Anda di halaman 1dari 43

22

BAB II

GARDU DISTRIBUSI

A. KONSEP DASAR GARDU DISTRIBUSI

Gardu distribusi merupakan salah satu Komponen dari suatu sistem distribusi

PLN yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke Konsumen atau untuk

mendistribusikan tenaga listrik pada konsumen atau pelanggan, baik itu pelanggan

tegangan menengah maupun pelanggan tegangan rendah.

Gardu Distribusi tegangan Listrik yang Paling di kenal adalah sebuah bangunan

Gardu Listrik yang berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi

Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi, dan Perlengkapan Hubung

Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) Untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para

pelanggan baik dengan tegangan menengah (TM 20 KV) maupun Tegangan rendah (TR

220/380 Volt) dan berfungsi sebagai berikut:

1. Menyalurkan/meneruskan tenaga listrik tegangan menengah ke konsumen tegangan

rendah.

2. Menurunkan tegangan menengah menjadi tegangan rendah selanjutnya disalurkan

kekonsumen tegangan rendah.

3. Menyalurkan/meneruskan tenaga listrik tegangan menengah ke gardu distribusi

lainnya dan ke gardu hubung.


23

Gambar 8. Gambar Distribusi

Gardu Distribusi ini Biasanya digunakan Transformator distribusi yang

berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik dari jaringan distribusi tegangan tinggi

menjadi tegangan terpakai pada jaringan distribusi tegangan rendah (step down

transformator); misalkan tegangan 20 KV menjadi tegangan 380 volt atau 220 volt.

Sedang transformator yang digunakan untuk menaikan tegangan listrik (step up

transformator), hanya digunakan pada pusat pembangkit tenaga listrik agar tegangan

yang didistribusikan pada suatu jaringan panjang (long line) tidak mengalami

penurunan tegangan (voltage drop) yang berarti; yaitu tidak melebihi ketentuan voltage

drop yang diperkenankan 5% dari tegangan semula.

Gambar 8. Gardu Ddistribusi


24

B. JENIS-JENIS GARDU

Secara Garis Besar Gardu Distribusi Menurut Konrtuksi Pembuatanya Ada 3 Jenis :

1. Gardu Beton Atau Gardu Tembok

Gardu yang seluruh komponen utama instalasinya seperti Transformator

dan Peralatan Proteksi terangkai di dalam sebuah bangunan sipil yang di rancang di

bangun dan di fungsikan dengan kontruksi pasangan Batu Dan Beton. Kontuksi

Bangunan Gardu ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan terbaik bagi sistem

keamanan Ketenagalistrikan.

Cara mudah membedakanya yaiu Gardu ini lebih cendrung seperti bangunan sipil

dan memiliki Halaman cukup luas.

Gambar 9. Beton/tembok
25

Gambar 10. Bangunan gardu beton

Keterangan:

1. Kabel masuk-pemisah atau sakelar beban (load break)

2. Kabel keluar-sakelar beban (load break)

3. Pengaman transformator-sakelar beban+pengaman lebur.

4. Sakelar beban sisi TR.

5. Rak TR dengan 4 sirkit bekan.

6. Pengaman lebur TM (HRC-Fuse)

7. Pengaman lebur TR (NH - Fuse)

8. Transformator

Spesifikasi Gardu Tembok atau Gardu Beton pada Standar Kontruksi Tata

Letak atau Lay-Out Bangunan gardu

Gardu Beton atau Gardu Tembok merupakan Gardu yang seluruh

komponen utama instalasinya seperti Transformator dan Peralatan Proteksi

terangkai di dalam sebuah bangunan sipil yang di rancang di bangun dan di

fungsikan dengan kontruksi pasangan Batu Dan Beton. Kontuksi Bangunan Gardu
26

ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan terbaik bagi sistem keamanan

Ketenagalistrikan.

Dalam hal ini pada sisi bangunan Gardu tentunya memiliki Standar Kontruksi,

khususnya pada Tata Letak atau Lay-Out, yang tentunya juga bertujuan

memenuhi standar keamanan ketenaga listrikan.

Gambar 11. Tata Letak atau Lay-Out Gardu Tembok

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka ukuran Tataletak serta dimensi Gardu beton

disamping menikuti ketersediaan lahan yang ada, juga harus memenuhi ketentuan

ketentuan sebagai berikut :

1. Tinggi bangunan minimal 3 meter.


2. PHBTR ditempatkan pada sisi masuk sebelah kanan.
3. Jarak kiri kanan PHB-TM terhadap tembok minimal 1 meter.
4. Jarak belakang PHB-TM terhadap dinding minimal 60 cm.
5. Jarak badan Transformator terhadap dinding minimal 60 cm.
6. Jarak ruang tempat petugas bekerja dengan PHB baik PHB-TM maupun
PHB-TR minimal 0,75 mtr.
7. Jarak batas antara PHB-TM dengan PHB-TR minimal 1 meter.
8. Jarak batas antara Transformator dengan PHB-TM minimal 1 meter.
9. Jarak terluar peralatan dengan BKT minimal 20 cm.
10. Jarak bagian konduktif dab BKT minimal 60 cm.
11. Lubang kabel naik ke PHB minimal sedalam 1,2 meter, dan harus di
berikan lobang kerja (Manhole) minimal ukuran 0,8 x 0,6 meter.
27

12. Ventilasi harus bersirip mirinh pada setiap 10 cm bertujuan untuk mencegah
masuknya air dan binatang kedalam bangunan gardu.
13. Ketinggian muka lantai minimal 30 cm daridari muka air tertinggi yang
mungkin terjadi.

Ketentuan tersebut di atas sebagian tidak berlaku untuk gardu Kios dan gardu
Kompak.

Gambar 12. Kontruksi gardu beton

Konrtuksi Instalasi Gardu Beton

a. Instalasi Hubung 20 kV

Instalasi hubung yang terpasang harus sesuai dengan kebutuhan rangkaian yang di

perlukan.pada perlengkapan hubung tegangan menengah 20 kv gardu distribusi

pasangan dalam terdiri dari bebrapa jenis Kubikel :

1. Kubikel pemutus beban - Load Break Switch (LB )


2. Kubikel Pemisah - Dissconnecting Switch (DS)
3. Kibikel Pengaman Transformator - Transformator Protection (TP) Dengan
Saklar (LBS) dan proteksi arus lebih dengan jenis pengaman lebur.
4. Kubikel Sambungan Pelanggan.

Piliham penggunaan LBS, TP tergantung pada kebutuhan kelengkapan

gardu distribusi tersebut, Sebagai peralatan proteksi dan switching gardu distribusi
28

yang di catu dari loop system Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) lazimya

harus dilengkapi dengan PHB-TM yang susunanya sebagai berikut :

1. LBS-LBS-TP.
2. LBD-TP.
3. LBS-LBS-PMT-SP.
4. TP-LBS-LBS-PMT-SP

b. Kontruksi Penunjang (Mekanis)

Beberapa kontruksi penunjang harus di sesuaikan dengan kebutuhan setempat yaitu

bisa berupa :

1. Kabel Tray harus terbuat dari bahan anti korosif galvanis untuk tiap tiap 3
meter lajur kabel.
2. Kelem kabel untuk memperkuat dudukan kabel pada ikatan statis atau Kabel
trai terbuat dari kayu (Suport Cable).
3. U-bolt Clamp.
4. Spice Plate (Plate Bar)
5. Collar (penjepit kabel) pada rak TM/TR yang terbuat dari kayu.
6. Dyna Bolt ukuran 10 mm2, panjang 60 cm, 120 cm.
7. Insulating Bolt, baut dilapisi Nilon, makrolon.
8. Insulating Slim, bahan bakelit, Nilon, Makrolon.
9. Terminal Hubung, plat di bawah sel TM.
10. Clamppping Connector, 9mm, 13 mm, 17 mm.
11. Angle Clamp Connector
12. Connecting Blok taerbuat dari tembaga.
13. Straight Clam Connector.

Garis Besar Instalasi Gardu Beton Pelanggan Khusus

Instalasi untuk pelanggan Tegangan Menengah (Pelanggan TM), selain peralatan

switching SKTM, umumnya peralatan gardu di lengkapi :

1. Satu sel Kubikel Transformator Tegangan.


2. Satu sell Kubikel Sambungan pelanggan dengan fasilitas : Circuit Breaker (CB)
yang bekerja sebagai pembatas arus nominal daya tersambung pelanggan, dan
Transformator Arus (CT).
3. Satu sel kubikel untuk sambungan kabel milik pelanggan..
4. Satu set Relai pembatas beban.
5. Satu Set alat ukur (KWh meter, KVARH meter)
29

Dari semua penjelasan yang di uraikan di atas, semuanya merupakan Depinisi dan

Spesifikasi secara Garis besarnya. adapun kekurangan maupun kesalahan yang

terdapat dari smuanya, dimohon untuk sharing di kolom komentar.

2. Gardu Tiang.

Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu komponen instalasi

tenaga listrik yang terpasang di jaringan distribusi. Berfungsi sebagai trafo daya

penurun tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya

tegangan tersebut disalurkan ke konsumen. Mengingat fungsi dan harga trafo

tersebut cukup mahal bila dibandingkan dengan peralatan distribusi lainnya, maka

pemeliharaan preventif yang dilakukan secara intensif, dengan kriteria pemeliharaan

yang jelas untuk setiap komponen GTT dan ditangani oleh tenaga yang terampil

dengan peralatan yang memadai agar pemeliharaan tersebut berjalan dengan efektif.

Komponen-komponen utama GTT:

1. Transformator : berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah


(20kV) menjadi tegangan rendah (380/200)Volt.
2. Fuse Cut Out (CO) : Sebagai pengaman penyulang, bila terjadi gangguan di
gardu (trafo) dan melokalisir gangguan di trafo agar peralatan tersebut tidak
rusak. CO dipasang pada sisi tegangan menengah (20kV)
3. Arrester : sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh
sambaran petir dan switching (SPLN se.022/PTS/73).
4. NH Fuse : sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang pada sisi
tegangan rendah (20kV), maupun karena beban lebih.
5. Grounding Arrester : Untuk menyalurkan arus ketanah yang disebabkan oleh
tegangan lebih karena sambaran petir dan switching.
6. Grounding Trafo : Untuk menghindari tegangan lebih pada phasa yang sehat
bila terjadi gangguan satu phasa ke tanah maupun yang disebabkan oleh beban
tidak seimbang.
30

7. Grounding LV Panel : sebagai pengaman apabila terjadi arus bocor yang


mengalir pada LV Panel.
8. Isolasi : sebagai penyekat antara bagian bertegangan dengan tidak bertegangan.

Secara garis besarnya, Gardu Tiang ini ada 2 jenis, yaitu :

a. Gardu Portal

Gardu Distribusi Tenaga Listrik Tipe Terbuka (Out-door), dengan

memakai kontruksi dua tiang atau lebih. Tempat kedudukan Transformator

sekurang kurangya 3 meter di atas permukaan tanah. Dengan sistem proteksi di

bagian atas dan Papan Hubung Bagi Tegangan di bagian bawah untuk

memudahkan kerja teknis dan pemeliharaan.

Gambar 13. Gardu Portal

Spesifikasi Gardu Distribusi Type Portal.

Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (outdoor) yang memakai

konstruksi tiang/menara kedudukan transformator minimal 3 meter diatas platform.

Umumnya memakai tiang beton ukuran 2x500 daN.

Perlengkapan peralatan terdiri atas :


31

1. Fuse cut out

2. Arrester lighting

3. Transformer type 250, 315, 400 WA

4. Satu lemari PHB tegangan rendah maksimal 4 jurusan

5. Isolator tumpu atau gantung

6. Sistem Pentanahan

Gambar 14. Bagan Satu Garis Gardu Tiang Tipe Portal

Keterangan :

1. Arrester.
2. Proteksi cut out fused
3. Trafo Distribusi
4. Sakelar beban tegangan rendah
5. PHB tegangan rendah
6. Sirkit keluar dilengkapi pengaman lebur (NH. Fuse)
Lemari PHB TR dipasang minimal 1,2 meter diatas permukaan tanah atau

1,5 meter pada daerah yang sering terkena banjir. Pada beberapa tempat gardu

portal juga dipasang trafo arus untuk pengukuran alat ukur pelanggan-pelanggan

tegangan rendah.
32

Komponen Komponen Utama Yang Umumnya Di Gunakan Pada Gardu Portal


:

Untuk Komponen Utama Gardu Portal Disini Saya akan Membagi menja dua bagian

besar, yang pada umumnya selalu di gunakan pada gardu portal, sehingga dapat

mempermudah mengenali atau mengetahui macam dan fungsinya.

 Komponen Utama Bagian Atas Gardu.

Gardu 15. Portal Tampak Atas

1. Lightning Arrester ( LA )

Berfungsi sebagai alat Proteksi atau pengaman Trafo distribusi dari

tegangan lebih akibat sambar Petir, khususnya pada gardu pasangan luar.

2. Fused Cut Out (FCO atau CO).

Berfungsi sebagai alat pelindung Trafo dari Arus hubungan Singkat dan

sebagai alat untuk membebeskan sumber tegangan jika dilakukan

pemeliharaan. Proteksi pada FCO ini dipasang dalam bentuk Fuse Link
33

yang dapat disesuaikan dengan Arus Nominal Trafo distribusi yang

terpasang.

3. Wiring Gardu atau Pengawatan Gardu.

Pengawatan atau kawat Penghubung untuk menghubungkan tegangan dari

Jaringan SUTM, Lightning Arrester (LA), dan Fused Cut Out (FCO) ke

Trafo Distribusi.

4. Tiang.

Tiang yang dipergunakan untuk Gardu distribusi jenis ini bisa berupa Tiang

Beton maupun Tiang Besi, yang memiliki kekuatan kerja sekurang

kurangnya 500 dAn dengan panjang 11 atau 12 meter

5. Trafo Distribusi .

Komponen Utama dari gardu distribusi untuk menurunkan tegangan dari

Sisi Tegangan Menengah (SUTM) menjadi tegangan yang siap di pakai

oleh pelanggan. Trafo yang di pergunakan mulai dari 50 kVa - 400 kVa

sesuai dengan kebutuhan pembangunan gardu.

6. Rangka Gardu.

Berfungsi untuk menempatkan Trafo distribusi dan komponen lainya pada

Tiang. Rangka Gardu ini biasanya sudah berupa satu Set lengkap.

7. Pipa Jurusan.

Berfungsi untuk menempatkan kabel naik atau kabel jurusan dari PHB-TR

ke jaringan SUTR di bagian atas.


34

 Komponen Utama Bagian Bawah Gardu.

Beberapa komponen Utama yang di set dalam Perangkat Hubung Bagi Tegangan

Rendah (PHB-TR) yaitu sebagai Berikut :

Gambar 16. Komponen Utama PHB-TR

1. Saklar Utama.
2. Rel Tembaga atau Rel Jurusan
3. NH-Fuse jurusan.
4. Kabel Naik atau Kabel Jurusan (bisa berupa NYY atau NYFGBY)
dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan.
5. Kabel Turun (Kabel penghubung dari Trafo ke PHB-TR) dengan ukuran
disesuaikan dengan kebutuhan dan Trafo Distribusi yang terpasang.

b. Gardu Cantol

Tipe Gardu Distribusi Tenaga Listrik dengan Transformator, proteksi, dan

Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHBTR) di cantolkan atau dipasang

langsung pada tiang yang memiliki kekuatan minimal 500 dAn.


35

Gambar 17. Gardu Cantol

Gardu Cantol atau Gardu Distribusi Tipe Cantol merupakan salah satu dari

dua Jenis Kontruksi Gardu Tiang. Yaitu Tipe Gardu Distribusi Tenaga Listrik

dengan Transformator, proteksi, dan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah

(PHBTR) di cantolkan atau dipasang langsung pada satu tiang yang memiliki

kekuatan minimal 500 dAn.

Pada dasarnya Sistem Proteksi dan komponen gardu cantol hampir sama

dengan gardu portal, perbedaan yang tampak cuma dari jenis PHB-TR, jumlah

Tiang, dan beberapa kontruksi yang di gunakan.

Komponen Utama dari gardu cantol bagian atas:

Gardu 18. Cantol Tampak Atas


36

1. Tiang.

Pada Umumnya Gardu Distribusi tipe cantol menggunakan satu Tiang,

Tiang yang dipergunakan untuk Gardu distribusi jenis ini bisa berupa Tiang Beton

maupun Tiang Besi, yang memiliki kekuatan kerja sekurang kurangnya 500 dAn

dengan panjang 11 atau 12 meter.

2. Lightning Arrester (LA).

Berfungsi sebagai alat Proteksi atau pengaman Trafo distribusi dari

tegangan lebih akibat Surja Petir, khususnya pada gardu pasangan luar.

3. Trafes dudukan FCO dan Arrester.

Berfungsi untuk menempatkan FCO dan Lightning Arrester.

4. Fused Cut Out (FCO atau CO).

Berfungsi sebagai alat pelindung Trafo dari Arus hubungan Singkat dan

sebagai alat untuk membebeskan sumber tegangan jika dilakukan pemeliharaan.

Proteksi pada FCO ini dipasang dalam bentuk Fuse Link yang dapat disesuaikan

dengan Arus Nominal Trafo distribusi yang terpasang.

5. Wiring Gardu atau Pengawatan Gardu.

Pengawatan atau kawat Penghubung untuk menghubungkan tegangan dari

Jaringan SUTM, Lightning Arrester (LA), dan Fused Cut Out (FCO) ke Trafo

Distribusi.

6. Trafo Distribusi

Komponen utama dari gardu distribusi untuk menurunkan tegangan dari

Sisi Tegangan Menengah (SUTM) menjadi tegangan yang siap di pakai oleh

pelanggan. Trafo yang di pergunakan mulai dari 50 kVa - 160 kVa sesuai dengan

kebutuhan pembangunan gardu.


37

7. DudukanTrafo.

Pada dasarnya berfungsi untuk menempatkan Trafo distribusi pada Tiang.

Dudukan Trafo ini biasanya sudah berupa satu Set lengkap.

Komponen utama bagian bawah dari gardu cantol yang terdapat dalan PHB-

TR :

Gambar 19. Bagian Dalam PHB-TR Gadu Cantol

1. NH-Fuse.
Berfungsi untuk mengamankan Trafo Distribusi dari arus lebih yang
disebabkan karna hubungan singkat pada jaringan tegangan rendah (SUTR)
maupun karna Beban lebih.
2. Rel Tembaga atau Rel Jurusan.
Berfungsi untuk menghubungkan tegangan dari beberapa komponen pada
PHB-TR.
3. Kwh MTD.
Berfungsi untuk menghitung pemakaian beban Gardu.
4. Saklar Utama.
5. Kabel Turun
(Kabel penghubung dari Trafo ke PHB-TR) Bisa berupa NYY atau
NYFGBY dengan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan Trafo Distribusi
yang terpasang.
38

6. Trafo Arus (CT).


Kabel Naik atau Kabel Jurusan (bisa berupa NYY atau NYFGBY) dengan
ukuran sesuai dengan kebutuhan.

3. Gardu Kios / Gardu Metal Clad.

Gardu ini dibangun di lokasi yang tidak memungkinkan didirikanya Gardu

Beton atau Gardu tembok. Karena Sifatnya Mobilitas, maka kapasitas Transformator

yang terpasang terbatas yakni maksimum 400 Kva. Ada beberapa jenis Gardu Kios

ini, seperti Gardu Kios Kompak, Gardu Kios Modular dan Gardu Kios

Bertingkat.

Gambar 20. Kios/ metal clad

Gambar. Single line gardu kios


39

4. Gardu Mobil.

Gardu distribusi yang bangunan pelindungnya berupa sebuah mobil

(diletakkan diatas mobil), sehingga bisa dipindah-pindah sesuai dengan tempat yang

membutuhkan. Oleh karenanya gardu mobil ini pada umumnya untuk pemakaian

sementara (darurat), yaitu untuk mengatasi kebutuhan daya yang sifatnya temporer.

Secara umum ada dua jenis gardu mobil, yaitu pertama gardu mobil jenis pasangan

dalam (mobil boks) dimana semua peralatan gardu berada di dalam bangunan besi

yang mirip dengan gardu besi. Kedua, gardu mobil jenis pasangan luar, yaitu gardu

yang berada diatas mobil trailer, sehingga bentuk fisiknya lebih panjang dan semua

peralatan penghubung/pemutus, pemisah dan trafo distribusi tampak dari luar.

Gambar 21. Memperlihatkan sebuah gardu distribusi berupa gardu mobil pasangan

luar berada diatas trailer.

Gardu distribusi jenis trailer ini umumnya berkapasitas lebih besar daripada

yang jenis mobil. Hal ini bias dilihat dari konstruksi peralatan penghubung yang

digunakan. Pada setiap gardu distribusi umumnya terdiri dari empat ruang (bagian)

yaitu, bagian penyambungan/pemutusan sisi tegangan tinggi, bagian pengukuran sisi

tegangan tinggi, bagian trafo distribusi dan bagian panel sisi tegangan rendah.

Gambar 21. Gardu Mobil

Keterangan gambar:
1. Saklar pemisah 6. Pengubah tap 11. Saklar Pemisah
2. Penyalur Petir 7. Pemutus 12. Poros berganda
40

3. Pemutus 8. Kotak kontrol 13. Gudang peralatan


4. Isolator 9. Trafo bantu
5. Transformator 10. Baterai Nikad

C. BAGIAN-BAGIAN GARDU DISTRIBUSI.

Komponen utama gardu portal dibagi menjadi dua bagian besar yang di gunakan

pada gardu portal, sehingga dapat mempermudah mengenali atau mengetahui macam

dan fungsinya.

1. Komponen Utama Bagian Atas Gardu.

Gardu 22. Portal Tampak Atas

1. Lightning Arrester (LA).

Lightning arrester (LA) berfungsi untuk melindungi (pengaman) peralatan

listrik di gardu dari tegangan lebih akibat terjadinya sambaran petir (lightning

surge) pada kawat transmisi, maupun disebabkan oleh surya hubung (switching

surge). Dalam keadaan normal (tidak terjadi gangguan) LA bersifat isolatif atau

tidak bisa menyalurkan arus listrik. Dan sebaliknya apabila terjadi gangguan LA

akan bersifat konduktif atau menyalurkan arus listrik ke bumi.


41

Gambar 23. Lightning Arrester (LA)

Cara kerja arester.

Cara kerja arrester yang dipasang pada gardu induk dalam sebuah sistem

kelistrikan misalnya transformator listrik dengan cara kerja lightning arrester

adalah sama, dimana prinsip kerja arrester akan membuang kelebihan tegangan

listrik ke pembumian. Dalam keadaan normal, arrester akan berfungsi sebagai

isolator listrik. Prinsip kerja arrester katup atau cara kerja lightning arrester dapat

dijelaskan secara sederhana demikian. Pada saat petir menyambar jaringan

listrik, tegangan listrik akan melonjak besar.Hal ini membuat dua logam pada

arrester akan bekerja saling terhubung dan menyalurkan arus listrik (sebagai

konduktor). Namun fungsi konduktor ini tidak akan mengenai sistem kelistrikan

yang ada karena salah satu kutub itu akan meneruskan ke tempat pembumian.

Pembuatan tempat pembumian harus bagus dengan nilai tahanan yang kecil

sehingga tidak mengganggu kinerja arrester. Dengan demikian adanya tegangan

kejut atau surge tidak akan merusak peralatan listrik, dan dengan tanpa

memutuskan arus listrik sedikitpun.


42

2. Fused Cut Out (FCO atau CO).

Berfungsi sebagai alat pelindung Trafo dari Arus hubungan Singkat dan

sebagai alat untuk membebeskan sumber tegangan jika dilakukan pemeliharaan.

Proteksi pada FCO ini dipasang dalam bentuk Fuse Link yang dapat disesuaikan

dengan Arus Nominal Trafo distribusi yang terpasang.

Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut

out akan putus, seperti yang ada pada SPLN 64 tabung ini akan lepas dari

pegangan atas, dan menggantung di udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir

ke sistem.

Adapun cara perlindungannya adalah dengan melelehkan fuse link,

sehingga dapat memisahkan antara bagian yang sehat dan yang terganggu.

Sedangkan fuse link itu sendiri adalah elemen inti dari FCO yang terletak di

dalam fuse holder dan mempunyai titik lebur tertentu. Jika beban jaringan

sesudah FCO menyentuh titik lebur tersebut, maka fuse link akan meleleh dan

akan memisahkan jaringan sebelum FCO dengan jaringan sesudah FCO.

Cut out biasanya digunakan pada jaringan distribusi 20 kV untuk proteksi

trafo distribusi dari arus lebih akibat hubung singkat,dan juga diletakkan pada

percabangan untuk proteksi jaringan.

Namun ada kelemahan dari pengaman jenis ini, yaitu penggunaannya

terbatas pada penyaluran daya yang kecil, serta tidak dilengkapi dengan alat

peredam busur api yang timbul pada saat terjadi gangguan hubung singkat.

Berfungsi sebagai proteksi atau pegaman lebur, Pada gardu distribusi

khususnya, FCO ini berfungsi sebagai alat pelindung Trafo dari Arus hubungan

Singkat dan sebagai alat untuk membebeskan sumber tegangan jika dilakukan
43

pemeliharaan. Proteksi pada FCO ini dipasang dalam bentuk Fuse Link yang

dapat disesuaikan dengan Arus Nominal Trafo distribusi yang terpasang.

Gambar 23. Fuse Cut Out

3. Wiring Gardu atau Pengawatan Gardu.

Pengawatan atau kawat Penghubung untuk menghubungkan tegangan

dari Jaringan SUTM, Lightning Arrester (LA), dan Fused Cut Out (FCO) ke

Trafo Distribusi.

4. Tiang.

Tiang yang dipergunakan untuk Gardu distribusi jenis ini bisa berupa

Tiang Beton maupun Tiang Besi, yang memiliki kekuatan kerja sekurang

kurangnya 500 dAn dengan panjang 11 atau 12 meter.

5. Trafo Distribusi.

Komponen utama dari gardu distribusi untuk menurunkan tegangan dari

Sisi Tegangan Menengah (SUTM) menjadi tegangan yang siap di pakai oleh

pelanggan. Trafo yang di pergunakan mulai dari 50 kVa - 400 kVa sesuai dengan

kebutuhan pembangunan gardu.

Trafo Distribusi adalah merupakan suatu komponen yang sangat penting

dalam penyaluran tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen. Kerusakan


44

pada Trafo Distribusi menyebabkan kontiniutas pelayanan terhadap konsumen

akan terganggu (terjadi pemutusan aliran listrik atau pemadaman). Pemadaman

merupakan suatu kerugian yang menyebabkan biaya-biaya pembangkitan akan

meningkat tergantung harga KWH yang tidak terjual.

Pemilihan rating Trafo Distribusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan

beban akan menyebabkan efisiensi menjadi kecil, begitu juga penempatan lokasi

Trafo Distribusi yang tidak cocok mempengaruhi drop tegangan ujung pada

konsumen atau jatuhnya/turunnya tegangan ujung saluran/konsumen.

Transformator atau trafo adalah komponen elektromagnet yang dapat

merubah tegangan tinggi ke rendah atau sebaliknya dalam frekuensi sama. Trafo

merupakan jantung dari distribusi dan transmisi yang diharapkan beroperasi

maksimal (kerja terus menerus tanpa henti). Agar dapat berfungsi dengan baik,

makan trafo harus dipelihara dan dirawat dengan baik menggunakan sistem dan

peralatan yang tepat. Trafo dapat dibedakan berdasarkan tenaganya, trafo

500/150 kV dan 150/70 kV biasa disebut trafo Interbus Transformator (IBT) dan

trafo 150/20 kV dan 70/20 kV disebut trafo distribusi.

Trafo pada umumnya ditanahkan pada titik netral sesuai dengan

kebutuhan untuk sistem pengamanan atau proteksi. Sebagai contoh trafo 150/20

kV ditanahkan secara langsung di sisi netral 150 kV dan trafo 70/20 kV

ditanahkan dengan tahanan rendah atau tahanan tinggi atau langsung di sisi netral

20 kV.
45

Gambar 24. Trafo Distribusi .

6. Rangka Gardu.

Berfungsi untuk menempatkan Trafo distribusi dan komponen lainya pada Tiang.

Rangka Gardu ini biasanya sudah berupa satu Set lengkap.

Gambar 25. Dudukan Gardu

7. Pipa Jurusan.

Berfungsi untuk menempatkan kabel naik atau kabel jurusan dari PHB-

TR ke jaringan SUTR di bagian atas.


46

Gambar 26. Pipa jurusan

2. Komponen Utama Bagian Bawah Gardu PHB-TR.

Beberapa komponen Utama yang di set dalam Perangkat Hubung Bagi

Tegangan Rendah ( PHB-TR ) yaitu sebagai Berikut :

Gambar 27. PHB-TR

1. Saklar Utama.

2. Rel Tembaga atau Rel Jurusan

3. NH-Fuse jurusan.

4. Kabel Naik atau Kabel Jurusan (bisa berupa NYY atau NYFGBY) dengan

ukuran sesuai dengan kebutuhan.


47

5. Kabel Turun (Kabel penghubung dari Trafo ke PHB-TR) dengan ukuran

disesuaikan dengan kebutuhan dan Trafo Distribusi yang terpasang.

D. TIANG SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH

1. Jenis Tiang
Pada umumnya tiang listrik yang sekarang digunakan pada SUTR terbuat

dari beton bertulang dan tiang besi. Tiang kayu sudah jarang digunakan karena daya

tahannya (umumnya) relatif pendek dan memerlukan pemeliharaan khusus. Sedang

tiang besi jarang digunakan karena harganya relative mahal dibanding tiang beton,

disamping itu juga memerlukan biaya pemeliharaan rutin.

Dilihat dari fungsinya, tiang listrik dibedakan menjadi dua yaitu

tiang pemikul dan tiang tarik. Tiang pemikul berfungsi untuk memikul

konduktor dan isolator, sedang tiang tarik fungsinya untuk menarik konduktor.

Sedang fungsi lainnya disesuaikan dengan kebutuhan sesuai dengan posisi

sudut tarikan konduktor nya. Bahan baku pembuatan tiang beton untuk

tiang tegangan menengah dan tegangan rendah adalah sama, hanya

dimensinya yang berbeda.

2. Menentukan/memilih Panjang Tiang

Tiang beton untuk saluran tegangan menengah dan tegangan rendah dipilih

berdasarkan spesifikasi sebagai berikut:


48
49

Pada jaringan tegangan rendah yang menggunakan tiang bersama dengan

jaringan tegangan menengah maka jarak gawang (Span) harus di jaga agar tidak

lebih dari 60 meter.

Di dalam menentukan panjang tiang beberapa faktor yang harus dipertimbangkan


adalah:
a) jarak aman antara saluran tegangan menengah dan tegangan rendah,
b) Posisi trafo tiang, dan
c) tinggi rendahnya trafo dengan penyangga dua tiang
Gambar diatas menunjukkan jarak aman yang diperlukan untuk menentukan

panjang tiang. Pada gambar tersebut diperlihatkan bahwa panjang tiang minimum

untuk tegangan menengah 11 meter (9,2 meter diatas tanah) dan untuk tegangan

rendah 9 meter ( 7,5 meter diatas tanah).

3. Jarak Aman Tiang Tegangan Rendah

Dari tabel diatas disebutkan bahwa tiang 9 meter type 200 daN

dapat digunakan sampai jarak tiang 60 meter, sedang tiang 9 meter type 100 daN

dapat digunakan terbatas sampai jarak tiang 40 meter, bahkan lebih pendek dengan

pengurangan beban kawat, karena batas ketahanan momen hampir nol pada pada

jarak (span) 40 meter, bila Batas minimum penggunaan tiang beton Pada jaring

SUTR – TIC khusus.


50

Tekanan angin pada konduktor dan tiang mendekati momen

ketahanan sebesar 724 kgm. Hal ini dapat di rinci sebagai berikut:

a) Momen pembengkok oleh tekanan angin pada konduktor = 522 kgm untuk
jarak tiang 40 meter.
b) Momen pembengkok oleh tekanan angin pada tiang = 214 kgm A + B = 736
kgm ÷ 724 kgm.

4. Merencanakan dan mempersiapkan mendirikan tiang

Untuk menentukan jumlah (kebutuhan) dan jenis tiang pada suatu lokasi,

diperlukan data survai jaringan yang akan dipasang. Dari gambar situasi jaringan

dapat ditentukan jenis dan perlengkapan tiang untuk lokasi tersebut, yaitu jumlah

tiang TR dan penunjangnya. Tiang beton untuk Tegangan Rendah digunakan

ukuran 9 meter.

Telah diuraikan diatas, jarak antar tiang ditetapkan sebesar 40-60 meter,

namun jarak tersebut masih perlu disesuaikan dengan kondisi lokasi (masih bisa

digeser). Dari gambar situasi jaringan dapat ditentukan jenis dan perlengkapan yang

diperlukan (Material Distribusi Utama) untuk lokasi tersebut, yaitu jumlah tiang

beton, konduktor, Kabel tanah dan Udara, serta isolator dan perlengkapannya.

Setelah mengetahui jumlah tiang beton yang diperlukan, selanjut-

nya mempersiapkan peralatan minimal yang diperlukan (yang harus disediakan oleh

pemborong) untuk pekerjaan mendirikan tiang adalah sebagai berikut:

a) Tool kit lengkap


b) Kantong kerja
c) Sabuk Pengaman
d) Tas kerja
e) Derek-tangan
f) Topi pengaman
g) Besi kaki tiga
h) Tampar 16 mm
i) Bor tanah
51

j) Gerobak (untuk mengangkut tiang)


k) Tangga
l) Linggis dan lain-lain.

5. Mendirikan/menanam Tiang

Bagian tiang yang harus ditanam di bawah permukaan tanah adalah 1/6 dari

panjang tiang. Jadi kedalaman lubang tergantung panjang/tinggi tiang yang akan

dipasang. Pada tanah yang lembek bagian bawah tiang harus di pasang bantalan

(beton blok) agar bagian tiang yang tertanam dalam tanah tetap 1/6 panjang tiang.

Untuk panjang tiang 13 meter bagian yang berada diatas tanah adalah 10,2

meter, untuk panjang tiang 11 meter bagian yang berada diatas tanah adalah

9,2 meter, dan untuk panjang tiang 9 meter bagian yang berada diatas tanah adalah

7,5 meter.

Pekerjaan mendirikan tiang beton diawali dengan menyiapkan

gambar rencana penempatan tiang. Dari gambar rencana dapat ditentukan

jumlah tiang yang diperlukan dan ditentukan pula letak dimana tiang akan

didirikan (ditandai dengan patok). Selanjutnya untuk mendiri-kan tiang

dapat dilakukan langkah–langah sebagai berikut:

a) Mempersiapkan alat-alat kerja dan perlengkapan yang diperlukan untuk


mendirikan tiang tersebut,
b) Mendistribusikan tiang-tiang tersebut ke lokasi dimana letak tiang
akan didirikan,
c) Menggali lubang pada setiap tempat yang akan didirikan tiang,
d) Jika galian sudah siap, maka kegiatan mendirikan tiang dapat dilakukan.

Mendirikan tiang beton tegangan rendah (9 meter) dapat dilakukan

dengan dua cara; pertama secara manual (konvensional), yaitu menggunakan derek-

tangan dan dengan menggunakan penyangga (tangga). Cara ini dilaksanakan


52

terutama pada lokasi-lokasi penanaman tiang yang sulit dijangkau dengan mobil

derek. Pada tiang tegangan rendah (9 meter) hal ini sangat mungkin terjadi.

Mendirikan tiang dengan cara manual dilakukan sebagai berikut:

a) Sebelum tangga untuk penyangga tiang ditinggikan, terlebih dahulu


tiang beton diangkat dengan derek-tangan,
b) Mengikatkan rantai derek-tangan pada bagian tengah tiang. Derek-tangan ini
digantungkan pada besi kaki tiga yang disiapkan untuk pekerjaan ini.
c) Jika tiang beton sudah mulai dinailkkan, maka diikuti dengan tangga atau
penopang yang lain untuk mendorong ke atas.
d) Disamping itu untuk mengendalikan arah tiang beton pada saat diangkat,
dipasang tali tampar sebanyak 4 (empat) atau 3 (tiga) direntangkan ke arah
berbeda, diikatkan pada posisi (15-20) % dari ujung atas tiang, untuk
mengendalikan arah tiang pada saat diangkat.
e) Selanjutnya tiang ditarik/didorong ke atas sambil dikendalikan dari arah
tali tampar tersebut, sampai bagian pangkal tiang mendekati dan
masuk lubang.
f) Untuk tiang beton bertulang sebelum diuruk tanah, perhatikan arah lubang baut
untuk penempat an croos arm.
g) Jika arah lubang belum sesuai putarlah tiang dengan mengikatkan tali
pada tiang, kemudian tiang diputar sesuai dengan arah lubang tempat baut
yang diinginkan.
Selanjutnya uruk dengan tanah pada sekitar tiang sampai padat. Untuk tanah

yang lembek pada pangkal tiang perlu dipasang pondasi atau diberi bantalan.

Kedua, mendirikan tiang dengan alat pengangkat lebih cepat dan praktis, tidak

memerlukan banyak tenaga manusia.


53

E. SALURAN TEGANGAN RENDAH

Saluran Tegangan Rendah terdiri dari 3(tiga) macam, yaitu Saluran Udara
Tegangan Rendah (SUTR), Saluran Kabel Udara Tegangan rendah (SKUTR),
dan Saluran Kabel Tanah Tegangan Rendah.

1. Saluran Udara Tegangan Rendah

Saluran udara tegangan rendah dalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik

pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan

listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi SUTR saat ini

adalah 220/ 380 Volt. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dengan LVTC

(Low Voltage Twistad Cable), saat ini sudah dikembangkan, hal ini

untuk mempertinggi keandalan, faktor keamanan dan lain-lain. Untuk kabel

LVTC ini pemasangannya.

a) bawah SUTM (Underbuilt) dan


b) khusus LVTC (JTR murni).
Spesifikasi kabel LVTC.
- Accesoreis twisted cable terdiri dari :
a) Suspension assembly
b) Large angle assembly
c) Dead end assembly
d) Insulated tap connector berbagai ukuran
e) Insulated Nontension joint
f) Insulated tension joint.
g) Guy set / stay set SUTR

Pemakaian guy set pada SUTR digunakan type ringan, pada stay set SUTR ini

tidak mempergunakan guy insulator. Spesifikasi material guy set sesuai dengan gambar

standar, sedang kawat baja galvanisnya sbb :

a) Ultimate load : 17 kN
b) Penampang : 22 mm2
54

c) Material : baja

Dalam pemasangan Saluran Udara, konduktor harus ditarik tidak terlalu kencang

dan juga tidak boleh terlalu kendor, agar konduktor tidak menderita kerusakan mekanis

maupun kelelahan akibat tarikan dan ayunan, dilain pihak dicapai penghematan

pemakaian konduktor. Dalam pemasangan kabel udara setelah tiang berdiri,

sambil menggelar kabel dari haspel terlebih dahulu dipasang perlengkapan bantu (klem

service), pengikat, pemegang dan sebagainya. Untuk kabel penghantar berisolasi,

bagian yang diikat pada pemegang di tiang adalah penghantar Nol, baik untuk dua kabel

(sistem satu fasa) maupun empat kabel (sistem tiga fasa). Penarikan kabel dimulai dari

salah satu tiang ujung, kemudian ditarik dengan alat penegang (hand tracker. Setelah

tarikan dianggap cukup kuat, maka pada setiap tiang kabel Nol diikat dengan pemegang

yang telah disiapkan.

Sebagaimana diketahui bahwa harga konduktor berkisar 40% dari harga

perkilometer jaringan. Batasan-batasannya adalah sebagai berikut:

a) Tarikan all alumunium aloy conductor (AAAC) yang diijinkan maksimum 30%
dari tegangan putus (Ultimate tensile strength).
b) Tarikan Twisted cable yang diijinkan maksimum 35% dari tegangan putus dari
kawat penggantung.
c) Andongan yang terjadi pada SUTR dengan jarak gawang 35-50 meter, tidak boleh
lebih dari 1 meter.
55

Pada kontruksi jaringan tegangan rendah atau menengah harus diperhatikan

lintasan yang akan dilewati saluran kabel, misalnya pada saat kabel udara melintasi

jalan umum, kabel udara yang dipasang di bawah pekerjaan konstruksi, kabel udara

melintasi sungai, dan lintasan- lintasan lain yang perlu perhatian sehubungan dengan

keamanan kabel dan keselamatan mereka yang berada di sekitar kabel tersebut. Berikut

ini adalah beberapa contoh bentuk saluran kabel udara yang melewati lokasi tersebut,

dan ukuran-ukuran jarak aman terhadap lingkungan yang tercantum dapat digunakan

sebagai acuan dalam melaksanakaan tugas pemasangan kabel.

kontruksi tiang penegang saluran udara tegangan rendah (LVTC) sesuai dengan

keperluan dimana tiang akan dipasang. Pada masing-masing gambar disertakan daftar

perlengkapan/material yang diperlukan sesuai dengan peruntukannya.


56

Keterangan :

1. Suspension Clamp Bracket


2. Suspension Clamp
3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter
4. Stopping Buckle
5. Plastic Strap
6. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter

Gambar . Konstruksi tiang penyangga(TR1)

Keterangan Gambar 4-22:


1. Tension Bracket
2. Strain Clamp
3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter
4. Stopping Buckle
5. Plastic Strap
6. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter
Gambar. Konstruksi tiang penegang/sudut(TR2)

Keterangan :

1. Tension Bracket
2. Strain Clamp
3. Stainless Steel Strip 0,75
Meter
4. Stopping Buckle
5. Plastic Strap
6. Line tap Connector 70-25/70-
25

Gambar kontruksi Penyambungan konduktor TC dan AAAC (TR7)


57

2. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR)


Kabel yang digunakan adalah jenis XLPE yang lebih dikenal dengan nama

LVTC ( Low Voltage Twisted Cable). Jenis kabel ini direntangkan di antara tiang

penyangga. Bagian utama adalah tiang, kabel dan suspension Clamp Bracket, yang

berfungsi untuk menahan kabel pada tiang. Kabel jenis ini sekarang banyak

digunakan dalam pemasangan JTR baru karena dianggap kontruksi jenis ini lebih

handal.

3. Memasang Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah

1) Pemakaian perkakas kerja dengan tepat.


Apabila kita dapat menggunakan perkakas kerja dengan tepat, maka di dalam

melaksanakan pekerjaan tersebut akan memperoleh manfaat sebagai berikut:

a) Efisiensi kerja meningkat,


b) Jumlah pemakaian/pengerahan tenaga kerja yang berkurang,
c) waktu pelaksanaan menjadi lebih pendek / pekerjaan cepat terselesaikan,
d) Kualitas pekerjaan lebih baik,
e) Pembiayaan menurun,
f) Menaikkan daya saing.

2) Efisiensi akibat penggunaan perkakas sederhana.

Perlu diketahui bahwa untuk melaksanakan pekerjaan besar dengan hanya

memakai alat yang sederhana sudah tak efisien lagi. Contoh:

a) Untuk melaksanakan koneksi kabel pada suatu gardu kontrol dimana jumlah

kabel mencapai ratusan jalur, maka pengupasan kabel dengan pisau akan

memerlukan waktu sangat lama, karena itu harus memakai tang pengupas

kabel.

b) Untuk pemasangan kabel yang tertanam di dalam rumah dengan volume

pekerjaan yang sangat besar, maka penggalian saluran kabel dengan memakai
58

alat konvensional seperti cangkul, sekop atau linggis saja, hasilnya sangat

tidak efisien. Untuk menanggulangi hal ini maka penggalian harus memakai

alat pengeruk yang berkapasitas besar (misalnya menggunakan Back Hoe).

c) Pemasangan transformator tenaga dengan daya puluhan Mega

Watt membutuhkan bantuan mobil derek dan mobil trailer dengan daya

angkat puluhan ton.

3) Kemampuan menggunakan perkakas kerja.

Mengingat harga peralatan relatif mahal, bahkan kadang-kadang harus

dipesan dari luar negeri dan memerlukan waktu yang cukup lama, apabila alat

mengalami kerusakan dan tidak bisa dipakai, akan mengganggu jalannya

pekerjaan. Oleh karenanya kemampuan orang yang menggunakan alat tersebut

harus memadai benar-benar terlatih. Untuk pemakaian alat kerja khusus, dimana

diperlukan ketelitian dan rumit, misal : mencari lokasi gangguan kabel tanah

dengan menggunakan Jembatan Wheatstone, maka calon pemakai harus

dilatih terlebih dahulu mengenai cara pemakaian alat tersebut. Hal penting yang

harus diperhatikan, alat kerja di lapangan harus dikelola dengan baik, terutama

pada proyek-proyek besar, dimana alat kerja harus dikelola oleh pengelola

material (Material Controller) dan pengatur alat kerja (Tool Kipp) mulai dari

pemesanan, penerimaan barang, pemakaian keluar masuk gudang dan

pemeliharaan alat kerja tersebut.

4) Pengelompokan dan penggunaan perkakas kerja.


Perkakas kerja dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat), yaitu Perkakas,

Alat Ukur dan Tes, Alat Pengaman, dan Alat Bantu. Untuk mempermudah

pengelompokan/pemilahan alat kerja suatu proyek, berikut ini diberikan nama dan
59

gambar peralatan untuk berbagai pekerjaan. Suatu proyek besar memerlukan alat

kerja khusus yang tidak terdapat di lokasi. Oleh karena itu pengadaan alat tersebut

harus dijadwalkan dengan tepat waktu.

4. Memasang Instalasi Pembumian

a. Definisi-Definisi Sistem Pembumian


PUIL 2000 (Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000) terdapat beberapa

definisi yang perlu diperhatikan, yaitu :

1) Bumi (Earth) adalah massa konduktif bumi yang potensial listriknya


di setiap titik manapun menurut konvensi, sama dengan nol.
2) Elektrode Bumi (Earth Electrode) adalah bagian konduktif atau kelompok
bagian konduktif yang membuat kontak langsung dan memberikan
hubungan listrik dengan bumi.
3) Gangguan Bumi (Earth Fault) merupakan :
 Kegagalan isolasi antara penghantar dan bumi atau kerangka.
 Gangguan yang disebabkan oleh penghantar yang terhubung ke
bumi atau karena resistansi isolasi ke bumi menjadi lebih kecil dari
pada nilai tertentu.

b. Jenis Tanah
Jenis tanah menurut PUIL 2000 dibagai atas :
1) Tanah rawa,
2) Tanah liat dan tanah ladang,
3) Pasir basah,
4) Krikil basah,
5) Pasir dan kerikil kering,
6) Tanah berbatu.

c. Tahanan pembumian
Tahanan pembumian dari elektrode bumi, tergantung pada jenis tanah dan

keadaan tanah serta ukuran dan susunan elektrode.


60

d. Perencanaan pemasangan peralatan


1) Tujuan Pembumian Peralatan

Pembumian peralatan adalah pembumian bagian dari peralatan yang pada

kerja normal, tidak dilalui arus:

a) Untuk membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak

dilalui arus dan antara bagian-bagian ini dengan bumi sampai pada

suatu harga yang aman (tidak membahayakan) untuk semua kondisi

operasi normal.

b) Untuk memperoleh impedansi yang kecil/rendah dari jalan balik

arus hubung singkat ke tanah.

Kecelakaan pada personil, timbul pada saat hubung singkat ke

tanah terjadi. Jadi bila arus hubung singkat ke tanah itu dipaksanakan

mengalir melalui impedansi tanah yang tinggi, akan menimbulkan

perbedaan potensial yang besar dan berbahaya. Juga impedansi yang

besar pada sambungan-sambungan pada rangkaian pembumian dapat

menimbulkan busur listrik dan pemanasan yang besarnya cukup

menyalakan material yang mudah terbakar.

F. PERALATAN KERJA DAN KESELAMATAN KERJA

1. Alat Pelindung Diri Dalam K3

Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap

pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Megingat

karakter lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang

keras maka selayakya pakaian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian
61

yang dikenakan oleh karyawan yang bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti

betul masalah ini umumnya menyediakan sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya.

a. Pakaian Kerja

Beberap kelengkapan atau peralatan yang “ WAJIB” digunakan saat

melekukan aktivitas bekerja yang di sesuaikan dengan potensi resiko bahaya dalam

kaitannya untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja baik pada pekerja itu

sendiri maupun orang sekitarnya disebut juga dengan Alat Pelindung Diri (APD).

Penggunaan APD tersebut telah diatur oleh pemerintah melalui peraturan mentri

Tenaga Kerja. Beberapa alat alat pelindung diri yang di maksudkan dapat dilihat di

bawah ini :

b. Sabuk keselamatan (safety belt)

Alat pelindung ini digunakan untuk menghindari terjadinya benturan pada saat

berkendara, misalnya mobil, pesawat terbang, alat berat dan lain-lain.


62

c. Sepatu Karet (sepatu boot)

Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun

berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda

tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

d. Sarung Tangan (Gloves)

Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau

situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di

sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.

e. Masker (Respirator)

Berfungsi sebagai pelindung hidung dan penyaring udara yang dihirup saat

bekerja di tempat yang memiliki kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).

f. Tali Pengaman (Safety Harness)


63

Pada pekerjaan yang berada di ketinggian, sangat memerlukan alat pelindung

diri berupa tali pengaman (safety harness). Alat pelindung diri ini digunakan jika

bekerja pada ketinggian lebih dari 1.8 meter. Hal ini akan melindungi pekerja agar

terhindar dari potensi jatuh dari ketinggian.

g. Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)

Guna melindungi telinga dari sumber suara yang cukup tinggi diperlukan

penutup telinga. Hal ini dimaksudkan karena telinga tidak mampu menahan suara

dalam intensitas yang tinggi dan memekakkan telinga.

h. Sepatu pelindung (safety shoes)

Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda

tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.


64

i. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)

Pada pekerjaan pengelasan maupun pekerjaan permesinan perlu

menggunakan pelindung mata dari percikan api ataupun serpihan dari besi yang

mengalami proses pengerjaan permesinan.

j. Safety Helmet (Helm pelindung kepala)

Berfungsi untuk melindungi kepala dari benda yang berpotensi mengenai kepala

secara langsung maupun tidak langsung.

k. Pelindung wajah (Face Shield)

Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal

pekerjaan menggerinda).

Anda mungkin juga menyukai