Anda di halaman 1dari 51

PENGUKURAN TANGEN DELTA PADA TRANSFORMATOR

DAYA I 60 MVA DI GARDU INDUK 150 KV PAYA PASIR PT.


PLN (PERSERO) UPT MEDAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Menyelesaikan Program S-1

OLEH :
HAGA BASTANTA SEEMBIRING
NIM. 200150091

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2023
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN

Praktek Kerja Lapangan Pada Gardu Induk Paya 150 KV Paya Pasir

PENGUKURAN TANGEN DELTA PADA TRANSFORMATOR


DAYA I 60 MVA DI GARDU INDUK 150 KV PAYA PASIR
PT. PLN(PERSERO) UPT MEDAN

Disusun Oleh :
Nama : Haga Bastanta Sembiring
Nim : 200150091
Program Studi : Teknik Elektro

Menyetujui : Mengetahuii :
TL JARGI Paya Pasir PLH Manager ULTG Paya Pasir

Donald Van Houten Pardede M. Harry Susanto


KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja
praktik dan dapat menyusun laporan pelaksanaan kerja praktik dengan judul
“Pengoperasian Gardu Induk Switching Operation Dan Maintenance Gardu
Induk Di Gardu Induk Paya Pasir”. Laporan ini disusun sebagai hasil akhir kerja
praktik yang dilaksanakan mulai tanggal 14 Agustus 2023 sampai dengan 14
September 2023.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan Program Studi S1 pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Malikussaleh. Melalui kerja praktek ini penulis dapat melihat
langsung dunia pekerjaan yang sebenarnya.
Selama proses pelaksanaan kerja praktik, penulis banyak mendapatkan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada yang telah membantu pelaksanaan dan
penyusunan laporan kerja praktik ini, khususnya kepada :
1. Kedua Orang tua tercinta yang senantiasa mendoakan penulis, memberi
dukungan baik secara moral maupun material;
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Herman Fithra, ST., MT., IPM., ASEAN Eng
selaku Rektor Universitas Malikussaleh;
3. Bapak Dr. Muhammad Daud, ST., M.T selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Malikussaleh;
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Dahlan Abdullah, S.T., M.Kom., IPU., ASEAN Eng
selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Malikussaleh;
5. Ibu Misbahul Jannah, S.T., M.T selaku Ketua Prodi Teknik Elektro
Universitas Malikussaleh
6. Bapak Andik Bintoro, S.T., M.Eng selaku dosen pembimbing kerja
praktik dan selaku dosen pembimbing laporan yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dalam penyusunan laporan ini;
7. Bapak M. Harry Susanto Selaku PLH Manager ULTG Paya Pasir;
8. Bapak Donald Van Houten Pardede selaku Team Leader Gardu Induk
150 KV Paya Pasir;
9. Seluruh team operator, Maintenance, K3 di Gardu Induk 150 KV Paya
Pasir yang telah memberikan ilmu di tempat penulis melaksanakan Kerja
Praktek (KP);
10. Seluruh karyawan di Gardu Induk 150 KV Paya Pasir yang sudah
membantu penulis dalam melaksanakan Kerja Praktek (KP);
11. Kedua Orang tua tercinta yang senantiasa mendoakan penulis, memberi
dukungan baik secara moral maupun material

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Kerja Praktek


ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan, untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan agar pada masa yang
akan datang penulis dapat melakukan perbaikan untuk penulisan ilmiah
lainnya. Akhirnya kepada Allah sajalah penulis menyerahkan segalanya.
Semoga penulisan ini dapat bermanfaat dan penulis ucapkan terima kasih.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Medan, September 2023

Haga Bastanta S
200150091
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan energi listrik saat ini di Indonesia dari tahun ke tahun terus
meningkat. Energi listrik merupakan kebutuhan pokok yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, dimana semua aktivitas manusia berhubungan dengan energi
listrik. Hal ini dapat dilihat dari keputusan Menteri ESDM Nomor
143/K/20/MEM/2019 tentang Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional Tahun
2019 sampai dengan Tahun 2038. Pertumbuhan tersebut banyak terjadi pada
sektor pembangunan industri dan tempat tinggal masyarakat. Sebagian besar
industri sangatlah bergantung pada tenaga listrik sebagai sarana untuk
kelangsungan proses produksi maupun pengoperasiannya, Sehingga di
perlukannya pemeriksaan mau pun pemeliharaan di gardu induk pada komponen
penghantar itu sendiri. Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang
berfungsi untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik dalam kuantitas yang
besar, gardu listrik yang mendapatkan daya dari satuan transmisi atau sub-
transmisi sistem tenaga listrik kemudian menyalurkan tenaga listrik ke daerah
beban (dustri, Kota, Rumah Sakit dan Sebagainya) melalui saluran distribusi
primer.

Salah satu peralatan utama yang terdapat di Gardu Induk adalah


transformator daya. Transformator Daya adalah suatu peralatan tenaga listrik
yang terdapat pada gardu induk, Berfungsi untuk menyalurkan tenaga atau daya
listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah begitu juga sebaliknya. Dalam
operasi penyaluran tenaga listrik transformator dapat dikatakan sebagai jantung
dari transmisi mau pun distribusi. Pada kondisi ini suatu transformator diharapkan
dapat beroperasi secara maksimal (jika bisa di operasikan secara terus menerus
tanpa berhenti). (Alamajibuwono 2010).

Mengingat kinerja kerja keras dari suatu transformator seperti itu, cara
pemeliharaanega dituntut sebaik mungkin. Oleh karena itu tranformator harus
dipelihara dengan menggunakan system dan peralatan yang benar,baik dan tepat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada laporan kerja praktik
ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui dan mempelajari komponen penghantar apa saja di
sekitaran transformator daya pada gardu induk.
b. Komponen – komponen apa saja yang terdapat dalam
transformator daya.

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Pelaksanaan Kerja Praktek ini di laksanakan kurang lebih selama satu


bulan, terhitung mulai tanggal 14 Agustus 2023 s/d 14 September 2023 bertempat
di PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Sumatera Unit
Pelayanan Transmisi Medan yang beralamat Jl. Listrik No. 12 Medan Sumatera
Utara dan Di Tempatkan Di Transmisi Gardu Induk Paya Pasir Telp.
(061)4579900 – 457770 email: upt_medan@p3b-sumatera.co.id

1.4 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktik


Adapun tujuan dari penulisan laporan kerja praktik ini adalah sebagai
berikut, yaitu :
a. Sebagai sarana mahasiswa berlatih dalam mengimplementasikan dan
menerapkan teori yang telah diperoleh dibangku perkuliahan.
b. Melatih mahasiswa untuk disiplin dan bertanggung jawab atas
tugasnya dalam berkerja dilapangan.
c. Sebagai media dalam pembelajaran mahasiswa.
d. Mengembangkan wawasan, pengetahuan dan pengalaman mahasiswa
dalam melakukan pekerjaan dalam bidang kelistrikan.
Adapun manfaat kerja praktik bagi perusahaan/instansi, peserta dan
institusi pendidikan sebagai berikut:

1.4.1 Bagi Perusahaan/Instansi

a. Laporan kerja praktik dapat dijadikan sebagai bahan masukan


ataupun usulan perbaikan seperlunya dalam pemecahan masalah-
masalah yang terdapat di perusahaan.

b. Dapat melihat keadaan perusahaan dari sudut pandang mahasiswa


yang melakukan kerja praktik.

c. Sebagai sumbangan perusahaan dalam memajukan pembangunan


di bidang pendidikan.

1.4.2 Bagi Peserta Kerja Praktik


a. Memperoleh kesempatan berlatih bekerja dilapangan.
b. Dapat membandingkan teori-teori yang diperoleh dibangku
perkuliahan dengan keadaan sebenarnya.
c. Untuk memahami cara melaksanakan penilitian untuk karya
ilmiah
d. Dapat mengetahui secara langsung bagaimana cara pemeliharaan
transformator daya.
e. Dapat mengetahui pengaruh Pemeliharaan transformator daya.
f. Dapat mengumpulkan data dari lapangan guna penyusunan
laporan akhir.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan


a. Sebagai salah satu alat evaluasi terhadap kurikulum yang berlaku.
b. Sebagai masukan guna pengembangan kurikulum yang sesuai
atau sepadan dengan kebutuhan lapangan kerja.
c. Mempererat kerja sama antara akademis dengan instansi
pemerintah maupun perusahaan/industry.
1.5 Metodologi Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam Kerja Praktik yang
dilakukan penulis didalam penyusunan laporan ini yaitu:
1. Penulis melakukan studi literature yang berasal dari e-book, laporan atau
jurnal online penulisan yang pernah dibuat maupun dari media internet
mengenai Pemeliharaan Transformator Daya 60 MVA Pada Gardu Induk
150 KV.
2. Mempelajari buku SOP Pemeliharaan Transformator Daya yang dimiliki
pihak PLN yang dapat memberikan konstribusi bagi masalah yang dapat
menunjang pendapat penulis dalam penyusunan laporan kerja praktek ini
3. Penulis melaksanakan observasi, pengamatan dan wawancara secara
langsung yang didampingi oleh pembimbing lapangan, operator, pengawas
dilapangan dan staf pada Pemeliaharaan Transformator Daya 60 MVA
Pada Gardu Induk 150 kV Paya Pasir PT. PLN (PERSERO) UPT Medan
yang berada didalam Switchyard.
4. Pengumpulan data-data mengenai hasil dari Pemeliaharaan Transformator
Daya 60 MVA Pada Gardu Induk 150 kV Paya Pasir PT. PLN
(PERSERO) UPT Medan.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah singkat Perusahaan


Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi)
tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi).
Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik. Berarti,
gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik. Sebagai sub
sistem dari sistem penyaluran (transmisi), Gardu induk mempunyai peranan
penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem penyaluran
(transmisi) secara keseluruhan.

Gambar 2.1 Gedung Gardu Induk 150 KV Paya Pasir “ Tampak depan”

Gambar 2.2 Switchyard Tragi Paya Pasir


2.2. Fungsi Gardu Induk
Gardu induk berfungsi menerima dan meyalurkan tenaga listri (KVA,
MVA) sesuai dengan kebutuhan tegangan (TET,TT,TM, TR). Daya listrik yang
dikumpulkan di Gardu Induk berasal dari Pusat Pembangkit Listrk ataupun gardu
induk yang berkapasitas daya besar. Fungsi gardu induk tersebut membuat
peranan dan tanggung jawab yang besar terhadap sistem pelayanan listrik kepada
konsumen.

Beberapa fungsi gardu induk antara lain;


1. Mentranfromasikan daya listrik :
 dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 kV/150 kV)
 dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 kV/70kV)
 dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 kV/20 kV, 70/20 kV)
 dengan frekuensi tetap (di Indonesia 50 Hertz)
2. Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari sistem
tenaga listrik
3. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui
tegangan tinggi dan ke gardu distribusi-gardu distribusi, setelah melalui
proses penurunan tegangan melalui penyilang-penyulang (feeder-feeder)
tegangan menengah yang ada di gardu induk
4. Untuk sarana telekomunikasi (internal PLN)
Gardu induk berfungsi menerima dan meyalurkan tenaga listri (KVA,
MVA) sesuai dengan kebutuhan tegangan (TET,TT, TM, TR). Daya lisrik yang
dikumpulkan di Gardu Induk berasal dari Pusat Pembangkit Listrk ataupun gardu
induk yang berkapasitas daya besar. Fungsi gardu induk tersebut membuat
peranan dan tanggung jawab yang besar terhadap sistem pelayanan listrik kepada
konsumen.
Dalam hal ini Gardu Induk Paya Pasir termasuk Gardu yang
mentransformasikan tegangan tinggi ke tegangan menengah (150/20KV)
2.3. Klasifikasi Gardu Induk
Gardu induk dapat di klasifikasikan menurut tegangan dan penempatan
peralatannya dibawah ini di jelaskan klasifikasi gardu induk tersebut:
a. Gardu induk transmisi
Gardu induk yang ada pada PLN adalah tegangan ekstra tinggi 500KV,
tegangan tinggi 150KV, 70KV dan 30KV, yang ada diluar PLN adalah
tegangan ekstra tinggi 275KV (PT.INALUM) di kuala Tanjung Sumatra
Utara dan tegangan tinggi 115KV (PT.CALTEX) di pecan baru. Gardu induk
ini digunakan untuk menaikkan tegangan menjadi tegangan keluaran
transmisi.

b. Gardu induk Distribusi


Menerima tenaga dari gardu induk transmisi dengan menggunakan
tegangannya melalui trafo tenaga menjadi tegangan menengah (20.12.6KV)
untuk kemudian tegangan tersebut diturunkan kembali menjadi
teganganrendah (127/220V). atau (380/220V) sesuai dengan kebutuhan gardu
induk inidigunakan untuk mengubah transminisi menjadi tegangan distrubusi

2.4. Letak Geografis


Gardu Induk 150 KV Paya Pasir Terletak berad di Jl. Titi Pahlawan,
Komplek PLN Paya Pasir, Rengas Pulau, Kec. Medan Marelan, Kota Medan,
Provinsi Sumatera Utara.

Adapun gambar letak geografis PKS Hapesong ditampilkan pada Gambar 2.3 :

Gambar 2.3 Letak Geografis Gardu Induk 150 KV Paya Pasir


2.5. Struktur Organisasi
`Struktur organisasi sangat diperlukan dalam melaksanakan managemen
perusahaan, sebagai gambaran umum jalannya alur wewenang dan tanggung
jawab dan pengedalian perusahaan. Struktur organisasi merupakan kerangka
hubungan organisasi yang didalamnya terdapat tugas, wewenang, dan tanggung
jawab masing - masing yang mempunyai hubungan dalam beberapa kesat yang
tidak dapat dipisahkan.

Berikut dilampirkan struktur organisasi Gardu Induk 150 KV Paya Pasir

Gambar 2.4 struktur organisasi Gardu Induk 150 KV Paya Pasir

2.6 Peralatan – Peralatan Gardu Induk


Adapun peralatan yang terdapat pada Gardu Induk 150 KV Paya Pasir
adalah sebagai berikut:

2.6.1 Busbar atau Rel


Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran
Udara TT, Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan
menyalurkan tenaga listrik / daya listrik.
Busbar yang terdapat di Gardu induk adalah busbar Sistem Ganda

Gambar 2.5 Single diagram gardu induk Busbar ganda

Gambar 2.6 Rel Bubar Gardu Induk !50 KV Paya Pasir

2.6.2 Lightning Arrester (LA)


Lightning arrester berfungsi untuk mengamankan instalasi (peralatan-
peralatan) listrik yang terpasang) dari gangguan tegangan lebih dari sambaran
petir

Yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian adalah:

Counter (penghitung) jumlah operasi dari lightning arrester tersebut dicatat dan
dilaporkan bila ada pertambahan.
Jenis-jenis Lightning Arrester
1. Type expulsion:
Terdiri dari dua elektroda dan satu fibre tube. Tabung fibre menghasilkan
gas saat terjadi busur api dan menghembuskan busur api kearah bawah. Setelah
busur hilang maka arrester bersifat isolator kembali.

2. Type Valve:
Bila tegangan surja petir menyambar jaringan dan dimana terdapat arrester
terpasang maka seri gap akan mengalami kegagalan mengakibatkan terjadi arus
yang besar melalui tahanan kran yang saat itu mempunyai nilai kecil. Bila
tegangan telah normal kembali maka tahanan kran mempunyai nilai besar
sehingga busur api akan padam pada saat tegangan susulan sama dengan nol.

Gambar 2.7 Lightning Arrester type expulsion

Gambar 2.8 Lightning Arrester type valve


2.6.3 Line Trap

Fungsi Line Trap adalah suatu alat yang digunakan untuk menahan
frekwensi yang akan disalurkan ke PLC (power line carrier) sebagai alat
komnikasi supaya tidak masuk ke busbar.

Gambar 2.9 Line Trap

2.6.4 Pemisah (PMS)


Jenis-jenis PMS (PEMISAH):

1. Pemisah tanah.
Saklar pemisah tanah berfungsi untuk mengamankan peralatan dari
tegangan sisa yang timbul dari sebuah jaringan tegangan tinggi yang telah
diputuskan, dapat juga untuk mengamankan dari tegangan induksi yang berasal
dari kabel pengahantar atau kabel kabel yang lainnya. Hal ini perlu dilakukan
untuk keamanan bagi orang prang yang akan berkerja pada peralatan instalasi.
Gambar 2.10 Pemisah Tanah

2. Pemisah peralatan.
Saklar pemisah peralatan ini berfungsi untuk mengisolasikan atau
melindungi peralatan listrik dari peralatan-peralatan lainnya pada suatu instalasi
bertegangan tinggi. Saklar pemisah ini harus dioperasikan saat kondisi tanpa
beban. Jadi harus diperhatikan bahwa pada waktu pelepasan sedang tidak ada
arus yang mengalir pada peralatan.

Gambar 2.11 Pemisah Peralatan


Prinsip Kerja Pemisah (PMS).

Pada dasarnya prinsip PMS ini sama dengan prinsip saklar biasa. Pada
dasarnya PMS dipakai untuk membebaskan PMT dari tegangan yang mengalir
pada PMT tersebut. Agar dapat dilakukan perawatan atau perbaikan pada PMT
tersebut, maka PMS harus dibuka agar pada PMT tersebut tidak terdapat tegangan
dan PMT aman bagi teknisi yang akan melakukan perawatan.

Pada PMS terdapat mekanisme interlocking yang berfungsi untuk


mengamankan pembukaan dan penutupan PMS. Mekanisme interlocking tersebut
adalah:
 PMS tidak dapat ditutup ketika PMT dalam posisi tertutup.
 Saklar pembumian (Earthing Switch) dapat di tutup hanya pada saat PMS
dalam keadaan terbuka
 PMS dapat di tutup ketika PMT dan Saklar pembumian terbuka.
 PMT dapat ditutup hanya ketika PMS dalam kondisi telah terbuka atau telah
tertutup.

2.6.5 Transformator
Jenis Jenis Transformator :

1. Trafo Step-Up
Transformator step-up adalah transformator yang memiliki hitan sekunder
lebih banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik
tegangan. Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik
sebagai penaik tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi
yang digunakan dalam transmisi jarak jauh.
Gambar 2.12 Trafo Step Up

2. Trafo Step-Down
Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada
lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator
jenis ini sangat mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC – DC.

Gambar 2.13 Trafo Step Down


3. Autotransformator.
Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang berlanjut secara
listrik, dengan sadapan tengah. Dalam transformator ini, sebagian lilitan
primer juga merupakan lilitan sekunder. Fasa arus dalam lilitan sekunder
selalu berlawanan dengan arus primer, sehingga untuk tarif daya yang sama
lilitan sekunder bisa dibuat dengan kawat yang lebih tipis dibandingkan
transformator biasa. Keuntungan dari autotransformator adalah ukuran
fisiknya yang kecil dan kerugian yang lebih rendah daripada jenis dua
lilitan. Tetapi transformator jenis- ini tidak dapat memberikan isolasi secara
listrik antara lilitan primer dengan lilitan sekunder. Selain itu,
autotransformator tidak dapat digunakan sebagai penaik tegangan lebih dari
beberapa kali lipat (biasanya tidak lebih dari 1,5 kali).

Gambar 2. 14 Autotransformator

4. Autotransformator variable.
Autotransformator variabel sebenarnya adalah autotransformator biasa yang
sadapan tengahnya bisa diubah-ubah, memberikan perbandingan lilitan
primer- sekunder yang berubah-ubah.
Gambar 2. 15 Autotransformator Variabel

5. Transformator isolasi.
Transformator isolasi memiliki lilitan sekunder yang berjumlah sama
dengan lilitan primer, sehingga tegangan sekunder sama dengan tegangan
primer. Tetapi pada beberapa desain, gulungan sekunder dibuat sedikit lebih
banyak untuk mengkompensasi kerugian. Transformator seperti ini
berfungsi sebagai isolasi antara dua kalang. Untuk penerapan audio,
transformator jenis ini telah banyak digantikan oleh kopling kapasitor.

Gambar 2.16 Transformator Isolasi

6. Transformator Tiga phasa


Transformator tiga Phasa sebenarnya adalah tiga transformator yang
dihubungkan secara khusus satu sama lain. Lilitan primer biasanya
dihubungkan secara bintang (Y) dan lilitan sekunder dihubungkan secara
delta.

Gambar 2.17 Transformator Tiga Phasa


2.6.6 Current Transformer (CT)
Current Transformer berfungsi untuk menurunkan arus yang besar pada
tegangan tinggi menjadi arus yang lebh kecil dan atau pada tegangan yang lebih
rendah untuk keperluan pengukuran dan pengamanan (Proteksi).

Jenis-jenis Current Transformer:

1. Trafo Arus Berdasarkan Jenis Isolasinya.


Trafo Arus Berdasarkan jenis Isolasinya, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
 Trafo arus kering biasanya digunakan pada tegangan rendah, umumnya
digunakan pada pasangan dalam ruangan (indoor).

 Trafo arus Cast Resin, trafo arus ini biasanya digunakan pada tegangan
menengah, umumnya digunakan pada pasangan dalam ruangan (indoor),
misalnya trafo arus tipe cincin yang digunakan pada kubikel penyulang 20
KV.

 Trafo arus isolasi minyak, trafo arus isolasi minyak banyak digunakan
pada pengukuran arus tegangan tinggi, umumnya digunakan pada
pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe bushing yang
digunakan pada pengukuran arus penghantar tegangan 70 kV dan 150 kV.

 Trafo arus isolasi SF6 / Compound Trafo arus ini banyak digunakan pada
pengukuran anus tegangan tinggi. umumnya digunakan pada pasangan di
luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe top-core. Trafo Arus ini
juga banyak ditemui di GIS (Gas Insulation Substation).

2. Trafo Arus Berdasarkan Konstruksi Belitan Primer dan Jenis Inti. Trafo Arus
Jika kita Kategorikan Berdasarkan Konstruksi Belitan Primernya. Ada 2
Jenis:
 Sisi primer batang (bar primary).
Trafo Arus dengan Jenis ini memiliki bentuk batang pejal pada sisi
primernya.
Trafo Arus dengan Jenis ini terlihat lebih simpel. Seperti Trafo Arus cincin
yang diberi tambahan isolator Support .

 Sisi Primer lilitan (wound primary).


Trafo Arus dengan jenis ini memiliki bentuk lilitan / winding pada sisi
primernya. Biasanya Trafo arus jenis ini lilitan primemya ada di bawah
struktur isolator keramiknya.

Gambar 2.18 Current Transformator

2.6.7 Potensial Transformator.


Potensial Transformer berfungsi menurunkan tegangan yang lebih tinggi
ke tegangan rendah untuk keperluan alat-alat ukur (pengukuran) dan alat-alat
pengamanan proteksi Yang perlu diperhatikan dalam keadaan beroperasi adalah
segera lapor kepada regu pemeliharaan ka GI bila tidak dapat menunjukkan
tegangan pada kilovolt meter.
Gambar 2.19 Potensial Transformator

2.6.8 Pemutus Daya (PMT)

Jenis-jenis PMT berdasarkan media insulator dan material dielektriknya:

 Sakelar PMT Minyak.


Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 10 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 500 kV. Pada saat kontak dipisahkan, busur api
akan terjadi didalam minyak, sehingga minyak menguap dan menimbulkan
gelembung gas yang menyelubungi busur api, karena panas yang ditimbulkan
busur api, minyak mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen
yang bersifat menghambat produksi pasangan ion Oleh karena itu, pemadaman
busur api tergantung pada pemanjangan dan pendinginan busar api dan juga
tergantung pada jenis gas hasil dekomposisi minyak.

 Pemadaman busur api pada pemutus daya udara hembus


Kontak pemutus ditempatkan didalam isolator, dan juga katup hembusan
udara. Pada sakelar PMT kapasitas kecil, isolator ini merupakan satu kesatuan
dengan PMT, tetapi untuk kapasitas besar tidak demikian halnya

 Sakelar PMT vakuum (acuum Circuit Breaker). Sakelar PMT ini dapat
digunakan untuk memutus rangkaian bertegangan sampal 38 KV. Pada PMT
vakum, kontak ditempatkan pada suatu bilik vakum, Untuk mencegah udara
masuk kedalam bilik, maka bilik ini harus ditimp rapat dan kontak bergeraknya
diikut ketat dengan perapat logam.

 Sakelar PMT Gas SF6 (SF6 Circuit Breaker).


Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 765 kV. Media gas yang digunakan pada tipe ini
adalah gas SF6 (Sulphur hexafluoride). Sifat gas SF6 mumi adalah tidak
berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu
diatas 150 C, gas SF6 mempunyai sifat tidak merusak metal, plastic dan
bermacam bahan yang umumnya digunakan dalam pemutus tenaga tegangan
tinggi.
Sebagai isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi
(2.35 kali udara) dan kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan
tekanan. Sifat lain dari gas SF6 ialah mampu mengembalikan kekuatan
dielektrik dengan cepat, tidak terjadi karbon selama terjadi busur api dan tidak
menimbulkan bunyi pada saat pemutus tenaga menutup atau membuka. Selama
pengisian, gas SF6 akan menjadi dingin jika keluar dari tangki penyimpanan
dan akan panas kembali jika dipompakan untuk pengisian kedalam
bagian/ruang pemutus tenaga. Oleh karena itu gas SF6 perlu diadakan
pengaturan tekanannya beberapa jam setelah pengisian, pada saat gas SH6
pada suhu lingkungan.
PMT berfungsi memutuskan hubungan tenaga listrik dalam keadaan berbeban
dan proses ini harus dilakukan dengan cepat.
Gambar 2.20 Pemutus Daya (PMT)

2.6.9 Isolator
Isolator pada umumnya terbuat dari porselin atau kaca dan berfungsi
sebagai isolator tegangan tinggi antara peralatan yang bertegangan dengan
peralatan yang tidak bertegangan

Macam-macam isolator yang dipergunakan pada peralatan-peralatan yang


bertegangan tinggi di gardu induk.

1. Isolator piring penegang.


2. Isolator piring gantung.
3. Isolator tonggak saluran vertical
4. Isolator tonggak saluran horizontal

Isolator biasanya dilengkapi dengan alat bantu penting lainnya.


1. Tanduk busur api (arching Horn) yang berfungsi untuk melindungi isolator
pada saat flash over
2. Cincin perisai (grading Ring) berfungsi meratakan distribusi medan listrik
dadn distribusi yang terjadi pada isolator
Gambar 2.21 Isolator

2.6.9 Trafo Daya


Trafo daya berfungsi menyalurkan daya tenaga dari tegangan tinggi ke
tegangan rendah dan sebaliknya.

Jenis-jenis Trafo daya:

1. Trafo Distribusi
Trafo Distribusi adalah merupakan suatu komponen yang sangat penting
dalam penyaluran tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen.
Kerusakan pada Trafo Distribusi menyebabkan kontiniutas pelayanan
terhadap konsumen akan terganggu (terjadi pemutusan aliran listrik atau
pemadaman). Pemadaman merupakan suatu kerugian yang menyebabkan
biaya-biaya pembangkitan akan meningkat tergantung harga KWH yang
tidak terjual. Pemilihan rating Trafo Distribusi yang tidak sesual dengan
kebutuhan beban akan menyebabkan efisiensi menjadi kecil, begitu juga
penempatan lokasi Trafo Distribusi yang tidak cocok mempengaruhi drop
tegangan ujung pada konsumen atau jatuhnya turunnya tegangan ujung
saluran/konsumen.

Transformator atau trafo adalah komponen elektromagnet yang dapat


merubah tegangan tinggi ke rendah atau schaliknya dalam frekuensi sama
Trafo merupakan jantung dari distribusi dan transmisi yang diharapkan
beroperasi maksimal (kerja terus menerus tanpa henti). Agar dapat berfungsi
dengan baik, miakan trafo harus dipelihara dan dirawat dengan baik
menggamakan sistem dan peralatan yang tepat. Tralo dapat dibedakan
berdasarkan tenaganya, trafo 300/150 LV dan 150/70 KV biasa disebut trafo
Interbus Transformator (IBT) dan trafo 150/20 kV dan 70/20 kV disebut
trafo. distribusi. Trafo pada umumnya ditanahkan pada titik netral sesuai
dengan kebutuhan untuk sistem pengamanan atau proteksi. Sebagai contoh
trafo 150/20 kV ditanahkan secara langsung di sisi netral 150 kV dan trafo
70/20 kV ditanahkan dengan tahanan rendah atau tahanan tinggi atau
langsung di sisi netral 20 kV.

yang perlu diperhatikan dalam keadaan operasi adalah :

a. Batasan-batasan arus beban


b. System pendinginan (fan atau pompa sirkulasi)
c. Kebocoran minyak, level minyak, aliran minyak
d. Temperatur minyak dan belitan
e. Bushing tidak ada yang retak/ bocor
f. Panel-panel alaram dan proteksi pada saat beroperasi

Gambar 2.22 Trafo Daya (Distribusi)


2.6.10 Relay

Berdasarkan besaran ukur dan prinsip kerja, rele proteksi dapat dibedakan sebagai
berikut

a. Rele Arus Lebih (Over Current Relay). Adalah suatu rangkaian peralatan rele
pengaman yang memberikan respon terhadap kenaikan arus yang melebihi
harga arus yang telah ditentukan pada rangkaian yang diamankan.
Keuntungan dari penggunaan proteksi rele arus lebih ini antara lain
 Sederhana dan murah
 Mudah penyetelannya
 Dapat berfungsi sebagai pengaman utama dan cadangan
 Mengamankan gangguan hubung singkat antar fasa, satu fasa ke tanah,
dan dalam beberapa hal digunakan untuk proteksi beban lebih (overload).

b. Rele Tegangan Kurang (Under Voltage relay). Adalah rele yang bekerja
dengan menggunakan tegangan sebagai besaran ukur Rele akan bekerja jika
mendeteksi adanya penurunan tegangan melampaui batas yang telah
ditetapkan..Untuk waktu yang relatif lama tegangan turun adalah lebih kecil
dari 5% dari tegangan nominal dan dalam jangka waktu jam beberapa
peralatan yang beroperasi dengan tegangan di bawah 10 % akan mengalami
penurunan efisiensi.

c. Rele jarak (Distance Relay)


Adalah rele yang bekerja dengan mengukur tegangan pada titik rele dan arus
gangguan yang terlihat dari rele, dengan membagi besaran tegangan dan arus,
maka impedansi sampai titik terjadinya gangguan dapat di tentukan.

d. Rele Arah (Directional Relay)


Adalah rele pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan tegangan
yang dapat membedakan arah arus gangguan ke depan atau arah arus ke
belakang Rele ini merupakan pengaman cadangan dan bila bekerja akan
mengerjakan perintah trip.
Terdiri dari panel instrument dan panel operasi, pada panel instrument
terpasang alat-alat ukur dan indicator. Panel operasi terpasang saklar operasi
dari PMT dan PMS serta lampu-lampu indicator.

e. Rele Hubung Tanah (GFR)


Rele hubung tanah berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat
adanya gangguan hubung singkat fasa ke tanah.
f. Rele Arus Hubung Tanah Terbatas (REF)
Adalah rele yang bekerja mengamankan transformator bila ada gangguan satu
fasa ketanah di dekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh rele
differensial.

g. Rele Diferensial (Differential Relay) Adalah rele yang bekerja berdasarkan


Hukaim Kirchof, dimana arus yang masuk pada suatu titik sama dengan arus
yang keluar dari titik tersebut. Yang dimaksud titik pada proteksi diferensial
ialah daerah pengamanan, dalam hal ini dibatasi oleh 2 buah trafo arus

Gambar 2.23 Relay Proteksi

2.6.11 Baterai

Batterai adalah suatu alat yang menghasilkan energy listrik dengan proses
kimia. Batrai dapat berupa susunan beberapa sel atau satu sel saja. Tiap sel baerai
terdiri dari elektroda positif (anoda), elektroda negative (katoda) dan larutan
elektrolit. Jenis elektroda dan larutan elektrolit yang digunakan dalam baterai
berbeda-beda tergantung spesifikasi dari pabrikan yang memproduksi baterai
tersebut. Bacrai digunakan untuk menghasilkan arus searah atau DC. Pada gardu
induk dan pusat pembangkit batterai berfungsi untuk:
 Sumber tenaga untuk untuk alat control, pengwassan dan tanda-tanda
(Signalling and Alarm)
 Sumber tenaga untuk motor-motor PMT, PMS Tap Changer Trafo tenaga
dan sebagainya.
 Sumber tenaga untuk penerangan darurat.
 Sumber tenaga untuk relay proteksi
 Sumber tenaga untuk peralatan komunikasi

Gambar 2.24 DC Supply gardu induk Paya Pasir

Untuk kebutuhan operasi relay dan control di Gardu Induk terdapat dua
system catu daya pasokan arus searah yaitu DC 110 V, sedangkan untuk
kebutuhan scadatel menggunakan system catu daya DC 48 V. Catu daya
bersumber dari rectifier dan baterai terpasang pada instalasi secara parallel dengan
beban, sehingga dalam operasionalnya disebut system floating.

Yang perlu diperhatikan dalam keadaan operasi adalah:

a. Kebersihan haterai
b. Arus dan tegangan charger
c. Level air baterai, exchiuse fan
d. Peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan baterai
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Tangen Delta


Pengertian Tan Delta atau dissipasitor factor merupakan cara atau metode
untuk mengukur kerugian daya ( power loss ) dalam sistem tenaga listrik.Ini
merupakan para meter penting dalam analisa keandalan sistem distribusi daya

3.1.1 Pengertian Pengkuran Tangen Delta


Pengukuran Tangen Delta ( Tan Delta ) adalah metode yang dgunakan
untuk mengukur tinggkat kerugian daya ( losses ) dalam isolasi dielektrik suatu
perangkat atau sistem listrik,seperti transformator atau kabel.Tan delta
mengukur sejauh mana isolasi tersebut dapat mempertahankan daya listriknya
tanpa terlalu banyak mereduksi daya tersebut melalui kerugian termal atau arus
bocor.

3.1.2 Masalah Dalam Pengujian Tangen Delta


Pengujian tangen delta dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkunga,kontaminasi
minyak atau partikel di dalam isolasi,keausan elektroda,gangguan
frekuensi,ketidakstabilan sumber daya,kealahan pengukuran.

3.1.3 Solusi Penanganan Permasalahan Pengujian Tangen Delta


 Pemeliharaan peralatan secara rutin
 Kontrol lingkungan seperti memonitor suhu,kelembapan,dan fator
lainnyya
 Pembersihan isolasi yang ingin di uji agar terbebas dari kontaminasi
seperti minyak atau partikel lainya.
 Perencanaan dan analisis data dilakukan secara cermat sebelum pengujian
 Pelatihan personil yang akan melakukan pengujian
 Penggunaan elektroda yang tepat dengan memastikan elektroda dalam
kondisi yang baik
3.1.3 Prosedur Pengujian Tangen Delta
Dalam melakukan suatu pengujian harus memahami prosedur yang
berlaku sesuai standar yang ada maupun prosedur yang digunakan oleh
perusahaan, berikut prosedur pengujian tahanan isolasi yang digunakan oleh PT.
Indonesia Power UP Mrica :
 Persiapakan material dan alat yang digunakan
 Koordinasikan ke pihak operator
 Lepas PMT 150 kV sisi trafo T14
 Lepas fuse 150 kV sisi LV T14
 Lepas PMT 150 kV sisi trafo T15
 Lepas PMT 150 kV sisi LV T15
 Pastikan sudah tidak ada tegangan di trafo
 Lepas koneksi bushing sisi 11 KV dan 380 Volt
 Pengukuran tahanan isolasi primer dan sekunder sebelum dibersihkan
 Bersihkan isolator sisi primer, sekunder, titik bintang, body trafo, dan
konservator.
 Pengukuran tahanan isolasi primer dan sekunder sesudah dibersihkan
 Pemasangan sambungan bushing kembali sisi 11 KV dan 380 Volt
 Final Check

3.1.4 Skema Pengujian Tangen Delta

Gambar 3. 1 Pemgukuran Transformator Daya


3.2 Transormator Daya
Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk
menyalurkan daya/tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya. Transformator menggunakan prinsip hukum induksi Faraday dan
Hukum Lorentz dalam menyalurkan daya, dimana arus bolak balik yang mengalir
mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah menjadi magnet. Dan
apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka pada kedua ujung
belitan tersebut akan terjadi beda potensial.

Prinsip kerja dari tansformator adalah dengan prinsip elektromagnetik.


Pada saat kumparan primer dihubungkan dengan sumber AC, ams listrik pada
kumparan primer akan menimbulkan perubahan medan magnet. Medanmagnet
yang telah berubah akan diperkuat oleh adanya inti best. Inti besi yang fungsinya
untuk mempermudah jalannya fluksi yang ditimbulkan oleh ams listrik yang
melalui kumparan, sehingga fluksi yang ditimbulkan akan mengalir kekumparan
sekunder, sehingga pada ujung kumparan sekunder akan timbul GGL induksi.
Efek ini sering disebut dengan induksi timbal balik pada saat rangkaian sekunder
ditutup. Bila efisiensi sempurna (100%), seluruh daya listrik pada lilitan primer
akan dialirkan kepada lilitan sekunder.

Bagian utama transformator adalah dua kumparan yang keduanya di lilit


pada sebuah inti besi. Kedua kumparan tersebut memiliki kumparan yang
berbeda. Kumparan yang dihubungkan dengan sumber tegangan AC disebut
kumparan primer dan kumparan yang lain disebut kumparansekunder.

Jika kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan AC, inti besi
akan menjadi elektromagnet. Karena arus yang mengalir tersebut adalah arus AC
garis-garis gaya elektromagnet selalu berubah-ubah. Perubahan garis gaya itu
menimbulkan GGL induksipada kumparan sekunder. hal itu menyebabkan pada
kumparan sekunder mengalir ams AC (ams induksi).

Gambar 3.1 Transformator Daya

3.2.1 Fungsi Transformator


Berdasarkan fungsinya, transformator tenaga dapat dibedakan menjadi:
a. Transformator pembangkit
b. Transformator gardu induk / penyaluran
c. Transformator distribusi
Sedangkan transformator tenaga berdasarkan fungsi penyaluran dapat dibedakan
menjadi:
a. Transformator besar
b. Transformator sedang
c. Transformator kecil

3.2.2 Jenis Transformator


a. Transformator Step Up
b. Transformator Step Down
3.2.3 Bagian – Bagian Transformator
Transformator daya memiliki beberapa komponen penting untuk dapat
beroperasi, antara lain sebagai berikut:
a. Inti besi
b. Current carring circuit (belitan)
c. Bushing
d. Pendingin
e. Tangki konservator
f. Dielektrik minyak isolasi transformator
g. Kertas isolasi transformator
h. Tap changer
i. NGR (Neutral Grounding Resistant)

3.2.4 Peralatan Proteksi


a. Relai Bucholz
b. Relai Pengaman Tegangan Lebih Relai Tegangan
c. Lebih (Sudden Pressure Relay
d. Relai Diffrensial
e. Relai Arus Lebih
f. Relai Tangki Tanah
g. Relai Hubung Tanah
h. Relai Thermis
Karakterisrik yang harus diperhatikan pada minyak trafo
Minyak isolasi harus memiliki beberapa karakteristik tertentu agar dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Karakteristik ini harus terus dipantau dan
diperhatikan secara terus – menerus. Karakteristik tersebut antara lain:
1. Kejernihan penampilan (Appearcance): Warna minyak yang baik adalah
warna yang bersih dan jernih, seperti air murni. Selama transformator di
operasikan, minyak isolator akan melarutkan suspense / endapan (sludge).
Semakin banyak endapan yang terlarut, maka warna minyak akan semakin gelap.

2. Viskositas kinematik (kinematik Viscosity): merupakan tahanan dari


cairan untuk mengalir kontinu dan merata tanpa adanya gesekan dan gaya – gaya
lain. Sebagai media pendingin, nilai viskositas memegang peranan penting dalam
pendinginan, sebagai factor penting dalam aliran konveksi untuk memindahkan
panas. Makin rendah viskositas, semakin bagus pula konduktivitas thermalnya
sehingga makin bagus kualitas dari minyak trafo tersebut.
3. Massa jenis (Density): merupakan perbandingan massa suatu volume
cairan pada temperature yang sama. Massa jenis minyak trafo harus lebih rendah
dari pada air.
4. Titik nyala (Flash Point): titik nyala menunjukkan bahwa minyak trafo
dapat dipanaskan sampai temperatur tertentu sebelum uap timbul menjadi api
yang berbahaya. Makin tinggi titik nyala semakin baik.
5. Titik tuang (Pour Point): merupakan temperatur terendah saat minyak
masih akan terus mengalir saat didinginkan pada temperatur dibawah temperatur
normal. Minyak isolasi diharapkan memiliki titik tuang yang serendah mungkin.
6. Angka Kenetralan (Neutralization Number): merupakan angka yang
menunjukkan penyusun asam minyak isolator dan dapat mendeteksi
kontaminasi minyak, menunjukkan kecenderungan perubahan kimia,
cacat atau perubahan kimia dalam bahan tambahan (additive). Angka
kenetralanmerupakan petunjuk umum menetukan apakah minyak sudah harus
diganti atau harus diolah.
7. Stabilitasan / kemantapan Oksidasi (Oxydation Stability): proses oksidasi
memyebabkan bertambahnya kecenderungan minyak untuk membentuk asam dan
kotoran zat padat yang nantinya akan membentuk endapan (sludge). Asam
menyebabkan korosi pada logam dalam peralatan transformator, sedangkan
kotoran zat padat menyebabkan transfer panas menjadi terganggu. Minyak
isolator diharapkan memiliki stabilitas oksidasi yang tinggi dan kemampuan
pelarutan yang rendah sehingga meminimalisir presentase terjadinya oksidasi.
8. Kandungan Air: Adanya air dalam minyak isolator akan menurunkan
tegangan tembus dan tahanan jenis minyak isolator, serta memacu munculnya Hot
spot sehingga nantinya akan mempercepat kerusakan isolator kertas (ketas dan
kayu). Segabai tambahan, pemanasan yang berlebihan pada transformator akan
menyebabkan isolasi kertas pada belitan akan membusuk dan menurunkan umur
isolator. Membusuknya isolasi kertas juga akan jumlah kandungan air.
9. Tegangan Tembus (Breakdown Voltage): Tegangan tembus menunjukkan
kemampuan untuk menahan electric stress (volt). Kandungan air bebas dan
partikel – partikel konsuktif dapat menaikkan tingkat electric stress dan
menurunkan nilai tegangan tembus. Minyak isolator diharapkan memiliki nilai
tegangan tembus yang tinggi.
10. Factor Kebocoran Dielektrik (Dielectric Dissipation Factor): merupakan
ukuran dari dielectric losses minyak. Tingginya nilai DDF menunjukkan adanya
kontaminasi atau hasil kerusakan misalnya air, hasil oksidasi, logam alkali, koloid
bermuatan, dan sebagainya. Dielectric Dissipation Factor berhubungan langsung
dengan tahanan jenis, sehingga tingginya nilai Dielectric Dissipation Factor secara
langsung menunjukkan rendahnya tahanan jenis minyak.
11. Tahanan Jenis (Resistivity): tahanan jenis yang rendah menunjukkan
adanya pengotor yang bersifat konduktif. Suatu cairan daapt digolongkan sebagai
isolator cair bila tahanan jenisnya lebih besar dari 109 W-m.
3.2.5 Komponen Transformator
Komponen transformator terdiri dari dua bagian, yaitu peralatan utama
dan
peralatan bantu. Peralatan transformator terdiri dari:

a. Kumparan Trafo
Kumparan trafo terdiri dari beberapa lilitan kawat tembaga yang dilapisi
dengan bahan isolasi (karton, pertinax, dll) untuk mengisolasi baik terhadap
inti besi maupun kumparan lain.. Untuk trafo dengan daya besar lilitan
dimasukkan dalam minyak trafo sebagai media pendingin. Banyaknya lilitan
akan menentukan besar tegangan dan arus yang ada pada sisi
sekunder.Kadang kala transformator memiliki kumparan tertier.

Kumparan tertier diperlukan untuk memperoleh tegangan tertier atau


untuk kebutuhan lain. Untuk kedua keperluan tersebut, kumparan tertier
selalu dihubungkan delta. Kumparan tertier sering juga untuk dipergunakan
penyambungan peralatan bantu seperti kondensator synchrone, kapasitor
shunt dan reactor shunt.

b. Inti besi
Dibuat dari lempengan lempengan feromagnetik tipis yang berguna
untuk mempermudah jalan fluksi yang ditimbulkan oleh arus listrik yang
melalui

kumparan. Inti besi ini juga diberi isolasi untuk mengurangi panas (sebagai
rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh arus eddy "Eddy Current"

Gambar 3.2 Inti Besi


c. Minyak trafo
Berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi. Minyak trafo
mempunyai sifat media pemindah panas (disirkulasi) dan mempunyai daya
tegangan tembus tinggi. Pada power transformator, terutama yang
berkapasitas besar, kumparan-kumparan dan inti besi transformator
direndam dalam minyak-trafo. Syarat suatu cairan bisa dijadikan sebagai
minyak trafoadalah sebagai berikut:

1. Ketahanan isolasi harus tinggi (10kV/mm).


2. Berat jenis harus kecil, sehingga partikel-partikel inert di dalam minyak
dapat mengendap dengan cepat.
3. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan
pendinginan menjadi lebih baik.
4. Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat
membahayakan.
5. Tidak merusak bahan isolasi padat.
6. Sifat kimia yang stabil.

d. Bushing
Sebuah konduktor (porselin) yang menghubungkan kumparan transformator
dengan jaringan luar. Bushing diselubungi dengan suatu isolator dan berfungsi
sebagai konduktor tersebut dengan tangka transformator. Selain itu juga
bushing juga berfungsi sebagai pengaman hubung singkat antara kawat yang
bertegangan dengan tangki trafo.

e. Tangki dan konservator


Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam minyak trafo
ditempatkan di dalam tangki baja. Tangki trafo-trafo distribusi umumnya
dilengkapi dengan sirip- sirip pendingin (cooling fin) yang berfungsi
memperluas permukaan dinding tangki, sehingga penyaluran panas minyak
pada saat konveksi menjadi semakin baik dan efektif untuk menampung
pemusian minyak trafo, tangki dilengkapi dengan konservator.

f. Pendingin
Pada inti besi dalam kumparan - kumparan akan timbul panas akibat rugi
besi dan rugi tembaga. Apabila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu
yang berlebihan, akan merusak isolasi di dalam trafo. Untuk mengurangi
kenaikan suhu transformator yang berlebihan, maka perlu dilengkapi dengan
alat pendingin/sistem pendingin untuk menyalurkan panas keluar transformator.
Media yang dipakai pada pendingin dapat berupa :
 Udara/gas
 Minyak
 Air

g. Tap Changer (Perubah Tap)


Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk
mendapatkan tegangan operasi sekunder yang diinginkan dari jaringan tegangan
primer yang berubah-ubah. Tap changer yang bisa beroperasi untuk
memindahkan tap transformator dalam keadaan transformator tidak berbeban
disebut Off Load Tap Changer dan hanya dapat dioperasikan secara manual.
Tap changer yang dapat beroperasi untuk memindahkan tap transformator
dalam keadaan berbeban disebut On Load Tap Changer dan dapat dioperasikan
secara manual maupun otomatis.

h. Alat Pernafasan (Dehydrating Breather)


Akibat pernafasan transformator tersebut maka permukaan minyak
akanselalu bersinggungan dengan udara luar Udara luar yang lembab akan
menurunkan nilai tegangan tembus minyak transformator, maka untuk me
ncegah hal tersebut pada ujung pipa penghubung udara luar harus di lengkapi
dengan alat pernafasan berupa tabung berisi kristal zat hygroskopis.

i. Indikator
Untuk mengawasi selamatransformator beroperasi, maka perlu adanya
indikator pada transformator sebagai berikut:
 Indikator suhu minyak
 Indikator permukaan minyak
 Indikator suhu winding
 Indikator kedudukan tap

Gambar 3.3 Indicator Transfotmator daya

Transformator dapat dibagi menurut fungsi/pemakaian seperti:

 Transformator Mesin (Pembangkit) Transformator Mesin (Pembangkit)


adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan
tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya. Dalam operasi penyaluran tenaga listrik transformator dapat
dikatakan sebagai jantung dari transmisi dan distribusi. Dalam kondisi ini
saatu transformator diharapkan dapat beroperasi secara maksimal (kalau
bisa terus menerus tanpa berbenti). Mengingat kerja keras dari suatu
transformator seperti ina maka cara pemeliharaan juga dituntut sebaik
mungkin. Oleh karena Ita transformator harus dipelihara dengan
menggunakan sistem dan peralatan yang benar, baik dan tepat. Untuk itu
regu pemeliharaan barus mengetahui bagian-bagian transformator dan
bagian bagian mana yang perlu diawasi melebihi bagian yang minya,

 Transformator Gardu Induk


Gardu Induk merupakan suh sistem dari sistem penyaluran (transmisi)
Semaga listrik, amat merupakan sani Resatuan dari sem penyalarn
Oransmisi), Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dan sistem
tenaga listrik.

Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk


mempunyai peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat
dipisahkan dari sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.
 NGR (Neutral Grounding Resistance)
NGR adalah sebuah tahanan yang dipasang serial dengan neutral sekunder
pada transformator sebelum terhubung ke ground tanah. Tujuan di pasangnya
NGR sebagai untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir dari
sisi neutral ke tanah. Selama kondisi normal metode pentanahan titik netral
tidak berpengaruh, akan tetapi jika ganguan khususnya pada 1 fasa ke tanah
maka sistem pentanahan netral ini menjadi penting untuk dipertimbangkan.
Adapun tujuan dari sistem pentanahan ini adalah:
a. Membatasi arus gangguan 1 fasa ke tanah
b. Membatasi tegangan pada fasa yang tidak terganggu
c. Membantu pemadam busur api

Gambar 3.4 Neutral Grounding Resistance

 Kubikel Incoming 20 kV
Kubikel Incoming merupakan salah satu peralatan atau perlengkapan listrik
yang dapat berfungsi sebagai penghubung dari sisi sekunder trafo daya ke busbar
20 kv. Tegangan 20 kV dari sisi sekunder trafo masuk ke dalam busbar 20 kV
yang berada di dalam kubikel 20 kV.
Gambar 3.5. Kubikel Incomig 20 kV
Adapun Komponen-komponen di dalam incoming yaitu
 Busbar
 PMS (Pemisah)
 Earthing Switch
 Heater
 PMT Vacuum

 Penyulang
Penyulang utama atau primer adalah jaringan yang langsung keluar dari gardu
induk yang pada umumnya terdiri atas jaringan fasa dengan fasa tiga, empat kawat
dan cabang serta sub cabang dapat berupa jaringan fasa tunggal atau fasa tiga.
Ditinjau dari segi konstruksi dan tempat penghantar terpasang. maka jaringan
primer (jaringan tegangan menengah) dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Saluran udara tegangan menengah
b. Saluran kabel tegangan menengah di bawah tanah

Saluran udara menyalurkan daya listrik melalui kawat atau kabel yang
dipasang atau digantung pada tinng-tiang dengan perantaraan isolator, sedangkan
saluran kabel bawah tanah menyalurkan daya listrik melalui kabel tanah yang
digelar dibawah permukaan tanah.
Gambar 12. Penyulang

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Standar Pengujian Tahanan Isolasi


1. IEC 602447: Standar Internasional Elektronik (IEC) untuk pengujian tan
delta pada isolasi peralatan listrik
2. IEEE C57.152: Standar Institue of Electrical and Electronic Engineers
(IEEE) Untuk pengujian transformator daya
Pengujian tangen delta pada isolasi trafo secara garis besar terdiri dari isolasi
antara belitan dengan ground dan isolasi antara dua belitan terdapattiga metode
pengujian untuk trafo di lingkungan PT PLN yaitu metode trafo dua
belitan,metode trafo tiga belitan dan metode autotrafo
Titik pengujian trafo dua belitan yaitu:

 Primer – Ground (CH)

 Sekunder – Ground (CL)

 Primer – Sekunder (CHL)

Untuk pengujian trafo tiga belitan titik pengujiannya adalah:

 Primer – Ground

 Sekunder – Ground

 Tertier – Ground
 Primer – Sekunder

 Sekunder – Tertier

 Primer – Tertier

Tabel 4.1 Hasil pengukuran Tahanan isolasi Sebelum di Bersihkan


Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi dan Indeks Polaritas Sebelum Dibersihkan
TRAFO T15 HV- G LV - G HV - LV HVLV - G
Tegangan 10 KV 500 V 500 V 500 V
Kerja
1 Menit
10 Menit
IP

 Menghitung Indeks Polaritas

Hasil megger 10 menit


IP=
Hasil megger 1menit

Tabel 4.2 Hasil pengukuran Tahanan Isolasi Setelah di Bersihkan


Hasil pengukuran Tahanan Isolasi dan Indeks Polaritas Setelah di Bersihkan
TRAFO T15 HV – G LV – G HV - LV HVLV - G
Tegangan 10KV 500V 500V 500V
Kerja
1 Menit

Berdasarkan pada tabel dapat menjelaskan bahwa pada pengujian indeks polatitas
pada transformator PS T15 PT Indonesia Power UP Mrica secara keseluruhan ada
dalam keadaan tidak baik dan baik karena LV-G dan HV-LV nilainya diantara 1 –
1.1, sedangkan HV-G dan HV LV-G nilainya > 1.25. Batasan indeks polarisasi
menurut buku enjineering PT PLN P3B sebagai berikut:

4.2 SOP Pemeliharaan Transformator Daya II dan Cubikel


20 KV
Adapun SOP pekerjaan Pemeliharaan Dua Tahunan Transformator Daya II
60 MVA Pada Gardu Induk 150 kV Titi Kuning PT. PLN (Persero) UPT Medan
diantaranya adalah sebagai berikut:

3.1.5 Persiapan
1. Sesuai perintah kerja Man ULTG Glugur Pemeliharaan Dua Tahunan
Transformator Daya II 60 MVA pada Gardu Induk 150 kV Titi Kuning,
segera petugas menyiapkan sarana angkutan, peralatan kerja dan
peralatan K3.

2. Memberikan informasi kepada Area Pengatur Distribusi (APD) bahwa


adanya suatu pekerjaan yang akan dilakukan, sebelum berangkat menuju
lokasi pekerjaan, serta memberikan informasi bahwa tim HAR akan
melakukan pekerjaan Pemeliharaan Transformator Daya Daya 60 MVA
Pada Gardu Induk 150 kV Paya Pasir.

3. Jika sudah sampai di lokasi tempat pekerjaan, melakukan briefing kerja


tentang langkah-langkah pengerjaan. Setelah melakukan briefing kerja,
maka segera lakukan persiapan yaitu menata peralatan-peralatan kerja
yang dibutuhkan, seperti alat ukur dan material-material lainnya dan
jangan lupa tetap memperhatikan keselamatan kerja (K3).

4. Informasikan kepada Area Pengatur Distribusi (APD) bahwasanya team


pemeliharaan sudah siap melakukan pekerjaan yaitu Pemeliharaan
Transformator Daya 60 MVA Pada Gardu Induk 150 kV Paya Pasir
tersebut.

3.1.6 Pelaksanaan pekerjaan


A. Pembebasan tegangan pada Trafo Daya
1. Semua penyulang Trafo Daya II ≠ (Dilepas)
2. Bus Riser Trafo Daya II ≠ (Dilepas)
3. Incoming 20 kV Trafo Daya II ≠ (Dilepas)
4. PMT Line 20 kV Trafo Daya 11 ≠ (Dilepas)
5. PMT 150 kV Trafo Daya II ≠ (Dilepas)
6. PMS Bus 2 Trafo Daya II ≠ (Dilepas)

Gambar 4.1 Pelepasan PMS

B. Pemasangan Grounding
Pentanahan
Gambar 4.2 Pemasangan Grounding Pentanahan

C. Pemasangan Warning Cross Area


Yang memberitahukan bahwa area sudah tidak bertegangan atau
bertegangan

Gambar 4.3 Pemasangan Warning Cross Area

4.3 Pengecekan dan Pengukuran Pentanahan


Pentanahan pada umumnya adalah sebagai pengaman peralatan pada
penghantar yang apabila terjadi gangguan surya petir bisa di grounding atau di
tanahkan. Tujuan dari pengecekan dan pengukuran pentanahan ini berguna untuk
mengetahui tahanan sisa atau induksi pada penghantar dengan menggunakan alat
pengukuran yaitu Earth Tester. Earth Tester adalah alat uji untuk mengukur
tahanan pentanahan, agar mengetahui tahanan sisa pada pentanahan di masing-
masing peralatan penghantar.

Semakin kecilnya hambatan pada kabel konduktor pentanahan maka


semakin baik pentahanan/grounding yang dapat di alirkan ke tanah. Namun, jika
hambatan pada kabel konduktor pentanahan semakin tinggi maka akan
menimbulkan efek yang serius, seperti mengalirkan gangguan surja petir ke
peralatan lainnya yang saling terhubung.
Apabila setelah dilakukan pengukuran hambatan penghantar pentanahan masih
saja tinggi, maka akan dilakukan penambahan titik-titik pentanahan baru.

Tabel 4.1 Pengukuran Pentanahan


Nama Peralatan Penghantar R S T
PMT 0,4
CT 0,6 0,4 0,6
LA 0,6 0,4 0,4
PMS BUS I 0,2 0,2 0,2
PMS BUS II 0,2 0,2 0,2
BODY TRAFO 4

4.3.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tahanan

 Adanya bekas cat pada kabel konduktor pentanahan


 Adanya kotoran pada kabel konduktor pentanahan
 Kurangnya tingkat kedalam dan kontur tanah sebagai media ditanahankan
yang berbatu sehingga mempengaruhi nilai pengukuran
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya dan data-
data yang ada maka dapat kesimpulkan sebagi berikut:
1. Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk
menyalurkan daya/tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya
2. Hasil pengujian tahanan isolasi pada transformator PS T15 sesuai dengan
standar yang telah ada (IEC 602447: Standar Internasional Elektronik (IEC)
untuk pengujian tan delta pada isolasi peralatan listrik, IEEE C57.152:
Standar Institue of Electrical and Electronic Engineers (IEEE) Untuk
pengujian transformator daya

3. Pemeliharaan Transformator merupakan cara untuk mempertahankan


penyaluran tenaga listrik ke pelanggan agar tidak terganggu, sehingga
pelanggan mendapatkan kepuasan.

4. Pemeriksaan/inspeksi yang seksama perlu dilakukan untuk menjamin agar


transformator selalu berada dalam kondisi yang baik.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut :
Perlu dilakukan perawatan dan pengujian transformator secara rutin untuk
menjaga dan mengevaluasi kondisi isolasi pada peralatan listrik seperti
transformator.Perlu juga membuat jadwal pengujian selanjutnya untuk memonitor
perkembngannya dan semua yang di lakukan dalam pengujian tan delta harus
mengacu pada standar ysng telah di tetapkan
DAFTAR PUSTAKA

[1] PT medan smart jaya.2022. Gardu induk listrik. Melalui laman


https://www.medansmartjaya.com/gardu-induk-listrik/
( diakses pada tanggal 4 September 2023 pukul 21.32 WIB ).

[2] Buku Pedoman Trafo Tenaga Final. Melalui laman


https://www.academia.edu/37218274/Buku_Pedoman_Trafo_Tenaga_Final
( diakses pada tanggal 4 September 2023 pukul 21.56 WIB ).

Anda mungkin juga menyukai