Diajukan Oleh :
SHANDY HERDIAN
NIM : 1520201046
i
ANALISA PEMASANGAN ARRESTER UNTUK PROTEKSI SURJA PETIR
PADA BAY TRAFO 150 KV GARDU INDUK GARUDA SAKTI
ABSTRAK
Agar kontinuitas penyaluran tenaga listrik terjaga dan untuk menghindari
kerusakan peralatan gardu induk, perlu dipasang proteksi pada transformator untuk
meminimalisir gangguan. Gangguan tersebut diantaranya gangguan tegangan lebih
yang disebabkan oleh alam seperti petir.Peralatan proteksi yang dibutuhkan adalah
arrester yang berfungsi untuk mengalirkan gangguan tegangan lebih yang disebabkan
oleh sambaran petir langsung ke tanah, sehingga tidak merusak peralatan di gardu
induk.Untuk mendapatkan mutu operasi yang baik dari arrester, diperlukan
perhitungan rating tegangan dan jarak perlindungan pada pemasangannnya agar
arrester dapat bekerja secara optimal. Dengan pemasangan arrester di harapkan
mampu melindungi peralatan pada gardu induk secara kontinuitas dan memberikan
penyaluran daya pada konsumen tanpa adanya gangguan.
Kata Kunci : Arrester, Sambaran Petir
ii
ANALISA PEMASANGAN ARRESTER UNTUK PROTEKSI SURJA PETIR
PADA BAY TRAFO 150 KV GARDU INDUK GARUDA SAKTI
Diajukan Oleh :
SHANDY HERDIAN
NIM : 1520201046
Dosen Pengampu I
Dosen Pengampu II
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan perlindungan
Arrester pada bay trafo. Dengan adanya kelayakan dari arrester ini diharapkan
dapat memberikan perlindungan peralatan yang ada pada Gardu Induk Garuda
Sakti.
1. Menghitung tegangan rating arrester pada Bay Trafo Daya 1 60 MVA Gardu
Induk Garuda Sakti
2. Menganalisis jarak lindung petir antara arrester terhadap peralatan yang
dilindungi pada Bay Trafo Daya 1 60 MVA Gardu Induk Garuda Sakti
3. Memodelkan sistem dengan menggunakan software PSCAD, lalu
disimulasikan hingga mendapatkan hasil yang sesuai dengan perhitungan.
4. Tidak membahas tentang proteksi trafo yang lainnya.
5. Perhitungan berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari PT. PLN
(Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera, Unit Pelayanan
Transmisi Pekanbaru.
3
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini dibagi menjadi 5 bab yaitu :
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 4 PEMBAHASAN
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1) Tegangan lebih petir (lightning over voltage) pada peralatan listrik baik
sambaran langsung, tidak langsung, maupun secara induksi.
2) Tegangan lebih surja hubung (switching over voltage) baik akibat operasi
penutupan maupun operasi pembukaan saklar.
3) Tegangan lebih sementara (temporary over voltage) disebabkan gangguan
disistem Untuk bentuk gelombang dari tegangan lebih akibat surja petir dan
surja hubung merupakan tegangan yang naik dalam waktu singkat sekali
disusul dengan penurunan yang lebih lambat.
5
2.2 Petir
Petir merupakan hasil pemisahan muatan listrik secara alami di dalam awan
badai, proses pelepasan muatan ini akan berupa kilat cahaya dan suara gemuruh
yang biasa disebut petir. Petir lebih sering terjadi antara pusat muatan satu dengan
pusat muatan lainnya di dalam awan, sedangkan antara pusat muatan di dalam
awan dengan pusat muatan dipermukaan bumi jarang terjadi. Petir terjadi
disebabkan oleh adanya konsentrasi muatan karena perbedaan tekanan udara dan
temperatur yang menyebabkan pergerakan udara ke atas. Pergerakan udara keatas
ini akan membawa uap air sampai pada ketinggian tertentu dimana temperatur
udara sangat dingin. Uap air tersebut terkonsentrasi dan berubah menjadi titik-
titik air seperti yang ditunjukkan pada gambar 1, kumpulan dari titik-titik air ini
disebut awan (Comulo Nimbus). Awan ini lebarnya bisa mencapai puluhan
kilometer dan terdiri dari sejumlah besar sel-sel awan yang berdiri sendiri dengan
ketinggian sekitar 7,5 km sampai dengan 18 km. Secara garis besar ada dua jenis
awan badai yang membangkitkan muatan listrik statik, yaitu:
6
Gambar 2.1 Sambaran Petir
7
elektromagnetis yang menyebabkan timbulnya tegangan induksi pada saluran.
Akibatnya timbul tegangan lebih dan gelombang berjalan yang merambat pada
kedua sisi kawat di tempat sambaran berlangsung.
2. Sambaran langsung adalah petir yang menyambar langsung pada kawat fasa
(untuk saluran tanpa kawat tanah) atau pada kawat tanah (untuk saluran dengan
kawat tanah).
Jumlah sambaran petir ke tanah hanya ± 25% dariseluruh pelepasan muatan yang
terjadi di alam (awan - awan antar muatan di dalam awan, awan – tanah).
2.6 Arrester
Arrester adalah alat pelindung bagi sistemtenaga listrik terhadap tegangan
lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switch surge). Alat ini
digunakan sebagai jalan pintas (by-pass) sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan
yang mudah dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih
pada peralatan. Jalan pintas itu harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
aliran arus daya system 50 Hz. Arrester berfungsi untuk melindungi isolasi atau
peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh sambaran petir atau
tegangan transient yang tinggi dari suatu penyambungan atau pemutusan
rangkaian (sirkuit), dengan jalan mengalirkan arus surja (surge current) ketanah
serta membatasi berlangsungnya arus ikutan (follow current) serta mengembalikan
keadaan jaringan ke keadaan semula tanpa mengganggu sistem. Jadi pada keadaan
normal arrester berlaku sebagai isolator dan pada saat timbul tegangan surja alat
ini bersifat sebagai konduktor yang tahananya relatif rendah sehingga dapat
8
mengalirkan arus yang tinggi ketanah. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh
arrester adalah:
9
Gambar 2.2 Cara kerja lightning arrester.
10
Arrester jenis saluran ini lebih murah dari arrester jenis gardu induk.
Arrester jenis ini dipakai pada saluran dengan tegangan 15 kV sampai 69
kV
c) Arrester katup jenis gardu untuk mesin-mesin.
Arrester jenis gardu ini khusus untuk melindungi mesin-mesin berputar.
Pemakaiannya untuk tegangan 2,4 kV sampai 15 kV.
d) Arrester katup jenis Distribusi untuk mesin-mesin.
Arrester ini khusus dipakai untuk melindungi mesin-mesin berputar
dengan tegangan 120 volt sampai 750 volt.
11
Keterangan :
I = Arus pelepasan arrester (A)
e = tegangan surja yang datang (kV)
Eo= Tegangan arrester pada saat arus nol (kV)
Z = Impedansi surja saluran (Ω)
R = Tahanan arrester (Ω)
12
bersama-sama dalam berbagai kombinasi, dapat menyebabkan penuaan atau
kerusakan pada blok Arrester. Kategori-kategori utama dari degradasi arrester
adalah:
1. Arrester dengan bahan porselen mungkin dalam kasus terburuk meledak dan
menyebabkan kerusakan parah pada sekitarnya, Dalam kasus arrester dengan
bahan polimer, bahan polimer bisa meledak terbuka, namun risiko untuk objek
yang tersebar lebih terbatas.
13
2. Arrester dapat menyebabkan gangguan tanah karena flashovers intern dll.
Arrester tersebut bisa sulit untuk dilokasikan.
3. Usang atau kelebihan beban arrester mungkin menunjukkan menurunnya
perlindungan terhadap tegangan lebih, yaitu selama tegangan lebih transien,
misalnya karena beberapa sambaran petir atau tegangan lebih sementara energi
tinggi, penangkal bisa gagal sebelum benar-benar telah memotong tegangan
lebih. Dengan demikian, peralatan arrester diatur untuk melindungi dapat
dikenakan tegangan lebih yang dapat menyebabkan kerusakan.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Wilayah kerja PT. PLN (Persero) P3B Sumatera – UPT Pekanbaru adalah
dari GI Kota Panjang yang berbatasan dengan sistem kelistrikan Sumatera Barat
hingga GI Kota Pinang yang berbatasan dengan sistem kelistrikan
Sumatera Utara. Jadi jika disetarakan dengan otonomi daerah tingkat I di
14
Sumatera mencakup Provinsi Riau dan sebagian Provinsi Sumatera Utara. UPT
Pekanbaru memiliki 2 unit Transmisi dan Gardu Induk (TRAGI) dan 12 unit
Gardu Induk Tegangan Tinggi 150 kV. TRAGI Teluk Lembu membawahi 7 unit
gardu induk yakni, GI Koto Panjang, GI Bangkinang, GI Garuda Sakti, GI Teluk
Lembu, GI Pasir Putih, GI Tenayan Raya, dan GI Pangkalan Kerinci. Tragi Duri
membawahi 5 unit gardu induk yaitu, GI Balai Pungut, GI Duri, GI Dumai, GI
Bagan Batu, dan GI Kota Pinang.
15
2. Melakukan pengambilan data dari tempat pelaksanaan penelitian seperti
name plate peralatan, single line diagram, dan data setting.
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah kualitatif sehingga data
tersebut dituangkan atau ditranskripkan secara tertulis. Diagram alir tahapan
pembahasan dapat dilihat pada Gambar 3.1.
16
Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Pembahasan
17