Oleh:
INDRA YOGASWARA
C.441.18.0032
Diajukan pada
Seminar Kerja Praktek
Tanggal 16 Januari 2020
Mengetahui,
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing
Oleh:
INDRA YOGASWARA
C.441.18.0032
Diajukan pada
Seminar Kerja Praktek
Tanggal 16 Januari 2020
Mengetahui,
PLH General Manager Pembimbing Lapangan
Manajer Pemeliharaan
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Esa atas limpahan rahmat,
hidayah dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja
praktek ini. Laporan Kerja Praktek ini disusun berdasarkan hasil Kerja Praktek di
PT. Indonesia Power PGU Semarang dari tanggal 14 Oktober 2019 sampai dengan
14 Desember 2019.
Dalam pembuatan Laporan Kerja Praktek ini, penulis menyadari masih jauh
dari sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun.
iv
Semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
terutama mahasiswa program studi S-1 Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Semarang.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
2.5.1 Power Generation Unit (PGU) ............................................... 14
2.5.2 Operation and Maintenance Service Unit (OMU) .................. 14
2.6 PT Indonesia Power Semarang PGU ................................................ 16
2.7 Kapasitas Daya PT. Indonesia Power Semarang PGU ..................... 17
2.8 Lokasi PT. Indonesia Power Semarang PGU ................................... 18
2.9 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power Semarang PGU .............. 19
2.9.1 Struktur General Manager ....................................................... 19
2.9.2 Struktur Bagian Operasi .......................................................... 20
2.9.3 Struktur Bagian Pemeliharaan.................................................. 21
LAMPIRAN ................................................................................................ 59
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 4.8 Pengecekan PDC 2 dan PDC 12 ............................................... 51
Gambar 4.9 Schematic Diagram Kondisi Indikasi DCS............................... 52
Gambar 4.10 Schematic Diagram Kontak – Kontak Internal Breaker ......... 53
Gambar 4.11 Limit Switch Q152 ................................................................... 54
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Kerja praktik merupakan salah satu mata kuliah wajib di Jusuasn Teknik
Elektro, Fakultas Teknik Universitas Semarang. Jurusan Teknik Elektro dengan
konsentrasi Teknik Tenaga Listrik akan mempelajari berbagai hal yang berkaitan
dengan kelistrikan sehingga untuk menunjang proses pembelajaran selama
perkuliahan menuju pembelajaran yang aplikatif di lapangan. Dengan demikian
mahasiswa dapat melihat secara langsung dan jelas sistem kelistrikan tersebut,
sehingga mahasiswa dapat mengamati secara langsung penerapan dari ilmu teoritis
yang diperoleh pada dunia pendidikan.
Pembangkitan Tenaga Listrik Gas dan Uap (PLTGU) PT. Indonesia Power
merupakan wadah bagi mahasiswa untuk mendalami pengetahuan teoritisnya
menuju pengetahuan praktis selama kegiatan dilapangan. PLTGU PT. Indonesia
Power Semarang PGU terdiri dari dua blok, masing masing blok terdapat tiga unit
GTG (Gas Turbin Generator), tiga unit HRSG (Hot Recovery Steam Generator),
dan satu unit STG (Steam Turbin Generator). PLTGU Blok 2 PT. Indonesia Power
termasuk pembangkitan yang bekerja dengan beban puncak (peakload) dan
1
digunakan untuk memenuhi sistem kelistrikan di Pulau Jawa dan Bali.
2
1. Bagi Mahasiswa
a. Merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperdalam ilmu
sekaligus memahami profesi keteknikan sesuai bidang ilmu.
b. Melatih mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari untuk
menganalisis dan menyelesaikan masalah di lapangan.
c. Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa terhadap kondisi
nyata di lapangan.
2. Bagi institusi pendidikan :
a. Sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan mutu mahasiswa yang
akan datang.
b. Untuk menyiapkan lulusan yang lebih baik dan siap bekerja.
c. Membina hubungan baik antara akademika dengan pihak institusi
perguruan tinggi dan mahasiswa.
d. Membina hubungan baik antara pihak institusi perguruan tinggi dan
mahasiswa dengan instansi tempat pelaksanaan kerja praktik.
3. Bagi perusahaan
a. Membina hubungan baik dengan pihak institusi perguruan tinggi dan
mahasiswa.
b. Untuk merealisasikan partisipasi dunia usaha terhadap pengembangan
dunia pendidikan.
4
3. Studi Literatur
Pengumpulan data dengan mencari buku referensi, skematik dan modul
pelatihan pendukung yang ada di PT Indonesia Power Semarang PGU,
ditambah dengan sumber dari luar seperti buku referensi perkuliahan atau
dari jurnal penelitian internet.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan kerja praktek, tujuan
penulisan laporan, batasan masalah, metodologi pelaksanaan serta
sistematika penulisan laporan kerja praktek.
5
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai prinsip kerja Unit Auxiliary
Transformer dan Station Service Transformer, identifikasi gangguan
kegagalan autotransfer antara SST dan UAT, serta evaluasi penanganan
gangguan tersebut pada kawasan (GTG) PLTGU Blok 2 PT. Indonesia
Semarang PGU.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari pembahasan
yang diuraikan pada laporan kerja praktek ini.
6
BAB II
Berawal pada pengelolaan Pembangkit Listrik di Jawa Bali, saat ini PT.
Indonesia Power telah melakukan Pengembangan Bisnis Jasa Operasi
Pemeliharaan di seluruh Indonesia baik melalui pengelolaan sendiri, melalui Anak
Perusahaan, maupun melalui Usaha Patungan. PT Indonesia Power mengelola 5
Unit Pembangkitan (UP), 12 Unit Jasa Pembangkitan (UJP) serta 3 Unit
Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan (UPJP) dan 1 Unit Jasa Pemeliharaan
8
(UJH). Secara keseluruhan, Indonesia Power memiliki daya mampu sekitar 14.000
MW dari daya yang tersedia di Indonesia. Daya tersebut merupakan daya mampu
terbesar yang dimiliki oleh sebuah perusahaan pembangkitan di Indonesia. Secara
garis besar, timeline sejarah PT. Indonesia Power dapat dilihat pada gambar 2.2
sebagai berikut :
Gambar 2.3 Visi, Misi, Moto, dan Nilai PT. Indonesia Power
10
2.3 Makna dan Bentuk Logo PT. Indonesia Power
Logo merupakan bagian dari identitas perusahaan, sedangkan identitas
perusahaan adalah suatau cara atau hal yang memungkinkan perusahaan dapat
dikenal dan dibedakan dari perusahaan lain. PT. Indonesia Power mempunyai logo
atau lambang yang dijadikan sebagai identitas perusahaa dengan tujuan agar
konsumen atau publik pada umumnya mudah mengenal dan mengingat perusahaan.
Logo yang dimiliki PT.Indonesia Power adalah bertuliskan Indonesia dan Power
seperti Gambar 2.4 berikut :
Makna, bentuk, dan warna pada logo PT. Indonesia Power merupakan
cerminan identitas dan lingkup usaha yang dimilikinya secara keseluruhan. Nama
Indonesia Power merupakan nama yang kuat untuk melambangkan lingkup usaha
perusahaan sebagai Power Utility Company di Indonesia.
11
maupun di luar negeri.
2. Biru
Sedangkan untuk warna biru ini diaplikasikan pada kata POWER, dimana
warna ini menggambarkan karakter pintar dan bijaksana. Makna dari warna
ini adalah untuk menunjukkan produk tenaga listrik yang dihasilkan
perusahaan yang memiliki ciri–ciri berteknologi tinggi, efisien, aman dan
ramah lingkungan.
2.3.2. Bentuk Logo PT. Indonesia Power
Adapun makna bentuk dari logo PT. Indonesia Power yang terdapat pada
Gambar 2.4 adalah sebagai berikut:
1. Kata INDONESIA dan POWER pada logo PT. Indonesia Power
merupakan sebuah nama yang kuat, sehingga ditampilkan dengan
menggunakan jenis huruf (font) yang memiliki kesan tegas dan kuat yaitu
futura book regular dan futura bold.
2. Aplikasi bentuk kilatan pada huruf O pada kata POWER melambangkan
TENAGA LISTRIK yang merupakan lingkup utama usaha dari PT.
Indonesia Power.
3. Red dot (titik/bulatan merah) yang terdapat pada ujung kilatan petir
merupakan simbol perusahaan yang telah digunakan sejak masih bernama
PT. PLN PJB I. Titik ini merupakan simbol yang digunakan di sebagian
besar materi komunikasi perusahaan, yang menggambarkan kesatuan tekad
dan perasaan insan PT. Indonesia Power dalam bekerja dan berusaha
mewujudkan keberlangsungan hidup perusahaan. Diharapkan dengan
simbol ini identitas perusahaan dapat langsung terwakili.
13
Gambar 2.5 Persebaran Bisnis Pembangkitan PT. Indonesia Power
Tabel 2.2 Operation and Maintenance Service Unit (OMU) PT. Indonesia Power
Operation and Maintenance Service Unit (OMU)
Kapasitas
No Nama Unit Jenis Pembangkit
Terpasang
1 Banten 1 Suralaya 625 MW PLTU
2 Banten 2 Labuan 2 x 300 MW PLTU
3 Banten 3 Lontar 3 x 315 MW PLTU
4 Jawa Barat 2 3 x 350 MW PLTU
5 Jawa Tengah 2 660 MW PLTU
6 Pangkalan Susu 2 x 200 MW PLTU
7 Cilegon 740 MW PLTGU
8 Barru 2 x 50 MW PLTU
9 Jeranjang 3 x 25 MW PLTU
10 Sanggau 2 x 7 MW PLTU
11 Houltekam 2 x 10 MW PLTU
12 Sintang 3 x 21 MW PLTU
Tabel 2.3 Power Generation and O&M Services Unit (POMU)PT. Indonesia Power
17
serta daya yang terpasang pada tiap pembangkit yang dikelola oleh PT. Indonesia
Power Semarang PGU.
18
Gambar 2.6 Lokasi PT. Indonesia Power Semarang PGU
20
2.9.3 Struktur Bagian Pemeliharaan
Struktur organisasi pada bagian pemeliharaan di Semarang PGU seperti
yang tertera pada Gambar 2.9 diatas menggambarkan setiap supervisor yang
bertugas dalam memelihara unit pembangkit di PLTGU Tambak Lorok langsung
dikepalai oleh seorang manajer bidang pemeliharaan.
21
BAB III
DASAR TEORI
PLTGU Blok 1 dan PLTGU Blok 2 PT. Indonesia Power Semarang PGU
memiliki kesamaan pada jumlah GTG (Gas Turbin Generator), STG (Steam Turbin
Generator), serta HRSG (Heat Recovery Steam Generator) yang masing-masing
berturut-turut berjumlah 3 GTG (Gas Turbin Generator), 3 HRSG (Heat Recovery
Steam Generator), dan 1 STG (Steam Turbin Generator). Gambar 3.1 di bawah
merupakan gambaran secara garis besar mengenai siklus PLTGU yang
menampilkan tahapan proses pembuatan listrik mulai dari awal siklus PLTG atau
biasa disebut simple cycle, dilanjutkan dengan siklus PLTU atau biasa disebut
22
combined cycle, dan diakhiri dengan proses transmisi tenaga listrik bertegangan 150
kV.
GAS
23
pada proses pembakaran dan sebagian besar sebagai pendingin
turbin.
b. Bahan bakar berupa gas dimasukkan ke dalam ruang bakar atau
combustion chamber. Pada saat gas dan udara bertekanan bercampur
dalam combustion chamber, bersamaan dengan itu busi (spark plug)
mulai memercikkan bunga api sehingga menyulut proses
pembakaran.
c. Gas panas yang dihasilkan dari proses pembakaran ini digunakan
sebagai pemutar turbin gas yang berputar satu poros dengan
generator. Generator menghasilkan listrik dengan tegangan
keluaran sebesar 11,5 kV dan dinaikkan tengangannya menjadi 150
kV oleh trafo GT (Generator Transformator)
d. Akhir proses simple cycle/ open cycle adalah gas buang dari turbin
gas langsung dibuang melalui cerobong atau stack.
24
c. Uap yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin uap. Uap HP
(high pressure) digunakan untuk memutar HP Turbine sebagai
penggerak mula-mula, setelah itu uap masuk ke LP Turbine sebagai
accelerator putaran turbin.
d. Berputarnya turbin uap akan menghasilkan tenaga listrik pada
generator. Uap bekas dari turbin tadi dikondensasi lagi di condenser
dengan air laut sebagai pendingin.
e. Air kondesat dipompa oleh condesate pump, selanjutnya
dimasukkan ke dalam deaerator dan dipompa kembali oleh feed
water pump menuju drum pada HRSG untuk kembali diubah
menjadi uap.
Penerapan sistem combined cycle menjadikan operasi pembangkit lebih
efisien. Selain itu pembangkit tenaga gas merupakan pembangkit yang
ramah lingkungan karena tingkat pembakaran hampir sempurna
sehingga emisi karbon dioksida dan limbah cair lebih rendah
dibandingkan dengan pembangkit listrik yang memakai batu bara
sebagai bahan bakarnya.
3.2 Transformator
Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk
mengubah nilai suatu tegangan tertentu menjadi nilai tegangan yang lain.
Transformator yang akan di bahas kali ini merupakan transformator yang berjenis
transformator daya. Transformator daya adalah suatu peralatan listrik yang
berfungsi menyalurkan tenaga atau daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah atau sebaliknya.
25
Gambar 3.2 Transformator Daya
27
nilai 400 V menggunakan Unit Auxiliary Transformer atau UAT. Cara ini
biasa disebut dengan pemakaian sendiri.
29
3. Corrective Maintenance
Pemeliharaan yang dilakukan dengan berencana pada waktu-waktu tertentu
ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk kerja rendah pada
saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan pada
kondisi semula disertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi.
Pemeliharaan ini disebut juga dengan troubleshooting.
4. Breakdown Maintenance
Pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak yang
waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat. Pemeliharaan harus segera
dilakukan untuk mengurangi lama waktu peralatan listrik tidak beroperasi.
Semakin jarang terjadi pemeliharaan ini, maka menunjukkan bahwa
pemeliharaan jenis lain berhasil karena peralatan listrik terhindar dari
kerusakan.
3.3.4 Spesifikasi UAT pada GTG 2.2 PLTGU Blok 2 Tambak Lorok
Dibawah ini ditunjukkan spesifikasi detail dari UAT (UnitAuxiliary
Transformer) yang terdapat pada unit GTG 2.2, PLTGU Blok 2 Tambak Lorok PT.
Indonesia Power Semarang PGU :
Connection Dyn1
2. Kumparan
Kumparan adalah beberapa lilitan kawat tembaga yang dilapisi bahan
isolasi. Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan
sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar
kumparan dengan isolasi padat seperti karton. Kumparan digunakan
sebagai alat transformasi tegangan dan arus. Banyaknya lilitan akan
menentukan besar tegangan dan arus yang ada pada sis sekunder. Untuk
trafo dengan daya besar, kumparan dimasukkan dalam minyak trafo yang
berfungsi sebagai pendingin.
32
Gambar 3.6 Belitan/Kumparan Trafo
3. CT (Current Transformer)
CT (Current Transformer) merupakan trafo arus yang berfungsi sebagai
penurun level tegangan agar nilai tegangan yang ada pada UAT dapat di
monitor melalui alat ukur.
4. Off-Circuit Tap-Changer
Kegunaan dari tap changer tipe ini adalnh sebagai pengubah tap pada trafo
di saat trnfo sedang tidak dieksitasi, dengan kata lain trafo tidak terhubung
ke beban.
5. Conservator
Conservator dengan tipe diafragma memiliki fasilitas dehydrating
breather, disediakan untuk memisahkan antara minyak trafo dengan udara
atmosfer.
33
3.4 PDC (Power Distribution Center)
Power Distribution Center adalah pusat pendistribusian daya ke beban
pemakaian sendiri. Sekilas hampir sama seperti Switchgear, PECC, dan MCC
dalam hal fungsi dan bentuk. Bentuk PDC berupa sebuah kubikel (seperti panel)
yang di dalamnya berisi Busbar, fungsinya sebagai pembagi daya ke beban seperti
motor listrik dan peralatan penunjang lainnya, yang membedakan dengan sistem
pendistribusi lainnya adalah urutan pada sistem ketenagalistrikan yang diterapkan
di PLTGU Blok 2 PT. Indonesia Power Semarang PGU.
34
3.4.1. Bagian – Bagian PDC
3.4.1.1. Busbar
Dalam sistem distribusi tenaga listrik, istilah busbar digunakan untuk
menggambarkan batang kondutor yang menghubungkan beberapa peralatan
listrik. Busbar ini dapat menghantarkan arus listrik yang digunakan pada
switchboard, distribution board, substation, battery bank, maupun peralatan listrik
lainnya. Biasanya busbar digunakan untuk menghantarkan arus listrik dalam jarak
yang relatif pendek. Dengan tuas permukaan busbar yang lebih luas dapat
mengurangi losses akibat corona discharge.
Busbar merupakan salah satu komponen yang utama, karena melalui
busbar inilah daya listrik yang dihasilkan oleh generator dapat disalurkan menuju
komponen lainnya, terutama komponen penunjang pembangkitan.
35
Gambar 3.8 Main Breaker PDC
Dapat dilihat pada gambar tersebut, bahwa CB yang digunakan pada PDC
GTG 2.2 merupakan CB dengan merk Siemens yang telah digunakan sejak PLTGU
Blok 2 ini pertama kali dibangun. Teknologi yang digunakan masih dapat dibilang
lama karena masih menggunakan bantuan mekanis berupa pegas.
3.5 Kontaktor
Kontaktor adalah komponen listrik yang bekerja dengan menggunakan
prinsip elektromagnetik. Komponen ini biasa digunakan pada sistem kelistrikan
industri. Peralatan ini berfungsi untuk secara otomatis menghubungkan atau
memutuskan arus listrik 3 fase yang mengalir pada jaringan.
36
3.5.1 Prinsip Kerja Kontaktor
Prinsip kerja kontaktor sama seperti relay, dalam kontaktor terdapat
beberapa saklar yang dikendalikan secara elektromagnetik. Pada suatu kontaktor
terdapat beberapa saklar dengan jenis NO (Normally Open) dan NC (Normally
Close) dan sebuah kumparan atau coil elektromagnetik untuk mengendalikan
saklar tersebut. Apabila kumparan elektromagnetik kontaktor diberikan sumber
tegangan listrik AC maka saklar pada kontaktor akan terhubung, atau berubah
kondisinya, yang semula OFF menjadi ON dan sebaliknya yang awalnya ON
menjadi OFF.
PEMBAHASAN
4.1 Sistem Kelistrikan PLTGU Blok 2 PT. Indonesia Power Semarang PGU
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap yang terletak di PT. Indonesia
Semarang PGU terbagi menjadi 2 blok. Masing – masing blok memiliki 3 buah unit
GTG (Gas Turbine Generator), 3unit HRSG (Heat Recovery Steam Generator), dan
bermuara pada 1 unit STG (Steam Turbine Generator). Dapat dilihat dibawah ini
merupakan single line diagram dari sistem kelistrikan pada PLTGU blok 2.
Gambar 4.1 Single Line Diagram PLTGU Blok 2 PT. Indonesia Power Semarang PGU
Apabila terdapat unit yang tidak dapat bekerja, atau terjadi gangguan,
hingga terjadi blackout, pada sistem PLTGU blok 2 ini memiliki 1 buah unit
startup diesel engine generator dengan daya 2500 kW dan kapasitas 6500 kVA
dengan tegangan 3 fase sebesar 6,3 kV. Generator cadangan ini terhubung dengan
39
motor cranking agar saat terjadi blackout, generator ini dapat memutar motor
cranking yang berfungsi untuk menyalakan GTG.
Selain itu terdapat jaringan cadangan yang berasal dari PLN melalui STG
(Steam Turbine Generator). Pada STG terdapat sebuah generator breaker yang
dapat memutus keluaran STG dari sistem, agar jaringan PLN dapat masuk melalui
trafo STG, yang kemudian diturunkan nilainya menggunakan UAT pada STG.
Listrik tersebut disalurkan menuju switchgear untuk digunakan pada peralatan
pemakaian sendiri.
40
3. Packaged Electrical Control Center pada GTG
4. Spare Breaker
Sedangkan beban–beban yang terkoneksi pada MCC HRSG masih
terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:
1. HP Circulation Pump
2. LP Circulation Pump
3. MBV HP Circulation Inlet
4. MBV LP drum vent dan Overflow
5. MBV HP drum vent dan blowdown
6. MBV HP drum overflow
7. LP dan HP main stop valve
8. MBV LP dan HP superheater drain
9. MBV condensate inlet stop valve
10. HPU bypass damper
11. Condensate recirculation pump
Sedangkan beban – beban yang terkoneksi pada PECC yang terletak pada
GTG terbagi menjadi berikut :
1. PECC (Packaged Electrical Control Center) 2A
a. Cooling water pump
b. Cooling water fan motor
c. Exhaust frame blower
d. Lube tank immersion
e. Access comp. vent fan
f. Load comp. vent fan
g. Turbine comp. cooling air fan
h. Distillate fuel forward pump
41
2. PECC (Packaged Electrical Control Center) 2B
a. Cooling water pump
b. Cooling water fan motor
c. Exhaust frame blower
d. Atomizing air compressor
e. Access comp. humidity heater
f. Turbine comp. Heater
g. Generator space heater
h. Generator sealing pump
i. Distillate fuel forward pump
j. Vent mist separator
k. Aux hydraulic supply pump
l. Aux lube oil pump
m. Battery charger
Saat GTG sedang berada dalam keadaan tidak operasi, maka sumber
42
tegangan yang digunakan untuk suplai pada beban pemakaian sendiri berasal dari
trafo SST 2.0. Dengan memasok daya dari jaringan listrik PLN 150 kV untuk
pemakaian sendiri. Tegangan diubah dari 150 kV menjadi 6.3 kV menggunakan
SST dengan kapasitas 20 MVA. Daya dari SST 2.0 kemudian masuk menuju
station auxiliary switchgear 1 untuk kemudian didistribusikan seperti pada
Gambar 4.2. Daya ini tersalurkan menuju 3 buah motor cranking untuk masing –
masing GTG. Kemudian sebagian tersalurkan menuju SAT 12 dan SAT 11.
43
Gambar 4.3 Trafo SAT pada Single Line Diagram
Pada PDC 12 daya dibagi ke PDC masing – masing GTG blok 2 salah
satunya ke PDC 2 yang terletak pada GTG 2.2. Namun saat GTG 2.2 sedang dalam
keadaan tidak beroperasi, tentunya daya yang dibutuhkan PDC 2 tjdaklah terlalu
besar. Beban - beban yang bekerja salah satunya seperti auxiliary lube oil pump
sebagai pelumas pada GTG.
Secara rinci ketika saat GTG 2.2 masih belum beroperasi, maka daya masih
menggunakan daya keluaran SST dan SAT melalui PDC 12 yang terhubung pada
PDC 2. Kemudian saat GTG pada posisi start up, daya pemakaian sendiri mulai
beralih menggunakan UAT 2 saat daya yang dibangkitkan GTG sudah berada
diatas 10% atau sekitar 12 MW. Pada proses tersebut, maka secara otomatis
breaker akan close antara UAT 2 dengan PDC 2 disertai open breaker dengan SST
dengan delay waktu selama 5 detik.
Hal tersebut disebabkan HRSG 2.2 yang tidak beroperasi saat berada pada
kondisi simple cycle, sehingga MCC dan HP Circulation Pump yang ada tidak
tersuplai daya oleh PDC 2. Sedangkan pada kondisi combined cycle, seluruh beban
yang terhubung pada PDC tersuplai dayanya, sehingga beban yang terhubung lebih
besar.
45
4.5 Kegagalan Autotransfer pada Power Distribution Center
Saat sedang dalam masa kerja praktik, terjadi permasalahan pada PDC.
Masalah yang terjadi di GTG 2.2 PLTGU Unit Pembangkitan Semarang yaitu
terkait dengan gagalnya sistem kerja otomatis pada breaker yang menghubungkan
UAT dengan SST dengan beban pemakaian sendiri (PS).
46
sumber berganti menjadi UAT, dalam selang waktu 5 detik sambungan dengan
busbar PDC 12 dari SST akan terputus atau open. Akan tetapi breaker tersebut
tidak membuka atau lepas, sehingga menyebabkan masuknya dua sumber
tegangan yang berbeda. Hal tersebut menyebabkan terjadinya trip pada sistem
auxiliary.
Mekanisme autotransfer yang terjadi pada GTG 2.2 ini sudah dilakukan
secara otomatis, dan dapat dipantau secara remote central dari Distributed
Control System (DCS) yang terletak pada ruang operator pada Control Building.
Penggantian jalur sumber suplai untuk PDC juga dapat dilakukan secara manual
di lapangan dengan mengganti kondisi tuas breaker.
Melihat masalah yang terjadi, apabila dilakukan kontrol remote baik dari
kontrol lokal maupun dari control building, maka tetap saja setelah berhasil
terhubung ke UAT, sambungan PDC dengan SST tidak mau lepas atau open.
47
Setelah dilakukan pengecekan awal melalui indikasi, terdapat perbedaan indikasi
antara lokal dengan pada control building.
Pada kontrol lokal terdapat indikasi bahwa sambungan PDC dengan UAT
sudah terhubung close. Namun pada saat dilakukan pengecekan, sambungan
terbaca open pada DCS, sehingga menyebabkan sambungan antara PDC dengan
SST tidak terlepas. Berdasarkan kejadian tersebut, maka dilakukan pengecekan
awal indikasi dari UAT menuju DCS.
48
Gambar 4.7 Schematic Diagram Main Breaker PDC 2 GTG 2.2
49
e. S43 (local/remote selector switch)
Pengecekan dilakukan dengan melihat kondisi awal dengan kondisi
saat pengecekan. Kondisi awal berada pada NC dengan setting
remote.
f. S10 (normal/test selector switch)
Kondisi awal switch ini berada pada NC dengan setting normal.
Pengecekan dilakukan dengan mengecek sambungan saat di
lapangan.
g. Q1S33 (breaker position switch)
Kondisi awal berada pada NC dengan posisi rack in. Saat
dilakukan maintenance akan berubah menjadi open karena posisi
rack out.
h. TCP 430WP
Merupakan permisif untuk daya dari GTG. Kondisi awal dari kontak
ini berupa NO yang menunjukkan GTG 2.2 < 12 MW atau GTG
sedang trip, dan akan berubah menjadi close saat daya GTG 2.2 >
12 MW.
i. K94 (overcurrent trip aux relay)
Merupakan relay yang akan berubah kondisinya saat terjadi
overcurrent. Kondisi awal dari relay ini yaitu NC. Pengecekan
kondisi relay K94 ini memperhatikan dua hal, yaitu :
- Tetap close saat koil K94 de-energized (tidak teraliri arus
listrik) akibat (overcurrent trip switch) tidak mendeteksi arus
lebih.
- Berubah open saat koil K94 energized (teraliri arus
listrik) menandakan Q1S25 mendeteksi adanya arus lebih.
j. K251 (sync check aux relay)
Merupakan relay yang kondisi awal dari relay ini yaitu NO.
Pengecekan kondisi relay ini memperhatikan faktor berikut :
50
- Akan berubah menjadi close saat koil K251 energized (tidak
teraliri arus listrik) akibat dari F251 (sync check relay)
mendeteksi adanya sinkronisasi tegangan, frekuensi dan sudut
fase sistem.
- Tetap open saat koil K251 de-energized karena F251
mendeteksi sistem belum sinkron.
k. K3 (power monitor relay)
Merupakan relay dengan kondisi awal NO dan akan berubah
menjadiclose apabila arus listrik sudah masuk ke rangkaian.
l. Closing Device
Apabila keseluruhan permisif tersebut terpenuhi, maka main
breakerakan berada dalam posisi close atau terhubung.
6. Setelah dilakukan cek permisif tersebut, ditemukan masalah awal pada
jalur komunikasi instrument. Yang menyebabkan tidak samanya indikasi
antara kontrol lokal dengan DCS pada control building. Sehingga dilakukan
perbaikan dari bagian operator.
52
Gambar 4.10 Schematic Diagram Kontak – Kontak Internal Breaker
11. Hasil dari pengecekan tersebut ternyata auxiliary contact switch Q152
tersebut tidak bekerja normal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kerusakan terjadi pada internal breaker PDC tersebut. Hal ini dapat
disebabkan karena faktor usia dari peralatan yang sudah tua, sehingga
kinerja dari komponen tersebut sudah melebihi batas.
53
Gambar 4.11 Limit Switch Q152
Unit akan dapat trip apabila suatu saat ketika kegagalan ini terjadi saat unit
sedang operasi. Apabila saat unit sedang dalam kondisi pembangkitan, namun saat
perpindahan menuju UAT, breaker SST tidak lepas. Sehingga menyebabkan
kegagalan pada SST yang menyebabkan tidak tersuplainya beban pemakaian
sendiri.
Apabila suatu pembangkit sudah trip, maka akan dapat berakibat fatal.
Terutama pada keseimbangan pembangkitan dengan beban pada sistem Jawa-
Bali. Ditambah lagi PLTGU PT. Indonesia Power Semarang PGU merupakan
pembangkit peaker, yaitu yang memenuhi kebutuhan beban terhadap kenaikan dari
base load. Sehingga harus siap sedia setiap waktu.
55
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kerja praktik selama kurang lebih satu bulan pada
bagian Pemeliharaan Listrik di PT. Indonesia Power Semarang PGU dan
melakukan pengamatan mengenai mekanisme kerja PDC dan autotransfer antara
UAT dengan SST pada GTG 2.2, serta pemeliharaan terkait peralatan tersebut,
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
56
5. Setelah melalui berbagai proses identifikasi gangguan, ditemukan beberapa
masalah yang saling berkaitan. Kerusakan terjadi pada Auxiliary Contact
Switch pada Internal Breaker menyebabkan perlu adanya penggantian
menggunakan aux contact switch cadangan dari spare breaker.
5.2 Saran
Berdasarkan kegiatan kerja praktik yang telah dilaksanakan, berikut saran
yang penulis berikan terkait permasalahan terhadap kegagalan autotransfer :
1. Selalu dilakukan pemantauan rutin sebagai antisipasi terhadap kegagalan
2. Melakukan perbaikan pada komponen – komponen yang telah/akan rusak
3. Membuat sebuah SOP atau guide mengenai pemeliharaan terhadap lingkup
sistem auxiliary
4. Sebagai solusi jangka panjang, dikarenakan faktor usia. Pembaharuan alat dan
komponen terkait PDC sangat direkomendasikan. Mengingat peralatan tersebut
sudah tidak diproduksi, menggunakan teknologi lama, dan dapat sewaktu –
waktu mengalami kegagalan saat beroperasi.
57
DAFTAR PUSTAKA
58
LAMPIRAN
59
Lampiran 2 Schematic Diagram PDC 2 Main Breaker pada GTG 2.2
60
Lampiran 3 Schematic Diagram PDC 2 Main Breaker pada GTG 2.2
61
Lampiran 4 Schematic Diagram GTG 2.2 PDC 2 Tie Breaker to PDC 12
62
Lampiran 5 Schematic Diagram Spare Breaker PDC 2 GTG 2.2
63