Anda di halaman 1dari 80

Laporan Kerja Praktek

“PEMELIHARAAN PERALATAN HUBUNG BAGI (KUBIKEL) 20kV

PELANGGAN BESAR DI PT. PLN (PERSERO)-AREA PALOPO”

OLEH :

Nama Mahasiswa : Fitrawati Suharti

NIM : 442 15 007

Kelas : IV D4 TPE

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PEMBANGKIT ENERGI

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


ABSTRAK

Pada instalasi tenaga listrik dan peralatan elektrik banyak dijumpai panel-

panel yang digunakan untuk melindungi peralatan tersebut. Salah satunya

adalah peralatan hubung bagi atau yang biasa disebut sebagai kubikel.

Fungsinya adalah sebagai pengendali, penghubung dan pelindung serta

membagi tenaga listrik dari sumber tenaga listrik. Dalam instalasi tegangan

menengah kubikel diperlukan agar lebih mudah dalam pemantauan atau

pemeliharaan sehingga peralatan listrik lebih awet.

Seiring dengan berjalannya waktu, maka kubikel pun mengalami penurunan

kualitas pelayanan sehingga perlu dilakukan adanya upaya perawatan agar

dapat mempertahankan atau mengembalikan pada tingkat prestasi awal dan

dapat beroperasi dengan keandalan yang tinggi sehingga kontinuitas

pelayanan listrik akan tercapai

Pada makalah kerja praktek ini akan dibahas bagaimana cara perawatan pada

kubikel sehingga kubikel tetap mampu melayani kebutuhan listrik tanpa

adanya gangguan yang berarti yang berdampak kerugian lebih besar.

Kata kunci kubikel, perawatan, kualtas.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangannya, kebutuhan energi listrik semakin meningkat, sedangkan

masyarakat sebagai konsumen energi listrik juga bertambah jumlahnya dan

menuntut mutu serta kualitas pelayanan energi listrik yang lebih baik secara

kontinyu. Cubicle 20 KV adalah seperangkat peralatan listrik yang dipasang pada

Gardu Hubung Distribusi yang berfungsi sebagai Pembagi, Pemutus, Penghubung

Pengontrol dan Proteksi system penyaluran tenaga listrik tegangan 20 KV.

Cubicle biasanya terpasang pada Gardu Hubung Distribusi atau Gardu

Hubung yang berupa Beton maupun Kios. Cubicle yang terdapat didalam Gardu

Hubung (GH) merupakan Panel Tegangan Menengah yang berfungsi sebagai salah

satu sarana penunjang Utama untuk mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen,

dimana didalam GH selain terdapat Trafo Distribusi terdapat pula beberapa cubicle

dengan beberapa peralatan bantu sesuai kebutuhan antara lain : Pemutus beban

pasangan dalam (PMT/LBS), Pemisah (DS), Isolator, Bus bar / Rel, Vacum sircuit

breaker (VCB), Kabel saluran masuk/keluar, Tranformator Instrumen / Pengukuran

antara lain : CT dan PT, dll.Selain itu dengan adanya arus beban jurusan yang besar

dipikul oleh salah satu atau beberapa cubicle maka akan menimbulkan uap air akibat

panas dan hal ini lebih memungkinkan timbulnya busur listrik (Flash Over) antara
body dengan pengantar melalui badan CT, PT, VCB dan lain-lain sehingga hubung

singkat tidak dapat dihindari dan pada akhirnya akan mengganggu penyaluran tenaga

listrik kepada konsumen PT. PLN ( Persero ) yang ada. Bila dilihat dari sisi

ekonomis, maka pekerjaan pemeliharaan rutin serta menjaga sirkulasi udara yang

baik secara terus menerus akan jauh lebih murah dibandingkan dengan mengganti

Cubicle yang harganya mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah / unit, coba kita

bayangkan kalau yang diganti beberapa buah cubicle pada salah satu Gardu Hubung,

contohnya : Pengeluaran biaya yang cukup besar dilakukan pada Gardu Hubung PT.

PLN (Persero) penyulang Masamba yang terbakar beberapa waktu lalu dan telah

menelan biaya Rp.1 milyard untuk mengganti 3 ( tiga ) buah cubicle akibat hal

tersebut diatas.

Untuk itu perlu dilakukan pemeliharaan khusus agar tetap sesuai dengan standart

kinerjanya dan mengurangi kerugian material.

I.2. Waktu dan Lokasi Kerja Praktek

Kerja Praktek ini dilaksanakan dari tanggal 30 Juli sampai dengan 28 September

2018 di PT.PLN (Persero) Area Palopo yang beralamat di Jl. Andi Kambo NO.70

Palopo.

I.3. Rumusan Masalah

Mengetahui dan memahami cara pemeliharaan pada peralatan listrik, terutama pada

kubikel.

Meningkatkan pengetahuan dan mempelajari sistem kerja kubikel


Mengamati secara langsung rancangan alat-alat yang digunakan, cara kerja, dan

proteksi pada kubikel.

1.4. Batasan Masalah

Dalam laporan kerja praktek ini membahas tentang pemeliharaan kubikel

pada jaringan tegangan menengah.

I.5. Batasan Masalah

Ketika berbicara tentang jaringan distribusi tenaga listrik, tentu sangat banyak hal

yang perlu diketahui dan membuat masalah yang perlu dikaji juga menjadi sangat

luas jika tidak dibatasi. Oleh karena itu, pada laporan kerja praktek ini batasan

masalahnya adalah seputar losses pada jaringan distribusi akibat ketidakseimbangan

beban dan jatuh tegangan.

I.6. Metode Penyusunan Laporan

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, metode pencarian data dan informasi

yang dilakukan adalah:

 Studi Lapangan
Dilakukan dengan cara melakukan kunjungan atau pengamatan langsung di lapangan
 Wawancara
Dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi dari orang-orang yang

berpengalaman
 Studi Pustaka
Data dan informasi diperoleh dari PT. PLN (Persero) Area Palopo, dan juga dari

literature, serta buku-buku yang berkaitan dengan topik laporan kerja praktek.
BAB II

DASAR TEORI

II.1. Sejarah Singkat PLN (Perusahaan Listrik Negara)

Kelistrikan di Indonesia dimulai pada abad ke-19, pada saat beberapa perusahaan

Belanda, antara lain pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit tenaga listrik

untuk keperluan sendiri. Ketenagalistrikan untuk umum dimulai pada saat perusahaan

Belanda yaitu, NV. NIGM yang semula bergerak dibidang gas, memperluas usahanya

pada bidang tenaga listrik dan kemanfaatan umum. Pada tahun 1927, Pemerintah

Belanda membentuk Lands Waterkracht Bedrijven (LWB), yaitu perusahan listrik

negara yang mengelola PLTA Plengan, PLTA Lamajan, PLTA Bangkok Dago, PLTA

Ubrug dan Kracak di Jawa Barat, PLTA Tes Bengkulu, PLTA Tonsea Lama di

Sulawesi Utara dan PLTU di Jakarta. Selain itu, di beberapa Kotapraja di bentuk

perusahaan-perusahaan listrik kotapraja.

Dengan menyerahnya pemerintah Belanda kepada Jepang dalam perang dunia ke-II,

maka Indonesia dikuasai Jepang. Oleh karena itu, perusahaan listrik dan gas yang ada

diambil oleh Jepang dan semua pegawai dalam perusahaan listrik tersebut diambil

oleh orang-orang Jepang. Dengan jatuhnya Jepang ke tangan Sekutu, dan

diproklamasikannya Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka


kesempatan yang baik dimanfaatkan oleh pemuda serta buruh listrik dan gas untuk

mengambil alih perusahaan-perusahaan listrik dan gas yang dikuasai oleh Jepang.

Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan Jepang, pada bulan

September 1945 suatu delegasi buruh/pegawai listrik dan gas menghadap pimpinan

KNI Pusat yang pada waktu itu diketuai oleh Kasman Singodimejo, untuk

melaporkan hasil perjuangan mereka. Selanjutnya Delegasi bersama-sama dengan

pimpinan KNI Pusat menghadap ke Presiden Soekarno, untuk menyerahkan

perusahaan-perusahaan listrik dan gas kepada Pemerintah Republik Indonesia.

Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden Soekarno dan kemudian dengan

penetapan pemerintah No 1 Tahun 1945 tanggal 27 oktober 1945, dibentuklah

Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.

Dengan adanya Agresi Belanda I dan II, sebagian besar perusahaan-perusahaan listrik

dikuasai kembali oleh Pemerintah Belanda. Pegawai-pegawai yang tidak mau

bekerjasama kemudian mengungsi dan menggabungkan diri pada kantor-kantor

Jawatan Listrik dan Gas di daerah-daerah Republik Indonesia yang bukan merupakan

daerah kependudukan Belanda untuk meneruskan perjuangan. Selanjutnya,

dikeluarkanlah keputusan Presiden RI. Nomor 163 tanggal 3 Oktober 1953 tentang

nasionalisasi perusahaan listrik milik bangsa asing di Indonesia jika waktu

konsesinya telah habis.

Sejalan dengan meningkatnya perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan

Irian Jaya dari cengkeraman penjajah Belanda, maka dikeluarkan undang-undang

Nomor 86 Tahun 1958 tanggal 27 Desember 1958 tentang nasionalisasi semua


perusahaan Belanda dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1958 tentang

nasionalisasi perusahaan listrik dan gas milik Belanda. Dengan undang-undang

tersebut, maka seluruh perusahaan listrik Belanda berada ditangan bangsa Indonesia.

Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia mengalami pasang surut sejalan dengan pasang

surutnya perjuangan bangsa. Tanggal 27 Oktober 1945 kemudian dikenal sebagai

Hari Listrik dan Gas. Hari tersebut diperingati untuk pertama kali pada tanggal 27

Oktotober 1946, bertempat di Gedung Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia

Pusat (BPKNIP) Yogyakarta. Penetapan secara resmi tanggal 27 Oktober 1945

sebagai Hari Listrik dan Gas berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan

Tenaga nomor 20 Tahun 1960, namun kemudian berdasarkan Keputusan Menteri

Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Nomor 235/KPTS/1975 tanggal 30 September

1975 peringatan Hari Listrik dan Gas yang digabung dengan Hari Kebaktian

Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik yang jatuh pada tanggal 3 Desember. Mengingat

pentingnya semangat dan nilai-nilai hari listrik, maka berdasarkan Keputusan Menteri

Pertambangan dan Energi Nomor 1134.K/43.PE/1992 tanggal 31 Agustus 1992

ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Listrik Nasional.

Adapun visi dan misi dari PT.PLN (Persero) adalah sebagai berikut:

1. Visi
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul, dan

terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.


2. Misi
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidan lain yang terkait, berorientasi

pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.


b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
3. Motto
Sedangkan selain visi dan misi PT. PLN (Persero) juga mempunyai motto sebagai

berikut : d
“Electricity For A Better Life”

II.2. Profil PT. PLN (Area) Palopo

PT. PLN (Persero) terbagi kealam beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya

adalah wilayah Sulsel, Sultra, & Sulbar. Wilayah Sulsel, Sultra, & Sulbar ini

kemudian terbagi lagi atas beberapa area salah satunya adalah PT. PLN (Persero)

Area Palopo yang beralamat di Jl. Andi Kambo No. 70 Palopo. PT. PLN (Persero)

Area Palopo ini merupakan pusat koordinasi distribusi listrik untuk rayon-rayon

asuhannya, yaitu Rayon Makale, Rayon Malili, Rayon Tomoni, Rayon Rantepao,

Rayon Masamba, Rayon Belopa, dan Rayon Sawerigading. Pembagian rayon serta

jaringannya dapat dilihat pada gambar berikut:


Gambar 2.1 Sistem Kelistrikan PT. PLN (Persero) Area Palopo Tahun 2018

Adapun struktur organisasi PT. PLN (Persero) Area Palopo tahun 2016 adalah sebagai

berikut:
Manager Area

HIMAWAN
SUTANTO, ST

RAYON

Asisten Manager
Asisten Manager Transaksi Energi Listrik Asisten Manager
Distribusi Transaksi Energi Listrik
Nasrul Usman S.T ABBAS SHALEH, ST ABBAS SHALEH, ST

Supervisor Administrasi
Supervisor Transaksi Umum
Supervisor Operasi
Energi Listrik WAWAN GUNAWAN,
Distribusi
Dwiyanto. S.T SE
DARWIS B

Supervisor Pemeliharaan Supervisor Pengendalian Supervisor Pelayanan


Distribusi Susut Pelanggan
DIOBA BIONDI HADHI BAGUS
MASHURI NUR FAIRMONT SETYANTO
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Area Palopo

BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

III.1 Pengertian Umum

Cubicle 20 kV adalah komponen peralatan-peralatan untuk memutuskan dan

menghubungkan, pengukuran tegangan, arus, maupun daya, peralatan

proteksi, dan control yang terpasang pada ruang tertutup dan sebagai pembagi,

penyalur, pengukur, pengontrol, dan proteksi sistem penyaluran tenaga listrik.


Disebut sebagai cubicle karena peralatan-peralatan tersebut dikemas plat

berbentuk almari dengan pintu di bagian depan yang bisa dibuka dan ditutup

menurut standar operasi yang diminta.

1. Jenis dan fungsi Cubicle

Berdasarkan fungsi/penempatannya, cubicle TM 20 kV di Gardu Induk antara

lain :

Cubicle Incoming berfungsi sebagai penghubung dari sisi sekunder trafo daya

ke busbar 20 kV

Cubicle Outgoing : sebagai penghubung / penyalur dari busbar ke beban

Cubicle Pemakaian sendiri (Trafo PS) : sebagai penghubung dari busbar ke

beban pemakaian sendiri GI

Cubicle Kopel (bus kopling); sebagai penghubung antara rel 1 dan rel 2

Cubicle PT / LA:: sebagai sarana pengukuran dan proteksi pengaman terhadap

surja.
Cubicle Bus Riser / Bus Tie (Interface): sebagai penghubung antar sel.

2. Bagian-bagian

Cubicle TM 20 kV terdiri dari 4 kompartemen, yaitu : a.

Kompartemen PMT.

Pada kompartemen ini terpasang “Withdrawable Circuit Breaker”. PMT dan

mekanisme penggeraknya dapat dengan mudah dikeluarkan/dimasukkan ke

dalam kubikel untuk keperluan pemeliharaan.

b. Kompartemen Busbar

Semua tertutup oleh bagian metal. Kompartemen busbar didisain agar bagian-

bagian yang bergerak pada bagian ini seminimum mungkin. Busbar

dibuat dari tembaga atau aluminium dengan bentuk sesuai dengan desain dari

masing-masing pabrik.
c. Kompartemen Sambungan Kabel

Pada Kompartemen ini terdapat :

Terminasi kabel tegangan menengah

3(tiga) pembagi tegangan (potensial divider), dilengkapi pada setiap pasa

terminasi kabel, yang disambung dengan tiga neon indikator yang dipasang di

muka panel. Fungsinya untuk melihat secara visual bahwa kabel tersebut

dalam keadaan bertegangan atau tidak, sehingga aman terhadap petugas yang

melaksanakan pengoperasian.

Satu rangkaian hubung pendek dan pemisah tanah untuk sisi kabel.

Dioperasikan dari depan panel, dilengkapi dengan mekanisme operasi

kecepatan tinggi sehingga mempunyai kecepatan masuk yang tidak tergantung

kecepatan operator.

Trafo arus

Trafo tegangan (sesuai permintaan). Bisa type tetap atau lepasan. Dilengkapi

dengan pelebur dengan kapasitas pemutusan tinggi.


e. Kompartemen Tegangan Rendah

Kompartemen ini didisain untuk memperkecil resiko propagasi saat terjadi

kegagalan. Auxiliary disambung ke PMT oleh susunan multi pin connector

BAB III. PERSOALAN

PT. PLN (Persero) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam

bidang kelistrikan Nasional dan melayani konsumen dengan berbagai tarif

antara lain : Tarif Rumah tangga, Industri, Bisnis, Pemerintah, Sosial dan

Penerangan Jalan Umum selalu berupaya meningkatkan mutu pelayanan

kepada masyarakat, dimana semua sarana yang digunakan untuk

mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen diharapkan tetap dalam kondisi

terpelihara secara baik sehingga kwalitas pendistribusian tenaga listrik juga

akan semakin baik sesuai yang diharapkan oleh semua pihak.

Namun dalam kenyataannya saat ini masih terdapat beberapa kendala terutama

sistim Distribusi yang sering terganggu akibat kurangnya pemeliharaan dan

analisa kegagalan peralatan atau sarana yang dipakai terutama kondisi Cubicle
pada beberapa Gardu Hubung (GH) yang sering mengalami gangguan akibat

dari sirkulasi udara yang kurang baik didalam maupun diluar Cubicle atau

sirkulasi udara yang kurang baik didalam Gardu Hubung secara keseluruhan,

sehingga akan terjadi Kelembaban udara dalam Cubicle itu sendiri yang dapat

menimbulkan terjadinya Busur Listrk (Flash Over) dan pada akhirnya

sebagian atau seluruh system akan terganggu (Black Out system).

Gambar 1 :Pasokan tenaga listrik dari pusat listrik ke jaringan distribusi

sampai ke pelanggan
Sirkulasi udara yang kurang baik didalam dan diluar Cubicle menjadi faktor

penyebab utama sehingga uap air akan tetap menempel pada sebagian

peralatan atau seluruh peralatan diadalam kubikel juga pada dinding Cubicle

tersebut. Bila uap air tersebut dibiarkan terus menerus maka suatu saat akan

terjadi busur listrik (Flash Over) yang akan meluas mulai dari peralatan

penghantar dan selanjutnya ke dinding Cubicle atau bumi sehingga terjadilah

hubung singkat antar penghantar dengan bumi dan akibatnya Sistem akan

terganggu atau listrik padam. Kondisi sirkulasi udara didalam dan diluar

cubicle perlu segera

dibenahi untuk mengurangi kelembaban sehingga dapat mengurangi dampak

terjadinya busur listrik atau flash over.


Gambar 2. Peralatan Cubicle secara umum

Dari berbagai jenis kubikel yang terpasang pada Gardu hubung, semuanya

berfungsi untuk memikul dan menyalurkan beban ke konsumen. Beban


tersebut akan menimbulkan panas didalam cubicle sehingga uap air akan

muncul dan menyebabkan terjadinya Kelembaban Udara.

BAB IV. PRA ANGAPAN

Dari berbagai jenis kubikel yang terpasang pada Gardu hubung, semuanya

berfungsi untuk memikul dan menyalurkan beban ke konsumen. Beban

tersebut akan menimbulkan panas didalam cubicle sehingga uap air akan

muncul dan menyebabkan terjadinya Kelembaban Udara.

Sirkulasi udara yang kurang baik didalam maupun diluar Cubicle atau

sirkulasi udara yang kurang baik didalam Gardu Hubung secara keseluruhan,

sehingga akan terjadi Kelembaban udara dalam Cubicle itu sendiri yang dapat

menimbulkan terjadinya Busur Listrk (Flash Over) dan pada akhirnya

sebagian atau seluruh system akan terganggu (Black Out system)

Selain faktor panas akibat beban, kelembaban udara juga dapat terjadi karena

Cara penempatan cubicle yang tepat berada diatas parit/saluran kabel yang

menutupi seluruh permukaan parit/saluran kabel tersebut sehingga sirkulasi

udara akan terhambat atau kurang baik. Ventilasi udara atas maupun bawah

yang sempit atau tidak terpasang atau Cubicle ditempatkan terlampau dekat
dengan dinding Gardu Hubung juga akan berpengaruh langsung pada suhu

udara didalam cubicle maupun didalam Gardu Hubung (GH) itu sendiri.

Terjadinya Busur Listrik (Flash Over) pada Cubicle disebabkan oleh karena

sirkulasi udara yang kurang baik dalam Cubicle, sehingga :

1. Letak Cubicle perlu dirubah.

2. Menambah ventilasi udara pada cubicle itu sendiri.

3. Menambah ventilasi udara pada Gardu Hubung.

4. Membuat atau menambah lubang rembesan air pada

permukaan lantai parit/saluran kabel.

Untuk mengetahui seberapa besar tegangan lompatan api yang disebabkan

oleh keadaan udara, maka perlu dilakukan pengujian.Untuk mengoreksi hasil-

hasil pengujian terhadap tekanan dan suhu dipakai rumus :


VB
-----------------

--------

VS = 1
D
dimana VS = tegangan lompatan pada keadaan standar
= tegangan lompatan yang diukur pada keadaan

VB sebenarnya
D = kepadatan udara relative (relative air density)

bB 273 + 20 0,386 bB

d= = -------------- 2
760 273 + tB 273 + tB

sedangkan bB = tekanan udara pada waktu pengujian (mm Hg)


tB = suhu sekeliling pada waktu pengujian (0 C)

BAB V. FAKTA YANG MEMPENGARUHI


Kelembaban udara akan semakin meningkat akibat Cara penempatan cubicle

yang tepat berada diatas parit/saluran kabel dan menutupi seluruh permukaan

parit/saluran kabel tersebut dan menghambat sirkulasi udara masih sering

terjadi pada sebagian besar Cubicle dalam Gardu Hubung (GH) sampai saat

ini.

Bila kondisi sirkulasi udara tersebut diatas tetap dibiarkan maka akan

berdampak pada Kerugian yang dialami akibat Busur Listrik (Flash Over),

baik oleh Pelanggan juga menimbulkan Kerugian Material dan Biaya pada

pihak PT. PLN (Persero).

Dampak yang dirasakan dari gangguan busur listrik (Flash Over) tersebut

antara lain :

• Sering terputusnya penyaluran tenaga listrik ke konsumen.

• Waktu pemeliharaan Cubicle akan berulang-ulang.

• Kerugian material dan biaya yang dikeluarkan setiap tahun anggaran untuk

pemeliharaan dan penggantian Cubicle sangat besar (Puluhan atau ratusan juta

rupiah setiap tahunnya).


• Kerugian karna hilangnya sebagian Kwh jual.

Gangguan Busur listrik (Flash Over) tersebut sering terjadi pada beberapa

Kubikel dalam Gardu Hubung, baik pada Sistem Ambon maupun Sistem

lainnya diluar pulau Ambon PT. PLN (Persero) Wilayah Maluku & Maluku

Utara, lebih khusus pada Area Ambon.

Dampak negatif langsung akibat terjadinya gangguan Busur listrik (Flash

Over) yang dirasakan pelanggan adalah :

Aliran listrik terputus atau padam pada sebagian atau seluruh pelanggan yang

dilayani oleh sistem tersebut, artinya semua atau sebagian kebutuhan

pelanggan yang mengguanakan aliran listrik tersebut akan terganggu, bahkan

beberapa aktivitas pelayanan sosial seperti : Rumah sakit, Tempat Pendidikan,

Tempat Ibadah maupun beberapa kegiatan pelayanan publik dan maupun

pemerintahan ikut merasakan dampak dari terputusnya aliran listrik tersebut.

Masih ada keluhan beberapa pelanggan tentang kerusakan peralatan elektronik

mereka karena aliran listrik PLN terputus atau padam, walaupun kerusakan

tersebut belum tentu diakibatkan karena terputusnya aliran listrik dari PLN

secara tiba-tiba.
Banyak kalangan baik secara individu maupun institusi tertentu masih punya

tanganggapan atau persepsi negatif terhadap pelayanan PT. PLN (Persero),

khususnya di Area Ambon, karena listrik masih sering padam atau terganggu.

Dan lain-lain…….

Dampak negatif yang dirasakan langsung oleh PT. PLN (Persero) akibat

terjadinya gangguan Busur Listri (Flash Over) adalah :

Kerugian pada sisi Niaga yaitu : Sebagian atau seluruh Kwh yang diproduksi

saat itu tidak tersalur atau atau Kwh jual akan menurun karena sebagian atau

seluruh system terganggu.

Kerugian pada sisi Distribusi yaitu : Beberapa material utama pada Kubikel

seperti VCB, LBS, Copling, DS, CT, PT, Metering dan Fuse mengalami

kerusakan bahkan kerusakan bisa dialami oleh salah satu atau beberapa

kubikel sekaligus.

Terjadi kebakaran pada beberapa kubikel di system Ambon dan system lainya

diluar pulau ambon.

Biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan akan semakin besar mencapai

ratusan juta bahkan milyaran rupiah pada satu tahun anggaran.


Pekerjaan pemeliharaan akan dilakukan berulang-ulang sehingga sering

melakukan pemadaman terencana untuk pekerjaan pemeliharaan tersebut dan

pada akhirnya berdampak juga pada kerugian Kwh jual.

Umur atau usia normal dari sebagian peralatan atau kubikel tersebut akan

semakin pendek yang secara langsung akan berdampak pula kepada biaya

operasi dan pemeliharaan yang dikeluarkan semakin besar.

CONTOH GANGGUAN PADA KUBIKEL BERDASARKAN DATA DATA

Walaupun pemeliharaan cubicle pada Gardu Hubung tersebut selalu dilakukan

baik oleh Rayon Baguala (Pemeliharaan rutin atau triwulan) maupun

mengikuti pemadaman terencana yang dilakukan oleh Distribusi Area Ambon

untuk pekerjaan lain yang menyangkut padam salah satu penyulang atau

seluruh penyulang di Gardu Hubung Baguala.

Pada Gardu Hubung Aston (Sistem Ambon), bulan April 2012 ganti 1 set VCB

Incoming karan terbakar.

Pada Gardu Hubung A1b/bank BTN (Sistem Ambon), ganti VCB incoming

dan out going pada bulan Agustus 2012 karna terbakar antara isolator tumpu

dan rel/bus bar.


Pada Gardu Hubung Wailiha (Sistem Ambon), gangguan pada CT dan PT,

bulan Desember 2012.

Pada Pusat Listrik Wamsisi (Sistem Ambon), ganti CT dan PT pada bulan

September 2012, karena terbakar.

Pada Pusat listrik Sewa 2 (Sistem Ambon), bulan Nopember 2012 Ganti VBC

out going karana terbakar.

Pusat Listrik Poka (Sistem Ambon) terjadi kebakaran kubikel pada pada tahun

2012,

Pusat Listrik Masohi (Sistem Masohi), terjadi kebakaran pada CT dan PT pada

tahun 2011.

Dalam tahun anggaran 2011, terjadi gangguan kubikel pada Pusat Listrik

Kobisonta.

Dan lain-lainnya.

Gambar 3 : Dampak Negatif dari Busur Listrik/Flash Over


Tabel 1 : Perkiraan RUGI Kwh, Akibat GANGGUAN BUSUR LISTRIK

(FLASH OVER)

Penyulang
Perkiraan
WAIHERU. 1
Rugi,
Bila Rata-

rata
Lama R1/450 VA,

JAM JAM Blok Ket


(KW 1 (Rp.176

(A) ) Padam (Kwh) per

Pada Kwh)

m Nyala Menit Jam

10.0 Perkiraa

0 91 3,003 10.10 10.55 45 0.75 2,252 396,396 n

15,01 Perkiraa

91 3,003 5.00 5 2,642,640 n

20.0 Perkiraa

0 130 4,290 20.15 21.35 80 1.33 5,720 1,006,720 n

21,45 Perkiraa

130 4,290 5.00 0 3,775,200 n


Penyulang
Perkiraan
WAIHERU. 2
Rugi,
Bila Rata-

rata
Lama R1/450 VA,

JAM JAM Blok Ket


(Kwh 1 (Rp.176

(KW Padam ) per

(A) ) Pada Kwh)

m Nyala Menit Jam

10.0 69 2,277 10.00 12.40 160 2.67 6,072 1,068,672 Perkiraa

0 n

69 2,277 5.00 11,38 2,003,760 Perkiraa

5 n

20.0 102 3,366 20.15 22.45 150 2.50 8,415 1,481,040 Perkiraa

0 n

102 3,366 5.00 16,83 2,962,080 Perkiraa

0 n
BAB VI. PEMBAHASAN

A. Pengujian Dalam Suasana Basah.

Pengujian dalam suasana basah dimaksudkan untuk menirukan keadaan udara pada waktu

hujan, salju dan sebagainya. Oleh karena air hujan menghantar listrik, maka tegangan

pelepasan dari alat-alat listrik yang dipasang diluar (outdoors) menjadi berkurang pada

waktu alat-alat tersebut menjadi basah karena hujan.

Piranti ukur yang digunakan adalah Volt meter, Ampere meter, Thermometer, Higrometer

Ampere meter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui besarnya aliran arus

yang dipakai oleh beban.(Gambar 4)


Gambar 4 : Ampere meter

Volt meter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui besarnya potensial atau

tegangan antara dua titik.(Gambar 5)

Gambar 5 : Volt meter

Higrometer adalah sejenis alat untuk mengukur tingkat kelembaban pada suatu tempat.

Biasanya alat ini ditempatkan di dalam bekas (container) penyimpanan barang yang

memerlukan tahap kelembapan yang terjaga seperti dry box penyimpanan kamera.

Kelembaban yang rendah akan mencegah pertumbuhan


jamur yang menjadi musuh pada peralatan tersebut. Higrometer juga banyak dipakai di

ruangan pengukuran dan instrumentasi untuk menjaga kelembaban udara yang

berpengaruh terhadap keakuratan alat-alat pengukuran.(Gambar 6)

Gambar 6 : Higrometer

Suhu menunjukkan derajat panasbenda, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas

benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu

benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk

perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-

atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu adalah ukuran panas-

dingin suatu benda yang dinyatakan dalam suatu besaran suhu atau temperatur. Suhu
didefiniskan sebagai besaran yang menyatakan ukuran derajat panas dan dinginnya suatu

benda. Suhu merupakan salah satu jenis besaran pokok yang dalam Satuan Internasional

(SI) di nyatakan dengan satuan oK (oKelvin).Suhu dapat diukur dengan menggunakan

termometer yang berisi air raksa atau alkohol.(Gambar 8)

Gambar 7 : Thermometer
Tabel 2. Hasil Pengukuran SUHU & KELEMBABAN dalam Cubicle Memakai :

HIGROMETER, Pada Gardu Hubung BAGUALA (Kondisi Normal)

Kepadatan Tegangan

KELEMBABAN SUHU

No PENYULANG udara relatif Lompatan


(%) (°K)
(d) (Vb)- KVolt

1 Tulehu 83 311.2 0.1029 1.1834

2 ACC 76 309.7 0.0947 1.0891

3 Hutumuri 81 306.4 0.1020 1.173

4 Waiheu 1 82 310.3 0.1020 1.173

5 Waiheu 2 82 310.8 0.1018 1.1707

6 Lateri 1 78 307.5 0.0979 1.1258

Tabel 3. Hasil Pengukuran SUHU & KELEMBABAN dalam Cubicle Pada Gardu

Hubung PT. SEMEN TONASA (Kondisi Cubicle Sudah Dinaikan 45 Cm)

KELEMBABAN SUHU Kepadatan Tegangan


NO PENYULANG udara relatif Lompatan
(%) (°K)
(d) (Vb)- KVolt

1 In Coming 56 301.3 0.0717 0.8246

2 Out Going 56 301.4 0.0717 0.8246

Dari tabel 1.hasil pengukuran menunjukkan bahwa kelembaban udara sangat besar yang

dipengaruhi oleh Penempatan cubicle yang tepat berada diatas parit/saluran kabel yang

menutupi seluruh permukaan parit/saluran kabel tersebut sehingga sirkulasi udara akan

terhambat atau kurang baik.

Pada PT Semen Tonasa, Kondisi Cubicle Sudah Dinaikan 45 Cm diatas parit/saluran

kabel dan terlihat terjadi penurunan kelembaban udara


Dari sistim pengoperasiannya, maka pengaruh yang ditimbulkan akibat beban atau arus

adalah : Semakin besar beban/arus yang dipikul oleh suatu jurusan baik incoming,

outgoingakan menimbulkan suhu panas yang semakin tinggi melebihi kondisi normal

didalam cubicle akan menimbulkan terjadinya uap air dan biasanya uap air tersebut akan

menempel pada sebagian atau seluruh permukaan sarana penunjang tersebut didalam

ruangan cubicle.

Setiap cubicle selalu dilengkapi dengan sarana penunjang berupa Heater, namun heater

tersebut pada kondisi suhu beranjak naik akibat beban/arus yang besar tidaklah

menolong,justru udara panas yang dikeluarkan oleh heater tersebut turut mempengaruhi

kenaikan suhu udara yang ada didalam cubicle tersebut. Kondisi ini akan menimbulkan

kelembaban yang menyebabkan terjadinya proses loncatan busur listrik (Flash Over) yang

cepat pada semua sarana yang ada. Bila kondisi ini tidak segera diatasi, maka busur listrik

tersebut akan semakin meluas pada semuapermukaan sarana yang ada didalam cubicle

tersebut yang pada akhirnay akan merubah fungsi isolator menjadi konduktor, sehingga

dapat mengakibatkan terjadinya hubung singkat antara penghantar dengan bumi dan

dampaknya langsung berpengaruh pada terganggunya system penyaluran tenaga listrik ke

konsumen atau system distribusi akan terganggu, juga kerusakan atau kerugian material

akan dialami oleh Perusahaan.

B. Mengacu pada Standart Konstruksi atau SPLN yang ada dimana seluruh

permukaan lantai parit/saluran kabel ditutup dengan semen sehingga air akan tetap

tergenang atau air tidak meresap langsung kedalam tanah, sehingga kelembaban tetap

terjadi dalam kurun waktu lama.


Gambar 8: Parit/saluran kabel dalam GH, sesuai Standart KonstruksiPada umumnya letak

cubicle pada gardu hubung dipasang tepat diatas parit/saluran kabel dan menutupi seluruh

permukaan parit/saluran kabel tersebut.

Kondisi ini akan sangat berdampak pada kenaikan suhu panas dari bawah lantai cubicle,

karena lantai cubicle menutupi seluruh permukaan parit/saluran kabel dan secara langsung

akan berpengaruh juga terhadap kelembaban udara yang terjadi didalam ruangan cubicle

tersebut.
Gambar 9: Penempatan Cubiclel dalam GH, sesuai Standart Konstruksi

D. Pada saat merancang dan membangun gardu hubung kurang

diperhitungkan sirkulasi udara dalam gardu itu sendirir sehingga hampir semua konstruksi

bangunan gardu hubung yang ada sekarang ini terasa sangat kurang baik system sirkulasi

udara yang ada dan hal ini juga akan turut berpengaruh menaikan suhu panas dari luar

cubicle yang tentunya berdampak juga pada kelembaban yang terjadi didalam cubicle

tersebut.
Gambar10:Fentilasi atas & bawah pada bangunan fisik Gardu Hubung, sesuai Standart

Konstruksi

Melihat beberapa faktor tersebut diatas dapat menimbulkan kelembaban udara dalam

cubicle yang menyebabkan terjadinya busur listrik (Flash Over) maka kita akan

merasakan beberapa dampak negatif baik bagi konsumen dari sisi hak menikmati listrik

karena sistim distribusi akan sering terganggu, maupun bagi PT. PLN ( Persero ) dari sisi

biaya pemeliharaan yang sangat besardan dari sisi pengamanan peralatan akan sering

terganggu.

BAB VII. KESIMPULAN

Dari hasil penulisan tugas akhir ini dapat kami simpulkan beberapa hal antara lain :

1. Heater tidak dapat membantu secara maksimal untuk menghilangkan

terjadinya uap air, hal ini disebabkan karena ruangan cubicle tersebut terlalu tertutup.
2. Terjadinya busur listrik dapat dipengaruhi oleh kurang baiknya

sirkulasi udara didalam ruangan cubicle tersebut.

3. Seluruh permukaan lantai parit/saluran kabel ditutup dengan semen

sehingga air akan tetap tergenang atau air tidak meresap langsung kedalam tanah,

sehingga kelembaban tetap terjadi dalam kurun waktu lama.

4. Jika ruangan cubicle dibiarkan dalam keadaan lembab , maka uap air

akan menempel pada semua sarana penunjang yang ada didalam cubicle tersebut ( Body,

CT, PT, VCB, Isolator, Bus bar, Kabel opstyq dll ) dan bila dibiarkan maka akan

menimbulkan busur listrik (Flash over) antara sarana penunjang tadi dengan bumi.

5. Beban yang semakin besar akan menimbulkan panas dan kelembaban

uap air semakin banyak didalam ruangan cubicle tersebut.

6. Selain memperhatikan atau memperbaiki sistim sirkulasi udara maka

letak atau penempatan lantai cubicle sebaiknya dirubah dengan menaikan posisi cubicle

tersebut lebih tinggi antara lantai cubicle dengan permukaan saluran got kabel ± 25 s/d 50

cm, agar sirkulasi uadara dari luar maupun dari dalam cubicle dapat terjaga dengan baik. \

7. Kondisi sirkulasi udara ( Fentilasi udara ) didalam gardu hubung juga

harus diperhatikan atau fentilasi ditambah karena akan berpengaruh untuk menurunkan

suhu panas pada cubicle tersebut.

BAB VIII. TINDAKAN YANG DISARANKAN :


Dari hasil yang diperoleh melalui penulisan Makalah ini maka saran - saran yang dapat

kami kemukakan untuk menjadi pertimbangan dan masukan kepada perusahaan antara

lain :

1. Penempatan cubicle dalam gardu hubung perlu diperhatikan atau

dirubah dengan menaikan letak cubicle kurang lebih 25. cm s/d 50. Cm diatas

parit/saluran kabel, agar sirkulasi udara diluar atau dibawah lantai kubikel lebih baik.

\
Gambar 11. Contoh penempatan kubikel pada Gardu Hubung PT. Semen Tonasa, Gudang

Arang ( Sistem Ambon)

2. Perlu diberikan tambahan lubang udara (kawat kasa/ram) pada lantai

Rencana pemasangan kawat kasa/ram pada lantai Cubicle

dan Menaikan letak Cubicle Untuk menambah sirkulasi udara

Kawat Kasa
Untuk Sirkulasi Rangka / Bordes
Udara CUBICLE
Gambar 12 : Rencana perubahan dengan menaikan letak Cubclel ± 25 – 50 cm

3. Perlu membuat lubang pada lantai parit/saluran kabel yang tertutup

dengan semen untuk memudahkan air cepat merembes kedalam tanah.

4. Perlu penambahan ventilasi udara pada gardu hubung agar sirkulasi

udara dari luar cubicle akan lebih baik.

Demikian yang dapat disampaikan saat ini, dan lewat kesempatan ini dengan kerendahan

hati kami mohon kepada semua pihak terutama para Penguji dan Managamen PT. PLN

(Persero) Wilayah Maluku & Maluku Utara maupun Area Ambon, agar dapat memberikan

koreksi , saran , pendapat , masukan kepada kami sehingga dapat memperkaya dan lebih

mempertajam penulisan Makalah ini demi kepentingan Pelayanan kepada pelanggan dan

khususnya demi kepentingan Perusahaan yang kita cintai.

Akirnya ijinkan kami menyampaikan penghargaan yang setinggi tingginya dan ungkapan

terima kasih kami yang mendalam kepada : para Penguji, Managamen PT. PLN (Persero)

Wilayah Maluku & Maluku Utara, Managamen PT. PLN (persero) Area Ambon dan

semua teman-teman serta semua pihak yang telah membantu kami secara langsung

maupun tidak langsung sehingga penulisan Makalah ini dapat diselesaikan untuk

kepentingan semua pihak, doa kami Tuhan Yang Maha Kuasa kiranya memberkati kita

semua dan Perusahaan ini kedepan.

Salam hormat dan terima kasih…… Amin.


Referensi :

1. Buku 4, Standart Konstruksi Gardu Distribusi dan

Gardu Hubung Tenaga (Konstruksi Dudukan Kubikel, Konstruksi Fentilasi

Atas / Bawah dan Konstruksi Parit Kabel)

2. SPLN, Pengoperasian Kubikel 20 KV (Pengertian dan Fungsi

Kubikel)

3. Materi Diklat, Pengenalan Kubikel 20 KV.

4. Materi Diklat, Pengoperasian Kubikel 20 KV (Pengertian

Kubikel)

3.1 Pengertian Kubikel

Kubikel ialah suatu perlengkapan atau peralatan listrik yang berfungsi sebagai

pengendali, penghubung dan pelindung serta membagi tenaga listrik dari sumber

tenaga listrik.
Gambar 1 Bentuk Kubikel 2.3 Fungsi Kubikel :

o Mengendalikan sirkuit yang dilakukan oleh saklar utama

o Melindungi sirkuit yang dilakukan oleh fase/pelebur

oMembagi sirkuit dilakuan oleh pembagian jurusan/kelompok (busbar)


3.2 Peralatan di dalam Kubikel

3.2.1 Busbar

Busbar digunakan untuk mengumpulkan tenaga listrik dengan tegangan 20 kV

serta membaginya ke tempat-tempat yang diperlukan.

Gambar 2 Busbar

3.2.2 Pemutus Daya

Pemutus tenaga (PMT) adalah saklar yang


digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan

arus/daya listrik sesuai ratingnya. Pada saat terjadi

pemutusan maka akan terjadi busur api. Pemadam

busur api listrik pada waktu pemutusan dapat

dilakukan oleh beberapa macam bahan seperti

minyak, udara atau gas.

Berikut macam PMT :

a. Pemutus daya udara (Air Circuit Breaker)

PMT jenis ini menggunakan metode yang paling sederhana, yaitu memperpanjang

lintasan arc. Karena efek pemanjangan lintasan ini diharapkan arc dapat segera

dipadamkan. Beberapa bentuk pemanjangan lintasan pada kontak PMT sebagai

berikut :

1. Kontak Sela Tanduk


Pada PMT ini arc dihilangkan dengan memperpanjang lintasan arc hingga ujung

terjauh kontak. PMT jenis ini biasa digunakan ada instalasi listrik AC dan DC

tegangan rendah dengan arus pemutusan hingga ratusan ampere.


Berikut contoh ACB

Gambar 3 Air CB Kontak Sela Tanduk

2. Kontak Tabir Konduktor

Pada PMT ini, konduktor metal yang terletak di antara kontak memotong arc yang

muncul sehingga hasil pemotongan arc pada tiap tabir mengalami pemanjangan

lintasan dan pendinginan dan arc dapat segera dipadamkan. PMT jenis ini dapat

digunakan hingga tegangan beberapa ribu volt dan arus hingga beberapa ribu

ampere.
Gambar 4 Air CB Tabir Konduktor

3. Kontak Tabir Isolator

Pada PMT ini, tabir isolator yang terdapat di antara kontak membuat arc terpaksa

menelusuri permukaan tabir untuk bisamencapai kontak. PMT jenis ini dapat

digunakan hingga tegangan 10kV dan arus hingga 50kA


Gambar 5 Air CB Tabir Isolator
Gambar 6 ACB (Air Circuit Breaker)

(ACB) yang dapat dijumpai dipasaran adalah sbb:

2. LV-ACB:

Ue = 250V dan 660V

Ie = 800A-6300A

Icn = 45kA-170kA
3.LV-ACB:

Ue = 7,2kV dan 24kV

Ie = 800A-7000A

Icn = 12,5kA-72kA

b. Pemutus daya minyak (Oil Circuit Breaker) Prinsip kerjanya, kontak

dipisahkan, busur

api akan terjadi di dalam minyak, sehingga minyak menguap dan menimbulkan

gelembung gas yang menyelubungi busur api.


Gambar 3.8 Oil CB

Kelemahannya adalah minyak mudah terbakar dan kekentalan minyak

memperlambat pemisahan kontak, sehingga tidak cocok untuk sistem yang

membutuhkan pemutusan arus yang cepat serta dimensi PMT yang terlalu besar.
Gambar 3.9 OCB (Oil Circuit Breaker)

c. Pemutus daya udara tekan

Pemutus daya ini dirancang untuk mengatasi kelemahan pada pemutus daya

minyak, yaitu dengan membuat media isolator kontak dari bahan yang tidak

mudah terbakar dan tidak menghalangi pemisahan kontak, sehingga pemisahan

kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang sangat cepat.


Gambar 3.10 Air blast CB

Saat busur api timbul, udara bertekanan tinggi ditiupkan untuk mendinginkan

busur api dan menyingkirkan partikel bermuatan dari sela kontak.

d. VCB (Vakum Circuit Breaker)


Gambar 3.11 Kontak pemutus daya vakum. Pada dasarnya kerja dari CB ini sama

dengan jenis lainnya hanya ruang kontak dimana


terjadi busur api merupakan ruang hampa udara yang tinggi sehingga peralatan

dari CB jenis ini dilengkapi dengan seal penyekat udara untuk mencegah

kebocoran.

Gambar 3.12 Vacuum CB Rating 12-24kV

f. SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)

Sifat gas SF6 murni adalah tidak berwarna,

tidak berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu diatas 150º C,

gas SF6 mempunyai sifat tidak merusak metal, plastic serta memiliki kekuatan
dielektrik yang tinggi (2,35 kali udara) dan kekuatan dielektrik ini bertambah

dengan pertambahan tekanan.

Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang busur api,

gas ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan akhirnya padam. Rating

tegangan CB adalah antara 3.6 KV – 760 KV.

Gambar 3.13 SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit

Breaker)
3.3 Pemisah (PMS)

Disconnecting switch (DS) atau Pemisah (PMS) adalah peralatan pada sistem

tenaga listrik yang berfungsi sebagai saklar pemisah yang dapat memutus dan

menyambung rangkaian dengan arus yang rendah (±5A), biasa dipakai ketika

dilakukan perawatan atau perbaikan. PMS terletak di antara sumber tenaga listrik

dan PMT serta di antara PMT dan beban.

Gambar 3.14 Diagram Sistem PMS

di mana,
SP = Saklar Pemutus

PD = Pemutus Daya

SB = Saklar Bumi

Mekanisme interlocking tersebut adalah :

5. PMS tidak dapat ditutup ketika PMT dalam posisi tertutup.

6. Saklar pembumian (Earthing Switch) dapat ditutup hanya ketika PMS dalam

keadaan terbuka.

7. PMS dapat ditutup hanya ketika PMT dan ES terbuka.

8. PMT dapat ditutup hanya ketika PMS dalam kondisi telah terbuka atau telah

tertutup.

3.3 Peralatan Pengaman

3.3.1 Sekering
Pada kubikel terdapat suatu sekering tegangan menengah yang sering disebut

sebagai solefuse.
Rating tegangannya bisa mencapai 34 kV, dan mampu bekerja pada arus 31.5 kA.

Solefuse ini digunakan untuk melindungi trafo tegangan dari gangguan.

Gambar 3. 17 Solefuse dalam melindungi trafo tegangan

Rele Arus Lebih (OCR)

Rele arus lebih adalah suatu rele yang bekerjanya didasarkan adanya kenaikan

arus yang melebihi suatu nilai pengamanan tertentu dan dalam waktu tertentu,

sehingga rele ini dapat dipakai sebagai pola pengamanan arus lebih. Keutungan

dan fungsi rele arus lebih:


• Sederhana dan murah

• Mudah menyetelnya

• Merupakan rele pengaman utama dan cadangan

• Mengamankan gangguan hubung pendek antara fasa maupun hubung pendek

satu fasa ke tanah dan dalam beberapa hal dapat digunakan sebagai pengaman

beban lebih (overload).

• Pengamanan utama pada jaringan distribusi dan

subtransmisi radial

• Pengaman cadangan untuk generator, trafo tenaga dan saluran transmisi.

IV. PEMELIHARAAN KUBIKEL 4.1 Pengertian

Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan upaya untuk mempertahankan atau mengembalikan

pada tingkat
prestasi awal dan dapat beroperasi dengan keandalan yang tinggi sehingga

kontinuitas pelayanan listrik akan tercapai. Apabila pemeliharaan tidak

dilaksanakan kemudian peralatan menjadi rusak atau terjadi gangguan maka dapat

menimbulkan kerugian yang cukup besar.

4.2 Tujuan Pemeliharaan

Tujuan pemeliharaannya adalah untuk mempertahankan kondisi atau menjaga

agar peralatan menjadi tahan lama dan meyakinkan bahwa peralatan dapat

berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan

yang dapat menyebabkan kerusakan.

4.3 Jenis-jenis pemeliharaan

a. Pemeliharaan preventive : Pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah

terjadinya kerusakan b. Pemeliharaan Prediktif : Dilakukan dengan cara

memprediksi kondisi peralatan listrik

c. Pemeliharaan korektif :Pemeliharaan yang dilakukan secara terencana ketika

peralatn listrik mengalami kelainan


d. Pemeliharaan darurat : Pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan

mendadak Apabila pemeliharaan tidak dilaksanakan kemudian peralatan menjadi

rusak atau terjadi gangguan Misalnya busbar akan berkarat, atau solefuse akan

terbakar tanpa diketahui.


4.4 Pemeliharaan Peralatan

4.4.1 Program Pemeliharaan Transformator

Tegangan / Arus

Berikut salah satu contoh jadwal perawatan pada

transformator tegangan setiap tahunnya:

: Matahari Dept.

Lokasi Store
Class : 0,5 No. Seri: R : 93-58736
Burden : 20000/5 A S : 93- 58739
Ratio : 20000/100V T : 93-58743
Merk : Merin Gerin
: RTM

Type 6

No Peralatan yang Kondisi


Kondisi akhir
diperiksa awal
1 Body
a. Kebersihan Kotor Bersih
b. Bagian body Tidak ada Tidak ada
yang

lecet
2 c. Bagian yang Tidak ada Tidak ada
retak
Kekencangan
Baut
a. TerminalKencang Kencang
utama
b. Pentanahan Kencang Kencang

3. Tahanan Isolasi

Titik Ukur Phasa R Phasa R Phasa T


Hasil Hasil

(M) Hasil Ukur Ukur Ukur

a. Primer-Ground 89000 90000 90000

b. Primer-Sekunder 1 85000 87000 89000

c. Primer-Sekunder 2 87000 90000 91000

d. Sekunder 1-Arde >100000 89000 >100000

e. Sekunder 2- Arde

>100000 90000 >100000


f. Sekunder1-

Sekunder

>100000 88000 >100000


2

4. Hasil ukur Tahanan Pentanahan

Hasil Ukur Phasa R Phasa S Phasa T


0.13  0.13  0.13
Gambar 4.1 Busbar yang berkarat
4.4.2 Pemeliharaan Pemutus Tenaga (PMT)

Pemeliharaan pemutus tenaga dapat dilakukan dengan cara pembersihan secara

berkala. Untuk mengetahui keserempakan dari kontaktornya dapat dilakukan

dengan menggunakan breaker analizer. Yaitu suatu alat yang digunakan mengukur

waktu pembukaan atau penutupan kontak ketiga fasa alat hubung.


4. Pengukuran Tahanan Isolasi

Titik Ukur Phasa R Phasa S Phasa T


Hasil

(M) Ukur Hasil Ukur Hasil Ukur

a. Atas- Bawah PMT

OFF >1000000 >1000000 >1000000


b. Atas-Bawah PMT

OFF >1000000 >1000000 >1000000


c. Bawah-Ground PMT

OFF >1000000 >1000000 >1000000


d. Phasa-Ground PMT

ON 750000 980000 680000

5. Pengukuran Tahanan Kontak

Phasa R Phasa S Phasa T


Titik Ukur

Hasil

Hasil Ukur Ukur Hasil Ukur

Atas-Bwh(PMT Posisi
ON) 100 A
Atas-Bwh(PMT Posisi

80() 95() `87()


ON) 200 A

Gambar 4.2 Breaker analizer


Prinsip kerja breaker analizer adalah dengan menginjekkan arus yang besar pada

kontaktor PMT. Sehingga didapat suatu nilai tahanan kontaktor dan tahanan

isolasi yang diijinkan.

Berikut salah satu contoh hasil pemeliharaan pemutus tenaga (PMT) 20kV

Konsumen besar :

HASIL PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (PMT) 20 KV KONSUMEN

BESAR

Loka : Matahari Dept.

si Store Rated voltage : 24 kV


Merk: Merin Gerin Rated Current : 400 A
Type : FB 4 Breaking Cap. : 18 kA
No. Seri : B44 401 041

No. Peralatan Yang Kondisi Kondisi


Diperiksa Awal Akhir
1 Body & Isolator :
mekanik penggerak
a. Kebersihan
b. Bag. body yang

lecet, Kotor Bersih


berkarat Tidak Ada Tidak Ada
c. Bag. bushing yang

retak Tidak ada Tidak Ada


d. Mekanik

penggerak Kotor Bersih


2 Pisau-Pisau Kontak
a. Kebersihan Kotor Bersih
b. Bag. Kontak PMS Kencang Kencang
(truck contacts)
3 Percobaan ON/OFF Normal Normal
PMT
6. Tekanan Gas SF6

Titik Ukur Tahun Lalu Hasil Ukur

Pressure Gauge (Visual) 1,5 bar 1,5 bar

4.4.3 Pemeliharaan Relay

Karakteristik Waktu Kerja Rele Arus Lebih (OCR)

a). Rele arus lebih seketika (moment).

Rele arus lebih dengan karakteristik waktu kerja seketika (moment) ialah

jika jangka waktu rele mulai saat rele arusnya pick up (kerja) sampai

selesainya kerja rele sangat singkat (20-100 ms), yaitu tanpa penundaan

waktu.

b). Rele arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (Definite time).

Rele arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu ialah jika jangka

waktu mulai rele arus pick up sampai selesainya kerja rele diperpanjang

dengan nilai tertentu dan tidak tergantung dari besarnya arus yang

menggerakan.
c). Rele arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik (Inverse time).

Rele dangan karakteristik waktu terbalik adalah jika jangka waktu mulai

rele arus pick up sampai selesainya kerja diperpanjang dengan besarnya

nilai yang berbanding terbalik dengan arus yang menggerakkan.


5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kerja praktek di PT PLN (Persero)APJ Semarang , dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Kubikel ialah suatu perlengkapan atau peralatan listrik yang berfungsi sebagai

pengendali, penghubung dan pelindung serta membagi tenaga listrik dari sumber

tenaga listrik.

2. Dalam kubikel terdapat berbagai macam peralatan listrik yang perlu dilakukan

adanya pemeliharaan

agar fungsinya tetap pada keadaan standart-nya.

3.Pemeliharaan adalah upaya untuk mempertahankan kondisi atau menjaga agar

peralatan menjadi tahan lama dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga

dapat dicegah terjadinya gangguan yang dapat menyebabkan kerusakan.

5.2 SARAN
1. Sebaiknya kerja praktek dilakukan dengan sungguh-sungguh agar semua

materi yang

terdapat di lapangan dapat diserap dengan baik. 2.Sebaiknya saat kerja praktek,

mahasiswa

menanyakan segala sesuatu yang tidak dimengerti langsung kepada teknisi atau

pegawai yang telah berkompeten agar mendapat jawaban yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Bonggas L. Tobing, “ Peralatan Tegangan Tinggi”,

Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.

[2]Groupe Schneider Electric, “Training Manual 150 kV System”, Jakarta :

Groupe Schneider

Electric, 1999.

[3] Groupe Schneider Electric, “Design, Operation and Maintenace Electrical

Substation”, Jakarta
: Groupe Schneider Electric, 1999.

[4] PT PLN, “Buku Petunjuk Operasi & Memelihara Peralatan Untuk Pemutus

Tenaga”, Jakarta : PT

PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Barat, 1993.

[5] www.google.com
BIODATA PENULIS

Andi Mahardi Hendrawan (L2F606005) lahir di Tegal pada tanggal 28 Mei

1988. Pertama kali menempuh pendidikan di SDN Tb. Luwung 2, kemudian

melanjutkan studinya ke SLTPN

1 Adiwerna pada tahun 1999. Setelah lulus penulis melanjutkan pendidikan di

SMAN 1 Slawi. Kini penulis, sedang menempuh pendidikan Strata 1 Jurusan

Elektro di UNDIP dengan konsentrasi ketenagaan.

Semarang, Maret 2010

Mengetahui

Dosen Pembimbing
Ir. Agung Warsito, DHET

NIP. 131 668 485

Anda mungkin juga menyukai