PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Laporan ini di buat untuk menyelesaikan mata kuliah KP (kerja praktek)
di Gardu Induk Lhokseumawe. Adapun manfaat dari penulisan laporan ini yaitu
1
untuk mempelajari lebih dalam mengenai pemeliharaan Lightning Arrester (LA)
pada Gardu Induk 150 KV yang ada di daerah kerja Gardu Induk Lhokseumawe.
2
2. Sistem SHIFT (pembagian waktu dari tiap-tiap mahasiswa yang mengikuti
kerja praktek pada gardu induk Bayu);
3. Setiap pertemuan masing-masing 8 jam.
3
BAB II
4
Listrik No. 20 tahun 1960, namun kemudian berdasarkan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik yang terjatuh pada tanggal 3 Desember.
Mengingat pentingya semangat dan nilai-nilai Hari Listrik, maka berdasarkan
keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1134K/43.PE/1992 tanggal 31
Agutus 1992, ditetapkanlah tanggal 27 Oktober sebagai Hari Listrik Nasional.
Di provinsi Aceh pertama kali dikenal listrik sekitarr tahun 1930 dengan
pusat tenaga diesel (PLTD) di sigli dan langsa. Pada akhir tahun 1959 dibangun
lagi pusat listrik tenaga diesel di Lhokseumawe yang dioperasikan secara resmi
dengan status saat ini sebagai ranting. Pada tahun 1972 dibuka cabang baru yaitu
perusahaan listrik negara cabang Langsa. Perusahaan listrik negara ranting
Lhokseumawe saat ini masuk wilayah kerja perusaahan listrik negara cabang
Langsa.
5
2. Meningktk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata
serta mendorong kegiatan ekonomi dalam masyarakat.
3. Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembangan tenaga
listrik untuk melayani kebutuhan masyarakat umum di masa yang akan
datang.
4. Merintis kegiatan usaha penyedia tenaga listrik.
5. Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang meenunjang usaha penyediaan
tenaga listrik, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Jumlah Gardu Induk P3B Sumatera Utara di wilayah UPT Banda Aceh
terdiri dari 10 unit Gardu Induk (GI) tersebar di seluruh daerah dalam provinsi
Aceh yaitu :
Logo perusahaan PLN adalah seperti yang tercantum pada gambar 2.1
berikut ini :
6
Gambar 2.1 Logo perusahaan PLN
7
2. Petir atau Kilat
3. Tiga Gelombang
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oteh tiga bidang
usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan
distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero)
guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk
menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap
diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping itu biru juga melambangkan
keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan
terbaik bagi para pelanggannya. [8]
8
2.4 Visi dan Misi PT PLN (Persero) P3B Sumatera
9
tertinggi dari PT PLN (Persero) UPT Banda Aceh Gardu Induk Lhokseumawe.
Secara sistematis struktur organisasi fungsional atau departementsai yang ada
pada PT PLN (Persero) UPT Banda Aceh Gardu Induk Lhokseumawe dapat
dilihat dalam gambar 2.5 berikut ini :
Supervisor
Munandar
Operator
1. Muzakkir 1. M.Faisal
2. Riski Irawan 2. Ridho Anggara
10
1. Melaporkan segala permasalahan pada UPT apabila gardu induk perlu
dilakukan pemeliharaan dan pengujian terhadap peralatan yang ada pada
gardu induk.
2. Memberi arahan kepada operator untuk menjalankan tugasnya dengan
semestinya.
11
BAB III
LANDASAN TEORI
12
5. Menyalurkan tenaga listrik (kVA, MVA) sesuai dengan kebutuhan pada
tegangan tertentu. Daya listrik dapat berasal dari Pembangkit atau dari gardu
induk lain.
13
daerah/ wilayah atau adanya daerah/ wilayah baru, yang pasti membutuhkan
ketersediaan/ pasokan daya listrik cukup besar.
14
membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada tegangan
tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada tegangan operasi, dan
perbandingan dua tegangan ini disebut rasio proteksi arrester. [7]
15
tanpa gap, atau dikenal juga sebagai MOSA (Metal Oxide Surge Arresters). Di
beberapa tempat di Indonesia, MOSA dengan housing polymer sudah mulai
digunakan. [7]
16
Diameter keping bervariasi dari 30 mm untuk arrester kelas distribusi hingga 100
mm untuk arrester HV/EHV. Setiap keping blok memiliki tinggi bervariasi dari 20
hingga 45 mm.
3.4.2 Housing LA
Bagian luar atau selubung yang berfungsi sebagai pelindung bagian dalam.
Tumpukan keping ZnO ditaruh dalam sangkar rod, umumnya terbuat dari FRP
(Fiber Glass Reinforced Plastic). Compression spring dipasang pada kedua ujung
kolom active part untuk memastikan susunan keping memiliki ketahanan
mekanis. Kompartemen housing dapat terbuat dari porselen ataupun polymer.
Alumunium flange direkatkan pada kedua ujung housing dengan menggunakan
semen. [1]
17
Gambar 3.4 Konstruksi Housing LA
18
tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pada posisi di bawahnya. Stress ini dapat
menyebabkan degradasi pada komponen active part.
Pemilihan ukuran grading ring perlu mempertimbangkan jarak antar fasa.
Jarak aman antar konduktor harus sama dengan jarak antar grading ring antar fasa
dari arrester. [1]
Gambar 3.7 Counter LA dan Counter dan Meter Arus Bocor Total LA
19
3.4.6 Struktur Penyangga Lightning Arrester
LA dipasang pada ketinggian tertentu dari permukaan tanah, untuk itu
diperlukan struktur penyangga yang terdiri dari pondasi dan struktur besi
penyangga.
20
Gambar 3.10 Arrester Ekspulsi
21
Arrester katup ini dibagi menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Arrester Katup Jenis Gardu
Pemakaiannya secara umum pada gardu induk besar untuk melindungi
alat-alat yang mahal pada rangkaian mulai dari 2,4-287 kV.
2. Arrester Katup Jenis Saluran
Arrester jenis saluran lebih murah dari arrester gardu. Arrester jenis
saluran ini dipakai pada sistem tegangan 15-69 kV.
3. Arrester Katup Jenis Distribusi
Seperti namanya arrester ini digunakan untuk melindungi transformator
pada saluran distribusi. Arrester jenis ini dipakai pada peralatan dengan
tegangan 120-750 volt.
4. Arrester Katup Jenis Gardu untuk Mesin-mesin
Arrester jenis gardu ini khusus untuk melindungi mesin-mesin berputar.
Pemakaiannya untuk tegangan 2,4-15 kV.
22
berada digardu induk. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa, dimana cuacanya
panas dan lembab, serta curah hujan yang tinggi.
Petir merupakan gejala alam yang terjadi akibat adanya peristiwa loncatan
muatan listrik antara awan dengan bumi. Loncatan tersebut diawali dengan
berkumpulnya uap air di dalam awan. Ketinggian antara permukaan atas dan
permukaan bawah pada awan dapat mencapai jarak sekitar 8 km dengan
temperatur bagian bawah sekitar 60 °F dan temperatur bagian atas berkisar antara
-60°F. Akibatnya, di dalam awan tersebut akan terjadi kristalkristal es. Karena di
dalam awan terdapat angin ke segala arah, maka kristal-kristal es tersebut akan
saling bertumbukan dan bergesekan sehingga terpisahkan antara muatan positif
dan negative. Pemisahan muatan inilah yang mengakibatkan terjadinya petir.
Pelepasan muatan listrik dapat terjadi di dalam awan, antara awan dengan awan
dan antara awan dengan bumi tergantung dari kemampuan udara dalam menahan
beda potensial yang terjadi.[7]
Pada gambar 3.12 dapat dilihat proses terjadinya petir. Pada gambar (a)
yaitu sambaran perintis mulai, gambar (b) merupakan sambaran perintis
mendekati tanah dan gambar (c) yaitu sambaran ke atas.
Kebanyakan petir yang terjadi adalah akibat awan dengan muatan tertentu
menginduksi muatan yang ada di bumi. Bila muatan yang ada di awan bertambah
besar, maka muatan indusksipun semakin besar pula sehingga beda potensial
antara awan dan bumi juga makin besar. Karena kerusakan yang ditimbulkan oleh
sambaran petir pada peralatan gardu induk sangat berbahaya, perlu solusi yang
23
tepat untuk mengatasinya. Penangkal petir yang pertama kali ditemukan oleh
Benyamin Franklin dengan mengunakan interceptor (terminal udara) yang
dihubungkan dengan konduktor metal ke tanah. Selanjutnya teknik penangkal
petir mengalami perkembangan, salah satunya yang akan dibahas dalam penulisan
ini adalah Lightning Arrester, yang digunakan untuk melindungi peralatan energi
listrik dari gangguan petir.
24
4. Arus sistem tidak boleh mengalir ke tanah setelah gangguan diatasi (follow
current). Follow current harus dipotong begitu gangguan telah berlalu dan
tegangan kembali normal.
Pada Gambar 4.1 berikut ini dapat dilihat prinsip kerja serta karakteristik dari
Arrester.
Dari Gambar di atas dapat dijelaskan pada saat tegangan surja tiba di
terminal Arrester. Dalam selang waktu tersebut arus surja naik dan mencapai
harga puncak is . Dalam selang waktu ini tahanan non linear R mengecil, sehingga
kenaikan tegangan terminal Arrester dibatasi hanya sampai Va. Seandainya
tahanan R konstan, maka saat arus surja berkerja maka tegangan sistem tetap
tinggi sehingga tujuan perlindungan tidak terpenuhi. Kemudian dalam selang
waktu selanjutnya arus surja menurun, tahanan non linear R membesar. Saat arus
surja menjadi nol, masih tersisa arus susulan yang relative kecil, arus susulan ini
juga akan semakin kecil karena tanahan R semakin membesar, akhirnya tersisa
arus kecil yang disebut arus control. Biasanya arus control ini kurang lebih 50 A.
saat tegangan sesaat sistim nol, percikan pada sela padam sehingga arus control
menjadi nol dan tidak berlanjut lagi. [7]
25
3.9 FMEA pada Lightning Arrester
FMEA (Failure Mode Effect Analysis) merupakan tahapan yang
dilaksanakan untuk mendapatkan gejala kegagalan pada sebuah peralatan dengan
menerapkan keterkaitan sebab-akibat antara kegagalan yang satu dengan
penyebab sebelumnya, demikian seterusnya hingga ditemukan penyebab
kegagalan yang paling awal. Penyebab kegagalan paling mula ini, misal, seal
rusak (yang menyebabkan moisture masuk ke dalam kompartemen arrester), perlu
dilaksanakan inspeksi khusus terhadapnya.
Dalam analisis FMEA, pendekatan yang dilaksanakan bukan melalui
pendekatan per komponen yang menyusun sebuah peralatan, melainkan
pendekatan fungsi. Dalam hal ini, sebuah Sistem Arrester MOSA memiliki sebuah
fungsi utama memotong tegangan lebih yang menuju peralatan yang
dilindunginya. Tegangan lebih ini baik berupa surja petir, surja hubung maupun
tegangan lebih di dalam sistem. Sebuah arrester terdiri dari beberapa sub sistem
pendukung, yaitu:
1. Sub Sistem Pemotong Surja
Merupakan sub sistem kritis dari sebuah lightning arrester yang berfungsi
memotong tegangan lebih dari surja. Berupa komponen non linear, umum
digunakan adalah ZnO. Mayoritas arrester saat ini menggunakan tipe Metal
Oksida. Parameter utama yang mempengaruhi kualitas ZnO adalah karakteristik
V-I yang dimiliki serta kemampuannya mengabsorbsi energi ketika terjadi proses
surja. [3]
26
permukaan kompartemen, sementara pada insulator jenis polimer, dicek bilamana
kondisi polimer utuh/ robek ataupun berlumut.[3]
27
5. Sub Sistem Pengaman Tekanan Lebih Internal
Memiliki fungsi melepaskan tekanan lebih di dalam arrester yang mungkin
timbul ketika terjadi discharge arus surja tinggi. Fungsinya mirip pressure relief
pada transformator. Pada saat terjadi surja, baik single maupun multiple, suhu
keeping metal oksida mampu mencapai 170OC – 200OC, oleh karenanya terjadi
pemuaian udara di dalam kompartemen udara, pemuaian ini perlu dilepas keluar
kompartemen untuk menghindari kompartemen (umumnya porselen menjadi
pecah), katup kembali menutup dengan segera untuk menjaga agar tekanan udara
di dalam kompartemen tetap lebih tinggi daripada tekanan udara luar.[3]
28
2. Tegangan sistem, ialah tegangan maksimum yang mungkin timbul pada
terminal arrester.
3. Arus hubung singkat sistem, hanya diperlukan untuk arrester jenis ekspulsi
4. Jenis arrester, apakah arrester jenis gardu, jenis saluran atau jenis distribusi
5. Faktor kondisi luar, apakah normal atau tidak normal, temperatur dan
kelembaban yang tinggi serta pengotoran.
6. Faktor ekonomi, bisa jadi merupakan perbandingan antara biaya
pemeliharaandan kerusakan bila tidak ada arrester.
29
BAB IV
PEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER
DI GARDU INDUK LHOKSEUMAWE 150 KV
30
4.2 Data Peralatan Lightning Arrester
Berikut ini adalah beberapa contoh data peralatan dari Lightning Arrester yang
digunakan di GI 150 kV Bayu:
Merk : BOWTHORPE EMP BRIGHTON ENGLAND
Buatan : Inggris
Type : MCA4-150
No. Serie : T925
Tahun pembuatan : 1997
Jenis : Pasang Luar
1. Pemeliharaan Harian
2. Pemeliharaan Mingguan
3. Pemeliharaan Bulanan
4. Pemeliharaan Tahunan
a. In Service Inspection
Merupakan pemeriksaan kondisi peralatan saat operasi secara berkala
dengan hanya melakukan pengamatan visual pada bagian –bagian tertentu.
b. Shutdown Function Check
Merupakan pengujian yang dilaksanakan pada peralatan listrik saat padam
tidak beroperasi) untuk mengetahui kerja peralatan apakah telah sesuai
fungsinya. Kegiatan in dilaksanakan tahunan.
31
4.3.3 Pemeliharaan Prediktif
Merupakaan pemeliharaan yang dilakukan dengan cara melakukan
monitor dan membuat analisa terhadap hasil pemeliharaan untuk dapat
memprediksi kondisi dan gejala kerusakan secara dini. [1]
a. In Service Measurement
Merupakan pengujian yang dilaksanakan saat peralatan operasi
(bertegangan) untuk dapat memprediksi kondisi dan gejala kerusakan
peralatan secara dini.
b. Shutdown Measurement
Merupakan pengujian yang dilakukan saat peralatan padam untuk
mengetahui kondisi peralatan.
32
Inspeksi Visual adalah kegiatan pengamatan komponen/ bagian dari
Lightning Arrester yang dilaksanakan secara visual atau menggunakan alat bantu
binocular. Petugas mengisi form checklist berdasarkan hasil pengamatan.
Perbaikan posisi
Posisi seluruh komponen Grading ring miring, tidak grading ring,
3.
grading ring simetris pengencangan mur dan
baud koneksi (padam)
Permukaan insulator LA
Kebersihan permukaan
tertutup polutan, dalam Lakukan pembersihan
4. insulator (adanya polutan,
beberapa kasus menimbulkan insulator LA (padam)
lumut)
percikan bunga api
Penggantian LA pada
Kondisi insulator housing Insulator retak, ada bagian
6. jadwal pemeliharaan
(retak/ patah) gompal
bay (padam)
33
SASARAN
NO KONDISI REKOMENDASI
PEMERIKSAAN
Penggantian insulating
Kondisi insulator dudukan Insulating feet berubah warna/ feet pada jadwal
7.
berubah warna/ bekas flash pudar warna pemeliharaan bay
(padam)
Penggantian insulating
Kondisi insulator dudukan feet pada jadwal
8. Insulating feet retak
retak pemeliharaan bay
(padam)
Lakukan pembersihan
Adanya korona pada Terdengar suara korona keras pada cement joint pada
9.
cement joint pada cement point jadwal pemeliharaan
bay (padam)
Perbaikan
Terdengar suara korona keras
(pembersihan/
Adanya korona pada pada junction HV Conductor,
12. penggantian) junction
junction HV Conductorr mungkin diikuti oleh percikan
HV Conductor segera <
bunga api
1 minggu
Penggantian/
Terdapat korosi tinggi pada pembersihan mur dan
Kondisi mur dan baud
13. mur dan baud kawat baud kawat pentanahan
kawat pentanahan
pentanahan pada saat pemeliharaan
bay (padam)
- Lakukan
Keberadaan kawat pengencangan kawat
14. - Kawat pentanahan Kendor pentanahan
pentanahan - Kawat pentanahan hilang - Penggantian kawat
pentanahan LA
segera < 1 minggu
Penggantian/
15. Adanya korosi pada mur Terdapat korosi tinggi pada
pembersihan mur dan
dan baud di sistem mur dan baud kawat
baud kawat pentanahan
34
SASARAN
NO KONDISI REKOMENDASI
PEMERIKSAAN
Pembersihan/
Kawat pentanahan berubah penggantian kawat
Perubahan warna pada
16. warna, akibat reaksi oksidasi pentanahan pada saat
kawat pentanahan
atau tertutup lamat pemeliharaan bay
(padam)
Perbaikan posisi
Posisi seluruh komponen
Grading ring miring tidak grading ring,
17. grading ring terdapat
simetris pengencangan mur dan
percikan bunga api
baud koneksi (padam)
Pembersihan/
pengencangan koneksi
Adanya korona pada Terdengar suara korona keras
grading ring ke HV
18. permukaan koneksi pada koneksi grading ring ke
Conductor pada saat
grading ring HV Conductor
pemeliharaan bay
(padam)
Penggantian grading
Grading ring atau ring/ komponen
Bentuk grading ring tidak
19. komponennya, bengkok, tidak grading ring pada saat
sempurna
terpasang benar pemeliharaan bay
(padam)
Penggantian leakage
current monitoring
Kaca leakage current Kaca leakage current
dengan surge counter
22. monitoring LA pecah atau monitoring LA pecah atau
LA (leakage current
retak retak
sudah dicover
pengujian LCM)
35
SASARAN
NO KONDISI REKOMENDASI
PEMERIKSAAN
pengujian LCM)
36
3. Pelaksanaan Pengukuran LCM
Hal-hal berikut ini harus mendapat perhatian selama proses pengukuran:
a. Untuk SAFETY: Lakukan pengukuran Thermovisi sebelum
pelaksanaan Uji LCM. Bila ditemukan Hotspot pada kompartemen
LA, pengukuran LCM tidak boleh dilaksanakan.
b. Grounding alat uji harus baik. LCM harus terhubung ground dengan
baik.
c. CT clip-on harus menutup sempurna saat pengkuran.
d. Seluruh koneksi pengukuran terhubung baik, tidak longgar.
e. Pastikan setting LCM benar:
1) Mode: untuk pengukuran di lapangan, gunakan mode 3-fasa.
2) Temp: setting suhu untuk pengukuran tidak kontinu,
menggunakan setting manual, masukkan estimasi suhu LA.
3) Line: masukkan tegangan operasional saat pengukuran. (tegangan
kontinu – Uc).
4) Average: Jumlah cacah perhitungan, standar deviasi (penunjukkan
error perhitungan), akan semakin kecil, bila nilai Average
semakin besar (rata-rata 10 -20 kali cacah).
5) Posisi menaruh Electric Probe:
0 cm vertikal di bawah insulator dudukan LA dan
5 cm horizontal dari LA,
tidak menyentuh piring insulator LA.
7. Catatan pelaksanaan pengukuran:
a. Pengukuran dilaksanakan minimal 4 kali dengan posisi probe
yang berbeda.
(posisi depan – belakang – samping kiri dan samping kanan).
b. Hasil ukur arus bocor resistive adalah nilai rata-rata dari keempat
pengukuran.
Kelengkapan alat ukur LCM terangkum dalam Tabel 4.2 berikut ini
37
Tabel 4.2 Kelengkapan Alat Uji LCM
4
Memproses hasil
Alat ukur LCM,
pengukuran dari Ct dan
terdiri dari CPU,
field probe, guna
Multiplexer,
mendapatkan arus bocor
A/D Converter
resistif
5
Software
Proses analisis dan
Manajemen
penyimpanan data
data
38
bocor LA. Batasan nilai arus bocor maksimum ini ditentukan melalui
pendekatan sebagai berikut:
1. Batasan arus bocor resistif maksimum yang diberikan oleh pabrikan.
(Tabel 4.3)
2. Bila nilai arus bocor resistif maksimum tidak diberikan oleh pabrikan,
maka digunakan batasan sebagai berikut:
a. Nilai maksimum arus bocor resistif = 4x nilai arus bocor resistif
yang terukur pada awal LA energize, atau
b. Menggunakan pendekatan data statistik PLN P3B Jawa Bali.
(Tabel 4.4)
Tabel 4.3 Batasan Nilai Arus Bocor Resistif Maksimum dari Beragam Pabrikan
Merk Tipe Ires, max kV
(µA)
ABB XAR/ EXLIM R 91 70, 150
XAQ/ XMQ 130 150
XAP-A/ XAP-C/ EXLIM Q 167 70, 150
EXLIM P-A/ EXLIM P-B/
167
EXLIM P-D 150, 500
XAP-B/ EXLIM P-C 331
EXLIM T 251 500
Bowthorpe 2VACM 91 150
Ohio Brass MPR 91 70, 150
VN 130 -
Westinghouse W1 91 -
Tabel 4.4 Batasan Nilai Arus Bocor Resistif Maksimum Dengan Pendekatan
Statistik
Ires, Max
KV
(µA)
70 100
150 150
500 250
39
Rekomendasi berdasarkan hasil pengukuran LCM tercantum di dalam Tabel 4.5.
40
SUTT SUTT SUTT
LA LA LA
41
Tabel 4.6 Evaluasi dan Rekomendasi Hasil Pengukuran Nilai Tahanan Insulasi LA [1]
Tabel 4.7 Evaluasi dan Rekomendasi Hasil Pengukuran Nilai Tahanan Pentanahan
42
akan bertambah bila di beri impulse tegangan DC. Impulse tegangan DC yang
digunakan dalam pengujian dihasilkan dari kapasitor 400-500 µF, 220-300 VAC.
Pelaksanaan dilaksanakan dalam kondisi tidak bertegangan. [1]
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan selama proses pengukuran nilai
pentanahan adalah sebagai berikut:
1. Lepaskan kawat pentanahan di kedua sisi surge counter LA.
2. Lakukan pembersihan insulator surge counter LA sebelum
pelaksanaan pengujian
3. Pelaksanaan pengujian:
a. Charge kapasitor dengan tegangan supply AC 220 V selama 30 –
60 detik.
b. Hubungkan kedua kutub kapasitor dengan segera pada kedua
ujung surge counter, sehingga impulse DC current dialami oleh
surge counter.
43
4. Sarung Tangan Safety yang berfungsi melindungi tangan dari cairan
zat berbahaya yang dapat merusak bagian kulit tangan pekerja.
5. Kaca mata Safety yang berfungsi melindungi mata dari percikan api,
debu maupun zat cair yang dapat membahayakan mata.
6. Baju Bengkel yang berfungsi melindungi seluruh tubuh dari zat
berbahaya maupun percikan api.Pada ash handling berfungsi untuk
melindungi tubuh dari partikel debu fly ash.
44
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari kerja praktek yang saya
laksanakan di PT.PLN (Persero) UPT Banda Aceh Gardu Induk Lhokseumawe
adalah sebagai berikut :
1. Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan lebih
yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (Switching Surge).
2. Pada kondisi tegangan normal, Arrester bersifat sebagai isolator dan pada
saat terjadi tegangan gangguan Arrester bersifat sebagai konduktor.
3. Prinsip kerjanya adalah sebagai By-pas disekitar lokasi yang membentuk
jalan dan mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem pentanahan sehingga
tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolator
peralatan listrik.
4. Pemeriksaan kondisi Arrester dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
pemeriksaan eksternal, internal, dan visual.
5.2 Saran
1. Perawatan dan pemeliharaan peralatan Gardu Induk sebaiknya dilakukan
sesuai jadwal.
2. Peralatan yang sudah tua sebaiknya dilakukan peremajaan agar kehandalan
sistem dapat lebih terjaga.
3. Selalu utamakan kesehatan dan keselamatan kerja
45
DAFTAR PUSTAKA
46