Oleh:
ANGGI AYU LESTARI
5161131003
ii
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini dimasa
mendatang.
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Praktek Kerja Lapangan Industri ini
bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Gambaran Umum Proyek/Perusahaan...................................................1
1.2. Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri..........................4
1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapangan Industri............................................4
1.4. Waktu dan tempat PKLI........................................................................5
BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................6
2.1. Pengertian Pemutus tenaga PMT............................................................6
2.2. Klasifikasi PMT.....................................................................................6
2.3 Komponen dan fungsi..............................................................................10
2.4. Proses terjadinya busur api.....................................................................22
2.5. Prinsip kerja PMT..................................................................................23
2.6. Gas SF6.................................................................................................25
2.7. Pemeliharaan (maintenance).................................................................27
2.8. Pengujian...............................................................................................29
2.9 Pemeliharaan PMT...................................................................................30
BAB III PENGALAMAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN........................40
3.1. Orientasi lapangan...................................................................................40
3.2. Spesifikasi PMT yang digunakan di gardu induk Tebing Tinggi...........40
3.3. Pengalaman lapanga dan pemeliharaan PMT di gardu induk Tebing Tinggi
................................................................................................................ 45
3.4. Pembahasan.............................................................................................48
BAB IV PENUTUP...............................................................................................51
iv
4.1 Kesimpulan...............................................................................................51
4.2 Saran.........................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................52
LAMPIRAN..........................................................................................................53
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 2.22 Pembentukan Busur Api..................................................................22
Gambar 2.24. Contoh Insulation Tester Merk Metriso Type 5000 A...................32
Gambar 2.27. Alat ukur yang terpasang tidak Permanen dan Permanen pada PMT
.............................................................................................................................. 36
Gambar 2.28. Pressure gas yang terpasang pada PMT berfungsi untuk mengetahui
vii
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
tegangan tinggi yang menghubungkan gardu induk Tebing Tinggi, gardu induk
Sei Rotan, gardu induk Kuala Tanjung, gardu induk Perbaungan, serta gardu
induk Pematang Siantar.
Transformator daya yang terpasang di gardu induk Tebing Tinggi ini adalah
2 x 30 MVA , dan melayani 8 Feeder dengan tegangan 20KV dengan system Gyer
Head. System ini dilengkapi dengan perlengkapan control dan proteksi untuk
menghindari kerusakan akibat gangguan.
Pada tahun 1987 jaringan transmisi ditambah lagi antar Tebing Tinggi
dengan Pematang Siantar.Dan pada tahun 1989, transformator dayanya ditambah
lagi dengan 30 MVA yang dilengkapi dengan pembagi daya kubikel
(Cubicle).Dengan demikian transformator daya yang terdapat pada gardu induk
Tebing Tinggi ini yaitu transformator daya 30 MVA (Alsthorm).
Pada gardu induk Tebing Tinggi, jadwal kerja para pegawainya ditentukan
oleh coordinator gardu induk Tebing Tebing tersebut. Pergantian jam kerja
operator gardu induk Tebing Tinggi dilakukan dengan 3 shift dalam 24 jam yaitu
sebagai berikut :
2
5. Merencanakan pengembangan dan perbaikan instalasi penyaluran,
Rencana Anggaran Operasi/Investasi, target kinerja dan tingkat mutu
pelayana UPT untuk diusulkan ke Region;
6. Mengelola sistem informasi operasi dan pemeliharaan untuk bahan
evaluasi operasi dan pemeliharaan dengan penerapan Pemeliharaan
Berbasis Kondisi (CBM);
7. Mengelola logistik, lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan
untuk optimalisasi penggunaan peralatan kerja, instalasi dan material,
serta mencapai target kecelakaan kerja nihil;
8. Mengelola bina lingkungan, ROW (Right Of Way) serta permasalahan
sosial lainnya;
9. Melaksanakan kebijakan di bidang Administrasi dan Kepegawaian;
10. Membina dan mengembangkan kompetensi SDM sesuai kebutuhan
kompetensi jabatan untuk mencapai target kinerja;
11. Mengelola anggaran, keuangan dan akuntansi sesuai peraturan yang
berlaku.
b. Supervisor
Menyelesaikan masalah sebisanya tanpa harus ditangani oleh atasan atau
manager, membantu tugas staf bawahan, menampung segala keluhan dari tamu
dan customer yang disampaikan melalui staf untuk disampaikan ke manager,
mengatur kerjanya para bawahannya (staf), membuat job deskriptions untuk staf
bawahanya, bertanggung jawab dalam hasil kerja staf, memberi motivasi kerja
kepada staf bawahanya, membuat jadwal kegiatan kerja untuk karyawan,
memberikan breafing bersama staf, membuat planing pekerjaan harian, mingguan,
bulanan, dan tahunan, membuat suatu usulan promosi jabatan bagi staf
bawahannya, memberikan sebuah reward (penghargaan) kepada staf bawahannya,
dan berhak untuk memberikan punishment (hukuman) untuk staf bawahannya.
3
c. Operator
Bertanggung jawab kelangsungan operasi GI dengan menjaga keandalan
penampilan peralatan dalam setiap saat, menjaga keamanan peralatan listrik yang
terpasang, mencatat dan melaporkan hasil penunjukan meter ke piket system
secara periodik, melaksanakan perintah piket yang sesuai dengan prosedur dan
melaporkan pelaksanaannya ke piket sistem, mencatat dan meriset alarm yang
muncul, annunciator yang muncul, relai yang kerja bila terjadi gangguan,
mengambil tindakan penyelamatan bila kondisi darurat tanpa terlebih dahulu
member tahu kepada piket, menolak perintah bila tidak sesuai prosedur yang
berlaku.
1.3.Manfaat PKLI
1.3.1. Bagi Mahasiswa :
a. Dapat mengetahui informasi tentang bagaimana cara pemeliharaan serta
pengujian Pemutus Tenaga (PMT) mengunakan gas SF6.
b. Dapat mengetahui alat-alat yang digunakan untuk melakukan
pemeliharaan PMT digardu induk.
c. Dapat menambah wawasan setiap mahasiswa mengenai praktek kerja
lapangan industri
4
1.3.2. Bagi FT-UNIMED :
a. Terjadinya kerja sama antara Fakultas Teknik Unimed dengan dunia
industri
b. Dapat meningkatkan mutu lulusan dan dengan memadukan
keseimbangan teori dalam dunia industri
c. Dapat mengetahui keberadaan perusahaan dari sudut pandang mahasiswa
yang melakukan Praktek Kerja Lapangan Industri di PT. PLN
(PERSERO) Unit Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (UIP3B)
Sumatera, Unit Pelayanan Transmisi (Upt) Pematang Siantar Gardu
Induk Tebing Tinggi.
1.4.1. Waktu
Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan industri (PKLI) yaitu selama 1
bulan yang dimulai pada hari selasa tanggal 17 Desember 2019 dan selesai pada
hari Jum’at tanggal 24 Januari 2020. Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI)
dilaksanakan setiap hari Senin s/d Jum’at pada pukul 08.00 wib - 16.00 wib.
1.4.2. Tempat
Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri yaitu di PT.PLN
(PERSERO) Unit Induk Penyaluran Dan Pusat Pengaturan Beban (UIP3B)
Sumatera UnitPelayanan Transmisi (UPT) Pematang Siantar Gardu Induk Tebing
Tinggi, Sumatera Utara.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
1) PMT tegangan rendah (Low Voltage) Dengan range tegangan 0.1 s/d 1
kV (SPLN 1.1995 - 3.3)
2) PMT tegangan menengah (Medium Voltage) Dengan range tegangan 1
s/d 35 kV(SPLN 1.1995 – 3.4)
6
3) PMT tegangan tinggi (High Voltage) Dengan range tegangan 35 s/d
245 kV(SPLN 1.1995 – 3.5)
4) PMT tegangan extra tinggi (Extra High Voltage) Dengan range
tegangan lebih besar dari 245 kVAC (SPLN 1.1995–3.6). Gambar 2.1
dibawah ini menunjukkan jenis-jenis PMT.
7
2. PMT Three Pole
PMT jenis ini mempunyai satu mekanik penggerak untuk tiga fasa,
guna menghubungkan fasa satu dengan fasa lainnya di lengkapi
dengan kopel mekanik, umumnya PMT jenis ini di pasang pada
bay trafo dan bay kopel serta PMT 20 kV untuk distribusi. Gambar
2.3. dibawah ini menunjukkan PMT Three Pole .
8
pemutusan, gas SF6 ditekan melalui nozzle yang menimbulkan
tenaga hembus/tiupan dan tiupan ini yang memadamkan busur api.
Gambar 2.4. dibawah ini menunjukkan PMT SF6 saat proses
pemutusan arus listrik.
9
rendah kemudian dipompakan kembali ke sistem tekanan tinggi,
saat ini PMT SF6 tipe ini sudah tidak diproduksi lagi.
a. Primary
Merupakan bagian PMT yang bersifat konduktif dan berfungsi untuk
menyalurkan energi listrik dengan nilai losses yang rendah dan Mampu
menghubungkan / memutuskan arus beban saat kondisi normal/tidak normal.
1
1. Interrupter
Merupakan bagian terjadinya proses membuka atau menutup kontak PMT.
Didalamnya terdapat beberapa jenis kontak yang berkenaan langsung dalam
proses penutupan atau pemutusan arus, yaitu:
a) Kontak bergerak/moving contact
b) Kontak tetap/fixed contact
c) Kontak arcing/arcing contact, gambar 2.5 dibawah ini menunjukkan
interrupter
1
b. Dielectric
Berfungsi sebagai Isolasi peralatan dan memadamkan busur api dengan
sempurna pada saat moving contact bekerja.
1
Gambar 2.7 SF6 Gas Circuit Breaker
Selama pengisian, gas SF6 akan menjadi dingin jika keluar dari tangki
penyimpanan dan akan panas kembali jika dipompakan untuk pengisian kedalam
bagian/ruang pemutus tenaga. Oleh karena itu gas SF6 perlu diadakan pengaturan
tekanannya beberapa jam setelah pengisian, pada saat gas SF6 Pada suhu
lingkungan. Gambar proses pemadaman busur api menggunakan gas SF6 dapat
dilihat pada gambar 2.8. dibawah ini.
1) Instalasinya mudah
2) Perawatannya sederhana.
3) Kemampuan SF6 memadamkan busur api listrik dalam wkatu yang
singkat menyebabkan erosi kontak sangat kecil. Kontak dapat dipakai
pada temperature yang lebih tinggi tanpa terjadi penurunan kualitas.
1
4) Karena bersifat elektronegatif,terbentuknya kekuatan dielektrik sangat
cepat
5) Dengan tekanan tunggal system puffer dua aliran,membuat
pemadaman busur api lebih cepat.
6) Karena gasa SF6 murni tidak berwarna,tidak berbau,tidak beracun dan
tidak mudah terbakar,maka cocok dugunakan sebagai PMT.
1
Gas yang timbul karena dekomposisi minyak menimbulkan tekanan
terhadap minyak, sehingga minyak terdorong ke bawah melalui leher bilik. Di
leher bilik, minyak ini melakukan kontak yang intim dengan busur api. Hal ini
akan menimbulkan pendinginanbusur api, mendorong proses rekombinasi dan
menjauhkan partikel bermuatan dari lintasan busur api.
Minyak yang berada diantara kontak sangat efektif memutuskan arus.
Kelemahannya adalah minyak mudah terbakar dan kekentalan minyak
memperlambat pemisahan kontak, sehingga tidak cocok untuk sistem yang
membutuhkan pemutusan arus yang cepat. Gambar 2.10 dibawah ini
menunjukkan Oil Cirkuit Breaker.
1
udara ini juga berfungsi untuk mencegah restriking voltage (tegangan
pukul ulang). Proses pemadaman busur api media Air Blast dapat
dilihat dari gambar 2.11. dibawah ini.
1
elektron-elektron bebas. Elektron hasil emisi ini bergerak menuju
anoda, elektron-elektron bebas ini tidak bertemu dengan molekul
udara sehingga tidak terjadi proses ionisasi. Akibatnya, tidak ada
penambahan elektron bebas yang mengawali pembentukan busur
api. Dengan kata lain, busur api dapat dipadamkan.
Ruang kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan antara
lain porcelain, kaca atau plat baja yang kedap udara. Ruang kontak
utamanya tidak dapat dipelihara dan umur kontak utama sekitar 20
tahun. Karena kemampuan ketegangan dielektrikum yang tinggi
maka bentuk pisik PMT jenis ini relative kecil. Proses pemadaman
busur api media vaccum dapat dilihat dari gambar 2.13. dibawah ini.
1
Ganbar 2.14 Vacuum Circuit Breaker
3. Driving Mechanism
Berfungsi menyimpan energi untuk dapat menggerakkan kontak gerak
(moving contact) PMT dalam waktu tertentu sesuai dengan spesifikasinya.
Terdapat beberapa jenis sistem penggerak pada PMT, antara lain:
a. Pegas pilin (helical spring) PMT jenis ini menggunakan pegas pilin
sebagai sumber tenaga penggerak yang di tarik atau di regangkan oleh
motor melalui rantai dapat dilihat pada gambar 2.15. dibawah ini.
b. Pegas gulung (scroll spring) PMT ini menggunakan pegas gulung untuk
sumber tenaga penggerak yang di putar oleh motor melalui roda gigi,
seperti ditunjukkan pada gambar 2.16. dibawah ini.
1
Gambar 2.16 Sistem Pegas Gulung (Scroll)
2) Penggerak Hidrolik
Penggerak mekanik PMT hidrolik adalah rangkaian gabungan dari
beberapa komponen mekanik, elektrik dan hidrolik oil yang dirangkai
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai penggerak untuk
membuka dan menutup PMT.
1
4) Penggerak Pneumatic
Penggerak mekanik PMT pneumatic adalah rangkaian gabungan dari
beberapa komponen mekanik, elektrik dan udara bertekanan yang
dirangkai sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai penggerak
untuk membuka dan menutup PMT.
2
Gambar 2.19 PMT SF6 Dynamic
2
Gambar 2.21 Lemari Mekanik/Kontrol
2
Dengan demikian, jumlah electron bebas yang menuju anoda semakin
bertambah. Proses ionisasi juga menghasilkan ion positif yang bergerak menuju
katoda, perpindahan electron bebas ke anoda menimbulkan arus dan memanaskan
kontak anoda. Ion positif yang tiba di kontak katoda akan menimbulkan dua efek
yang berbeda. Jika kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya tinggi, misalnya
tungsten atau karbon, maka ion positif akan akan menimbulkan pemanasan di
katoda. Akibatnya, emisi thermis semakin meningkat. Jika kontak terbuat dari
bahan yang titik leburnya rendah, electron tembaga, ion positif akan menimbulkan
emisi medan tinggi. Hasil emisi thermis ini dan emisi medan tinggi akan
memperlama proses ionisasi, sehingga perpindahan muatan antar kontak terus
berlangsung dan inilah yang disebut busur api. Untuk memadamkan busur api
tersebut perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat menimbulkan proses deionisasi,
antara lain dengan cara sebagai berikut:.
2
distribusi, waktu ini sekitar 3 siklus. Ketika menutup, penutupan kontak harus
cepat dengan tekanan kontak yang tepat pada akhir perjalanan kontak. Jika
kondisi ini tidak terpenuhi, pengelasan kontak dapat terjadi. Mekanisme harus
mampu memberikan tugas khusus pemutus tenaga, kerja pembukaan dan
penutupan.
a. Pembukaan Jaringan
1) PMT dioperasikan (dilepas) lebih dahulu, baru kemudian pemisah-
pemisahnya.
2) Sebelum pemisah dikeluarkan/dioperasikan harus diperiksa apakah
PMT sudah terbuka sempurna , apakah amperemeter menunjukan
nol.Urutan pembukaan jaringan :
a) PMT dibuka
b) PMS busbar dibuka
c) PMS line dibuka
d) PMS tanah ditutup
Dalam operasi pembukaan, energi yang diperlukan untuk pembukaan
dapat diperoleh dari salah satu metode tersebut :
b. Penutupan Jaringan
1) PMT dioperasikan setelah pemisah-pemisahnya dimasukkan.
2) Setelah PMT dimasukkan/dihubungkan diperiksa apakah terjadi
kebocoran isolasi pada PMT. Urutan penutupan jaringan :
1) PMS tanah dibuka
2) PMS busabar ditutup
3) PMS line ditutup
4) PMT ditutup
Secara normal, penutupan kontak-kontak pemutus tenaga dalam kondisi
normal tidak menimbulkan persoalan. Mekanisme kerja harus mampu mengatasi
gesekan dan mempercepat kontak gerak. Tetapi ketika pemutus tenaga menutup
2
pada kondisi hubung singkat gaya elektromagnetik akan terlibat. Kapasitas
penutupan pemutus tenaga tergantung atas gaya dan kecepatan pada waktu operasi
penutupan dilakukan.
2
Susunan molekul dari SF6 merupakan bidang delapan yang pada keenam
sudutnya ditempati atom fluoride. SF6 adalah gas yang tidak mempunyai sifat
kimia yang aktif sampai di atas 1500C dan tidak akan merusak logam, plastik dan
bahan lain yang biasa digunakan pada komponen pemutus tenaga.
Hal ini dapat dibuktikan dengan memanaskan gas tersebut sampai 5000C
tanpa terjadi penguraian. Pada temperatur tinggi yang disebabkan oleh busur api
listrik, gas akan terurai dalam beberapa unsur, yaitu SF2 dan SF4 dalam jumlah
yang kecil dan unsur-unsur S2, F2, S, F. Bila unsur SF2 ini bereaksi dengan air,
akan membentuk unsur hydrogen fluoride yang mempunyai sifat korosif terhadap
porcelain. Semua unsur yang terurai akan berkombinasi kembali menjadi unsur
SF6 seperti semula setelah temperaturnya turun. Unsur SF6 yang murni terdiri
dari 21,95% sulfur dan 78,05% fluoride.Atom fluoride mempunyai sifat
elektronegatif, dan ini berfungsi untuk menangkap elektron bebas ke bentuk
muatan ion yang negatif, yang tidak dapat digunakan sebagai pembawa arus.
Sifat elektronegatif ini menyebabkan waktu pembusuran pendek, kekuatan
dielektrik dengan cepat dapat terbentuk. Kestabilan yang tinggi dari gas ini
disebabkan enam ikatan kovalen dari molekul-molekulnya. Di samping itu, ikatan
ini berada diantara atom sulfur, sedangkan enam atom fluoride membentuk suatu
bangun octahedron. Karena unsur SF6 tidak mempunyai sifat kimia yang aktif,
maka akan sangat menguntungkan bila dipakai pada pemutus tenaga tegangan
menengah. Bagian-bagian logam dan kontak-kontak yang dialiri arus dalam unsur
SF6 tidak akan rusak.
2
2.7. Pemeliharaan (Maintenance)
2
2. Tujuan Pemeliharaan (Maintenance)
Seperti halnya semua peralatan memerlukan pemeliharaan tidak
terkecuali peralatan listrik tegangan tinggi pada gardu induk tegangan tinggi atau
ekstra tinggi, hal ini harus dilakukan pemeliharaan karena peralatan tersebut
merupakan sarana penyaluran tenaga listrik yang paling penting untuk keperluan
umum. Tujuan pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah untuk
menjamin kontinuitas penyaluran tegangan tinggi dan menjamin keandalan antara
lain:
a. Untuk meningkatkan reliability, availability dan effiency.
b. Untuk memperpanjang umur peralatan.
c. Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan.
d. Meningkatkan Safety peralatan.
e. Mengurangi lama waktu padam akibat sering gangguan.
2
prediktif disebut juga perawatan berdasarkan kondisi (condition based
maintenance) atau juga disebut monitoring kondisi mesin (machinery
condition monitoring), yang artinya sebagai penentuan kondisi mesin
dengan cara memeriksa mesin secara rutin, sehingga dapat diketahui
keandalan mesin serta keselamatan kerja terjamin.
2.8. Pengujian
1. Pengertian Pengujian
Menurut Kep.Dir No 004.K/DIR/2013, pengujian adalah kegiatan yang
bertujuan mengukur dan menilai unjuk kerja suatu peralatan. Menurut kamus
umum, pengujian adalah penilaian yang dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan dari responden (produk/benda yang diuji). Menurut IEC
2
(International Electrotechnical Commision), pengujian produk dapat dibagi
menjadi 5, yaitu :
a. Pengujian Jenis (Type Test)
Uji jenis ialah pengujian yang lengkap untuk menentukan apakah hasil
produksi telah memenui persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam
standar ini.
b. Pengujian Rutin (Routine Test)
Uji rutin ialah pengujian yang dilakukan seara rutin yang ditentukan
dalam standar ini pada setiap hasil produsen.
c. Pengujian Contoh (Sample Test)
Uji contoh ialah pengujian yang dilakukan terhadap contoh-contoh yang
diambil dari satu kelompok hasil produk untuk menentukan apakah
kelompok tersebut mempunyai sifat-sifat yang sama dalam uji jenis
(type test) produk tersebut seperti yang ditentukan dalam standar
kontak.
d. Pengujian Khusus (Special Test)
Pengujian ini dilakukan sesuai kesepakatan antara penjual dan pembeli,
karena menyangkut waktu(lama), biaya(mahal) dan resiko(rusak).
e. Uji Sesudah Instalasi (Test After Installation)
Pengujian ini ilakukan setelah produk dipasang ditempat, untuk
membuktikan bahwa produk dan atau system bekerja(berfungsi) seperti
yang direncanakan.
3
diharapkan mencapai nilai minimal 1 mega ohm. Sebelum melakukan pengukuran
tahanan isolasi perlu dilakukan pembersihan untuk menghilangkan debu yang
menempel pada isolator, karena debu bisa bersifat sebagai konduktor.
Pemasangan grounding tambahan pada PMT juga penting untuk menetralkan
tegangan induksi yang masih tersisa. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil
yang akurat saat melakukan pengukuran.
Tegangan yang digunakan untuk mengukur besarnya tahanan isolasi
pemutus tenaga (PMT) yaitu : dengan megger skala 500 V, dengan pengukuran:
Atas- Bawah
Atas-tanah
Bawah-tanah
Fasa-tanah
Prinsip Kerja
Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi PMT adalah untuk mengetahui
besar (nilai) kebocoran arus ( leakage current ) yang terjadi antara bagian yang
bertegangan I/P terminal dan O/P terminal terhadap tanah. Kebocoran arus yang
menembus isolasi peralatan listrik memang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu,
salah satu cara meyakinkan bahwa PMT cukup aman untuk diberi tegangan
adalah dengan mengukur tahanan isolasinya. Kebocoran arus yang memenuhi
ketentuan yang ditetapkan akan memberikan jaminan bagi PMT itu sendiri
sehingga terhindar dari kegagalan isolasi.
3
dari type sederhana, menengah sampai dengan yang canggih. Display
(tampilannya) juga banyak ragamnya; mulai dari tampilan analog, semi digital
dan digital murni. Pada panel kendali (Front Panel) ada yang sangat sederhana,
namun ada pula yang super canggih. Tapi seluruhnya memiliki prinsip kerja yang
sama. Contoh Insulation Tester Merk Metriso Type 5000 A dapat dilihat pada
gambar 2.24. dibawah ini.
Keterangan :
1) Saklar pilih (Selector Switch) : tegangan uji megger, uji tegangan. Baterai
dan pemutus pasokan.
2) Tambol Range : pilihan jangkau-batas skala pengukuran.
3) Ω LED indikator : LED nyala hijau = pengukuran benar, LED mati =
pengukuran salah, baterai terlalu lemah.
4) LED nyala : pilihan jangkau-batas skala s.d. TΩ (Tera Ohm) terpilih.
5) LED nyala : pilihan jangkau-batas skala s.d. 100 MΩ (Mega Ohm)
terpilih.
6) Skrup koreksi : pengaturan (koreksi) posisi jarum penunjuk pada angka O.
7) Selector switch (saklar pilih) : pengukuran tegangan atau tahanan isolasi.
8) Analog display : Papan/plat skala penunjukan.
9) Test prob ( - ) : Kabel pengukuran kutub (polaritas) negatip.
10) Test prob ( + ) : Kabel pengukuran kutub (polaritas) positip.
11) Tempat penyimpanan jack konektor kabel.
3
2. Pengukuran Tahanan Kontak
Rangkaian tenaga listrik sebagian besar terdiri dari banyak titik sambungan.
Sambungan adalah dua atau lebih permukaan dari beberapa jenis konduktor
bertemu secara fisik sehingga arus/energy listrik dapat disalurkan tanpa hambatan
yang berarti. Pertemuan dari beberapa konduktor menyebabkan suatu
hambatan/Resistan terhadap arus yang melaluinya sehingga akan terjadi panas dan
menjadikan kerugian teknis. Rugi ini sangat signifikan jika nilai tahanan
kontaknya tinggi. Semakin kecil nilai tahanan kontak yang dihasilkan maka akan
semakin baik.
Pengukuran tahanan kontak pemutus tenaga (PMT) ini dilakukan pada saat
posisi tertutup/close. Dengan menggunakan alat ukur breakeramalizer. Satuan
yang digunakan untuk mengukur tahanan kontak adalah μὨ. Nilai tahanan kontak
PMT yang normal harus (acuan awal) disesuaikan dengan petunjuk / manual dari
masing-masing pabrikan PMT (dikarenakan nilai ini dapat berbeda antar
merk),sebagai contoh adalah sebagai berikut :
Cara Pengukuran
Alat ukur tahanan kontak merk Megger terdiri dari sumber arus dan alat
ukur tegangan (drop tegangan pada obyek yang diukur). Dengan sistem
elektronik maka pembacaan dapat diketahui dengan baik dan ketelitian yang
cukup baik pula (digital).
3
Digunakanya arus sebesar 100 amp karena pembagi dengan angka 100
akan memudahkan dalan menentukan nilai tahanan kontak dan lebih cepat. Harus
diperhatikan skala yang digunakan jangan sampai arus yang dibangkitkan sama
dengan batasan skala sehingga kemungkinan akan terjadi overload dan hasil
penunjukan tidak sesuai dengan kenyataannya. Alat ukur tahanan kontak megger
dapat dilihat pada gambar 2.25. dibawah ini.
Proses menutup PMT baik yang tipe single pole ataupun three pole harus
menutup secara serentak pada fasa R,S,T, kalau tidak maka dapat menjadi
gangguan didalam system tenaga listrik dan menyebabkan system proteksi
bekerja.
Cara kerja rangkaian diatas adalah terminal atas tiap fasa PMT dihubungkan
ke ground,sedangkan terminal bawah dihubungkan ke breaker analyzer. Breaker
Analyzer menggunakan sumber AC 220 Volt. Untuk melakukan pengujian closing
time PMT,kondisi awal PMT adalah open. Saat melakukan pengujian closing time
PMT, breaker analyzer dihubungkan ke closing coil yang berada pada lemari
control PMT. Closing coil adalah belitan yang berfungsi sebagai pemicu agar
PMT dapat melakukan operasi close. Medan magnet pada closing close dihasilkan
oleh tegangan 110 DC yang berasal dari breaker analyzer.
3
Untuk melakukan pengujian opening time PMT,kondisi awal PMT adalah
close. Saat melakukan pengujian opening time PMT,breaker analyzer
dihubungkan ke tripping coil yang berada pada lemari control PMT. Tripping coil
adalah belitan yang berfungsi sebagai pemicu agar PMT dapat melakukan operasi
open. Tripping coil bekerja dengan menghasilkan medan magent yang dapat
menggerakkan kontak yang menjadi pemicu agar PMT dapat melakukan operasi
open. Medan magnet pada tripping coil dihasilkan oleh tegangan 110 Dc yang
berasal dari breaker analyzer. Pada saat terjadi gangguan pada system tenaga
listrik,diharapkan PMT bekerja dengan cepat. Clearing time sesuai dengan
standart SPLN No 52-1 untuk system tegangan :
3
tekanan gas SF6 pada Pemutus Tenaga dapat berbeda untuk setiap merk sesuai
dengan buku petunjuk/manual dari pabrikan.
Pelaksanaan pemeriksaan tekanan / kerapatan gas SF6 dapat dilakukan
dengan 2 ( dua ) cara yakni :
Gambar 2.27. Alat ukur yang terpasang tidak Permanen dan Permanen pada
PMT
Gambar 2.28. Pressure gas yang terpasang pada PMT berfungsi untuk mengetahui
nilai tekanan gas SF6
3
5. Pengujian Kemurnian Gas SF6
Pengujian kemurnian gas SF6 dilaksanakan untuk mengetahui perubahan
kandungan gas SF6 setelah mengalami penguraian setelah sekian kali/lama
berfungsi memadamkan busur api listrik. Jadwal pelaksanaan pengujian ini secara
perodik adalah 12 tahunan (ABB) atau jika diperlukan (setelah melihat jumlah
dan besar arus gangguan yang terjadi) Alat yang digunakan untuk menguji
kemurnian gas SF6 tersebut adalah Impurity test.
6. Pengujian Pentanahan/Grounding
3
operasi pemutusan otomatis gawai proteksi (dalam ampere). Uo adalah tegangan
nominal efektif ke bumi, dalam volt.
3
BAB III
PENGALAMAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
3.2. Spesifikasi PMT Yang Digunakan Pada Gardu Induk Tebing Tinggi.
Dari hasil pengamatan dilapangan maka data-data tentang spesifikasi PMT
yang dipasang oleh PT PLN (Persero) Unit Penyaluran Dan Pusat Pengatur
Beban (UIP3B) Sumatera Unit Pelayanan Transmisi (UPT) Pematang Siantar
Gardu Induk Tebing Tinggi yaitu :
Jenis : ALSTOM / 6L313F3 / 4031P
Serial Number 15313011007
Media pemadam : Gas F6
Tegangan Operasi : 150 KV
3
Pengatur Beban (UIP3B) Sumatera Unit Pelayanan Transmisi (UPT) Pematang
Siantar Gardu Induk Tebing Tinggi.
Berikut ini adalah hasil pengamatan lapangan yang didapat penulis dari kegiatan
PKLI di PT PLN (Persero) Unit Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (UIP3B)
Sumatera Unit Pelayanan Transmisi (UPT) Pematang Siantar Gardu Induk Tebing
Tinggi. Sebelum melakukan pengujian , operator pelaksana pengujian
menggunakan Full Body Harnest dan Scaff Holding sesuai dengan prosedur K3
untuk lingkup kerja pengerjaan PMT.
Pentanahan (grounding)
Baik Baik
a. Kawat pentanahan
b. Terminal Pentanahan Baik Baik
4
Sistem Pengerak
a. Mekanik penggerak Normal Normal
b. Mur baut Kencang Kencang
c. Pelumasan pada roda gigi dan Baik Baik
pegas transmisi
d. Pengungkit / lengan penggerak Normal Normal
e. Pemeriksaan motor pengisi
pegas Normal DIPERIKSA Normal BAIK
f. Pemeriksaan automatic pressure
switch Normal Normal
g. Pemeriksaan tripping / closing
coil Normal Normal
Indikator
a. Level minyak (Khusus jenis Normal Normal
LOC)
Normal Normal
b. Tekanan gas SF6/tekanan udara
(gas sf6, tekanan udara)
Tidak ada Tidak ada
c. Kebocoran / rembes
Counter
Normal
a. Pemeriksaan dan pengujian Normal
kerja counter
Normal
b. Pemeriksaan posisi Normal
penunjukkan indicator
4
Normal Normal
Poundasi
2) Pengujian PMT
a. Pengujian Tahanan Isolasi
1) Memasukkan pangkal kabel tester pada terminal yang diukur.
2) Mengubungkan kabel LINE dan kabel EARTH ke objek uji.
3) Memindahkan selector tegangan ke 5000 Volt (5KV)
4) Mengatur waktu pengukuran dengan menekan tombol TIME SET
5) Menekan dan memutar sesuai arah panah tombol PRESS TO TEST
hingga posisi LOCK.
6) Mengamati hasil penunjukkan pada alat ukur
7) Menekan dan memutar berlawanan arah panah tombol PRESS TO
TEST ke posisi semula.
8) Menunggu sejenak untuk memberikan waktu ke alat ukur melakukan
seff discharge atau dapat juga dilakukan dengan menghubung singkat
terminal ukur ke ground.
9) Pindah selector tegangan ke posisi OFF. Hasil pengukuran dapat
dilihat dari tabel 3.2. dibawah ini.
4
c.Terminal atas – 0520- > 1t > 1t > 1t > 1t > 1t > 1t
terminal bawah 2.K/DI
R/2014
4
c. Pengujian Kecepatan dan Keserempakan PMT
4
standart
OPEN – CLOSE – nilai 219, 222, 218, 4,4 219, 222,8 218,4 4,4
OPEN pabrikan 0 4 0
Tabel 3.5. Hasil pengujian tekanan dan kemurnian gas Sf6 PMT di GI
Tebing Tinggi bay Kuala Tanjung 2
Standard Kondisi Tindakan Kondisi Kesimpulan
TITIK
PENGUKURAN Kg / 𝐶𝑚 Awal
2
Akhir
20° C
S S
Pengujian Tekanan Gas SF6
0,61 Mpa 0,61 Mpa
Tekanan Normal 5,0 ± 0,3
4
0,51 Mpa 0,51 Mpa
Functon test Trip 4,0 ± 0,3
/ Blok
(P3B/O&M
PMT/001.01)
Uji Kemurnian SF6
Pengukuran IEC 376 > 99,9% DIUJI 99,9% BAIK
kemurnian gas 99,5%
sf6
Alsthom >
97%
Tabel 3.6. Hasil pengujian pentanahan PMT di Tebing Tinggi bay Kuala
Tanjung 2
Titik Pengukuran ACUAN Hasil Awal TINDA- KONDISI AKHIR KESIMPULAN
(SKDIR KAN
520) R S T R S T
Ω Ω Ω Ω Ω Ω
Tahanan 0,4 0,4 0,4 Diukur 0,4 0,4 0,4 BAIK
Terminal
Pentanahan
4
a. Pembahasan
a. Pemeliharaan Rutin
1. Melakukan pengukuran tahanan pentanahan dengan Megger dan
memastikan bahwa masih sesuai dengan standard.
2. Memeriksa dan memperbaiki box control dari kemungkinan kemasukan
air serta mengencangkan baut terminal yang kendor.
3. Membersihkan isolator bushing, bodi dan mekanis penggerak dari debu
dan lumut.
4. Mengukur partikal discharge.
4
d. Pengujian Kecepatan dan Keserempakan PMT
Berdasarkan standard SPLN No 52-11984,waktu maksimum membuka
dan menutup kontrak PMT untuk sistem 150kV selama120 milidetik. Waktu kerja
kontak PMT pada saat open lebih lama daripada waktu kerja PMT pada saat close.
Selanjutnya untuk keserempakan kontak dapat dihitung dengan membandingkan
selisih nilai tertinggi dengan nilai terendah. Berdasarkan standard yang ditetapkan
selisih waktu yang diijinkan adalah < 10 mili detik.
Δt = tmaks–t min
Berdasarkan data selisih nilai tertinggi dan terendah di tabel 3.4.
keserempakan kontak pemutus tenaga pada bay Kuala tanjung 2 masih memenuhi
standard. Nilai keserempakan kontak pada saat open (membuka) maupun pada
saat close(menutup) sangat memenuhi standard yang telah ditetapkan. Hal
tersebut tentunya harus dilakukan perawatan yang dilakukan secara terus-menerus
agar tetap terjaga dengan baik keserampakan PMT. Jika terdapat nilai yang tidak
memenuhi standard yang ditentukan perbaikan dapat dilakukan dengan
melakukan beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah pemeriksaan tegangan
kerja, pemeriksaan koil, pemeriksaan auxillary contact/kontaktor, penggantian
part mekanik yang rusak, pemeriksaan roda penggerak dan perbaikan mekanik
penggerak. Perbedaan selisih waktu yang terlalu lama akan mengakibatkan
adanya lonjakan arus maupun tegangan pada fasa lainya yang akan menyebabkan
rusaknya pearalatan lain yang terhubung pada PMT tersebut. Pemeliharaan secara
berkala dengan melakukan pengujian keserempakan kontak PMT sangat
diperlukan agar PMT dapat bekerja secara serempak dan dalam waktu yang cepat,
sehingga kerusakan kerusakan yang disebabkan tidak serempaknya PMT saat
menutup (close) maupun membuka (open) dapat diminimalisir.
4
pemeliharaan ini nilai tahanan pentanahannya sama antara fasa R, fasa S maupun
fasa T.
Hal tersebut membuktikan bahwa sistem pentahanan yang ada di gardu
induk Tebing Tinggi berfungsi dengan baik. Sistem pentanahan yang tidak baik
atau memiliki nilai di atas standar yang diijinkan akan membahayakan manusia
yang berada di sekitarnya. Nilai tahanan pentanahan yang tinggi akan
menyebabkan gradien tegangan di permukaan tanah juga tinggi. Hal tersebut
dapat membuat arus gangguan mengalir ke tubuh manusia yang berada di sekitar
titik pentanahan pada peralatan tersebut. Pengujian tahanan pentanahan pada
peralatan harus dilakukan secara berkala agar peralatan dapat mengalirkan arus ke
tanah apabila ada gangguan dan aman bagi manusia yang ada di sekitarnya.
4
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Salah satu peralatan listrik yang ada pada gardu induk adalah saklar
pemutus tenaga (PMT) atau kadang disebut juga Circuit Breaker (CB).
Saklar pemutus tenaga (PMT) ini berfungsi untuk menghubungkan dan
memutuskan rangkaian pada saat berbeban (pada kondisi arus beban
normal atau pada saat terjadi arus gangguan). Pada waktu menghubungkan
atau memutus beban,akan terjadi tegangan recovery yaitu suatu tegangan
lebih besar dari busur api, oleh karena itu saklar pemutus dilengkapi
dengan media pemadam busur api seperti gas SF6.
4.2 Saran
Selama mengikuti praktek kerja lapangan industry (PKLI) di Gardu Induk
150 KV di PT PLN (Persero) Unit Induk Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban
(UIP3B) Sumatera Unit Pelayanan Transmisi (UPT) Pematang Siantar Gardu
Induk Tebing Tinggi maka penulis mengemukakakan saran yaitu supaya peralatan
instalasi listrik yang ada dalam Gardu Induk Tebing Tinggi terhindar dari
gangguan-gangguan dan dapat bekerja secara optimal,hendaknya pelaksanaan
pemeliharaan masing-masing peralatan dilakukan sesuai dengan jadwalnya
5
DAFTAR PUSTAKA
PT. PLN. 1993. Buku Petunjuk Operasi & Pemeliharaan Peralatan Untuk
Pemutus Tenaga. Jakarta : PT PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa
bagian barat.
5
DOKUMENTASI KEGIATAN
5
4) (Pemasangan kabel pada PMT dan alat uji)
5
(Pelaksanan Pemeliharaan PMT di Gardu induk Tebing Tinggi)
5
5
Scanned by
Scanned by
Scanned by
Scanned by
Scanned by
Scanned by
Scanned by
Scanned by
Scanned by
Scanned by