Anda di halaman 1dari 43

INSPEKSI JTM, GENSET DAN PENGUKURAN TAHANAN

ISOLASI PADA GTT

LAPORAN

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Maintenance and Repair


yang dibimbing oleh Ibu Rohmanita Duanaputri S.ST

disusun oleh

D3 Teknik Listrik 3C

1. Alfian Roziqi Yahya (1431120102)


2. Hindra Aditya Famuji (1431120124)
3. Ridwan Ma’ruf Yogatama (1431120008)
4. M. Nur Sirojudin (14311xxxxx)
5. Naufal Afra Rozan (14311xxxxx)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
November 2016
I. PERCOBAAN 1 INSPEKSI JTM
1. Tujuan
Tujuan inspeksi jaringan tegangan menengah ini adalah untuk
memberikan keterampilan kepada mahasiswa agar mampu berperan aktif
dalam pelaksanaan inspeksi baik sebagai pelaksana maupun pengawas serta
agar didapatkan data data yang akurat untuk dijadikan acuan dalam
perencanaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem / jaringan ke depan.
Dengan pelaksanaan dinspeksi ini diharapkan mahasiswa memiliki
kecakapan dan siap mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dengan
harapan dapat memberikan kontribusi positif terhadap kinerja perusahaan
ketika bekerja di PLN selain itu Inspeksi ini bertujuan untuk mengamati
secara langsung Jaringan Distribusi Tegangan Menengah yaitu penyaluran
beban di sistem 20 kV sebagai sarana latihan bagi Mahasiswa Politeknik
Negeri Malang khususnya Program Studi Teknik Listrik.

2. Metode Pelaksanaan
2.1. Metode adalah pemberian materi tentang jaringan tegangan dan cara
melakukan inspeksi sesuai dengan SOP sehingga dapat
mengaplikasikannya di lapangan. Inspeksi dilakukan secara
berkelompok. Tiap anggota kelompok mempunyai tugas masing-
masing, dibagi sesuai dengan pembagian masing-masing dan apabila
sudah terkumpul data, selanjutnya data dari masing-masing anggota
kelompok dijadikan satu dan saling sharing. Inspeksi jaringan tegangan
menengah ini dilakukan pada saat kuliah MR (Maintenance and Repair)
pada hari kamis mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 10.00
WIB dan dalam jangka waktu 1 hari

2.2. Pemeliharaan dilakukan untuk meningkatkan mutu dan keandalam


pada sistem distribusi dlam rangka mengurangi kerusakan peralatan
yang sifatnya mendadak, menurunkan biaya pemeliharaan dan
mendapatkan simpati serta kepuasan pelanggan dalam pelayanan tenaga
listrik.
Untuk melaksanakan pemeliharaan yang baik perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
2.2.1. Sistem distribusi harus direncanakan dengan baik dan benar,
memakai bahan/peralatan yang berkualitas baik sesuai dengan
standar yang berlaku.
2.2.2. Sistem distribusi yang baru dibangun harus diperiksa secara teliti,
apabila terdapat kerusakan kecil segera diperbaiki pada saat itu
juga.
2.2.3. Staf / petugas dan pemeliharaan harus terlatih baik dengan
jumlah petugas cukup memadai.
2.2.4. Mempunyai peralatan kerja yang baik dengan jumlah cukup
memadai untuk pemeliharan dalam keadaan tidak bertegangan
maupun pemeliharaan dalam keadaan bertegangan.
2.2.5. Mempunyai buku / brosur peralatan dari pabrik pembuat dan
dipelihara untuk bahan pada pekerjaan pemeliharaan berikutnya.
2.2.6. Jadwal yang telah dibuat sebaiknya dibahas ulang untuk melihat
kemungkinan penyempurnaan dalam pelaksanaan pekerjaan
pemeliharaan
2.2.7. Harus diamati tindakan pengaman dalam pelaksanaan
pemeliharaan, gunakan peralatan keselamatan kerja yang baik
dan benar.

2.3. Macam-macam Pemeliharaan


Pada dasarnya pemeliharaan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
• Pemeliharaan rutin (terjadwal)
• Pemeliharaan tanpa jadwal / mendadak

2.3. 1. Pemeliharaan rutin


Dalam pelaksanaannya pemeliharaan rutin ini terdiri dari dua
katagori pekerjaan yaitu :
1. Pemeliharaan servis, pemeliharaan dengan jangka waktu pendek
meliputi pekerjaan ringan kecil.
Misalnya : memberishkan ROW jaringan.
2. Pemeliharaan inpeksi, pemeliharaan jangka waktu panjang
meliputi pekerjaan penyetelan, perbaikan dan penggantian
peralatan dab bagian – bagian dari sistem distribusi.

2.3.2. Pemeliharaan tanpa jadwal / mendadak


Pemeliharaan ini sifatnya mendadak, tidak terencana ini
berakibat gangguan atau kerusakan atau hal-hal lain diluar
kemampuan kita, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan/pengecekan perbaikan ataupun penggantian
peralatan, tetapi masih dalam kurun waktu pemeliharaan.

2.4. Jadwal Pemeliharaan


Dalam pelaksanaan pemeliharaan perlu direncanakan dengan baik
berdasrkan hasil pengamatan dan catatan serta pengalaman dari
pemeliharaan terdahulu, sehingga akan mendapatkan hasil yang baik,
untuk itu perlu dibuat jadwal pemeliharaan.
Jadwal pemeliharaan dapat dibuat dengan kurun waktu yang berbeda
sesuai dengan kebutuhan dan umur dari peralatan yang akan dipelihara
waktu tersebut adalah sebagai berikut
1. Pemeliharaan Mingguan
2. Pemeliharaan Bulanan
3. Pemeliharaan Semesteran
4. Pemeliharaan Tahunan

2.5. Inspeksi Jaringan


2.5.1. Inspeksi jaringan berutujuan untuk
1. Mengetahui secara dini kerusakan – kerusakan atau gejala
kerusakan dijaringan yang akan menganggu kelangsungan
pelayanan, membahayakan masyarakat dan operator.
2. Mengetahui adanya kelainan-kelainan diluar standard yang terjadi
dipelanggan (seperti tegangan terlalu rendah, seringnya terjadi
kedip) ataupun pada jaringan PLN.
3. Meneliti sebab-sebab terjadi hal-hal seperti disebut dalam butir 1
dan 2 diatas dan usulan perbaikannya.

2.5.2. Inpeksi yang dilakukan dapat bersifat


1. Inspeksi rutin
Inspeksi yang dilakukan sesuai jadwal yang telah disusun seperti
pengukuran teganan awal dan ujung, dan pengukuran beban inspeksi
keliling.
2. Inspeksi berdasarkan laporan.

2.6. Pemeliharaan JTM


2.6.1. Peralatan Grounding
Gunanya untuk menghubungkan saluran yang sudah tidak
bertegangan lagi kebumi, tehindar adanya kecelakaan akibat ada
tegangan pada saluran yang timbul karena salah operasi,
terinduksi jaringandan sambaran petir

Bagian – bagian SUTM yang perlu diperiksa / diperlihara adalah


• Kawat penghantar
• Tiang
• Isolator
• Cross arm (traverse)
• Joint dan jumper
Sedangkan bagian – bagian SKUTM yang perlu dipelihara adalah
• Kabel
• Tiang
• Pole bracket dan perlengkapannya
• Suspension / Strain Clamp
• Sambungan – sambungan
• Pembumian
2.6.2. Pemeliharaan Penghantar

Sebagai alat penyalur tenaga listrik, penghantar, baik kawat


ataupun kabel harus terpasang dengan baik, yaitu tidak
menyebabkan kerugian lsitrik yang besar serta aman terhadap
peralatan dan orang dari bahaya akibat listrik (tegangan
menengah)

Untuk hal tersebut, maka pelaksanaan peemliharaan penghantar


hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah

• Jarak aman

• Andongan kawat / lendutan

• Kondisi fisik

• Jumper / joint

• Pengikat penghantar pada isolator / klem.

Sedangkan pekerjaan yang dilakukan untuk pemeliharaan


penghantar antara lain :

• Penggantian penghantar

• Perbaikan kondisi / pemasangan penghantar

2.6.3. Andongan

Yang dimaksud dengan andongan ialah jarak antara posisi


terendah dari penghantar yang direntangkan dengan posisi dimana
penghantar tersebut ditumpang / sangga / digantung pada tiang.

Bagan lendutan (SAG) menurut Tegangan tarik (Tension) dan


Rentangan (SPAN) sebenarnya.
Andongan harus disesuaikan dengan standard kuat tarik hantaran,
jarak antar hantaran, lebar bentangan antar tiang.

Andongan harus senantiasa dijaga agar tidak terlalu kencang


maupun terlalu kendor. Karena jika terlalu kencang dapat
mengakibatkan tarikan hantaran mempengaruhi impedansi/ daya
hantar akibat pemuluran pada saat penghantar panas oleh beban
listrik pelanggan. Dan jika terlalu kendor antar penghantar dapat
berhimpit/ hubung singkat karena angin/ benang layangan.

2.6.4. Pemeliharaan Tiang

Sebagai penyangga penghantar, kedudukan tiang adalah untuk


diperhatikan, karena gangguan yang disebabkan oleh rusaknya robohnya
tiang adalah merupakan hal yang sangat membahayakan, terutama
terhadap keselamatan umum.

Hal – hal yang biasa dilakukan pada pelaksanaan pemeliharaan tiang


adalah
1. Pemeriksaan / pemeliharaan terhadap kondisi fisik tiang, yaitu adanya
kemungkianan keroposnya tiang besi oleh karena karat atau adanya
keretakan pada tiang terbuat dari beton.
2. Pemeriksaaan / perbaikan terhadap letak kedudukan tiang yang berubah
karena tidak kuatnya pondasi
3. Pemeriksaaan / perbaikan terhadap kemiringan karena tarikan
penghantar
4. Penggantian tiang yang rusak/ keropos.
5. Pengecatan tiang besi.
6. Perbaikan/ pemberian nomor tiang sesuai ketentuan.
2.6.5. Pemeliharaan Peralatan

Yang dimaksud dengan peralatan disini adalah peralatan mendukung


lainnya selain peghantar dan tiang pada JTM.

Pada hakekatnya pemeliharaan rutin dari peralatan tersebut biasanya selalu


dilaksanakan secara bersamaan ketika mengadakan pemeliharaan
penghantar dari tiang.

Isolator

Fungsi isolator dapat ditinjau dari 2 (dua) segi yaitu :

a] Fungsi dari segi listrik

• Untuk menyekat mengisolasi antar kawat phasa dengan tanah

• Untuk menyekat mengisolasi antar kawat phasa dengan kawat phasa

b] Fungsi dari segi mekanik

• Menahan berat dari penghantar / kawat

• Mengatur jarak dan sudut antar penghantar / kawat dan kawat

• Menahan adanya perubahan kawat akibat perbedaan temperature dan


angin.

Bahan Isolator

Bahan untuk membuat isolator yang paling banyak digunakan pada sistem
distribusi antara lain :

a) Isolator Gelas

b) Isolator Keramik
2.6.6. Pempeliharaan Pembumian

Pembumian pada peralatan ditiang diperlukan untuk tujuan :

a) Membatasi besar tegangan yang disebabkan petir

b) Membatasi besar tegangan yang disebabkan oleh terjadinya hubung


tidak sengaja dengan bagian yang bertegangan .

c) Menstabilkan tegangan ke tanah dalam kondisi normal.

Karena itu pemasangan sistem pembumian harus dilakukan dengan


standard sesuai ketentuan yang berlaku sebagai elektroda pembumian
biasanya digunakan elektroda batang berbentuk pipa baja galvanis
diameter 25 mm atau baja berdiameter 15 mm yang dilapisi tembaga
setebal 2,5 meter dengan panjang 2,5 m atau 3 m. untuk penghantr bumi
biasanya digunakan tembaga 50 mm2 dan sampai dengan 2,5 meter dari
atas tanah harus dilindungi dengan pipa baja dari kerusakan mekanis.

Pada beberapa tiang beton penghantar bumi sudah merupakan komponen


dari tiang dan untuk menghubungkannya dengan penghantar bumi diluar
tiang beton digunakan mur baut yang dipasang pada bagian atas dan
bawah tiang.

Tahanan pembumian yang dapat dicapai sangat tergantung pada jenis


elektroda, jenis tanah dan ke dalaman penanaman elektroda. Pada tanah
kering yang berbatu tidak mungkin untuk mendapatkan harga di bawah
100 ohm bila hanya ditanam 1 batang elektroda 3 m.

Walaupun dengan memasang beberapa elektroda secara parallel dapat


menurunkan harga tahanan pembumian, tetapi kenyataannya
penurunannya tidaklah menjadi R/n (R tahanan untuk 1 elektroda, n
jumlah elektroda seperti diperkirakan. Bila peralatan dan kondisi tanah
setempat memungkinkan akan lebih menguntungkan bila elektroda
ditanam secara seri. Keuntungan lain dengan cara ini adlah pengaruh
musim dapat diperkecil karena dicapainya air tanah.

Bila kondisi tanah tidak memungkinkan untuk menanam secara seri


beberapa batan pipa, maka untuk memperoleh harga tahanan yang rendah
pipa – pipa elektroda dapat dipasang secara parallel. Jarak antar elektroda
tersebut minimum harus dua kali panjang elektroda (PUIL 1987 pasal
3221 A4).

Pemeliharaan Pembumian antara lain yang dilakukan pada :

• Pemeriksaan secara visual kondisi pembumian

• Pemeriksaan / perbaikan terhadap baut kelm yng kendor, lepas atau putus

• Membersihkan bagian–bagian dari kotoran dan benda–benda yang


bersifat menyekat

• Menganti kabel yang sudah rusak.

2.6.7. Pemeliharaan Lightning Arrester

Selain Instalasi pembumian untuk Lightning Arrester (LA), yang perlu


dipelihara untuk pengaman pada JTM adalah Lightning Arrester itu sendiri
dipelihara secara periodik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan Lightning Arrester


adalah

a) Pengujian tahanan isolasi/ tegangan tembus dari Lightning Arrester,


b) Pemeriksaan kondisi fisik dari Lightning Arrester, apakah isolasi
keramiknya pecah/ retak atau siripnya gompel, jika perlu diganti baru.

c) Jika fifik LA ada kotoran debu / lumut/ penggaraman/ karat, maka


dibersihkan.

d) Pengencangan klem/ baut-baut pengikat dan jumper.

e) Pengukuran tahanan pembumian, diupayakan perbaikan nilai tahanan


sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Hasil Inspeksi Tenaga Menengah

Gambar GTT
 Jenis tiang B6 adalah tipe GTT2A karena trafo distribusi pada gambar di
topang oleh 2 tiang.
 Tiang ini adalah tiang beton, terdapat tempelan brosur dan pamphlet
sehingga perlu dibersihkan
 Kabel TR perlu dilakukan maintenance selain itu juga terlihat kurang
rapi
 Kondisi cross arm perlu diperbaiki karena konstruksi agak miring
 Pelindung penghantar (pipa) yang tidak digunakan seperti di sisi kiri
lebih baik diganti
 Kondisi tiang secara umum kurang bagus

Gambar Trafo P.Mojolangu

 Kondisi Trafo bisa dikatan bagus


 Letak trafo dikatakan kurang bagus karena banyak pohon yang
menghalangi trafo
Gambar Panel GTT, Metering dan NH Fuse
 Kondisi panel GTT kurang bagus karena banyak tempelan-tempelan
stiker

Gambar kabel TR
 Kondisi kabel TR seharusnya dimasukkan kedalam pipa
4. Kesimpulan
4.6. Simpulan
Dari inspeksi distribusi jaringan tegangan menengah ini dapat disimpulkan
bahwa pemasangan kabel (jumper) dan pelabelan khususnya kabel TR masih
sembarangan, tidak memperhatikan segi keamanan (tegangan sentuh
maupun short circuit) dan nilai estetika/keindahan sehingga terlihat
berantakan. Tiang listrik baik tiang besi maupun beton rata-rata perlu
dibersihkan akibat pamphlet dan brosur yang di tempel sembarangan.
Sedangkan khusus tiang besi rata-rata berkarat sehingga perlu di cat ulang.
Travers dan penegang tiang juga beberapa perlu pengecekan rutin karena
dikhawatirkan bisa lepas/ roboh. Untuk komponen-komponen seperti
isolator, cut out switch, LA arrester, bolt & nut, arm tie, fuse link rata-rata
sudah terpasang dengan baik dan sesuai standar

4.7. Saran
Sebaiknya diadakan pengecekan rutin/inspeksi tiang rutin oleh petugas
PLN. Petugas PLN yang bertugas memasang listrik ke pelanggan
semestinya lebih memperhatikan aspek keamanan dan keindahan selain itu
PLN juga mengeluarkan peraturan yang lebih tegas tentang masalah
pamphlet dan brosur yang di tempel sembarangan di panel GTT
II. PERCOBAAN 2 INSPEKSI GENSET UPTPP di POLINEMA
1. Tujuan
Perawatan adalah suatu aktivitas yang dilaksanakan untuk memelihara
semua fasilitas/peralatan bengkel agar selalu dalam kondisi baik dan siap
pakai serta terhindar dari kerusakan yang mungkin terjadi baik yang terduga
maupun yang tak terduga (makhzu, 1999). Penggunaan sistem perawatan
yang terjadwal baik akan menjaga peralatan atau mesin bisa bekerja secara
maksimal atau produktifitasnya maksimal atau produksinya memuaskan.
Selain itu tujuan perawatan secara umum terhadap peralatan atau mesin
antara lain

1. Merawat mesin atau peralatan sehingga selalu dalam kondisi optimal


produktifitasnya dan dapat dipercaya kualitas produksinya

2. Mencegah hal–hal yang diharapkan seperti kerusakan yang tiba–tiba


terhadap mesin/peralatan pada saat beroperasi.

3. Menaikkan kemampuan mesin untuk berproduksi dengan melakukan


perubahan untuk lebih mengefisienkan kerja mesin.

2. Metode Pemeliharaan

Metode adalah pemberian materi tentang genset dan cara melakukan inspeksi
sesuai dengan SOP sehingga dapat mengaplikasikannya di lapangan. Inspeksi
dilakukan secara berkelompok. Tiap anggota kelompok mempunyai tugas
masing-masing, dibagi sesuai dengan pembagian masing-masing dan apabila
sudah terkumpul data, selanjutnya data dari masing-masing anggota kelompok
dijadikan satu dan saling sharing. Inspeksi genset ini dilakukan pada saat
kuliah MR (Maintenance and Repair) pada hari kamis mulai pukul 07.30 WIB
sampai dengan pukul 10.00 WIB dan dalam jangka waktu 1 hari
3. Objek Pemeliharaan dan Perbaikan

Objek perawatan dan perbaikan atau sasaran pada proses perawatan dan
perbaikan yang dilakukan yaitu GENSET CUMMINS , dengan spesifikasi
sebagai berikut

Model : Cummins LTA10-G2 engine


Pengaturan : LT10 - 6 Cyl In-Line, turbocharged
Berpendingin
Feedback fuel system
Power at Rated RPM: 310 HP @ 1500 rpm & 345 HP @ 1800 rpm

3.1. Pengertian Genset

ENGINE GENERATOR

Genset merupakan suatu alat atau unit yang menghasilkan arus


listrik bolak balik (AC) dimana arus tersebut biasa dipakai untuk
keperluan penerangan, pengerak motor listrik dan lain-lain. Genset adalah
singkatan dari generating set. Disebut generating set karena terdiri dari 2
komponen utama yang dijadikan 1 set, yaitu engine dan generator. Untuk
menghidupkan genset tersebut diperlukan alat pengontrol yang disebut
1panel kontrol.
3.2. Pengelompokan Teknik Perawatan

Berdasarkan kondisi mesin maka teknik perawatan


dikelompokkan pada:

a. Perawatan Preventif/Pencegahan

Perawatan preventif/pencegahan adalah perawatan yang dilakukan


terhadap mesin guna mencegah terjadinya kerusakan atau
kemacetan pada saat diperjalanan dari pabrik ke tempat pemakai
dan selama mesin dipakai. Teknik perawatan ini umumnya
dilakukan pada mesin yang kondisinya masih baru dan baik
(belum pernah rusak).

Tanda-tanda/kondisi mesin yang memerlukan perawatan preventif


adalah:

1) Mesin dalam keadaan baik atau jalan

2) Semua komponen berfungsi dengan baik.

3) Hasil produk dapat memenuhi standar yang ditentukan

Kecendrungan tindakan perawatan Preventif lebih banyak pada


komponen tranmisi. Tindakan-tindakan preventif yang dapat
dilakukan adalah :

1) Pemeriksaan

2) Pembersihan

3) Pelumasan

4) Penggantian komonen

5) Penguncian
6) Penyetelan.

b. Perawatan Korektif/Pembetulan

Perawatan korektif adalah tindakan perawatan yang dilakukan


untuk mengatasi kerusakan-kerusakan atau kemacetan yang
terjadi berulang kali. Prosedur ini diterapkan pada peralatan
atau mesin yang sewaktu- waktu dapat rusak. Dalam kaitan
ini perlu dipelajari penyebabnya- penyebabnya, perbaikan
apa yang dapat dilakukan, dan bagaimanakah tindakan
selanjutnya untuk mencegah agar kerusakan tidak terulang
lagi. Pada umumnya usaha untuk mengatasi kerusakan
itu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 Merubah proses

 Merancang kembali komponen yang gagal

 Mengganti dengan komponen baru atau yang lebih baik

 Meningkatkan prosedur perawatan preventif. Sebagai


contoh, melakukan pelumasan sesuai ketentuannya atau
mengatur kembali frekuensi dan isi daripada pekerjaan
inspeksi.

 Meninjau kembali dan merubah sistem pengoperasian


mesin. Misalnya dengan merubah beban unit, atau melatih
operator dengan sistem operasi yang lebih baik, terutama
pada unit-unit khusus.

Tindakan perawatan korektif yang harus dilakukan sebagai


berikut:

1) Pemeriksaan

Memeriksa dan memastikan kerusakankomponen secara


manual dan dengan alat.
2) Membuat rencana perbaikan

Menulis rencana atau prosedur pelaksnaan perawatan yang


mencakup tindakan perbaikan, tenaga kerja, bahan dan alat
yang diperlukan. Teknik parbaikan (pembetulan, pembuatan
dan penggantian) dan biayaperbajkan.

3) Pembongkaran

Membongkar komponen/komponen yang terkait dengan


dengan komponen yang rusak secara berurutan mulai dari
komponen baik sampai komponen yang rusak.Membersihkan,
memeriksa, memperbaiki, dan mengganti komponen yang
rusak

4) Pelumasan
Melumasi komponen yang dibuka dan komponen yang telah
diperbaiki Pemasangan, memasang komponen –komponen
pengganti atau yang telah diperbaiki secara berturut mulai dari
komponen pengganti sampai pada komponen yang dibuka
sebelumnya.

5) Uji standard

Menguji kedudukan dan gerakan komponen yang dipasang


serta menyetel posisi kedudukan dan keluesan geraknya.

Oleh karena itu dalam perawatan korektf terjadi tindakan dan


peroses membuka, memeperbaki dan memasang komponen
mesin yang dalam keadaan baik maka harus dilakukan
pekerjaan tersrbut secara hatu-hati,cerma,aman dan baik.

c. Perawatan Over Houl/Berat

Perawatan Over Haul/berat adalah perawatan yang


dilakukan terhadap mesin yang mengalami banyak kerusakan
pada komponen-komponen utamanya. Sehingga hasil
ukurannya jauh menyimpang dari ukuran standar.
d. Perawatan Terencana

Perawatan terencana adalah perawatan yang dilakukan


terhadap mesin yang dibuat secara sistematis dan terencana
sebelum mesin digunakan atau dipakai.

3.3. Perawatan dan Perbaikan pada CUMMINS

a. Perbaikan dan Perawatan CUMMINS

Seperti pada umumnya genset, maka genset john deer


memerlukan perawatan yang baik, agar ia dapat selalu siap untuk
dioperasikan. Perawatan genset dilakukan secara umum dan khusus.
Petunjuk perawatan umum pada genset biasanya telah diberikan oleh
pabrik pembuat genset, sedangkan perawatan khusus harus dicari
berdasarkan pengalaman dan berdasarkan teori-teori mengenai perbaikan
terhadap genset. Perawatan dan perbaikan ini dilakukan dengan cara
menganalisis seluruh komponen-komponen yang terdapat pada genset.
1) Perawatan Umum atau Perawatan Harian

Untuk menjaga agar genset tidak cepat rusak diperlukan perawatan dan
pengoperasian yang benar dan seksama. prosedur perawatan mesin bubut
ini adalah:

 Dalam pelaksanaan perawatan seperti pengantian oli pelumasan


mesin diharuskan memakai oli yang dipersyaratkan oleh pabrik pembuat
mesin

 Setelah selesai mengoperasikan genset ,bersihkan bagian-bagian


genset dan ganti cairan pendingin secara berkala.

 Jaga dan perhatikan secara seksama selama pengoperasian genset


,jangan sampai genset overheating
Gambar 3.1 Manual Book Penggantian Oli

Gambar 3.2 Indikator Oli


Gambar 3.3 Jadwal Penggantian Oli

2) Perawatan Khusus

Perawatan khusus ini dilakukan sesuai dengan jadwal yang


telah dibuat, berdasarkan pengalaman dan buku petunjuk
perawatan yang diberikan oleh pabrik pembuat mesin.
Gambar 3.4 Jadwal Maintenance and Repair di Manual Book

4. Hasil Pemeliharaan dan Perbaikan


Gambar Engine Cummins

 Model : Cummins LTA10-G2 engine


 Pengaturan : LT10 - 6 Cyl In-Line, turbocharged
 Berpendingin
 Feedback fuel system
 Power at Rated RPM: 310 HP @ 1500 rpm & 345 HP @ 1800 rpm
Gambar Generator Cummins

 Made in England
 Power Rating 250 kVA
 Number of Phase : Three Phase
 Connecting Type : 3 Phase and 4 Wires, "Y" type connecting
 Output : AC Three Phase
 Rated Voltage : 230/400V – 220/380V
 Frekuensi 50Hz
Gambar Kabel Output Generator

 Supreme Cable NYY 4 (1 x 185) mm2


 Connecting Type : 3 Phase and 4 Wires, "Y" type connecting

Gambar Alat Pengecekan Oli


Gambar Motor Starter

Gambar Accu

 Batrai aki 12 V 120AH


 Digunakan untuk exitasi DC
- pada awal starting generator yang didapatkan dari aki (batrai)
- ketika telah bekerja nominal excitasi DC berganti diperoleh dari
panel (rectifier)
 Digunakan untuk suplai DC pada motor starter
Gambar Metering Genertor

 Suhu (tengah)
 Tekanan oli (kanan)
Gambar Penyimpan Bahan Bakar

Gambar Panel, Charger Accu dan AVS


5. Kesimpulan
5.1. Simpulan

Dari hasil inspeksi ketika genset mengalami kegagalan operasi, itu biasanya
karena prosedur perawatan yang salah atau kelalaian perawatan. Bahkan, tiga
penyebab genset gagal untuk starting adalah tombol start dalam posisi off
bukan auto , aki untuk starting mati, atau kekurangan masa charging , filter
bahan bakar tersumbat karena bahan bakar lama atau terkontaminasi kotoran
dan zat2 lain. Oleh karena itu , semua masalah umum ini dapat diantisipasi
dengan perawatan genset rutin dilakukan oleh teknisi terlatih.

5.2. Saran

Sebaiknya diadakan pengecekan rutin/inspeksi genset rutin oleh petugas UPT


Polinema , di mana dalam perawatan dan pemeliharaan generator sebaiknya
tentukan terlebih dulu jadwal pemeliharaan genset. Biasanya untuk perawatan
harian sendiri meliputi perawatan inspeksi, pemeriksaan level oli,
pemeriksaan level cooland, pemeriksaan saluran udara, dan pemeriksaan level
solar. Sementara untuk jadwal perawatan mingguan pada generator, meliputi
pemeriksaan dan pembersihan filter udara, pemeriksaan charger baterai,
pembuangan air di tangki solar, dan pembuangan solar dalam filter.

Untuk perawatan bulanan, meliputi pemeriksaan konsentrasi pada coolant,


pemeriksaan tegangan pada belt2, pemeriksaan baterai, dan pemeriksaan
pengembunan knalpot. Sementara, untuk perawatan bulanan sendiri, terdiri
dari penggantian filter dan oli, penggantian filter coolant, pembersihan
crankcase breather, pemeriksaan selang-selang radiator, penggantian filter
solar, dan penggantian filter udara. Sedangkan untuk perawatan tahunan
sendiri meliputi pembersihan pada sistem pendingin genset.
III. PERCOBAAN 3 PENGUKURAN TAHANAN ISOLASI DAN
PENTANAHAN GTT (GARDU TRAFO TIANG) BENGKEL
POLINEMA
Transformator utama ini dan jenis step down transformator. GD
yang banyak dipakai adalah gardu trafo tiang (GTT) 20KV. Hal ini adalah
pengembangan dari gardu konvensional yang banyak memakai tempat.
GTT ini sangat efektif ditempatkan dimaana saja, oleh karena tidak
memakan tempat hanya dipasang di tiang SUTM yang telah ada/dengan
menambah 1 tiang lagi bila ingin memasang GTT jenis 2 tiang (dengan
daya minimal 1000 KVA).
Transformator adalah suatu alat untuk memindahkan daya listrik
arus bolak-balik dari suatu rangkaian lainnya secara elektromagnetik.
Transformator step down banyak digunakan pada gardu-gardu distribusi
yang menurunkan tegangan dari 20KV menjadi 220/380 V.

 Bagian Utama Trafo:


 Inti Trafo  Peralatan Bantu Transformator:
 Kumparan Trafo  Pendingin
 Minyak Transformator  Tap Changer
 Bushing  Alat Pernafasan
 Tangka Transformator
 Terminal

 Load Break Switch

Fungsi dari LBS yaitu memutuskan tegangan suatu bagian dari


sumbernya pada keadaan berbeban, sehingga dapat dilihat atau dipisahkan
dengan pasti bagian yang beraliran dengan yang tidak. Meskipun LBS
tidak dimaksudkan untuk memutuskan arus beban nominal maupun
hubung singkat, akan tetapi harus memenuhi syarat tertentu. Syarat-syarat
yang harus dipenuhi adalah:

1. Mempunyai kapasitas arus (current capacity) nominal 15% di atas


arus beban penuh.
2. Harus sanggup menahan tegangan nominal hingga tegangan 10%
diatas tegangan nominal.
3. Dalam keadaan tertutup mampu menahan momentary current pada
waktu terjadi hubung singkat.
4. Dapat menahan timbulnya beban termis dan daya elektro dinamis
yang timbul pada saat terjadi gangguan hubung singkat.

 Arrester
Arrester adalah alat perlindungan bagi peralatan listrik terhadap
tegangan lebih yang disebabkan oleh surja petir maupun surja hubung.
Alat ini bersifat sebagai jalan pintas disekitar isolasi yang membentuk
jalan yang mudah dilalui arus kilat ke sistem pentanahan. Sehingga tidak
menimbulkan tegangan lebih tinggi dan tidak merusak peralatan listrik.
Jalan pintas ini dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak merusak aliran
daya yang ber-frekuensi 50Hz, frekuensi gelombang petir dapat mencapai
200.000Hz. pada keadaan normal arrester bersifat sebagai isolator, bila
timbul tegangan surja maka arrester bersifat sebagai konduktor yang
tahanannya relative rendah hingga dapat mengalirkan arus yang sangat
besar ke tanah. Arrester dipasang pada setiap ujung SUTET, SUTT, SUTM
dan saluran yang masuk dan keluar pada GI.

 FCO(Fuse Cut Out)

FCO adalah bagian dari GTT yang berfungsi sebagai pengaman


dari arus lebih, baik hubung singkat maupun beban lebih. FCO
mempunyai element yang apabila dialiri arus yang berlebih akan putus
(meleleh). Element ini dinamakan Fuse Link. Fuse Link mempunyai rating
arus yang standart sesuai dengan kapasitas yang telah ditentukan. Biasanya
rating arus dari fuse link disesuaikan dengan rating arus dan trafo.

1. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah

1. Mengetahui dan memahami sistem pentanahan

2. Mengetahui cara pengukuran tahanan tanah

3. Dapat mengoperasikan alat pengukur tahanan tanah


2. Sistem Pentanahan

Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding adalah


sistem pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan
listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir dll.

Sistem pentanahan digunakan sebagai pengaman langsung


terhadap peralatan dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau
kebocoran arus akibat kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada
peralatan jaringan distribusi. Petir dapat menghasilkan arus gangguan dan
juga tegangan lebih dimana gangguan tersebut dapat dialirkan ke tanah
dengan menggunakan sistem pentanahan.

Sistem pentanahan yang digunakan baik untuk pentanahan netral


dari suatu sistem tenaga listrik, pentanahan sistem penangkal petir dan
pentanahan untuk suatu peralatan khususnya dibidang telekomunikasi dan
elektronik perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena pada
prinsipnya pentanahan tersebut merupakan dasar yang digunakan
untuk suatu sistem proteksi.Tidak jarang orang umum atau awam
maupun seorang teknisi masih ada kekurangan dalam memprediksikan
nilai dari suatu hambatan pentanahan. Besaran yang sangat dominan untuk
diperhatikan dari suatu sistem Pentanahan adalah hambatan sistem
suatu sistem pentanahan tersebut.

Tujuan utama dari adanya pentanahan adalah menciptakan jalur


yang low-impedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk
gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus listrik, circuit
switching dan electrostatic discharge adalah penyebab umum dari adanya
sentakan listrik atau transient voltage. Sistem pentanahan yang efektif
akan meminimalkan efek tersebut.
3. Faktor-Faktor Yang Menentukan Tahanan Pentanahan

Tahanan pentanahan suatu elektroda tergantung pada tiga faktor :

1. Tahanan elektroda itu sendiri dan penghantar yang menghubungkan ke


peralatan yang ditanahkan.

2. Tahan kontak antara elektroda dengan tanah.

3. Tahanan dari massa tanah sekeliling elektroda.

4. Tahanan jenis tanah (ρ).

Pada prakteknya, tahanan elektroda dapat diabaikan namun


tahanan kawat penghantar yang menghubungkan keperalatan akan
mempunyai impedansi yang tinggi terhadap impuls (arus) frekuensi tinggi
misalnya pada saat terjadi sambaran petir. Untuk menghindari hal itu,
maka penyambungan diusahakan dibuat sependek mungkin. Hal yang
memberikan pengaruh terhadap pentanahan adalah Tahanan jenis tanah
(ρ), tahanan jenis tanah memiliki pengaruh yang sangat dominan terhadap
pentahanan, sehingga memperhatikan tahanan jenis tanah itu sendiri dalam
mentanahkan.

Tahanan Jenis Tanah (ρ)

Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda


yang hemispherical R = ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan
berbanding lurus dengan besarnya ρ. Untuk berbagai tempat harga ρ ini
tidak sama dan tergantung pada beberapa faktor :

1. sifat geologi tanah

2. Komposisi zat kimia dalam tanah

3. Kandungan air tanah

4. Temperatur tanah

5. Selain itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya.

1. Sifat Geologi Tanah

Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah.


Bahan dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat
umumnya mempunyai tahanan jenis terendah, sedang batu-batuan dan
quartz bersifat sebagai insulator.

2. Komposisi Zat – Zat Kimia Dalam Tanah

Kandungan zat – zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat


organik maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan
pula.Didaerah yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya
mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang
terkandung pada lapisan atas larut. Pada daerah yang demikian ini untuk
memperoleh pentanahan yang efektif yaitu dengan menanam elektroda
pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan garam masih terdapat.

3. Kandungan Air Tanah

Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan


tahanan jenis tanah ( ρ ) terutama kandungan air tanah sampai dengan
20%. Dalam salah satu test laboratorium untuk tanah merah penurunan
kandungan air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah
naik samapai 30 kali.Kenaikan kandungan air tanah diatas 20%
pengaruhnya sedikit sekali.

4. Temperatur Tanah

Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil


terhadap perubahan temperatur permukaan. Bagi Indonesia daerah tropic
perbedaan temperatur selama setahun tidak banyak, sehingga faktor
temperatur boleh dikata tidak ada pengaruhnya.

Hal – hal lain yang mempengaruhi tahanan jenis tanah

1. Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahanan sebaran
mudah didapatkan.

2. Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi


tahanan sebaran/resistansi karena jika tanah semakin banyak mengandung
logam maka arus petir semakin mudah menghantarkan.

3. Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus petir semakin


mudah menghantarkan.

4. Tekstur tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit
untuk mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti
ini air dan mineral akan mudah hanyut.

4. Teknik Pengukuran Tahanan Tanah

Pengukuran tahanan pentanahan dengan alat pengukur tahanan


tanah analog (Earth tester) Pengukuran hal ini pada elektroda dengan
menggunakan alat ukur Earth Tester. Standar dalam hambatan adalah 5
ohm, bila standar tersebut masih belum bisa didapatkan maka ditambahkan
dengan jarak 2 panjangnya. Untuk mendapatkan nilai resistansi(R) dari
elektroda pentanahan, perlu memperhatikan parameter - parameter yang
meliputi :
1. Resistivitas tanah

2. Resistivitas air tanah

3. Dimensi elektroda pentanahan

4. Ukuran elektroda pentanahan

Pelaksanaan pengoperasian Earth Tester sbb: Prop (A) di


hubungkan dengan electrode (di bak kontrol). Prop (B) dan (C)
ditancapkan ketanah dengan jarak antara 5 sd. 10 m. Maka alat ukur akan
menunjukan besar dari R-tanah lihat.

Standar besar R-tanah untuk electrode pentanahan ±5 Ohm.


apabila belum mencapai nilai 5 Ohm, maka electrode bisa ditambah dan
dipasang diparalel. Pentanahan paling ideal apabila electrode bias
mencapai sumber air atau R-tanah = 0.

Setelah Grounding Ring sudah terhubung sempurna, mengecek


kembali dengan Earth Tester sehingga nilai tahanan akan turun drastis
dan sesuai dengan standar PUIL (R < 5 ohm). Elektrode bumi selalu
harus ditanam sedalam mungkin dalam tanah, sehingga dalam
musim kering selalu terletak dalam lapisan tanah yang basah. Phasa
sequence tester (drivel) : alat ukur untuk mencari urutan fasa (R, S dan
T) pada suatu sumber listrik.

5. Alat yang Digunakan

Alat – alat yang digunakan pada praktikum ini yakni :

(1) Earth Tester : 1 Buah

(2) Pemaku tanah : 2 Buah


(3) Kabel Hijau +- 5 M beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah

(4) Kabel Kuning +- 10 M beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah

(5) Kabel Merah +- 15 M beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah

6. Skema Rancangan

Gambar 2.3 Skema Rancangan Percobaan

Adapun prosedur percobaan pada praktikum ini adalah

(1) Menancapkan pemaku pertama dimana jarak 5 – 10 meter dari tempat


grounding yang akan diukur. Dan pemaku kedua dimana jarak 5 – 10
meter dari tempat pemaku pertama.

(2) Menghubungkan kabel hijau (yang memiliki panjang + 5 meter) ke


grounding yang diukur dengan penjepit dan dihubungkan ke alat ukur
earth tester pada port yang berwarna hijau.
(3) Menghubungkan kabel warna kuning (yang memiliki panjang + 10
meter) ke pemaku pertama dengan penjepit dan dihubungkan langsung ke
alat ukur earth tester pada pada port warna kuning.

(4) Menghubungkan kanel warna merah (yang memiliki panjang + 15


meter) ke pemaku kedua dengan penjepit dan hubungkan langsung ke
alat ukur earth tester pada port yang berwarna merah.

(5) Setelah semua terhubung dengan benar, mengatur range switch pada
earth tester di x1 Ω. Kemdian menekan tombol “Press to tess”. Lalu
mencatat hasil pengukuran pada tabel 2.4

(6) Mengulangi langkah 5, mengatur range switch pada earth tester di


x10 Ω dan x100 Ω. Lalu mencatat hasil percobaan pada tabel 2.4

7. Hasil Pengukuran

Pada praktikum pengukuran resistansi tanah ini, didapatkan hasil


pengukuran yang dapat dilihat pada tabel 2.4

Tabel 2.4 Hasil pengukuran resistansi tanah.

No Range Skala Percobaan I Percobaan II


Pengukuran (pada langkah (5)) (pada langkah (6))
1 x1 Ω 5,39 Ω (tidak -
standart)
2 x10 Ω - 2 Ω (sudah
standart)

8. Peralatan yang digunakan


1. Helm pengaman
2. Pakaian kerja
3. Sabuk pengaman
4. Megger isolasi
5. Earth tester
6. Tangga
7. Engkol LBS
8. Pangait CO

9. Prosedur Pengukuran Tahanan Isolasi


Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan pengukuran
tahanan isolasi adalah alat yang akan diukur harus bebas dari tegangan
AC maupun DC atau tegangan induksi, karena tegangan tersebut akan
mempengaruhi hasil pengukuran.

Pada gambar 1.4 adalah gambar insulation tester(megger) merk


Kyoritsu dan pelaksanaan prosedur ppengukuran adalah sebagai
berikut:
1. Periksa baterai apakah dalam kondisi baik
2. Pasang kabel test (probe) ke peralatan yang diukur
3. Pilih tegangan ukur sesuai tegangan kerja peralatan.
4. Tekan tombol test dan putar, kemudian perhatikan angka yang
muncul pada layar.
5. Catat hasil ukur.
10. Kesimpulan
10.1 Simpulan

Dari pengukuran tahanan panel GTT dapat kita lihat hasil pengukuran

nya yang lumayan bagus , dan pengukuran tahanan pentanahan yang

kurang baik tidak sesuai standard yang ada . Gardu Trafo Tiang

merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi yang

berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk

membagikan atau mendistribusikan tenaga listrik. Standard Operation

Prosedure (SOP) adalah suatu petunjuk pengoperasian/ pemeliharaan GTT

20 kV dengan baik dan benar. Gardu Trafo Tiang (GTT) berfungsi

sebagai trafo daya penurun tegangan dari tegangan menengah ke tegangan

rendah, dan selanjutnya tegangan tersebut disalurkan ke konsumen.

Pentanahan gardu induk di Indonesia menggunakan pentanahan dengan

tahanan 12 Ohm, 40 Ohm, 50 Ohm, pentanahan langsung dan tanpa

pentanahan.

Sebagaimana peralatan pada umumnya, peralatan yang operasi dalam

instalasi Tenaga Listrik perlu dipelihara. Mengingat fungsi dan harga dari

trafo tersebut cukup mahal bila dibandingkan dengan peralatan distribusi

lainnya, maka pemeliharaan preventif yang dilakukan secara intensif,

dengan kriteria pemeliharaan yang jelas untuk setiap komponen GTT dan

ditangani oleh tenaga yang terampil dengan peralatan yang memadai agar

pemeliharaan tersebut berjalan dengan efektif.


10.2 Saran
Dari uraian tentang pentanahan yang telah dijelaskan, untuk meningkatkan
kualitas tenaga listrik, pentanahan yang baik sangat dibutuhkan. karena
pentanahan yang baik dapat mereduksi gangguan-gangguan system transmisi
yang dapat menyebabkan penurunan kualitas tenaga listrik ke konsumen
seperti swell, sag, turun tegangan, dan transien.

Anda mungkin juga menyukai