Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi listrik adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan
manusia, dimana listrik tersebut dihasilkan dari proses konversi sumber energi
primer seperti, potensial air, energi angin, minyak bumi, gas dan batubara sebagai
sumber pembangkitnya.
Di masa sekarang kebutuhan listrik energi di masyarakat semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya pemanfaatan tenaga listrik pada
peralatan-peralatan rumah tangga, industri dan sebagainya, sehingga pasokan
listrik harus ditambah yakni dengan pembangunan pembangkit listrik baru.
Dalam suatu perencanaan, pengelolaaan pembangkitan, penyaluran dan
pendistribusian energi listik dituntut untuk memenuhi tuntutan konsumen terhadap
peningkatan kuantitas dan kualitas energi yang dihasilkan.
Meningkatkan penyaluran dan pendistribusian pada konsumen, maka
dibangun gardu induk. Fungsi gardu induk dalam hal ini sebagai pemantau
terhadap jumah beban yang ada di daerah kerja gardu induk tersebut.
Gardu Induk (GI) bekerja pada tegangan menengah hingga tegangan
tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah peralatan proteksi dari tegangan tinggi
lebih, yaitu Lightning Arrester (LA). Alat ini melindungi peralatan lain pada
gardu induk dari tegangan lebih dengan mengalirkannya ke tanah sebelum menuju
peralatan lain.
Setiap peralatan memiliki tingkat keandalan yang menurun sejalan dengan
usianya. Diharapkan dengan adanya pemeliharaan sarana instalasi peralatan LA
yang ada pada GI dapat memperbaiki tingkat keandalannya serta memiliki waktu
operasi yang lebih lama. [4]

1.2 Tujuan
Laporan ini di buat untuk menyelesaikan mata kuliah KP (kerja praktek)
di Gardu Induk Lhokseumawe. Adapun manfaat dari penulisan laporan ini yaitu

1
untuk mempelajari lebih dalam mengenai pemeliharaan Lightning Arrester (LA)
pada Gardu Induk 150 KV yang ada di daerah kerja Gardu Induk Lhokseumawe.

1.3 Batasan Masalah


Laporan ini hanya membahas mengenai jenis arrester, bagian-bagian
arrester serta pemeliharaan Lightning Arrester (LA) Gardu Induk 150 KV di daerah
kerja Gardu Induk Lhokseumawe.

1.4 Metodologi Penulisan


Metode Penulisan yang dilakukan dalam pengerjaan laporan kerja praktek
ini meliputi :
1. Studi bimbingan diskusi dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh
pihak Fakultas Teknik Elektro mengenai masalah – masalah yang timbul
selama penulisan laporan ini berlangsung.
2. Orientation (Pengenalan)
Bertujuan untuk mengenal, mengetahui dan mempelajari kegiatan yang
terdapat pada bagian atau industri yang dikunjungi selama Kerja Praktek.
3. Field Research (Penilitian Lapangan)
Pengamatan langsung pada kegiatan sehari-hari yang dilakukan.
4. Study Literature (Penilitian Kepustakaan)
Tinjauan kepustakaan yang terkait dengan masalah yang dibahas, seperti
pengukuran tahanan pentanahan dan analisis kelayakan sistem pentanahan.
5. Interview (Wawancara)
Melakukan wawancara atau diskusi langsung dengan pihak-pihak yang
bertanggung jawab tentang masalah yang akan diteliti. Hal ini berguna agar
data yang diperoleh akurat dan benar.

1.5 Waktu Kerja Praktek


1. Masuk pertama Kerja Praktek dimulai pada tanggal 4 Maret 2019 sampai
dengan tanggal 4 April 2019

2
2. Sistem SHIFT (pembagian waktu dari tiap-tiap mahasiswa yang mengikuti
kerja praktek pada gardu induk Bayu);
3. Setiap pertemuan masing-masing 8 jam.

3
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero)

Sejarah Ketenaga listrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19,


ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk
keperluan sendiri. Perusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi
perusahaan untuk kepentingan umum, diawali dengan perusahaan swasta Belanda
yaitu NV. NIGM yang memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang
tenaga listrik. Selama Perang Dunia II berlangsung, perusahaan-perusahaan listrik
tersebut dikuasai oleh Jepang dan setelah kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, perusahaan-perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemuda-
pemuda Indonesia pada bulan September 1945 dan diserahkan kepada Pemerintah
Republik Indonesia.

Sejalan dengan meningkatnya perjuangan bangsa Indonesia untuk


membebaskan Irian Jaya dari cengkraman penjajah Belanda, maka dikeluarkan
Undang-Undang No.86 tahun 1958 tertanggal 27 Desember 1958 tentang
nasionalisasi perusahaan Belanda dan peraturan pemerintah No. 18 tahun 1958
tentang nasionalisasi Perusahan Gas dan Listrik Milik Negara.

Dengan Undang-Undang tersebut, maka seluruh perusahan listrik milik


Belanda berada di tangan Indonesia. Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia
mengalami pasang surut sejalan dengan pasang surut perjuangan bangsa
Indonesia. Tanggal 27 Oktober 1945 kemudian di kenal dengan Hari Listrik dan
Gas, hari tersebut telah diperingati untuk pertama kalinya pada tanggal 27
Oktober 1946 di gedung Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNIP)
Yogyakarta. erangkat untuk pertama kalinya.

Penetapan secara resmi pada tanggal 27 Oktober 1945 sebagai Hari


Listrik dan Gas berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga

4
Listrik No. 20 tahun 1960, namun kemudian berdasarkan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik yang terjatuh pada tanggal 3 Desember.
Mengingat pentingya semangat dan nilai-nilai Hari Listrik, maka berdasarkan
keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1134K/43.PE/1992 tanggal 31
Agutus 1992, ditetapkanlah tanggal 27 Oktober sebagai Hari Listrik Nasional.

Di provinsi Aceh pertama kali dikenal listrik sekitarr tahun 1930 dengan
pusat tenaga diesel (PLTD) di sigli dan langsa. Pada akhir tahun 1959 dibangun
lagi pusat listrik tenaga diesel di Lhokseumawe yang dioperasikan secara resmi
dengan status saat ini sebagai ranting. Pada tahun 1972 dibuka cabang baru yaitu
perusahaan listrik negara cabang Langsa. Perusahaan listrik negara ranting
Lhokseumawe saat ini masuk wilayah kerja perusaahan listrik negara cabang
Langsa.

Jumlah pelanggan PT PLN wilayah Aceh secara keseluruhan 726.001


pelanggan dengan jumlah KWH yang terjual 839.232.572 KWH. Beban puncak
pemakaian energi listrik di seluruh wilayah Aceh saat ini mencapai 204,5 MW.
Dari beban puncak tersebut yang dibangkitkan oleh mesin pembangkit PLN
wilayah Aceh adalah 58,2 MW, sisanya dipasok melalui sistem transmisi 150 KV
dari PLN pembangkitan Sumatra bagian utara khususnya untuk daerah pesisir
timur Aceh. Sedangkan pesisir barat masih merupakan sistem kelistrikan yang
isolated.[8]

Jumlah pegawai PLN di Aceh lebih kurang berjumlah 1.102 orang,


dengan jumlah pegawai laki-laki berjumlah 950 orang dan pegawai wanita 152.
PLN juga menggunakan tenaga out sourcing berjumlah 945 orang, pendapatan
yang dihasilkan PLN hampir setiap tahun dibawah target. Kekurangan pendapatan
PLN tertutupi dengan adanya subsidi dari pemerintah. Adapun tujuan perubahan
status dari PT PLN adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan masyarakat dan


kesejahteraan bangsa dan negara

5
2. Meningktk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata
serta mendorong kegiatan ekonomi dalam masyarakat.
3. Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembangan tenaga
listrik untuk melayani kebutuhan masyarakat umum di masa yang akan
datang.
4. Merintis kegiatan usaha penyedia tenaga listrik.
5. Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang meenunjang usaha penyediaan
tenaga listrik, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

2.2 Bisnis Inti Perusahaan P3B Sumatera

Jumlah Gardu Induk P3B Sumatera Utara di wilayah UPT Banda Aceh
terdiri dari 10 unit Gardu Induk (GI) tersebar di seluruh daerah dalam provinsi
Aceh yaitu :

1. Gardu Induk Banda Aceh 150 KV


2. Gardu Induk Sigli 150 KV
3. Gardu Induk Bireun 150 KV
4. Gardu Induk Nagan Raya 150 KV
5. Gardu Induk Langsa 150 KV
6. Gardu Induk Tualang Cut 150 KV
7. Gardu Induk Idi 150 KV
8. Gardu Induk Lhokseumawe 150 KV
9. Gardu Induk Jantho 150 KV
10. Gardu Induk Panton labu 150 KV

2.3 Makna Logo PT PLN (Persero)

Logo perusahaan PLN adalah seperti yang tercantum pada gambar 2.1
berikut ini :

6
Gambar 2.1 Logo perusahaan PLN

Logo suatu perusahaan merupakan simbol yang mencerminkan


perusahaan tersebut. Logo pun merupakan bagian dari identitas perusahaan
(corporate identity), identitas tersebut merupakan suatu hal yang memungkinkan
perusahaan dapat dikenal dan memiliki perbedaan dengan perusahaan lain.[8]

PT.PLN (Persero) mempunyai logo atau lambang yang dijadikan sebagai


identitas perusahaan dengan tujuan agar pelanggan, konsumen, atau public pada
umumnya dapat mengenal dan mengingat perusahaan. Adapun logo yang di
gunakan oleh PT PLN (Persero) adalah “Petir” yang telah lama digunakan PT
PLN (Persero) beserta satuannya. Berikut elemen-elemen dasar logo PT PLN
(Persero) :

1. Bidang Persegi Panjang Vertikal

Gambar 2.2 Bidang Persegi Panjang Vertikal

Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lalnnya,


melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang
terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan
pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan
pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat
yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini. [8]

7
2. Petir atau Kilat

Gambar 2.3 Petir atau Kilat

Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai


produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun
mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam
memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah
melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia
dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta
keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan jaman. [8]

3. Tiga Gelombang

Gambar 2.4 Tiga Gelombang

Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oteh tiga bidang
usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan
distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero)
guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk
menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap
diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping itu biru juga melambangkan
keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan
terbaik bagi para pelanggannya. [8]

8
2.4 Visi dan Misi PT PLN (Persero) P3B Sumatera

2.4.1 Visi PT PLN (Persero) P3B Sumatera

a. Diakui sebagai pengelola penyaluran dan pengatur beban sistem tenaga


listrik dengan tingkat pelayanan setara kelas dunia yang bertumbuh
kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani. [8]

2.4.2 Misi PT.PLN (Persero) P3B Sumatera

a. Mengelola operasi sistem tenaga listrik secara andal


b. Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi secara
efisien, andal dan akrab lingkungan
c. Mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetitif, transparan dan adil
d. Melaksanakan pemeliharaan instalasi sistem transmisi tenaga listrik
Sumatera
e. Nilai-nilai : saling percaya, integritas, peduli dan pembelajar.

2.5 Manajemen PT PLN (Persero) Gardu Induk Lhokseumawe

Manajemen adalah sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang dilakukan


oleh sekelompok orang atau organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut
dengan cara bekerja sama memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.Untuk
pencapaian tersebut PT PLN (Persero) UPT Banda Aceh pada Gardu Induk
Lhokseumawe membentuk struktur organisasi sesuai dengan pembagian kerja
sehingga pelaksanaan kegiatan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Setiap
badan usaha dibentuk karena adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan
tersebut menentujan macam-macam dan luasnya pekerjaan yang dilakukan.
Karena itu diperlukan suatu desain organisasi atau stuktur organisasi tersebut.

PT PLN (Persero) UPT Banda Aceh Gardu Induk Lhokseumawe


berdasarkan fungsi dan struktur organisasinya menganut bentuk struktur
organisasi fungsional atau departementasi. Dengan supervisor sebagai pemimpin

9
tertinggi dari PT PLN (Persero) UPT Banda Aceh Gardu Induk Lhokseumawe.
Secara sistematis struktur organisasi fungsional atau departementsai yang ada
pada PT PLN (Persero) UPT Banda Aceh Gardu Induk Lhokseumawe dapat
dilihat dalam gambar 2.5 berikut ini :

Supervisor

Munandar

Operator

Pegawai Out Sourcing ( OS )

1. Muzakkir 1. M.Faisal
2. Riski Irawan 2. Ridho Anggara

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa struktur organisasi PT PLN


(Persero) Gardu Induk (GI) Lhokseumawe hanya terdiri 1 orang supervisor dan 4
orang operator dan diantara operator ada yang berstatus pegawai dan ada yang
berstatus kontrak (Out Sourcing).

2.6 Tugas Supervisor dan Operator Gardu Induk

Supervisor merupakan pimpinan Gardu Induk yang bertanggung jawab


penuh terhadap kinerja operator dalam menjalankan tugasnya untuk menjaga
sertamelakukan maintance service terhadap peralatan yang ada pada gardu induk.

2.6.1 Tugas Supervisor Gardu Induk

Berikut merupakan tugas dari supervisor gardu induk dalam menjalankan


tugas dan tanggung jawabnya, yaitu :

10
1. Melaporkan segala permasalahan pada UPT apabila gardu induk perlu
dilakukan pemeliharaan dan pengujian terhadap peralatan yang ada pada
gardu induk.
2. Memberi arahan kepada operator untuk menjalankan tugasnya dengan
semestinya.

2.6.2 Tugas Operator Gardu Induk

Berikut merupakan tugas dari operator gardu induk dalam menjalankan


tugas dan tanggung jawabnya, yaitu :

1. Mengamati dan mencatat parameter yang ada pada panel control.


2. Melakukan Cheklist harian, mingguan, dan bulanan pada peralatan Gardu
Induk
3. Mengoperasikan peralatan gardu induk

Dengan demikian maka tugas supervisor dan operator gardu induk


memiliki peranan yang sangat penting guna memenuhi kebutuhan daya listrik
pada masyarakat, sehingga selain operator yang berstatus pegawai PLN juga
menambah operator dengan kontrak Out Sourcing (OS) sehingga dapat
mencukupi petugas operator pada tiap-tiap Gardu Induk. [8]

11
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Gardu Induk


Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga
listrik, atau merupakan satu kesatuan dari system penyaluran
(transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga
listrik.Berarti, gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik.
Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai
peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem
penyaluran (transmisi) secara keseluruhan. Dalam pembahasan ini difokuskan
pada masalah gardu induk yang pada umumnya terpasang di Indonesia,
pembahasannya bersifat praktis (terapan) sesuai konsttruksi yang terpasang di
lapangan. [4]
Fungsi gardu induk secara umum :
1.Mentransformasikan daya listrik :
a. Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).
b. Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70 KV).
c. Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70 KV/20
KV).
d. Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).
2. Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari system tenaga
listrik.
3. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui tegangan
tinggi dan ke gardu distribusi-gardu distribusi, setelah melalui proses
penurunan tegangan melalui penyulang-penyulang (feeder- feeder) tegangan
menengah yang ada di gardu induk.
4. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita
kenal dengan istilah SCADA.

12
5. Menyalurkan tenaga listrik (kVA, MVA) sesuai dengan kebutuhan pada
tegangan tertentu. Daya listrik dapat berasal dari Pembangkit atau dari gardu
induk lain.

3.1.1 Komponen Utama Gardu Induk


Gardu induk dilengkapi komponen utama sebagai fasilitas yang diperlukan
sesuai dengan tujuannya serta mempunyai fasilitas untuk operasi dan
pemeliharaan, komponen tersebut antara lain:
1. Transformator Daya
2. Pemisah
3. Pemutus Tenaga
4. Transformator Tegangan
5. Transformator Arus
6. Arrester
7. panel kontrol.
8. Baterai
9. Busbar
10. Sistem pentanahan titik netral

3.1.2 Penempatan Gardu induk


Gardu Induk adalah suatu instalasi listrik mulai dari TET (Tegangan
Ekstra Tinggi), TT (Tegangan Tinggi) dan TM (Tegangan Menengah) yang terdiri
dari bangunan dan peralatan listrik.

Pada prinsipnya penempatan gardu induk memiliki kriteria tertentu diaman


hal penempatan ini berdasarkan Kebutuhan (Demand) beban yang semakin
meningkat, mendekati bahkan melebihi kemampuan Gardu Induk yang ada. Jika
kondisi Gardu Induk eksisting masih memungkinkan, biasanya cukup dilakukan
uprating atau menaikkan kapasitas Gardu Induk yang ada, misalnya dengan
melakukan penggantian dan penambahan transformator daya. Adanya perluasan

13
daerah/ wilayah atau adanya daerah/ wilayah baru, yang pasti membutuhkan
ketersediaan/ pasokan daya listrik cukup besar.

Adanya pembangunan infrastruktur bagi kawasan industri (industrial


estate). Proyeksi kebutuhan daya listrik untuk jangka waktu tertentu, sehingga
perlu disiapkan gardu induk baru atau perluasan gardu induk. Adanya
pengembangan sistem tenaga listrik secara terpadu, misalnya pembangunan
pembangkit listrik - pembangkit listrik baru, sehingga dilakukan perluasan sistem
penyaluran (transmisi), tentunya dibarengi dengan pembangunan GI-GI baru atau
perluasan. [4]

3.2 Pengertian Lightning Arrester


Arrester atau biasa juga disebut Lightning Arrester adalah suatu alat
pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir (Surge). Alat
pelindung terhadap gangguan surja ini berfungsi melindungi peralatan sistem
tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan
mengalirkannya ke tanah. Dipasang pada atau dekat peralatan yang dihubungkan
dari fasa konduktor ke tanah.
Sesuai dengan fungsinya itu maka arrester harus dapat menahan tegangan
sistem pada frekuaensi 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat
melewatkan surja arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan pada arrester itu
sendiri.
Arrester berlaku sebagai jalan pintas di sekitar isolasi. Arrester
membentuk jalan yang mudah untuk dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga
tidak timbul tegangan lebih yang nilainya tinggi pada peralatan. Selain melindungi
peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh tegangan lebih eksternal,
arrester juga melindungi peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh
tergangan lebih internal seperti surja hubung. Selain itu arrester juga merupakan
kunci dalam koordinasi isolasi suatu sistem tenaga listrik. Bila surja hubung
datang ke gardu induk maka arrester akan bekerja melepaskan muatan listrik serta
mengurangi tegangan abnormal yang mengenai peralatan dalam gardu induk.
Lightning Arrester bekerja pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi untuk

14
membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada tegangan
tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada tegangan operasi, dan
perbandingan dua tegangan ini disebut rasio proteksi arrester. [7]

Gambar 3.1 Lighning Arrester (LA)

3.3 Sejarah Teknologi Lightning Arrester


Teknologi LA sudah dikembangkan sejak 100 tahun silam, bersamaan
dengan dimulainya penggunaan listrik secara masal.Secara ringkas sejarah
perkembangan LA adalah sebagai berikut:
1892 – 1908 : Penggunaan Air Gaps
1908 – 1930 : Multiple gaps dengan resistor
1920 – 1930 : Lead Oxide dengan resistor
1930 – 1960 : Passive Gapped Silicon Carbide (SiC)
1960 – 1982 : Active Gapped Silicon Carbide (SiC)
1976 – sekarang : Zinc Oxide (ZnO) tanpa gap
1985 – sekarang : Zinc Oxide (ZnO) tanpa gap dengan housingpolymer
Keping ZnO memiliki karakteristik kerja (kurva V-I) yang jauh lebih baik
dibandingkan generasi pendahulunya yang menggunakan SiC-terseri dengan gap.
Mayoritas LA di sistem transmisi PLN telah menggunakan teknologi keping ZnO

15
tanpa gap, atau dikenal juga sebagai MOSA (Metal Oxide Surge Arresters). Di
beberapa tempat di Indonesia, MOSA dengan housing polymer sudah mulai
digunakan. [7]

3.4 Konstruksi Lightning Arrester


LA di saluran transmisi ataupun di gardu induk, memiliki konstruksi yang
hampir serupa. Komponen utama dari LA adalah varistor/ komponen aktif yang
terbuat dari Zinc Oxide. Varistor ini berbentuk keping blok, tersusun di dalam
housing/kompartemen yang terbuat dari porselen ataupun polymer. Selain sebagai
penyangga, housing ini juga befungsi untuk menginsulasi antara bagian
bertegangan dan tanah pada tegangan operasi LA.

Gambar 3.2 Konstruksi LA

LA juga dilengkapi dengan katup pressure relief di kedua ujungnya.


Katup ini befungsi untuk melepas tekanan internal yang berlebih, pada saat LA
dilalui arus surja. Konstruksi lain pendukung LA terdiri dari: struktur penyangga,
grading ring, pentanahan dan alat monitoringVaristor/ Active Part [1]

3.4.1 Varistor/ Active Part


Active Part terdiri dari kolom varistor Zinc Oxide (ZnO). Keping Zinc
Oxide dicetak dalam bentuk silinder yang besaran diameter keping tergantung
pada kemampuan absorbsi energi dan nilai discharge arus. Material silinder
terbuat dari aluminium. Silinder ini selain memiliki kemampuan mekanis, juga
berfungsi sebagai pendingin.

16
Diameter keping bervariasi dari 30 mm untuk arrester kelas distribusi hingga 100
mm untuk arrester HV/EHV. Setiap keping blok memiliki tinggi bervariasi dari 20
hingga 45 mm.

Gambar 3.3 Keping Blok Varistor Zinc Oxide


Nilai residual voltage untuk setiap keping ZnO pada saat dilewati arus
surja bergantung pada diameter keping tersebut. Sebagai contoh pada keping
dengan diameter 32 mm, nilai residual voltagenya sebesar 450 V/ mm, sementara
untuk diameter 70 mm nilai residual voltage menurun menjadi 280 V/mm. Hal ini
berarti, pada satu keping ZnO dengan diameter 70 mm dan tinggi 45 mm terdapat
kemampuan residual voltage sebesar 12.5 kV. Bila nilai residual voltage yang
diinginkan sebesar 823 kV, maka diperlukan 66 keping ZnO tersusun ke atas. Hal
ini akan menyebabkan tinggi LA mencapai 3 meter, dimana kestabilan mekanis
LA tidak baik, oleh karenanya LA juga didesain untuk dipasang bertingkat
(stacked). [1]

3.4.2 Housing LA
Bagian luar atau selubung yang berfungsi sebagai pelindung bagian dalam.
Tumpukan keping ZnO ditaruh dalam sangkar rod, umumnya terbuat dari FRP
(Fiber Glass Reinforced Plastic). Compression spring dipasang pada kedua ujung
kolom active part untuk memastikan susunan keping memiliki ketahanan
mekanis. Kompartemen housing dapat terbuat dari porselen ataupun polymer.
Alumunium flange direkatkan pada kedua ujung housing dengan menggunakan
semen. [1]

17
Gambar 3.4 Konstruksi Housing LA

3.4.3 Sealing dan Pressure Relief Systems


Sealing ring dan pressure relief diaphragm dipasang di kedua ujung
arrester. Sealing ring terbuat dari material sintetis sementara pressure relief
diaphragm terbuat dari steel/ nikel dengan kualitas tinggi. Pressure relief bekerja
sebagai katup pelepasan tekanan internal pada saat LA mengalirkan arus lebih
surja. Juga berfungsi untuk memberikan indikasi, bahwa pernah terjadi surja yang cukup
tinggi. [1]

Gambar3.5 Sealing dan Pressure Relief Systems LA

3.4.4 Grading Ring


Grading ring diperlukan pada LA dengan ketinggian > 1.5 meter atau pada
LA yang dipasang bertingkat. Grading ring berfungsi sebagai kontrol distribusi
medan elektris sepanjang permukaan LA.Medan elektris pada bagian yang dekat
dengan tegangan akan lebih tinggi, sehingga stress pada active part di posisi

18
tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pada posisi di bawahnya. Stress ini dapat
menyebabkan degradasi pada komponen active part.
Pemilihan ukuran grading ring perlu mempertimbangkan jarak antar fasa.
Jarak aman antar konduktor harus sama dengan jarak antar grading ring antar fasa
dari arrester. [1]

Gambar 3.6 Grading Ring LA

3.4.5 Peralatan Monitoring dan Insulator Dudukan


LA dilengkapi dengan peralatan monitoring, yakni counter jumlah kerja
LA atau meter arus bocor total. Sebelum diketanahkan, kawat pentanahan
dilewatkan dahulu pada peralatan monitoring. Oleh karenanya, insulator dudukan
perlu dipasang baik pada kedua ujung peralatan monitor, maupun pada dudukan
LA, agar arus yang melalui LA hanya melewati kawat pentanahan. [1]

Gambar 3.7 Counter LA dan Counter dan Meter Arus Bocor Total LA

Gambar 3.8 Insulator Dudukan LA

19
3.4.6 Struktur Penyangga Lightning Arrester
LA dipasang pada ketinggian tertentu dari permukaan tanah, untuk itu
diperlukan struktur penyangga yang terdiri dari pondasi dan struktur besi
penyangga.

Gambar 3.9 Struktur Penyangga Lightning Arrester

3.5 Jenis Lightning Arrester


3.5.1 Jenis Ekspulsi
Arrester jenis ini mempunyai dua jenis sela, yaitu sela luar dan sela dalam.
Sela dalam diletakkan di dalam tabung serat. Ketika pada terminal Arrester tiba
suatu surja petir, maka kedua sela tepercik. Arus susulan memanaskan permukaan
dalam tabung serat, sehingga tabung akan mengeluarkan gas. Arus tersebut
merupakan arus yang berbentuk sinusoidal, sehingga suatu saat pasti akan
mencapai siklus dengan nilai nol. Ketika mencapai nol, maka gas pada tabung
akan menjadi isolasi yang akan memadamkan arus tersebut.
Arrester jenis ini mampu melindungi trafo distribusi dengan rating
tegangan 3-15kV, tetapi belum mampu melindungi trafo daya yang memiliki
rating daya lebih besar. Arrester jenis ekspulsi ini dapat juga dipasang pada
saluran transmisi hantaran udara untuk mengurangi gangguan surja petir yang
masuk ke gardu induk. [7]

20
Gambar 3.10 Arrester Ekspulsi

3.5.2 Jenis Katup


Arrester ini terdiri dari beberapa sela percik yang dihubungkan seri (series
gap) dengan resistor tak linier. Resistor ini memiliki sifat khusus yaitu tahanannya
rendah saat dialiri arus besar dan sebaliknya tahanan yang besar saat dialiri arus
kecil. Resistor yang umum digunakan untuk arrester terbuat dari bahan silicon
karbid.
Sela percik dan resistor tak linier keduanya ditempatkan dalam tabung
isolasi tertutup sehingga kerja arrester ini tidak dipengaruhi keadaan udara sekitar.
Arrester jenis ini ummunya dipakai untuk melindungi alat-alat yang mahal pada
rangkaian, biasanya dipakai untuk melindungi trafo daya. [3]

Gambar 3.11 Arrester katup

21
Arrester katup ini dibagi menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Arrester Katup Jenis Gardu
Pemakaiannya secara umum pada gardu induk besar untuk melindungi
alat-alat yang mahal pada rangkaian mulai dari 2,4-287 kV.
2. Arrester Katup Jenis Saluran
Arrester jenis saluran lebih murah dari arrester gardu. Arrester jenis
saluran ini dipakai pada sistem tegangan 15-69 kV.
3. Arrester Katup Jenis Distribusi
Seperti namanya arrester ini digunakan untuk melindungi transformator
pada saluran distribusi. Arrester jenis ini dipakai pada peralatan dengan
tegangan 120-750 volt.
4. Arrester Katup Jenis Gardu untuk Mesin-mesin
Arrester jenis gardu ini khusus untuk melindungi mesin-mesin berputar.
Pemakaiannya untuk tegangan 2,4-15 kV.

3.5.3 Jenis Seng Oksida


Arrester seng oksida yang disebut juga metal oxide arrester (MOA)
merupakan arrester yang tidak memiliki sela seri, terdiri dari satu atau lebih unit
yang kedap udara, yang masing-masing berisikan blok-blok tahanan katup
sebagai elemen aktif dari arrester.
Pada dasarnya prinsip kerja arrester ini sama dengan arrester katup.
Karena arrester ini tidak memiliki tahanan sela seri, maka arrester ini sangat
bergantung pada tahanan yang ada dalam arrester itu sendiri. Apabila terkena
petir, tahanan arrester akan langsung turun sehingga menjadi konduktor dan
mengalir petir ke bumi. Namun setelah petir lewat, tahanan kembali naik sehingga
bersifat isolator. [3]

3.6 Proses Terjadinya Petir (Hubung Surja)


Banyak kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh sambaran petir, selain
korban manusia kerusakan dapat juga terjadi pada peralatan seperti peralatan yang

22
berada digardu induk. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa, dimana cuacanya
panas dan lembab, serta curah hujan yang tinggi.
Petir merupakan gejala alam yang terjadi akibat adanya peristiwa loncatan
muatan listrik antara awan dengan bumi. Loncatan tersebut diawali dengan
berkumpulnya uap air di dalam awan. Ketinggian antara permukaan atas dan
permukaan bawah pada awan dapat mencapai jarak sekitar 8 km dengan
temperatur bagian bawah sekitar 60 °F dan temperatur bagian atas berkisar antara
-60°F. Akibatnya, di dalam awan tersebut akan terjadi kristalkristal es. Karena di
dalam awan terdapat angin ke segala arah, maka kristal-kristal es tersebut akan
saling bertumbukan dan bergesekan sehingga terpisahkan antara muatan positif
dan negative. Pemisahan muatan inilah yang mengakibatkan terjadinya petir.
Pelepasan muatan listrik dapat terjadi di dalam awan, antara awan dengan awan
dan antara awan dengan bumi tergantung dari kemampuan udara dalam menahan
beda potensial yang terjadi.[7]

Gambar 3.12 Proses terjadinya petir

Pada gambar 3.12 dapat dilihat proses terjadinya petir. Pada gambar (a)
yaitu sambaran perintis mulai, gambar (b) merupakan sambaran perintis
mendekati tanah dan gambar (c) yaitu sambaran ke atas.
Kebanyakan petir yang terjadi adalah akibat awan dengan muatan tertentu
menginduksi muatan yang ada di bumi. Bila muatan yang ada di awan bertambah
besar, maka muatan indusksipun semakin besar pula sehingga beda potensial
antara awan dan bumi juga makin besar. Karena kerusakan yang ditimbulkan oleh
sambaran petir pada peralatan gardu induk sangat berbahaya, perlu solusi yang

23
tepat untuk mengatasinya. Penangkal petir yang pertama kali ditemukan oleh
Benyamin Franklin dengan mengunakan interceptor (terminal udara) yang
dihubungkan dengan konduktor metal ke tanah. Selanjutnya teknik penangkal
petir mengalami perkembangan, salah satunya yang akan dibahas dalam penulisan
ini adalah Lightning Arrester, yang digunakan untuk melindungi peralatan energi
listrik dari gangguan petir.

3.7 Prinsip kerja Lightning Arrester


Pada umumnya prinsip kerja Arrester cukup sederhana yauti membentuk
jalan yang mudah dilalui oleh petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih tinggi
pada peralatan listrik lainnya. Pada kondisi kerja yang normal, arrester berlaku
sebagai isolasi tetapi bila timbul surja akibat adanya petir maka arrester akan
berlaku sebagai konduktor yang berfungsi melewatkan aliran arus yang tinggi
ketanah. Setelah tegangan surja itu hilang maka arrester harus dengan cepat
kembali berlaku sebagai isolator, sehingga pemutua tenaga (PMT) tidak sempat
membuka.Pada kondisi yang normal (tidak terkena petir), arus bocor arrester tidak
boleh melebihi 2 mA. Apabila melebihi angka tersebut, berarti kemungkinan
besar Lightning Arrester mengalami kerusakan. [3]

3.8 Karakteristik Lightning Arrester


1. Pada tegangan sistem normal arrester tidak boleh berkerja. Tegangan
tembus arrester pada frekuensi jala jala (power frekuensi Break Down)
harus lebih tinggi dari tegangan sempurna yang mungkin terjadi pada sistem
(single line to ground fault)
2. Setiap gelombang transient dengan tegangan puncak yang lebih tinggi dari
tegangan tembus arrester harus mampu membuat arrester untuk mengalirkan
arus ke tanah.
3. Arrester harus mampu melakukan arus terpa ke tanah tampa merusak
arrester itu sendiri dan tampa menyebabkan tegangan pada terminal.

24
4. Arus sistem tidak boleh mengalir ke tanah setelah gangguan diatasi (follow
current). Follow current harus dipotong begitu gangguan telah berlalu dan
tegangan kembali normal.

Pada Gambar 4.1 berikut ini dapat dilihat prinsip kerja serta karakteristik dari
Arrester.

Gambar 3.13 Tegangan dan arus surja pada Arrester

Dari Gambar di atas dapat dijelaskan pada saat tegangan surja tiba di
terminal Arrester. Dalam selang waktu tersebut arus surja naik dan mencapai
harga puncak is . Dalam selang waktu ini tahanan non linear R mengecil, sehingga
kenaikan tegangan terminal Arrester dibatasi hanya sampai Va. Seandainya
tahanan R konstan, maka saat arus surja berkerja maka tegangan sistem tetap
tinggi sehingga tujuan perlindungan tidak terpenuhi. Kemudian dalam selang
waktu selanjutnya arus surja menurun, tahanan non linear R membesar. Saat arus
surja menjadi nol, masih tersisa arus susulan yang relative kecil, arus susulan ini
juga akan semakin kecil karena tanahan R semakin membesar, akhirnya tersisa
arus kecil yang disebut arus control. Biasanya arus control ini kurang lebih 50 A.
saat tegangan sesaat sistim nol, percikan pada sela padam sehingga arus control
menjadi nol dan tidak berlanjut lagi. [7]

25
3.9 FMEA pada Lightning Arrester
FMEA (Failure Mode Effect Analysis) merupakan tahapan yang
dilaksanakan untuk mendapatkan gejala kegagalan pada sebuah peralatan dengan
menerapkan keterkaitan sebab-akibat antara kegagalan yang satu dengan
penyebab sebelumnya, demikian seterusnya hingga ditemukan penyebab
kegagalan yang paling awal. Penyebab kegagalan paling mula ini, misal, seal
rusak (yang menyebabkan moisture masuk ke dalam kompartemen arrester), perlu
dilaksanakan inspeksi khusus terhadapnya.
Dalam analisis FMEA, pendekatan yang dilaksanakan bukan melalui
pendekatan per komponen yang menyusun sebuah peralatan, melainkan
pendekatan fungsi. Dalam hal ini, sebuah Sistem Arrester MOSA memiliki sebuah
fungsi utama memotong tegangan lebih yang menuju peralatan yang
dilindunginya. Tegangan lebih ini baik berupa surja petir, surja hubung maupun
tegangan lebih di dalam sistem. Sebuah arrester terdiri dari beberapa sub sistem
pendukung, yaitu:
1. Sub Sistem Pemotong Surja
Merupakan sub sistem kritis dari sebuah lightning arrester yang berfungsi
memotong tegangan lebih dari surja. Berupa komponen non linear, umum
digunakan adalah ZnO. Mayoritas arrester saat ini menggunakan tipe Metal
Oksida. Parameter utama yang mempengaruhi kualitas ZnO adalah karakteristik
V-I yang dimiliki serta kemampuannya mengabsorbsi energi ketika terjadi proses
surja. [3]

2. Sistem Isolasi Sub


Merupakan sub sistem yang memiliki sub fungsi memisahkan bagian
konduktor bertegangan dengan ground, terdiri dari kompartemen insulator
(housing), baik berupa keramik maupun polymer, juga insulator dudukan
(insulation feet) berada di sisi bawah dari arrester. Kompartemen perlu
diperhatikan tingkat polusinya, semakin tinggi tingkat polusi yang melekat,
memungkinkan nilai arus bocor permukaan menjadi tinggi. Pada insulator jenis
keramik, perlu dilakukan pengecekan apakah telah terjadi cracking pada

26
permukaan kompartemen, sementara pada insulator jenis polimer, dicek bilamana
kondisi polimer utuh/ robek ataupun berlumut.[3]

3. Sub Sistem Counter & Meter Petunjuk


Counter berfungsi untuk menunjukkan jumlah kali surja telah terjadi pada
arrester. Sementara meter petunjuk berfungsi untuk menunjukkan bbesar nilai arus
bocor yang mengalir dari ujung atas arrester menuju ground dalam kondisi operasi
tegangan kontinu. Arus bocor total ini mayoritas bersifat kapasitif dan terpengaruh
oleh banyak factor: kebersihan kompartemen luar, stray capacitance di gardu
induk dan kondisi insulating feet. Agar keduanya bekerja baik, maka arrester
harus dipastikan hanya terhubung ke bumi melalui kawat ground, untuk itulah,
maka insulating feet berperan.
Walau demikian, meter petunjuk memberikan besaran nilai arus bocor
total, dimana nilai tersebut kurang akurat bila hendak digunakan untuk
merepresentasikan kondisi dari keeping metal oksida. Pengukuran lain, yang
merujuk pada IEC 60099-5, yakni pengukuran arus bocor resistif dengan
kompensasi harmonisa orde ke-3 dinilai lebih akurat untuk memberikan gambaran
kondisi komponen kritis arrester (Metal Oksida) tersebut.
Penelitian internal PLN menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara jumlah kerja
counter arrester dengan besaran arus bocor resistif dari Arrester. [3]

4. Sub Sistem Pentanahan


Merupakan komponen yang berfungsi untuk meneruskan baik arus bocor
selama tegangan operasi kontinu, maupun surja menuju bumi. Kawat pentanahan
terbuat dari tembaga. Kawat pentanahan umumnya dipasang seri dengan peralatan
monitoring (counter ataupun meter) sebelum dibumikan. Kondisi konektor harus
dipastikan baik, seperti: tidak terdapat rantas pada kawat, ataupun koneksi-
koneksi baik (mur dan baut), kawat tembaga tidak ditumbuhi lumut [3]

27
5. Sub Sistem Pengaman Tekanan Lebih Internal
Memiliki fungsi melepaskan tekanan lebih di dalam arrester yang mungkin
timbul ketika terjadi discharge arus surja tinggi. Fungsinya mirip pressure relief
pada transformator. Pada saat terjadi surja, baik single maupun multiple, suhu
keeping metal oksida mampu mencapai 170OC – 200OC, oleh karenanya terjadi
pemuaian udara di dalam kompartemen udara, pemuaian ini perlu dilepas keluar
kompartemen untuk menghindari kompartemen (umumnya porselen menjadi
pecah), katup kembali menutup dengan segera untuk menjaga agar tekanan udara
di dalam kompartemen tetap lebih tinggi daripada tekanan udara luar.[3]

6. Sub Sistem Konstruksi Penyangga


Memiliki fungsi sebagai penyangga arrester di atas permukaan tanah.
Terdiri dari pondasi dan struktur besi penyangga.

7. Sub Sistem Konektor


Memiliki fungsi melakukan koneksi antara kawat konduktor dengan
bagian atas arrester, dan dari arrester ke bagian pentanahan. Bagian ini rawan
terjadi kelonggaran yang memungkinkan timbulnya hot spot, oleh karenanya,
perlu dilakukan thermovisi secara berkala pada bagian ini, selain thermovisi pada
kompartemen arrester itu sendiri. [3]

8. Sub Sistem Asesories/ Grading/Corona Ring


Memiliki fungsi mendistribusikan secara merata medan listrik dan
mengurangi efek corona pada bagian ujung atas LA. Grading ring perlu dipasang
pada arrester dengan ketinggian lebih dari 1,5 meter.

3.10 Pemilihan Arrester


Dalam memilih arrester yang sesuai untuk keperluan tertentu, beberapa
faktor yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Kebutuhan perlindungan, hal ini berhubungan dengan kekuatan isolasi
dari alat yang harus dilindungi.

28
2. Tegangan sistem, ialah tegangan maksimum yang mungkin timbul pada
terminal arrester.
3. Arus hubung singkat sistem, hanya diperlukan untuk arrester jenis ekspulsi
4. Jenis arrester, apakah arrester jenis gardu, jenis saluran atau jenis distribusi
5. Faktor kondisi luar, apakah normal atau tidak normal, temperatur dan
kelembaban yang tinggi serta pengotoran.
6. Faktor ekonomi, bisa jadi merupakan perbandingan antara biaya
pemeliharaandan kerusakan bila tidak ada arrester.

29
BAB IV
PEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER
DI GARDU INDUK LHOKSEUMAWE 150 KV

4.1 Progam Pemeliharaan


4.1.1 Pengertian Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan peralatan memegang peranan penting dalam
menunjang kualitas dan keandalan penyediaan tenaga listrik kepada konsumen.
Pemeliharaan peralatan adalah satu proses kegiatan yang bertujuan menjaga
kondisi peralatan, agar peralatan senantiasa beroperasi sesuai dengan fungsi dan
karakteristik desainnya.

4.1.2 Tujuan Pemeliharaan


Tujuan pemeliharaannya adalah untuk mempertahankan kondisi atau
menjaga agar peralatan menjadi tahan lama dan meyakinkan bahwa peralatan
dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya
gangguan yang dapat menyebabkan kerusakan. Program pemeliharaan harus
mencakup kondisikondisi sebagai berikut:
1. Melakukan pemeriksaan untuk konduktor dan komponen dari proteksi
petir.
2. Melakukan pemeriksaan seluruh sambungan dan bonding pada Arrester.
3. Melakukan pengukuran tahanan tanah pada terminal elektroda pentanahan.
4. Melakukan pemeriksaan atau pengujian pada surge suppressor (Arrester)
untuk mengetahui efektifitasnya dan membandingkan dengan Arrester
baru.
5. Menguji kekuatan dan ketebalan seluruh komponen dan konduktor yang
dibutuhkan.
Program pemeliharaan diatas berlaku untuk GI konvensional dan GIS, ini
karena keduanya membutuhkan perawatan yang sama utuk dapat menjaga
keandalan dan kestabilan kerja.

30
4.2 Data Peralatan Lightning Arrester
Berikut ini adalah beberapa contoh data peralatan dari Lightning Arrester yang
digunakan di GI 150 kV Bayu:
Merk : BOWTHORPE EMP BRIGHTON ENGLAND
Buatan : Inggris
Type : MCA4-150
No. Serie : T925
Tahun pembuatan : 1997
Jenis : Pasang Luar

4.3 Pemeliharaan Lightning Arrester (LA)


4.3.1 Pemeliharaan Preventif
Merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah
terjadinya kerusakan secara tiba – tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja
optimal sesuai umur teknisnya. [1]

4.3.2 Pemeliharaan Rutin


Merupakan kegiatan pemeliharaan secara berkala. Berdasarkan
periodenya, pemeliharaan rutin pada arrester terdiri dari:

1. Pemeliharaan Harian
2. Pemeliharaan Mingguan
3. Pemeliharaan Bulanan
4. Pemeliharaan Tahunan
a. In Service Inspection
Merupakan pemeriksaan kondisi peralatan saat operasi secara berkala
dengan hanya melakukan pengamatan visual pada bagian –bagian tertentu.
b. Shutdown Function Check
Merupakan pengujian yang dilaksanakan pada peralatan listrik saat padam
tidak beroperasi) untuk mengetahui kerja peralatan apakah telah sesuai
fungsinya. Kegiatan in dilaksanakan tahunan.

31
4.3.3 Pemeliharaan Prediktif
Merupakaan pemeliharaan yang dilakukan dengan cara melakukan
monitor dan membuat analisa terhadap hasil pemeliharaan untuk dapat
memprediksi kondisi dan gejala kerusakan secara dini. [1]
a. In Service Measurement
Merupakan pengujian yang dilaksanakan saat peralatan operasi
(bertegangan) untuk dapat memprediksi kondisi dan gejala kerusakan
peralatan secara dini.
b. Shutdown Measurement
Merupakan pengujian yang dilakukan saat peralatan padam untuk
mengetahui kondisi peralatan.

4.3.4 Pemeliharaan Korektif


Merupakan pemeliharaan yang dilakukan ketika peralatan mengalami
kerusakan, dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi semula melalui perbaikan
(repair) ataupun penggantian (replace). [1]
a. Terencana (Planned) Adalah pemeliharaan korektif yang dilakukan secara
yang terencana.
b. Tak Terencana (Unplanned) Disebut juga dengan pemeliharaan
Breakdown. Adalah pemeliharan yang dilakukan ketika peralatan
mengalami kerusakan secara tiba–tiba sehingga menyebabkan terjadinya
pemadaman.

4.4 Evaluasi Hasil Pemeliharaan dan Rekomendasi


4.4.1 Inspeksi Level-1 (IL-1)
Inspeksi online yang bersifat superficial, bertujuan untuk mendeteksi
adanya ketidaknormalan atau anomali pada peralatan dan menginisiasi inspeksi
lanjutan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan panca indera
(penglihatan, pendengaran, penciuman) [1]
1. IL-1: Inspeksi Visual

32
Inspeksi Visual adalah kegiatan pengamatan komponen/ bagian dari
Lightning Arrester yang dilaksanakan secara visual atau menggunakan alat bantu
binocular. Petugas mengisi form checklist berdasarkan hasil pengamatan.

2. IL-1: Inspeksi Audio


Inspeksi Audio adalah kegiatan pengamatan komponen/ bagian dari
Lightning Arrester yang dilaksanakan menggunakan indera pendengaran untuk
mengetahui anomali peralatan. Petugas mengisi form checklist berdasarkan hasil
pendengaran.
Evaluasi dan rekomendasi IL-1 pada LA terangkum dalam Tabel 4-1

Tabel 4.1 Evaluasi dan Rekomendasi IL-1 LA di Gardu Induk


SASARAN
NO KONDISI REKOMENDASI
PEMERIKSAAN

Kebersihan permukaan Permukaan insulator LA


Lakukan pembersihan
1. insulator, apakah terdapat tertutup polutan, mungkin
insulator LA (padam)
percikan bunga api disertai percikan bunga api

Adanya korona pada Terdengah suara korona keras Lakukan pembersihan


2.
permukaan Insulator pada permukaan insulator LA insulator LA (padam)

Perbaikan posisi
Posisi seluruh komponen Grading ring miring, tidak grading ring,
3.
grading ring simetris pengencangan mur dan
baud koneksi (padam)

Permukaan insulator LA
Kebersihan permukaan
tertutup polutan, dalam Lakukan pembersihan
4. insulator (adanya polutan,
beberapa kasus menimbulkan insulator LA (padam)
lumut)
percikan bunga api

Kondisi permukaan glaze Penggantian LA pada


Mayoritas (> 80%) lapisan
5. insulator (pudar/ ada bekas jadwal pemeliharaan
insulator LA pudar warna
flash) bay (padam)

Penggantian LA pada
Kondisi insulator housing Insulator retak, ada bagian
6. jadwal pemeliharaan
(retak/ patah) gompal
bay (padam)

33
SASARAN
NO KONDISI REKOMENDASI
PEMERIKSAAN

Penggantian insulating
Kondisi insulator dudukan Insulating feet berubah warna/ feet pada jadwal
7.
berubah warna/ bekas flash pudar warna pemeliharaan bay
(padam)

Penggantian insulating
Kondisi insulator dudukan feet pada jadwal
8. Insulating feet retak
retak pemeliharaan bay
(padam)

Lakukan pembersihan
Adanya korona pada Terdengar suara korona keras pada cement joint pada
9.
cement joint pada cement point jadwal pemeliharaan
bay (padam)

Kondisi cement joint dekat


Penggantian LA pada
aluminium flange (retak), Terdapat retak (crack) pada
10. jadwal pemeliharaan
terdapat percikan bunga cement joint
bay (padam)
api

Kondisi konstruksi Penggantian bagian


Pedestal bengkok, pedestal
11. penyangga LA bengkok/ pedestal yang bengkok/
korosi tinggi
korosi berkorosi tinggi

Perbaikan
Terdengar suara korona keras
(pembersihan/
Adanya korona pada pada junction HV Conductor,
12. penggantian) junction
junction HV Conductorr mungkin diikuti oleh percikan
HV Conductor segera <
bunga api
1 minggu

Penggantian/
Terdapat korosi tinggi pada pembersihan mur dan
Kondisi mur dan baud
13. mur dan baud kawat baud kawat pentanahan
kawat pentanahan
pentanahan pada saat pemeliharaan
bay (padam)

- Lakukan
Keberadaan kawat pengencangan kawat
14. - Kawat pentanahan Kendor pentanahan
pentanahan - Kawat pentanahan hilang - Penggantian kawat
pentanahan LA
segera < 1 minggu
Penggantian/
15. Adanya korosi pada mur Terdapat korosi tinggi pada
pembersihan mur dan
dan baud di sistem mur dan baud kawat
baud kawat pentanahan

34
SASARAN
NO KONDISI REKOMENDASI
PEMERIKSAAN

pentanahan pentanahan pada saat pemeliharaan


bay (padam)

Pembersihan/
Kawat pentanahan berubah penggantian kawat
Perubahan warna pada
16. warna, akibat reaksi oksidasi pentanahan pada saat
kawat pentanahan
atau tertutup lamat pemeliharaan bay
(padam)

Perbaikan posisi
Posisi seluruh komponen
Grading ring miring tidak grading ring,
17. grading ring terdapat
simetris pengencangan mur dan
percikan bunga api
baud koneksi (padam)

Pembersihan/
pengencangan koneksi
Adanya korona pada Terdengar suara korona keras
grading ring ke HV
18. permukaan koneksi pada koneksi grading ring ke
Conductor pada saat
grading ring HV Conductor
pemeliharaan bay
(padam)

Penggantian grading
Grading ring atau ring/ komponen
Bentuk grading ring tidak
19. komponennya, bengkok, tidak grading ring pada saat
sempurna
terpasang benar pemeliharaan bay
(padam)

Kondisi counter arrester Kaca counter arrester pecah Penggantian surge


20.
pecah/ retak atau retak counter LA

Kondisi kaca counter


Surge counter LA tidak Penggantian surge
21. terdapat lapisan embun/
terbaca counter LA
lumut

Penggantian leakage
current monitoring
Kaca leakage current Kaca leakage current
dengan surge counter
22. monitoring LA pecah atau monitoring LA pecah atau
LA (leakage current
retak retak
sudah dicover
pengujian LCM)

Leakage current Penggantian leakage


monitoring tidak terbaca Leakage current monitor tidak current monitoring
23.
karena lapisan gelas terbaca dengan surge counter
terlapis embun LA (leakage current
sudah dicover

35
SASARAN
NO KONDISI REKOMENDASI
PEMERIKSAAN

pengujian LCM)

4.4.2 Inspeksi Level-2 (IL-2)


Inspeksi online yang bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan
(condition assessment), dilaksanakan dalam kondisi bertegangan.
1. IL-2: Inspeksi dengan Thermal Image
Inspeksi dengan thermal image adalah kegiatan pengamatan komponen/
bagian dari Lightning Arrester dengan menggunakan alat bantu kamera thermal/
kamera thermovisi, bukan thermo gun. Tujuan dari kegiatan ini adalah
menemukan hot-spot/ titik panas yang mengindikasikan adanya anomali peralatan.

2. Prinsip Pengukuran LCM


Kondisi varistor ZnO pada LA dapat diketahui melalui analisis arus bocor resistif
dengan prinsip dasar sebagai berikut:
a. Komponen non linear, ZnO, bila diberi tegangan sinusoidal akan
menghasilkan arus bocor dengan harmonisa.
b. Arus bocor memiliki beragam harmonisa, seperti harmonisa orde ke-
3, 5, dan seterusnya, namun hanya Arus bocor resistif dengan
harmonisa orde ke-3 yang paling dominan dalam menunjukkan
kondisi Varistor ZnO.
b. Adanya harmonisa dari tegangan sistem di luar LA, dapat
mempengaruhi hasil pengukuran arus bocor, khususnya harmonisa
yang berasal dari stray capacitance sistem. Harmonisa yang berasal
dari luar LA ini dapat mempengaruhi hasil ukur LCM, sehingga
kompensasi diperlukan untuk memperoleh hasil ukur yang akurat.
c. Oleh karenanya metode pengukuran dengan alat uji LCM dikenal
sebagai: “Metode pengukuran arus bocor resistif dengan analisis
harmonisa orde ketiga dengan kompensasi terhadap pengaruh
harmonisa dan tegangan sistem”.

36
3. Pelaksanaan Pengukuran LCM
Hal-hal berikut ini harus mendapat perhatian selama proses pengukuran:
a. Untuk SAFETY: Lakukan pengukuran Thermovisi sebelum
pelaksanaan Uji LCM. Bila ditemukan Hotspot pada kompartemen
LA, pengukuran LCM tidak boleh dilaksanakan.
b. Grounding alat uji harus baik. LCM harus terhubung ground dengan
baik.
c. CT clip-on harus menutup sempurna saat pengkuran.
d. Seluruh koneksi pengukuran terhubung baik, tidak longgar.
e. Pastikan setting LCM benar:
1) Mode: untuk pengukuran di lapangan, gunakan mode 3-fasa.
2) Temp: setting suhu untuk pengukuran tidak kontinu,
menggunakan setting manual, masukkan estimasi suhu LA.
3) Line: masukkan tegangan operasional saat pengukuran. (tegangan
kontinu – Uc).
4) Average: Jumlah cacah perhitungan, standar deviasi (penunjukkan
error perhitungan), akan semakin kecil, bila nilai Average
semakin besar (rata-rata 10 -20 kali cacah).
5) Posisi menaruh Electric Probe:
0 cm vertikal di bawah insulator dudukan LA dan
5 cm horizontal dari LA,
tidak menyentuh piring insulator LA.
7. Catatan pelaksanaan pengukuran:
a. Pengukuran dilaksanakan minimal 4 kali dengan posisi probe
yang berbeda.
(posisi depan – belakang – samping kiri dan samping kanan).
b. Hasil ukur arus bocor resistive adalah nilai rata-rata dari keempat
pengukuran.

Kelengkapan alat ukur LCM terangkum dalam Tabel 4.2 berikut ini

37
Tabel 4.2 Kelengkapan Alat Uji LCM

No Komponen Fungsi Gambar

Digunakan untuk mengukur


arus bocor total yang
1 CT Clip-On
mengalir pada kawat
pentanahan

Mengukur arus probe, yang


Field Probe
kemudian diolah untuk
2 lengkap dengan
mendapatkan arus bocor
antenna
kapasitif orde ke-3

Memiliki 2 input, yakni dari


CT Clip-On dan Field Probe,
berisi komponen elektronis
Current Probe untuk mengukur arus
3 (untuk LCM tipe bocor total dan arus meda
lama) elektris field probe, selain
itu juga terdapat rangkaian
pengaman tegangan lebih
dan sensor suhu

4
Memproses hasil
Alat ukur LCM,
pengukuran dari Ct dan
terdiri dari CPU,
field probe, guna
Multiplexer,
mendapatkan arus bocor
A/D Converter
resistif

5
Software
Proses analisis dan
Manajemen
penyimpanan data
data

a. Percikan bunga api


Kegiatan evaluasi hasil ukur LCM dilaksanakan dengan
membandingkan hasil pengukuran dengan batasan nilai maksimum arus

38
bocor LA. Batasan nilai arus bocor maksimum ini ditentukan melalui
pendekatan sebagai berikut:
1. Batasan arus bocor resistif maksimum yang diberikan oleh pabrikan.
(Tabel 4.3)
2. Bila nilai arus bocor resistif maksimum tidak diberikan oleh pabrikan,
maka digunakan batasan sebagai berikut:
a. Nilai maksimum arus bocor resistif = 4x nilai arus bocor resistif
yang terukur pada awal LA energize, atau
b. Menggunakan pendekatan data statistik PLN P3B Jawa Bali.
(Tabel 4.4)

Tabel 4.3 Batasan Nilai Arus Bocor Resistif Maksimum dari Beragam Pabrikan
Merk Tipe Ires, max kV
(µA)
ABB XAR/ EXLIM R 91 70, 150
XAQ/ XMQ 130 150
XAP-A/ XAP-C/ EXLIM Q 167 70, 150
EXLIM P-A/ EXLIM P-B/
167
EXLIM P-D 150, 500
XAP-B/ EXLIM P-C 331
EXLIM T 251 500
Bowthorpe 2VACM 91 150
Ohio Brass MPR 91 70, 150
VN 130 -
Westinghouse W1 91 -

Tabel 4.4 Batasan Nilai Arus Bocor Resistif Maksimum Dengan Pendekatan
Statistik
Ires, Max
KV
(µA)
70 100
150 150
500 250

39
Rekomendasi berdasarkan hasil pengukuran LCM tercantum di dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Rekomendasi Hasil Ukur LCM


% dari Ires ,Max Rekomendasi
≤ 90 Ukuran LCM tahunan
91-99 Ukuran LCM 6 bulan Kemudian
≥ 100 Penggantian LA

4.4.3 Inspeksi Level-3 (IL-3


Inspeksi offline yang bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan
(condition assessment), dilaksanakan dalam kondisi tidak bertegangan.
1. IL-3: Pengukuran Nilai Tahanan Insulasi (Megger Test)
Pengukuran nilai tahanan insulasi bertujuan untuk mengetahui
kemampuan insulasi LA pada tegangan operasional. Pengukuran dilaksanakan
dalam kondisi tidak bertegangan (padam). Titik pengujian adalah sebagai berikut:
1. Tahanan insulasi LA dari terminal atas hingga ground.
2. Tahanan insulasi pada setiap stack LA.
3. Tahanan insulasi insulator dudukan/ post insulator.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan selama proses pengukuran adalah sebagai
berikut:
1. Pastikan LA dalam kondisi bersih.
2. Lepaskan koneksi kawat konduktor dan kawat grounding LA.
3. Pastikan alat uji memiliki supply catu daya yang baik.
4. Gunakan alat uji dengan kemampuan ukur > 1GΩ.
5. Pasca pengukuran, pastikan koneksi kawat konduktor dan kawat
grounding LA terpasang kembali dengan benar.

Skema pelaksanaan pengukuran tahanan insulasi tercantum dalam Gambar 4.1

40
SUTT SUTT SUTT

1 Atas 2 Tengah 3. Atas


dengan dengan dengan
tengah bawah bawah

LA LA LA

Gambar 4.1 Skema Pengukuran Nilai Tahanan Insulasi (Megger) Kompartemen di LA

2. IL-3: Pengukuran Nilai Pentanahan


Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sistem pentanahan
LA. Nilai pentanahan yang tinggi menunjukkan adanya anomali pada sistem
pentanahan LA. Pengukuran pentanahan dilaksanakan dalam kondisi tidak
bertegangan. [1]
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan selama proses pengukuran nilai
pentanahan adalah sebagai berikut:
1. Pastikan alat uji memiliki supply daya yang baik.
2. Lepaskan kawat pentanahan dari rangkaian LA. Pengukuran
dilakukan hanya pada rangkaian pentanahan.
3. Bersihkan kawat pentanahan, sehingga alat ukur terkoneksi baik
dengan kawat pentanahan.
4. Gunakan bumi sebagai referensi pengukuran, bukan pentanahan
peralatan lain yang sudah terhubung dengan sistem mesh gardu
induk.
5. Pasca pengukuran, pastikan koneksi sistem pentanahan terhubung
kembali dengan benar.
Evaluasi dan rekomendasi masing-masing pengukuran dijelaskan dalam Tabel 4.3
sampai dengan 4.4

41
Tabel 4.6 Evaluasi dan Rekomendasi Hasil Pengukuran Nilai Tahanan Insulasi LA [1]

Nilai Tahanan Insulasi* Evaluasi Rekomendasi


> 1 GΩ Kondisi BAIK -
1. Lakukan pembersihan bagian
yang diuji, lalu lakukan pengukuran
Terjadi degradasi ulang.
< 1 GΩ
fungsi Insulasi
2. Bila hasil ukur tetap < 1 GΩ, maka
rencanakan penggantian.**

a. Berlaku untuk ketiga titik pengujian sebagaimana dijelaskan dalam


sub bab 4.4.3
b. Penggantian LA atau penggantian insulator dudukan sesuai dengan
posisi temuan anomali.

Tabel 4.7 Evaluasi dan Rekomendasi Hasil Pengukuran Nilai Tahanan Pentanahan

Nilai Tahanan Pentanahan Evaluasi Rekomendasi


<1Ω Kondisi BAIK -
1. Lakukan pembersihan kawat
pentanahan, termasuk mur dan
baud koneksi kawat pentanahan.
Terjadi degradasi
>1Ω 2. Lakukan pengukuran ulang.
fungsi pentanahan LA
3. Bila hasil ukur tetap > 1 Ω, maka
rencanakan perbaikan sistem
pentanahan.*
* Kegiatan perbaikan sistem pentanahan meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Perbaikan koneksi kawat pentanahan dengan rod pentanahan


b. Penggantian kawat dan rod pentanahan.
c. Pengecekan koneksi rod pentanahan dengan sistem mesh.
3. IL-3: Pengujian Surge Counter LA
Pengujian surge counter LA bertujuan untuk mengetahui apakah alat
tersebut mampu bekerja pada saat terjadi surja. Jika dalam kondisi baik, counter

42
akan bertambah bila di beri impulse tegangan DC. Impulse tegangan DC yang
digunakan dalam pengujian dihasilkan dari kapasitor 400-500 µF, 220-300 VAC.
Pelaksanaan dilaksanakan dalam kondisi tidak bertegangan. [1]
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan selama proses pengukuran nilai
pentanahan adalah sebagai berikut:
1. Lepaskan kawat pentanahan di kedua sisi surge counter LA.
2. Lakukan pembersihan insulator surge counter LA sebelum
pelaksanaan pengujian
3. Pelaksanaan pengujian:
a. Charge kapasitor dengan tegangan supply AC 220 V selama 30 –
60 detik.
b. Hubungkan kedua kutub kapasitor dengan segera pada kedua
ujung surge counter, sehingga impulse DC current dialami oleh
surge counter.

4.5 Peraturan Keselamatan Kerja


Peralatan keselamatan kerja dimaksudkan untuk melindungi manusia dari
bahaya-bahaya yang mungkin timbul pada waktu melakukan kegiatan kerja.
Penggunaan peralatan kerja adalah merupakan pelayanan bagi semua karyawan
PLN yang diatur berdasarkan surat edaran Direksi SE No. 005/PST/82.
Ada berbagai alat keamanan diri yang harus digunakan dalam sebuah
pekerjaan atau sebuah situasi untuk melindungi pekerja dari dampak negatif
pekerjaannya, berikut alat-alat perlindungan diri yang dibutuhkan [2]
1. Sepatu Safety yang fungsinya melindungi kaki dari jatuhnya benda
berat dan yang lainya maupun hantaran listrik yang akan menyambar
kita apabila kaki kontak langsung ke tanah.
2. Masker (penutup hidung) yang berfungsi melindungi pernafasan dari
zat-zat berbahaya yang dapat terhirup melalui hidung.
3. Helm Safety yang berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-
benda keras yang bisa saja jatuh dari atas ke arah kepala

43
4. Sarung Tangan Safety yang berfungsi melindungi tangan dari cairan
zat berbahaya yang dapat merusak bagian kulit tangan pekerja.
5. Kaca mata Safety yang berfungsi melindungi mata dari percikan api,
debu maupun zat cair yang dapat membahayakan mata.
6. Baju Bengkel yang berfungsi melindungi seluruh tubuh dari zat
berbahaya maupun percikan api.Pada ash handling berfungsi untuk
melindungi tubuh dari partikel debu fly ash.

44
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari kerja praktek yang saya
laksanakan di PT.PLN (Persero) UPT Banda Aceh Gardu Induk Lhokseumawe
adalah sebagai berikut :
1. Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan lebih
yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (Switching Surge).
2. Pada kondisi tegangan normal, Arrester bersifat sebagai isolator dan pada
saat terjadi tegangan gangguan Arrester bersifat sebagai konduktor.
3. Prinsip kerjanya adalah sebagai By-pas disekitar lokasi yang membentuk
jalan dan mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem pentanahan sehingga
tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolator
peralatan listrik.
4. Pemeriksaan kondisi Arrester dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
pemeriksaan eksternal, internal, dan visual.

5.2 Saran
1. Perawatan dan pemeliharaan peralatan Gardu Induk sebaiknya dilakukan
sesuai jadwal.
2. Peralatan yang sudah tua sebaiknya dilakukan peremajaan agar kehandalan
sistem dapat lebih terjaga.
3. Selalu utamakan kesehatan dan keselamatan kerja

45
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Pedoman Pemeliharaan Lightning Arrester PT PLN (persero),


Gardu induk Bayu.
2. Arismunandar, DR.A., Kuwuhara, DR. Susumu. Buku Pegangan Teknik
Tenaga Listrik. Jakarta : PT Pradinya Pramita : 2004.
3. http://Definisi dan Prinsip Kerja Lightning Arrester Serta Manfaatnya.htm
4. http://switchyard-electric.blogspot.com/2011/04/konsep-dasar-gardu-
induk.html
5. http://ferryxseven.blogspot.com/2011/01/pengertian-klasifikasi-gardu-
induk.html
6. http://Electronic Engineering Macam Macam Komponen Gardu
Induk.htm
7. http://Lightning arrester dan gejala petir.htm
8. https://www.pln.co.id/tentang-kami/profil-perusahaan

46

Anda mungkin juga menyukai