DISUSUN OLEH :
NIM 5181230003
KELAS :A
FAKULTAS TEKNIK
2023
1
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK INDUSTRI
PT.PLN (Persero) UI P3B SUMATERA UTARA UPT MEDAN
GARDU INDUK GIS LISTRIK
Oleh:
5181230003
Menyetujui,
2
KATA PENGANTAR
1. Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Dr. Adi Sutopo, M.Pd, M.T selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Teknik Elektro Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Dr. Agus Junaidi, S.T., M.T selaku Ketua Prodi Teknik Elektro.
4. Bapak Arwadi Sinuraya, S.T.,M.T selaku dosen pembimbing Kerja
Praktek Indutri.
5. Pimpinan, Staf, dan Karyawan PT. PLN (Persero) UI P3BS UPT
Medan Gardu induk GIS Listrik khususnya :
Manager ULTG Bapak Ramlond Anggito Panggabean, Spv. GIS Listrik
Ibu Alifah Farah dan Abang Operator yang telah memberikan izin dan
bantuan selama penulis melakukan kegiatan Kerja Praktik Industri.
6. Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini yang tidak
dapat penulis sebut satu persatu.
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Gas Insulated Substasion atau Gas Insulated Switchgear (GIS) adalah
gardu induk yang memerlukan isolasi gas SF6. Contohnya seperti pada PT. PLN
(persero) Gardu Induk GIS Listrik. Gas Insulated Switchgear mempunyai fungsi
yang sama dengan Gardu Induk yaitu sebagai sentral pengaturan dan
pendistribusian energi listrik beserta jaringan transmisinya. Selain itu Gardu Induk
juga berfungsi sebagai fasilitator penghubung antara saluran transmisi yang satu
terhadap saluran transmisi yang lain, atau penghubung antara saluran transmisi
dengan saluran distribusi. Ditinjau dari fungsi tersebut terlihat bahwa keberadaan
Gardu Induk menjadi sangat vital adanya dalam penyaluran energi listrik.
Macam peralatan yang tersedia di Gardu Induk antara lain :Transformator
(Trafo), Bay Transmisi dan Distribusi, Rel/Bus Bar, Arrester, PMT (Pemutus
Tenaga), PMS (Pemisah), Kopel Bus Bar, Ruang Kontrol, Peralatan Komunikasi
(Power Line Carier), Baterai dan sebagainya. Secara prinsip peralatan yang
dipasang pada GIS sama dengan peralatan yang dipasang pada GI. Namun ada
beberapa perbedaan, diantaranya peralatan-peralatan utama berada dalam suatu
selubung logam tertutup rapat yang didalamnya berisi gas bertekanan, yaitu SF6
(Sulfur Hexaflourida). Gas SF6 berfungsi sebagai isolasi switchgear dan sebagai
operasi pemadan busur api pada circuit breaker (CB). Dengan
demikian pemasangan GIS berbeda dengan GI Konvensional.
5
1.2 Tujuan Kerja Praktik Industri
Adapun maksud dan tujuan daripada magang ini adalah sebagai berikut :
1. Secara akademis Kerja Praktek Industri merupakan salah satu syarat
menyelesaikan program Pendidikan S1
2. Melihat dan mengenal secara langsung di lapangan serta menerapkan
teori dasar yang telah diperoleh di bangku kuliah.
3. Mengenal dan memahami beberapa aspek tentang perusahaan seperti :
a. Aspek organisasi dan manajemen
b. Aspek teknologi
c. Aspek sosial dan lingkungan
4. Memperoleh keterampilan dalam hal penguasaan pekerjaan, sehingga
menambah pengalaman sebagai persiapan untuk terjun ke masyarakat.
5. Memperoleh kesempatan untuk ikut memecahkan permasalahan dalam
ruang lingkup perusahaan, sekaligus berlatih untuk mendisiplinkan diri
dan bertanggung jawab.
6
d. Merupakan salah satu wujud penerapan ilmu teknik dari Universitas
Negeri Medan guna membantu mahasiswa agar lebih mengenal
dunia kelistrikan yang sesungguhnya.
3. Bagi PT. PLN (Persero) Gardu Induk GIS Listrik
a. Merupakan perwujudan nyata perusahaan dalam mendukung dan
memajukan dunia pendidikan.
b. Dapat mendidik generasi muda yang nantinya akan dapat bekerja di
PT. PLN (Persero).
c. Mengenalkan perusahaan kepada masyarakat melalui kerjasama
antara pihak perusahaan dengan perguruan tinggi.
d. Membantu program pemerintah dalam menyiapkan Sumber Daya
Manusia yang lebih berkualitas dan berkompeten.
7
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
9
listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat
yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN)
sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN)
sebagai pengelolah gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status
Perusahan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik
Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan
tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan
kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak
tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi
kepentingan umum hingga sekarang.
10
2. Unit Induk dan/atau Pusat-Pusat
Unit Induk merupakan unit dari PLN sebagai kepanjangan tangan
dari kantor pusat untuk pelayanan kelistrikan di PLN, serta merupakan
lembaga di PLN sebagai penunjang bisnis kelistrikan PLN di wilayah.
Unit induk dibagi sesuai fungsinya contoh PLN Unit Induk Distribusi
Jawa Barat yang terletak di Bandung sebagai pelayanan distribusi di
Provinsi Jawa Barat, atau PLN Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Tengah
sebagai pelayanan transmisi listrik di provinsi Jawa Barat dan Jawa
Tengah Yogyakarta. Sedangkan pusat-pusat adalah lembaga PLN sebagai
penunjang bisnis PLN contohnya PLN Pusat Pendidikan dan Latihan
(PUSDIKLAT) yaitu lembaga untuk pengembangan dan pelatihan
pegawai PLN, serta pusat yang lain. Unit induk dan/atau Pusat-pusat
dipimpin oleh seorang General Manager Unit Induk atau General Manager
Pusat.
3. Unit Pelaksana
Unit Pelaksana adalah unit di bawah unit induk dan/atau pusat-
pusat sebagai pembagian wilayah pelayanan PLN kedalam ruang lingkup
yang lebih kecil agar pelayanan PLN bisa lebih terfokus dan langsung
menyentuh pada masyarakat, contohnya adalah Unit Pelaksana Pelayanan
Pelanggan (UP3) yaitu unit pelaksana di bawah unit induk distribusi, atau
Unit Pelaksana Transmisi (UPT) yaitu unit pelaksana di bawah unit induk
transmisi, contoh lain adalah Unit Pelaksana Pendidikan dan Latihan
(UPDL) yaitu unit pelaksana di bawah PLN PUSDIKLAT. Unit Pelaksana
dipimpin oleh seorang Manager Unit Pelaksana.
4. Unit Layanan:
Unit Layanan adalah unit dibawah unit pelaksana dengan ruang
lingkup pembagian dari wilayah unit pelaksana, misalnya dalam satu unit
pelaksana terdapat beberapa unit layanan. Tetapi tidak semua unit
pelaksana di PLN mempunyai unit layanan, tergantung pada jumlah
pelanggan dan area pelayanan unit pelaksana PLN, contoh unit layanan
pelanggan (ULP) adalah unit layanan di bawah UP3, atau unit layanan
transmisi dan gardu induk (ULTG) unit layanan di bawah UPT. Unit
Layanan dipimpin oleh seorang Manager Unit Layanan.
11
Gambar 2.1 Logo PT.PLN (Persero)
Visi
Menjadi perusahaan listrik se-asia tenggara dan #1 pilihan pelanggan
untuk solusi energi.
Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Motto
Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik.
12
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Alifah Farah
13
1. penyulang LK4 ke GH cambridge 11. Penyulang LI5 GH kampung keling
2. Penyulang LK5 ke GH USU 12. Penyulang LI6 ke Uniland
3. Penyulang LK6 ke Kantor Gubernur 13. Penyulang LI7 ke Jl. Palang Merah
4. Penyulang LK7 ke GH jl. Listrik 14. Penyulang LS1 ke GH Tiara
5. Penyulang LK8 ke Cabang Medan 15. Penyulang LS2 ke Centre Point
6. Penyulang LK9 ke GH Letnan 16. Penyulang LS3 ke GH A3 Debur
7. Penyulang LK10 ke GH Cadika 17. Penyulang LS4 ke GH Carefour
8. Penyulang LI1 ke GH Dr. Stool 18. Penyulang LS5 ke GH Petisah
9. Penyulang LI3 ke Sun Plaza 19. Penyulang LS6 ke Sei batu ginging
10. Penyulang LI4 ke GH Thamrin 20.Penyulang LS7 ke Jln. Dr. Mansyur
14
BAB III
LANDASAN TEORI
Gardu induk adalah suatu gardu yang mendapat daya dari saluran
transmisi atau subtransmisi suatu sistem tenaga lisrik, kemudian menyalurkannya
ke daerah beban (industri, kota, dll) melalui suatu distribusi primer.
Fungsi dari Gardu Induk adalah sebagai berikut :
1. Mentransformasikan tenaga listrik tegangan tinggi yang satu ketegangan
yang lainnya atau tegangan menengah.
2. Pengukuran pengawasan operasi serta pengaturan pengamanan dari sistem
tenaga listrik.
3. Pengaturan daya ke gardu-gardu lainnya melalui tegangan tinggi dan gardu
distribusi melalui feeder tegangan menengah.
Pada dasarnya gardu induk terdiri dari saluran masuk dan dilengkapi
dengan transformator daya, perlatan ukur, peralatan penghubung dan lainnya yang
saling menunjang. Gardu induk dapat diklasifiasikan menjadi 3 bagian
diantaranya adalah
:
15
3.1.2 Klasifikasi Gardu Induk Berdasarkan Penempatan Peralatanya
Menurut penempatan peralatannya gardu induk terbagi lagi menjadi :
1. Gardu induk pemasangan dalam (indoor)
Gardu induk dimana semua peralatannya (switchgear, CT, PT dan
lain-lain) di pasang di dalam gedung / ruangan tertutup. Sebagai contoh :
gardu induk GIS Listrik yang terdapat di UPT Medan.
2. Gardu induk pemasangan luar (outdoor)
Gardu induk di mana semua peralatannya (switchgear, CT, PT dan
lain-lain) di pasang di ruangan terbuka. Sebagai contoh : gardu induk Titi
Kuning yang terdapat di UPT Medan.
3. Gardu induk pemasangan dalam bawah tanah (undergroud substation)
Gardu induk ini biasanya berada di daerah perkotaan, dimana lahan
yang tidak memnginkan lagi untuk pemasangan gardu induk.
4. Gardu induk pemasangan sebagian bawah tanah (semi-underground)
Gardu induk ini biasanya di pasang di bawah tanah, dimana
sebagian peralatanya berupa transformator daya, bus dan lainnya di pasang
di atas tanah.
5. Gardu induk mobil (mobile subtation)
Peralatan gardu induk berada di atas mobil trailer sehingga bisa di
pindahkan ke tempat yang dibutuhkan. Biasanya di pakai unuk keadaa
darurat dan bersifat sementara waktu.
6. Gardu satuan (unit substation)
Merupakan gardu pasangan luar yang di pakai sebagai ganti
transformator 3 fasa dan lemari gardu distribusi.
7. Gardu jenis peti (box type substation)
Merupakan gardu induk distribusi untuk tegangan dan kapasitas
relative rendah dan sama sekali tidak di jaga misalnya didaerah pertanian
atau desa yang kebutuhannya kecil dan merupakan beban yang tidak
begitu penting.
16
3.1.3 Klasiikasi Menurut Tegangannya
1. Gardu induk transmisi
Tegangan yang ada di Gardu Induk adalah tegangan 500 KV, 275
KV, 150 KV, dan 20 KV. Di UPT Medan dengan tegangan 275 KV
terdapat di GITET Galang, Binjai, dan Pangkalan susu, sedangkan di GI
GIS Listrik teganganya adalah 150 KV.
2. Gardu Distribusi
Gardu induk distribusi menerima tegangan dari gardu induk
transmisi dengan menurunkan tegangan menengah 20 kv , 12 kv dan 6 kv.
Selanjtnya tegangan itu di turunkan kembali menjadi tegangan rendah
380/220 volt.
17
didesain modular (dapat dirakit per bagian) dan sudah diisi dengan SF6 dengan
kuantitas yang minimum per bagian (compartment).
Kunci keberhasilan teknologi GIS adalah dari desainnya yang dibuat
semakin terpadu, ketahanan GIS terhadap lingkungan sekitarnya, keandalan, serta
mudah dipahami dan didokumentasikan Pada saat sekarang ini dimana penilaian
terhadap modal sebuah proyek didasarkan pada biaya total dari keseluruhan umur
peralatan, menjadikan GIS bisa menjadi solusi yang lebih baik jika dibandingkan
dengan AIS (Air Insulated Switchgear).
18
2. Pemutus Tenaga (PMT)
PMT adalah alat pemutus arus listrik pada rangkaian yang dibuat
untuk melindungi sistem dari kerusakan akibat beban lebih ataupun hubung
singkat. Tidak seperti sekering, pemutus tenaga dapat di-set ulang baik
secara manual ataupun otomatis untuk mengalirkan arus listrik. Pemutus
tenaga dapat digerakkan dengan cara manual ataupun dengan mekanisme
penggerak seperti motor, spring, pneumatik dan hidrolik seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.1
19
Gambar 3.4 Saklar Pemisah pada GIS
20
Gambar 3.7 Earthing Switch pada Gardu Induk GIS Listrik
21
6. Trafo Tegangan (Voltage Transformer)
Trafo Tegangan merupakan peralatan yang digunakan untuk
mengukur tegangan pada jaringan listrik gardu dimana Trafo Tegangan
dapat digunakan untuk pengukuran dan proteksi serta digunakan sebagai
penyuplai tegangan pada peralatan relay proteksi yang ada pada gardu.
22
Gambar 3.13 Rel pada Gardu Induk GIS Listrik
23
Daya : 60 MVA
Tegangan : 150KV/22KV
Frekuensi : 50 Hz
24
Data-data Transformator Daya 3 GIS Listrik
Merk : PAUWELS
Tahun : 2014
NO. seri : 30111300
Berat : 104.000 Kg
Daya : 60 MVA
Tegangan : 150KV/20KV
Frekuensi : 50 Hz
25
Data-data transformator pemakaian sendiri GIS Listrik :
Merk : Schneider Electic
Tegangan : 20KV/380V-220V
Tahun 2014
Frekuensi : 50 Hz
26
3.3.1 Panel Kontrol Penghantar 150 kV UGC – TTKNG 1 dan 2
27
Current Voltage Berfungsi untuk pengujian Main 1
1
Test Block (X 21) Pilot Wire Differential Protect
28
No Nama Alat Penjelasan
29
1
3
4
30
No Nama Alat Penjelasan
- Lamp test,berfungsi
untuk menguji lampu
indikasi.
- Accept,berfungsi untuk
3 Tombol reset menghentikan
berkedipnya lampu
indikasi.
- Reset,berfungsi untuk
reset/clear lampu
indikasi.
- Selector auto/manu
(S2590) Pengaturan
naik/turun tap changer
dari panel control (auto)
dan dari marshailing box
OLTC (Manu).
- Selector Remote/Supv
(S2501)Pengaturan
Tap changer
4 naik/turun tap changer
operation
dilakukan oleh operator
GI secara remote (dari
panel control) dan supv
oleh dispatcher UPB
melalui scada
- Switch TPL Tap Changer
(S2290) berfungsi untuk
pengaturan naik/turun
tap changer
Berfungsi untuk pengaturan
Voltage regulator
5 tegangan melalui OLTC
control
secara otomatis
31
3.4 Suplai DC
Pada gardu induk terdapat sumber tenaga berupa sumber Alternating
Current (AC) dan sumber Direct Current (DC) pada pengoperasiannya. Sistem
suplai DC pada gardu induk memiliki peranan penting dimana keandalan sistem
DC akan sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja peralatan yang terintegrasi
dengan peralatan-peralatan utama pada penyaluran tenaga listrik di gardu induk.
Sumber utama suplai DC adalah rectifier yang berfungsi mengubah
tegangan AC sebagai tegangan input ke tegangan DC. Hal yang biasa terjadi pada
suplai AC ke rectifier ialah timbulnya gangguan yaitu kehilangan tegangan karena
transformator pemakaian sendiri padam akibat dari adanya gangguan pada
transmisi maupun transformator daya sehingga mengakibatkan baterai secara
langsung bertindak sebagai back-up catu daya DC untuk peralatan bantu beban
arus searah pada gardu induk dapat terus bekerja.Baterai harus mampu menyuplai
daya ke peralatan meski kondisi tanpa charger atau blackout sehingga baterai
merupakan salah satu komponenen pendukung yang sangat vital pada gardu
induk.
b. Instalasi DC 48 Volt
Instalasi DC 48 Volt digunakan untuk peralatan komunikasi
32
SCADA dan Remote Terminal Unit (RTU).
33
3.4.2 Mode operasi pengisian pada batere
1. Floating Charge
Floating charge digunakan pada saat rectifier beroperasi normal.
Floating charge adalah proses pengisian dimana suplai akan selalu
diteruskan ke baterai untuk membuat baterai tetap dalam kondisi full
charge dan menjaga suplai tegangan pada baterai yang terhubung ke beban
tetap konstan dalam menyuplai tegangan DC. Pada setiap jenis baterai
besar tegangan dan arus floating, equalizing dan boosting berbeda.
2. Equalizing Charge
Pada saat pengisian dilakukan dengan equalizing charge ini
tegangan pada setiap sel baterai akan diatur untuk dapat disama ratakan
besar tegangan setiap sel baterai. Pengisian dengan equalizing charge ini
dilakukan sampai dengan tidak ditemukan lagi gas freely pada sel baterai
dan berat jenis serta tegangan setiap sel telah terisi penuh sesuai dengan
ketentuan syarat standar.
3. Boosting Charge
Boosting charge merupakan proses pengisian yang dilakukan
ketika baterai telah mengalami pengosongan yang cukup besar atau yang
biasa disebut dengan initial charge. Dimana baterai akan mengalami
pengisian kembali pada kondisi high-rate
3.4.3 Rectifier
Rectifier merupakan alat yang dapat mengkonversikan arus bolak balik
(AC) menjadi arus searah (DC). Prinsip kerja rectifier pada gardu induk yaitu
suplai berupa tegangan AC sebesar 20 KV pada transformator pemakaian sendiri
(PS) akan diubah menjadi sebesar 380 VAC menuju ke terminal input rectifier
dan masuk ke transformator utama rectifier ialah transformator step-down yaitu
dengan tegangan 380 VAC menjadi tegangan 110V/48V DC, yang disearahkan
oleh thyristor yang berfungsi juga sebagai pengatur tegangan output dari
transformator utama.
Rectifier berperan untuk mensuplai tenaga DC baik digunakan sebagai
pemasok daya secara continue ke beban DC ataupun pengisian muatan baterai dan
34
memastikan baterai tetap terjaga (pada keadaan penuh) yaitu dengan cara
memastikan rectifier selalu terhubung ke baterai. Jenis-jenis Charger atau
Rectifier adalah sebagai berikut :
1. Rectifier 1 Fasa
Yang dimaksud dengan rectifier 1 fasa adalah rectifier yang
rangkaian inputnya menggunakan AC suplai 1 fasa. Melalui MCB sumber
AC suplai 1 fasa 220 V masuk kedalam sisi primer Trafo Utama 1 fasa
kemudian dari sisi sekunder trafo tersebut keluar tegangan AC 110 V atau
48 V kemudian melalui rangkaian penyearah dengan diode bridge atau
Thyristor bridge, tegangan AC tersebut dirubah menjadi tegangan DC 110
V atau 48 V yang masih mengandung ripple
2. Rectifier 3 Fasa
Yang dimaksud dengan rectifier 3 fasa adalah rectifier yang
rangkaian inputnya menggunakan AC suplai 3 fasa (380 VAC). Agar
dapat menghasilkan tegangan sebesar 380 VAC, maka proses
penyambungannya yaitu dengan konfigurasi fasa ke fasa ( R-S/ R-T/ T-R),
sehingga rectifier 3 fasa ini dapat bekerja.
3.4.4 Baterai
Baterai merupakan suatu sel listrik yang terdiri dari dua macam plat
elektroda yaitu elektroda positif dan elektroda negatif serta larutan elektrolit
sebagai media penghantar didalamnya yang dapat menghasilkan energi listrik dari
adanya proses elektrokimia berasal dari ketiga komponen baterai tersebut. Proses
elektrokimia yang terjadi pada baterai adalah dapat berkebalikan yang berarti pada
prosesnya terdapat 2 kondisi yang dialami baterai yaitu proses dimana energi
kimia yang dikonversikan menjadi energi listrik (discharging) dan proses energi
listrik yang dikonversikan menjadi energi kimia (charging). Proses charging dan
discharging yang berlangsung dilakukan dengan cara regenerasi dari elektroda-
elektroda yang digunakan, dimana arus listrik akan dialirkan pada arah polaritas
yang berlainan.
35
Gambar 3.20 Baterai pada Gardu Induk GIS Listrik
1. Kontruksi Baterai
a. Elektroda
Elektroda merupakan plat materail aktif yang berekasi dengan
larutan elektrolit saat proses charging dan discharging pada baterai.
Dimana untuk baterai yang terdiri dari beberapa sel baterai, elektroda akan
berupa kumpulan grid yang merupakan rangka besi sebagai wadah untuk
material aktif. Elektroda pada baterai terbagi menjadi 2 yaitu elektroda
positif dan elektroda negatif.
b. Elektrolit
Elektrolit merupakan suatu media untuk menghantarkan arus listrik
pada baterai dimana terkandung larutan berupa senyawa kimia
didalamnya. Senyawa kimia yang terkandung dalam cairan elektrolit
tersebut mampu membentuk muatan positif dan muatan negatif yang
dikenal dengan ion-ion positif dan ion-ion negatif. Banyaknya jumlah ion-
ion yang dihasilkan dari proses charging dan discharging pada baterai
mempengaruhi besarnya daya hantar listrik.
c. Separator
Separator biasa disebut juga dengan penyekat, separator pada
baterai memiliki struktur berpori berada diantara elektroda positif dan
elektroda
36
negatif setiap sel baterai sehingga memungkinkan untuk larutan elektrolit
yang terkandung pada sel baterai dapat melewatinya.
d. Sel Baterai
Sel baterai merupakan satu unit tempat elektroda yaitu sebagai
elektroda positif dan elektroda negatif dalam suatu cairan elektrolit yang
dibatasi oleh separator/penyekat.
e. Kotak Baterai / Container
Sel baterai terdiri dari 2 jenis bahan bejana (Container) yang
digunakan yaitu steel container dan plastic container. Biasanya sel-sel
baterai ini diletakkan dalam suatu rak yang terbuat dari kayu pada steel
container dan rak yang terbuat dari besi berisolasi pada plastic.
37
Sedangkan pada saat pengisian (charging) Saat sel baterai terhubung ke
suplai, polaritas elektroda pada baterai berbeda dengan pada saat pengosongan
(discharging) dimana elektroda positif baterai menjadi anoda dan elektroda negatif
baterai menjadi katoda. Sehingga elektron akan mengalir dari elektroda positif
(anoda) melewati suplai menuju ke elektroda negatif (katoda). Ion-ion negatif
akan mengalir dari katoda menuju anoda dan sebaliknya ion-ion positif akan
mengalir dari anoda menuju ke katoda.
3. Rangkaian Baterai
Suatu sel baterai memiliki tegangan yang terbatas sehingga dibutuhkan
suatu cara agar baterai mampu memenuhi kebutuhan tegangan kerja peralatan
sebagaimana yang diharapkan, meningkatkan kapasitas serta keandalan
penggunaan baterai, dengan cara merangkai baterai dalam beberapa hubungan
salah satunya yaitu :
a. Hubungan Seri
Baterai dihubungkan secara seri berfungsi untuk dapat
meningkatkan jumlah tegangan baterai sesuai dengan kebutuhan tegangan
kerja peralatan. Apabila suatu peralatan membutuhkan tegangan sebesar
110 volt dengan tegangan sel baterai sebesar 1,4 volt maka diperlukan
sejumlah ± 84 sel baterai yang terhubung seri untuk dapat memenuhi
kebutuhan peralatan tersebut. Namun akan tetapi hubungan seri pada
baterai memiliki kekurangan yaitu apabila salah satu sel baterai mengalami
kelainan maka akan berdampak pada keseluruhan baterai hingga dapat
menyebabkan suplai DC ke beban terputus.
b. Hubungan Paralel
Baterai dihubungkan secara paralel berfungsi untuk meningkatkan
arus baterai dan menjaga keandalan beban DC pada sistem. Dimana
apabila salah satu sel baterai mengalami kelainan maka tidak akan
berdampak pada sel baterai yang lain sehingga baterai tetap mampu
menyuplai tenaga ke peralatan, dalam arti lain tidak berdampak pada
baterai baterai secara keseluruhan. Namun akan tetapi baterai hubungan
paralel memiliki kekurangan yaitu dapat menurunkan kapasitas daya.
38
c. Hubungan Kombinasi
Hubungan kimbinasi yaitu meliputi hubungan seri paralel dan
hubungan paralel seri. Kedua hubungan ini dimaksudkan untuk dapat
memenuhi kebutuhan ganda yang lebih baik, yaitu sisi tegangan, arus serta
keandalan sistem. Baterai dihubungkan seri sehingga menyebabkan
tegangan meningkat sedangkan baterai terhubung paralel menyebabkan
arus dan keandalan pada sistem yang meningkat.
39
BAB IV
PENGALAMAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
40
gejala kerusakan peralatan secara dini yang waktu pelaksanaannya
disesuaikan dengan kondisi peralatan. Pemeliharaan in service
measurement pada baterai adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran tegangan per-sel pada sistem 110 volt dan 48 volt
2. pengukuran DC ground pada sistem 110 volt
3. Pengukuran berat jenis elektrolit
4.1.2 Data Hasil Pemeliharaan Baterai pada Gardu Induk GIS Listrik
a. Pemeriksaan Sel
Pemeriksaan sel baterai difokuskan untuk menemukan adanya
anomali atau kelainan kondisi sel baterai yaitu mengalami kebocoran
maupun keadaan rusak. Untuk melakukan pemeliharaan hanya secara
pengamatan visual.
41
korosi. Kotoran yang menempel pada bagian atas sel bateraipun dapat
merusak permukaan sel baterai saat tercampur dengan cairan elektrolit.
42
Gambar 4.9 Klem Sambungan Baterai
Dari gambar diatas hasil pemeriksaan klem sambungan baterai
bahwasanya kondisi baut tidak ada yang terlepas ataupun kurang kencang
dalam pemasangannya.
43
Gambar 4.10 Pengukuran Tegangan Sel Baterai
Gambar 4.11 Baterai Bank 1,2, dan 3 Gardu Induk GIS Listrik
44
Tabel 4.1 hasil pengukuran tegangan sel baterai Bank 1 110 VDC
45
Tabel 4.2 Pengukuran Tegangan Sel baterai Bank 2 110 VDC
46
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Tegangan Sel Baterai Bank 3 110VDC
47
Tabel 4.4 Pengukuran Tegangan Sel Baterai 48 VDC
Secara keseluruhan nilai tegangan sel baterai masih dalam kondisi normal
dengan mengacu pada pedoman pemeliharaan yaitu lebih besar dari 1,2 Volt.
Namun pada tabel 4.4 baterai sel nomor 24 pada bank 3 dibawah kondisi normal
yaitu 0,85 Volt. Tegangan yang selisihnya dibawah kondisi normal dalam
pengukuran ini dilakukan penambahan cairan elektrolit hingga nilai tegangannya
kembali stabil.
48
e. Pengukuran DC Ground 110 Volt
Pengukuran DC ground bertujuan untuk menjaga sistem 110 VDC
dari gangguan earth faulth. Jika ada salah satu polaritas mengalami earth
faulth maka sangat besar kemungkinan sistem DC akan trip baik itu
kareana arus lebih maupun Short Circuit. Hal ini sangat berbahaya karena
sistem 110 VDC menyuplai peralatan penting seperti relay proteksi,
penggerak motor PMT dan PMS, serta lampu indikator Alarm.
Berdasarkan pedoman pemeliharaan sistem DC pengukuran ideal DC
ground yaitu :
1. Positif – Ground = 50%
2. Negaatif – Ground = 50%
Sementara untuk standardnya yaitu 50% plus minus 12,5%
1. Positif – Ground = 62,5% atau 37,5%
2. Negaatif – Ground = 37,5% atau 62,5%
49
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kerja praktik di P.T PLN (persero) UI P3B Sumatera
UPT Medan Gardu Induk GIS Listrik maka penulis mengambil beberapa
kesimpulan yaitu :
Gas Insulated Switchgear mempunyai fungsi yang sama dengan Gardu
Induk Konvensional yaitu sebagai sentral pengaturan dan pendistribusian energi
listrik beserta jaringan transmisinya. Selain itu Gardu Induk juga berfungsi
sebagai fasilitator penghubung antara saluran transmisi yang satu terhadap saluran
transmisi yang lain, atau penghubung antara saluran transmisi dengan saluran
distribusi. Ditinjau dari fungsi tersebut terlihat bahwa keberadaan Gardu Induk
menjadi sangat vital adanya dalam penyaluran energi listrik.
Oleh karena itu, dalam peningkatan pelayanan harus didukung dengan
fasilitas serta pelatan – peralatan pada gardu induk yang mana keseluruhannya
dapat bekerja dengan baik, jika terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik akan
mengalami kerugian terhadap perusahaan maupun pelanggan.
Pada Gardu Induk GIS Listrik standard pengoperasiannya sudah mengikuti
satandard operasi prosedur (SOP) yang mana sistem ini berlaku untuk kelancaran
dan kehandalan sistem serta keselamatan dalam pengoperasian.
5.2 Saran
Setelah melakukan kerja praktik di P.T PLN (persero) UI P3B Sumatera
UPT Medan Gardu Induk GIS Listrik maka penulis memberikan saran yang
bersifat membangun kepada pembaca antara lain :
Pelayanan dan Kontinuitas penyaluran tenaga listrik kepada konsumen
hendaknya perlu di tingkatkan sehingga diharapkan pemadaman listrik yang
terjadi menjadi berkurang. Dimana hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah,
pihak PLN serta konsumen. Hendaknya dalam peningkatan pelayanan dan
kontinuitas penyaluran tenaga listrik didukung oleh peralatan yang handal serta
sumber daya manusia yang baik. Sehingga diharapkan gangguan-gangguan yang
terjadi bukanlah menjadi masalah yang besar.
50
DAFTAR PUSTAKA
[1] DrC.R. Bayliss CEng FIET, B.J. Hardy CEng FIET, 2012. in Transmission and
Distribution Electrical Engineering (Fourth Edition).
[3] PLN. 2014. Buku Petunjuk Batasan Operasi Dan Pemeliharaan Peralatan
Penyaluran Tenaga Compartment. Jakarta: PT. PLN (Persero).
[4] Ricky Agned, Nurhalim, 2016. Studi Kapasitas Baterai 110 Vdc pada Gardu
Induk 150 kV Bangkinang
[5] Salam, Ibnu. 2014. Baterai-Charger Pada Gardu Induk 150 KV Srondol.
Semarang: Universitas Diponegoro. Cahyo Adhi Nugroh, 2013.
[6] Pemeliharaan Tahunan Sistem DC (Baterai 48 Volt Unit II) di Gardu Induk
150KV Srondol : Universitas Diponegoro.
51
LAMPIRAN
DC Ground Thermovisi
52
B. Kesediaan perusahaan menerima Kerja Praktik Industri
53
54