Anda di halaman 1dari 19

ANALISA PEMASANGAN ARRESTER UNTUK PROTEKSI SURJA PETIR

PADA BAY TRAFO 150 KV GARDU INDUK GARUDA SAKTI

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

Diajukan Oleh :
SHANDY HERDIAN
NIM : 1520201046

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PERKANBARU
2018

i
ANALISA PEMASANGAN ARRESTER UNTUK PROTEKSI SURJA PETIR
PADA BAY TRAFO 150 KV GARDU INDUK GARUDA SAKTI

ABSTRAK
Agar kontinuitas penyaluran tenaga listrik terjaga dan untuk menghindari
kerusakan peralatan gardu induk, perlu dipasang proteksi pada transformator untuk
meminimalisir gangguan. Gangguan tersebut diantaranya gangguan tegangan lebih
yang disebabkan oleh alam seperti petir.Peralatan proteksi yang dibutuhkan adalah
arrester yang berfungsi untuk mengalirkan gangguan tegangan lebih yang disebabkan
oleh sambaran petir langsung ke tanah, sehingga tidak merusak peralatan di gardu
induk.Untuk mendapatkan mutu operasi yang baik dari arrester, diperlukan
perhitungan rating tegangan dan jarak perlindungan pada pemasangannnya agar
arrester dapat bekerja secara optimal. Dengan pemasangan arrester di harapkan
mampu melindungi peralatan pada gardu induk secara kontinuitas dan memberikan
penyaluran daya pada konsumen tanpa adanya gangguan.
Kata Kunci : Arrester, Sambaran Petir

ii
ANALISA PEMASANGAN ARRESTER UNTUK PROTEKSI SURJA PETIR
PADA BAY TRAFO 150 KV GARDU INDUK GARUDA SAKTI

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Naskah Ini telah disetujui untuk diajukan sebagai Tugas Akhir


pada prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Lancang Kuning
Pekanbaru

Diajukan Oleh :
SHANDY HERDIAN
NIM : 1520201046

Telah Disetujui Oleh :

Dosen Pengampu I

Hamzah, ST.MT. Ph.D. Tanggal : ……………


NIDN 1012086701

Dosen Pengampu II

Abrar Tanjung, ST.MT. Tanggal : ……………


NIDN 1020117001

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Listrik merupakan salah satu kebutuhan yang penting dalam kehidupan
sehari-hari. Kebutuhan konsumen akan energi listrik terus meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan industri.
Mengingat hal tersebut, maka para konsumen menginginkan kualitas pelayanan
listrik yang handal.
Penyaluran energi listrik dari sistem pembangkit tenaga listrik dapat
mengalami berbagai gangguan yang dapat mengakibatkan terhentinya penyaluran
energi listrik terhadap konsumen. Selain itu gangguan tersebut dapat
mengakibatkan rusaknya peralatan dan juga dapat membahayakan manusia yang
ada di sekitarnya, untuk menghindari gangguan tersebut diperlukan suatu
pengaman dan perlindungan bagi peralatan listrik maupun manusia, pemasangan
peralatan yang dapat menghantarkan arus lebih ke tanah secara langsung.
Gardu Induk mempunyai peralatan yang sangat penting dan mahal yaitu
transformator, sehingga pada transformator harus dipasang proteksi untuk
meminimalisir gangguan. Gangguan tersebut diantaranya gangguan tegangan
lebih yang disebabkan oleh alam seperti petir. Peralatan proteksi yang dibutuhkan
adalah arrester yang berfungsi untuk mengalirkan gangguan tegangan lebih yang
disebabkan oleh sambaran petir langsung ke tanah, sehingga tidak merusak
peralatan di gardu induk.
Dalam keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator. Apabila terjadi
surja, maka arrester berlaku sebagai konduktor dan mentanahkan tegangan lebih
yang disebabkan oleh surja tersebut. Dan bila surja telah ditanahkan arrester
dengan cepat kembali menjadi isolator.
Dalam pemasangannya, arrester membutuhkan perhitungan rating tegangan
dan jarak perlindungan agar arrester dapat bekerja secara optimal. Pada tulisan ini
akan dibahas mengenai analisa pemasangan arrester pada Bay Trafo 150 kV
Gardu Induk Garuda Sakti.

2
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan perlindungan
Arrester pada bay trafo. Dengan adanya kelayakan dari arrester ini diharapkan
dapat memberikan perlindungan peralatan yang ada pada Gardu Induk Garuda
Sakti.

1.3 Manfaat Penelitian


Dengan kajian yang secara cermat manfaat penelitian ini dapat mengetahui
sifat dan kelemahan arrester jika dipasang dalam sistem ketenagalistrikan, dan
menambah wawasan berpikir dan pengetahuan khususnya penulis tentang unjuk
kerja arrester.

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah


Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penulisan tugas akhir
ini, maka penulis membatasi permasalahan yaitu :

1. Menghitung tegangan rating arrester pada Bay Trafo Daya 1 60 MVA Gardu
Induk Garuda Sakti
2. Menganalisis jarak lindung petir antara arrester terhadap peralatan yang
dilindungi pada Bay Trafo Daya 1 60 MVA Gardu Induk Garuda Sakti
3. Memodelkan sistem dengan menggunakan software PSCAD, lalu
disimulasikan hingga mendapatkan hasil yang sesuai dengan perhitungan.
4. Tidak membahas tentang proteksi trafo yang lainnya.
5. Perhitungan berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari PT. PLN
(Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera, Unit Pelayanan
Transmisi Pekanbaru.

3
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini dibagi menjadi 5 bab yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, tujuan,


manfaat, ruang lingkup, batasan masalah dan sistematika
penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis membahas tentang ringkasan penelitian lain


yang berkaitan dengan penelitian penulis dan teori dasar yang akan
dibahas pada analisa pemasangan arrester.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Dalam bab ini penulis membahas tentang metode pengumpulan


data teknis dan arrester bay trafo 150 kV Gardu induk Garuda Sakti
PT. PLN (Persero) UPT Pekanbaru

BAB 4 PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang pembahasan sistem transmisi dan


evaluasi perhitungan rele jarak jaringan transmisi Saluran Udara
Tegangan Tinggi 150 kV Garuda Sakti – Pasir Putih PT. PLN
(Persero) UPT Pekanbaru.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang


dilakukan.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tegangan Lebih


Dalam pengoperasian sistem tenaga listrik perlu perhatian khusus pada
ssstem proteksi terhadap tegangan lebih.Tegangan lebih adalah tegangan yang
hanya dapat ditahan untuk waktu yang terbatas. Tegangan lebih berdasarkan
sumbernya, ditimbulkan oleh :

1) Tegangan lebih petir (lightning over voltage) pada peralatan listrik baik
sambaran langsung, tidak langsung, maupun secara induksi.
2) Tegangan lebih surja hubung (switching over voltage) baik akibat operasi
penutupan maupun operasi pembukaan saklar.
3) Tegangan lebih sementara (temporary over voltage) disebabkan gangguan
disistem Untuk bentuk gelombang dari tegangan lebih akibat surja petir dan
surja hubung merupakan tegangan yang naik dalam waktu singkat sekali
disusul dengan penurunan yang lebih lambat.

5
2.2 Petir
Petir merupakan hasil pemisahan muatan listrik secara alami di dalam awan
badai, proses pelepasan muatan ini akan berupa kilat cahaya dan suara gemuruh
yang biasa disebut petir. Petir lebih sering terjadi antara pusat muatan satu dengan
pusat muatan lainnya di dalam awan, sedangkan antara pusat muatan di dalam
awan dengan pusat muatan dipermukaan bumi jarang terjadi. Petir terjadi
disebabkan oleh adanya konsentrasi muatan karena perbedaan tekanan udara dan
temperatur yang menyebabkan pergerakan udara ke atas. Pergerakan udara keatas
ini akan membawa uap air sampai pada ketinggian tertentu dimana temperatur
udara sangat dingin. Uap air tersebut terkonsentrasi dan berubah menjadi titik-
titik air seperti yang ditunjukkan pada gambar 1, kumpulan dari titik-titik air ini
disebut awan (Comulo Nimbus). Awan ini lebarnya bisa mencapai puluhan
kilometer dan terdiri dari sejumlah besar sel-sel awan yang berdiri sendiri dengan
ketinggian sekitar 7,5 km sampai dengan 18 km. Secara garis besar ada dua jenis
awan badai yang membangkitkan muatan listrik statik, yaitu:

a. Awan badai panas (heat storm clouds).

b. Awan badai frontal (frontal storm clouds).

Awan yang bermuatan positif adalah kristal es sedangkan yang bermuatan


negatif adalah titik-titik air. Distribusi partikel-partikel tersebut secara normal
memberikan peningkatan muatan negatif didasar awan. Peningkatan muatan
negatif didasar awan mengakibatkan peningkatan muatan positif diatas tanah.
Akibatnya antara tanah dan dasar awan terdapat beda potensial yang tinggi.
Apabila gradien potensial tersebut sedemikian besar, maka berakibat terjadinya
proses tembus pada resistansi udara, sehingga menimbulkan suatu peluahan petir.

6
Gambar 2.1 Sambaran Petir

2.3 Proses Terjadinya Petir


Petir merupakan suatu peristiwa alam yang terjadi karena proses pemuatan
energi listrik di awan. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena pada
keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya
isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena ada awan bermuatan
negatif dan awan bermuatan positif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang
berbeda muatan. dimana salah satu awan bermuatan negatif dan awan lainnya
bermuatan positif. Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan
bumi atau dengan awan lainnya.

2.4 Gangguan Petir pada Saluran


Pada saluran udara, gangguan akibat petir terdiri dari gangguan karena
sambaran secara langsung dan sambaran tidak langsung atau disebut juga dengan
sambaran induksi.
1. Sambaran tidak langsung atau sambaran induksi pada saluran udara tegangan
menengah lebih sering terjadi daripada sambaran langsung, hal itu dikarenakan
luasnya daerah sambaran induksi. Bila terjadi sambaran petir ke tanah di dekat
saluran, akan terjadi fenomena transien yang diakibatkan oleh medan

7
elektromagnetis yang menyebabkan timbulnya tegangan induksi pada saluran.
Akibatnya timbul tegangan lebih dan gelombang berjalan yang merambat pada
kedua sisi kawat di tempat sambaran berlangsung.

2. Sambaran langsung adalah petir yang menyambar langsung pada kawat fasa
(untuk saluran tanpa kawat tanah) atau pada kawat tanah (untuk saluran dengan
kawat tanah).

2.5 Kepadatan sambaran petir


Dalam perencanaan pengaman terhadap sambaran petir, angka
kepadatannya (frekuensi) harus ditinjau dulu, untuk menentukan mutu pengaman
yang akan di pasang. Hal ini dapat diketahui dengan mempergunakan peta hari
guruh per tahun. Kemudian mencari korelasinya dengan kepadatan sambaran petir
ke tanah. Menentukan kepadatan sambaran petir dapat di peroleh dari hubungan
empiris

Ft = 0,25 . T sambaran/ Km2/Tahun

Jumlah sambaran petir ke tanah hanya ± 25% dariseluruh pelepasan muatan yang
terjadi di alam (awan - awan antar muatan di dalam awan, awan – tanah).

2.6 Arrester
Arrester adalah alat pelindung bagi sistemtenaga listrik terhadap tegangan
lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switch surge). Alat ini
digunakan sebagai jalan pintas (by-pass) sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan
yang mudah dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih
pada peralatan. Jalan pintas itu harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
aliran arus daya system 50 Hz. Arrester berfungsi untuk melindungi isolasi atau
peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh sambaran petir atau
tegangan transient yang tinggi dari suatu penyambungan atau pemutusan
rangkaian (sirkuit), dengan jalan mengalirkan arus surja (surge current) ketanah
serta membatasi berlangsungnya arus ikutan (follow current) serta mengembalikan
keadaan jaringan ke keadaan semula tanpa mengganggu sistem. Jadi pada keadaan
normal arrester berlaku sebagai isolator dan pada saat timbul tegangan surja alat
ini bersifat sebagai konduktor yang tahananya relatif rendah sehingga dapat

8
mengalirkan arus yang tinggi ketanah. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh
arrester adalah:

a) Tegangan percikan (spark over voltage) dan tegangan pelepasannya


(discharge voltage) yaitu tegangan pada terminalnya pada waktu
pelepasan, harus cukup rendah, sehingga dapat mengamankan isolasi
peralatan. Tegangan percikan disebut juga tegangan gagal sela (gap break
down voltage).
b) Arrester harus dapat memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus
seperti semula. Pada arrester terdapat beberapa bagian yang penting,
sebagai berikut:

1. ElektrodaElektroda-elektroda ini adalah terminal dari arrester yang


dihubungkan dengan bagian yang bertegangan dibagian atas, dan
elektroda bawah dihubungkan dengan tanah.
2. Sela Percikan (spark gap) Apabila terjadi tegangan lebih oleh sambaran
petir atau surja hubung pada arrester yang terpasang, maka sela percikan
(spark gap) akan terjadi loncatan busur api. Pada beberapa tipe arrester
busur api yang terjadi tersebut ditiup keluar oleh tekanan gas yang
ditimbulkan oleh tabung fiber yang terbakar.
3. Tahanan Katup Tahanan yang digunakan dalam arrester ini adalah suatu
jenis aterial yang sifat tahanannya akan berubah bila mendapatkan
perubahan tegangan.

2.7 Prinsip Kerja Arester


Pada saat terjadi gangguan tegangan lebih akibat surja petir, maka harga
tahanan dari arester akan naik dengan cepat jika tegangan dan arus naik. Tegangan
sisa ( Residual Voltage atau tegangan yang timbul diantara terminal arester pada
saat terjadinya tembus tegangan) akan dibatasi walaupun arus yang mengalir
cukup besar. Sebelum tegangan terpa mencapai trafo, dalam waktu ± 0,25 μdet
tegangan terpa akan mencapai harga tegangan kerja dari arester, sehingga arester
bekerja. Tegangan terpa yang naik dengan cepat ini menyebabkan energi terpa di
lepas ke tanah, dengan demikian tegangan terpa yang masuk ke peralatan yang
dilindungi sudah tidak membahayakan sistem.

9
Gambar 2.2 Cara kerja lightning arrester.

2.8. Jenis – Jenis Lightning Arrester

1. Lightning Arrester jenis Ekspulsi atau Tabung Pelindung


Arrester ini banyak digunakan pada saluran transmisi untuk membatasi besar surja
yang memasuki gardu induk.

2. Lightning Arrester jenis katup


Arrester jenis katup ini dibagi dalam empat jenis :
a) Arrester katup jenis gardu.
Umumnya dipakai untuk melindungi alat-alat yang mahal pada
rangkaian 2,4 kV sampai 287 Kv
b) Arrester katup jenis saluran.

10
Arrester jenis saluran ini lebih murah dari arrester jenis gardu induk.
Arrester jenis ini dipakai pada saluran dengan tegangan 15 kV sampai 69
kV
c) Arrester katup jenis gardu untuk mesin-mesin.
Arrester jenis gardu ini khusus untuk melindungi mesin-mesin berputar.
Pemakaiannya untuk tegangan 2,4 kV sampai 15 kV.
d) Arrester katup jenis Distribusi untuk mesin-mesin.
Arrester ini khusus dipakai untuk melindungi mesin-mesin berputar
dengan tegangan 120 volt sampai 750 volt.

2.9 Pemilihan Arrester


Pemilihan arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar
yang sesuai dengan Basic Impuls Insulation Level (BIL) peralatan yang
dilindungi, sehingga didapatkan perlindungan yang baik. Dalam memilih arrester
yang paling sesuai untuk suatu keperluan tertentu, harus diperlukan beberapa
fakor, antara lain : Protective Need (keperluan proteksi), System Voltage (keadaan
sistem tegangan) dan faktor ekonomi. Tingkat pengenal arreseter didasarkan pada:

1) Tegangan Dasar Arrester


Tegangan dasar arrester adalah tegangan dimana penangkap petir atau
arrester masih dapat bekerja sesuai dengan karakteristiknya. Arrester tidak
boleh bekerja pada tegangan maksimum sistem yang direncanakan, tetapi
masih mampu memutuskan arus ikutan dari sistem secara effektif. Untuk
mengetahui tegangan maksimum yang mungkin terjadi pada fasa yang
sehat ke tanah sehingga gangguan satu fasa ketanah perlu diketahui. Untuk
menentukan tegangan dasar diambil harga 110% dari harga tegangan
nominal sistem dan koefisien pentanahan.

2) Arus Pelepasan nominal (Nominal Discharge Current)


Arus pelepasan adalah arus surja yang dapat mengalir melalui arrester
setelah tembusnya sela seri tanpa merusak atau merubah karakteristik dari
penangkap petir. Besarnya arus pelepasan arrester adalah :

11
Keterangan :
I = Arus pelepasan arrester (A)
e = tegangan surja yang datang (kV)
Eo= Tegangan arrester pada saat arus nol (kV)
Z = Impedansi surja saluran (Ω)
R = Tahanan arrester (Ω)

3) Tegangan Pelepasan (Nominal Discharge Voltage)


Tegangan pelapasan arrester adalah karakteristik yang paling penting dari
penangkapan petir untuk perlindungan peralatan dalam gardu. Tegangan
pelepasan atau tegangan kerja ini menentukan tingkat perlindungan dari
penangkapan petir tersebut. Jika tegangan kerja arrester ada dibawah BIL
dari peralatan yang dilindungi, maka dengan faktor keamanan yang cukup
perlindungan peralatan yang optimal dapat diperoleh. Tegangan pelepasan
arrester didapatkan sesuai dengan persamaan:
ea=Eo+(IxR)
Keterangan :
I = Arus pelepasan arrester (A)
e = tegangan surja yang datang (kV)
Eo= Tegangan arrester pada saat arus nol (kV)
Z = Impedansi surja saluran (Ω)
R = Tahanan arrester (Ω)

4) Pemilihan Tingkat Isolasi Dasar (BIL)


Basic impuls insulation Level (BIL) adalah suatu referensi level yang
dinyatakan dalam impuls crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan
standar suatu gelombang 1,2 x 50 µs. Sehingga isolasi dari peralatan-
peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahananan impuls sama
atau tinggi dari BIL tersebut.

2.10 Degradasi Pelayanan Dari Arrester Metal Oxide Tanpa Celah


Dalam pelayanan arrester akan terkena kombinasi tekanan yang berasal
baik dari jaringan dan lingkungan setempat. Tekanan ini, secara terpisah atau

12
bersama-sama dalam berbagai kombinasi, dapat menyebabkan penuaan atau
kerusakan pada blok Arrester. Kategori-kategori utama dari degradasi arrester
adalah:

1. Degradasi dari bahan isolasi


2. Degradasi dari karakteristik pelindung
Ada berbagai macam mekanisme yang dapat menyebabkan degradasi
Arrester atau kegagalan kasus terburuk dari Arrester:

1. Pembungkusnya cacat yang menyebabkan masuknya pengaruh kelembapan


2. Pembuangan akibat kontaminasi pada permukaan Arrester
3. Kelebihan beban dikarenakan tegangan lebih transien dan sementara
4. Penuaan jangka panjang selama tegangan normal, misalnya spesifikasi Arrester
tidak sesuai dengan sistem tegangan aktual dan nilai tegangan lebih.
5. discharge parsial internal
Beban lebih biasanya terjadi setelah gangguan dengan tegangan lebih
temporer tinggi dalam jaringan. Jika rated tegangan arrester yang telah dipilih
terlalu rendah, hal ini akan lebih meningkatkan risiko bahwa arrester bisa menjadi
kelebihan beban bahkan untuk tegangan sementara yang harus ditetapkan untuk
bertahan. Salah satu konsekuensi dari degradasi pelindung karakteristik Arrester
adalah meningkatnya waktu komponen resistif dari kebocoran arus kontinu yang
mengalir melalui arester akan meningkat dengan waktu.

Peningkatan kebocoran arus resistif akan menyebabkan


meningkatnya kerugian daya dan juga meningkatnya suhu blok ZnO. Kebocoran
arus resistif mungkin secara instan, melebihi batas kritis di mana energi yang
terakumulasi dalam blok ZnO melebihi kemampuan energi arrester (energi yang
dapat disipasi ke sekitarnya). Arrester kemudian akan mendapatkan termal yang
tidak stabil ("pelarian termal") dan gagal berfungsi.

2.11 Cara-Cara Kegagalan Arrester


Kegagalan arester dapat muncul dengan cara-cara yang berbeda:

1. Arrester dengan bahan porselen mungkin dalam kasus terburuk meledak dan
menyebabkan kerusakan parah pada sekitarnya, Dalam kasus arrester dengan
bahan polimer, bahan polimer bisa meledak terbuka, namun risiko untuk objek
yang tersebar lebih terbatas.

13
2. Arrester dapat menyebabkan gangguan tanah karena flashovers intern dll.
Arrester tersebut bisa sulit untuk dilokasikan.
3. Usang atau kelebihan beban arrester mungkin menunjukkan menurunnya
perlindungan terhadap tegangan lebih, yaitu selama tegangan lebih transien,
misalnya karena beberapa sambaran petir atau tegangan lebih sementara energi
tinggi, penangkal bisa gagal sebelum benar-benar telah memotong tegangan
lebih. Dengan demikian, peralatan arrester diatur untuk melindungi dapat
dikenakan tegangan lebih yang dapat menyebabkan kerusakan.

Beberapa factor yang mengakibatkan gagalnya arrester bekerja untuk


mengamankan peralatan dari tegangan lebih yaitu(Badaruddin, 2012) :
1. Tahanan pada arrester
2. Tabung arrester
3. Tegangan dasar maksimum
4. Penurunan tingkat isolator.

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Proses Bisnis UPT Pekanbaru


PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Pekanbaru atau yang dikenal
dengan UPT Pekanbaru merupakan unit organisasi yang berada di bawah PT. PLN
(Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera atau yang dikenal
sebagai P3BS yang dibentuk berdasarkan SK Direksi PT. PLN (Persero)
nomor 341.K/DIR/2008 tanggal 28 Oktober 2008. PT. PLN (Persero) P3B
Sumatera – UPT Pekanbaru memulai operasional organisasinya pada awal Juni
2009 dengan kantor bertempat di Jln. Siak II (Air Hitam), km. 11, Kec. Payung
Sekaki, Pekanbaru yang berada areal Gardu Induk Garuda Sakti.

Wilayah kerja PT. PLN (Persero) P3B Sumatera – UPT Pekanbaru adalah
dari GI Kota Panjang yang berbatasan dengan sistem kelistrikan Sumatera Barat
hingga GI Kota Pinang yang berbatasan dengan sistem kelistrikan
Sumatera Utara. Jadi jika disetarakan dengan otonomi daerah tingkat I di

14
Sumatera mencakup Provinsi Riau dan sebagian Provinsi Sumatera Utara. UPT
Pekanbaru memiliki 2 unit Transmisi dan Gardu Induk (TRAGI) dan 12 unit
Gardu Induk Tegangan Tinggi 150 kV. TRAGI Teluk Lembu membawahi 7 unit
gardu induk yakni, GI Koto Panjang, GI Bangkinang, GI Garuda Sakti, GI Teluk
Lembu, GI Pasir Putih, GI Tenayan Raya, dan GI Pangkalan Kerinci. Tragi Duri
membawahi 5 unit gardu induk yaitu, GI Balai Pungut, GI Duri, GI Dumai, GI
Bagan Batu, dan GI Kota Pinang.

3.2 Objek Penelitian


Objek penelitian ini adalah lightning arrester pada bay trafo 150 kV Gardu
Induk Garuda Sakti .

3.3 Lokasi Penelitian


Gardu Induk Garuda Sakti beralamat di Jalan Siak 2, Km.11 Kelurahan Air
Hitam, Kecamatan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru.

3.4 Metode Pengumpulan Data


3.4.1 Data Primer

Data primer didapatkan dengan :

1. Melakukan pengamatan langsung dan atau turut serta dalam melakukan


pengambilan data, dokumentasi, pengujian-pengujian dan lain sebagainya
ditempat melaksanakan penelitian.
2. Melakukan wawancara dan diskusi untuk mengumpulkan informasi dan data
yang dibutuhkan secara langsung dari pihak perusahaan tempat
dilaksanakannya penelitian maupun dari pihak lain yang dapat memberikan
masukan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dengan :

1. Melakukan pengumpulan referensi dari buku, jurnal, dan tulisan ilmiah


lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

15
2. Melakukan pengambilan data dari tempat pelaksanaan penelitian seperti
name plate peralatan, single line diagram, dan data setting.

3.4.3. Data yang Diperlukan

Data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain :

1. Data Name Plate Trafo


2. Spesifikasi arrester pada bay trafo Gardu Induk Garuda Sakti
3. Jarak antara arrester dengan trafo daya

3.5 Tahapan/Langkah Penelitian


1. Melakukan pengambilan data arrester dan trafo daya yang terpasang di GI
Garuda Sakti
2. Mengukur arus bocor pada arrester bay trafo Gardu Induk Garuda Sakti
3. Melakukan perhitungan rating tegangan arrester.
4. Melakukan perhitungan jarak pengamanan arrester.
5. Melakukan simulasi dengan menggunakan software PSCAD.

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah kualitatif sehingga data
tersebut dituangkan atau ditranskripkan secara tertulis. Diagram alir tahapan
pembahasan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

16
Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Pembahasan

17

Anda mungkin juga menyukai