat-pusat beban (gardu distribusi) atau
konsumen.

Penyaluranan pendistribusian tenaga listrik ini dilakukan dengan

menggunakan jaringan atau juga disebut penyulang distribusi


Setiap gardu induk sesungguhnya merupakan pusat beban untuk suatu
daerah pelanggan tertentu, bebannya berubah-ubah sepanjang waktu sehingga
daya yang dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik harus selalu berubah. Perubahan
daya di lakukan di pusat pembangkit ini bertujuan untuk mempertahankan tenaga
listrik tetap pada frekuensi 60 Hz.

Distribusi tegangan tinggi dapat merupakan tiga fasa, satu fasa, atau sistem
kawat tunggal yang kembali lewat tanah. Distribusi tegangan rendah dapat berupa
fasa tunggal, tiga fasa tiga kawat, tiga fasa empat kawat, atau satu fasa tiga kawat
dari sistem tegangan tinggi.
Pada umumnya daya yang sampai ke titik-titik beban pada distribusi
primer lebih kecil dibandingkan daya yang dibangkitkan. Hal ini di sebabkan
karena adanya rugi rugi daya sepanjang jaringan, yang disebabkan oleh
pemakaian beban pada peralatan, panjang saluran yang dipakai, dan luas
penghantar. Rugi-rugi daya ini akan berbeda pada setiap penyulang, tergantung
dari besar pemakaian dan luas daerah pelayanan dari masing masing penyulang.
Untuk mendapatkan mutu dan kehandalan yang tinggi pada sistem distribusi
tenaga listrik ada beberapa faktor yang diperhatikan, yaitu:
1.

Regulasi tegangan (Voltage Regulation), yaitu variasi tegangan pelayanan

2.

(tegangan terminal konsumen) harus dalam batasbatas yang diizinkan.


Kontinutas pelayanan, yaitu tidak sering terjadi pemutusan pelayanan

3.

listrik karena gangguan dan kalaupun terjadi dapat dengan cepat diatasi.
Efesiensi, yaitu menekan serendah mungkin rugi - rugi teknis dengan
pemilihan peralatan dan pengoperasian yang baik dan juga menekan rugi
rugi non teknis dengan mencegah kesalahan pengukuran.

Sebagaimana diketahui, pada sistem distribusi terdapat dua bagian, yaitu:


1.
2.

Distribusi primer, yang mempergunakan tegangan menengah, dan


Distribusi sekunder, yang mempergunakan tegangan rendah. (Kadir, 2000)

2.3

Jaringan Distribusi Primer


Jaringan Distribusi primer berfungsi menyalurkan daya listrik, menjelajahi

daerah asuhan ke gardu / transformator distribusi. Jaringan distribusi Primer


dilayani oleh gardu hubung atau langsung dari gardu induk dan atau dari pusat
pembangkit. (Azriyenni, 2009)
Pada distribusi primer terdapat tiga jenis dasar, yaitu:
1.
2.
3.

Sistem jaringan Radial


Sistem jaringan Tertutup (loop)
Sistem jaringan Primer.

2.3.1

Sistem Jaringan Distribusi Radial


Suatu sistem distribusi primer dikatakan sebagai sistem radial apabila

penyaluran daya dari sumber ke konsumen, tidak memungkinkan untuk


mendapatkan masukan dari sumber lain, tetapi biasanya dibangun cabang
penyulang utama ke daerah beban tersebut.
Pada sistem jaringan radial sebuah penyulang (feeder) yang ditunjukkan
pada Gambar 2.1 menyalurkan tenaga listrik secara radial, semuanya secara
terpisah antara penyulang 1 dengan penyulang 2. Sistem ini mempunyai sebuah
saluran yang ditarik dari sumber daya atau gardu induk dan saluran di cabangkan
untuk beban beban yang dilayani.

Gambar 2.1 Sistem jaringan distribusi jenis Radial

Kelemahan dari sistem jaringan radial ini adalah, bila terjadi gangguan
pada penyulang yang sampai mengakibatkan membukanya pemutus tenaga (PMT)
di gardu induk, maka seluruh konsumen yang mendapat masukkan dari penyulang
tersebut akan mengalami pemadaman. Gangguan ini dapat dipulihkan kembali
setelah gangguan yang terjadi diperbaiki.
2.3.2

Jaringan Distribusi Rangkaian Tertutup (Loop)


Suatu jaringan cara guna mengurangi lama interupsi daya yang disebabkan

gangguan adalah dengan mendesain penyulang (feeder) sebagai loop dengan


menyambung kedua ujung saluran. hal ini mengakibatkan bahwa suatu pemakaian
dapat memperoleh pasokan energi dari dua arah. Bilamana pasokan dari salah
8

satu arah terganggu, pemakai itu dapat disambung pada pasokan arah lainnya.
kapasitas cadangan yang cukup besar harus tersedia pada tiap penyulang sistem
loop dapat dioperasikan secara terbuka, ataupun tertutup.
Pada sistem loop terbuka, bagian-bagian penyulang tersambung melalui
alat pemisah (disconnectors), dan kedua ujung penyulang tersambung pada
sumber energi.

Pada suatu tempat tertentu penyulang, alat pemisah sengaja

dibiarakan dalam keadaan terbuka, pada asasnya, sistem ini terdiri atas dua
penyulang yang dipisahkan oleh suatu alat pemisah.

Bila terjadi gangguan,1

bagian saluran dari penyulang yang terganggu dapat dilepas dan menyambungnya
pada penyulang yang tidak terganggangu. Sistem demikian biasanya dioperasikan
secara manual dan dipakai pada jaringan-jaringan yang relatif kecil.
Pada sistem Loop tertutup diperoleh suatu tingkat kehandalan yang lebih
tinggi. pada sistem ini alat-alat pemisah biasanya berupa saklar daya yang
terhubung dengan penyulang 1 ke penyulang 2 baik alat pemisah secara otomatis
atau manual. Saklar saklar daya digerakkan oleh relai yang membuka saklar
daya pada tiap ujung dari bagian saluran yang terganggu, sehingga bagian
penyulang yang tersisa tetap berada dalam keadaan berenergi.
Sistem distribusi jenis loop dengan ciri pokoknya adalah saluran utama
(penyulang) dimulai dari gardu induk dan berakhir kembali ke gardu induk yang
sama. Bentuk cara sederhana dapat dilihat pada gambar 2.2 Jaringan distribusi ini
memiliki tingkat kehandalan yang lebih baik dibandingkan dengan sistem radial.
Pada bagian tengah dari rangkaian dipasang suatu pemutus saluran (PMS) yang
guna untuk mengambil alih fungsi penyaluran oleh salah satu sisi penyulang
apabila salah satu sisi lainnya mengalami gangguan.

Gambar 2.2 Sistem jaringan distribusi jenis Loop

2.3.3

Jaringan Distribusi Primer Struktur spindle


Sistem jaringan ini merupakan perkembangan dari jaringan jenis loop.

Dimana perluasan ini berupa penambahan saluran primer (penyulang utama) yang
kesemuanya bertemu pada satu titik, dimana titik pertemuan tersebut merupakan
sebuah gardu hubung (GH).

Dari sistem ini, diharapkan perolehan tingkat

kelangsungan pelayanan daya akan lebih baik jika dibandingkan dengan sistem
radial ataupun loop. perbedaan sistem jaringan loop dengan sistem spindle yaitu
pada sistem jaringan loop, besar ukuran penampang saluran penghantar harus
mampu memikul seluruh beban, sedangkan pada sistem jaringan spindle besar
penampang penghantar berdasarkan atas jumlah beban yang paling besar pada
saluran utama.
Jaringan jenis spindle ini pada operasi normalnya adalah sama besar
dengan struktur radial, dimana penyaluran dari sumber (GI) ke gardugardu
distribusi adalah melalui saluran utama masingmasing penyulang dalam satu
arah. gambar jaringan jenis spindle dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini.

10

Gambar 2.3 Sistem jaringan distribusi jenis Spindel

2.4

Distribusi Sekunder
Jaringan distribusi sekunder berfungsi untuk menyalurkan/ mengubungkan

sisi tegangan rendah transformator distribusi ke konsumen menggunakan jaringan


hantaran udara 3 fasa 4 kawat dengan tegangan distribusi sekunder 127/220 V
atau 220/380 V. (Azriyenni, 2009)
Sistem sekunder terdiri dari atas tiga jenis umum:
a. Sebuah transfomator tersendiri untuk tiap pemaka.
b. Penggunaan satu transformator dengan saluran tegangan rendah yang
tersambung pada beberapa transformator secara paralel.

Sejumlah

pemakaian dilakukan yakni dari saluran tegangan rendah ini.


transformator transformator diisi dari satu sumber energi. Hal ini disebut
banking sekunder transformator.
c. Suatu jaringan tegangan rendah yang agak besar diisi oleh beberapa
transformator, yang pada gilirannya diisi oleh dua sumber energi atau
lebih. (Kadir, 2000)

11

2.5

Klasifikasi Kawat Pengahantar

2.5.1

Klasifikasi kawat menurut Konstruksinya


Yang dinamakan kawat padat atau (solid wire) adalah kawat tunggal yang

padat (tidak beronngga) dan berpenampang bulat ; jenis ini hanya dipakai untuk
penampang yang kecil, karena penghantarpenghantar yang berpenampang besar
sukar ditangani (handle) serta kurang luwes (flexible)
Kawat rongga (hollow conductor) adalah kawat berongga yang dibuat
untuk mendapatkan garis tengah luar yang besar. Ada dua jenis kawat rongga:
(a) yang rongga dibuat oleh kawat lilit yang ditunjang oleh sebuah batang I (I
beam), dan (b) yang rongganya dibuat oleh kawat-kawat komponen yang
membentuk segmen-segmen sebuah silinder.
Kawat berkas terdiri dari dua kawat atau lebih pada satu fasa, yang masing
masing terpisah dengan jarak tertentu.

Kawat berkas mempunyai kelebihan

dibandingkan dengan kawat padat karena mengurangi gejala korona, mempunyai


kapasitansi yang lebih besar dan reaktansi yang lebih kecil.

2.5.2

Klasifikasi kawat menurut Bahannya


Kawat Logam biasa dibuat dari logam-logam biasa seperti tembaga,

aluminum, besi,dsb.
Kawat logam campuran (Alloy) adalah penghantar dari tembaga atau
aluminum yang diberi campuran dalam jumlah tertentu dari logam jenis lain guna
menaikkan kekuatan mekanisnya. yang sering digunakan Combination alloy,
tetapi aluminum alloy juga lazim dipakai.
Kawat logam panduan (combination) adalah penghantar yang terbuat dari
dua jenis logam atau lebih dengan cara kompressi, peleburan (smelting) atau
pengelasan (welding). Dengan cara demikian maka kawat baja berlapis tembaga
atau aluminum.
Kawat lilit campuran adalah kawat yang lilitannya terdiri dari dua jenis
logam atau lebih. Yang paling terkenal adalah kawat ACSR (Aluminum Conductor
Steel

Reinforced)

dan

Aluminum

Alloy

Conductor

Steel

Reinforced

(Arismunandar, 1982)

12

2.6

Tahanan
Tiap konduktor memberi perlawanan atau tahanan terhadap mengalirnya

arus listrik, hal ini dinamakan resistansi. Resistansi atau tahanan dari suatu
konduktor (kawat penghantar) :
R=

l
A

(2.1)

Keterangan :
R

Resistansi (Ohm)

Resistivitas (tahanan jenis penghantar) (Ohm-mm2/m)

Panjang kawat (meter)

Luas penampang kawat (mm2)

Tahanan kawat berubah oleh temperatur, dalam batas temperatur 100C


sampai 1000C, maka untuk kawat tembaga dan aluminium berlaku rumus:
R12=Rt 1 [ 1+ t 1 (t 2 t 1 ) ]

(2.2)

Keterangan :
Rt2

Tahanan pada temperatur t2

Rt1

Tahanan pada temperatur t1

Koefisien temperatur dari tahanan pada temperatur t 1 0C

Jadi :
R t2
=1+ t1 ( t 1 - t 2 )
R t1
R t2
Rt
(2.3)
dimana :
t 1=

1
t 0 +t 1

(2.4)

13

T0=

1
t
1 1

2.7

(2.5)

Reaktansi Penghantar
Penghantar yang dialiri oleh arus listrik di kelilingi oleh garis-garis

magnetik yang berbentuk lingkaran-lingkaran konsentrik, arus bolak-balik medan


yang berada disekeliling konduktor tidaklah konstan melainkan akan selalu
berubah ubah dan akan mengait dengan konduktor itu sendiri maupun dengan
konduktor-konduktor lain yang yang letaknya berdekatan. Dengan adanya kaitankaitan fluks tersebut maka saluran akan memiliki sifat induktansi.
Reaktansi induktif dari suatu saluran udara tiga fasa yang jarak antara
kawat terletak tidak simetris dapat ditulis dengan rumus:
X 1= X a + X d

Ohm/km

(2.6)

1
+ 0,10857
r1
Ohm/km
log
3
X a =2.893 10 f
3

X d =2,893 10 f log d 12 d23 d 31 Ohm/km

(2.7)

(2.8)

Keterangan:
F

d12

Jarak antara penghantar fasa (meter)

Jari-jari penghantar (meter)

Frekuensi 50 Hz

14

Reaktansi penghantar untuk jaringan distribusi pada umumnya terdiri


dari induktansi, maka reaktansinya disebut induktif (X1) yang dapat di hitung
dengan rumus:
X 1=2 . f . L
(2.9)
Keterangan :
X1

Reaktansi induktif (Ohm)

Frekuensi (Hertz)

Induktansi (Henry)

Jelas bahwa reaktansi suatu instalasi listrik tergantung dari :


1. Jarak antar konduktor yaitu; semakin besar jarak, semakin besar pula
reaktansi.
2. Radius konduktor yaitu; berkurang atau bertambahnya radius.
3. Panjang saluran yaitu; akan bertambahnya nilai reaktansi.

2.8

Impedansi
Impedansi adalah sebuah kuantitas kompleks yang berdimensi Ohm.

impedansi bukanlah fasor dan tidak dapat di transformasikan kepada daerah waktu
dengan mengalihkan ejt dan mengambil bagian rilnya, sebuah kapasitor didalam

daerah waktu mempunyai kapasitansi C dan Impedansi

1
jc

didalam daerah

frekuensi impedansi adalah bagian daerah frekuensi dan bukan sebuah konsep
yang merupakan daerah waktu.

2.8.1

Impedansi pada Saluran Distribusi


Impedansi (Z) terdiri dari resistansi (R) dan reaktansi (X). impedansi

merupakan parameter utama pada suatu saluran transmisi/distribusi. impedansi


pada saluran transmisi/distribusi perlu diketahui untuk melakukan analisa sistem,
baik untuk analisa aliran daya, hubung-singkat dan proteksi, kestabilan sistem
maupun kontrol sistem. Nilai resistansi ditentukan oleh jenis dan ukuran kawat

15

penghantar, sedangkan nilai reaktansi (Induktif dan Kapasitif) ditentukan oleh


jarak antara saluran dan jumlah serat kawat penghantarnya.

Biasanya untuk

sistem bertegangan rendah dan menengah, reaktansi kapasitif dapat diabaikan,


karena nilainya relatif kecil dibandingkan dengan reaktasi induktif impedansi pada
saluran dapat dilihat pada persamaan (2.10)
Z =R + jX

(2.10)

Keterangan :
Z Impedansi (Ohm)
R Resistansi (Ohm)
X Reaktansi (Ohm)

2.9

Daya
Secara umum, pengertian daya adalah energi (W) yang dikeluarkan untuk

melakukan usaha. dalam sistem listrik, daya merupakan jumlah energi listrik yang
digunakan untuk melakukan usaha.

Daya listrik biasanya dinyatakan dalam

satuan Watt atau Horse power (HP), Horse power merupakan satuan daya listrik
dimana 1 HP setara 746 Watt. sedangkan Watt merupakan unit daya listrik dimana
1 watt memiliki daya setara dengan daya yang dihasilkan oleh perkalian arus 1
Ampere dan tegangan 1 Volt.
Daya Dinyatakan dalam P, Tegangan dinyatakan dalam V dan arus
dinyatakan dalam I, sehingga besarnya daya dinyatakan:
P=V . I . cos

.(2.11)

Volt Amp cos

Watt
Seperti yang telah djelaskan diatas Untuk gambar 2.4 Segitiga Daya dapat dilihat
di bawah ini.

16

Gambar 2.4 Segitiga Daya


Berdasarkan Gambar 2.4 bahwa daya listrik terdiri dari daya Aktif (P),
daya nyata (S) dan daya reaktif (Q) .

2.9.1

Daya Aktif (P)


Daya Aktif adalah daya yang terpakai untuk melakukan usaha atau

energi sebenarnya. satuan daya aktif adalah Watt


P=I 2 R

(2.12)

I 2 ( Z .Cos )
( I . Z ) I . Cos
V . I cos
Keterangan :
P = Daya Aktif (Watt)
Z = Impedansi (Ohm)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Amper)
2.9.2

Daya Reaktif (Q)


Daya Reaktif (reactive power) adalah daya yang disuplai oleh komponen

reaktif. satuan daya reaktif adalah VAr


2

Q=I . X

(2.13)

I . Z . Sin
( I . Z ) I . Sin

17

V . I Sin

Keterangan :
Q = Daya reaktif (Var)
X = Reaktansi (Ohm)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Amper)

2.9.3

Daya Semu (S)


Daya Semu (apparent power) adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian

antar tegangan rms (

V rms

dan arus rms (

I rms

dalam satuan jaringan atau

daya yang merupakan hasil penjumlahan trigonometri antar daya aktif dan reaktif
seperti gambar 2.5 satuan daya semu adalah VA.

Gambar 2.5 Penjumlah trigonometri daya aktif, reaktif dan semu


Untuk daya semu berlaku hubungan :
S=V . I

(2.14)

Keterangan :
S = Daya yang di salurkan (Volt Amper)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
Untuk sistem tiga fasa perhitungan daya adalah sebagai berikut :
P= 3 .V . I . cos (kW )
Q= 3 . V . I . sin ( kVAr)

(2.15)

18

S= 3 . V . I (kVA )

2.10

Faktor Daya
Istilah faktor daya atau Power Faktor (pf) atau cos phi merupakan istilah

yang sering sekali dipakai dibidang-bidang yang berkaitan dengan pembangkit


dan penyaluran energi listrik. Faktor daya merupakan istilah penting, tidak hanya
bagi penyedia layanan listrik, namun juga bagi konsumen listrik terutama
konsumen industri. Untuk memperbaiki faktor daya misalnya faktor daya jelek
dibawah 0,8 perlu dipasang kapasitor statis yang terhubung paralel dengan beban.
dengan pemasangan kapasitor tersebut, disamping memperbaiki faktor daya
sekaligus memperbaiki pengaturan tegangan dan menaikan penyaluran daya.
Pada sistem listrik arus bolak balik tegangan dan arus berbentuk
sinusoidal. Perkalian antara keduanya akan menghasilkan daya semu (appearance
power), satuan Volt-Ampere (VA) yang memiliki dua buah bagian.

Bagian

pertama adalah daya yang termanfaatkan oleh konsumen, bisa menjadi gerakan
pada motor, bisa menjadi panas pada elemen panas, dan lainnya. daya yang
termanfaatkan ini sering disebut sebagai daya aktif (real power) memiliki satuan
Watt (W) yang, mengalir dari sisi sumber ke sisi beban bernilai rata rata tidak nol.
Bagian kedua adalah daya yang tidak termanfaatkan oleh konsumen, namun hanya
ada di jaringan, daya ini sering disebut dengan daya reaktif (reactive power)
memiliki satuan Volt-Ampere-reactive (VAr) bernilai rata-rata nol.
Berdasarkan segitiga daya pada Gambar 2.4, Antar S dan P dipisahkan
oleh sudut

, yang merupakan sudut yang sama dengan sudut antara

tegangan dan arus. Rasio antara P dengan S tidak lain adalah nilai cosinus dari
sudut . Apabila kita berusaha untuk membuat sudut semakin kecil maka S
akan semakin mendekat ke P artinya besarnya P akan mendekati besarnya S. pada
kasus ekstrim dimana

=0 ,

cos= ,

S=P ,

artinya semua daya semu

yang diberikan sumber tidak dapat kita manfaatkan dan menjadi daya reaktif di
jaringan saja .

19

Faktor daya (Cos ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara


daya aktif (Watt) dan daya semu (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda
sudut fasa antara V dan I yang biasanya dinyatakan dalam Cos
Faktor Daya=Daya Aktif ( P)/ Daya Semu ( S )

(2.16)

kW /kVA

V . I . cos /V . I
cos

Faktor daya bisa dikatakan sebagai besaran yang menunjukkan seberapa


efisien jaringan yang kita miliki dalam menyalurkan daya yang bisa kita
manfaatkan. Faktor daya dibatasi dari 0 hingga 1, semakin tinggi faktor daya
(mendekati 1) artinya semakin banyak daya semu yang diberikan dari sumber
yang bisa kita manfaatkan, sebaliknya semakin rendah faktor daya (mendekati 0)
maka semakin sedikit daya yang bisa kita manfaatkan dari sejumlah daya tampak
yang sama. Disisi lain, faktor daya juga menunjukkan besar pemanfaatan dari
peralatan listrik di jaringan terhadap investasi yang dibayarkan. Apabila faktor
daya rendah artinya walupun arus yang mengalir dijaringan sudah maksimum
namun kenyataan hanya porsi kecil saja yang menjadi sesuatu yang bermanfaat
bagi pemilik jaringan.
Dalam Sistem Tenaga Listrik dikenal 3 jenis faktor daya yaitu faktor daya
unity, faktor daya tertinggal (lagging) dan faktor daya mendahului (leading) yang
ditentukan oleh jenis beban yang ada pada sistem

2.10.1 Faktor Daya Unity


Faktor daya unity adalah keadaan saat nilai cos adalah bernilai satu dan
tegangan sephasa dengan arus. Faktor daya Unity akan terjadi bila jenis beban
adalah resistif murni. Untuk gambar faktor daya Unity dapat kita lihat pada gambar
2.6 dibawah ini.

20

Gambar 2.6 Arus Sephasa Dengan Tegangan


Pada Gambar 2.6 terlihat nilai cos sama dengan I, yang menyebabkan
jumlah daya nyata yang dikonsumsi beban sama dengan daya semu.

2.10.2 Faktor Daya Tertinggal (Langging)


Faktor daya tertinggal (lagging) adalah keadaan faktor daya saat memiliki
kondisi-kondisi sebagai berikut:
1.

Beban/ peralatan listrik memerlukan daya reaktif dari sistem atau beban

2.

bersifat induktif.
Arus (I) terbelakang dari tengangan (V), V mendahului I dengan sudut .

Untuk faktor daya Langging dapat kita lihat pada gambar 2.7

Gambar 2.7 Arus Tertinggal dari tegangan sebesar sudut


Dari gambar tersebut terlihat bahwa arus tertinggal dari tegangan maka
daya reaktif mendahului daya semu, berarti beban membutuhkan atau menerima
daya reaktif dari sistem.

2.10.3 Faktor Daya Mendahului (Leading)


Faktor daya mendahului (leading) adalah keadaan faktor daya saat
memiliki kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Beban/peralatan listrik memberikan daya reaktif dari sistem atau beban
bersifat kapasitif.
2. Arus mendahului tegangan, V terbelakang dari I dengan sudut

21

Untuk Faktor Daya Leading dapat kita lihat pada gambar 2.8

Gambar 2.8 Arus mendahului Tegangan sebesar Sudut


Dari gambar tersebut terlihat bahwa arus mendahului tegangan maka daya
reaktif tertinggal dari daya semu, berarti beban memberikan daya reaktif kepada
sistem.

2.11

Drop Tegangan Dan Rugi Daya Pada Sistem Distribusi


Untuk saluran udara yang kapasitansi dapat diabaikan disebut saluran

pendek secara umum diterapkan pada sistem bertegangan 20 kV sampai 66 kV


dan panjang saluran mencapai 30 km sampai 60 km, rangkaian ekivalen terdiri
dari tahanan dan reaktansi yang terhubung seri seperti pada gambar 2.9

Gambar 2.9. Saluran Udara (a) Rangkaian Ekivalen (b) Diagram Fasor
Drop tegangan adalah selisih antara tegangan dari sumber pembangkit
atau ujung kirim dengan tegangan ujung terima, selisih tegangan ini disebabkan
oleh setiap kawat penghantar/konduktor memiliki nilai hambatan yang nilainya
bergantung dari jenis material penghantar (hambatan jenis, panjang penghantar
dan luas penghantar tersebut. drop tegangan berbanding lurus dengan panjangnya
penghantar, semakin panjang jarak penghantar semakin besar drop tegangan.

22

Besarnya drop tegangan dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:


V =V k V t
(2.17)
Keterangan :

Drop Tegangan (Volt)

Vk

Tegangan Kirim (Volt)

Vt

Tegangan Terima (Volt)

Jatuh tegangan pada sistem distribusi terjadi pada:


1.
2.
3.
4.
5.

Penyulang tegangan menengah


Transformator distribusi
Penyulang jaringan tegangan rendah
Sambungan rumah
Instalasi rumah

Selanjutnya untuk menghitung rugi tegangan ditulis dengan persamaan:


Rugirugi daya dapat dinyatakan sebagai berikut:
P=I 2 R
(2.18)

Keterangan :
V

Jatuh tegangan (voltage drop) Volt

Arus mengalir Amper

Tahanan saluran Ohm

Reaktansi Ohm

Sudut faktor daya beban


Pada saluran arus bolak balik besarnya rugi tegangan (drop voltage)

tergantung dari impedansi saluran, serta beban faktor daya beban untuk jarak yang
dekat rugi tegangan tidak begitu berarti.
Perhitungan rugi tegangan yang diperlukan tidak hanya untuk keperluan
peralatan sistem saja, namun juga untuk dapat menjamin tegangan terpasang yang
23

dapat dipertahankan dalam batas-batas yang layak.

Untuk menyatakan drop

tegangan dan rugi daya yang telah di jelaskan diatas, dapat kita lihat pada gambar
2.10 Diagram Fasor hubungan tegangan R dan X dengan beban di ujung.

Gambar 2.10. Diagram Fasor hubungan tegangan R dan X dengan beban di ujung
Karena itu perlu diketahui hubungan fasor antara tegangan dan arus serta
reaktansi dan resistansi pada perhitungan yang akurat. Hubungan diagram fasor
antara tegangan pada sisi pengirim dari sebuah rangkaian, rugi rugi tegangan pada
ujung terima di tunjukkan pada gambar 2.10.
Selanjutnya rumus jatuh tegangan (drop voltage) sesuai dengan
persamaan (2.18) dan rumus tegangan pada sisi pengiriman (Vs) adalah sebagai
berikut:
V s=V r +I . R . cos+I . R . sin

(2.19)

Keterangan :
Vs

Tegangan kirim (Voltage sending) (Volt)

Vr

Tegangan terima (Voltage receiving) (Volt)

Arus yang mengalir (Amper)

Tahanan saluran (Ohm)

Reaktansi saluran (Ohm)

24

Sudut faktor daya beban

Diagram tegangan telihat pada gambar 2.10. Dimana tampak antara lain:
sudut 1 antara i dan vs; sudut 2 antara i dan vr; tegangan awal vs; tegangan akhir
vr; kemudian kerugian tegangan dari suatu penghantar adalah v yang terdiri dari
nilai ir dan ix pada saluran arus bolak balik, besar jatuh tegangan (drop voltage)
tergantung dari impedansi saluran serta beban dan faktor daya.
Rugi-rugi daya adalah besarnya daya yang hilang pada suatu jaringan,
yang besarnya sama dengan daya yang disalurkan dari sumber dikurangi besarnya
daya yang diterima pada perlengkapan hubungan bagian utama. Besarnya rugirugi daya satu fasa dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

I 2 .R Watt

I 2 . X Watt

(I . R ) +(I . X )
2

(2..20)
2

Keterangan :
P

Rugi daya pada jaringan Watt

Arus beban pada jaringan Ampere

Tahanan murni Ohm

2.12

Reaktansi murni Ohm

Kapasitor Sebagai Perbaikan Tegangan

2.12.1 Kapasitor
Untuk mengurangi rugi-rugi daya dapat dilakukan dengan cara
mengkompensasi daya reaktif atau memberikan sumber daya reaktif tambahan
pada sisi beban. Ada beberapa jenis sumber daya reaktif yang dapat digunakan
sebagai kompensasi daya reaktif diantaranya dengan menggunakan kapasitor.

25

2.12.2 Kapasitor Sebagai Perbaikan Tegangan


Jika suatu feeder melayani beban induktif dengan faktor daya lagging
(terbelakang), dengan faktor daya yang rendah akan menambah daya terpasang
(kVA) yang lebih tinggi untuk kebutuhan daya aktif yang konstan diperlihatkan
pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Diagram suatu pemasangan kapasitor shunt

kapasitor mengambil daya reaktif leading dari sumber dan dapat di lihat
pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 Diagram Segitiga daya reakif


Keterangan Gambar :
P

Daya aktif (Watt)

Q1

Daya raktif awal (Volt Amper reaktif)

Q2

Daya reaktif yang diinginkan (Volt Ampere reaktif)

26

QC

Daya reaktif yang perlu ditambah (Volt Ampere reaktif)


Jika beban di suplai oleh daya aktif P dan daya reaktif Q lagging dan

daya semu S1 pada faktor daya lagging 1 maka:


cos =

P
P
= 2 2
S 1 P 1+ Q 1

(2.21)

Bila kapasitor shunt Qc = kVAr di pasang paralel dengan beban yang


faktor daya lagging dengan sudut 2 maka:
cos =

P
P
= 2 2
S 2 P2 +Q2
2

Q1Q1

2
p 2+

(2.22)

Dengan memperhatikan gambar 2.13, maka di peroleh hubungan berikut:


Q1=P . tan 1
Q2=P . tan 2

(2.23)

Untuk sistem tiga fasa maka perlu dipasang tiga buah kapasitor yang
identik sehingga daya reaktif total adalah:
Qr=3.QC =3 C V 2

(2.24)

Untuk menentukan kapasitas kapasitor untuk menaikan faktor daya dari


saluran distribusi ditulis dengan persamaan :
2
tan 1tan

P
C=
(2.25)

27

Jatuh tegangan pada feeder dengan faktor daya lagging sebelum


pemasangan kapasitor di tunjukkan pada persamaan 2.13 dan setelah pemasangan
kapasitor maka persamaan menjadi sebagai berikut:
V d =I R . R+ I X . X L I c . X c

(2.26)

Dimana IC adalah komponen arus reaktif leading 900 terhadap tegangan.

2.12.3 Konstruksi Sel Kapasitor


Elektroda suatu sel terbuat dari foil almunium panjang, yang tebalnya
7 mikron, dan dipisahkan oleh dielktrik tipis.

Bahan dielektrik adalah kertas khusus yang tebalnya 624

dikombinasikan dengan bahan impregansi, film plastik, (polyprophylene,


polythylene, styroflex) atau gabungan keduanya. partikel konduktif yang ada pada
kertas, dapat menimbulkan hubung singkat tersebut, dielektrik dibuat beberapa
lapisan, sekurang kurangnya dua lapis.

Masing- masing lapisan tidak boleh

mempunyai titik titik lemah, karena pada titik titik lemah mudah terjadi tembus
listrik. Untuk mencegah hal ini, dielektrik disusun bertindih satu sama lain. jika
p1

adalah peluang adanya titik lemah pada suatu lapisan dielektrik, maka

peluang ada setiap suatu lapisan dari


yang sama adalah

lapisan terjadi titik lemah pada tempat

pn1 . Jika memungkinkan untuk film plastik dipilih 2 lapisan;

sedangkan untuk kertas yang diperkirakan mempunyai peluang titik lemah lebih
besar, dibuat 36 lapisan.
Sel kapasitor yang sudah terbentuk plat, di bungkus dengan beberapa lapis
kertas isolasi keras, lalu di celupkan kedalam isolasi cair alami atau sintesis,
kemudian di keringkan didalam ruang vakum tinggi. Hal ini dilakukan agar tidak
di emukan rongga udara pada sel kapasitor yang bergelombang. Untuk mencegah
adanya rongga dielektrik dipilih dari bahan film. Dewasa ini telah digunakan alat
ultrasonik untuk memeriksa ada tidaknya rongga udara didalam kapasitor
(Tobing,2012).

28

2.12.4 Kapasitansi Kapasitor


Nilai kapasitansi dari kapasitor yang digunakan sangat menentukan
besarnya daya semu yang dapat diturunkan. Satuan yang di gunakan adalah Farad.
Dari hasil perhitungan daya semu yang dapat dinyatakan, dapat ditentukan
beberapa besar arus induktif yang mengalir pada kumpulan Kapasitor yaitu :
I L=

QC
3 . V L . L

(2.27)
Arah Loop arus induktif sebelum menuju kapasitor dapat di lihat pada
gambar 2.13

Gambar 2.13 Arah Loop arus pada kapasitor bank


Untuk mendapatkan nilai IC pada kapasitor yang terhubung delta sehingga
dapat ditentukan besarnya nilai reaktansi kapasitor yang harus digunakan untuk
menurunkan reaktansi induktif, didapatkan dengan persamaan berikut:
I c=

IL

(2.28)

Setelah itu bisa didapatkan nilai reaktansi kapasitif setiap fasa :


X c=

V L L
IC

(2.29)
Keterangan:
Xc = Reaktansi Kapasitif ()
VL = Tegangan Line (V)

29

IC = Arus Kapasitor (A)


L = Induktansi (H)
Untuk menempatkan nilai kapasitansi dari kapasitor, ditentukan dengan
persamaan berikut:
C=

1
2 . F . XC
(2.30)

Keterangan :
C = Kapasitansi Kapasitor (F)
F = Frekuensi (Hz)

2.12.5 Lokasi Optimum Kapasitor Penempatan Distribusi


Banyak faktor yeng mempengaruhi penentuan lokasi penempatan kapasitor
pada sistem distribusi seperti: tie sistem distribusi, panjang saluran, variasi beban,
penyebaran beban, tipe beban, perkebangan beban, faktor daya, dan investasi (dari
sisi ekonomi). Penempatan kapasitor dapat ditentukan berdasarkan tujuannya,
seperti dipercontohkan dibawah ini:
1.

Untuk perbaikan tegangan pada kelompok sisi primer trafo ditempatkan

2.

pada sisi primer trafo.


Untuk perbaikan tegangan pada kelompok sisi sekunder trafo ditempatkan

3.

pada sisi sekunder trafo.


Untuk perbaikan tegangan pada beban tertentu ditempatkan pada beban

tersebut.
4. Untuk perbaikan tegangan lokal di tempatkan pada penyulang yang pendek.
5.
Untuk perbaikan tegangan pada beban motor ditempatkan pada penghantar
6.

dengan beban motor.


Untuk perbaikan tegangan pada motor ditempatkan langsung pada motor
atau kumparan motor.
Untuk mendapatkan tegangan yang lebih baik, dipasang kapasitor dengan

kapasitas tertentu dengan penempatan pada beberapa lokasi disaluran, sehingga


akan diketahui lokasi penempatan kapasitor yang paling tepat. Akan tetapi dari

30

sisi tinjauan teknis, posisi kapasitor sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin


dengan beban karena :
1.

Tegangan yang di naikkan berada dekat dengan beban sehingga

2.

memberikan untuk kerja yang lebih baik.


Rugirugi pada penghantar akan semangkin berkurang karena arus reaktif

3.

yang dibutuhkan beban tidak mengalir pada penghantar.


kVAr kapasitor dapat secara otomatis dikurangi bersama operasi beban
karena kapasitor dipasang langsung dengan beban.
Untuk tingkat beban yang berubah pemasangan kapasitor dengan tingkat k

tertentu, maka lokasi optimum penempatan kapasitor dapat di hitung dengan


menggunakan persamaan sebagai berikut (T.S Hutauruk 1983)

X 1= 1

2i1
k l
2n

(2.31)

Keterangan
i

letak Kapasitor 1,2,3 .dst.

k faktor kompensasi

CKVAr terpasang tiaplokasi


kVAr total beban reaktif

n jumlah kapasitor
l

2.13

panjang total saluran

Metode Penentuan Lokasi Kapasitor Bank


Ada beberapa metode yang dikembangkan

dalam usaha

untuk

mengoptimalkan penggunaan kapasitor bank, lokasi penempatan kapasitor bank


tersebut akan mempengaruhi seberapa besar pengaruh pemakaian kapasitor bank
terhadap perbaikan faktor daya jaringan. pada dasarnya kapasitor bank paling baik
ditempatkan di dekat pusat-pusat beban. Namun yang hal yang menyulitkan para
engineer adalah menentukan dimana sebenarnya pusat beban tersebut. karena pola
konsumen yang bervariasi tentunya tidak dapat kita tentukan pusat beban begitu
31

saja, kita butuh pendekatan-pendekatan untuk mengidentifikasi dimanakah pusat


beban tersebut.

2.14

Penentuan Rating Kapasitor


Adapun untuk menentukan rating kapasitor yang akan digunakan, hal yang

perlu diketahui adalah keadaan jaringan sebelum pemasangan kapasitor dan


harapan setelah pemasangan kapasitor.
Untuk itu pertama sekali perlu diketahui faktor daya dari daerah tersebut,
kemudian untuk menentukan ukuran kapasitor bank yang digunakan, maka perlu
ditentukan juga nilai faktor daya yang ingin dicapai. Untuk menentukan nilai
kapasitor bank yang di pakai, maka dapat menggunakan perhitungan-perhitungan
sebagai berikut.
PF awal
cos 1=X

PF yang diinginkan

Q2=tan cos1 ( 2
Nilai kapasitor yang harus dipasang :
Qc =Q1Q2

(2.32)

Rating unit kapasitor dari 50 kVAr sampai lebih 500 kVAr tersedia pada
tabel. Tabel 2.1 menunjukkan rating kapasitor yang umum. Kapasitor bank pada
feeder biasanya memiliki satu atau dua atau (jarang) tiga unit per phasa.
Umumnya kapasitor bank hanya punya satu unit kapasitor per phasa.

32

IEEE Std menjelaskan petunjuk standar untuk penggunaan kapasitor.


Kapasitor tidak boleh digunakan jika nilai berikut melewati batasan yang telah
ditunjukkan (IEEE Std. 18-1982) :
1.

135% dari kVAr pada name plate

2.

110% dari rating tegangan (rms), dan tegangan puncak tidak melebihi 1.22 dari
rating tegangan (rms)

3.

135% dari arus nominal (rms) berdasarkan rating kVAr dan rating tegangan
Berdasarkan rating unit kapasitor, serta persentase arus nominal dan
tegangan dapat kita lihat pada tabel 2.1 (Rating kapasitor)

Tabel 2.1 Rating Kapasitor

IEEE Std. 18-1982 Strandard rating capacitor


IEEE Std. 18-1982

33

2.15

Perbaikan Faktor Daya Menggunakan Kapasitor


Perbaikan faktor daya pada prinsipnya adalah menginjeksikan arus

terlebih dahulu (leading current) kedalam rangkaian listrik guna menetralkan


pengaruh arus tertinggal untuk magnetasi (Lagging magnetasi current) atau
memperbaiki faktor daya untuk memperkecil daya reaktif ke sistem.
Pada gambar 2.14 menunjukan cara perbaikan faktor daya menggunakan
kapasitor bank

Gambar 2.14 Diagram Perbaikan faktor daya


Jika beban di suplai dengan daya aktif (P), daya reaktif (Q1) dan daya
semu (S1) pada faktor daya sebesar
cos =

P
S1

(2.33)
P

cos 1=
2

1
2 2
2

[ P +Q ]

(2.34)

Jika kapasitor bank sebesar QC (kVAr) dihubungkan ke beban, faktor


daya akan diperbaiki dari cos 1 menjadi cos 2 dimana :
34

cos 2=

P
S2
P

cos 2=

1
2

(2.35)

[ P +Q2 ] 2
P

cos =

1
2 2

[ P + (Q + Q ) ]
2

Dari Gambar 2.14 dapat dilihat bahwa dengan daya reaktif sebesar Q c maka
daya semu dan daya reaktif berkurang masing masing dari S1 (kVA) dan dari Q1
(kVAr) ke Q2
Untuk menanggulangi masalah yang ditimbulkan beban induktif tersebut
maka rangkaian listrik dengan beban induktif dipasang kapasitor daya paralel.

2.16

Transformator
Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetik statis yang

berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari satu rangkaian
listrik ke rangkaian listrik yang lainnya, dengan frekuensi yang sama dan
perbandingan transformasi tertentu melalui suatu gandengan magnet dan bekerja
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetis, dimana perbandingan jumlah lilitan
dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.
Bisa dibayangkan jika daya listrik yang diperlukan oleh suatu kota adalah
sebesar 10.000 kVA, yang jaraknya kurang lebih 10 km dari pembangkit tenaga
listrik. Dengan memperhitungkan:

S=V I . Dimana I berbanding terbalik

terhadap V, bila jaringan transmisi tersebut diberi tegangan rendah (misal 20 Volt),
maka arus yang mengalir sebesar:
S 10.000 103
I= =
=83,33 kA
V
120
(2.36)

35

Arus yang besar akan menimbulkan rugi yang besar, yaitu:

P=I R .

Selain itu arus yang besar akan memerlukan penampang kawat atau kabel yang
besar, yang tentunya sangat tidak ekonomis (biaya tinggi)
Dengan menggunakan transformator, dimana tegangan pembangkit
dinaikkan semaksimal mungkin, maka arus yang mengalir sangat kecil, yang
menyebabkan rugi-rugi daya yang kecil dan penampang kawat yang digunakan
hanya kecil, sehingga biaya yang dikeluaran jauh lebih ekonomis, demikian juga
pusat pembangkitan yang tidak perlu ditempatkan dibeberapa tempat didekat kota.
Misal tegangan yang ada dinaikkan menjadi 5.000 kV, maka arus yang mengalir:
S 10.000 103
I= =
=20 A
V
500 103
(2.37)
Dapat dilihat bahwa perbedaan rugi-rugi yang ada jauh lebih kecil, bila
tegangan jaringan dinaikkan sedemikian rupa dengan bantuan transformator.

2.16.1 Prinsip Kerja Transformator.


Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang
bersifat induktif, yang terpisah secara elektris namun berhubungan secara
magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance) rendah. Apabila
kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, maka fluks
bolak-balik akan muncul Didalam inti (core) yang dilaminasi, karena kumparan
tersebut membentuk jaringan tertutup, maka mengalirlah arus primer. Akibat
adanya fluks didalam kumparan primer, maka kumparan primer terjadi induksi
(self induction) dan terjadi pula induksi dikumparan sekunder karena pengaruh
induksi dari kumparan primer (mutual induction) yang menyebabkan timbulnya
fulks magnet dikumparan sekunder, serta arus sekunder jika rangkain dibebani,
sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetis). (Wijaya,
2001)

36

2.16.2 Persamaan Regulasi Tegangan


Apabila sebuah transformator dibebani, dengan tegangan primer konstan,
maka ujung sisi sekunder terjadi jatuh tegangan yang disebabkan oleh tahanan
dalamnya dan reaktansi bocornya.
Dalam hal ini berlaku;
1.

V 20=

2.

V 20=K E1 =K V 1 ,

Tegangan ujung sekunder tanpa beban


sebab pada beban nol jatuh impedansinya

diabaikan.
V 2=
3.
tegangan sekunder pada beban penuh
4. Perubahan tegangan ujung sekunder dari beban nol ke beban penuh adalah
V 20V 2
VR turun =

V 20V 2
100
V 20
VR naik =

V 20V 2
100
V2

(2.38)

Pada umumnya regulasi tegangan yang dipakai adalah regulasi tegangan


turun.

Pengaturan tegangan dapat juga ditulis sebagai:

V r sin 2

+
V X cos

1
VR =( V r cos V x sin ) +

200

(2.39)

Secara pendekatan dapat dituliskan:


%VR=V r cos V r Sin (Nuhalim,2009)

(2.40)

37

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Data dan Objek Pembahasan

3.1.1

Sistem Kelitrikan Gardu Induk Garuda Sakti


Sistem Interkoneksi tenaga listrik dari gardu induk Garuda Sakti di suplay

dari PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Listrik) Koto Panjang, air di bendung

38

kedalam bak penampungan. Air yang di bendung dari bak penampungan akan
membuka katup otomatis, setelah katup otomatis terbuka barulah air di salurkan
kembali dengan menggunakan pipa van stock. air yang di buang dari pipa van
stock akan membuka katup utama, setelah katup utama terbuka barulah poros
turbin akan berputar, ketika turbin berputar akan timbul energi mekanik. energi
mekanik yang dihasilkan oleh turbin kemudian di konversi menjadi energi listrik.
dengan menggunakan generator. energi listrik yang di bangkitkan oleh generator
akan disuplai kembali dengan menggunakan trafo daya yang berkapasitas 3

38 MW, dari pembangkit tersebut kawat penghantar di kopel pada rel bus (bus
bar) dengan saluran transmisi 150 kV.
Tenaga listrik yang dibangkitkan dari PLTA Koto Panjang, di pisah ke
gardu induk Koto Panjang dengan kapasitas trafo daya 1

20 MVA dengan

menggunakan PMS 1600 A. tegangan terima yang dihasilkan trafo daya 150 kV
kemudian di turukan menjadi 20 kV, listrik yang dihasilkan dari sisi sekunder 20
kV disuplay ke beberapa feeder diantaranya; feeder Pangkalan, feeder Muara
Takus, feeder Tandun, dan beberapa diantaranya feeder cadangan. Kemudian dari
gardu induk Koto Panjang tenaga listrik, di suplay kembali ke gardu gardu induk.
diantaranya gardu induk Pasir Pangaraian, gardu induk Bangkinang, dan gardu
induk Garuda Sakti.
Gardu induk Garuda Sakti memilki trafo daya sebanyak 4 buah trafo daya,
diantaranya 2

50 MVA, dan 2

60 MVA. Tegangan 150 kV yang di

hasilkan dari trafo daya diturunkan kembali menjadi 20 kV. Dari tegangan 20 kV,
listrik kembali di salurkan ke konsumen, dengan menggunakan penyulang
distribusi 20 kV. Pada trafo daya 1 berkapasitas 50 MVA memiliki beberapa
penyulang (feeder) diantaranya: feeder 1 Arengka, feeder 3 Pantai Cermin, feeder
4 Lobak, feeder 5 Perawang, feeder 7 SUTA, dan feeder 16 Adi Sucipto. Dan
trafo daya 2 berkapasitas 50 MVA, memiliki beberapa penyulang (feeder)
diantaranya; feeder 9 Jendral, feeder 10 MTQ, feeder 12 Kualu, feeder 13
Subrantas, feeder 14 Panam, feeder 15 Bangau Sakti.

Dan trafo daya 3

berkapasitas 60 MVA memiliki beberapa penyulang diantaranya diantaranya:

39

feeder 17 Tambusai, feeder 18 Taman Karya, feeder 19 Taman Karya, feeder 20


Suka Jaya, feeder 21 Tarai, feeder 22 Stadion UNRI, feeder 23 Lipat kain, feeder
24 Riau. Sedangakan pada trafo daya 4 berkapasitas 60 MVA memiliki beberapa
Penyulang (feeder) diantaranya; feeder 27 Lipat kain, feeder 28 Tarai, feeder 29
Melur, feeder 5 Perawang, feeder 12 Kualu, 5 feeder cadangan.
Sistem jaringan distribusi yang digunakan PT. PLN (Persero) cabang
Pekanbaru adalah sitem jaringan radial, sistem ini cukup baik, kehandalannya
sedang dan peralatannya yang digunakan cukup sederhana. Apabila terjadi
gangguan, dapat di suplay dari penyulang yang tidak mengalami gangguan.

3.2

Kawat Penghantar
Kawat Penghantar yang digunakan pada jaringan distribusi OGF 5

Perawang telanjang AAAC (All Alumunium Alloy Conductor), dengan luas


penampang 150 mm2 dan 70mm2. penggunaan kawat penghantar alumunium oleh
PT.PLN rayon Perawang karena lebih ringan dan lebih murah jika dibandingkan
dari kawat tembaga. Data impedansi kawat penghantar yang digunakan PT. PLN
rayon Perawang di berikan pada tabel dibawah ini dan jarak kawat antar trafo
distribusi pada saluran OGF 5 Perawang sebagai berikut: Untuk impedansi kawat
pengahantar kita lihat pada tabel 3.1 (Impedansi Tahanan (R) dan Reaktansi (jX)
penghantar AAAC pada tegangan menengah 20 kV), dan utuk pajang saluran
keseluruhan pada OGF 5 Perawang dapat kita lihat pada tabel 3.2 (Tabel Panjang
Penghantar OGF 5 Perawang)

Tabel 3.1 Impedansi Tahanan (R) dan Reaktansi (jX) Penghantar AAAC pada
tegangan menengah 20 kV
Luas

Jari2

Penampang

(mm)

kawat

Urat

GMR

Impedansi

Impedansi

(mm)

Urutan Positif

Urutan Nol

(Ohm/km)

(Ohm/km)

(mm2)

40

16

2,2563

17

1,6380

2,0161+j0,04036

2,1641+j1,6911

25
35

2,8203
3,3371

17
17

2,0475
2,4227

1,2903+j0,3895
0,9217+j0,3790

1,4384+j1,6770
1,0697+j1,6665

50

3,9886

17

2,8957

0,6452+j0,3678

0,7932+j1,6553

70
95

4,7193
5,4979

17
19

3,4262
4,1674

0,4608+j0,3572
0,3096+j0,3449

0,6088+j1,6447
0,4876+j1,6324

120

6,1791

19

4,6837

0,2688+j0,3376

0,4168+j1,6180

150

6,9084

19

5,2365

0,2162+j0,3305

0,3631+j1,680

185

7,6722

19

5,8155

0,1744+j0,3239

0,3224+j1,6114

240

8,7386

19

6,6238

0,1344+j0,3158

0,2824+j1,6034

SPLN-64 1985

Tabel 3.2 Tabel Panjang Penghantar OGF 5 Perawang

41

Sambungan Tabel 3.2

42

Sambungan Tabel 3.2

Sambungan Tabel 3.2

43

Sambungan Tabel 3.2

3.3

Trafo Distribusi
Trafo distribusi adalah suatu kompen listrik, dimana berfungsi sebagai alat

untuk menaikan dan menurunkan tegangan, selain itu trafo juga berfungsi sebagai
penyalur dari penyulang utama (bagian sekunder), hingga ke beban konsumen
(sekunder). Pada umumnya trafo terdiri dari, trafo 1 Phasa, dan trafo 3 phasa,
Trafo distribusi yang dipakai PT.PLN (Persero) rayon Perawang adalah trafo tiga
fasa, berikut adalah tabel spesifikasi trafo, lokasi, dan arus beban trafo distribusi
pada OGF 5 Perawang PT.PLN (Persero) rayon Perawang.
Pada tabel 3.3 dapat dilihat data transformator dan arus beban pada masing
masing phasa OGF 5 Perawang PT.PLN (Persero) gardu induk Garuda Sakti

44

Tabel 3.3 Data Transformator dan Beban OGF 5 Perawang

45

Sambungan Tabel 3.3

46

Sambungan Tabel 3.3

3.4

Masalah dan kondisi Sistem


Permasalahan utama pada jaringan distribusi 20 kV Out Going Feeder

(OGF) 5 Perawang tersebut adalah masalah jatuh tegangan (drop voltage),


sebelum beban perawang di manuver pada tanggal (25 Oktober 2012, pukul
19:00) tegangan jatuh sebesar 16,8 kV. Namun setelah beban perawang di
manuver, kondisi tegangan terima yang paling ujung (MN 005) masih jatuh yaitu
dibawah kondisi normal hal ini disebabkan karena panjang saluran dari gardu
induk Garuda Sakti hingga ke Minas terlalu jauh yaitu sepanjang 84,13 km.
Selain disebabkan panjang kawat penghantar terlalu jauh, hal lain yang
dapat menyebabkan drop tegangan adalah karena arus beban pada sebagian trafo
di penyulang OGF 5 Perawang berlebih. Sesuai dengan teori ketidak
keseimbangan beban, drop tegangan sama dengan arus yang mengalir pada
saluran berbanding lurus dengan impedansi kawat penghantar yang dipakai
Untuk mengatasi masalah, itu maka hal yang harus dilakukan adalah
dengan memasang kapasitor. Dengan memasang kapasitor, arus beban trafo di
penyulang OGF 5 menjadi seimbang, dan rugi rugi daya yang diakibatkan karena
arus beban yang besar, dapat di minimalisir. dengan menginjeksikan arus yang
tertinggal (leading current), dengan cara menetralkan arus yang mendahului
(lagging current)

47

Bedasarkan masalah yang terjadi pada OGF 5 Perawang setelah beban di


manuver kondisi beban puncak di Tahun 2012 dapat kita lihat pada Tabel 3.4
(Kondisi Beban Puncak OGF 5 Perawang setelah di Manuver ke Feeder Okura
Rayon Perawang)
Tabel 3.4 Kondisi Beban Puncak OGF 5 Perawang Setelah di Manuver Ke
Feeder Okura Rayon Perawang

3.5

Langkah langkah dan Metoda Pembahasan


Langkahlangkah dan metode pembahasan dalam penyelesaian masalah

tugas akhir ini adalah :


1. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari PT PLN (Persero) Rayon
Perawang, yang didapat melalui pengukuran dan pencatatan secara
berkala, serta informasi melalui wawancara untuk memperkuat kebenaran
data.
2. Menghitung arus beban ratarata pada setiap trafo distribusi (dengan
asumsi beban seimbang) Out Going Feeder 5 Perawang pada sisi 20 kV.
3. Menghitung impedansi total antar trafo pada Out Going Feeder 5
Perawang berdasarkan jenis dan luas penghantar kawat yang digunakan.
dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.
4. Menghitung jatuh tegangan berdasarkan panjang saluran Out Going
Feeder 5 Perawang dalam kondisi exsisting dan setelah pemasangan
kapasitor bank dengan menggunakan microsoft Excel 2007 dan program
ETAP 12.6
48

5. Menghitung kapasitas kapasitor bank berdasarkan drop tegangan ujung


penyulang OGF 5 Perawang, dan menentukan lokasi penempatan
kapasitor.
6. Menvalidasikan kondisi eksisting penyulang OGF 5 Perawang, dan
kondisi setelah analisa penempatan kapasitor bank dengan program ETAP
7. Membandingkan hasil perhitungan secara manual dengan menggunakan
Microsoft Excel 2007, dan hasil validasi dengan menggunakan program
ETAP 12.6

49

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1

Perhitungan Arus Saluran


Perhitungan arus beban 20 kV di dasarkan pada arus beban trafo pada

posisi 380 V dengan menggunakan arus beban rata-rata. Perhitungan dimulai dari
trafo ujung saluran dan di teruskan pada trafo berikutnya demikian seterusnya
sehingga sampai ke gardu induk Garuda Sakti. Trafo distribusi yang berada
paling ujung saluran adalah MN 005 dengan arus beban perfasa sebagai berikut:
IR = 193,2 Amp ; IS = 221,5 Amp ; IT = 203 Amp
I ratarata MN 005=

I R+ I S+ I T
3

193,2+221,5+203
3

205,90 Amp

Selanjutnya arus beban pada sisi 20 kV dapat pula dihitung dengan cara
sebagai berikut :
I MN 005 =

V 2 I2
V1

I MN 005 =

380 205,90
20000
3,91 Amp
Sehingga Arus yang mengalir pada saluran 20 kV antara MN 005 dan
MN 004 adalah:
I MN 015MN 004 =3,915 Amp
Selanjutnya dihitung pula arus MN 004, arus beban per phasa adalah :
IR = 150,3 Amp ; IS = 176 Amp ; IT = 128,5Amp
Arus beban rata rata pada sisi 380 Volt adalah :

50

I rata rata MN 004 =

I R +I S+ I T
3

150,3+176+ 128,5
3

151,6 Amp

Arus ratarata pada sisi 20 kV


I MN 004 =

V 2 I 2
V1

I MN 004 =

380 151,6
20000
2,88 Amp
Sehingga arus yang mengalir pada saluran 20 kV antar MN 004 dan
MN 024 adalah :

I MN 004 I MN 024 =2,88 Amp

51

Gambar 4.1 Single Line Diagram Perhitungan Arus Saluran Trafo OGF 5Perawang
Berdasarkan perhitungan arus beban Out Going Feeder 5 Perawang, kita
dapat menghitung arus sepanjang saluran. Dari trafo paling ujung sampai ke trafo
pangkal (trafo pertama)

Saluran utama :
I MN 005 =3,91 Amp
I MN 005MN 004 =3,91 Amp+ 2,88 Amp=6,79 Amp
I MN 004 MN 024 =6,79 Amp +0,92 Amp=7,71 Amp
I MN 024 MN 003 =7,71 Amp+ 4,01 Amp=11,72 Amp
I MN 003MN 023 =11,72 Amp+ 1,11 Amp=12,83 Amp

52

I MN 023MN 020 =12,83 Amp+3,11 Amp=15,94 Amp


I MN 020MN 002 =15,94 Amp+ 0 Amp=15,94 Amp
I MN 002MN 001=15,94 Amp+ 1,09 Amp=17,03 Amp
Saluran percabangan :
I MN 019 =0,25 Amp
I MN 019MN 018 =0,25 Amp+ 0,47 Amp=0,72 Amp
I MN 018+ MN 022 =0,72 Amp +0,73 Amp=1,45 Amp
I MN 022MN 017 =1,45 Amp+ 0,10 Amp=1,55 Amp
I MN 017MN 001 =17,03 Amp+1,55 Amp=18,58 Amp
I Line MN 001 =18,58 Amp
Untuk perhitungan arus saluran dari MN 012 sampai ke gardu induk Garuda
Sakti dapat kita lihat pada tabel 4.1Perhitungan Arus Saluran OGF 5 Perawang

53

Tabel 4.1 Perhitungan Arus Saluran OGF 5 Perawang

54

Sambungan Tabel 4.1

55

Sambungan Tabel 4.1

56

Sambungan Tabel 4.1

57

Sambungan Tabel 4.1

58

Sambungan Tabel 4.1

59

4.2

Perhitungan Impedansi Saluran OGF 5 Perawang


Impedansi kawat yang dihitung berdasarkan jenis dan ukuran kawat

penghantar yang digunakan seperti yang terlampir pada tabel 3.1


Berdasarkan tabel 3.1 saluran distribusi pada Out Going Feeder 5
Perawang menggunakan kawat penghantar yang mempunyai luas penampang 150
mm2 dengan impedansi kawat

(0,2162+ j 0,3305)

dan kawat penghantar yang

mempunyai luas penampang 70 mm2. sehingga:


Z = R 2+( jX )2

0,2162
( 2+0,33052 )Ohm

0,395 Ohm

Panjang penghantar dari gardu induk Garuda Sakti ke trafo KB 211 yaitu
7,98 km (tabel 3.2) maka impedansi kawat penghantar tersebut adalah :
Z total=Z Panjang saluran
0,395 Ohm 7,98 km

3,15

Ohm
km

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilakukan dengan cara yang sama,


dan dapat kita lihat pada tabel 4.2

4.3

Tahanan Total
Untuk menghitung tahanan pada saluran penyulang distribusi Out Going

Feeder 5 Perawang dapat dilakukan seperti dibawah ini:


Untuk luas penampang AAAC 150 mm2
Pada nomor 1 : GI GS KB 211
RTotal =R jarak
RTotal =0,2162 Ohm 7,98 km

60

1,725

Ohm
km

Untuk perhitungan berikutnya dapat kita lihat Pada tabel 4.2

Untuk luas penampang 70 mm2


Pada nomor 4 : C1 C2
RTotal =R jarak
RTotal =0,4608 Ohm 0,2 km

4.4 Reaktansi Total


Untuk menghitung reaktansi total penyulang distribusi Out Going Feeder 5
Perawang dapat dlakukan seperti dibawah ini :
Untuk luas penampang AAAC 150 mm2
Pada nomor 1 : GI-GS KB 211

m 7,98 km

Untuk perhitungan berikutnya dapat kita lihat Pada tabel 4.2


Untuk luas penampang 70 mm2
Pada nomor 4 : C1 C2

hm 0,2 km

61

Untuk perhitungan berikutnya dapat kita lihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Perhitungan Impedansi Total, Tahanan Total, dan Reaktansi Total

62

Sambungan Tabel 4.2

63

Sambungan Tabel 4.2

64

Sambungan Tabel 4.2

65

Sambungan Tabel 4.2

66

4.5

Perhitungan drop tegangan


Perhitungan drop tegangan untuk setiap saluran (antar trafo), dimulai dari

pangkal penyulang sampai ujung penyulang OGF 5 Perawang.

Besar drop

tegangan pada setiap saluran diperoleh berdasarkan perkalian antara arus yang
mengalir pada bagian tersebut dikalikan dengan nilai impedansi totalnya
Berdasarkan data arus saluran pada Out Going Feeder 5 Perawang
(Lampiran 4 tabel 4.1) arus yang mengalir antara gardu induk Garuda Sakti dan
KB 211 adalah 136,19 A, dengan nilai impedansi totalnya 2,91 Ohm, maka drop
tegangan pada line tersebut adalah
V = 3 I total Beban20 kV Z
3 147,04 Amp 3,15 Ohm
802,24 Volt atau 0,80 kV
Tegangan pada dari gardu induk Garuda Sakti adalah 20,3 kV sehingga
tegangan terima di KB 211 adalah:
V r 211=V S V
20.300Volt 802,24 Volt

19.497,76Volt

atau 19,497 kV

Untuk perhitungan berikutnya dapat kita lihat pada lampiran 4 tabel 4.1

4.6

Perhitungan Rugirugi Daya (p) Satu Fasa dan Tiga Fasa Dari Gardu
Induk

4.6.1 Perhitungan Rugi Daya Aktif


Untuk menghitung rugi-rugi daya daya aktif, dapat kita lakukan sebagai berikut :

67

rugi rugi daya Aktif satu fasa dari gardu induk Garuda Sakti ke KB 211 adalah :
P=I 2 RTota ;
2

147,04 Amp 1,725


37295,81Watt

Ohm
km

atau 37,295 kW

Sedangkan untuk rugi-rugi daya Aktif tiga fasa adalah :


2

P=3 I R
3 147,042 1,72
111.887,44Watt

atau

111,887 kW

4.6.2 Perhitungan Rugi daya Reaktif


Untuk menghitung rugi-rugi daya daya aktif, dapat kita lakukan sebagai berikut :
rugi rugi daya satu fasa dari gardu induk Garuda Sakti ke KB 211 adalah :
2

Q=I X Total
147,042 2,637
57.013Watt

Ohm
km

atau 57.013,94 kW

Sedangkan untuk rugi-rugi daya Reaktif tiga fasa adalah :


Q=3 I 2 X
3 147,042 2,637
171.041,845Watt

atau

171,04 kW

Untuk perhitungan selanjutnya dapat kita lihat pada Lampiran 4.1

4.7

Perhitungan Kebutuhan Kapasitor Bank

Kebutuhan unit kapasitor dapat ditentukan dengan rumusan berikut:


Q1= S 2P2

68

75867,15 256900,3622
50.181,403 kVAr

Q2=P tan 2
56.900,362 tan 2 (cos1 0,9)
56.900,362 0,48
27.312,173 kVAr

Maka, daya reaktif yang dibutuhkan kapasitor adalah:


Qc =Q1Q2
50.181,403 kVAr27.312,173kVAr
22.869,23 kVAr

Sedangkan daya Reaktif yang dikompensasi oleh kapasitor adalah :


P=56.900,362 kW

cos 1=0,75
41,400
tan 1=0,88

25,840
tan 2=0,48
Maka :
QC=PTot ( tan 1tan 2 )
56.900,362kW ( 0,880,48)

69

56.900,362kW 0,4

22.760,144 kVAr
Untuk mencari faktor kompensasi pada kapasitor, maka kita dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
K=

kVAr Cap
kVAr total

K=

22.760,144 kVAr
50.072,318 kVAr
K=0,45

kVAr=0,45 kVArcapacitor
kVAr=0,45 1.852,540 kVAr
833,643 kVAr

4.8

Penentuan Lokasi Optimum Kapasitor

Bila satu unit kapasitor di pasang 1.200 kVAr, maka kapasitor yang dibutuhkan
N=

833,643 kVAr
1.200

0,69 (dibulatkan menjadi 1 Unit kapasitor)


Jadi kapasitor yang akan dipasang untuk memperbaiki drop tegangan dan
faktor daya adalah sebanyak 2 unit kapasitor.
Letak optimum kapasitor dapat di tentukan .

X 1= 1

(2 i1)
K Panjang saluran
2 n
Dengan panjang saluran total (Saluran utama) 41,7 km
Kapasitor 1:

70

X 1= 1

(2 11)
0,42 46,78 km
2 2

1
1 0,45 41,7 km
4
0,88 41,7 km

36,69 km (Pada Trafo MN 011)


Perhitungan tegangan setelah pemasangan kapasitor sebesar 1200 kVAr
pada OGF 5 Perawang adalah:
IC =

I GI Kb 211=

P
3 V cos

3877,514
3 20,3 0,9
122,53 Amp

Maka

V GI Kb211

V GI Kb211 = 3 I Z total(GI Kb211)


3 122,53 3,15

668,51 Volt atau 0,67 kV

Sehingga didapat tegangan terima pada trafo


Vr=V GI V GI Kb211
20,3 kV 0,67 kV
19,63 kV

Untuk perhitungan berikutnya dapat kita lihat pada Lampiran 4.2


Kemudian untuk perhitungan daya reaktif dan daya semu setelah
pemasangan kapasitor dengan cos 0,9 seperti yang diinginkan adalah
Perhitungan daya aktif

71

P= 3 V I cos
3 20,3 122,53 0,9
3.877,409 kW

Untuk perhitungan selanjutnya dapat kita lihat pada lampiran 3, tabel 3.2
Perhitungan daya reaktif
cos
sin(1 0,9)
Q= 3 V I
3 20,3 122,53 0,43
1.852,540 kVA
Untuk perhitungan selanjutnya dapat kita lihat pada lampiran, 3 tabel 3.2
Perhitungan daya semu
S= 3 V I
3 20,3 122,53
4.308,23 kVA
Untuk Perhitungan Selanjutnya dapat Kita lihat pada lampiran 3 tabel 3.2

4.9

Analisa Pembahasan Kondisi Eksisting dan Setelah Pemasangan


Kapasitor Bank 1.200 kVAr
Berdasarkan hasil validasi program ETAP 12.6 diperoleh tegangan terima

pada kondisi exisisting sebesar 17,443 kV pada bus 165 (MN 012) dan 17,422 kV
pada bus 180 (MN 005) . Besar total rugi daya aktif sebesar 384 kW, dan total rugi
daya reaktif sebesar 670 kVAr, perbadingan perhitungan manual dengan
menggunakan Microsoft Excel 2007, dapat kita lihat pada lampiran 4 tabel 4.1,
dimana tegangan terima pada kondisi eksisting pada trafo MN 012 sebesar
17,982 kV dan Trafo MN 005 sebesar 17,958 kV. Sedangkan total rugi daya

72

aktif 3 Phasa sebesar 236,062 kW, dan total rugi daya reaktif sebesar 360,414
kVAr
Setelah dilakukan pemasangan kapasitor bank sebanyak 1 Unit yang
berkapasitas 1200 kVAr dengan menggunakan progarm ETAP 12.6, maka diperoleh
tegangan terima pada bus 165 (MN 012) sebesar 18,267 kV dan tegangan terima
pada bus 180 (MN 005) sebesar 18,247 kV sedangkan total rugi daya aktif setelah
pemasangan kapasitor sebesar 313 kW dan total rugi daya rekatif sebesar 537 kVAr.
Hasil perbandingan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dapat kita lihat pada
lampiran 4 Tabel 4.2, tegangan terima pada trafo MN 012 sebesar 18,341 kV, dan
tegangan terima pada MN 005 sebesar 18,322 kV. total daya aktif 3 phasa sebesar
159,94 kW, dan total daya reaktif sebesar 244,16 kVAr
Berdasarkan hasil pembahasan dengan menggunakan program ETAP
12.6 diperoleh penghematan rugi-rugi daya total sebesar :
384 kW 313 kW =71 kW

670 kVAr537 kVAr=133 kVAr


Tabel 4.3 Perbandingan hasil analisa kondisi eksisting dan, setelah
pemasangan kapasitor bank 1200

Penjelasan Tabel:

73

Berdasarkan tabel diatas, Perbandingan tegangan terima antara ETAP


12.6, dan Microsoft Excel 2007. Maka dapat di simpulkan bahwa, tegangan
terima dan rugi daya pada ETAP 12.6 lebih kecil di bandingkan dengan tegangan
terima pada Excel. Hal ini di sebabkan karena Tegangan kirim yang dari Excel
sesuai dengan data dari PLN yaitu 20,3 kV. sedangkan pada ETAP tegangan
kirimnya sebesar 20 kV (tegangan nominal sistem distribusi).
Sedangkan pada rugi daya 3 phasa pada Excel, lebih besar bla di
bnadingkan dengan menggunakan program ETAP 12.6. hal ini di sebabkan karena
beban RST pada ETAP, lebih besar jika di bandingkan dengan micrososft Excel.

74

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa pada BAB IV diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :


1. Pada Kondisi exsisting dengan menggunakan program ETAP 12.6, maka di
peroleh tegangan terima sebesar 17,430 kV pada bus 165 (MN 012) dan
17,412 kV pada bus 178 (MN 024)
2. Dengan menggunakan perhitungan manual tegangan terima pada trafo MN
012 di dapat sebesar 17,982 kV, dan trafo MN 005 sebesar 17,958 kV
3. Setelah dilakukan pemasangan kapasitor sebanyak 1 unit yang berkapasitas
sebesar 1200 kVAr dengan menggunakan program ETAP 12.6 maka, di
peroleh tegangan pada bus 165 (MN 012) sebesar 18,254 kV, pada bus 178
(MN 024) sebesar 18,237 kV
4. Dengan menggunakan perhitungan manual, tegangan terima pada trafo MN
012 di dapat sebesar 18,341 kV, pada trafo MN 005 sebesar 18,323 kV
5. Dan rugi rugi daya setelah dipasang kapasitor bank, dengan menggunakan
program ETAP 12.6 diperoleh 236,6 kW dan 488,4 kVAr
6. Setelah pemangan kapasitor bank dengan menggunakan program ETAP 12.6 :
maka didapat penghematan pada rugi rugi daya total sebesar 56 kW dan
105,6 kVAr

5.2

Saran
Berdasarkan Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa perhitungan,

maka untuk memperbaiki kondisi tegangan di OGF 5 Perawang, di sarankan


untuk memasang kapasitor bank sebanyak 1 buah sebesar 1.200 kVAr pada trafo
MN 011.

DAFTAR REFERENSI

75

Arismunandar Artono, Pradnya Paramita, 1982 Teknik Tenaga Listrik, PT


Pradnya Paramita, Jakarta

Azriyeni, 2009 ST.M.Eng, Diktat Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik,


Universitas Riau, Pekanbaru
Hadi Abdul, , 1994, Sistem Distribusi Tenaga Listrik, Erlangga, Jakarta
Hutauruk, T.S, Prof.Ir.Msc,1983,Transmisi Daya Listrik, Erlangga, Jakarta
IEEE, Transactions on power Aparatus and system, vol. PAS-100, no. 3, pp. 100518, March 1982.
Irinjila Kranti Kiran,2011, Shunt versus Series compensation in the improvement
of Power system performance, Research, hyderabad, Vol 2, no 1, ISSN 0976 4259
Kadir Abdul, 2000, Distribusi Dan Utilitas Tenaga Listrik, Universitas Indonesia,
Jakarta
Nurhalim, 2009, Transformator, Universitas Riau, Pekanbaru
SPLN-64 1985 Nilai Impedansi Kawat Penghantar AAAC, PLN, Jakarta
Tampubolon David, 2014, Optimalisasi penggunaaan kapasitor bank pada
jaringan 20 kV dengan simualsi ETAP (Studi Kasus pada feeder Srikandi di PLN
rayon Pangkal Balai wilayah Sumatera Selatan), Skripsi Universitas Sumatera
Utara, Medan
Tobing Bonggas L, 2003, Peralatan Tegangan Tinggi, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Wijaya Mochtar, 2001, Dasar dasar Mesin Listrik, Djambatan, Jakarta

76

Anda mungkin juga menyukai